Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Pebruari-Juli 2014: 66-76
FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI WILAYAH PUSKESMAS PEMBANTU BAGI KECAMATAN MADIUN KABUPATEN MADIUN Suprijati Email :
[email protected] ABSTRACT Penelitia ini merupakan adalah kualitatif bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang paling dominan yang menjadi kendala ibu dalam memberikan ASI esklusif. lokasi di Desa Bagi Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun. Informan adalah para ibu menyusuiyang mempunyai bayi umur 0-12 bulan, yang tidak menyusui bayinya secara esklusif 0-6 bulan. Variabel penelitian adalah faktor penghambat pemberian ASI esklusif. Tehnik pengumpulan data menggunakan FGD (Focus Group Discusion). Instrumen Penelitian adalah pedoman FGD tentang faktor penghambat informan dalam pemberian ASI esklusif. Hasil penelitian menunjukkanbahwa semua menyatakan faktor umur, pendidikan, pekerjaan tidak mengganggu aktifitas menyusui bayi, semua informan mengatakan mulanya mereka memberikan ASI setelah kelahiran bayinya namun karena kendala ASI tidak lancar dan tidak mau repot, rewel anaknya menangis akhirnya mereka memberikan susu botol. Menurut informan sebetulnya mereka tahu tentang pentingnya memberikan ASI dibanding susu formula, namun mereka merasa khawatir bila bayinya tidak diberi susu botol maka bayinya tidak bisa menjadi gemuk, atau tidak bisa cepat naik berat badannya seperti yang mereka harapkan. Kesimpulan penelitian bahwa faktor umur, pendidikkan, pekerjaan bukanlah faktor kendala dalam aktifitas menyusui bayi mereka, namun karena alasan / kendala ASI tidak lancar keluar, tidak mau repot bila anak rewel, dan yang paling dominan alasan memberi susu botol karena merasa khawatir bila bayi tidak diberi susu formula bayi tidak bisa gemuk atau cepat naik berat badannya. Saran penelitian pada prinsipnya memeng banyak kendala bagi ibu dalam pelaksanaan pemberian ASI esklusif, namun hal tersebut mungkin tidak perlu terjadi bila faktor kendala internal maupun eksternal dari buteki bisa teratasi terlebih dulu, maka diharapkan agar instansi kesehahan dan bidan praktek swasta untuk tidak bosan memberi KIE tentang manajemen laktasi yang baik dan diperbanyaknya buku pedoman manajemen laktasi bagi ibu meneteki pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Kata kunci : Faktor penghambat, ASI 1.
PENDAHULUAN Pada masa modern seperti ini, sebagian ibu muda merasa enggan menyusui anak, sebenarnya gejala tersebut sudah membudaya sejak sekian lama, terutama di kota-kota besar, semula hal itu dilakukan oleh para ibu muda di Eropa dan Amerika pada awal abad ke 20. Tindakan ini menyebabkan anak mudah terserang penyakit karena daya tahannya lemah. Ternyata fenomena yang menunjukkan bahwa sebagian ibu tidak menyusui anaknya tidak hanya terjadi dinegara-negara maju, tetapi juga di negara-negara berkembang, misalnya Indonesia ada banyak faktor yang membuat atau mempengaruhi ibu hingga tidak menyusui anaknya. Banyak hal yang harus dipersiapkan ibu untuk menyambut kelahiran bayi agar ia tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat dan cerdas. Salah satunya adalah persiapan diri agar ibu berhasil menyusui bayi secara baik dan eksklusif ampai bayi berumur 4-6 bulan. Persiapan itu perlu dilakukan oleh setiap ibu semenjak masih hamil. Air susu ibu (ASI)
76
merupakan sunber gizi paling sempurna yang mengandung zat kekebalan serta mudah dicerna oleh bayi. Asi juga mempunyai nilai ekonomis dan sangat praktis dalam pemberiannya. Permasalahannya adalah tidak semua ibu mau memberikan air susunya secara eksklusif sampai usia 4-6 bulan. Banyak faktor mempengaruhi mengapa ibu enggan menyusui bayinya secara eklusif, diantaranya adalah keharusan ibu dalam bekerja, pentingnya penampilan diri menjadi berkurang, gambaran tubuh berubah, peran ibu berkurang dan sebangai (Perinasia, 1990). Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi. Menyusui merupakan proses alamiah, namun demikian banyak ibu yang tidak berhasil dalam menyusui. Bila ibu menghentikan pemberian air susunya maka ibu pasti memerlukan bantuan berupa pemberian susu formula. Banyak alasan yang diungkapkan oleh para ibu mengapa mereka menghentikan proses menyusuinya, diantaranya adalah bahwa air susunya tidak cukup lagi, atau air susunya tidak keluar. Keadaan ini sebetulnya bukan
Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Pebruari-Juli 2014: 66-76
disebabkan karena produksi ASI kurang namun disebabkan faktor psikologis dari si ibu yang menyebabkan air susunya tidak keluar.Disamping faktor psikologis, ternyata informasi tentang cara-cara menyusui yang baik dan benar belum terjangkau sebagian besar ibuibu(Depkes RI,2001), (Dwi sunar.P, 2009). Dampak yang ditimbulkan akibat pemberian ASI tidak memadai adalah pertumbuhan bayi terganggu, perkembangan bayi terhambat, bayi mudah terserang penyakit, hubungan kasih sayang ibu tidak terjalin dengan baik. Frekuensi dan lamanya menyusui dibanyak bagian dunia telah menunjukkan penurunankarena berbagai alasan sosial, ekonomi dan budaya. Dengan dikenalnya tehnologi modern dan diserapnya gaya hidup baru, makna yang melekat dalam praktek kebiasaan menyusui telah menunjukkan penurunan yang nyata dalam masyarakat (Perinasia,1991). Di daerah pedesaan, pada umumnya ibu menyusui bayi mereka, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh kebiasaan yang kurang baik, seperti pemberian makanan pralaktal yaitu pemberian makanan / minuman untuk menggantikan ASI apabila ASI belum keluar pada hari pertama setelah kelahiran. Jenis makanan tersebut antara lain: air tajin, air kelapa, madu yang dapat membahayakan kesehatan bayi dan menyebabkan berkurang kesempatan untuk merangsang produksi ASI sedini mungkin melalui hisapan bayi pada payudara ibu. Disamping itu masih banyak ibuibu tidak memanfaatkan Colostrum ( ASI yang pertama keluar pada hari-hari pertama ), karena dianggap tidak baik untuk bayi (susu basi ), selanjutnya pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) diberikan terlalu dini sebagian besar berupa pisang, nasi, bubur yang tidak mencukupi baik kuantitas maupun kualitasnya. Faktor kemiskinan juga sangat dipengaruhi oleh kekerabatan sosial kultur kebiasaan masyarakat. Kebiasaan tersebut karena kurangnya pengetahuan masyarakat efek akibat pemberian makanan tambahan sejak dini pada bayi. Anggapan yang salah tentang perlunya pemberian makanan pada bayi sejak awal inilah yang memberikan konstribusi rendahnya cakupan pemberian ASI ekslusif pada bayi (Hananto, 2000). Kendala lain yang dihadapi dalam upaya peningkatan pemberian ASI adalah belum semua sarana pelayanan persalinan menerapkan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui (LMKM) yang merupakan kriteria/persyaratan Rumah Sakit Sayang Bayi. Disamping itu untuk ibu bekerja belum
76
diterapkan Tempat Kerja Sayang Bayi. (Depkes RI, 2001). Hasil penelitian di Bogor Tahun 2001 menunjukkan bahwa anak yang diberi ASI Ekslusif sampai usia 4 bulan tidak ada yang menderita gizi buruk ketika mereka berusia 5 bulan. Penelitian yang sama menunjukkan bahwa 18.7% dari ibu-ibu dianjurkan oleh petugas kesehatan untuk memberi susu formula pada minggu pertama setelah kelahiran. Sebagian besar ibu menyatakan bahwa sumber promosi-promosi susuf formula adalah pelayanan kesehatan (76%) dimana 21 % ibu melihat iklan susu formula di rumah sakit, 19,5 % di praktek klinik swasta dan 19.5 % di puskesmas. Lebih jauh lagi, lebih dari 60 % ibu-ibu menyatakan menerima susu formula bayi melalui Rumah Sakit atau Rumah Bersalin, dan sekitar 40 % ibu menerima hadiah dari perusahaan susu formula untuk bayi. Temuan penting lainya dari studi tersebut adalah bahwa 14,8 % bidan menyatakan setuju untuk memberi susu formula kepada bayi baru lahir. (IPB , Depkes, Badan POM dan WHO 2001). Bayi yang diberikan susu selain ASI, mempunyai resiko 17 kali lebih besar mengalami diare, dan 3 sampai 4 kali lebih besar kemungkinan terkena ISPA dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI. (WHO 2000). Sedangkan di puskesmas Ngujung diperkirakan 47,36 % saja bayi yang mendapat ASI Ekslusif dari target 70 % (Dinkes Kab. Madiun, 2010). Agar menyusui dapat berhasil dengan baik diperlukan dukungan aktif para ibu selama hamil sampai anak usia minimal 2 tahun. Dukungan ini bukan hanya dari keluarga dan masyarakat melainkan juga dari seluruh sistem pelayanan kesehatan. Lebih-lebih petugas kesehatan dan kader kesehatan di posyandu sebaiknya tidak berhenti dalam memberikan penyuluhan dan pendidkan kesehatan tentang pentingnya pemberian ASI ekslusif untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi sampai usia 4-6 bulan. Disamping itu perlu adanya penyebaran leaflet dan informasi seputar pentingnya ASI baik di media cetak maupun media elektronik yang terjangkau oleh masyarakat. Berdasarkan permasalahan dan dampak masalah yang ditimbulkan akibat rendahnya cakupan program ASI ekslusif, diperlukan studi kualitatif tentang faktor-faktor yang menghambat sehingga ibu tidak berhasil memyusui bayinya secara ekslusif, penelitian ini dipilih untuk mengetahui secara sesungguhnya/data primer guna menjawab
Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Pebruari-Juli 2014: 66-76
faktor yang paling menonjol mengapa pemberian ASI secara ekslusif tidak berhasil dengan baik. 2.
KAJIAN PUSTAKA Konsep ASI Eksklusif Menyusui secara ekslusif adalah pemberian hanya air susu ibu (ASI) saja tanpa makanan dan minuman lain dianjurkan sampai 4 – 6 bulan pertama kehidupan bayi. (Depkes RI, 2001), Dengan kata lain bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk,madu,air teh,dan air putih,serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu,biskuit, bubur nasi dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral dan obat,setelah 6 bulan bayi boleh diberi makanan pendamping ASI(MP-ASI) dan ASI masih diberikan hingga bayi berusia 2 tahun atau lebih (Dwi Sunar, 2009, 26) Mengapa “ Eksklusif ?” Karena ASI sebagai sumber utama laktosa apabila berhasil secara eksklusif diberikan kepada bayi sampai usia 4-6 bulan akan menjamin kebutuhan energi dan komponen untuk pertumbuhan sel-sel syaraf dan otak (cerebrocide dan myelin) sebagai persiapan kualitas tumbuh kembang.(Sounders, 1981, 247). Keuntungan ASI 1. Bagi bayi a. Dari segi gizi meliputi; mengandung zat gizi lengkap, mudah diserap dan mudah dicerna. b. Dari segi imunologik; mengandung zat kekebalan, dan tidak menyebabkan alergi. c. Dari segi psikologi meliputi; mendekatkan hubungan ibu dan bayi dan menimbulkan rasa percaya diri pada ibu. 2. Bagi Ibu: a. Kesehatan Ibu Post Partum Isapan bayi pada puting susu ibu akan mengurangi perdarahan pasca persalinan dan mempercepat proses involusi post partum. b. Aspek Psikologis meliputi; mendekatkan hubungan ibu dan anak dan memberikan perasaan diperlukan(pada ibu). c. Aspek Keluarga Berencana; meliputi menjarangkan kehamilan menunda kembalinya kesuburan. 3.Bagi Keluarga a. Segi ekonomi, meliputi; hemat karena tidak perlu membeli susu formula,menghemat biaya pengobatan,karena jarang sakit. b. Segi psikologis, meliputi; mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga,tidak
76
mengganggu orang lain utk membuetkan susu formula Keunggulan dan manfaat ASI a. Aspek Gizi, meliputi;Manfaat Kolostrom; 1). Kolostrom meengandung zat kekebalan terutama Ig.A untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit alergi terutama diare. 2). Jumlah kolostrom yang di produksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada harihari pertama kelahiran, walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi zat gizi bayi, oleh karena itu harus diberikan pada bayi; 3). Kolostrom mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan karbohidrat dan rendah lemak, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama setelah kelahiran; dan 4). Membantu pengeluaran mekonium, yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan. Komposisi kolostrum, ASI dan susu sapi untuk setiap 100 ml, meliputi; 1). ASI mudah dicerna, selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengadung enzim-enzim untuk mencernakan zatzat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut; 2). ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi, yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak. 3). Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan (Rasio) antara whey dan casein yang sesuai untuk bayi. Rasio whey : casein merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung whey lebih banyak yaitu 65 : 35, komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap dibandingkan dibandingkan susu sapi perbandinganya ialah 20 : 80 mengandung lebih banyak casein yang tidak mudah diserap. Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI, meliputi ; 1). Taurin adalah asam amino kedua yang banyak terdapat dalam ASI dan tidak terdapat terdapat dalam susu sapi (Raiha,1985). Taurin berfungsi sebagai neuro transmiter dan berperan penting untuk untuk proses maturasi sel otak (Gaul,1985); 2). Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA), adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang ( polyunsaturated fatty- acids) untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. DHA dan AA dalam ASI jumlahnya sangat mencukupin untuk menjamin
Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Pebruari-Juli 2014: 66-76
pertumbuhan dan kecerdasan anak dikemudian hari (Depkes RI, 2001:6-8) b. Aspek Imunologik Telah diketahui bahwa bayi yang diberi ASI lebih terlindungi terhadap penyakit infeksi terutama diare dan mempunyai kesempatan hidup lebih besar dibandingkan dengan bayi-bayi yang diberi susu botol. Hal ini disebabkan karena pemberian ASI memberikan keunggulan sebagai berikut; 1). ASI bersih, bebas dari kontaminasi 2). Immunoglobulin terutama Ig. A kadarnya lebih tinggi dalam kolostrum dibandingkan dengan ASI dan melumpuhkan bakteri patogen E.Coli dan berbagai virus pada saluran pencernakan; 3). Lactoferin sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan dalam ASI yang mengikat zat besi (ferrum ) disaluran pencernakan; 4). Lysossim terdapat dalam jumlah 300x lebih banyak pada ASI daripada susu sapi,enzim ini aktif mengatasi bakteri E.Coli dan Salmonella; 5). Sel darah putih:BrochusAsosiated Lympocyte Tissue ( BALT ), yang menghasilkan antibodi terhadap infeksi saluran pernafasan; Gut Asosiated Lympocyte Tissue ( GALT ), yang menghasilkan antibodi terhadap saluran pencernakan;Mammary-Asosiated Lympocyte Tissue ( MALT ), yang menyalurkan antibodi melalui jaringan payudara ibu. Sel-sel ini memproduksi Ig.A, lactoferin,lysosim dan interferon,interferon menghambat aktifitas firus tertentu; Faktor bifidus sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri Laktobifyds, bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.Kotoran bayi menjadi bersifat asam yang berbeda dari kotoran bayi yang mendapat susu botol (Depkes RI,2001:9-10 ). 3.
METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus.). Dalam penelitian ini juga menggunakan jenis penelitian diskriptif. Penulis mencoba menjabarkan kondisi konkrit dari obyek penelitian dan menghubungkan variabel-variabel dan selanjutnya akan dihasilkan diskripsi tentang persepsi dan faktor penghambat dalam pemberian ASI ekslusif. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Bagi Kecamatan Madiun
76
Kabupaten Madiun. Instrumen adalah alat untuk mengumpulkan data yang berupa angket atau kuisioner. Adapun reliabelitas dan validitasnya lebih pada kelayakan dan kredibilitas peneliti karena alat ukur dalam penelitian kualitatif bersifat kualitatif juga, sehingga sangat abstrak, akan tetapi lengkap dan mendalam. Sampel yng peneliti gunakan dalam penelitian kwalitatif tersebut kami sebut informan. Informan adalah orang yang memberikan informasi data. Data penelitian ini informannya adalah Ibu menjusui / Ibu yang tidak menjusui bayinya umur 0 s/d 6 bulan. Pada penelitian ini data yang ingin dicari adalah data primer yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian. Berdasarkan sifatnya, data pada penelitian ini dikategorikan data kualitatif yaitu data yang tidak berbentuk bilangan (Hasan MI,2002). Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dari informan, maka metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskusi kelompok terfokus / focus group disscution (FGD) (Patilima H, 2005). Metode pengumpulan data ini digunakan untuk mengali data dan informasi mengeai penghambat ibu dalam pemberian ASI Ekslusif. Pengumpulan data dengan metode diskusi kelompok terfokus (FGD), tahapan pengumpulan data dan informasi dimulai dari : a) Setelah mendapatkan izin penelitian, surat ijin itu dikirim ke Kecamatan Madiun Puskesmas Pembantu Bagi, Desa Bagi sebagai wilayah penelitian. b) Langkah selanjutnya setelah proses pengurusan ijin penelitian selesai, maka peneliti mulai menentukan informan. c) Apabila informan jumlahnya banyak dilakukan proses pemilihan informan dengan tehnik pengambilan sampel secara acak sederhana. d) Apabila informan sudah terpilih sesuai jumlah yang ditentukan, maka peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada informan. e) Langkah selanjutnya dari tahap pengumpulan data adalah menentukan jumlah kelompok diskusi, menentukan jadwal diskusi dan topik diskusi. f) Tahapan selanjutnya adalah melakukan FGD sesuai jadwal 4.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan digambarkan hasil penelitian kualitatif terhadap faktor-faktor
Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Pebruari-Juli 2014: 66-76
penghambat ibu dalam pemberian ASI, sekaligus pembahasan hasil diskusi terarah melalui hasil kegiatan Fokus Group Discusion (FGD) yang dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 12 Juli 2013 bertempat di Balai Desa Bagi , Kecamatan Madiun, Kabupaten Madiun. Pelaksanaan FGD dihadiri oleh 12 orang terdiri dari; dua orang pembimbing penelitian, seorang peneliti, tiga orang pembantu peneliti, dan enam orang informan. Kelas FGD secara melingkar dengan bahan diskusi berupa pertanyaan penelitian yaitu; faktor pertanyaan tentang pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan promosi PASI. Pertanyaan pertama penelitian dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian terbuka untuk didiskusikan secara terfokus kepada para informan. Pertanyaan tentang faktor usia, pendidikan,pekerjaan, (Kode. 1), dijabarkan menjadi menjadi 6 pertanyaan yaitu : Usia ibu (Kode. 1.01), pendidikan terakhir (Kode 1.02), pekerjaan Ibu (Kode 1.03), jumlah anak (Kode 1.04), pengaruh pekerjaan ibu dalam pemberian ASI Eklusif (Kode 1.05), pengaruh pendidikan ibu dalam pemberian ASI Esklusif (Kode 1.06). Pertanyaan kedua tentang faktor pengetahuan Ibu terhadap ASI Esklusif dijabarkan menjadi 6 pertanyaan, pertanyaan tentang maksud ASI Esklusif (Kode 2.01), keuntungan pemberian ASI E sklusif untuk bayi (Kode 2.02), keuntungan pemberian ASI bagi Ibu (Kode 2.03), apa yang menghambat pemberian ASI (Kode 2.04), apakah menyusui secara esklusif mengganggu pekerjaan (Kode 2.05), cara pemberian SI pada Ibu bekerja (Kode 2.06). Pertanyaan ketiga tentang promosi PASI (Kode 3), dijabarkan menjadi 5 pertanyaan, pertanyaan darimana Ibu mengetahui informasi mengenai susu tambahan / susu formula (Kode 3.01), mengapa / apa alasan Ibu memberikan susu formula pada bayi (Kode 3.02), sejak usia berapa Ibu memberikan susu formula pada bayi (Kode 3.03), sampai umur berapa Ibu memberikan susu formula pada bayi (Kode 3.04), apakah susu formula lebih baik/penting dari ASI(kode 3.05). 1.Data Informan 1.1 Informan 1 Nama : Ny. Nuning Kode : Ny.NU. Suami : Haryono Umur : 21 tahun Pekerjaan Istri : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan Suami : Swasta Pendapatan :< Rp. 1.000.000,/bulan Jumlah Anak :1
76
Anak ter kecil umur: 9 Bulan Menyusui/tidak : Menyusui ditambah susu botol. Alamat : Ds Bagi Rt 12 Rw 5 1.2 Informan 2 Nama : Ny. Endang Kode : Ny. E Suami : Yayak Umur : 22 tahun Pekerjaan Istri : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan Suami : Swasta Pendapatan :> Rp. 1.000.000,/bulan Jumlah Anak :1 Anak ter kecil umur: 8 Bulan Menyusui/tidak : Menyusui ditambah susu botol Alamat : Desa Bagi Rt 10 Rw 4 1.3 Informan 3 Nama : Ny. Harim Kode : Ny.H Suami : Harso Umur : 38 tahun Pekerjaan Istri : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan Suami : Tani Pendapatan :> Rp. 1.000.000,/bulan Jumlah Anak :2 Anak terkecil : 2 Bulan Menyusui/tidak : Menyusui ditambah susu botol Alamat : Ds Bagi RT 19 RW 06 1.4 Informan 4 Nama : Ny. Neneng Hamidah Kode : Ny. N H Suami : Fendrik Triana Umur : 24 tahun Pekerjaan Istri : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan Suami : Swasta Pendapatan :˃ Rp. 1.000.000,/bulan Jumlah Anak :1 Anak kecil umur : 9 Bulan. Menyusui/Tidak : Menyusui ditambah susu botol Alamat : Ds Bagi RT 6 RW 2 1.5 Informan 5 Nama : Ny. Yunik Nuryani Kode : Ny. Y N Suami : Hillaludin Umur : 30 tahun Pekerjaan Istri : Ibu rumah tangga Pekerjaan Suami : Wiraswasta
Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Pebruari-Juli 2014: 66-76
Pendapatan :> Rp. 1.000.000,/bulan Jumlah Anak :2 Anak ter kecil umur: 3 Bulan Menyusui/Tidak : Susu botol. Alamat : Ds Bagi RT 01 RW 01 1.6 Informan 6 Nama : Ny. Ani Kristiana Kode : Ny. A Suami : Sugiyanto Umur : 38 tahun Pekerjaan Istri : Pedagang Pekerjaan Suami : Pedagang Pendapatan :>Rp. 1.000.000,/bulan Jumlah Anak :2 Anak terkecil umur : 10 Bulan Menyusui/Tidak : Menyusui ditambah susu botol. Alamat : Desa Bagi RT 02 RW 02 2. Pertanyaan tentang umur, pendidikan, pekerjaan terhadap ASI Esklusif (Kode,1)dijabar menjadi 6 pertanyaan yaitu: Usia ibu, pendidikan terakhir,pekerjaan ibu, jumlah anak,pengaruh pekerjaan Ibu dalam pemberian ibudalam pemberian ASI esklusif,pengaruh pendidikan ibu dalam pemberian ASI esklusif. Hasil diskusi terfokus didapatkan keterangan menurut Ny. NU (informan 1) mengatakan bahwa “ Pendidikan saya SMP suami SMP, pekerjaan suami saya Swasta, saya Ibu rumah tangga, suami saya umur 28 tahun dan saya 21 tahun, anak saya baru 1 ini, dulu lahirnya di RSU sekarang ini umur 9 bulan, dulu berat lahirnya 2200 gram sewaktu di RSU anak saya dioven dan diberi susu botol, kadangkadang diberikan ke saya untuk disusui, sebenarnya pekerjaan saya sehari-hari itu tidak mengganggu saya untuk menyusui Bu, saya masih bisa mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci dan memasak, karena setiap hari saya dirumah saja, setiapkali nangis juga langsung saya susui, tapi kok yang keluar itu hanya sedikit sekali, jadi kalau masih nangis ya terpaksa saya kasih susu botol saja, kan sewaktu di RSU sudah pernah dapat susu botol.”............ Menurut Ny. E (Informan 2) mengatakan bahwa “Umur saya 22 tahun, sedangkan suami saya 26 Tahun, pendidikan saya SMA dan suami saya SMP, saya ibu rumah tangga sedangkan suami saya karyawan Swasta, anak saya 1 sekarang ini umur 8 bulan, berat waktu lahir 2700 gram, saya masih tinggal dirumah mertua, saya bisa menyusui bayi saya setiap saat, dulu saya melahirkan di
76
Bidan Bu, waktu baru lahir itu ya langsung diberi ASI saja, ASI saya lancar Bu, 2 hari langsung keluar saya susui terus bayi saya sampai umur 1 bulan, setelah itu baru saya beri susu botol. “............. Menurut Ny.H (Informan 3) saat ditanya tentang hal yang sama “ kulo umur 38 tahun, bojo kulo Tani, kulo nggih Tani, anak kulo 2, sing cilik umur 2 wulan, lahire teng RSU, mulai lahir nggih minum susu kulo, tapi disambung kaleh susu botol, soale kulo nglaerne dioperasi, taksih teng rumah sakit niko mimik susu botol terus, margi susu kulo dereng medhal, terus hari ke 4 niko, kulo ken blajar njusoni, amargi lek dereng pinter angsale mimik bayine dereng saget dibetho wangsul, wangsul saking RSU bayine terus kulo mimiki piyambak Bu, namung kadang-kadang kulo tambahi susu botol, margi bibar operasi, kulo dereng saget tandang gawe omah Bu, jane ngeh saget njusui sak wanci-wanci, tapi kadang jahitan operasi taksih radi sakit, lek bayine mimik kulo gek dhereng bancar, akhire nangis, terus kulo mesak aken, akhire kulo sambung susu botol. Menurut Ny. NH (informan 4) dengan logat sunda mengatakan bahwa “ sekarang saya umur 24 tahun, Bapaknya umur 26 tahun, saya dulu tamatan SMP kalau suami saya SLTA dan bekerja sebagai pegawai Swasta, anak saya 1, sekarang umur 9 bulan, dulu lahirnya berat badannya 3100 gram, mulai lahir langsung saya susui sendiri, sewaktu-waktu minum ASI terus pagi, malam juga. Kalau pagi tidur terus, bisa ditinggal ngerjain pekerjaan rumah jadi meskipun minum ASI, saya tetap bisa ngerjakan pekerjaan rumah, tapi ASI tetap saya kasih terus, kata mertua saya, dhah “ kamu urus saja thuh bayimu, ya udah kalau nangis ya susuin lagi “ Menurut Ny YN(Informan 5), saat diberikan pertanyaan serupa “ saya Ny YN umur 28 tahun suami saya umur 30 tahun, saya tamatan SMA dan bekerja sebagai Ibu rumah tangga sedangkan suami saya lulusan SMP pekerjaan Swasta, anak saya 2 Bu, yang kecil umur 3 bulan dulu lahir di Bidan beratnya normal 3,5 Kg, mulai lahir diberi minum susu botol Bu, karena ASI saya belum keluar, setelah pulang dari Bidan, dirumah 2 hari ASI saya baru keluar, bayi tetap saya susui sendiri, tapi kadang-kadang saya beri susu botol, soalnya kadang-kadang kerepotan kalau pas saya tinggal, misalnya waktu mandi atau pas makan, belum selesai sudah keburu nangis akhirnya disambung susu botol. Sedangkan Ny. A (informan 6) saat ditanya pertanyaan yang sama menjawab “ saya
Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Pebruari-Juli 2014: 66-76
Ny A umur 30 Tahun lulusan SMA sebagai Ibu rumah tangga, suami saya 38 tahun bekerja sebagai pedagang, lulusan STM, anak saya sudah 2, yang besar umur 5 tahun yang kecil umur 10 bulan, dulu waktu melahirkan saya tidak tahu kalau hamil berapa bulan, pas sedang jualan pakaian keliling tiba-tiba perut saya mules kemudian periksa ke Bidan lalu dirujuk ke RSU, kataya bayinya kecil, setelah lahir ternyata beratnya hanya 1800 gram (prematur)bayi dirawat di RSU selama 2 minggu, di RSU diberi susu botol setelah 2 minggu bayi boleh pulang karena sudah bisa menyusu lancar, dirumah saya beri ASI terus, tetapi tetap saya sambung susu botol. Setelah melahirkan saya bisa merawat dan menyusui bayi saya dirumah karena udah tidak jualan keliling lagi Bu “. Hasil diskusi ini dapat digambarkan bahwa lima diantara enam informan merasa bahwa faktor umur,pendidikan,dan pekerjaan tidak mengganggu untuk memberikan ASI esklusif, tetapi belum mengetahui secara benar tentang apa itu ASI Esklusif, sedangkan satu informan diantaranya telah mengetahui karena didukung oleh keluarga (mertua) untuk menyusui bayinya, Pernyataan informan ini memberikan keterangan bahwa informasi petugas kesehatan tentang pemberian ASI esklusif belum diterima baik,atau informasi petugas kesehatan melalui penyuluhan masyarakat tidak sampai menyentuh ke calon para ibu yang akan menyusui bayinya secara benar. Fakta ini mencerminkan bahwa upaya penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang dilakukan petugas perlu ditingkatkan lagi. Satu informan merasakan menyusui bayi secara esklusif tidak mengganggu pekerjaan rumah sehari-hari dan bisa membagi waktu untuk menyusui secara baik. Proses perubahan tingkah laku dan proses belajar ini menurut (Notoatmodjo, 2003) dapat dikategorikan adanya peranan anggota keluarga dalam pengambilan keputusan,peran keluarga untuk tetap menyusui bayinya. Ternyata, fenomena yang menunjukkan bahwa sebagian ibu muda tidak menyusui anaknya banyak terjadi ditengah masyarakat kita, ada sebuah kekeliruan konsep yakni susu formula itu diperlukan oleh ibu yang persediaan air susunya tidak mencukupi kebutuhan anak, sehingga dibutuhkan susu tambahan yang diproduksi oleh perusahaan susu. Hal ini sangat mempengaruhi pemikiran para ibu yang kurang memiliki pengetahuan yang luas tentang ASI, bagi para ibu menggunakan susu formula dianggap lebih mendatangkan semacam kelonggaran, karena
76
mereka tidak perlu selalu siap sedia memberikan ASI kepada bayi / anak, lambat laun kebiasaan ini akan memupuk sikap mental yang enggan repot dan bertindak seenaknya sendiri. 3. Pertanyaan tentang pengetahuan ASI Esklusif (Kode 2) dijabarkan menjadi 6 pertanyaan: pertanyaan maksud ASI esklusif,keuntungan pemberian ASI esklusif untuk bayi,kuntungan untuk ibu,apa yang menghambat pemberian ASI,apakah menyusui secara esklusif mengganggu pekerjaan,cara pemberian ASI pada ibu bekerja. Hasil FGD dapat dijabarkan sebagaimana : Pendapat Ny NU (Informan 1) tentang pengalamannya menyusui sebagai berikut : “ Coba ibu-ibu ceriterakan apa yang dimaksud ASI Esklusif, keuntungan untuk bayi dan ibu dan apa yang menghambat pemberian ASI ? “ Ny NU (Informan 1) menjawab “ Menurut saya ASI Esklusif yaitu bayi hanya minum ASI tanpa diberi makanan sampingan mulai lahir sampai 6 bulan, ASI yang pertama keluar itu mengandung kekebalan, menyusui dengan ASI itu sendiri sebenarnya lebih enak dibanding dengan susu formula Bu, tidak usah membeli dan tidak capek-capek membuatkan, sebenarnya pemberian ASI tidak mengganggu pekerjaan saya Bu, tetapi karena ASInya tidak bisa keluar banyak saya merasa kurang cukup, akhirnya saya beri susu tambahan“. ... Ny E (Informan 2) menjawab “ Saya setuju dengan ibu NU bahwa ASI saja dari ibu sampai 6 bulan tidak diberi makanan apa-apa karena sudah mengandung gizi sesuai yang dimakan ibunya, keuntungan ASI dibandingkan susu formula lebih murah, diberi ASI bayi tidak mudah sakit, karena ada zat kekebalannya.” Sementara itu dengan logat yang khas, NY H (Informan 3) menjawab :“ ASI Esklusif niku nggih bayi dimimiki ibuke mawon,mboten diparingi maem nopo-nopo ngantos umur 6 sasi, ASI niku sae sanjange sampun ngandung kekebalan sing damel bocah saget sehat, nek disusui piyambak niku sekecane mboten sah tumbas, . . .tapi nek nangis kadang-kadang nggih kulo mimiki susu botol, kadang-kadang kulo kerokne pisang sekedik, mengke nek pun ngoten terus mendel, dadose nek ASI thok kurang wareg. “ Menurut pendapat NY NH (Informan 4) dengan logat sundanya mengatakan:“ Maksudnya ASI Esklusif ya bayi mulai lahir sampai 6 bulan Cuma diberi ASI doang, tanpa diberi tambahan makan atau susu formula. ASI itu lebih bagus dari formula karena ada
Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Pebruari-Juli 2014: 66-76
kekebalannya yang tidak ada di susu formula, jadinya bikin anak tidak gampang sakit, dikulit juga bagus, kalau neteki sebenarnya tidak mengganggu pekerjaan dirumah karena saya masih bisa ngerjain pekerjaan dirumah, penghambat pemberian ASI sebenarnya anak saya sejak lahir sudah ASI saja Bu, terus mulai 4 bulan saya kasih susu botol, karena takut berat badannya susah naik, . . . gitu aja Bu.” Pendapat Ny Y (Informan 5) sewaktu ditanya dengan pertanyaan sama menjawab :“ ASI Esklusif itu bayi diberi ASI saja sampai 6 bulan, tidak diberi makan apa-apa, ASI lebih bagus untuk pertumbuhan anak, karena sarisari makanan ibu langsung turun keanaknya, untungnya kalau diberi ASI itu banyak ya Bu, tidak perlu repot-repot membuat, murah, kalau anak nangis langsung bisa disusui, yang menjadi penghambat itu karena kalau malam kadang-kadang rewel, akhirnya tetap saya sambung susu botol, karena takut kalau masih nangis karena kurang minumnya.” Pendapat Ny A ( Informan 6) sewaktu ditanya dengan pertanyaan sama menjawab :“ Kalau yang saya ketahui ya Bu. . . ASI Esklusif itu, memberikan ASI saja mulai bayi lahir sampai 6 bulan tanpa diberi makan atau susu formula, ASI lebih bagus dari susu formula, karena sudah mengandung kekebalan, jadi seumpama bayi itu sakit maka cepat sembuh, itu kalau Ibu makannya bagus seperti sayursayuran, akan terserap untuk gizi si bayinya, sebenarnya menyusui itu tidak menganggu pekerjaan saya Bu . . ., tapi terpaksa saya tambahi susu formula karena untuk mengejar bobotnya itu, soalnya anak saya lahirnya kan Cuma 1,8 Kg jadi biar cepat nambah berat badannya. Dari jawaban yang disampaikan oleh kelima dari enam Informan diatas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya menyusui itu tidaklah menganggu pekerjaan Informan yang menjadi alasan utama penghambat dalam pemberian ASI Esklusif adalah bahwa fenomena yang dianggap bahwa susu formula itu adalah solusi yang paling tepat untuk mengatasi masalah mereka, yaitu karena mereka ingin bobot bayi yang tadinya sedikit atau kurang bisa dengan cepat dan gampang menjadi naik. ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat Gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi, terkait itu ada suatu hal yang perlu disayangkan, yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi bayi,
76
akibatnya program pemberian ASI Esklusif tidak berlangsung secara maksimal, karena pemahaman Ibu yang masih setengah-setengah. Mereka berfikir bahwa ASI yang diberikannya kepada bayi belum cukup memenuhi kebutuhan bayi. Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia. Pernyataan secara verbal dari kelima informan lainnya yaitu Ny.NU, Ny.H, Ny.NH, Ny.YN dan Ny.A sebagaimana ungkapan kalimat di alinea atas menurut (Noto atmodjo, 2003) merupakan aplikasi dari teori perubahan perilaku yaitu teori S-O-R (stimulusOrganisme-Respon) Perubahan perilaku tergantung kepada kwalitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kwalitas dari sumber komunikasi (Sources) misalnya : Kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat. Oleh sebab itu stimulus atau rangsang yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti disini, tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif. Sedangkan stimulus yang susah diterima adalah program ASI Esklusif dan ternyata susah diterapkan oleh informan. Fakta ini cukup menjadi perhatian dari pihak Puskesmas utamanya tenaga Bidan, karena program ASI Esklusif belum diterima dengan baik oleh masyarakat atau belum diterapkan secara baik oleh masyarakat meskipun sebenarnya masyarakat itu
Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Pebruari-Juli 2014: 66-76
kebanyakan sudah mengetahui manfaat dan pentingnya ASI. Pernyataan tersebut terbukti dengan semua keterangan atau data yang didapat dari hasil fokus grup diskusi terhadap keterangan Informan diatas, kebanyakan mereka mengetahui manfaat dari penggunaan ASI Esklusif akan tetapi dengan berbagai alasan mereka belum dapat menerapkan program ASI Esklusif sesuai dengan harapan yang dicanangkan oleh pemerintah. 4 Pertanyaan tentang promosi PASI (Kode 3) Pertanyaan ini dijabarkan menjadi 5 pertanyaan, : Pertanyaan darimana ibu mengetahui informasi susu formula, mengapa dan apa alasan ibu memberikan susu formula, sejak usia berapa ibu memberikan susu formula, apakah susu formula lebih penting dari ASI. Hasil dari FGD diatas didapatkan beberapa ungkapan verbal dengan gaya bicara yang lugas, tidak takut, tidak merasa canggung, bersemangat dan ceplas-ceplos sebagai berikut :“ Ny. NU (Informan 1) berkata; “ saya tahu susu formula dari RS, karena bayi saya lahir prematur, bobotnya Cuma 2200 gram, Dokternya menganjurkan diberikan susu yang bagus, susunya NAN Bu, sebenarnya makan saya sudah banyak lo Bu, saya susui sampai 2 bulan, dari RS saya diberi pelancar ASI tapi ASI saya tetep kurang, tidak bisa lancar, kalau diberi ASI saja kalau malam masih nangis, setelah diberi susu botol tidurnya langsung pulas, sekarang anak saya umurnya 9 bulan minum susu formula terus, lha sekarang sudah tidak keluar lagi ASInya. “ Ny.E (Informan 2) mengatakan; “ Kalau saya tahu susu formula dari Bidan yang menolong saya Bu, bayi saya waktu lahir kulitnya ngglodoki, menurut saya bayi saya beratnya kurang. Saya beri susu formula itu kalau saya tinggal pas mandi atau pekerjaan yang lain, khan diajak sama tetangga takut kalau nangis, biar bisa tenang kalau ditinggal lebih baik ya diberi susu botol daripada kalau nangis bingung, saya beri susu formula sejak umur 1 bulan, soalnya sering saya titipkan ditetangga, kalau saya tinggal mandi, masak atau njuci soalnya mertua saya sudah tua, jadi kalau diberi tambahan susu botol bisa saya sambi pekerjaan rumah tidak takut kalau nangis, sampai sekarang ini. “ Ny. H(Informan 3) mengatakan bahwa;” Nek kulo ngertos susu formula ngertos piyambak, mergi bayine nangis terus, pikir kulo nyuwun maem . . ., terus disanjangi kaleh adik kulo sing dadhos kader niku, sanjangi lek bayine kulo niki dereng wancine maem, diwenehi susu botol wae. . .la kulo ki kadang-
76
kadang jahitane oprasi takseh kraos sakit, nek kulo mimiki terus muring nangis mawon, nek pun ngoten nggeh terus disukani susu botol, nekpun mimik susu botol terus meneng mboten nangis maleh, wong riyen saking RS nggih pun diparingi susu botol kawit lahir niko, margi kulo babarane oprasi, teng ngriyo akhire ngeh kulo terusne maringi susu botol dumugi sepriki. Sak niki bayi kulo umur 2 wulan niki”. “ Ny.NH(Informan 4) berkata :” Kalau saya tahu susu formula Mah, dari TV, yang susu SGM itu Bu . . ., katanya baik untuk otak si anak . . ., yang ada fresinutrinya itu kelihatannnya bagus terus ada tetangga juga pakai, katanya harganya tidak mahal kok, saya beri susu formula Mah, takut kalau berat badannya kurang aja, apalagi sekarang makannya susah, saya beri minum susu botol mulai umur 4 bulan . . ., kalau dikasih makan Mah, baru umur 6 bulan,sebetulnya ASI lebih bagus tapi kalau makannya susah tetep saya beri susu formula...takutnya nanti berat badanya nggak mau naik.” Senada dengan ungkapan informan di atas, Ny YN(Informan 5) berkata : “Saya tahu susu formula dari iklan tv,dari tetangga juga,katanya badan saya kok kecil,biar ada tambahan soalnya takut kalau kurang,saya beri susu botol ya buat tambahan saja ,takut kalau gizinyz kurang,saya beri susu botol sejak lahir hingga sekarang umur 3 bln,soalnya waktu itu ASI saya belum keluar hingga sekarang keterusan bu ndak mau netek saya,sebetulnya ASI lebih bagus, tapi tetap saya beri susu botol soalnya takutnya gizinya kurang,soalnya saya badannya kecil.” Ny A sebagai informan terakhir memberikan keterangan:”Saya tahu susu formula ya di RS waktu melahirkan. Karena waktu itu anak saya beratnya Cuma 1800 gram, .jadi sebelum meneteknya lancar di RS di beri susu formula, kalau diberi susu tambahan formula beratnya bayi cepat tambah apalagi ASI saya hanya tiga bulan saja karena sudah tidak keluar .lha biar cepat nambah berat badanya dirumah saya kasih susu botol ,bayi saya saya beri susu botol ya sejak lahir itu lalu dirumah saya teruskan sampai sekarang umur 10 bulan dari pada nanti beratnya malah kurang.” Sewaktu ditanya apakah susu formula lebih baik/penting dari ASI ny A melanjutkan keteranganya:”Kalau saya lebih baik susu formula saja, kalau ibunya tidak makan yang bergizi, makanya asal –asalan pokoknya makan, ASInya kan belum tentu bagus.” Soalnya anak saya, saya beri susu tambahan berat badannya naiknya agak banyak.”.
Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Pebruari-Juli 2014: 66-76
Faktor dominan diatas perlu dipertanyakan atau didiskusikan dengan informan mengingat tujuan penelitian, bahwa peneliti ingin mengetahui faktor apakah yang menjadi faktor utama yang menjadi penghambat ibu dalam program menggalakkan ASI Esklusif, dari banyaknya faktor yang menjadi penghambat pemberian ASI Esklusif. Fakta hasil FGD dapat diringkas bahwa hampir semua informan mengatakan bahwa alasan utama kebanyakan ibu tidak dapat memberikan ASInya secara Esklusif. Fenomena yang diketemukan yang menjadi alasan utama pada ibu tidak menyusui anaknya secara Esklusif adalah bahwa fenomena yang dianggap bahwa susu formula itu adalah solusi yang paling tepat untuk mengatasi masalah mereka, yaitu karena mereka ingin berat badan bayi yang tadinya kurang bisa cepat gampang naik. Kemungkinan hal tersebut faktor yang paling dominan adalah faktor promosi yang terlampau gencar dari pihak produsen susu dan menjadikan para ibu muda terpengaruh untuk mengantikan ASI sebagai makanan utama bayi dengan susu formula, boleh jadi anggapan itu muncul setelah mencermati keterangan yang tertera pada pembungkus susu formula, iklan itu seolaholah menjelaskan bahwa kandungan gizi dalam susu formula lebih banyak dari ASI dan kwalitasnya lebih baik ketimbang ASI. Ada keyakinan / kekeliruan konsep bahwa susu formula itu diperlukan oleh para ibu yang persediaan air susunya tidak mencukupi kebutuhan anak, sehingga dibutuhkan susu tambahan lantaran dianggap lebih menguntungkan dan membantu mereka dengan adanya susu formula, mereka tidak perlu memberikan ASI kepada bayi mereka . Aktifitas menyusui bayi tentunya tak semudah yang dibayangkan. Saat menyusui, ibu sering menemui berbagai kendala sesuai dengan (Prasetyono.DS, 2009), sebenarnya kendala tersebut mungkin tidak terjadi andaikata ibu memperoleh informasi yang memadai, faktor kendala ketika menyusui dibedakan menjadi 2 yakni : faktor Internal dan faktor Eksternal. a) Faktor Internal. Faktor Internal sangat mempengaruhi keberhasilan menyusui bayi diantaranya ialah kurangnya pengetahuan yang terkait penyusuan, karena tidak mempunyai pengetahuan yang memadai, ibu tidak mengerti tentang cara menyusui yang tepat, manfaat ASI, berbagai dampak yang akan ditemui bila ibu tidak menyusui bayinya dengan benar,dsbnya. b) Faktor Eksternal.
76
Faktor eksternal terkait segala sesuatu yang tidak akan terjadi bila faktor Internal dapat dipenuhi oleh ibu, misalnya ASI belum keluar pada hari-hari pertama setelah kelahiran bayi, sehingga ibu berfikir untuk memberikan susu formula (prelactal feeding) kepada bayi, sebenarnya hal tersebut tidak perlu terjadi bila ibu-ibu dapat menjalankan manajemen laktasi dengan baik / berhasil. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Dari ke 6 Informan memberikan keterangan bahwa faktor pekerjaan, umur, pendidikan tidaklah mengganggu aktifitas menyusui bayi mereka. Tetapi alasan mereka memberikan susu botol / tidak ASI Esklusif berbeda-beda, karena kesulitan memberikan ASI, mengingat ASI kurang lancar disebabkan tidak mau repot kalau anaknya rewel, dari informan sebagian besar memberikan alasan memberikan susu botol sebagai solusi yang tepat untuk mengatasi masalah mereka yaitu karena mereka ingin berat badan bayinya yang tadinya kurang bisa dengan cepat dan gampang menjadi naik. 2. Susu formula sejak awal bukan pilihan utama dari sebagian informan, mereka sebenarnya tahu bahwa ASI lebih baik dari susu formula tetapi karena berbagai kendala akhirnya mereka memberikan susu botol kepada bayi mereka, oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa faktor dominan yang menjadi bahan pertimbangan informan memberikan susu botol karena dianggap solusi yang tepat bagi permasalahan mereka untuk menaikkan berat badan bayinya, yang kurang menjadi cepat naik, sesuai yang mereka harapkan. 5.2 Saran 1. Bagi Institusi Kesehatan dan Bidan Praktek Swasta, RSB (Rumah Sakit Bersalin) karena sebagian besar ibu mengalami kesulitan menyusui karena faktor ASI yang kurang lancar, tidak mau anaknya rewel dan sebagian besar beranggapan bahwa susu botol cepat menaikkan berat badan bayi mereka, hal tersebut terjadi karena kurang pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi yang benar. Sebagian besar Rumah Sakit atau Rumah Sakit Bersalin menitik beratkan pada kondisi kesehatan ibu dan bayi, akan tetapi, perihal pemberian ASI kurang mendapatkan perhatian,
Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Pebruari-Juli 2014: 66-76
seringkali makanan pertama yang diberikan kepada bayi justru susu formula, bukan ASI, hal ini memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu dan ibu selalu beranggapan bahwa susu formula lebih baik ketimbang ASI, maka bagi instansi kesehatan dan Bidan praktek swasta, perlu untuk tidak bosanbosannya menginformasikan kepada masyarakat umumnya, dan para calon ibu khususnya untuk meningkatkan pengetahuan dan penyuluhan dalam melaksanakan kegiatan manajemen laktasi. 2. Bagi para ibu menyusui. Perlunya adanya buku panduan manajemen laktasi sebagai pedoman atau bahan acuan bagi ibu-ibu yang yang diberikan secara gratis dengan bahasa dan penjelasan yang bisa diterima oleh semua kalangan yang memuat tentang keunggulan ASI dan manfaat menyusui, manajemen laktasi, faktorfaktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui dan sarana penunjang manajemen laktasi demi meningkatkan upaya pemberian ASI secara baik dan benar. DAFTAR PUSTAKA Arikunto,Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta ; PT. Rineka Cipta Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.2006. Panduan Praktis Memilih Kontrasepsi. Surabaya : BKKBN kota Surabaya Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan Hasan, Iqbal, 2004. Analisa Data Peneitian Untuk Statistik. Jakarta : PT. BumiAksara Kartajaya,Hermawan, dkk, 2005. MarkPlus on Strategy. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Kotler Philip, 2005. Manajemen Pemasaran Jilid 1. Alih Bahasa Benyamin Molan, PT INDEKS Kelompok Gramedia, Jakarta. ---------------, 2005. Manajemen Pemasaran Jilid 2. Alih Bahasa Benyamin Molan, PT INDEKS Kelompok Gramedia, Jakarta Manuaba, I.B.G. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. Notoatmodjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
76
Patilima Hamid. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta Riskesdas. 2007. www.badan litbang.depkes.go.id Saifudin AB. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : JBPSP Sensus Penduduk. 2010.www.bps.go.id Sarwono, Solita, 1999. Sosiologi Kesehatan. Gadjah Mada University Press, Yogjakarta. Simamora, Bilson, 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. ----------------------, 2002. Aura Merek, 7 Langkah Membangun Merek yang Kuat. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sumarwan, Ujang, 2004. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. PT Ghalia Indonesia, Bogor. Sutisna, 2003. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Widayatun Rusmi 1999. Ilmu Perlaku. Jakarta :Infomedika Wiknjosastro, Hanifa, 2005. Ilmu Kandungan Jakarta : Yayasan Bina Pustaka