LAPORAN PENDAHULUAN KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS
A. Pengertian Pola nafas tidak efektif merupakan suatu keadaan ketika seseorang individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status pernafasan sehubungan dengan ketidak mampuan untuk batuk secara efektif (Lynda Juall, Carpenito 2010). Bersihan Jalan nafas tidak efektif merupakan ketidak mampuan dalam membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk menjaga b ersihan jalan nafas (Nanda,2015).
B. Etiologi 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen antara lain : 1. Saraf otonomik ( rangsangan saraf simpatis dan parasimpatis ) 2. Peningkatan produksi sputum 3. Alergi pada saluran nafas 4. Faktor fisiologis a) Menurunnya kemampuan mengikat O2 b) Menurunnya konsentrasi O2 c) Hipovolemia d) Meningkatnya metabolism e) Kondisi yang mempengaruhi pegerakan dinding dada
2. Faktor perilaku 1. Merokok 2. Aktivitas 3. Kecemasan 4. Substance abuse atau penggunaan narkotika 5. Status nutrisi 3. Faktor lingkungan 1. Tempat kerja atau polusi 2. Suhu lingkungan 3. Ketinggian tempat dari permukaan laut C. Patofisiologi Obstruksi jalan nafas merupakan kondisi pernafasan yang tidak normalakibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi. Statis sekresi batuk yang tidak efektif karena penyakit persyarafan seperti cierebronvaskular accident (CVA).
D. Manifestasi Klinis 1. Batuk tidak efektif 2. Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi dalam nafas 3. Bayi nafas normal 4. Frekuensi, irama, kedalam pernafasan normal 5. Terdapat suara nafas tambahan yang menunjukkan adanya sumbatan ronchi.
E. Pemeriksaan Diagnostik 1. Rongen dada Merupakan pemeriksaan yang dilakukan misalnya untuk melihat lesi paru pada penyakit TB, adanya tumor, benda asing, pembengkakan paru, penyakit jantung dan untuk melihat struktur abnormal
F. Pelaksaan medis dan keperawatan Penatalaksanaan keperawatan 1. Latihan nafas Latihan nafas merupakan cara bernafas untuk memperbaiki ventilasi alveoli atau memelihara pertukaran gas meningkatkan efisiensi, batuk dan mengurangi stress. 2. Latihan batuk efektif Merupakan cara untuk melihat pasien yang tdak memiliki kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk membersihkan laring, trakea, dan bronkiolus, dari sekret atau benda asing di jalan nafas. 3. Fisioterapi dada Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara postural drinase, clapping dan vibrating pada pasien dengan gangguan system pernafasan. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Pola pemeliharaan kesehatan Gejala Asma dapat membatasi manusia untuk berperilaku hidup normal sehingga pasien dengan Asma harus mengubah gaya hidupnya sesuai kondisi yang memungkinkan tidak terjadi serangan Asma 2. Pola nutrisi dan metabolik Perlu dikaji tentang status nutrisi pasien meliputi, jumlah, frekuensi, dan kesulitankesulitan dalam memenuhi kebutuhnnya. Serta pada pasien sesak, potensial sekali terjadinya kekurangan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi, hal ini karena dispnea saat makan, laju metabolism serta ansietas yang dialami pasien. 3. Pola eliminasi Perlu dikaji tentang kebiasaan BAB dan BAK mencakup warna, bentuk, konsistensi, frekuensi, jumlah serta kesulitan dalam pola eliminasi. 4. Pola aktifitas dan latihan Perlu dikaji tentang aktifitas keseharian pasien, seperti olahraga, bekerja, dan aktifitas lainnya. Aktifitas fisik dapat terjadi faktor pencetus terjadinya Asma.
5. Pola istirahat dan tidur Perlu dikaji tentang bagaiman tidur dan istirahat pasien meliputi berapa lama pasien tidur dan istirahat. Serta berapa besar akibat kelelahan yang dialami pasien. Adanya wheezing dan sesak dapat mempengaruhi pola tidur dan istirahat pasien. 6. Pola persepsi sensori dan kognitif Kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan mempengaruhi konsep diri pasien dan akhirnya mempengaruhi jumlah stresor yang dialami pasien sehingga kemungkinan terjadi serangan Asma yang berulang pun akan semakin tinggi. 7. Pola hubungan dengan orang lain Gejala Asma sangat membatasi pasien untuk menjalankan kehidupannya secara normal. Pasien perlu menyesuaikan kondisinya berhubungan dengan orang lain. 8. Pola reproduksi dan seksual Reproduksi seksual merupakan kebutuhan dasar manusia, bila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan terjadi masalah dalam kehidupan pasien. Masalah ini akan menjadi stresor yang akan meningkatkan kemungkinan terjadinya serangan Asma. 9. Pola persepsi diri dan konsep diri Perlu dikaji tentang pasien terhadap penyakitnya.Persepsi yang salah dapat menghambat respon kooperatif pada diri pasien. Cara memandang diri yang salah juga akan menjadi stresor dalam kehidupan pasien. 10. Pola mekanisme dan koping Stres dan ketegangan emosional merupakan faktor instrinsik pencetus serangan Asma maka prlu dikaji penyebab terjadinya stress. Frekuensi dan pengaruh terhadap kehidupan pasien serta cara penanggulangan terhadap stresor. 11. Pola nilai kepercayaan dan spiritual Kedekatan pasien pada sesuatu yang diyakini di dunia dipercayai dapat meningkatkan kekuatan jiwa pasien.Keyakinan pasien terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta pendekatan diri pada-Nya merupakan metode penanggulangan stres yang konstruktif. 12. Pemeriksaan penunjang
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan bronkospasme
C. INTERVENSI KEPERAWATAN Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan bronkospasme. Tujuan: Pola nafas kembali efektif. Kriteria hasil : Pola nafas efektif, bunyi nafas normal atau bersih, TTV dalam batas normal, batuk berkurang, ekspansi paru mengembang Intervensi : a. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan / pelebaran nasal. Rasional : kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas. Expansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis dan atau nyeri dada. b. Auskultasi
bunyi
nafas
dan
catat
adanya
bunyi
nafas
seperti
krekels,
wheezing.
Rasional : ronki dan wheezing menyertai obstruksi jalan nafas / kegagalan pernafasan. c. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan. d. Observasi pola batuk dan karakter sekret. Rasional : Kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering/iritasi. e. Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk. Rasional : dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidak nyaman upaya bernafas.
Kolaborasi
-Berikan oksigen tambahan -Berikan humidifikasi tambahan misalnya : nebulizer Rasional : memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret.
PATHWAY
DAFTAR PUSTAKA NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi 2012-2014/Editor, T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Sumarwati, Dan Nike Budhi Subekti ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Barrah Bariid, Monica Ester, Dan Wuri Praptiani. Jakarta; EGC. Moorhed, (et al). 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition. Missouri: Mosby Elsevier Gloria M. Bulechek, (et al).2013. Nursing Interventions Classifications (NIC) 6th Edition. Missouri: Mosby Elsevier