M O D U L A KU KU N T A N I F O R E N S I K D A N A U D I T I NV S TI G A T I F
BAB 13 AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AU IT
A. PENDA PENDAHU HULU LUAN AN 1. SASARAN PEM ELAJARAN YANG INGIN DICAPAI SP 1
:
Mampu me jelaskan perbedaan perbedaan audit umum dan audit inve stigatif
SP 2
:
Mampu m njelaskan kunci keberhasilan dari semua teknik audit investigatif
SP 3
:
Mampu me jelaskan mengenai teknik teknik – teknik audit
SP 4
:
Mampu
m njelas njelaskan kan teknik teknik audit audit
dengan dengan memeri memerik k a fisik dan
mengamati SP 5
:
Mampu me njelaskan teknik audit dengan meminta i formasi dan konfirmasi
SP 6
:
Mampu me jelaskan teknik audit dengan memeriksa doku en
SP 7
:
Mampu me jelaskan teknik audit dengan review analitikal
SP 8
:
Mampu me jelaskan teknik audit dengan menghitung kem ali
2. RUANG LI LINGKUP BAHAN MODUL Rua Ruang lin lingku gkup bah bahan an mo dul dul adalah adalah sebata sebatas s pokok pokok bahasa bahasan n yang yang terda terda pat pada bab 13 buku Akuntansi Forensik dan Audit Audit Investig Investigatif, atif, karya karya Theodoru Theodorus Tuanakotta (201 (2010) 0) deng dengan an mate materi ri Aud Aud it Investigatif dengan Teknik Audit.
3. MA MANFAAT MEM ELAJARI MODUL Mahasiswa da dapat me mempe roleh manfaat be berupa kemudahan da dalam me ahami materi tentang Audit Investigatif engan Teknik Audit.
4. URUT URUTAN AN PEMB PEMB HASAN -
Pengantar
-
Kunci Ke Keberha rhasilan BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK TEKNIK AUDIT
244
M O D U L A KU KU N T A N I F O R E N S I K D A N A U D I T I NV S TI G A T I F
-
Teknik – Teknik Audit
-
Penutup
B. MATERI MATERI PEMBEL PEMBELA AJARAN 1. PENG PENGAN ANTA TAR R Istilah audit investigatif
enjelaska enjelaskan n bahwa yang yang dilaksana dilaksanakan kan adala adala
suatu audit.
Audit umum atau audit k euangan (general ( general audit atau independent au it ), ), bertujuan member memberii pendap pendapat at audito auditor independen mengenai kewajaran laporan ke uangan. Oleh karena itu, audit ini juga d isebut opinion audit. Audit investigatif lebih dal m dan dan tidak tidak jara jarang ng meleb melebar ar ke ke audi auditt atas atas halhal- al yang yang tidak tidak disentuh at atau titidak te terse tuh oleh opinion audit. Audit investigatif diar hkan kepada pembu pembuktia ktian n ada atau atau tida tida k adanya fraud ( fraud (term terma asuk ko korup rupsi) da dan pe perbu rbu tan melawan hukum lainnya (se (seperti rti tin dak pidana pencucian uang). Meskipun tujuan opinion audit berbeda da dari au audit in investigatif, te teknik a ditnya sama. Hal ya yang berbeda hany lah penerap penerapan an yang yang lebih intens intens dalam dalam aud it investigatif. Penerap rapan tekni knik ya yang le le bih mendala mendalam, m, kadang-kad kadang-kadang ang melebar melebar denga denga n fokus pada peng pengum umpu pula lan n bukt buktii huk huku u
untu untuk k men menet etuk ukan an apak apakah ah sese seseor oran ang g melak melaku u an atau tidak
melakukan fraud. Banyak Banyak audi auditor tor yang yang suda sudah berpengalaman mengaudit laporan keuanga n perusa perusahaa haan n atau lembaga lainnya, ragu-ragu untuk melaksanakan fraud aud it dan audit investigatif. Padahal tekn ik-tekn ik-teknik ik yang yang mereka mereka kuasai kuasai,, memada memadaii unt k diterapkan dalam dalam audit audit investigat investigatif. if. Teknik audit adalah cara -car -cara a yan yang g dip dipak akai ai dala dalam m meng mengau audi ditt kew kewaj aja a an penyajian laporan keuangan. Hasil
ari penerapan teknik audit adalah bukti audit.. Oleh karena
itu, ada penulis yang me ggun ggunaka akan n istil istilah ah tekn teknik ik aud audit it dan dan jeni jenis s bukt buktii a udit (types (types of audit evidence) evidence ) dalam ma kna yang sama. Ada tujuh teknik, yang dirinci dalam dalam bentuk bentuk kata kata kerj kerja a bahas ahasa a Ind Indone one sia, dengan dengan jenis jenis bukti bukti auditnya auditnya dalam dalam kurun kurun
(kata benda
bahasa Inggris), yakni: 1. Meme Memeri riks ksa a fisi fisik k ( physi physical examination); examination); 2. Memin Meminta ta konf konfir irma masi si ( c onfirmation); onfirmation); 3. Memer Memerik iksa sa doku dokume men n (documentation); documentation); 4. Revi Review ew anal analit itik ikal al ( analytic review atau analytical review ); ); BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK TEKNIK AUDIT
245
M O D U L A KU KU N T A N I F O R E N S I K D A N A U D I T I NV S TI G A T I F
5. Memi Memint nta a info inform rmas asii lisa lisan atau tertulis dari auditor (inquiries of the audi tee); tee); 6. Meng Menghi hitu tung ng kemb kembal alii ( eperformance); eperformance); 7. Mengama gamati ti (observati n). Kalau teknik-teknik itu diterapkan dalam audit umum, maka bukti audit yang berhasil dihi dihimp mpun un akan akan mend mendu ukung pendapat pendapat auditor auditor independe independen. n. Dalam Dalam aud it investigatif, teknik teknik-te -tekni knik k audit audit terse terse ut bersifat eksploratif, mencari “wilayah g rapan”, atau probing (misalnya, dala
review analitikal) ma maupun pengalaman (mi alnya dalam
confirmation dan docume tation). tation). Teknik-tekn Teknik-teknik ik audit audit relatif sederhana untuk diterapkan diterapkan dalam audi audi t investigatif. Sede Sederh rhan ana, a, nam namun amp amp uh. Tema kesederhanaan dalam pemilihan teknik audit (term (termas asuk uk audi auditt inve invest stig igat atiiif) if) dike dikemu muka kaka kan n bebe bebera rapa pa pen penul ulis is pas pasca ca-Sa -Sarb rba a nes Oxley. Fraud 101 adalah judul b ku yan yang dik dika arang rang oleh leh Ho Howard ward R. Davi Davia a. Ia Ia a alah seorang akuntan forensik dari G neral neral Accoun Accountab tabili ility ty Office Office di Ameri Amerika ka Serik Serik t (dahulunya bernama General Accoun ting Office—GAO Office—GAO serupa serupa denga dengan n BPK). BPK). Angka 101 (dalam fraud 101) 101) menand menandaka akan n
ahwa mata mata kul kuliah itu adalah mat mata kuliah pen gantar, untuk
pemula. Da Davia via sebenarnya ingin ingin menging mengingatkan atkan bahwa bahwa teknik audit audit
ntuk pemula
sekalipun, bi bisa menjad jadi te teknik knik yang yang ampu ampuh h kala kalau u digu diguna naka kan n deng dengan an tep tep t. Pering Peringata atan n serupa serupa juga juga d i berikan Thomas P. Houck dalam buku yang berjudul Why and How Audits Must
hange. hange . Sa Salah satu te teknik ya yang di diunggulk nnya adalah
analyti analytical cal proced procedure ures s (at u review anal analit itik ikal al)) yang yang dije dijela lask skan anny nya a den den an kata sifat (adjective) adjective) yang serba
ah: quality, efficiency, client service, dan staff morale. morale.
Berulang kali Houck m nekankan pentingnya― pentingnya ―”think think analyt analytica icall first first , dan bukan lang langsu sung ng terj terjun un ke pro prose sed dur audit (atau audit investigatif) yang yang detail. Meng Mengen enai ai sifa sifatt eksp eksplo lora ratt if dari teknik audit untuk audit investigatif, Davia dalam bukunya di atas mengi arat aratka kan n ora orang ng mema memanc ncin ing. g. Meman Memancin cing g bu kan sekedar memasa memasang ng umpan umpan pada pada kail dan melemparkan tali pancing, sambil
engharapkan
ikan ikan akan akan data datang ng.. Mung Mungk k in saja ik ikannya akan da datang da dan memakan u pan. Banyak auditor mencoba me menan kap fraud dengan fraud dengan cara demikian. Pemancing yang terampil mula mulaii deng dengan an bert berta anya nya a a diri dirinya nya,, “ikan “ikan apa yang yang akan akan ku panc pancing ing h ri ini?” ini?” Untuk Untuk ikan yang berbeda ada
ancing ancing yang yang berbeda, berbeda, ada umpan umpan yang ber ber eda. Probing
atau atau eksp eksplo lora rasi si mene menemu muk k an fraud tidak fraud tidak berbeda dengan memancing tadii.
BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK TEKNIK AUDIT
246
MO D UL A KU N T AN I F O R E N S I K D A N A U D I T I NV S TI G A T I F
2. KUNCI KEBERH SILAN Kunci keberhasilan dari s mua teknik audit investigatif adalah sebagai b rikut: 1. Mengerti dengan bai
persoalan yang akan dipecahkan, apa yang akan diaudit
investigatif. Di pembahasan sebelumnya dijelaskan bagaimana aku ntan forensik mengidentifikasi pers oalan ini, sejak tahap audit fraud yang pr aktif sampai diterimanya tuduhan, ugaan, keluhan, dan temuan sementara. 2. Kuasai dengan baik teknik-teknik audit investigatif. Penguasaan yang baik memungkinkan invest igator menerapkan teknik yang tepat untuk
enyelesaikan
persoalan yang inves tigator identifikasi. Sama seperti pemancing di atas, atau seorang seni pahat m milih alat yang tepat dalam setiap tahap peker aannya. 3. Cermat dalam mener apkan teknik yang dipilih. Biarpun tekniknya epat, apabila pelaksanaan tidak ce rmat, hasilnya tidak seperti
diharapkan. Itul ah sebabnya
mengapa due profes ional care merupakan standar audit yang p nting. Dalam audit investigatif, kecermatan ini terlihat antara lain dari cara investigator mengajukan pertanya n, menentukan kapan pertanyaan tersebut h rus diajukan, menindaklanjuti
jaw bannya,
mempertanyakan
sesuatu
(ung kapan
khas
investigator: “apa iya”, “adakah cara atau jalan lain”, “apakah ini tidak terlalu bagus untuk benar” atau too good to be true, dan seterusnya). 4. Cermat dalam menarik kesimpulan dari hasil penerapan teknik yan g investigator pilih. Temuan yang k lihatannya “sepele”, di tangan penyelidik yan g mempunyai pengetahuan dan pe ngalaman yang luas, merupakan bukti yan
kuat dalam
proses pengadilan. K ecermatan dalam menafsirkan temuan jelas erlihat dalam computer forensics.
3. TEKNIK-TEKNIK AUDIT Cakupan dari berbagai t knik audit dalam berbagai audit investigatif,
eperti teknik-
teknik yang diterapkan dalam kejahatan perpajakan dan kejahatan terorganisasi (organized crime), Follow the Money dalam fraud dan tindak pidana pe cucian uang, teknik pembuktian hukum, computer forensics, dan lain sebagainya. Modul ini membahas be berapa teknik audit yang lazim dikenal dala m audit atas laporan keuangan, yang kemudian dikembangkan lebih lanjut untuk tujuan audit investigatif dengan aplika i dan contoh-contoh audit investigatif.
BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
247
MO D UL A KU N T AN I F O R E N S I K D A N A U D I T I NV S TI G A T I F
4. MEMERIKSA FI IK DAN MENGAMATI Pemeriksaan fisik atau physical examination sering diartikan sebagai penghitungan uang tunai (baik dalam persediaan barang, ase
ata uang rupiah atau mata uang asing), ker tas berharga, tetap, dan barang berwujud ( tangible as ets) lainnya.
Pemeriksaan fisik dan pe gamatan dapat dibagi menjadi beberapa kelo pok, yaitu: 1. Inventarisasi (opna e) Inventarisasi atau opname adalah pemeriksaan fisik dengan me nghitung fisik barang,
menilai
ko disinya (baik, kurang baik, dan rusak
membandingkannya
berat), serta
dengan saldo menurut buku (administras i), kemudian
mencari sebab-sebab terjadinya perbedaan apabila ada. Hasil opn me biasanya dituangkan dalam s atu Berita Acara (BA). Teknik audit inventarisasi dapat diterapkan misalnya untuk barang inventaris, perabot kantor, kebun ataupun ternak, kas, persediaan barang, sejauh ada fisiknya. 2. Inspeksi Inspeksi adalah men liti secara langsung ke tempat kejadian, ya g lazim pula disebut on the spot nspection, yang dilakukan secara rinci dan t eliti. Inspeksi sering dilakukan den an pendadakan. Inspeksi meliputi pemeriksa an yang rinci terhadap dokumen
an catatan serta pemeriksaan sumber da a berwujud.
Inspeksi seringkali digunakan dalam mengumpulkan dan menge aluasi bukti, baik bottom-up maupun top-down. Dengan melakukan inspeksi at s dokumen, auditor dapat menent kan ketepatan persyaratan dalam faktur atau kontrak yang memerlukan pengujia n bottom–up atas akuntansi transaksi tersebu t. Pada saat yang sama, auditor s eringkali mempertimbangkan implikasi bukti d alam konteks pemahaman faktor-fa tor ekonomi dan persaingan entitas. Contoh kegiatan ins eksi adalah pemeriksaan terhadap bukti-b kti transaksi seperti rekening ban , kuitansi atau tanda terima lainnya untuk
engevaluasi
apakah transaksi yan dilakukan telah sesuai atau menyimpang dari rencana dan anggaran yang telah d itetapkan. 3. Pengamatan (surveil lance) Pengamatan/observa i (surveillance) adalah peninjauan atas suat
objek, fakta
fisik, kegiatan, pergerakan seseorang atau sekelompok orang, yang merupakan bagian dari suatu tind kan fraud , secara hati-hati dan kontinu selam kurun waktu tertentu untuk membuktikan suatu keadaan atau masalah, yang be rsandar pada penggunaan indera manusia, seperti indera pendengaran dan penglihatan, kecermatan, dan pen etahuan auditor. Teknik ini sering dilakukan d ari jarak jauh dan tanpa disadari oleh pihak yang diamati. BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
248
MO D UL A KU N T AN I F O R E N S I K D A N A U D I T I NV S TI G A T I F
Observasi juga memiliki kelemahan karena terdapat risiko bahwa k ryawan klien yang terlibat pada a tivitas-aktivitas yang sedang diobservasi tel h menyadari kehadiran auditor sehingga pada saat dilakukan observasi, ka ryawan akan mengubah perilakuny a dengan melaksanakan tanggungjwabnya s suai dengan kebijakan perusahaa . Oleh karena itu, auditor wajib untuk m enindaklanjuti berbagai kesan perta a yang didapat dengan berbagai bukti audit lainnya yang bersifat nyata. Observasi merupakan suatu hal yang berbeda dengan pengujian fi ik. Observasi difokuskan pada aktiv itas klien untuk mengetahui siapa mereka ata u bagaimana dan kapan mereka
melakukannya sedangkan pengujian fisi
melibatkan
penghitungan atas akt iva tertentu.
Terdapat beberapa je is pengamatan, yaitu: 1. Stationery or fixe points Pengamatan simpl fixed-points atau stationary observations dapat dilakukan oleh siapa saja. Dalam melakukan pengamatan ini, inves igator harus memastikan lokasi dari kegiatan yang akan diamati, mengantisi asi berbagai kegiatan yang mungkin terjadi dalam kegiatan tersebut, serta me ncatat secara detail keseluruhan aktivitas yang melibatkan tersangka pelak u fraud atau merekamnya ke dallam video atau rekaman. Catatan atau reka an yang detail (detailed records) harus dilengkapi dengan tanggal dan hari dil aksanakannya pengamatan, nama dari yang
elaksanakan
kegiatan pengama tan, nama dari saksi-saksi yang menguat kan kejadian tersebut, posisi da imana pengamatan dilakukan, jarak pengam tan terhadap kegiatan, dan wak tu dimulainya pengamatan dan berakhirnya pengamatan, serta catatan mengenai keseluruhan aktivitas kegiatan yang di amati secara detail, termasuk dengan waktu untuk setiap aktivitas ( detail d time log ). Sebagai contoh, p ngamatan atas kegiatan seseorang yang ak an menerima kick back dari peng usaha. 2. Moving or tailing Pengamatan seca a mobile atau bergerak (tailing ), atau seringkali disebut dengan membuntu ti aktivitas terduga pelaku fraud , seringkali yang lebih besar
emiliki risiko
ibandingkan stationary surveillance. Sebagai contoh, ada
auditor internal yang ditembak pada saat sedang membuntuti ( tailing ) seorang terduga pelaku fra d . Risiko kegagalan dari pengamatan jenis i i juga tinggi. Tailing hanya boleh dilakukan oleh para profesional.
BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
249
MO D UL A KU N T AN I F O R E N S I K D A N A U D I T I NV S TI G A T I F
3. Electronic surveil ance Penggunaan alat
lektronik untuk pengamatan, menggunakan
amera video
seringkali digunak n. Selain itu, penyadapan ( wiretapping ), yang merupakan bentuk lain dari pengamatan, biasanya hanya digunakan oleh para aparat penegak hukum. P engamatan menggunakan alat elektronik bias nya terbatas penggunaannya, k rena terkait dengan privasi dari seseorang di tempat kerja. Walaupun demiki n, penggunaan wiretapping juga bermanf at, terutama dimana aparat pe egak hukum ikut terlibat dalam melakukan pengamatan. Oleh
karena
itu,
sebelum
melakukan
metode
ini,
invest igator
harus
berkonsultasi terlebih dahulu dengan pihak terkait untuk melihat a spek legalitas dari penggunaan al at elektronik. 4. Covert or Underc ver Operations Operasi rahasia dan penyamaran (covert or undercover operation s) merupakan kegiatan yang leg l dan diperbolehkan untuk mengamati aktivit s seseorang atau sekelompok
rang secara diam-diam. Undercover operatio ns ini sangat
memakan biaya d an waktu dan harus dilakukan dengan san gat hati-hati. Undercover operat ions bisa gagal jika seseorang atau agen y ng diberikan tugas
untuk
enyamar
ternyata
diketahui
oleh
p ihak
lawan
(operations has been compromised ) , agen tersebut ketakuta , atau agen tersebut menjadi
erpengaruh di dalam kegiatan kejahatan
ang diamati,
sehingga agen me jadi simpati terhadap terduga pelaku fraud . Undercover operati ons dilakukan hanya jika: a. Kolusi atau frau skala besar terjadi; b. Berbagai metod investigasi fraud lain gagal; c. Investigasi dapa dimonitor secara langsung; d. Terdapat alasa
yang logis dan cukup untuk yakin bahwa fraud sedang
terjadi atau akan terjadi kembali; e. Investigasi yang dilakukan mematuhi hukum yang berlaku; f. Investigasi tetap berlangsung secara rahasia; g. Otoritas penega hukum diberikan informasi secara reguler ketiika bukti yang cukup telah dipe roleh Bukti fisik ( physical vidence) dapat berguna pada berbagai ka us, terutama kasus yang melibatk n persediaan dimana stok fisik persediaan dihitung dan persediaan yang hil ang dicari. Walaupun demikian, bukti fisik ini sering diasosiasikan
denga
kejahatan non-fraud , seperti penembak n, misalnya
terdapat selongsong p eluru yang menjadi bukti bagi aparat terkait k sus tersebut. BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
250
MO D UL A KU N T AN I F O R E N S I K D A N A U D I T I NV S TI G A T I F
Karena fraud terkadang sulit ditemukan dan memiliki sedikit tanda-ta da, bukti fisik seringkali sulit untuk d itemukan. Pengumpulan bukti
isik melibatkan proses analisis terhadap
persediaan, aset, kunci yang rusak, zat-zat tertentu seperti minya
bjek, seperti atau cairan,
jejak-jejak (traces) se erti cat atau noda, dan tanda-tanda khusus, seperti bekas luka, jejak roda ban di jalan, sidik jari (fingerprint ) . Bukti fisik juga melibatkan proses pencarian data di komputer. Terdapat beberapa cont h untuk melihat berbagai tingkat pemaham n yang bisa diperoleh dari pengamata dan pemeriksaan fisik. 1. Dari kunjungan ke lokasi yang terkena dampak semburan lum ur panas di Porong Sidoarjo tah n 2006, investigator menyaksikan sendiri ap
yang terjadi
dan luasnya musibah . Ini salah satu bentuk pemahaman. Investigat r mempunyai “bayangan”. Pemaha man ini penting ketika nanti ia membaca lap ran para ahli secara rinci tentang l asnya kerusakan dan besarnya kerugian. 2. Dari kunjungan ke wilayah yang terkena gempa, para relawan dan petugas dari Dinas Sosial dapat
enetukan jumlah kilometer jalan, rumah, sekolah, rumah
ibadah, kantor, pabri , dan lain-lain yang rusak. Pemahaman ini leb ih dalam dari “bayangan” mengenai intetitas kerugian akibat semburan lumpur p anas tadi. Di sini ada data kuantita if. 3. Pengamatan tenaga ahli dari maskapai asuransi akan memberika n kepadanya pemahaman yang lebih mendalam lagi, yakni siapa yang bertanggu ng jawab dan siapa yang layak m nerima klaim ganti rugi. Ini pertanyaan yang senantiasa dihadapi maskapai a uransi, dan mereka harus dapat membuktikan jawabannya. Investigator sering k li menghadapi situasi yang sama. 4. Pengamatan juga d apat memberi petunjuk adanya fraud . Jik
investigator
mengamati jalan, SD Inpres, dan bangunan lain sebelum mereka r boh, mereka mempunyai petunjuk penting tentang kemungkinan korupsi dalam
embangunan
infrastruktur.
5. MEMINTA INFO MASI DAN KONFIRMASI Meminta informasi baik lisan maupun tertulis kepada auditee, merupakan prosedur yang biasa dilakukan au itor. Pertanyannya, apakah dalam audit investigatif hal itu perlu dilakukan? Apakah ebaiknya investigator tidak meminta informasi, supaya yang
BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
251
MO D UL A KU N T AN I F O R E N S I K D A N A U D I T I NV S TI G A T I F
diperiksa tidak mengeta ui apa yang investigator cari? Yang bersa gkutan yang mempunyai kepentingan an peluang untuk berbohong. Permintaan keterangan ( inquiry ) dapat dilakukan untuk menggali infor masi tertentu dari berbagai pihak yang berkompeten. Pihak yang kompeten bisa be rarti pegawai atau pejabat auditi yang
erkaitan dengan permasalahan atau pihak ke tiga termasuk
para spesialis atau profe ional suatu bidang ilmu. Teknik ini dapat dila ukan dengan mengajukannya secara t ertulis maupun secara lisan. Permintaan informasi secara tertulis dapat dilakukan dengan wawancara, kuesioner (questioner ), atau menulis surat permintaan informa i. Wawancara (interview ) m erupakan teknik yang paling umum digunakan dalam proses investigasi dan menyeles aikan suatu fraud . Suatu wawancara merupak an sesi tanya jawab untuk memperoleh informasi. Hal ini berbeda dengan perc kapan pada umumnya, karena wawan cara merupakan proses yang terstruktur dan
emiliki tujuan
tertentu. Wawancara m rupakan pertanyaan sistematis terhadap i ndividu yang memiliki pengetahuan ata u kecakapan terhadap suatu kejadian, orang,
an bukti atas
kasus yang sedang diinve stigasi. Seorang pewawancara y ang baik akan secara cepat mengetahui pela ku fraud dan dapat memperoleh penga kuan dari pihak yang bersalah. Wawancara ju a membantu untuk memperoleh beber pa hal berikut, yaitu: 1. Informasi yang merup kan elemen penting dalam suatu kejahatan; 2. Petunjuk dalam penge mbangan kasus dan mendapatkan bukti lain; 3. Kerjasama dengan ko ban dan saksi-saksi lain 4. Informasi atas latar b lakang seseorang ( personal background ) dan kemungkinan motif pelaku fraud Wawancara dilakukan de gan korban, orang-orang yang terkait di dalam suatu kasus, informan, klien (manajer atau pimpinan perusahaan), pelanggan, ter duga pelaku, saksi ahli, polisi, petuga
kebersihan, rekan kerja, supervisor (penga as), mantan
pasangan atau teman, r kanan perusahaan yang ada saat ini dan r ekanan yang sudah tidak bekerja sama lagi, dan orang lain yang dapat membantu inv stigasi ini. Wawancara dapat mengh asilkan 3 jenis bukti yaitu: 1. Bukti Kesaksian Merupakan bukti me akinkan yang didapat dari pihak lain karena diminta oleh auditor. Biasanya bukti pengujian fisik, bukti dokumen, bukti analisis, atau bukti lisan telah diperoleh, aru kemudian dilengkapi dengan bukti kesaksi n. BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
252
MO D UL A KU N T AN I F O R E N S I K D A N A U D I T I NV S TI G A T I F
2. Bukti Lisan Merupakan bukti yang diperoleh auditor dari orang lain melalui pembicaraan secara lisan. Orang lain tersebut mungkin berasal dari luar auditi maupun dari pihak auditi sendiri.
alam hal memperoleh bukti lisan, auditor ha rus mencatat
(menuangkan dalam kertas kerja) dengan seksama termasuk narasu mbernya. 3. Bukti Spesialis Merupakan bukti yang didapat dari tenaga ahli, baik seorang pri badi maupun instansi atau institusi yang memiliki keahlian yang kompeten dala
bidangnya.
Tenaga spesialis ya ng dapat digunakan adalah semua profesi seperti ahli pertambangan, dokter, ahli purbakala, ahli pertanian, ahli hukum, a li perbankan, dll. Untuk memenuhi syarat kompetensi bukti audit, maka komp tensi tenaga spesialis
tersebut
harus
terjamin.
Dalam
hal
ini,
jika
diput uskan untuk
menggunakan tenaga ahli (spesialis), maka auditor harus mengu sahakan ahli yang diakui oleh umu . Hal-hal yang perlu diperh tikan dalam melakukan wawancara adalah: 1. Tentukan sumber info masi/objek wawancara 2. Jadwalkan wawancar lebih dahulu 3. Buat persiapan materi dan cara bertanya 4. Mulai dengan suasan yang bersahabat/hangat 5. Perhatikan dan denga rkan 6. Hindarkan pertanyaan yang cenderung jawabannya mengiyakan 7. Tutuplah wawancara engan catatan positif 8. Dokumentasikan hasil wawancara 9. Mintakan penegasan/ ersetujuan hasil wawancara dari pihak yang di awancarai Dalam wawancara, terdapat tiga jenis interviewee (orang yang diwaw ncarai) yang harus disikapi secara ber eda-beda, yaitu: 1. Friendly (akrab) Interviewee yang ber sikap bersahabat dan baik (walaupun terka dang tampak berlebihan) seringkali membantu dalam proses wawancara. Walaupun sikap bersahabat ini dapat membantu, investigator yang berpengalaman akan berhatihati dalam menentu an motif dari interviewee yang bersikap b ik ini. Pada beberapa kasus, mo ifnya memang benar untuk membantu, na un ada pula motifnya agar mengali hkan kecurigaan investigator terhadap dirinya.
BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
253
MO D UL A KU N T AN I F O R E N S I K D A N A U D I T I NV S TI G A T I F
2. Neutral (netral) Interviewee yang ber ikap netral tidak memperoleh manfaat atau kerugian dari wawancara yang dillakukan. Tidak ada motif atau agenda
husus yang
disembunyikan, dan biasanya interviewee yang bersikap netral merupakan interviewee yang paling objektif dan membantu investigator. 3. Hostile (bermusuhan) Interviewee dengan s ikap bermusuhan merupakan wawancara yan g paling sulit untuk dilakukan. Inte viewee ini seringkali diasosiasikan dengan t rsangka dari kejahatan tersebut. Jika interviewee yang bersikap bersahabat dan netral dapat dilakukan wawancara kapan saja, maka wawancara dengan hostile i terviewee ini seringkali harus dilakukan secara mendadak tanpa ada pemberita huan terlebih dahulu. Wawancara
adakan akan membuat hostile interviewee tidak memiliki
persiapan untuk meny iapkan argumentasi menghadapi investigator. Seperti dalam audit, ju a dalam audit investigatif, permintaan inf rmasi harus dibarengi, diperkuat, ata u dikolaborasi dengan informasi dari sum er lain atau diperkuat (substantiated ) dengan cara lain. Permintaan informasi sanga penting, dan juga merupakan prosedur yang normal dalam suatu audit investigatif. Meminta konfirmasi adal h meminta pihak lain (dari yang diaudit inve stigatif) untuk menegaskan kebenaran
tau ketidakbenaran suatu informasi. Dalam a dit, teknik ini
umumnya diterapkan unt uk mendapatkan kepastian mengenai saldo
tang-piutang.
Akan tetapi sebenarnya teknik ini dapat diterapkan untuk berbag ai informasi, keuangan maupun nonke angan. Konfirmasi adalah mem peroleh bukti untuk meyakinkan auditor, dengan cara mendapatkan/meminta inf ormasi yang sah dari pihak yang relevan. Dalam konfirmasi, auditor telah memiliki info masi/data yang akan dikonfirmasikan. Konfirmasi dapat dilakuk n dengan lisan yaitu dengan wawancara lang sung kepada pihak yang bersangkutan , atau dapat dilakukan secara tertulis dengan mengirimkan surat konfirmasi. Dalam konfirmasi, jawaban harus diterima langsung oleh auditor. Jika konfirmasi dilakukan secara tertulis, maka harus ditegaskan bahwa awaban agar dialamatkan kepada au ditor. Surat permintaan konfirmasi kepad
responden
sebaiknya ditandatangani oleh auditi. Contoh
kegiatan
konfirmasi
adalah
meminta
keterangan kepad
bendahara
pengeluaran terkait buktii-bukti transaksi pembelian atau pengalokasiian anggaran yang telah dilakukannya. Kegiatan ini dilakukan untuk melihat apakah b ukti transaksi BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
254
MO D UL A KU N T AN I F O R E N S I K D A N A U D I T I NV S TI G A T I F
tersebut fiktif atau benar adanya. Selain keteranagn-keterangan lainy
terkait bukti
tersebut. Dari hasil wawancara da
konfirmasi, investigator akan memperoleh i formasi yang
digunakan investigator dalam proses investigasinya. Namun, seringkali i formasi yang diperoleh tersebut ternya ta tidak benar dan merupakan informasi yan
dibuat-buat.
Albrecht et al . (2011) menjelaskan untuk menguji hasil informasi yang
iperoleh dari
wawancara, dapat diguna kan honesty testing yang terdiri dari beberapa
etode, yaitu:
1. Pencil-and-paper tes ts Merupakan pengujian objektif untuk memperoleh informasi mengenai kejujuran seseorang dan kode
tik pribadi seseorang. Biasanya sering digunakan sebagai
screening device ba i pegawai dibandingkan sebagai alat untuk menentukan apakah seseorang tel ah melakukan kejahatan atau tidak. Pencil a d paper test memberikan keakuratan sebesar 50-90%. Beberapa jenis pengg naan tes ini antara lain Reid Report, The Personeel Selection Inventory, dan St nton Survey . Beberapa contoh pert nyaan tes ini adalah sebagai berikut: Benar/Salah 1. Meru akan hal yang biasa bagi kebanyakan orang untuk sedikit tidak jujur Benar/Salah 2. Orang yang tidak jujur harus masuk penjara Jawaban atas pertany aan-pertanyaan yang tampak serupa ini akan
enghasilkan
profile dari etika seseorang dan dinilai kepribadiannya. 2. Graphology Grafologi adalah ilmu yang mempelajari tulisan tangan seseorang untuk menilai karakter atau kepribadian seseorang. Penggunaan grafologi sema in meningkat belakangan ini. Grafo logi digunakan dimana integritas pegawai sa ngat penting, seperti perbankan at au manufaktur. Namun, banyak investigato r fraud yang meragukan keandalan dari grafologi. 3. Voice stress analysi and polygraphs Voice stress analysis yang
sejujurnya
enentukan apakah seseorang berbohong ata mengatakan
dengan
menggunakan
peralatan
mekanis
t rtentu
yang
dihubungkan kepada orang tersebut. Sedangkan, polygraph le ih kompleks dibandingkan voice
tress analyzers, karena polygraph menilai ti ngkat stress,
serta kejujuran seseorang dengan mengukur respons fisik seseorang . Teori dasarnya adalah seseorang yang merasa bersalah ketika mere ka berbohong atau tidak jujur. Peras an bersalah akan menghasilkan stress, dimana hal ini akan berdampak pada peru bahan perilaku.
BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
255
MO D UL A KU N T AN I F O R E N S I K D A N A U D I T I NV S TI G A T I F
Polygraph mengukur etak jantung ( pulse rate), tekanan darah, resp ons kulit, dan respirasi seseorang.
eperti halnya voice stress analyzers, polygra ph terkadang
berujung pada hasil yang salah, karena penggunaan tes polygraph bisa menyebabkan orang j ujur menjadi ketakutan dan dianggap berboho g. Selain itu, polygraph sering ga al untuk mendeteksi kebohongan pada se eorang yang terbiasa berbohong dan merupakan psikopat ( psychopathic li rs). Hal ini disebabkan orang ters ebut tidak merasakan stress saat berbohong k rena mereka mampu menekan pera saan mereka ke perasaan tidak bersalah. Dalam audit investigatif, investigator harus memperhatikan apakah pihak ketiga mempunyai kepentingan dalam audit investigatif. Dalam kasus tend r pengadaan barang, permintaan konfi rmasi dari penyuplai yang cenderung melind ungi pejabat, perlu diperkuat. Misalnya dengan konfirmasi dari Direktorat Jenderal B a dan Cukai, kalau barang tersebut dii por.
6. MEMERIKSA D KUMEN Dokumen dapat dibagi
enjadi dua jenis yaitu dokumen internal d an eksternal.
Dokumen internal adal h dokumen yang dipersiapkan dan digu akan dalam organisasi klien dan dis impan tanpa pernah disampaikan kepada
ihak di luar
organisasi, contohnya l aporan jam kerja karyawan dan laporan penerimaan persediaan. Sedangkan, dokumen e sternal adalah dokumen yang ditangani ol h pihak luar organisasi yang mewakili pihak klien dalam melakukan transaksi tetapi dokumen ini dapat dengan mudah d iakses oleh klien dengan segera, contohny a faktur dari pemasok, polis asuransi, dan lain sebagainya. Dokumen eksternal m miliki tingkat kepercayaan yang lebih tinggi sehingga lebih dapat diandalkan darip da dokumen internal karena dokumen eksternal pernah berada baik di tangan klien
aupun pihak
lain (pihak eksternal) seb gai lawan transaksi klien. Teknik-teknik audit yang dapat digunakan untuk mengumpulkan b kti dokumen adalah: 1.
Verifikasi Verifikasi adalah pe gujian secara rinci dan teliti tentang kebena ran, ketelitian perhitungan, kesahihan, pembukuan, pemilikan dan eksistensi su tu dokumen. Verifikasi ini mencakup teknik-teknik audit lain untuk mengu pulkan dan mengevaluasi bukti d kumen. BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
256
MO D UL A KU N T AN I F O R E N S I K D A N A U D I T I NV S TI G A T I F
2.
Pemeriksaan bukti
endukung / Vouching
Pemeriksaan bukti pendukung meliputi : a.
Pemilihan ayat ju rnal dalam catatan akuntansi
b.
Mendapatkan se ta memeriksa dokumen yang digunakan seba ai dasar ayat jurnal tersebut untuk menentukan validitas dan ketelitia
pencatatan
akuntansi. Dalam melakukan vouching , arah pengujian berlawanan dengan ya ng digunakan dalam tracing . Prosedur pemeriksaan bukti pendukung digunaka
secara luas
untuk mendeteksi s alah saji berupa penyajian yang lebih ting gi dari yang sebenarnya dalam pe ncatatan akuntansi. Prosedur ini penting untu memperoleh bukti sehubungan d engan penegasan terhadap keberadaan ( e istence) dan kejadian (occurrence). Adapun tujuan dari v uching untuk memastikan bahwa: a. Bukti tersebut telah disetujui oleh pejabat yang berwenang dan t rkait b. Bukti tersebut sesuai dengan tujuannya c. Jumlah yang tert era di dalam bukti adalah benar dan sesuai den an transaksi d. Pencatatan dilaku kan secara benar e. Kepemilikan dan eberadaannya sah. Contoh kegiatan pem eriksaan bukti pendukung adalah auditor memi lih ayat jurnal “Pembelian ATK” d i jurnal, kemudian membandingkanya den gan kuitansi pembelian ATK terse ut atau tanda pembeliannya. 3.
Penelusuran / Traci g Tracing atau Penelu suran adalah teknik audit dengan menelusu i suatu bukti transaksi/kejadian
( oucher)
menuju
ke
penyajian/informasi
alam
suatu
dokumen. Teknik a dit trasir merupakan cara perolehan bukti dengan arah pengujian yang terbalik dari teknik audit vouching . Dalam penelusu ran seringkali disebut penelusuran lang, auditor : a. memilih dokumen yang dibuat pada saat transaksi dilaksanakan, dan b. menentukan bah a informasi yang diberikan oleh dokumen t ersebut telah dicatat dengan be nar dalam catatan akuntansi (jurnal dan buku b esar). Arah pengujian prose dur ini berawal dari dokumen menuju ke catat an akuntansi, sehingga menelusuri kembali asal-usul aliran data melalui sistem ak ntansi. Salah satu kelemaha dari teknik audit tracing ini adalah memerlukan waktu yang lama, karena biasa ya dokumen sumber suatu perusahaan s ngat banyak jumlahnya dan hampiir setiap transaksi mempunyai satu dokumen
umber. Akan
tetapi kelemahan ini dapat diatasi oleh auditor dengan hanya men uji beberapa saja dengan menggu akan metode sampling. BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
257
MO D UL A KU N T AN I F O R E N S I K D A N A U D I T I NV S TI G A T I F
Contoh kegiatan pen lusuran adalah auditor membandingkan antar a angka yang tertera dalam kwitansi transaksi yang telah dilakukan dan jumlah angka yang tertera dalam jurnal.
al ini menunjukan apakah ada kesesuaian pe nyajian, yaitu
penyajian yang lebih endah atau yang lebih tinggi. 4.
Scanning Scanning adalah pe meriksaan terhadap dokumen yang kurang terinci untuk menentukan apakah terdapat hal yang tidak biasa yang memerluk n investigasi lanjutan. Penggunaan scan pada audit piutang adalah auditor bi sa men-scan daftar piutang untuk melihat piutang setiap pelanggan yang me iliki kejadian piutang yang tidak
iasa, seperti adanya saldo piutang negatif, piutang yang
umurnya lama, dan pi utang yang nilainya besar. 5.
Rekonsiliasi Rekonsiliasi adalah
encocokkan dua data yang terpisah, meng nai hal yang
sama yang dikerjaka oleh instansi/unit/bagian yang berbeda. Tujua n teknik audit rekonsiliasi adalah u tuk memperoleh jumlah yang seharusnya ata jumlah yang benar mengenai su tu hal tertentu. Misalnya rekonsiliasi dilaku an terhadap catatan bendahara
engenai jumlah saldo simpanan di bank yan g dituangkan
dalam Buku Pemban tu Bank dengan saldo simpanan di bank men urut rekening koran yang diterima dari pihak bank. Kedua data tersebut bi asanya akan menunjukkan saldo yang berbeda karena perbedaan waktu pencat atan. Dengan melakukan teknik rekonsiliasi maka dapat diketahui berapa sesung guhnya saldo simpanan di bank ya g seharusnya. Selain itu, Albrecht et al . (2011) juga menekankan bahwa setela h melakukan kejahatan, pelaku umum ya menyembunyikan (concealment ) fraud m reka dengan menutupi jejak mereka, mengaburkan bukti, serta menghapus memungkinkan. Penyem unyian fraud ini umumnya dilakukan dengan
ed flag jika emanipulasi
bukti dokumen, seperti purchase invoices, sales invoices, credit memos, deposit slips, checks, receiving reports, bills of lading, lease, titles, sales receipts,
oney orders,
atau cashier’s checks. Sedangkan, dari sudut pandang digital, pe nyembunyian tindakan fraud ini dapat
ilakukan dengan memodifikasi atau menghap us catatan di
dalam database perusahaan. Kebanyakan teknik investiigasi terkait concealment ini melibatkan bebera pa cara untuk menemukan dokumen fi ik atau catatan komputer yang telah dimani ulasi. Ketika dihadapkan pada pilihan antara keterangan dari saksi mata atau seb ah dokumen sebagai bukti, maka keb nyakan ahli forensik fraud akan memilih dok umen. Hal ini disebabkan dokumen me rupakan catatan historis suatu kegiatan, tidak memberikan BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
258
MO D UL A KU N T AN I F O R E N S I K D A N A U D I T I NV S TI G A T I F
ambiguitas, tidak dapat b ersumpah palsu, dan tidak dapat memberika n cerita yang tidak konsisten di dalam k esempatan yang berbeda. Dokumen mengandung informasi yang sangat penting pada saat dilakukannya investigasi atas
fraud . Sebagai
contoh,
jika
investigator
sedan
melakukan
pemeriksaan atas adanya kickback atau forgery scheme, maka sebuah cek akan menuntun investigator ke pada teller bank yang memproses transaksi tersebut dan teller tersebut bisa saja ingat mengenai informasi terkait pelaku fraud . Selain itu, sebuah cek juga memb ntu investigator dalam melengkapi paper tr ail atau jejak dokumen atas keseluruhan transaksi. Karena dokumen membe ikan banyak bukti yang signifikan pada banya kasus fraud , investigator harus mengerti aspek-aspek terkait legalitas dan tata cara dalam penanganan dokumen.
ecara spesifik, investigator harus memaha mi beberapa
aspek berikut dari bukti d kumen: 1. Chain of custody of
ocuments
Dari sejak bukti doku en telah diterima, maka chain of custody harus dilakukan dengan baik. Secara umum, chain of custody berarti semua
atatan atau
dokumen harus dija ga pada saat dokumen diterima. Pencatatan yang baik harus dilakukan jika dokumen tersebut dipinjamkan ke pihak lain atau di luar kendali penguji fraud . Hal ini disebabkan karena pihak pelaku fraud akan terus mencoba kemungkinan bahwa dokumen yang menjadi bukti tersebut dikatakan sebagai do kumen palsu. Sebuah catatan atau
emo harus dibuat pada saat dokumen tersebu t dipinjamkan
ke pihak lain, dan memo lain juga harus dibuat jika terdapat peruba han di dalam status dokumen. 2. Marking of evidence Ketika bukti dokumen diterima, maka dokumen tersebut harus ditand i secara unik (uniquely marked ), se ingga dapat diidentifikasi di kemudian hari. Se bagai contoh, penggunaan amplop transparan yang digunakan untuk penyimpa an dokumen yang disertai dengan tanggal penerimaan dokumen dan inisial dar i investigator. Selain itu, dokumen t rsebut di-copy , kemudian dokumen asli disim an di tempat lain yang aman. Doku enyang telah di-copy inilah yang digunakan s elama proses investigasi. Pada saat persidangan, dokumen asli dapat dikel arkan untuk digunakan dalam proses pengadilan. 3. Organization of doc mentary evidence Kasus fraud dapat me mberikan bukti dokumen dalam jumlah yang s ngat banyak. Selain dokumen dala
bentuk hard copy , dokumen juga diperlukan dalam bentuk BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
259
MO D UL A KU N T AN I F O R E N S I K D A N A U D I T I NV S TI G A T I F
soft copy . Ini dapat berupa hasil scan, format .PDF, dan format digital lain. Hal ini akan
sangat
mem antu
dalam
pemeriksaan
investigasi,
k rena
dapat
memudahkan pencari n bukti-bukti yang terkait kasus fraud tersebut.. Manfaat dari format digital ini, yaitu: a. Menghemat banya waktu dan tempat; b. Meningkatkan kem mpuan pencarian dokumen; c. Mampu berbagi in ormasi pada pihak terkait yang berada di k ota lain atau negara lain; Selain itu, pengorgan isasian dokumen dapat diurutkan sesuai de ngan tanggal dokumen, sumber d ri mana dokumen tersebut diperoleh, tang gal dokumen diperoleh oleh investig ator, atau berdasarkan ruang lingkup dokumen . 4. Coordination of evid nce Investigator dapat me utuskan untuk saling berbagi bukti dokumen dengan pihak lain yang terkait untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas t ntang kasus yang sedang dihadapi . 5. Rules concerning or ginal versus copies of documents Dokumen original ata dokumen asli selalu lebih dipilih jika dibandin gkan dengan bukti dalam bentuk f otokopi. Faktanya, di dalam suatu persidan an, terdapat empat situasi dimana penggunaan dokumen hasil fotokopi diguna an (biasanya dipertimbangkan seb gai bukti kedua atau secondary evidence). Pada empat situasi berikut, pen adilan
harus memiliki bukti
bahwa doku men original
benar-benar ada dan secondary evidence yang digunakan merupa an copy dari dokumen original. a. Dokumen asli tela
hilang atau hancur tanpa adanya kesengaja an, sehingga
pihak terkait menggunakan secondary evidence b. Dokumen asli be ada dalam penguasaan pihak lain yang gagal dalam melakukan
pengamanan
dokumen
(padahal
telah
dipering atkan
untuk
berhati-hati sebelu nya), atau pihak yang mengamankan doku men tersebut berada di luar juris iksi pengadilan; c. Dokumen atau catatan berada dalam pengamanan kantor agen kh usus; d. Dokumen original terlalu banyak dan besar untuk dilakuka n pengujian, sehingga sekedar riingkasan dari isi dokumen dapat diterima oleh engadilan Tak ada audit investigatif anpa pemeriksaan dokumen. Hanya saja, den an kemajuan teknologi, definisi doku en menjadi lebih luas, termasuk informasi yang diolah, disimpan, dan dipindahka n secara elektronis (digital).
BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
260
MO D UL A KU N T AN I F O R E N S I K D A N A U D I T I NV S TI G A T I F
7. REVIEW ANALI IKAL Deloitte Haskins & Sells disingkat DHS, cikal bakal dari Deloitte Touc e Tohmatsu) mencatatat penggunaan eknik ini dalam audit manual mereka di tahu
1930-an. Di
akhir 1960-an dan awal 1970-an, DHS mengembangkan berbagai pe angkat lunak untuk review analitikal, di antaranya Statistical Technique for Anal tical Review (STAR) in Auditing. Judul yang sama digunakan sebagai judul dari buk u yang ditulis kedua pionir dalam bidan ini, Kenneth W. Stringer dan Trevor R. Stewar t. Dalam
review analitikall
yang
penting
bukannya
perangkat
lun knya, tetapi
semangatnya, seperti dik atakan Houck di atas: “think analytical first ”! Ini ciri auditor (dan investigator) yang tangguh. Auditor harus menguasai gamba an besarnya terlebih dahulu. Stringer dan Steward menulis, Analytical review is a from of deductive reasoning in which the propriety of the individual details is inferred from evi ence of the reasonableness of the
ggregate results. Review analitikal didefinis ikan sebagai
a form of a deductive reasoning ; sebagai suatu bentuk penala ran deduktif. Tekanannya adalah pada penalaran, proses berfikirnya. Penalaran ya g membawa seorang auditor atau in vestigator pada gambaran mengenai wajar,, layak, atau pantasnya suatu data in ividual disimpulkan dari gambaran yang dip roleh secara global, menyeluruh atau a gregat. Hal ini akan diperagakan dengan conto h-contoh. Bagaimana kesimpulan
atau
inference
itu diperoleh? Stringer
dan
Stewart
melanjutkan, “It involves
comparison of the recorded financial result wi th results that
my reasonably be expe ted in the the circumstances‖. (Review anal itikal meliputi perbandingan antara data keuangan menurut catatan dengan apa yang
ajarnya atau
layaknya harus terjadi”). Pada dasarnya seorang investigator secara intuitif terobsesi dengan “ sesuatu yang agaknya tidak benar”, “sesuatu yang melenceg dan bahwa ―somet ing must be wrong because it appe rs so”. Oleh karena itu, ia memerlukan
atokan atau
benchmark untuk memba ndingkannya dengan apa yang dihadapinya. P atokan ini lah yang dirumuskan String r dan Stewart sebagai result that may r asonably be expected . Misalnya, investigator se ang mengaudit investigatif suatu bank yang berkewajiban memungut pajak pengha ilan atas bunga yang diperoleh nasabahnya. Apakah bank BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
261
MO D UL A KU N T AN I F O R E N S I K D A N A U D I T I NV S TI G A T I F
menyetor pajak penghasilan ini sesuai ketentuan, baik dalam jumlah
aupun waktu
penyetoran? Apakah audi t investigatif ini harus dimulai di cabang-caban atau kantorkantor perwakilan? Menurut review analitikal, tidak. Investigator dapat memulai dengan mencocokkan angka-angka agre at. Pertama, ditentukan dulu jumlah p jak penghasilan yang sudah disetorkan untuk bank secara keseluruhan (kantor pusat dan cabang-cabang), menurut pembukuan
ank itu (data
A). selanjutnya, investigator menghitung apa yang dikatakan Stringer dan Stewart sebagai result that may r asonably be expected . Ini adalah hasil perkali n antara tarif pajak (misalnya 10%) dengan jumlah bunga yang dibayarkan bank itu kepada para nasabahnya (data B).
erbedaan antara data A dan data B bis
merupakan
perbedaan waktu (timing difference) saja. Yakni, perbedaan antara saat memotong dan saat menyetor pajak enghasilan. Timing difference ini juga mudah ilokalisasi. Tetapi mungkin juga ad a perbedaan yang bersifat tetap ( permane t difference) misalnya dalam hal de osan dalam negeri yang mendapat pemb basan pajak penghasilan dan deposan di cabang-cabang di luar negeri di man a bank tidak berkewajiban memungut pajak penghasilannya. Perbedaan ini mu ah diketahui karena umumnya jumlah deposan dalam negeri yang dibebaskan,
idak banyak.
Sedangkan untuk depo an di cabang-cabang di luar negeri, inves tigator dapat mengabaikan seluruh dat bunga luar negeri (bagian dari data B semula) . Dengan contoh ini, maka investigator menguji mulai dari belakang. Pertama, evidence of the reasonableness of the aggregate results, dimana hal ini diperole h dari data B yang di-adjust untuk de osan dalam negeri yang dikecualikan pemu ngutan pajak penghasilannya dan bung a di cabang-cabang luar negeri. Kedua, a from of deducti e reasoning . Di sini investigator membuat deduksi dari data agregat, data global, data menyeluruh, yang dalam hal ini adalah data Deduksi ini berkenaan
dan data B.
engan the propriety of the individual detail . Kelayakan,
kewajaran atau kepantas n ( propriety ) dari individual details. Individual details di sini adalah pemungutan dan penyetoran pajak penghasilan oleh bank se ara transaksi demi transaksi, cabang demi cabang, atau mungkin per pejabat bank s esuai dengan kewenangannya. Ada bermacam-macam variasi dari teknik review analitikal, namun semuanya didasarkan atas perbandi ngan antara apa yang dihadapi dengan apa y ang layaknya harus terjadi, dan berus ha menjawab sebabnya terjadi kesenjangan. Apakah ada kesalahan (error ), fraud , atau salah merumuskan patokannya. BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
262
MO D UL A KU N T AN I F O R E N S I K D A N A U D I T I NV S TI G A T I F
Di bawah ini disajikan beberapa teknik review analitikal untuk memudahkan pemahaman. 1. Betriebs Vergleich d n Zeit Vergleich Buku teks ekonomi pe rusahaan tahun 1850-an memberi dua contoh perbandingan dengan menggunaka n istilah Jerman: Betriebs Vergleich dan Zeit Vergleich. Dalam Betriebs Verg leich, investigator membandingkan perusaha an (Betriebs) yang diaudit investigatif dengan saingannya yang seukuran. Te rutama kalau Betriebs lainnya cuk p banyak, investigator bisa mempunyai rata -rata industri yang andal. Pada das arnya Betriebs Vergleich ini dimanfaatkan aka emisi seperti untuk menganalisis kompetisi atau persaingan. Dalam
Zeit Verglei h, investigator membandingkan perusahaan yang diaudit
investigatif pada saat sekarang dengan hal yang sama di masa ( Zeit) lalu. Dalam Zeit Vergleich, investigator mencoba memahami bagaimana peru sahaan yang akan diaudit investi atif ini berbeda dengan masa lalunya, d n mengapa. Investigator menggun akan teknik yang sama untuk melihat indikasi fraud, karena fraud mengancam kes inambungan laba tadi. Dari contoh Betriebs Vergleich dan Zeit Vergleich tadi, dapat dilih t pentingnya menentukan patokan atau benchmark . Patokan ini harus seukuran dan sejenis, dan harus comparabl . Patokan yang betul-betul comparable merupakan sesuatu yang sangat langka. Perbandingan (comp rison, Vergleich) tidak otomatis berarti bahwa patokan atau benchmark -nya yang benar, atau kalau ada penyimpangan ya ng signifikan pastilah penyimpang n itu merupakan kesalahan data yang se dang diaudit investigatif. Belum te tu. Itulah sebabnya judgement sangat penting , kecermatan sangat mutlak. Jika d iperlukan, cari data perbandingan lainnya. Ha l yang utama adalah pemahaman k napa berbagai data itu bisa berbeda. 2. Membandingkan An garan dengan Realisasi Membandingkan data anggaran dengan realisasi dapat mengindika sikan adanya fraud . Hal yang perlu dipahami di sini adalah mekanisme pelaksana an anggaran, evaluasi
atas
pela sanaan
anggaran,
dan
insentif
(keuan an
maupun
nonkeuangan) yang te rkandung dalam sistem anggarannya. Dalam entitas yang m erupakan profit center atau revenue center , pe jabat tertentu menerima insentif (b nus) sesuai dengan ―keberhasilan yang d iukur dengan BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
263
MO D UL A KU N T AN I F O R E N S I K D A N A U D I T I NV S TI G A T I F
pelampauan anggara . Investigator perlu mengantisipasi kecenderu gan realisasi penjualannya dibuat t inggi (overstated ). Penjualan kredit dan pengi riman barang secara besar-besara
pada akhir tahun merupakan indikasi men enai hal itu.
Pengembalian barang sesudah akhir tahun memperkuat indikasi ada ya fraud . Di sektor publik tahun 2005 dan 2006 terlihat hal sebaliknya . Pemerintah “mengeluh” soal ren ahnya penyerapan anggaran. Kambing hita mnya kali ini adalah sistem anggar an yang berubah, kinerja KPK dan pengadilan kasus-kasus korupsi yang mengge bu-gebu membuat para pejabat enggan men adi pimpinan proyek. Meskipun contoh ini terbalik dari contoh sebelumnya, p enjelasannya sama, ada atau tidak danya insentif. Insentif tidak perlu berupa inse ntif keuangan seperti bonus. Memp ertahankan (atau menggoyahkan jabatan) se seorang bisa menjadi insentif. Dal m perusahaan yang berkecimpung di bida ng teknologi, dewan
komisaris
berupaya
menjatuhkan
anggota
direksi ya
dengan
mempertanyakan ke apa anggaran modal—untuk mendatangk n peralatan berteknologi tinggi—b lum juga direalisasi. 3. Analisis Vertikal dan Horizontal Analisis vertikal dan horizontal merupakan analisis rasio lapora n keuangan. Analisis vertical menunjukkan rasio antara satu akun dengan akun l ainnya dalam laporan keuangan unt k tahun yang sama. Contoh analisis verti al dalam laporan laba rugi: rasio antara biaya penjualan dengan penjualan, r asio antara biaya administrasi dengan pe njualan, dan seterusnya. Analisis ini disebut analisis vertikal karena angka -angka yang dibandingkan terletak secara vertikal dalam laporan keuangan. Mi salnya dalam contoh laporan laba rugi di bawah ini : Tabel 13.1. Contoh Analisis Vertikal Akun Laba Rugi Penjualan
Jumlah
Persentase
1.000.000
100,0%
Harga pokok penjual n
400.000
40,0%
Laba kotor
600.000
60,0%
Biaya penjualan
100.000
10,0%
Biaya administrasi
75.000
7,5%
Biaya lain (termasuk penyusutan)
25.000
2,5%
200.000
20,0%
Jumlah biaya
BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
264
MO D UL A KU N T AN I F O R E N S I K D A N A U D I T I NV S TI G A T I F
Laba sebelum pajak
enghasilan
400.000
40,0%
Pajak penghasilan
120.000
12,0%
Laba bersih
280.000
28,0%
Dalam contoh di a as, semua akun laba-rugi dibandingkan
engan akun
penjualan. Dalam st uktur laporan laba rugi, akun-akun ini ter usun secara vertikal. Analisis vertikal da at dilakukan untuk neraca. Akun-akun n eraca dapat dibandingkan, misalnya, dengan jumlah aset. Dengan analisis vertikal, investigator dapat mengubah angka-a gka laporan keuangan dari nilai ( dalam rupiah atau mata uang lain) menjadi angka-angka dalam persentase (%). Laporan keuangan dalam persentase ini di ebut laporan keuangan berukuran sama (commom-size financial statement ). Ada neraca berukuran sama (common-size balance sheet ), laporan laba rugi be ukuran sama (common-size income statement ), dan laporan arus kas ber kuran sama (common-size cash-fl w statement ). Apa gunanya lapora n keuangan berukuran sama? Atau, apa
una analisis
vertikal? Manfaatnya adalah dalam membandingkan perusahaan sejenis yang mempunyai ukuran
berbeda.
Misalnya,
investigator ingin me mbandingkan
perusahaan obat-oba an. Perusahaan A mempunyai omzet (nilai p redaran atau penjualan) Rp100 miliar, sedangkan Perusahaan B Rp10 triliun. inv estigator bisa mengabaikan nilai rup iah dari kedua perusahaan ini, karena yang in gin diketahui, misalnya, apakah lab kotor sebagai persentase dari penjualan untu Perusahaan A lebih besar atau kec il dari Perusahaan B. Analisis horizontal menunjukkan perubahan (kenaikan atau penu runan) suatu akun untuk suatu tah n (periode) dibandingkan tahun (periode) seb elumnya atau tahun (periode) berikutnya. Analisis ini tidak lain dari Zeitvergleich yang dibahas di atas. Angka-angka untuk a un yang sama dari tahun (periode) sebelumn a atau tahun (periode) berikutnya, alam penyajian laporan keuangan, disajikan b erdampingan. Oleh karena itu, anali is ini disebut analisis horizontal. 4. Hubungan antara Sa u Data Keuangan dengan Data Keuangan L in Beberapa akun, baik dalam suatu maupun beberapa laporan ke uangan, bisa mempunyai keterkaita n yang dapat dimanfaatkan untuk review analiitikal. Contoh: BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
265
MO D UL A KU N T AN I F O R E N S I K D A N A U D I T I NV S TI G A T I F
angka penjualan de gan piutang dan persediaan rata-rata, ang ka penjualan dengna bonus bagia n penjualan, penghasilan bunga dengan s ldo rata-rata tabungan, dan seteru nya. 5. Menggunakan Data
onkeuangan
Contoh-contoh di atas menggunakan data keuangan. Ini dari re iew analitikal adalah mengenal pola hubungan, relationship pattern. Pola hubu gan ini tidak mesti hanya antara satu data keuangan dengan data keuang n lain. Pola hubungan nonkeuang n pun bisa bermacam-macam bentuknya. Dalam bisnis perkebunan ada hubungan antara jumlah pupuk yang dipergunakan dengan hasil produksii atau panen; angka masukan maupun keluar n dinyatakan dalam satuan nonkeu ngan, seperti jumlah ton untuk pupuk dan sawiit. Di pabrik gula ada ukuran antara jumlah ton tebu yang masuk ke pabrik dan jumlah ton gula yang dihasilakn. Pola hubungan antara masukan da n keluaran ini dinyatakan dalam s uatu rasio yang dalam industry gula dik nal sebagai rendemen. Perhitung n serupa dapat dlihat di industri kayu lapis (blockboard ), dengan nama recover . Bermacam rasio digu akan untuk berbagai industri. Bahkan industrii-industri atau perusahaan pemerin gkat mengembangkan dan menyebarkan
asio industri
(industry ratios). Perusahaan penerban gan Garuda mendapatkan hasil yang sangat
ignifikan dari
perjalanan haji. Data yang penting, jumlah calon haji yang diterba ngkan, dapat diperoleh dari sumber intern maupun ekstern Garuda. Penerimaan Negara
ukan Pajak (PNBP) di konsulat-konsulat Ind nesia di luar
negeri, mempunyai hu bungan linear dengan banyaknya visa yang dit erbitkan. Review analitikal seri g dilakukan dengan hitungan cepat (dalam b ahasa Inggris disebut
sebagai
back-of-the-envelope
computation)
untuk
menunjukkan
keganjilan. Seorang banker mencatat informasi yang diterimany a dari calon nasabah kreditnya. D ngan cepat ia menentukan bahwa pabrik pulp berkapasitas besar di lokasi yang t erisolasi, tidak akan bisa beroperasi karena b han bukunya tidak akan cukup. Se ua data untuk membuat kesimpulan itu ia p roleh selama makan siang dengan alon debiturnya.
BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
266
MO D UL A KU N T AN I F O R E N S I K D A N A U D I T I NV S TI G A T I F
6. Regresi atau Analisi Trend Dengan data historikal yang memadai (makin banyak makin baik, ceteris paribus), review analitikal
dapat
mengungkapkan
trend.
Berbagai
per ngkat lunak
mempermudah hitungan dan grafiknya, misalnya STAR, perangkat llunak Deloitte yang disebut di atas. 7. Menggunakan Indika tor Ekonomi Makro Ada hubungan antar
besarnya pajak penghasilan yang diperoleh dalam suatu
tahun dengan indikat or-indikator ekonomi seperti inflasi, tingkat p ngangguran, cadangan devisa, i dikator ekonomi negara-negara yang me njadi partner perdagangan Indonesiia, harga minyak mentah, dan komoditi lain, da lain-lain. Keandalan perumusa
ekometri akan membantu auditor atau invest igator melalui
data agregat, tanpa h rus memasuki pemeriksaan SPT sebagai langkah pertama. Kalau ada indikasi ku t, baru dilanjutkan ke dalam pemeriksaan SP
dengan Net
Worth Method atau E penditure Method .
8. MENGHITUNG EMBALI Menghitung kembali at u reperformance tidak lain dari mengece k kebenaran perhitungan (kali, bagi, tambah, kurang, dan lain-lain). Ini prosedur yang sangat lazim dalam audit. Biasanya tu as ini diberikan kepada seseorang yang baru mulai bekerja sebagai auditor; seorang unior auditor di kantor akuntan. Dalam audit umum, meng hitung kembali atau reperformance dapat dilak kan dengan: 1. Footing Footing adalah penju mlahan kolom angka untuk menentukan ap kah totalnya sama dengan nilai ya g diperoleh klien. Teknik audit foot akan meng hasilkan bukti audit
berupa
rekalk ulasi, dimana rekalkulasi ini merupakan
bagian dari
reperformance. Repe formance yaitu metode pengumpulan bukti a udit di mana auditor melakukan p roses pengulangan aktivitas klien, kemudia n hasil yang diperoleh auditor dari pengulangan aktivitas tersebut dibandingkan dengan hasil yang diperoleh oleh
klien untuk mendapatkan bukti audit.
eperfomance
melibatkan pengujian kembali atas berbagai perhitungan dan peng ujian kembali atas berbagai transfer informasi. Contoh penerapan foot pada audit akun piutang adalah melakuka
footing atas
nilai-nilai dalam buku jurnal piutang usaha salah satu debitur untuk p riode selama
BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
267
MO D UL A KU N T AN I F O R E N S I K D A N A U D I T I NV S TI G A T I F
satu bulan dan memb andingkan semua total nilai yang terdapat dala m buku jurnal piutang usaha tersebut dengan nilai yang terdapat dalam buku besar.. 2. Recompute Recompute adalah perhitungan yang dilakukan untuk menent kan apakah perhitungan klien sudah benar. Sama seperti foot, recompute uga merupakan bagian dari reperform nce. Contoh penerapan
ecompute pada audit akun piutang adala h melakukan
recompute atas perhi ungan penyisihan piutang usaha akhir tahun, apakah telah diterapkan benar sesuai dengan kebijakan aging schedule piutang. Dalam audit investigatif, perhitungan yang dihadapi umumnya sang at kompleks, didasarkan atas kontrak atau perjanjian yang rumit, mungkin sudah terja di perubahan dan renegosiasi berkali -kali dengan pejabat yang berbeda. Seb agai contoh, perhitungan atas nilai
otensi kerugian negara dalam proyek jala n raya yang
melibatkan perhitungan
aterial bahan, volume kurang, ketebalan asp al yang tidak
sesuai spesifikasi, unsur spal yang tidak sesuai setelah diuji di lab, dan sebagainya. Perhitungan ini dilakuka
atau disupervisi oleh investigator yang b rpengalaman
karena perhitungan yang ihadapi dalam audit investigatif umumnya san at kompleks, didasarkan atas kontrak yang sangat rumit, dan kemungkinan terja di perubahan (adendum kontrak) atau r negosiasi berkali-kali. Beberapa contoh perhitungan kembali semacam itu yang berpotensi triliu nan rupiah. 1. Perhitungan cost recovery oleh kontraktor bagi hasil ( produ tion sharing contractor ). Cost re overy ini sangat besar jumlahnya. Kalau t idak dihitung kembali oleh counterpart PSC atau lembaga pemeriksa independen, cost recovery rawan penyalahgunaa n. 2. Biaya yang dikeluar an BUMN di mana mempunyai kewajiban memberikan pelayanan umum ( p blic service obligation). Keterlambatan pem ayaran PSO mempunyai dampak yang besar terhadap likuiditas BUMN yang bers ngkutan.
BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
268
MO D UL A KU N T AN I F O R E N S I K D A N A U D I T I NV S TI G A T I F
C. LATIHAN
LEMBAR KERJA MAHASISWA Nama Mahasiswa : ....... ................................................................................................. NIM
: ........................................................................................................
Kelas
: ....... ................................................................................................. Petunjuk : J wablah pertanyaan dengan singkat dan jel s !
1. Jelaskan perbedaan general audit dan audit investigatif ! .................................................................................................................................. ............................................................................................................ ...................... .................................................................................................................................. ............................................................................................................ ...................... 2. Sebutkan tujuh tekni k audit investigatif ! .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. ................................................................................................................................. 3. Sebutkan kunci keb rhasilan dari semua teknik audit investigatif ! .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. ................................................................................................................................. 4. Jelaskan beberapa j enis pengamatan ! .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. ............................................................................................................ ..................... 5. Jelaskan tiga jenis b ukti yang diperoleh melalui wawancara ! ..................................................................................................................................
BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
269
MO D UL A KU N T AN I F O R E N S I K D A N A U D I T I NV S TI G A T I F
.................................................................................................................................. .................................................................................................................................. ................................................................................................................................. 6. Jelaskan tiga jenis i terviewee (orang yang diwawancarai) ! .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. ................................................................................................................................. 7. Jelaskan tiga jenis i terviewee (orang yang diwawancarai) ! .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. ................................................................................................................................. 8. Jelaskan beberapa metode untuk menguji hasil informasi yang
iperoleh dari
wawancara ! .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. ................................................................................................................................. 9. Jelaskan beberapa t eknik review analitikal ! .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. .................................................................................................................................
D. RANGKUMAN Dalam modul ini dibahas teknik audit investigatif yang memanfaatkan t knik – teknik audit yang sudah dikenal oleh auditor yang melakukan audit atas lapor n keuangan. Perbedaannya hanyalah dalam tujuan dan lingkup. Dalam audit atas lapor n keuangan, tujuannya adalah memberi an pendapat (independent auditor’s opinio n) mengenai kewajaran laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Hasil audit ini ditunjukkan oleh bentuk opini , seperti unqualified opinion, qualified opinion, disclaimer of opinion, atau adverse opinion. Tujuan audit investigatif adalah mengump ulkan bukti – BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
270
MO D UL A KU N T AN I F O R E N S I K D A N A U D I T I NV S TI G A T I F
bukti yang dapat diterima oleh ketentuan perundang – undangan yang berlaku atau mengumpulkan bukti hukum dan barang bukti sesuai dengan hukum acar
atau hukum
pembuktian yang berlaku. Li ngkup atau intensitasnya juga berbeda. Dala m audit atas laporan keuangan, auditor
engumpulkan bukti audit untuk memberika n reasonable
assurance atau keyakinan y ng memadai. Audit investigatif lebih dalam d an lebih luas dari audit atas laporan keuan an, karena bukti hukum dan barang bukti yang dikumpulkan akuntan forensik, akan diuji dalam persidangan (pengadilan atau di luar pengadilan). Pengujian inilah yang akan
enentukan apakah bukti dan barang bukti ini
alat bukti yang dapat membe rikan keyakinan kepada majelis hakim (di dala
apat menjadi pengadilan)
atau arbitrators (di luar pengadilan). Perbedaan lingkup atau intensitas antara audit atas laporan keuang an dan audit investigatif digambarkan dala
Bagan 13.1. Bagan 13.1
Intensitas Audit ( tas Laporan Keuangan) dan Audit Investig tif AUDIT INVESTIGATIF
AUDIT
Tidak jarang, cara (mindset ) berpikir yang kurang hati – hati dalam audi atas laporan keuangan, atau cara berpikir yang hati – hati dalam audit investigatif, seolah – olah membedakan keduanya. In i sebetulnya tidak boleh terjadi. Contoh, dalam teknik observasi penghitungan pers diaan barang. Auditor dalam audit atas l aporan keuangan, mungkin berpikir bahwa te nik observasi penghitungan persediaan b rang sekadar untuk melihat kecocokan jum lah fisik dan jumlah administrasi. Selama umlah kedua informasi ini cocok, auditor pua . Sebaliknya, auditor dalam audit investiga if memanfaatkan teknik observasi penghitung n persediaan barang untuk menentukan ap akah persediaan barang tidak terlalu banyak, dibandingkan dengan “kebutuhan normal” atau jumlah pesanan yang ekonomis ( e onomic-order quantity ). Ia melihat potensii fraud dalam pengadaan barang yang berl ebihan. Cara berpikir auditor untuk audi t atas laporang keuangan (dalam contoh pengamatan BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
271
MO D UL A KU N T AN I F O R E N S I K D A N A U D I T I NV S TI G A T I F
penghitungan persediaan bar ang) dan auditor dalam audit investigatif seha rusnya sama. Professional skepticism harus dianut oleh auditor untuk audit atas lapor an keuangan maupun auditor dalam mena gani audit investigatif. Meskipun tujuan dan int nsitas kedua jenis audit itu berbeda.
E. TES FORMATIF 1. Sebutkan kunci keber asilan dari semua teknik audit investigatif ! 2. Jelaskan jenis – jenis pemeriksaan fisik dan pengamatan ! 3. Sebutkan hal – hal y ang perlu diperhatikan dalam melakukan wa ancara agar dapat berjalan dengan baik ! 4. Jelaskan teknik – tek ik audit yang dapat digunakan untuk mengum pulkan bnukti dokumen ! 5. Jelaskan teknik – teknik audit yang dapat digunakan dalam rangk
menghitung
kembali atau reperfor ance !
F. UMPAN BALIK Setelah
mahasiswa
m ngerjakan
Tes
Formatif
di
atas,
maha siswa
mencocokkan jawabanny a dengan Kunci Tes Formatif. Berdasarkan
dapat
asil tersebut,
terdapat beberapa kriteria pemahaman mahasiswa sebagai berikut. Jawaban Benar
Pemahaman
Ketera ngan
9
Amat Baik
Lanjut
ab 14
7 dan 8
Baik
Lanjut
ab 14
6
Cukup
Mengulan i Bab 13
<6
Kurang
Mengulan i Bab 13
G. KUNCI TES FORM TIF 1. Kunci keberhasilan da ri semua teknik audit investigatif adalah sebag i berikut: a. Mengerti dengan aik persoalan yang akan dipecahkan, apa yan akan diaudit investigatif. Di pembahasan sebelumnya dijelaskan bagaim ana akuntan forensik mengidentifikasi persoalan ini, sejak tahap audit fraud yang proaktif sampai diterimanya tuduhan, dugaan, keluhan, dan temuan seme ntara.
BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
272
MO D UL A KU N T AN I F O R E N S I K D A N A U D I T I NV S TI G A T I F
b. Kuasai dengan b ik teknik-teknik audit investigatif. Penguasa n yang baik memungkinkan menyelesaikan
investigator persoalan
menerapkan
yang
teknik
investigator
yang
tepat
untuk
identifikasi.
Sama
seperti
pemancing di ata , atau seorang seni pahat memilih alat yang tepat dalam setiap tahap pekerjaannya. c. Cermat dalam menerapkan teknik yang dipilih. Biarpun tek niknya tepat, apabila pelaksana an tidak cermat, hasilnya tidak seperti diha apkan. Itulah sebabnya menga a due professional care merupakan standa r audit yang penting. Dalam a dit investigatif, kecermatan ini terlihat antara lain dari cara investigator meng jukan pertanyaan, menentukan kapan pertan aan tersebut harus diajukan,
menindaklanjuti
jawabannya,
mempertanya kan sesuatu
(ungkapan khas in vestigator: “apa iya”, “adakah cara atau jalan llain”, “apakah ini tidak terlalu bagus untuk benar” atau too good to be true, dan eterusnya). d. Cermat dalam
enarik kesimpulan dari hasil penerapan
teknik yang
investigator pilih. Temuan yang kelihatannya “sepele”, di tang an penyelidik yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang luas, me rupakan bukti yang kuat dalam
roses pengadilan. Kecermatan dalam menaf irkan temuan
elas terlihat dala
computer forensics.
2. Pemeriksaan fisik dan pengamatan dapat dibagi menjadi bebera a kelompok, yaitu: a. Inventarisasi (opn me) Inventarisasi atau opname adalah pemeriksaan fisik dengan me nghitung fisik barang, menilai
ondisinya (baik, kurang baik, dan rusak berat), serta
membandingkann a dengan saldo menurut buku (administra i), kemudian mencari sebab-s bab terjadinya perbedaan apabila ada. H asil opname biasanya dituangk n dalam suatu Berita Acara (BA). Teknik audi inventarisasi dapat diterapkan misalnya untuk barang inventaris, perabot
antor, kebun
ataupun ternak, kas, persediaan barang, sejauh ada fisiknya. b. Inspeksi Inspeksi adalah meneliti secara langsung ke tempat kejadian, ya ng lazim pula disebut on the sp t inspection, yang dilakukan secara rinci dan teliti. Inspeksi sering dilakukan
engan pendadakan. Inspeksi meliputi peme riksaan yang
rinci terhadap d kumen dan catatan serta pemeriksaan berwujud.
Inspe si
seringkali
digunakan
dalam
umber daya
mengu pulkan
mengevaluasi bu kti, baik bottom-up maupun top-down. Denga
dan
melakukan
inspeksi atas do umen, auditor dapat menentukan ketepatan persyaratan BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
273
MO D UL A KU N T AN I F O R E N S I K D A N A U D I T I NV S TI G A T I F
dalam faktur at u kontrak yang memerlukan pengujian b ttom–up atas akuntansi transa si tersebut. Pada saat yang sama, audi or seringkali mempertimbangka n implikasi bukti dalam konteks pemahaman faktor-faktor ekonomi dan pers ingan entitas. c. Pengamatan (surv eillance) Pengamatan/obse vasi (surveillance) adalah peninjauan atas suatu objek, fakta fisik, kegiat n, pergerakan seseorang atau sekelompok orang, yang merupakan bagia
dari suatu tindakan fraud , secara hati-hati dan kontinu
selama kurun wak u tertentu untuk membuktikan suatu keadaan tau masalah, yang
bersandar
pada
penggunaan
indera
manusia,
se perti
indera
pendengaran dan penglihatan, kecermatan, dan pengetahuan a uditor. Teknik ini sering dilakuka dari jarak jauh dan tanpa disadari oleh pihak ang diamati.
3. Hal-hal yang perlu dip erhatikan dalam melakukan wawancara adalah:: a. Tentukan sumber iinformasi/objek wawancara b. Jadwalkan wawancara lebih dahulu c. Buat persiapan m teri dan cara bertanya d. Mulai dengan sua ana yang bersahabat/hangat e. Perhatikan dan de ngarkan f.
Hindarkan pertanyaan yang cenderung jawabannya mengiyakan
g. Tutuplah wawanca ra dengan catatan positif h. Dokumentasikan h asil wawancara i.
Mintakan
peneg san/persetujuan
hasil
wawancara
dari
pihak
yang
diwawancarai
4. Teknik-teknik audit y ng dapat digunakan untuk mengumpulkan b ukti dokumen adalah: a. Verifikasi Verifikasi adalah engujian secara rinci dan teliti tentang kebena ran, ketelitian perhitungan, dokumen.
ke ahihan, Verifikasi
ini
pembukuan, mencakup
pemilikan
dan
teknik-teknik
eksi stensi audit
lain
suatu untuk
mengumpulkan d n mengevaluasi bukti dokumen. b. Pemeriksaan buk i pendukung / Vouching Pemeriksaan buk i pendukung meliputi : 1) Pemilihan ay t jurnal dalam catatan akuntansi
BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
274
MO D UL A KU N T AN I F O R E N S I K D A N A U D I T I NV S TI G A T I F
2) Mendapatkan serta memeriksa dokumen yang digunakan
ebagai dasar
ayat jurnal tersebut untuk menentukan validitas dan keteliti n pencatatan akuntansi. c. Penelusuran / Tracing Tracing atau Pen lusuran adalah teknik audit dengan menelus ri suatu bukti transaksi/kejadian (voucher) menuju ke penyajian/informasi dalam suatu dokumen. Teknik audit trasir merupakan cara perolehan bukti dengan arah pengujian yang terbalik dari teknik audit vouching . Dalam penelusuran seringkali disebut penelusuran ulang, auditor : 1) memilih dokumen yang dibuat pada saat transaksi dilaksana kan, dan 2) menentukan ahwa informasi yang diberikan oleh dokumen tersebut telah dicatat dengan benar dalam catatan akuntansi (jurnal dan buku besar). d. Scanning Scanning adalah pemeriksaan terhadap dokumen yang kurang terinci untuk menentukan apa kah terdapat hal yang tidak biasa yang
memerlukan
investigasi lanjuta n. Penggunaan scan pada audit piutang adala h auditor bisa men-scan daftar piutang untuk melihat piutang setiap pel nggan yang memiliki kejadian piutang yang tidak biasa, seperti adanya
aldo piutang
negatif, piutang y ng umurnya lama, dan piutang yang nilainya b esar. e. Rekonsiliasi Rekonsiliasi adalah mencocokkan dua data yang terpisah, meng enai hal yang sama yang dikerj kan oleh instansi/unit/bagian yang berbeda.
ujuan teknik
audit rekonsiliasi adalah untuk memperoleh jumlah yang seh arusnya atau umlah yang be ar mengenai suatu hal tertentu. Misalny
rekonsiliasi
dilakukan terhada p catatan bendahara mengenai jumlah saldo simpanan di bank yang dituangkan dalam Buku Pembantu Bank dengan sald simpanan di bank menurut re ening koran yang diterima dari pihak bank. Kedua data tersebut biasanya akan menunjukkan saldo yang berbeda kare a perbedaan waktu pencatatan. Dengan melakukan teknik rekonsiliasi maka d pat diketahui berapa sesungguh nya saldo simpanan di bank yang seharusnya.
5. Dalam audit umum, menghitung kembali atau reperformance da at dilakukan dengan: a. Footing Footing adalah pe njumlahan kolom angka untuk menentukan ap akah totalnya sama dengan nilaii yang diperoleh klien. Teknik audit foot akan
enghasilkan
bukti audit berupa rekalkulasi, dimana rekalkulasi ini merupaka n bagian dari BAB 13 | AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
275