MATERI KOMUNIKASI EFEKTIF MATERI KOMUNIKASI KOMUNIKASI EFEKTIF
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan satu faktor yang menentukan kebahagiaan manusia, komunikasi juga faktor paling penting untuk menjalin hubungan yang rapat dengan seorang manusia lain. Manusia berkomunikasi karena ada beberapa tujuan yang hendak dicapai. Tujuan pertama, individu berkomunikasi dengan manusia lain adalah karena individu tersebut hendak memahami orang lain. Individu hendaknya mengenali siapa mereka, siapa diri mereka, apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan dan macam-macam lagi konteks kalimat berkenaan dengan dirinya. Menurut Smith (1966), komunikasi manusia adalah satu ran gkaian proses yang harus yang digunakan manusia untuk berinteraksi, mengawali antara satu sama lain dan memperoleh kepahaman. Komunikasi adalah bentuk interaksi secara lisan atau bukan lisan di antara suami dan isteri, orangtua dan anak, dan dapat juga interaksi dari semua anggota keluarga. Ini termasuk pernyataan sikap, nilai, minat, kepercayaan, perasaan dan pemikiran dalam kehidupan hari-hari. Komunikasi efektif merupakan Komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Kita harus sadar akan pentingnya komunikasi khususnya komunikasi efektif, agar segala sesuatu yang kita tampilkan dan lakukan adalah komunikasi, maka penampilan dan segala sesuatu yang kita lakukan merupakan pesan. Komunikasi tidak terbatas pada kata-kata yang terucap belaka, melainkan bentuk dari apa saja interaksi, senyuman, anggukan kepala yang membenarkan hati, sikap badan, ungkapan minat, sikap dan perasaan yang sama. Diterimanya pengertian yang sama adalah merupakan kunci dalam komunikasi. Tanpa penerimaan sesuatu dengan pengertian yang sama, maka yang terjadi adalah adalah “dialog antara orang satu”.
B. Pokok Permasalahan
Untuk memudahkan proses penjabaran dan penjelasan, makalah ini memiliki beberapa rumusan masalah,yaitu: 1. Apa pengertian dari komunikasi? 2. Apa pengertian dari komunikasi efektif 3. Mengetahui tujuan komunikasi 4. Mengetahui aspek-aspek dalam komunikasi 5. Mengetahui komunikasi dalam keperawatan antara faktor pendukung dan tidak mendukung
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ilmiah ini adalah untuk mengetahui pengertian dari komunikasi, tujuan komunikasi,aspek aspek dalam komunikasi,hubugan komunikasi dengan peran perawa. Di samping itu, makalah ini ditulis sebagai tugas kelompok pada mata kuliah pengembangan diri. Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah : 1. Untuk menambah wawasan kita tentang cara berkomunikasi yang efektif. 2. Dapat mengetahui hal – hal yang dapat menambah wawasan dalam berkomunikasi.
BAB II PEMBAHASAN
A .DEFINISI KOMUNIKASI
Kata komunikasi berasal dari bahasa latin coomunicare yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Komunikasi adalah suatu yang dapat dipahami sebagai hubungan atau saling hubungan, saling pengertian, sebagai pesan. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan (Edwar Depari, AW Widjaja,2000). Komunikasi adalah proses yang mana symbol verbal dan non verbal dikirimkan,diterima dan diberi arti (William J Seiller,1988). Menurut Louis Forsdale (1981), seorang ahli komunikasi dan pendidikan mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses memberikan signal menurut aturan tertentu, sehingga dengan cara ini suatu system dapat di diri kan, dipelihara dan diubah. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal. KESIMPULAN : komunikasi merupakan proses pengiriman atau pe rukaran (stimulus,signal,symbol,informasi) baik dalam bentuk verbal maupun non verbal dari pengirim ke penerima pesan dengan tujuan adanya perubahan (baik dalam aspek kognitif, efektif, maupun psikomotor).
1. 2. 3. 4.
a. b. c. d.
B. TUJUAN KOMUNIKASI Tujuan komunikasi antara lain adalah : Supaya pesan yang kita sampaikan dapat di mengerti oleh orang lain (komunikan) Memahami orang lain Supaya gagasan dapat diterima orang lain Menggerakan orang lain untuk melakukan sesuatu
Secara singkat dapat kita katakana bahwa tujuan komunikasi adalah mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan, dan tindakan komunikator dapat diterima oleh orang lain (komunikasi). Sebagai tenaga kesehatan yang memiliki tanggungjawab sesuai dengan tugas dan wewenangnya, secara umum komunikasi yang dilakukan perawat memiliki tujuan dan target yaitu : Social change / social participation Attitude change Opinion change Behavior change Komunikasi yang dilakukan perawat bertujuan agar pelayanan keperawatan yang diberikan dapat berjalan efektif. Kemampuan ko munikasi yang efektif ini merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh perawat professional.
C. PENGERTIAN KOMUNIKASI EFEKTIF Berkomunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan. Oleh karena itu, dalam bahasa asing orang menyebutnya “the communication is in tune” ,yaitu kedua belah pihak yang berkomunikasi sama-sama mengerti apa pesan yang disampaikan.
Syarat – syarat komunikasi efektif Syarat-syarat untuk berkomunikasi secara efektif adalah antara lain : 1. Menciptakan suasana yang menguntungkan. 2. menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti. 3. pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat di pihak komunikan. 4. Pesan dapat menggugah kepentingan dipihak komunikan yang dapat menguntungkannya. 5. Pesan dapat menumbuhkan sesuatu penghargaan atau reward di pihak komunikan.
D. TUJUAN KOMUNIKASI EFEKTIF Tujuan komunikasi efektif adalah memberi kemudahan dalam memahami pesan yang diberikan. Bentuk komunikasi efektif : 1. Komunikasi verbal efektif : - Berlangsung secara timbal balik. - Makna pesan ringkas dan jelas. - Bahasa mudah dipahami. - Cara penyampaian mudah diterima. - Disampaikan secara tulus. - Mempunyai tujuan yang jelas. - Memperlihatkan norma yang berlaku. - Disertai dengan humor.
2. Komunikasi non verbal : Yang perlu di perhatikan dalam komunikasi non verbal adalah : - Penampilan visik. - Sikap tubuh dan cara berjalan. - Ekspresi wajah. - Sentuhan E ASPEK DALAM MEMBANGUN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF a. Kejelasan Dalam komunikasi harus menggunakan bahasa secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan. b. Ketepatan Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran informasi yang disampaikan. c. Konteks maksudnya bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.
d. Alur Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap e. Budaya Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan tatakrama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi.
1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 5.
F. KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN Komunikasi adalah penyebab pertama masalah keselamatan pasien (patient safety). Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia. Komunikasi yang efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dipahami oleh penerima mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien. Factor yang dapat mendukung komunikasi efektif: Dalam profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan. Komunikator merupakan peran sentral dari semua peran perawat yang ada. Kualitas komunikasi adalah factor kritis dalam memenuhi kebutuhan klien. Faktor yang tidak mendukung komunikasi efektif: Tanpa komunikasi yang jelas, dapat memberikan pelayanan keperawatan yang tidak efektif, tidak dapat membuat keputusan dengan klien/keluarga, tidak dapat melindungi klien dari ancaman kesejahteraan, tidak dapat mengkoordinasi dan mengatur perawatan klien serta menberikan pendidikan kesehatan.
BAB III PENUTUP
3.1.Kesimpulan Komunikasi efektif dalam pembelajaran merupakan proses transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari pendidik kepada peserta didik, dimana peserta didik mampu memahami maksud pesan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, sehingga menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Pengajar adalah pihak yang paling bertanggungjawab terhadap berlangsungnya komunikasi yang efektif dalam pembelajaran, sehingga do sen sebagai pengajar dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses pembelajaran yang efektif.
3.2.Saran Dalam berkomunikasi sebaiknya dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan menggunakan bahasa yang baik,sopan dan apabila menggunakan bahasa tubuh,gunakan bahasa tubuh yang sopan dan tidak membuat teman yang berkomunikasi kita tersinggung dengan perkataan dan gerak tubuh kita.
DAFTAR PUSTAKA
http://ngandel.blogspot.com/2012/05/makalah-komunikasi.html
http://armarekhamsik.blogspot.com/2012/03/makalah-komunikasi-efektif-mata-kuliah.html http://kelompok3-komunikasi.blogspot.com/2012/01/lima-aspek-dalam-membangunkomunikasi.html
III.3. PKO (Peningkatan Keamanan Obat)
Posted on July 14, 2011 by admin — 4 Comments ↓
SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI (H I G H - A L E R T ) • Standar SKP.III.
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high-alert) • Maksud dan Tujuan SKP.III.
Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien, manajemen harus berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan / kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike / LASA). Obat-obatan yang sering disebutkan dalam issue keselamatan pasien adalah pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya, kalium klorida 2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0.9%, dan magnesium sulfat =50% atau lebih pekat).
Kesalahan ini bisa terjadi bila perawat tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit pelayanan pasien, atau bila perawat kontrak tidak diorientasikan terlebih dahulu sebelum ditugaskan, atau pada keadaan gawat darurat. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian tsb adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi. Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk membuat daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada di rumah sakit. Kebijakan dan/atau prosedur juga mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan elektrolit konsentrat, seperti di IGD atau kamar operasi serta pemberian label secara benar pada elektrolit dan bagaimana penyimpanannya di area tersebut, sehingga membatasi akses untuk mencegah pemberian yang tidak disengaja / kurang hati-hati. • Elemen Penilaian SKP.III.
1. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi, menetapkan lokasi, pemberian label, dan penyimpanan elektrolit konsentrat. [Wpimpinan/staf = Perawat/dr/farmasi diminta menunjukan daftar obat NORUM!]
[SPO sesuai EP] [Pedoman sesuai EP] [Kebijakan sesuai EP] 2. Implementasi kebijakan dan prosedur. [] 3. Elektrolit konsentrat tidak boleh disimpan di unit pelayanan pasien kecuali jika dibutuh kan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan. [Wpimpinan/staf =Perawat diminta menjelaskan prosedur kalau mau menggunakan elektrolit konsentrat!] 4. Elektrolit konsentrat yang disimpan di pada unit pelayanan pasien harus diberi label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted). [] \
International Patient Safety Goals (IPSG) Sasaran Internasional Keselamatan Pasien (SIKP) International Patient Safety Goals (IPSG)
Bab ini membahas Sasaran Internasional Keselamatan Pasien (SIKP), sebagaimana disyaratkan untuk diimplementasikan mulai tanggal 1 Januari 2011 di semua rumah sakit yang terakreditasi oleh Joint Commission International (JCI) di bawah Standar Internasional untuk Rumah Sakit. Tujuan SIKP adalah untuk menggiatkan perbaikan-perbaikan tertentu dalam soal keselamatan pasien Sasaran sasaran dalam SIKP menyoroti bidang-bidang yang bermasalah dalam perawatan kesehatan, memberikan bukti dan solusi hasil konsensus yang berdasarkan nasihat para pakar. Dengan mempertimbangkan bahwa untuk menyediakan perawatan kesehatan yang aman dan berkualitas tinggi diperlukan desain sistem yang baik, sasaran biasanya sedapat mungkin berfokus pada solusi yang berlaku untuk keseluruhan sistem. Penyusunan sasaran sama saja seperti standar-standar lainnya, ada standar (pernyataan sasaran), maksud dan tujuan, dan elemen penilaian. Penilaiannya juga sama dengan penilaian terhadap standar lain yaitu menggunakan kriteria “memenuhi,” “sebagian memenuhi,” atau “tidak memenuhi” .Dalam Kaidah Keputusan Akreditasi tercakup juga syarat memenuhi ketentuan SIKP sebagai kaidah keputusan yang terpisah. Sasaran Berikut ini adalah daftar semua sasaran. Agar nyaman dibaca, daftar ini tidak menyertakan persyaratan maksud dan tujuan, atau elemen terukurnya. Informasi lebih lanjut tentang sasaransasaran ini, dapat dilihat pada bagian berikutnya dalam bab ini, yakni Sasaran, Persyaratan, Tujuan, dan Elemen Penilaian. SIKP.1 Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar SIKP.2 Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif SIKP.3 Meningkatkan Keamanan Obat-obatan Yang Harus Diwaspadai SIKP.4 Memastikan Lokasi Pembedahan Yang Benar, Prosedur Yang Benar, Pembedahan Pada Pasien Yang Benar SIKP.5 Mengurangi Resiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan SI K P.6 Mengurangi Resiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh
Sasaran, Standar, Maksud dan Tujuan, serta Elemen Penilaian Sasaran 1: Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar Standar SIKP.1 Rumah sakit menyusun pendekatan untuk memperbaiki ketepatan identifikasi pasien Maksud dan Tujuan SIKP.1 Keliru mengidentifikasi pasien terjadi hampir di semua aspek diagnosis dan pengobatan. Dalam keadaan pasien masih dibius, mengalam. disorientasi atau belum sepenuhnya sadar; mungkin pindah tempat tidur, pindah kamar, atau pindah lokasi di dalam rumah sakit; mungkin juga pasien memiliki cacat indra atau rentan terhadap situasi berbeda yang dapat menimbulkan kekeliman pengidenrifikasian. Tujuan sasaran ini dua hal: pertama, mengidendfikasi dengan benar pasien tertentu sebagai orang yang akan diberi layanan atau pengobatan tertentu; kedua, mencocokkan layanan atau perawatan dengan individu tersebut. Untuk memperbaiki proses identifikasi, dikembangkanlah bersama suatu kebijakan dan/atau prosedur, khususnya, proses untuk mengidentifikasi pasien di saat pemberian obat, darah atau produk darah; pengambilan darah dan spesimen lainnya untuk uji klinis, atau penyediaan segala perawatan atau prosedur lain. Kebijakan dan/atau prosedur itu memerlukan seddaknya dua cara untuk mengidentifikasi pasien, seperti nama pasien, nomor identifikasi, tanggal lahir, gelang berkode batang atau cara lain. Nomor kamar pasien atau lokasi tidak dapat digunakan untuk identifikasi. Kebijakan dan/atau prosedur itu mengkiarifikasikan digunakannya dua macam pengidentifikasi im di lokasi berbeda dalam rumah sakit, seperti misalnya pelayanan rawat jalan atau layanan rawat jalan lainnya, unit gawat darurat, atau kamar operasi. Identifikasi pasien koma yang tanpa tanda pengenal juga termasuk di dalamnya. Penyusunan kebijakan dan/atau prosedur ini harus dikerjakan oleh berbagai pihak agar hasilnya dipastikan dapat mengatasi semua permasalahan identifikasi yang mungkin terjadi. Elemen Penilaian SIKP.1 1.Pasien diidentifikasi dengan menggunakan dua”pengidentifikasi pasien, tidak termasuk penggunaan nomor kamar pasien atau lokasi. 2.Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah/ 3.Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lainn ya untuk uji klinis (Juga lihatAP.5.6,EP 2) 4.Pasien diidentifikasi sebelum diberikan perawatan dan prosedur. 5.Kebijakan dan prosedur mengupayakan tercapainya konsistensi dalam segala situasi dan lokasi. Sasaran 2: Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif Standar SIKP.2 Rumah sakit menyusun pendekatan agar komunikasi di antara para petugas pemberi perawatan semakin efektif. Maksud dan Tujuan SIKP.2 Komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dapat dipahami penerima, mengurangi kesalahan dan menghasilkan perbaikan keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang paling rentan salah adalah jika perintah perawatan pasien diberikan secara lisan dan melalui telepon, jika hal ini diperbolehkan hukum dan peraturan setempat. Komunikasi lain yang rawan salah adalah ketika melaporkan kembali hasil tes penting seperti misalnya ketika laboratorium klinik menelepon unit perawatan pasien un tuk melaporkan hasil tes CITO.
Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur untuk pemberian perintah baik se cara lisan maupun via telepon termasuk pencatatan (pada buku atau di-enter ke komputer) perintah secara leng kap atau hasil tes oleh si penerima informasi tersebut; penerima kemudian membaca kembali perintah atau hasil tes tersebut dan mengkonfirmasikan apakah yang telah ditulis dan dibaca-ulang itu sudah tepat. Kebijakan dan/atau prosedur mengidentifikasi alternatif yang diperbolehkan bila proses membaca-ulang tidak selalu dimungkinkan, misalnya di ruang operasi dan dalam situasi darurat di ba gian gawat darurat atau unit perawatan intensif. Elemen Penilaian SIKP.2 1) Perintah lengkap,lisan dan via telepon,atau hasil tes dicatat si penerima.(Juga lihat MKI. 19.2,EP 1) 2) Perintah lengkap, lisan dan via telepon, atau hasil tes dibaca-ulang si penerima. (Juga lihat AP.5.3.1, Maksud dan Tujuan) 3) Perintah dan hasil tes dikonfirmasikan oleh individu si pemberi perintah atau hasil tes. 4) Kebijakan dan prosedur disusun agar verifikasi tepat-tidaknya komunikasi lisan dan via telepon dijalankan secara konsisten (Juga lihat AP.5.3.1, Maksud dan Tujuan) Sasaran 3: Meningkatkan Keamanan Obat-obatan Yang Harus Diwaspadai Standar SIKP.3 Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai. Maksud dan Tujuan SIKP.3 Bilamana dalam rencana perawatan pasien terdapat juga pemberian obat-obatan, maka untuk memastikan keselamatan pasien pengelolaan obat yang tepat menjadi sangat penting. Obat-obatan yang perlu diwaspadai adalah: obat-obatan yang termasuk dalam sejumlah besar kesalahan dan/atau kejadian sentinel; obat-obatan yang bila terjadi sesuatu yang tak diinginkan risikonya lebih tinggi, begitu pula obat-obatan yang mirip bentuk/bunyi. namanya. Daftar obat berisiko tinggi dapat diperoleh dari organisasi seperti misalnya WHO atau Institute forSafe Medication Practices. Masalah kekeliruan obat yang kerap dikutip adalah pemberian elektrolit konsentrat secara tidak disengaja (misalnya, kalium klorida [sama atau lebih besar daripada 2mEq /ml], kalium fosfat [sama atau lebih besar dari 3mmol /ml], natrium klorida [lebih besar dari 0,9%], dan magnesium sulfat [sama atau lebih besar dari 50%]). Kesalahan dapat terjadi jika staf belum sungguh-sungguh mengenal unit perawatan pasien, yang dipekerjakan adalah perawat kontrakan yang tidak diberi pengenalan secara memadai, atau dalam keadaan darurat. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau menghilangkan kejadian ini adalah menyusun proses pengelolaan obat yang patut diwaspadai; termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit perawatan pasien ke farmasi. Rumah sakit bersama-sama menyusun kebijakan dan/atau prosedur untuk mengidentifikasi obatobatan yang patut diwaspadai apa saja yang dimiliki rumah sakit berdasarkan data yang ada. Kebijakan dan/atau prosedur juga menetapkan bagian mana saja secara kiinis memang memerlukan elektrolit konsentrat sesuai bukti dan praktik profesional yang ada, seperti misalnya bagian gawat darurat atau kamar operasi, dan menetapkan cara pelabelannya yang jelas dan cara penyimpanannya sedemikian rupa sehingga atcsesnya terbatas agar terhindar dan pemakaiantak sengaja. Elemen Penilaian SIKP.3 1. Kebijakan dan/atau prosedur disusun untuk mengatasi masalah identifikasi, lokasi, pemberian label, dan penyimpanan obat yang patutdiwaspadai.
2. Kebijakan dan/atau prosedur ini diterapkan. 3. Elektrolit konsentrat tidak boleh ada di unit perawatan pasien kecuali jika secara klinis diperlukan dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian tidak sengaja di wilayah yang diizinkan oleh aturan kebijakannya. 4. Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit perawatan pasien diberi label jelas dan disimpan sedemikian rupa hingga tidak mudah diakses. Sasaran 4: Memastikan Lokasi Pembedahan Yang Benar, Prosedur Yang Benar, Pembedahan Pada Pasien Yang Benar Standar SIKP.4 Rumah sakit menyusun pendekatan untuk memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang benar. Maksud dan Tujuan SIKP.4 Lokasi pembedahan yang salah, prosedur yang salah, pembedahan pada pasien yang salah adalah peristiwa mengkhawatirkan yang sangat umum terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini diakibatkan komunikasi yang tidak efektif atau tidak memadai antara anggota tim bedah, kurangnya keterlibatan pasien pada pemberian tanda pada lokasi pembedahan, dan kurang memadainya prosedur verifikasi lokasi operasi. Di samping itu, faktor-faktor yang sering kali turut berkontribusi adalah: kurangnya keterlibatan pasien dalam menilai, kurangnya pengkajian terhadap rekaman medis, budaya yang tidak mendukung komunikasi secara terbuka antara anggota tim bedah, masalah akibat tulisan tangan yang tak terbaca, dan penggunaan singkatan-singkatan. Rumah sakit harus secara kolaboratif menyusun kebijakan dan/atau prosedur yang efektif untuk menghilangkan masalah yang mengkhawatirkan ini. Kebijakan ini mencakup definisi pembedahan yang di dalamnya terkandung setidaknya prosedur yang menyelidiki dan/atau menyembuhkan penyakit dan gangguan tubuh manusia melalui pemotongan, pengangkatan, pengubahan atau pemasukan alat diagnostik/terapi. Kebijakan ini berlaku untuk segala lokasi di rumah sakit, di mana prosedur itu dilakukan. Praktik berbasis bukti (evidence, based, practices ) dibahas dalam The (US) Protokol Universal Joint Commission’s Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong Person Surgery.™ Proses-proses penting dalam Protokol Universal itu adalah
menandai lokasi pembedahan; proses verifikasi sebelum operasi, dan sesaat sebelum memulai prosedur.
Menandai lokasi pembedahan melibatkan pasien dan dilakukan dengan tanda yang mudah dan langsung dikenali. Tanda itu harus konsisten di seluruh rumah sakit; harus dibuat oleh mereka yang melaksanakan prosedur; harus dilakukan ketika pasien masih dalam keadaan sadar dan terjaga jika mungkin, dan harus terlihat setelah pasien selesai dipersiapkan. Dalam semua kasus yang melibatkan ke-lateral-an, struktur ganda (jari, jari kaki, lesi), atau tingkatan berlapis (tulang belakang) lokasi pembedahan harus ditandai. Tujuan dari proses verifikasi praoperasi adalah
memverifikasi lokasi yang benar, prosedur yang benar, dan pasien yang benar;
memastikan bahwa semua dokumen, gambar atau citra, dan studi yang relevan telah tersedia, sudah diberi labekian ditampilkan, serta memverifikasi peralatan khusus dan/atau implan yang diperlukan.
Jeda merupakan peluang untuk menjawab semua pertanyaan yang belum terjawab atau meluruskan kerancuan. Jeda dilakukan di lokasi tempat prosedur akan dilakukan, tepat sebelum memulai prosedur, dan melibatkan seluruh tim operasi. Rumah sakit menentukan bagaimana proses jeda didokumentasikan Elemen Penilaian SIKP.4 1. Rumah sakit menggunakan tanda yang langsung dikenali untuk mengidentifikasi lokasi pembedahan dan melibatkan pasien dalam proses pemberian tanda. 2. Rumah sakit menggunakan daftar atau proses lain untuk sebelum operasi untuk memverifikasi apakah lokasinya, prosedur, dan pasien sudah benar dan bahwa seluruh dokumen dan peralatan yang dibutuhkan sudah ada, tepat, danfungsional. 3. Tim bedah lengkap melakukan dan mendokumentasi prosedur jeda sesaat sebelum memulai prosedur pembedahan. 4. Kebijakan dan prosedur disusun sedemikian sehingga semua proses seragam sehingga dapat dipastikan lokasi benar, prosedur benar, dan pasien juga benar; termasuk prosedur medis dan gigi yang dilakukan tidak di ruang operasi.