ASKEP AUTISME PADA ANAK MAKALAH
disusun untuk memenuhi memenuhi tugas mata ajaran anak
oleh
kelas santa teresa
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS 2010
Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme
1
ASKEP AUTISME PADA ANAK
A. PENGERTIAN
Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas atau orang lain. Pada bayi tidak terlihat tanda dan gejala. (Sacharin, R, M, 1996 : 305)
Autisme Infantil adalah Gangguan kualitatif pada komunikasi verbal dan non verbal, aktifitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik yang terjadi sebelum usia 30 bulan. (Behrman, 1999: 120)
Autisme menurut Rutter 1970 adalah Gangguan yang melibatkan kegagalan untuk mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan), hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena ritualistik dan konvulsif. (Sacharin, R, M, 1996: 305)
Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubunga n sosial atau komunikasi yang normal (kelompok 5)
(sumber: http://www.resepk omplit.com/wp-content/uploads/2010/01/anak-autisme.jpg)
B.
INSIDEN Autisme didapatkan pada sekitar 20 per 10.000 pend uduk, dan pria lebih sering dari wanita dengan perbandingan 4:1, namun anak perempuan yang terkena akan menunjukkan gejala yang lebih berat. Beberapa penyakit sistemik, infeksi dan neurologis menunjukkan gejala-gejala seperti-austik atau memberi kecendrungan penderita pada perkembangan gejala austik. Juga ditemukan peningkatan yang berhubungan dengan kejang
Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme
2
C.
JENIS- JENIS AUTISME Autisme dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder R-IV merupakan salah satu dari lima jenis gangguan dibawah lingkup PDD (Perpasive Development Disorder ) di luar ADHD ( Attention Deficit Hypera ctivity Disorder ) dan ADD ( Attention Deficit Disord er ).
Gangguan perkembangan perpasiv (PDD) adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan beberapa kelompok gangguan perkembangan di bawah lingkup PDD, yaitu: 1.
Autistic Disorder (Autism) Muncul sebelum usia 3 tahun dan ditunjukkan adanya hambatan dalam interaksi sosial, komunikasi dan kemampuan bermain secara imaginatif serta adanya perilaku stereotip pada minat dan aktivitas.
2.
Asperger¶s Syndrome Hambatan perkembangan interaksi sosial dan adanya minat dan aktivitas yang terbata s, secara umum tidak menun jukkan keterlamb atan bahasa dan bicara, serta memiliki tingkat intelegensia rata-rata hingga di atas rata-rata.
3.
Pervasive Developmental Disorder ± Not Otherwise Specified (PDD-NOS) Merujuk pada istilah atypical autism, diagnosa PDD-NOS berlaku bila seorang anak tidak menunjukkan keseluruhan kriteria pada diagnosa tertentu (Autisme, Asperger atau Rett Syndrome).
4.
Rett¶s Syndrome Lebih sering terjadi pada anak perempuan dan jarang terjadi pada anak laki-laki.
Sempat
mengalami
kemunduran/kehilangan
perkembangan
kemampuan
yang
yang
normal
dimilikinya;
kemudian
kehilangan
terjadi
kemampuan
fungsional tangan yang diga ntikan dengan gerakkan-gerakkan tan gan yang berula ngulang pada rentang usia 1 ± 4 tahun. 5.
Childhood Disintegrative Disorder (CDD) Menunjukkan perkembangan yang normal selama
2
tahun
pertama
usia
perkembangan
kemudian
tiba-tiba
kehilangan
kemampuan-kemampuan yang telah dicapai sebelumnya.
D. PENYEBAB Penyebab autis belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli menyebutkan autis disebabkan karena multifaktorial. Beberapa peneliti mengungkapkan terdapat gangguan biokimia, ahli lain berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh gangguan psikiatri/jiwa. Ahli lainnya berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam tingkah laku dan fisik termasuk autis.
Penyebab Autisme diantaranya : a.
Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot) terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan kemampuan bicara).
b.
Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
c.
Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme
3
d.
Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum, keadaan tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan perkembangan syaraf, perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus otak depan.
e.
Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan gangguan sensori serta kejang epilepsi
f.
Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak
g.
Gambaran
Autisme
p ada
masa
perkembangan
anak
dipengaruhi
oleh
Pada masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak, anak tidak berespon saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya kontak mata, memberikan kesan jauh atau tidak mengenal. Bayi yang lebih tua memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat pada lingkungan, bermainan cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal kemungkinan terganggu dan tampak berteriak-teriak. h.
Pada masa anak-anak dan remaja, anak yang autis memperlihatkan respon yang abnormal terhadap suara anak takut pada suara tertentu, dan tercengggang pada suara lainnya. Bicara dapa t terganggu dan dap at mengalami kebisuan. Mereka yang mampu berbicara memperlihatkan kelainan ekolialia dan konstruksi telegramatik. Dengan bertumbuhnya anak pada waktu berbicara cenderung menonjolkan diri dengan kelainan intonasi dan penentuan
waktu. Ditemukan kelainan persepsi visual dan fokus
konsentrasi pada bagian prifer (rincian suatu lukisan secara sebagian bukan menyeluruh). Tertarik tekstur dan dapat menggunakan secara luas panca indera penciuman,
kecap
dan
raba
ketika
mengeksplorais
lingkungannya.
Pada usia dini mempunyai pergerakan khusus yang dapt menyita perhatiannya (berlonjak, memutar, tepuk tangan, menggerakan jari tangan). Kegiatan ini ritual dan menetap pada keaadan yang menyenangkan atau stres. Kelainann lain adalh destruktif , marah berlebihan dan akurangnya istirahat. Pada masa remaja perilaku tidak sesuai dan tanpa inhibisi, anak austik dapat menyelidiki kontak seksual pada orang a sing
E. MANIFESTASI KLINIS
Gangguan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal meliputi kemampuan berbahasa mengalami Menggunakan
kata
keterlambatan atau
kata
tanpa
sama sekali tidak dapat
menghubungkannya
dengan
arti
berbicara. yang
lazim
digunakan.Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat. Kata-kata yang tidak dapat dimengerti orang lain (³bahasa planet´). Tidak mengerti ata u tidak menggunak an kata-kata dalam kont eks yang sesuai. Ekolalia (meniru atau membeo), menirukan kata, kalimat atau lagu tanpa tahu artinya. Bicaranya monoton seperti robot. Bicara tidak digunakan untuk komunikasi dan imik datar
Gangguan
dalam
bidang
interaksi
sosial meliputi
gangguan
menolak
atau
menghindar untuk bertatap muka. Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering diduga
Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme
4
tuli. Merasa tidak senang atau menolak dipeluk. Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan tangan orang yang terdekat dan berharap orang tersebut melakukan sesuatu untuknya. Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain. Saat bermain bila didekati malah menjauh. Bila menginginkan sesuatu ia menarik tangan orang lain dan mengharapkan tangan tersebut melakukan sesuatu untuknya.
Gangguan dalam bermain diantaranya adalah bermain sangat monoton dan aneh misalnya menderetkan sabun menjadi satu deretan yang panjang, memutar bola pada mainan mobil dan mengamati dengan seksama dalam jangka waktu lama. Ada kelekatan dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang dibawa kemana saja dia pergi. Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya. Tidak menyukai boneka, tetapi lebih menyukai benda yang kurang menarik seperti botol, gelang karet, baterai atau benda lainnya Tidak spontan, reflek dan tidak dapat berimajinasi dalam bermain. Tidak dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai permainan yang bersifat pura pura. Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin yang berputar atau angin yang bergerak. Perilaku yang ritualistik sering terjadi sulit mengubah rutinitas sehari hari, misalnya bila bermain harus melakukan urut-urutan tertentu, bila bepergian harus melalui rute yang sama.
Gangguan perilaku dilihat dari gejala sering dianggap sebagai anak yang senang kerapian harus menempatkan barang tertentu pada tempatnya. Anak dapat terlihat hiperaktif misalnya bila masuk dalam rumah yang baru pertama kali ia datang, ia akan membuka semua pint u, berjalan kesana kem ari, berlari-lari tak tentu arah. Meng ulang suatu gerakan tertentu (menggerakkan tangannya seperti burung terbang). Ia juga sering menyakiti diri sendiri seperti memukul kepala atau membenturkan kepala di dinding. Dapat menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif (pendiam), duduk diam bengong dengan tatap mata kosong. Marah tanpa alasan yang masuk akal. Amat sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke orang lain atau dirinya sendiri. Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan gangguan perilaku lainnya.
Gangguan perasaan dan emosi dapat dilihat dari perilaku tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah tanpa sebab nyata. Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum), terutama bila tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum)bila keinginannya tidak didapatkannya, bahkan bisa menjadi agresif dan merusak.. Tidak dapat berbagi perasaan (empati) dengan anak lain
Gangguan dalam persepsi sensoris meliputi perasaan sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan sampai berat. Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau benda apa saja. Bila mendengar suara keras, menutup telinga. Menangis setiap kali dicuci rambutnya. Meraskan tidak nyaman bila diberi pakaian tertentu. Tidak menyukai rabaan atau pelukan, Bila digendong sering merosot atau melepaskan diri dari pelukan.
Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme
5
Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secara fungsional. Kecerdasan sering diukur melalui perkembangan non-verbal, karena terdapa t gangguan bahasa. Didapatkan IQ di bawah 70 dari 70% penderita, dan dibawah 50 dari 50%. Namun sekitar 5% mempunyai IQ di atas 100. Anak autis sulit melakukan tugas yang melibatkan pemikiran simbolis atau empati. Namun ada yang mempunyai kemampuan yang menonjol di suatu bidang, misalnya matematika atau kemampuan memori. Sekitar seperlima anak autis berdeteriorasi bidang kognitifnya pada usia remaja. Ciri
yang khas pada anak yang austik : a.
Defisit keteraturan verbal
b.
Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik
c.
Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau dipikirkan orang lain).
Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah: a.
Interaksi sosial dan perkembangan sossial yang abnormal
b.
Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal
c.
Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak fleksibel dan tidak imajinatif.
Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun. Tanda autis berbeda pada setiap interval umurnya : a.
Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau menjadi tegang bila diangkat ,cuek menghadapi orang tuanya, tidak bersemangat dalam permainan sederhana (ciluk baa atau kiss bye), anak tidak berupaya menggunakan kat-kata. Orang tua perlu waspada bila anak tidak tertarik pada boneka atau binatan gmainan untuk bayi, menolak makanan keras atau tidak mau mengunyah, apabila anak terlihat tertarik pada kedua tangannya sendiri.
b.
Pada usia 2-3 tahun dengan gejala suka mencium atau menjilati benda-benda, disertai kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain sebagai benda atau alat, menolak untuk dipeluk, menjadi tegang atau sebaliknya tubuh menjadi lemas, serta relatif cuek menghadapi kedua orang tuanya.
c.
Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak merasa sangat terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari. Bila anak akhirnya mau berbicara, tidak jarang bersifat ecolalia (mengulang-ulang apa yang diucapkan orang lain segera atau setelah beberapa lama), dan anak tidak jarang menunjukkan nada suara yang aneh, (biasanya bernada tinggi dan monoton), kontak mata terbatas (walaupun dapat diperbaiki), tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi bisa juga berkurang, melukai dan merangsang diri sendiri.
Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme
6
F. PEMERIKSAAN Autisme sebagai spektrum ganggua n maka gejala-gejalanya dapat menjadi bukti dari berbagai kombi nasi gangguan perkembangan. Bila tes-tes secara behavioral maupun komunikasi tidak dapat mendeteksi adanya autisme, maka beberapa instrumenscreening yang saat ini telah berkembang dapat digunakan untuk mendiagnosa autisme: y
C hildhood
Autism Rating Scale (CARS): skala peringkat autisme masa kanak-kanak
yang dibuat oleh Eric Schopler di awal tahun 1970 yang didasarkan pada pengamatan perilaku. Alat menggunakan skala hingga 15; anak dievaluasi berdasarkan hubungannya dengan orang, penggunaan gerakan tubuh, adaptasi terhadap peru bahan, kemampuan mendengar dan komunikasi verbal y
he C hecklis for Autism in Toddlers (CHAT): berupa daftar pemeriksaan autisme pada masa balita yang digunakan untuk mendeteksi anak berumur 18 bulan, dikembangkan oleh Simon Baron Cohen di awal tahun 1990-an.
y
The Autism Screening Questionare: adalah daftar pertanyaan yang terdiri dari 40 skala item yang digunakan pada anak dia atas usia 4 tahun untuk mengevaluasi kemampuan komunikasi dan sosial mereka
y
The Screening Test for Autism in Two-Years Old : tes screening autisme bagi anak usia 2 tahun yang dikembangkan oleh Wendy Stone di Vanderbilt didasarkan pada 3 bidang kemampuan anak, yaitu; bermain, imitasi motor dan konsentrasi.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS Umumnya
terapi yang diberikan ialah terhadap gejala, edukasi dan penerangan kepada
keluarga, serta penanganan perilaku dan edukasi bagi anak. Manajemen yang efektif dapat mempengaruhi outcome. Intervensi farmakologis, yang saat ini dievaluasi, mencakup obat fenfluramine, lithium, haloperidol dan naltrexone. Terhadap gejala yang menyertai. Terapi anak dengan a utisme membutuhka n identifikasi dini. Intervensi edukasi yang intensif, lingkungan yang terstruktur, atensi individual, staf yang terlatih baik, peran serta orang tua dapat meningkatkan prognosis. Terapi prilaku sangat penting untuk membantu para anak autis untuk lebih bisa menyesuaikan diri dalam masyarakat. Bukan saja guru yang harus mnerapkan terapi prilaku pada saat belajar, namun setiap anggota keluarga di rumah harus bersikap sama dan konsisten dalam menghadapi anak autis. Terapi prilaku terdiri dari terapi wicara, terapi okupasi, dan menghilangkan prilaku yang asosial. Dalam terapi farmakologi dinyatakan belum ada obat atau terapi khusus yang menyembuhkan kelainan ini. Medikasi (terapi obat) berguna terhadap gejala yang menyertai, misalnya haloperidol, risperidone dan obat anti-psikotik terhadap perilaku agresif, ledakanledakan perilaku, instabilitas mood (suasana hati). Obat antidepresi jenis SSRI dapat digunakan terhadap ansietas, kecemasan, mengurangi stereotip dan perilaku perseveratif dan mengurangi ansietas dan fluktuasi mood. Perilaku mencederai diri sendiri dan mengamuk kadang dapat diatasi dengan obat naltrexone.
Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme
7
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK AUTISME 1.
Pengkajian a.
Riwayat gangguan psikiatri/jiwa pada keluarga.
b.
Riwayat keluarga yang terkena autisme.
c.
Riwayat kesehatan ketika anak dalam kandungan.
d.
e.
2.
y
Sering terpapar zat toksik, seperti timbal.
y
Cedera otak
Status perkembangan anak. y
Anak kurang merespon orang lain.
y
Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh.
y
Anak mengalami kesulitan dalam belajar.
y
Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal.
y
Keterbatasan Kongnitif.
Pemeriksaan fisik y
Tidak ada kontak mata pada anak.
y
Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/disentuh).
y
Terdapat Ekolalia.
y
Tidak ada ekspresi non verbal.
y
Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain.
y
Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut.
y
Peka terhadap bau.
Diagnosa Keperawatan
a.
Kelemahan interaksi sosial berhubungan dengan ketidakmampuan untuk percaya pada orang lain.
b.
Hambatan komunikasi verbal dan non verbal berhubungan dengan ransangansensori tidak adekuat, gangguan keterampilan reseptif dan ketidakmampuan mengungkapkan perasaan.
3.
c.
Risiko tinggi cidera : menyakiti diri berhubungan dengan kurang pengawasan.
d.
Kecemasan pada orang tua behubungan dengan perkembang anak.
Intervensi a.
Kelemahan interaksi sosial berhubungan dengan ketidakmampuan untuk percaya pada orang lain. Tujuan : Klien mau memulai interaksi dengan pengasuhnya Intervensi: :
Batasi jumlah pengasuh pada anak.
Tunjukan rasa kehangatan/keramahan dan penerimaan pada anak.
Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme
8
b.
Tingkatkan pemeliharaan dan hubungan kepercayaan.
Motivasi anak untuk berhubungan dengan orang lain.
Pertahankan kontak mata anak selama berhubungan dengan orang lain.
Berikan sentuhan, senyuman, dan pelukan untuk menguatkan sosialisasi.
Hambatan komunikasi ver bal dan non ver bal berhubungan dengan ransangan sensori tidak adekuat, gangguan keteram pilan reseptif dan ketidakmampuan meng ungkapkan perasaan. Tujuan : Klien dapat berkomunikasi dan mengungkapkan perasaan kepada orang lain. Intervensi :
c.
o
Pelihara hubungan saling percaya untuk memahami komunikasi anak.
o
Gunakan kalimat sederhana dan lambang/maping sebagai media.
o
Anjurkan kepada orang tua/pengasuh untuk melakukan tugas secara konsisten.
o
Pantau pemenuhan kebutuhan komunikasi anaksampai anak menguasai.
o
Kurangi kecemasan anak saat belajar komunikasi.
o
Validasi tingkat pemahaman anak tentang pelajaran yang telah diberikan.
o
Pertahankan kontak mata dalam menyampaikan ungkapan non verbal.
o
Berikan reward pada keberhasilan anak.
o
Bicara secara jelas dan dengan kalimat sederhana.
o
Hindari kebisingan saat berkomunikasi.
Risiko tinggi cidera : menyakiti diri berhubungan dengan kurang pengawasan. Tujuan : Klien tidak menyakiti diriya. Intervensi :
d.
Bina hubungan saling percaya.
Alihkan prilaku menyakiti diri yang terjadi akibat respon dari peningkatan kecemasan.
Alihkan/kurangi penyebab yang menimbulkan kecemasan.
Alihkan perhatian dengan hiburan/aktivitas lain untuk menurunkan tingkat kecemasan.
Lindungi anak ketika prilaku menyakiti diri terjadi.
Siapkan alat pelindung/proteksi.
Pertahankan lingkungan yang aman.
Kecemasan pada orang tua behubungan dengan perkembang anak. Tujuan : Kecemasan berkurang/tidak berlanjut. Intervensi :
Tanamkan pada orang tua bahwa autis bukan aib/penyakit.
Anjurkan orang tua untuk membawa anak ke tempat terapi yang berkwalitas baik serta melakukan secara konsisten.
Berikan motivasi kepada orang tua agar dapat menerima kondisi anaknya yang spesial.
Anjurkan orang tua untuk mengikuti perkumpulan orang tua dengan anak autis, seperti kegiatan Autis Awareness Festifal.
Berikan informasi mengenai penanganan anak autis.
Beritahukan kepada orang tua tentang pentingnya menjalankan terapi secara konsisten dan kontinue.
Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme
9
DAFTAR PUSTAKA
y
http://kumpulanmaterikeperawatan.b logspot.com/2010/04/askep-autisme.html
y
http://www.resepkomplit.com/wp-content/uploads/2010/01/anak-autisme.jpg
y
Sacharin, r.m, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2, EGC, Jakarta
y
Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15, Alih Bahasa Prof. DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta
Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme
10