LAPORAN PENDAHULUAN dan ASUHAN KEPERAWATAN Pada Ny. S dengan Myastenia Gravis
Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen Surgikal di Ruang ICU RSU Dr. Saiful Anwar Malang
Oleh: Kadek Esidiana Uttari NIM. 170070301111013
PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG ICU RSUD dr SAIFUL ANWAR MALANG
Untuk memenuhi tugas Profesi Ners Departemen Surgikal Ruang ICU RSSA Malang
Oleh : Kadek Esidiana Uttari NIM. 170070301111013
Telah diperiksa dan disetujui pada : Hari
:
Tanggal
:
Pembimbing Akademik
(
Pembimbing Lahan
)
(
)
Laporan Pendahuluan Miastenia Gravis
A.
Definisi Miastenia gravis merupakan gangguan yang mempengaruhi trasmisi neuromuskuler pada otot tubuh yang kerjanya dibawah kesadaran seseorang (volunter). Karakteristik yang muncul berupa kelemahan yang berlebihan dan umumnya terjadi kelelahan pada otot-otot volunter dan hal itu dipengaruhi oleh fungsi saraf saraf cranial. Miastenia gravis gravis adalah penyakit autoimun yang dimanifestasikan adanya kelemahan dan kelelahan otot akibat dari menurunnya jumlah dan efektifitas reseptor asetilkoline (ACh) pada persambungan antar neuron (neuromuscular junction) (Smeltzer & Bare, 2002). Miastenia gravis adalah suatu gangguan sistem saraf perifer yang ditandai oleh pembentukan otoantibodi terhadap reseptor-reseptor asetilkolin yang terdapat di daerah motor-end plate otot rangka (corwin, 2000).
B.
Etiologi Kelainan primer pada Miastenia gravis dihubungkan dengan gangguan transmisi pada neuromuscular junction, yaitu penghubung antara unsur saraf dan unsur otot. Pada ujung akson motor neuron terdapat partikel -partikel globuler yang merupakan penimbunan asetilkolin (ACh). Jika rangsangan motorik tiba pada ujung akson, partikel globuler pecah dan ACh dibebaskan yang dapat memindahkan gaya saraf yang kemudian bereaksi dengan ACh Reseptor (AChR) pada membran postsinaptik. Reaksi ini membuka saluran ion pada membran serat otot dan menyebabkan masuknya kation, terutama Na, sehingga dengan demikian terjadilah kontraksi otot. Meskipun faktor presipitasi masih belum jelas, tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa kelemahan pada miastenia gravis d iakibatkan dari sirkulasi antibodi dalam reseptor ACh. Menurut hipotesa bahwa sel-sel myoid (sel-sel thymus yang menyerupai sel otot skeletal) sebagai tempat yang paling awal terjangkit penyakit. Virus bertanggung jawab terhadap s el-sel ini dimana menyebabkan pembentukan p embentukan antibodi.
C.
Patofisiologi Dasar ketidaknormalan pada miastenia gravis adalah adanya kerusakan pada tranmisi impuls saraf menuju sel otot karena kehilangan kemampuan atau hilangnya reseptor normal membrane postsinaps pada sambungan neuromuscular. Penelitian memperlihatkan
adanya penurunan 70 % sampai 90 % reseptor asetilkolin pada sambungan neuromuscular setiap individu. Miastenia gravis dipertimbangkan sebagai penyakit autoimun yang bersikap lansung melawan reseptor asetilkolin (AChR) yang merusak tranmisi neuromuscular. Pada myasthenia gravis, sistem kekebalan menghasilkan antibodi yang menyerang salah satu jenis reseptor pada otot samping pada simpul neuromukular-reseptor yang bereaksi terhadap neurotransmiter acetycholine. Akibatnya, komunikasi antara sel syaraf dan otot terganggu. Apa penyebab tubuh untuk menyerang reseptor acetylcholine sendiri-reaksi autoimun-tidak diketahui. Berdasarkan salah satu teori, kerusakan kelenjar thymus kemungkinan terlibat. Pada kelenjar thymus, sel tertentu pada sistem kekebalan belajar bagaimana membedakan antara tubuh dan zat asing. Kelenjar thymus juga berisi sel otot (myocytes) dengan reseptor acetylcholine. Untuk alasan yang tidak diketahui, kelenjar thymus bisa memerintahkan sel sistem kekebalan untuk menghasilkan antibodi yang menyerang acetylcholine. Orang bisa mewarisi kecendrungan terhadap kelainan autoimun ini. sekitar 65% orang yang mengalami myasthenia gravis mengalami pembesaran kelenjar thymus, dan sekitar 10% memiliki tumor pada kelenjar thymus (thymoma). Sekitar setengah thymoma adalah kanker (malignant). Beberapa orang dengan gangguan tersebut tidak memiliki antibodi untuk reseptor acetylcholine tetapi memiliki antibodi terhadap enzim yang berhubungan dengan pembentukan persimpangan neuromuskular sebagai pengganti.
D.
Manifestasi klinik Karakteristik penyakit berupa: 1. kelemahan otot-otot mata, menyebabkan ptosis 2. kelemahan otot-otot wajah, leher, dan tenggorokan menyebabkan pasien sulit makan dan menelan 3. perluasan kelemahan otot. Mula-mula hanya timbul kelelahan yang cepat pulih setelah istrahat. Akhirnya kekuatan otot tidak pulih walaupun telah istrahat. Menurut Myasthenia Gravis Foundation of America (MGFA), miastenia gravis dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kelas I
Adanya kelemahan otot-otot ocullar, kelemahan pada saat menutup mata dan kekuatan otot-otot lain normal
Kelas II
Terdapat kelemahan otot okular yang yang semakin semakin parah, serta adanya kelemahan ringan pada otot-otot lain selain otot okular.
Kelas IIa
Mempengaruhi otot-otot aksial, anggota anggota tubuh, tubuh, atau keduanya. Juga terdapat kelemahan otot-otot orofaringeal yang ringan
Kelas IIb
Mempengaruhi otot-otot orofaringeal, otot pernapasan atau keduanya. Kelemahan pada otot-otot anggota tubuh dan otot-otot aksial lebih ringan dibandingkan klas IIa.
Kelas III
Terdapat kelemahan yang berat pada otot-otot okular. Sedangkan otototot lain selain otot-otot ocular mengalami kelemahan tingkat sedang
Kelas III a Mempengaruhi otot-otot anggota tubuh, otot-otot aksial, atau keduanya secara predominan. Terdapat kelemahan otot orofaringeal yang ringan Kelas III b Mempengaruhi otot orofaringeal, orofaringeal, otot-otot pernapasan, atau keduanya keduanya secara predominan. Terdapat kelemahan otot-otot anggota tubuh, otototot aksial, atau keduanya dalam derajat ringan. Kelas IV
Otot-otot lain lain selain otot-otot okular okular mengalami mengalami kelemahan kelemahan dalam derajat yang berat, sedangkan otot-otot okular mengalami kelemahan dalam berbagai derajat
Kelas IV a
Secara predominan mempengaruhi otot-otot otot-otot anggota tubuh tubuh dan atau otot-otot aksial. Otot orofaringeal mengalami kelemahan dalam derajat ringan
Kelas IV b Mempengaruhi otot orofaringeal, orofaringeal, otot-otot otot-otot pernapasan pernapasan atau keduanya secara predominan. Selain itu juga terdapat kelemahan pada otot-otot anggota tubuh, otot-otot aksial, atau keduanya dengan derajat ringan. Penderita menggunakan feeding menggunakan feeding tube tanpa tube tanpa dilakukan intubasi. Kelas V
Penderita ter-intubasi, dengan atau tanpa ventilasi mekanik.
Menurut Osserman miastenia gravis dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu: 1.
Kelas I (miastenia okular) Hanya menyerang otot-otot okular sepeti ptosis, diplopia. Sifatnya ringan dan tidak menimbulkan kematian.
2.
Kelas II a. Kelas II A (miastenia (miastenia umum ringan) Awitan lambat, biasanya pada mata kemudian menyebar ke otot rangka, tidak gawat, respon terhadap obat baik, kematian rendah.
b. Kelas II B ( miastenia umum sedang) Menyerang beberapa otot skeletal dan bulbar, kesulitan mengunyah, menelan. Respon terhadap obat kurang, angka kematian rendah. 3. Kelas III (miastenia (miastenia fulminan fulminan akut)
Perkembangan penyakit cepat, disertai krisis pernapasan, respon terhadap obat buruk, terjadinya thyoma tinggi dan angka kkematian tinggi. 4. Kelas IV (mistenia berat lanjut) Berkembang selama 2 tahun dari kelas I ke kelas II. Dapat berkembang secara perlahan atau tiba-tiba, respon terhadap pengobatan kurang dan kematian tinggi.
E.
Komplikasi 1. Perburukan fungsi otot rangka berkulminasi sebagai distress atau kegagalan pernafasan, dan kematian akibat diafragma dan otot-otot antar iga lumpuh. 2. Krisis kolinergik adalah suatu respon toksik yang kadang-kadang dijumpai pada penggunaan obat antikolineterase. Dapat terjadi status hiperkolinergik yang ditandai oleh peningkatan motilitas usus, kontriksi pupil, dan brradikardia. Pasien mengalami distress pernafasan.
F.
Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada pasien dengan kasus miastenia gravis, adalah: 1. Rontgen dada dan CT scan dada : mengetahui kemungkinan adanya thymoma serta dapat menunjukan hiperplasia timus yang dianggap menyebabkan respon autoimun. 2. Tensilon test (edrofonium klorida) : dengan menyuntikkan 1-2 mg tensilon intravena, jika tidak ada perkembangan suntikkan kembali 5-8 tensilon. Reaksi dianggap positif apabila ada perbaikan kekuatan otot yang jelas (misalnya dalam 1 menit) ptosis hilang. Reaksi ini tidak berlangsung lama dan akan kembali seperti semula. Injeksi IV memeperbaiki respon motorik sementara dan menurunkan gejala pada krisis miastenik untuk sementara waktu memperburuk gejala-gejala pada krisis kolinergik. 3. Test Wertenberg : penderita diminta menatap benda di atas bidang ke dua mata tanpa berkedip. Pada miastenia gravis maka kelopak mata yang terkena akan ptosis. 4. Electromyogram (EMG) digunakan untuk mengukur potensial sel otot, tetapi tidak menunjukkan diagnosis khusus untuk miastenia gravis. 5. Test serum antibodi ami reseptor asetilkolin : terjadi peningkatan.
G.
Penatalaksanaan Penatalaksanaan diarahkan pada perbaikan fungsi melalui pemberian obat antikolinestrase dan mengurangi serta membuang antibodi yang bersirkulasi
1.
anti kolinestrase
a. piridostigmin bromide (mestinon), ambenonium klorida (Mytelase), neostigmin bromide (Prostigmin).
b. diberikan untuk meningkatkan respon otot terhadap impuls saraf dan meningkatkan kekuatan otot, hasil diperkirakan dalam 1 jam setelah pemberian. 2. Terapi imunosupresif
a. ditujukan pada penurunan pembentukan antibody antireseptor atau pembuangan antibody secara langsung dengan pertukaran plasma.
b. kortikostreoid menekan respon imun, menurunkan jumlah antibody yang menghambat c. pertukaran plasma (plasmaferesis) menyebabkan reduksi sementara dalam titer antibodi
d. Thimektomi (pengangkatan kalenjer thymus dengan operasi) menyebabkan remisi subtansial, terutama pada pasien dengan tumor atau hiperlasia kalenjer timus. kalenjer timus. kalenjer timus. kalenjer timus. kalenjer timus. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian keperawatan 1. Identitas klien : Meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, status 2. Keluhan utama : Kelemahan otot 3. Riwayat kesehatan: Diagnosa miastenia didasarkan pada riwayat dan pesentasi klinis. Riwayat kelemahan otot setelah aktivitas dan pemulihan kekuatan pasial setelah istirahat sangatlah menunukkan miastenia gravis, pasien mugkin mengeluh kelemahan setelah melakukan pekerjaan fisik yang sederhana. riwayat adanya jatuhnya kelopak mata pada pandangan atas dapat menjadi signifikan, juga bukti tentang kelemahan otot. 4. Pemeriksaan B 6 a. B1 (Breathing) Dispnea, resiko terjadi aspirasi dan gagal pernafasan akut. b. B2 (Bleeding) Hipotensi / hipertensi, takikardi / bradikardi. c. B3 (Brain) Kelemahan otot ektraokular yang menyebabkan palsi ocular, jatuhnya kelopak mata atau dislopia intermien, bicara klien mungkin disatrik. d. B4 (Bladder) Menurunkan fungsi kandung kemih, retensi urine, hilangnya sensasi saat berkemih.
e. B5 ( Bowel) Kesulitan menelan-mengunyah, disfagia, kelemahan otot diafragma dan peristaltik usus turun. f. B6 (Bone) Gangguan aktifitas/ mobilitas fisik, kelemahan otot yang berlebihan. 5. Pemeriksaan Fisik a. Otot mata: diplopia, ptosis, kelemahan otot bola mata. b. Otot wajah: kelemahan otot wajah, kesulitan tersenyum, kesulitan mengunyah, menelan, suara dari hidung hilang. c. Otot leher: kesulitan mempertahankan posisi kepala. d. Otot pernapasan: pernapasan lambat, kegagalan pernapasan dengan penurunan tidal volume dan vital capacity, tidak efektifnya batuk. e. Otot lain: kelemahan otot rangka dan ekstremitas. f. Status nutrisi: penurunan berat badan, tanda-tanda kekurangan nutrisi. 6. Psikosoial a. Pekerjaan b. Peran dan tanggungjawab yang biasa dilakukan c. Penerimaan terhadap kondisi d. Koping yang biasa digunakan e. Status ekonomi atau penghasilan. 7. Pengetahuan pasien dan keluarga a. Pemahaman terhadap penyakit, komplikasi, prognosis, pengobatan dan perawatan. b. Kemampuan membaca dan belajar. B.
Diagnosa keperawatan Diagnosa yang memungkinkan timbul pada pasien dengan miastenia gravis, yaitu: 1. Tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan. 2. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan kelemahan otot, kehilangan refleks batuk dan menelan. 3. Aktivitas intoleran berhubungan dengan kelemahan otot 4. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan. 5. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan kelemahan otot okuler 6. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kelemahan otot
C.
Rencana keperawatan
Intervensi yang direncanakan untuk melakukan tindakan keperawatan pada pasien miastenia gravis, yaitu: 1. Tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan. Kriteria Hasil: a. Pola napas normal b. Pergerakan dada simetris c. Bunyi napas normal d. Analisa gas darah dalam rentang normal e. Tidak terjadi sianosis Intervensi: a. Kaji jumlah pernapasan, irama, pola setiap 2 jam. R/: Perubahan pola dan irama pernapasan kemungkinan tanda-tanda krisis. b. Kaji penggunaan otot tambahan pernapasan setiap 2 jam. R/: Pengunaan otot-otot tambahan indikasi kelemahan otot pernapasan. c. Kaji bunyi napas setiap 2 jam. R/: Abnormal bunyi napas indikasi tidak efektinya ventilasi. d. Kaji warna kulit dan tingkat kesadaran setiap 2 jam. R/: Sianosis dan penurunan kesadaran indikasi kekurangan oksigen. e. Kaji vital capacity dan tidal volume. R/: Mengetahui adanya kegagalan pernapasan.
f. Kaji AGD. R/: Mengetahui adanya kegagalan pernapasan. g. Berikan oksigen. R/: Mempertahankan oksigenasi dan perfusi jaringan. h. Lakukan suction jika perlu. R/: Mempertahankan jalan napas. i. Pertahankan posisi kepala 30-45 o. R/: Meningkatkan ekspansi paru. j. Ajarkan napas dalam dan batuk efektif. R/: Mencegah penumpukan sekret. k. Catat adanya peningkatan kelemahan, kesulitan bernapas, peningkatan PaCO 2, penurunan PaOa, meneurunnya kapasitas vital dan meningkatnya kesulitan mengunyah dan bicara. R/: Mungkin adanya krisis miastenia atau kolinergik.
l. Kolaborasi dalam pemberian obat antikolinesterase. R/: Meningkatkan jumlah asetikoline dalam neuromuskular junction. m. Cek keadaan pernapasan, kapasitas vital dan tidal volume sebelum dan sesudah pemberian obat. R/: Mengetahui efek pemberian pengobatan. 2. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan kelemahan otot, kehilangan refleks batuk dan menelan. Kriteria Hasil: a. Pola napas normal b. Jalan napas paten c. Pergerakan dada simetris d. Bunyi napas normal e. Analisa gas darah dalam rentang normal f.
Tidak terjadi sianosis
Intervensi: a.
Kaji frekuensi pernapasan dan pola, kepatenan jalan nafas, batuk dan gag reflek, keadaan sekret setiap 2 jam. R/: Mengetahui adanya kelemahan otot pernapasan, menelan dan batuk.
b.
Lakukan kebersihan mulut dan suction jika perlu. R/: Menjaga kepatenan jalan napas.
c.
Ajarkan batuk efektif. R/: Mengurangi statis sekret.
d.
Lakukan fisioterapi dada. R/: Mengurangi statis sekret.
3. Aktivitas intoleran berhubungan dengan kelemahan otot. Kriteria Hasil: a. Kekuatan otot penuh b. Atropi tidak terjadi c. Tonus otot baik d. Pasien dapat melakukan aktivitas secara bertahap e. Tidak terjadi kelemahan otot. Intervensi: a. Kaji kekuatan otot, ptosis, diplopia, pergerakan bola mata, kemampuan mengunyah, menelan, refleks batuk, bicara. R/: Tingkat kelemahan otot mungkin berbeda pada bagian tubuh yang lainnya.
b. Kaji kekuatan otot sebelum dan sesudah pemberian anti kolinesterase. R/: Mengetahui efek pemberian obat. c. Lakukan jadwal istirahat, jaga lingkungan yang tenang. R/: Periode setelah istirahat, kekuatan otot meningkat. d. Menganjurkan berpartisipasi dalam perawatan. R/: Melatih aktivitas secara bertahap. 4. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan. Kriteria Hasil: a. Berat badan stabil b. Tidak ada tanda-tanda anemia c. Intake makanan adekuat Intervensi: a. Kaji status nutrisi pasien. R/: Informasi dasar status nutrisi. b. Kaji kemampuan mengunyah dan menelan. R/: Mencegah aspirasi. c. Berikan diet lunak. R/: Memudahkan mengunyah dan menelan. d. Berikan diet tinggi protein tinggi kalori. R/: Pemenuhan kebutuhan nutrisi. e. Lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan. R/: Meningkatkan nafsu makan pasien. f. Berikan makanan melalui NGT sesuai program. R/: Pemenuhan kebutuhan nutrisi. g. Timbang berat badan setiap 3 hari. R/: Berat badan indikasi perubahan kebutuhan nutrisi. h. Auskultasi bising usus dan kaji adanya konstipasi dan diare. R/: Mengetahui adanya peristaltik dan adekuatnya pencernaan. i. Anjurkan pasien untuk minum cukup 1500-2000 cc jika tidak ada kontraindikasi. R/: Pemenuhan kebutuhan cairan dan mengurangi konstipasi. j. Monitor hasil laboratorium, BUN, glukosa, elektrolit, serum albumin. R/: Data indikasi status nutrisi.
k. Kolaborasi dengan tim gizi untuk menentukan diet yang tepat. R/: Menentukan diet yang tepat.
5. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan kelemahan otot okuler. Kriteria hasil: a. Pasien dapat mengenali lingkungan sekitar. b. Pasien bebas dari abrasi kornea, nyeri mata. c. Tidak dapat ptosis, diplopia dan kelemahan otot mata. Intervensi: a. Kaji adanya ptosis, diplopia dan gerakan bola mata. R/: Kelemahan okuler indikasi miastenia gravis. b. Kaji fungsi saraf III, IV, VI, VII. R/:Menentukan adekuatnya saraf kranial yang berhubungan dengan kemampuan pergerakan mata. c. Gunakan obat tetes mata dan pelindung. R/: Memberikan lubrikan dan melindungi mata. d. Orientasikan pasien pada lingkungan sekitar sebagaimana kebutuhan. R/: membantu pasien untuk mengenali lingkungan.
6. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kelemahan otot. Kriteria Hasil: Pasien mengekspresikan diri secara verbal atau non verbal. Intervensi: a. Kaji kemampuan pasien dalam bicara dengan pemeriksaan saraf kranial V, VII, IX, X, XII. R/: Mengatahui kemampuan bicara pasien. b. Ajukan pertanyaan tertutup, ya atau tidak atau gerakan tubuh. R/: Memudahkan pasien untuk menjawab. c. Lakukan bicara dengan gerakan yang pelan. R/: Dapat melihat gerakan bibir lawan bicara. d. Gunakan gambar, kertas atau sarana lainnya. R/:Menggunakan media memudahkan pasien mengekspresikan keinginannya. e. Informasikan kepada staf atau keluarga tentang keterbatasan pasien dalam komunikasi. R/: Pola komunikasi yang salah akan menambah frustasi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi. EGC; Jakarta Doenges, Moorhouse, Geissler. 2009. Rencana asuhan keperawatan. EGC; Jakarta. Eliastam, M., Sternbach, G., Bresler, M. 1998. Buku saku penuntun kedaruratan medis edisi 5. EGC; Jakarta. Price, S. A. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-Proses Penyakit Volume 1 Edisi 6. EGC; Jakarta. Smeltzer, S., Bare, B. 2002. Buku ajar keperawatan medical-bedah Brunner & Suddarth. EGC; Jakarta.
J UR US A N K E P E R A WA TA N F A K U L TA S K E D O K T E R A N UN IV E R S I TA S B R A W I J A Y A
PENGKAJIAN DASAR KEPERAWATAN Nama Mahasiswa
: Kadek Esidiana Uttari
Tempat Praktik
: Ruang 12 ICU
NIM
: 170070301111013
Tgl. Praktik
: 16- 21 Juli 2018
A. Identitas Klien Nama
: Ny. S ................................ No. RM
: 1138xxxx
Usia
: 56 tahun
: 30 Juni 2018
Jenis kelamin
: perempuan ...................... Tgl. Pengkajian
Alamat
: Tulung Agung .................. Sumber informasi : RM dan
Tgl. Masuk
: 16 Juli 2018
keluarga No. telepon
: 08135xxxx........................ Nama klg. dekat yg bisa dihubungi: Tn.
F Status pernikahan
: Belum Menikah ................
Agama
: Islam ................................ Status
: Suami
Suku
: Jawa .................................. Alamat
: Tulung Agung
Pendidikan
: SMA ................................. No. telepon
: 085xxxxxxxx
Pekerjaan
: Swasta ............................. Pendidikan
: SMA
Lama berkerja
: ........................................
: Swasta
Pekerjaan
B. Status kesehatan Saat Ini 1. Keluhan utama
: Sesak sejak 10 hari sebelum MRS, banyaknya secret pada
airway pasien. 2. Lama keluhan
: 10 hari sebelum MRS
3. Kualitas keluhan
: Sesak sampai sulit beraktifitas
4. Faktor pencetus
: Myastenia Gravis
5. Faktor pemberat
: efusi pleura dan Pneumonia
6. Upaya yg. telah dilakukan : keluarga membawa ke Rumah sakit bhayangkara Tulungagung 7. Diagnosa medis
:
a. Myasthenia Gravis b. Efusi pleura sinistra c. HT stage II d. Pneumonia C. Riwayat Kesehatan Saat Ini Klien datang ke RSSA Malang tanggal 30 Juni 2018 jam 09.00 karena rujukan dari Rumah sakit Bhayangkara Tulungagung dengan keluhan sesak sejak 10 hari yang lalu. Klien dirujuk karena sesak tidak kunjung membaik saat di tangani. Saat di UGD RSSA malang klien mengeluh sesak dan kesulitan untuk bernafas yang terjadi sejak 10 hari yang lalu, batuk selama 3 hari, mata klien sering menutup sendiri dan pandangan double sejak kurang lebih 3 bulan lamanya, klien sebelumnya pernah memeriksakan dirinya ke rumah sakit di Tulungagung dan didiagnosa myasthenia gravis sehingga mendapat terapi obat Mestinon sejak 3 bulan yang lalu, dari hasil pemeriksaan didapatkan GCS E4V5M6, TD : 180/110 mmHg N : 120 x/mnt RR: 32x/mnt mendapat terapi oksigen Nasal Kanul 4 lpm. Klien kemudian dipindah ke ruang 12 ICU, Dari hasil pemeriksaan didapatkan GCS 456, TD: 183/80 mmHg, N: 112 x/m, RR 26 x/m, S : 36.4, pada saat pengkajian pasien tampak lemah GCS 4x6, TD: 200/101 mmHg, N: 106, RR: 19x/m, pasien terpasang ventilator dengan program P-SIMV PEEP 8cmH2O, SIMV Rate: 20 b/min, Fraksi O2 70%, PCabove PEEP 16 cmH2O sputum/secret berwarna putih kental tidak berbau, dilakukan suction dan terapi nebulasi combivent 3xhari. Riwayat Kesehatan Terdahulu 1. Penyakit yg pernah dialami: a. Kecelakaan (jenis & waktu)
: tidak memiliki riwayat kecelakaan
b. Operasi (jenis & waktu)
: tidak memiliki riwayat operasi
c. Penyakit:
Kronis
...................................................................................................
Akut
: ..................................................................................................
d. Terakhir masuki RS : Tidak Pernah 2. Alergi (obat, makanan, plester, dll): tidak memiliki alergi obat ataupun makanan Tipe Reaksi Tindakan Tidak ada alergi
-
-
3. Imunisasi: () BCG
() Hepatitis
() Polio
() Campak
() DPT
( ) ................
4. Kebiasaan: Jenis Lamanya
Frekuensi
Jumlah
Merokok
tidak ..........................
tidak................................
tidak .....................
Kopi
tidak ..........................
tidak................................
tidak .....................
Alkohol
tidak ..........................
tidak................................
tidak .....................
5. Obat-obatan yg digunakan: Jenis Mestinon .....................................
Lamanya 3 bulan ...........................
Dosis tidak terkaji
Riwayat Keluarga Keluarga klien tidak memiliki riwayat Riwayat DM(-), HT (-), penyakit Jantung (-), gagal ginjal (-) GENOGRAM
= Laki-laki = Perempuan X
= Meninggal = Pasien = Tinggal serumah
D. Riwayat Lingkungan Jenis
Rumah
Pekerjaan
Kebersihan
Rumah klien bersih
Bahaya kecelakaan
Lokasi rumah klien terletak di daerah pedesaan
Polusi
Rumah klien tidak dekat dengan pabrik
Ventilasi
Cukup
Pencahayaan
Cukup
E. Pola Aktifitas-Latihan Rumah
Rumah Sakit
Makan/minum
0 ............................................... 2
........................................
Mandi
0 ............................................... 2
........................................
Berpakaian/berdandan
0 ............................................... 2
........................................
Toileting
0 ............................................... 2
........................................
Mobilitas di tempat tidur
0 ............................................... 2
........................................
Berpindah
0 ............................................... 2
........................................
Berjalan
0 ................................................. pasien tidak berjalan ........
Naik tangga
0 ................................................. pasien tidak naik tangga ..
Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu orang lain, 4 = tidak mampu F. Pola Nutrisi Metabolik Rumah
Rumah Sakit
Jenis diit/makanan
Padat .................................... Diit cair TSP
Frekuensi/pola
3 x sehari .............................. 6 x sehari ......................
Porsi yg dihabiskan
1 porsi ................................... 200 cc
Komposisi menu
nasi, sayur, daging, tempe, tahu
Pantangan
-
Napsu makan
baik ....................................... terpasang NGT
Fluktuasi BB 6 bln. terakhir
- ............................................ - ....................................
Jenis minuman
air putih,teh ........................... susu dan air putih..........
Frekuensi/pola minum
6xsehari ................................ 6x sehari .......................
Gelas yg dihabiskan
± 7 gelas (1,5 liter) ................ ± 6x20cc ......................
Sukar menelan (padat/cair)
tidak ...................................... terpasang NGT
Pemakaian gigi palsu (area)
tidak ...................................... tidak ada
susu
Riw. masalah penyembuhan luka tidak ada ............................... tidak ada G. Pola Eliminasi Rumah
Rumah Sakit
BAB:
- Frekuensi/pola
2 kali sehari................................
Belum BAB
- Konsistensi
khas feses..................................
Belum BAB
- Warna & bau
khas feses..................................
Belum BAB
- Kesulitan
tidak ada ....................................
tidak ada
- Upaya mengatasi
- .................................................
-
6 x sehari ...................................
terpasang kateter urin
- Konsistensi
khas urine ..................................
khas urine
- Warna & bau
kuning, jernih..............................
kuning, jernih
- Kesulitan
tidak ada ....................................
tidak ada
- Upaya mengatasi
- .................................................
-
BAK:
- Frekuensi/pola BC : + 140
H. Pola Tidur-Istirahat Rumah
Tidur siang:Lamanya
Rumah Sakit
2 jam ..................................... 3 jam
- Jam …s/d…
13.00 s/d 15.00....................
13.00 s/d 16.00
- Kenyamanan stlh. tidur
nyaman................................
tidak nyaman
Tidur malam: Lamanya
- Jam …s/d…
8 jam ..................................... 8 jam 21.00 s/d 04.00....................
21.00 s/d 04.00
- Kenyamanan stlh. tidur
nyaman................................
tidak terkaji .....................
- Kebiasaan sblm. tidur
tidak ada ..............................
tidak ada
- Kesulitan
-
- Upaya mengatasi
- ...........................................
- ......................................
I. Pola Kebersihan Diri Rumah
Mandi:Frekuensi
- Penggunaan sabun Keramas: Frekuensi
- Penggunaan shampoo Gososok gigi: Frekuensi
- Penggunaan odol
Rumah Sakit
2x/hari ...................................... 2x/hari (diseka) Ya ...........................................
Ya
2 hari sekali.............................. 3 x seminggu Ya ...........................................
-
2 x sehari ................................. 2x sehari Ya ...........................................
Tidak
Ganti baju:Frekuensi
2x/hari ...................................... 1x/hari
Memotong kuku: Frekuensi
1x/minggu ................................ belum sejak MRS
Kesulitan
tidak ada .................................. tidak ada
Upaya yg dilakukan
- ............................................... -
J. Pola Toleransi-Koping Stres 1. Pengambilan keputusan:
( ) sendiri
( ) dibantu orang lain, sebutkan, Orang tua
2. Masalah utama terkait dengan perawatan di RS atau penyakit (biaya, perawatan diri, dll): BPJS 3. Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah: klien bercerita kepada Orang Tua 4. Harapan setelah menjalani perawatan: keluhan pasien bisa berkurang, dan bisa beraktifitas seperti biasa 5. Perubahan yang dirasa setelah sakit: tidak terkaji K. Konsep Diri 1. Gambaran diri: keluarga mengatakan menerima kondisi ibunya saat ini 2. Ideal diri: keluarga klien berharap dapat melakukan aktivitas sehari-harinya seperti dulu 3. Harga diri: keluarga mengatakan menerima kondisinya saat ini. 4. Peran: klien berperan sebagai ibu dan istri dalam keluarganya 5. Identitas diri: sebagai ibu dan istri di keluarganya L. Pola Peran & Hubungan
1. Peran dalam keluarga sebagai seorang ibu dan istri 2. Sistem pendukung:suami/istri/anak/tetangga/teman/saudara/tidak ada/lain-lain, sebutkan: orang tua 3. Kesulitan dalam keluarga:
( ) Hub. dengan orang tua
( ) Hub.dengan
pasangan ( ) Hub. dengan sanak saudara ( ) Hub.dengan anak (√) Lain-lain sebutkan: tidak ada 4. Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS: tidak ada 5. Upaya yg dilakukan untuk mengatasi: -
M. Pola Komunikasi 1. Bicara:
( ) pasien tidak mampu berbicara
( )Bahasa utama:
Indonesia/jawa ( ) Tidak jelas
( ) Bahasa daerah: jawa
( ) Bicara berputar-putar
( ) Rentang perhatian: .................
( ) Mampu mengerti pembicaraan orang lain( ) Afek: ....................................... 2. Tempat tinggal: ( ) Sendiri ()
Kos/asrama
()
Bersama orang lain, yaitu: anak, suami
3. Kehidupan keluarga a. Adat istiadat yg dianut: Jawa b. Pantangan & agama yg dianut: klien beragama islam dan tidak memiliki pantangan c. Penghasilan keluarga:
( ) < Rp. 250.000 ( ) Rp. 250.000 – 500.000
( ) Rp. 1 juta – 1.5 juta ( ) Rp. 1.5 juta – 2 juta
( ) Rp. 500.000 – 1 juta
( ) > 2 juta
N. Pola Seksualitas 1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: (√) tidak ada 2. Upaya yang dilakukan pasangan:
( ) ada
() perhatian
() sentuhan
( ) lain-lain, seperti .................................................
O. Pola Nilai & Kepercayaan 1. Apakah Tuhan, agama, kepercayaan penting untuk Anda, Ya 2. Kegiatan agama/kepercayaan yg dilakukan dirumah (jenis & frekuensi): Berdoa ke tempat ibadah 3. Kegiatan agama/kepercayaan tidak dapat dilakukan di RS: berdoa 4. Harapan klien terhadap perawat untuk melaksanakan ibadahnya: tidak ada. P. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum: tampak lemah, GCS 4x6
Kesadaran: Compos mentis
Tanda-tanda vital: - Tekanan darah : 200/101 mmHg - Nadi
: 106 x/meni
- Suhu : 36 oC - RR
: 19 x/menit
Berat Badan : 60 kg 2. Kepala & Leher a. Kepala: Inspeksi : normocephali, rambut berwarna hitam keputihan, persebaran rambut merata, rambut rontok, lesi (-). Palpasi: tidak teraba massa (-). ....................................................................................... b. Mata: Inspeksi : simetris, konjungtiva anemis (-), ikterik (-), lesi luka abrasi pada kelopak mata kanan, respon cahaya +, pupil isokor 3mm|3mm, kelopak mata kanan lebih menutup daripada kiri c. Hidung: Inspeksi : simetris, , perdarahan (-), sekret (-), pembauan (+), pernapasan cuping hidung (-) d. Mulut & tenggorokan: Inspeksi : mukosa bibir kering , terpasang ventilatori, sariawan (-), produksi sputum berlebih berwarna putih kental. e. Telinga: Inspeksi : simetris, lesi (-), serumen (-), perdarahan (-)
f. Leher: Inspeksi : lesi (-), distensi vena jugularis (-) Palpasi : deviasi trachea (-), massa (-), nyeri telan (+), benjoalan pada leher (-) 3. Thorak & Dada:
Jantung
- Inspeksi: tidak ada lesi, pulsasi tidak tampak, terpasang CVC - Palpasi: nyeri tekan -, pulsasi teraba di ICS 5 MCL sinistra - Perkusi: dullness, batas jantung kanan atas ICS 2 parasternal dextra batas jantung kiri atas ICS 2 parasternal sinistra batas jantung kanan bawah ICS 4 parasternal dextra batas jantung kiri bawah ICS 5 MCL sinistra
- Auskultasi:S1 S2 tunggal reguler, murmur -, gallop - .................................................. Paru
- Inspeksi: simetris, lesi -, retraksi dinding dada -, penggunaan otot bantu napas -, - Palpasi: nyeri tekan - Perkusi: sonor - Auskultasi: vesicular di semua lapang paru, ...............................................................
ronkhi
-
- , wheezing
- -
-
+
- -
- +
- -
3. Payudara & Ketiak Simetris, lesi -, nyeri tekan -, massa -, pembesaran lymph 4. Punggung & Tulang Belakang Simetris, kifosis -, scoliosis-, lordosis-, lesi -. 5. Abdomen
- Inspeksi: rounded, lesi -, ascites-, - Palpasi: soefl, nyeri tekan - Perkusi: tymphani - Auskultasi: BU 15 x/m 6. Genetalia & Anus Tidak ada lesi, perdarahan -, terpasang kateter urin Produksi urin dinas Pagi 500 cc, produksi urin 24 jam 1500 cc, warna kuning khas urin, hematuria – 7. Ekstermitas Atas: warna kulit sawo matang, teraba dingin, kekuatan otot 5|5, edema -|-, piting edema -|-, CRT <2 dt ,
Bawah: warna kulit sawo matang, teraba dingin, deformitas -, lesi -, kekuatan otot 5|5, edema -|-, CRT <2 dt 8. Sistem Neorologi GCS 4x6, compos mentis NIII, IV, VI tidak ada gangguan, respon cahaya +, ukuran pupil 3|3 mm NVII tidak ada gangguan Reflek Babinski normal 11. Kulit & Kuku
Kulit: warna kulit sawo matang, dan mengkilat Kuku: bersih, tidak pucat, CRT <2 dt, bentuk kuku normal Q. Terapi
-
Program ventilasi P-SIMV PEEP 8cmH2O, SIMV Rate: 20 b/min, Fraksi O2 70%, PCabove PEEP 16 cmH2O
-
IVFD clinimix 750cc/24 jam
-
Metocloperamide 3x10mg CVC
-
Levofloxacin 1x 750 mg CVC
-
Ranitidin 2x250 mg CVC
-
Dexmetomidine 0.2 mcg/kgBB/jam dengan kecepatan pemberian via syringe pump 0.6cc/jam
-
Mestinon 6x60 mg NGT
-
Valsartan 160-0-160 mg NGT
-
Combivent 3x1 hari (nebul)
-
Diit TSP 6x200cc
R. Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya Keluarga menerima dengan kondisi pasien saat ini dan menganggap kondisinya saat ini karena cobaan. S. Kesimpulan Dengan hasil pengkajian diatas dapat disimpulakn bahwa Klien terdiagnosa Myastenia Gravis dengan keadaan umum tampak lemah GCS 4x6 dan didapatkan TD 200/101 mmHg, N: 106, RR 19x/m, pasien terpasang ventilator dengan program P-SIMV PEEP 8cmH2O, SIMV Rate: 20 b/min, Fraksi O2 70%, PCabove PEEP 16 cmH2O T. Perencanaan Pulang
Tujuan pulang: rumah Tulungagung Transportasi pulang: kendaraan pribadi (mobil) Dukungan keluarga: Suami dan Anak Antisipasi bantuan biaya setelah pulang: Pemerintah/BPJS Antisipasi masalah perawatan diri setalah pulang: keluarga membantu mengingatkan klien tentang pengobatan, membantu perawatan klien, membantu memenuhi ADL klien, bila sesak terjadi segera menuju fasilitas kesehatan.
Rawat jalan ke: Poli syaraf RSSA Hal-hal yang perlu diperhatikan di rumah: jadwal minum obat, mengontrol gaya hidup seperti diit dan aktivitas, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, mengkonsumsi nutrisi yang adekuat.
Keterangan lain: (-)
HASIL PEMERIKSAAN LABORATURIUM
Tanggal 16 Juli 2018 Jam : 17.46 Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
Intepretasi
KIMIA KLINIK pH
7.14
7.35-7.45
pCO2
107.5 mmHg
35-45
pO2
123.5 mmHg
80-100
HCO3
37.2 mmHg
21-28
BE
8.0
-3 +3
SaO2
96.8%
>95
147
<200
Metabolisme Karbohidrat GDS
mg/dL
Jam : 10.48 PEMERIKSAAN
HASIL
NILAI NORMAL
Hematologi Hemoglobin
11,90 gr/dl
11,4-15,1
Eritrosit (RBC)
4,19.106 /µl
4,0-5,5
Leukosit
25,11 10 3/µl
4,7-11,3
Hematokrit*
38,90 %
38-42
Trombosit
550.10 3 /µl
142-424
MCV
92,80 fl
80-93
MCH
28,40 pg
27-31
MCHC
30,60 g/dl
32-36
RDW*
13,00 %
11,5-14,5
INTERPRETASI
PDW
9,9 fl
9-13
MPV
9,3 fl
7,2-11,1
P-LCR
18,7 %
15,0-25,0
PCT
0,51 %
0,150-0,400
NRBC Absolute
0,00.10 3/µl
NRBC percent
0.0 %
Eosinofil
0,5 %
0-4
Basofil
0,2 %
0-1
Neutrofil
86,9 %
51-67
Limfosit
7,4 %
25-33
Monosit*
5,0 %
2-5
Imature granulosit
0,70 10 3/µl
Imature granulosit
0,17 %
(%) Metabolisme karbohidrat Glukosa darah
370 mg/dL
< 200
sewaktu
Jam : 10.48 ELEKTROLIT Serum elektrolit Natrium
137 mmol/L
136-145
Kalium
5.78 mmol/L
3,5-5,0
Klorida
90 mmol/L
98-106
17 Juli 2018 KIMIA KLINIK pH
7.12
7.35-7.45
pCO2
98.7 mmHg
35-45
pO2
85.2 mmHg
80-100
HCO3
32.6 mmHg
21-28
Kelebihan basa (BE)
3.2
-3 +3
SaO2
90.9%
>95
HB
13.8 g/dL
ELEKTROLIT Serum elektrolit Natrium
136 mmol/L
136-145
Kalium
5.20 mmol/L
3,5-5,0
Klorida
96 mmol/L
98-106
pH
7.21
7.35-7.45
pCO2
78.7 mmHg
35-45
pO2
117.0 mmHg
80-100
HCO3
31.5 mmHg
21-28
Kelebihan basa (BE)
3.3
-3 +3
SaO2
96.9%
>95
HB
13.2 g/dL
18 Juli 2018 KIMIA KLINIK
ELEKTROLIT
Serum elektrolit Natrium
137 mmol/L
136-145
Kalium
5.20 mmol/L
3,5-5,0
Klorida
95 mmol/L
98-106
Kesimpulan :
- Pneumonia - Efusi pleura kiri sebagian dengan perpadatan
ANALISA DATA Data DS
Etiologi Cedera autoimun, gangguan sub imun
↓
-
gangguan konduksi neurumuskular
DO
↓ - On ventilator - Tipe ventilator : P-SIMV - PEEP 8cmH2O - SIMV Rate: 20 b/min - Fraksi O2 70% - PCabove PEEP 16 cmH2O - TV (i) / TV (e) : 274 ml - MV (i) / MV (e) : 7,3 lpm - Inspirasion time : 1.24 - FiO2 / konsentrasi O2 : 70 % - SPO2 : 99%
-
PH 7,14 (7,35 – 7,45)
-
PCO2 107,5mmHg (35 – 45)
-
PO2 123,5 mmHg (80 – 100)
-
Bikarbonat (HCO3) 37,2 mmol/L (21 – 28)
jumlah reseptor asetilkolin pada membrane postsinaps berkurang
↓ hilangnya reseptor normal membrane postsinaps pada sambungan
↓ kerusakan pada transmisi impuls syaraf
↓ gangguan potrensial aksi sel saraf
↓ gangguan kontraksi serabut otot
↓ Gangguan otot pernafasan
↓ Kelemahan otot pernafasan
↓ Penggunaan alat bantu ventilator
↓
Masalah Keperawatan Gangguan spontan
ventilasi
Gangguan ventilasi spontan DS:
Cedera autoimun, gangguan sub imun
-
-
-
↓ gangguan konduksi neurumuskular
DO: -
Keetidakefektifan bersihan jalan napas
k/u lemah menggunakan ventilator GCS 4x6, kesadaran compos mentis TD: 200/101mmHg N: 106x/m RR: 19 x/m Pasien batuk + Produksi sputum berwarna putih dari mulut Ronchi + + Hasil X-Ray: pneumonia Efusi pleura sinistra
↓ jumlah reseptor asetilkolin pada membrane postsinaps berkurang
↓ hilangnya reseptor normal membrane postsinaps pada sambungan
↓ kerusakan pada transmisi impuls syaraf
↓ gangguan potrensial aksi sel saraf
↓ gangguan kontraksi serabut otot
↓ Gangguan otot pernafasan
↓ sekresi mucus meningkat
↓ Keetidakefektifan bersihan jalan napas DS:
Cedera autoimun, gangguan sub imun
Gangguan pertukaran gas
↓
DO:
-
k/u lemah GCS 4x6, kesadaran compos mentis TD: 200/101mmHg N: 106x/m RR: 2 x/m PH 7,14 (7,35 – 7,45)
-
PCO2 107,5mmHg (35 –
-
45) -
PO2 123,5 mmHg (80 – 100)
-
Bikarbonat (HCO3) 37,2 mmol/L (21 – 28)
-
BE : 8.8 (-3 - +3) SaO2 93% Asidosis respiratorik
-
Hasil X-Ray: pneumonia
-
Efusi pleura sinistra
gangguan konduksi neurumuskular
↓ jumlah reseptor asetilkolin pada membrane postsinaps berkurang
↓ hilangnya reseptor normal membrane postsinaps pada sambungan
↓ kerusakan pada transmisi impuls syaraf
↓ gangguan potrensial aksi sel saraf
↓ gangguan kontraksi serabut otot
↓ Gangguan otot pernafasan
↓ Pertukaran gas tidak efektif Ventilasi tidak adekuat
↓ Gangguan pertukaran gas
S: -
Cedera autoimun, gangguan sub imun
O:
↓
- k/u lemah
Intoleran Aktivitas
- GCS 4x6, kesadaran compos -
mentis TD: 200/101mmHg N: 101x/m RR: 19 x/m Terpasang ventilator Terpasang CVC Terjadi peningkatan TD, nadi, RR dan penuruna SPO2 jika dilakukan intervensi memandikan/suction.
gangguan konduksi neurumuskular
↓ jumlah reseptor asetilkolin pada membrane postsinaps berkurang
↓ hilangnya reseptor normal membrane postsinaps pada sambungan
↓ kerusakan pada transmisi impuls syaraf
↓ gangguan potrensial aksi sel saraf
↓ gangguan kontraksi serabut otot
↓ Gangguan otot pernafasan
↓ Kelemahan otot pernafasan
↓ Penggunaan alat bantu ventilator
↓ Klien tampak lemah
↓ Intoleran Aktivitas S:
Cedera autoimun, gangguan sub imun
Defisit Perawatan Diri
↓
O:
- k/u lemah - GCS 4x6, kesadaran compos -
mentis TD: 200/101mmHg N: 106x/m RR: 19 x/m Terpasang ventilator ADL dibantu
gangguan konduksi neurumuskular
↓ jumlah reseptor asetilkolin pada membrane postsinaps berkurang
↓ hilangnya reseptor normal membrane postsinaps pada sambungan
↓ kerusakan pada transmisi impuls syaraf
↓ gangguan potrensial aksi sel saraf
↓ gangguan kontraksi serabut otot
↓ Gangguan otot pernafasan
↓ Menggunakan ETT dan ventilator
↓ Klien tampak lemah
↓ ADL dibantu
↓ Defisit Perawatan Diri
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN (berdasarkan prioritas)
Ruang
: R.12 RSSA
Nama Pasien : Ny. S Diagnosa
No. Dx
: Miastenia gravis
TANGGAL MUNCUL
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
2/7/2018
Gangguan ventilasi spontan b/d gangguan metabolism dan kelemahan otot pernafasan d.dpenggunaan ventilator
2.
2/7/2018
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya sumbatan jalan napas d/d akumulasi secret/sputum yang berlebihan
3.
2/7/2018
Gangguan pertukaran gas b/d gangguan ventilasi perfusi alveolus d/d asidosis respiratorik
4
2/7/2018
Intoleran aktivitas b/d penurunan toleransi tubuh terhadap aktivitas yang dilakukan d/d peningkatan TTV saat aktivitas
5
2/7/2018
Defisit perawatan diri b/d kekuatan otot d/d ketidakmampuan memenuhi ADL
TANGGAL TERATASI
TANDA TANGAN
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Diagnosa Keperawatan No. 1 Gangguan ventilasi spontan b/d gangguan metabolisme dan kelemahan otot pernafasan d.d penggunaan ventilator Tujuan : selama dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam, ventilasi mekanis dapat mendukung pertukaran alveolar dan perfusi jaringan secara efektif Kriteria Hasil : NOC: respon ventilasi mekanik : dewasa No.
Indikator
1
2
3
4
5
1
Volume tidal
<100-199
200-299
300-399
400-499
500
2
FiO2 (fraksi O2)
100%
99-80%
79-60%
59-20%
NRBM/Nas
memenuhi
al
kebutuhan O2 4
Arteri Ph
>7,76
7,66-7,76
7,56-7,65
7,46-7,55
7,35-7,45
5
Saturasi oksigen
<50%
50-69%
70-89%
90-99%
100%
6
Mode ventilator
PSIMV 15
PSIMV 4
Spontan
Lepas
PCMV
ventilator
NIC : Manajemen ventilasi mekanik : invasive 1. Berikan agen paralisi otot, sedasi, analgesic narkotik 2. monitor efektifitas ventilasi mekanik terhadap status fisiologi psikologis pasien
3. berikan askep untuk menghilangkan distress pasien (pengaturan posisi, analgesic, cek peralatan secara teratur) 4. lakukan suction jika ada suara nafas abnormal atau peningkatan tekanan inspirasi menggunakan prosedur aseptic 5. monitor kerusakan mukosa oral, hidung, trakea atau jaringan laring dari tekanan jalan nafas buatan, tekanan cuff yang tinggi dan ekstubasi yang tidak direncanakan 6. lakukan fisioterapi dada 7. tingkatkan pengkajian secara rutin adanya kriteria penyapihan (hemodinamik, kemampuan untuk mulai usaha nafas) 8. berikan perawatan mulut secara rutin dengan pengusapan yang lembut dengan agen antiseptic
Diagnosa Keperawatan No. 2 Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, klien mengalami perubahan RR menjadi 20 x/menit, tidak ada bunyi suara tambahan Ronchi -/-, dan tidak ada sputum berlebih. Kriteria Hasil : NOC Respiratory Status: Airway Patency No.
Indikator
1
RR
2
Suara napas tambahan
3
Akumulasi Sputum
1
2
3
4
5
Keterangan Penilaian: a. RR
c. Akumulasi sputum 1: jumlah secret banyak
1: 30x/menit
2: secret sampai melewati selang suction 2: 26-29 x/menit 3: 24-25 x/menit 4: 21-23 x/menit 5: 16-20 x/menit b. Suara napas tambahan 1: Pleura Friction rub 2: Crackles 3: Ronkhi
3: secret hanya ditengah-tengah selang suction 4: secret hanya terdapat di ujung suction 5: tidak ada secret yang keluar di selang suction
4: wheezing 5: Tidak ada (suara napas normal Bronkial, bronkovesikuler, vesikuler) NIC: Airway Management 1. Jaga kepatenan jalan napas pasien 2. Berikan posisi yang nyaman head up 30 derajat 3. Auskultasi bunyi napas tambahan (ronchi/wheezing) 4. Kolaborasi pemberian terapi oksigen menggunakan ventilator mekanik Tipe program PC-SIMV, PEEP 8 cmH2O, P insp 16 cmH2O, TV 260-352 mi, NIC: Airway Suction 1. Lakukan suction secara berkala untuk mengeluarkan secret yang berlebih 2. Auskultasi suara napas sebelum dan sesudah tindakan suction 3. Monitor status oksigenasi (SaO 2 dan SPO 2)
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan No. 3 Gangguan Pertukaran Gas Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, klien mengalami perubahan keseimbangan pH, PCO2, PaO2, dan asam bikarbonat. Kriteria Hasil : NOC Mechanical Ventilation Response: Adult No.
Indikator
1
PO2
2
PaCO2
3
SPO2
4
pH arteri
1
2
3
4
5
Keterangan Penilaian: No
PO2
PaCO2
SPO2
pH arteri
1
>140 mmHg
<19/>45 mmHg
>75%
<7,35 / >7,65
2
130 mmHg
20-24 mmHg
>80%
7,56-7,60
3
120 mmHg
25-29 mmHg
>85%
7,51-7,55
4
110 mmHg
30-34 mmHg
>90%
7,46-7,50
5
80-100 mmHg
35-45 mmHg
95-100%
NIC: Acid Base Management: Metabolic Alkaliosis 1. Perhatikan kepatenan jalan napas
7,35-7,45
2. Monitor tanda gejala rendahnya HCO 3- (mual, hypercapnia syndrome in mechanically ventilated patients 3. Monitor intake dan output cairan pasien setiap 1 jam 4. Monitor status kesadaran dan neuromuscular sebagai adanya komplikasi dari akaliosis metabolic (reflek otot yang hiperaktif, pusing, kelemahan, koma) 5. Monitor tanda dan gejala dari GIT (mua, muntah, dan diare) 6. Berikan cairan sesuai indikasi karena adanya kehilangan yang berlebihan dikarenakan penyebab yang mendasar
IMPLEMENTASI
Nama klien
: Ny.S
Tanggal pengkajian
Diagnosa medis
: Myasthenia Gravis,HT stage II ,efusi pleura
: 16 Juli 2018
No. Dx. Tgl
Jam
Tindakan Keperawatan
Respon Klien
Kep
16/7/2018 1
09.00
Memberikan posisi head up 30 derajat
S:-
Melakukan suction tertutup via ETT
O:
Memeriksa suara napas sebelum dan sesudah tindakan suction
Memberikan perawatan mulut secara rutin dengan pengusapan yang lembut dengan agen antiseptic
Mengganti plester ETT
Memonitor
status
oksigenasi
RR
dan
saturasi oksigen
PC-SIMV, PEEP 8 cmH2O, P insp 16 cmH2O, TV 260-352 mi, Fio2 70%
-
k/u lemah GCS 4x6, kesadaran compos mentis TD: 170/70mmHg N: 104x/m RR: 19 x/m Pasien batuk + Hasil suction: sputum berwarna putih kental SaO2 96% PEEP : 6cmH2O O2 51 % VTi : 322 VTe : 273 P mean : 10 cmH2O Ppeak : 20 cmH2O
TTD & Nama Terang
No. Dx. Tgl
Jam
Tindakan Keperawatan
Respon Klien
Kep
16/7/2018 2
09.30
S :
memberikan O2 via ventilator
Memantau HR atau nadi brachialis
Mengobservasi RR secara periodic
Meningkatkan istirahat pasien
Memberi kan posisi yang nyaman
Melakukan suction secara berkala untuk
O:
mengeluarkan secret yang berlebih
Mengauskultasi suara napas sebelum dan sesudah tindakan suction
Monitor status oksigenasi SPO 2
Tgl
No. Dx.
Jam
Tindakan Keperawatan
11.00
Memonitor tanda gejala rendahnya HCO 3(mual,
hypercapnia
syndrome
mechanically ventilated patients
k/u lemah GCS 4x6, kesadaran compos mentis TD: 170/70mmHg N: 104x/m RR: 19 x/m S: 36 derajat SaO2 96% Hasil suction: sputum berwarna putih kental Ronchi + + Respon Klien
Kep
16/7/2018 3
TTD & NamaTerang
S :-
in O:
TTD & NamaTerang
Memonitor intake dan output cairan pasien setiap 1 jam Memonitor
status
kesadaran
dan
neuromuscular sebagai adanya komplikasi dari akaliosis metabolic (reflek otot yang hiperaktif, pusing, kelemahan, koma) Memonitor tanda dan gejala dari GIT (mual, muntah, dan diare) Memonitor hasil Lab terkait (BGA, SE)
k/u lemah GCS 4x6, kesadaran compos mentis TD: 170/70mmHg N: 104x/m RR: 19 x/m S: 36 derajat Klien tidak muntah, tidak diare Output 1 jam 125cc Input 1 jam 217cc
Catatan Perkembangan
Nama klien
: Ny.S
Tanggal pengkajian
Diagnosa medis
: Myasthenia Gravis,HT stage II ,efusi pleura
Tanggal : 17/7/2018
: 16 Juli 2018
No S
O
A
P
I
E
dx
1
-
-
- -
-
k/u lemah GCS 4x6, kesadaran compos mentis TD: 130/70mmHg N: 110x/m RR: 22 x/m Pasien 45ampak nyaman Pasien batuk (-)
Gangguan ventilasi Spontan
1. monitor
efektifitas
ventilasi
mekanik
terhadap fisiologi
status
Melakukan suction tertutup via ETT
Memeriksa
2. berikan askep untuk
sebelum
menghilangkan
suara dan
napas sesudah
pasien
(pengaturan
posisi,
mulut secara rutin dengan
cek
pengusapan yang lembut
peralatan
3. lakukan suction jika suara
abnormal
secara
teratur)
ada
O: -
tindakan suction
distress
analgesic,
S:-
30 derajat
psikologis
pasien
Memberikan posisi head up
nafas atau
peningkatan tekanan
Memberikan
perawatan
dengan agen antiseptic
Mengganti plester ETT
Memonitor status oksigenasi
- -
RR dan saturasi oksigen -
k/u lemah GCS 4x6, kesadaran compos mentis TD: 155/70mmHg N: 112x/m RR: 28 x/m Pasien batuk Hasil suction: sputum berwarna putih kental SaO2 94% PEEP: 9 cmH2O
inspirasi menggunakan prosedur aseptic 4. lakukan
fisioterapi
dada 5. tingkatkan pengkajian
secara
O2 69% VTi : 274 P insp 16 cmH2O, TV 260VTe : 279 352 mi Ppeak 25 cmH2O A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi
PC-SIMV, PEEP 8 cmH2O,
-
rutin adanya kriteria penyapihan (hemodinamik, kemampuan
untuk
mulai usaha nafas) 6. berikan mulut
perawatan secara
rutin
dengan pengusapan yang lembut dengan agen antiseptic No S
O
A
k/u lemah GCS 4x6, kesadaran compos mentis
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
P
I
E
Dx
2
-
1. Auskultasi napas
bunyi tambahan
(ronchi/wheezing)
S :
memberikan O2 via ventilator
O:
k/u lemah
TD: 130/70mmHg N: 110x/m RR: 22 x/m S: 36 derajat SaO2 96% Hasil suction: sputum berwarna putih kental Ronchi + +
2. Kolaborasi pemberian terapi
oksigen
ventilator mekanik 3. Lakukan
suction
Meningkatkan istirahat pasien
yang berlebih 4. Auskultasi
Mengobservasi RR secara periodic
secara berkala untuk mengeluarkan secret
Memberi kan posisi yang nyaman
suara
Melakukan suction secara
napas sebelum dan
berkala untuk mengeluarkan
sesudah
secret yang berlebih
tindakan
suction
5. Monitor
GCS 4x6, kesadaran compos mentis TD: 155/70mmHg N: 112x/m RR: 28 x/m S: 36 derajat SaO2 94% Hasil suction: sputum berwarna putih kental Ronchi + +
brachialis
menggunakan
Memantau HR atau nadi
status
sebelum
oksigenasi (SaO 2 dan SPO2)
Mengauskultasi suara napas dan
sesudah
tindakan suction
Monitor
status oksigenasi
SPO2
A : Masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi
No S
O
A
P
I
Gangguan pertukaran gas
1. Monitor tanda gejala
Memonitor
HCO 3-
rendahnya
E
Dx
3
-
k/u lemah GCS 4x6, kesadaran
rendahnya
tanda
gejala
HCO 3-
(mual,
S :-
compos mentis TD: 130/70mmHg N: 110x/m RR: 22x/m S: 36 derajat
(mual,
hypercapnia
syndrome
in
mechanically ventilated
hypercapnia
syndrome
mechanically
in
ventilated
patients Memonitor intake dan output
patients 2. Monitor
intake
dan
output cairan pasien setiap 1 jam
cairan pasien setiap 1 jam Memonitor status kesadaran dan neuromuscular sebagai
3. Monitor
status
kesadaran
dan
adanya
komplikasi
akaliosis
metabolic
dari (reflek
neuromuscular sebagai
otot yang hiperaktif, pusing,
adanya komplikasi dari
kelemahan, koma)
akaliosis (reflek
metabolic otot
hiperaktif,
yang pusing,
kelemahan, koma) 4. Monitor
tanda
dan
muntah, dan diare) 5. Berikan cairan sesuai indikasi karena adanya yang
berlebihan dikarenakan penyebab mendasar
dari GIT (mual, muntah, dan diare) Memonitor hasil Lab terkait
gejala dari GIT (mua,
kehilangan
Memonitor tanda dan gejala
yang
(BGA, SE)
O:
k/u lemah GCS 4x6, kesadaran compos mentis TD: 155/70mmHg N: 112x/m RR: 28 x/m S: 36 derajat Klien tidak muntah, tidak diare Output 1 jam 75cc Input 1 jam 195cc A : Masalah belum tertasi P : Lanjutkan intervensi
Catatan Perkembangan
Nama klien
: Ny.S
Tanggal pengkajian
Diagnosa medis
: Myasthenia Gravis,HT stage II ,efusi pleura
Tanggal : 18/7/2018
: 16 Juli 2018
No S
O
A
P
I
E
dx
1
-
-
- -
-
k/u lemah GCS 4x6, kesadaran compos mentis TD: 170/70mmHg N: 104x/m RR: 19 x/m Pasien nampak nyaman Pasien batuk -
Gangguan ventilasi Spontan
7. monitor
efektifitas
ventilasi
mekanik
terhadap fisiologi
status
Melakukan suction tertutup via ETT
Memeriksa
8. berikan askep untuk
sebelum
menghilangkan
suara dan
napas sesudah
pasien
(pengaturan
posisi,
mulut secara rutin dengan
cek
pengusapan yang lembut
peralatan
9. lakukan suction jika suara
abnormal
secara
teratur)
ada
O: -
tindakan suction
distress
analgesic,
S:-
30 derajat
psikologis
pasien
Memberikan posisi head up
nafas atau
Memberikan
perawatan
dengan agen antiseptic
Mengganti plester ETT
Memonitor status oksigenasi RR dan saturasi oksigen
- -
k/u lemah GCS 4x6, kesadaran compos mentis TD: 152/70mmHg N: 102x/m RR: 31 x/m Pasien nampak nyaman Pasien batuk + Hasil suction: sputum berwarna putih kental
peningkatan tekanan
PC-SIMV, PEEP 8 cmH2O,
inspirasi
P insp 16 cmH2O, TV 260-
menggunakan
352 mi
prosedur aseptic 10. lakukan fisioterapi dada
- SaO2 96% - PEEP 7 - VTi 263 - VTe 253 A: Masalah belum tertasi P: Lanjutkan intervensi
11. tingkatkan pengkajian
secara
rutin adanya kriteria penyapihan (hemodinamik, kemampuan
untuk
mulai usaha nafas) 12. berikan perawatan mulut
secara
rutin
dengan pengusapan yang lembut dengan agen antiseptic
No S Dx
O
A
P
I
E
2
-
k/u lemah GCS 4x6, kesadaran compos mentis TD: 170/70mmHg N: 104x/m RR: 19 x/m S: 36 derajat SaO2 96% Hasil suction: sputum berwarna putih kental Ronchi + +
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
6. Auskultasi napas
bunyi tambahan
S :
(ronchi/wheezing) 7. Kolaborasi pemberian terapi
ventilator
oksigen
menggunakan
suction
Meningkatkan istirahat pasien
yang berlebih 9. Auskultasi
Mengobservasi RR secara periodic
secara berkala untuk mengeluarkan secret
Memantau HR atau nadi brachialis
ventilator mekanik 8. Lakukan
memberikan O2 via
Memberi kan posisi yang nyaman
suara
Melakukan suction secara
napas sebelum dan
berkala untuk mengeluarkan
sesudah
secret yang berlebih
tindakan
suction 10.
Monitor
status
sebelum
oksigenasi (SaO 2 dan SPO2)
Mengauskultasi suara napas dan
sesudah
tindakan suction
Monitor SPO2
status oksigenasi
O:
k/u lemah GCS 4x6, kesadaran compos mentis TD: 152/70mmHg N: 102x/m RR: 31 x/m S: 36 derajat SaO2 96% Hasil suction: sputum berwarna putih kental Ronchi + + A: Masalah belum tertasi P: Lanjutkan intervensi
No S
O
A
P
I
Gangguan pertukaran gas
6. Monitor tanda gejala
Memonitor
HCO 3-
rendahnya
E
Dx
3
-
k/u lemah GCS 4x6, kesadaran compos mentis TD: 170/70mmHg N: 104x/m RR: 19 x/m S: 36 derajat
rendahnya (mual,
hypercapnia
syndrome
in
mechanically ventilated
hypercapnia
tanda
gejala
HCO 3-
(mual,
syndrome
mechanically
in
ventilated
patients Memonitor intake dan output
patients 7. Monitor
intake
dan
output cairan pasien setiap 1 jam
cairan pasien setiap 1 jam Memonitor status kesadaran dan neuromuscular sebagai
8. Monitor
status
kesadaran
dan
adanya
komplikasi
akaliosis
metabolic
dari (reflek
neuromuscular sebagai
otot yang hiperaktif, pusing,
adanya komplikasi dari
kelemahan, koma)
akaliosis (reflek hiperaktif,
metabolic otot
yang pusing,
kelemahan, koma)
Memonitor tanda dan gejala dari GIT (mual, muntah, dan diare) Memonitor hasil Lab terkait (BGA, SE)
S :-
O:
k/u lemah GCS 4x6, kesadaran compos mentis TD: 152/70mmHg N: 104x/m RR: 31 x/m S: 36 derajat Klien tidak muntah, tidak diare A: Masalah belum tertasi P: Lanjutkan intervensi
9. Monitor
tanda
dan
gejala dari GIT (mua, muntah, dan diare) 10.
Berikan
cairan
sesuai indikasi karena adanya
kehilangan
yang
berlebihan
dikarenakan penyebab yang mendasar
EVALUASI Hari/Tgl/ Jam 16/7/201 8
No Dx
Tanda Evaluasi tangan
Kep 1
S: O: -
k/u lemah GCS 4x6, kesadaran compos mentis TD: 170/70mmHg N: 104x/m RR: 19 x/m Pasien nampak nyaman Pasien batuk + Hasil suction: sputum berwarna putih kental SaO2 96%
NOC: Respon ventilasi mekanik : dewasa Indikator Volume tidal FiO2 (fraksi O2) memenuhi kebutuhan O2 Arteri Ph Saturasi oksigen
Score Awl Tgt Akr 2 4 2 3
4
4
1
5
1
5
5
5
2
4
4
Mode ventilator
A: Masalah sesuai dengan NOC teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan NIC
Hari/Tgl/ Jam 16/7/201 8
No Dx
Tanda Evaluasi tangan
Kep 3
S: O:
k/u lemah GCS 4x6, kesadaran compos mentis TD: 170/70mmHg N: 104x/m RR: 19 x/m S: 36 derajat Klien tidak muntah, tidak diare Output 1 jam 125cc Input 1 jam 217cc
NOC: NOC Mechanical Ventilation Response: Adult
PO2
Score Awl Tgt 2 4
PaCO2
1
SPO2
5
pH arteri
1
Indikator
4
1
5
5
5
1
A: Masalah sesuai dengan NOC teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan NIC
Akr 2
Hari/Tgl/ Jam 16/7/2018
No Dx
Tanda Evaluasi tangan
Kep 2
S: -
O: k/u lemah GCS 4x6, kesadaran compos mentis TD: 170/70mmHg N: 104x/m RR: 19 x/m S: 36 derajat SaO2 96% Hasil suction: sputum berwarna putih kental Ronchi + -
+
NOC: Respiratory status : Airway patency
RR
Score Awl Tgt Akr 5 5 3
Suara nafas tambahan
3
Akumulasi sputum
3
Indikator
5
3
5
3
A: Masalah sesuai dengan NOC teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan NIC