BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap set iap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Kemenkes RI, 2012). Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga hi ngga remaja. re maja. Masa anak merupakan m erupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia bermain/toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini berada antara anak satu dengan yang lain mengingat latar belakang anak berbeda (Hidayat, 2012). Asma adalah salah satu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas hiperaktivita s terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat berulang namun reversibel, dan diantar episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal (Nurarif, 2015). Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronchial yang mempunyai ciri bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran napas) terutama pada percabangan trakeobronchial yang dapat diakibatkan oleh berbagai stimulus seperti oleh faktor biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi (Somantri, 2012). Sesak nafas ( Dyspnea) Dyspnea) merupakan perasaan sesak dan berat saat pernapasan.
Hal
ini
disebabkan
oleh
perubahan
kadar
gas
dalam
darah/jaringan, kerja berat/berlebihan dan pengaruh psikis psikis (Hidayat, 2012). 2012).
1
2
Dalam jurnal Roca, et al (2010; 408-413) yang berjudul High Flow Oxygen Therapy in Acute Respiratory Failure menyebutkan bahwa tujuan dari terapi ini adalah untuk membandingkan kenyamanan terapi oksigen aliran tinggi melalui nasal kanul ( HFNC ) dengan masker wajah pada pasien dengan kegagalan pernafasan akut ( ARF ). Kegagalan pernapasan akut didefinisikan sebagai saturasi oksigen darah < 96% saat menerima sebagian kecil dari oksige. Selama memberikan oksigen dengan nasal kanul pada aliran rendah diberikan oksigen 1-6 L/ menit, sedangkan pada aliran tinggi diberikan oksigen 6-15 L/ menit. Oksigen pertama kali dilembabkan dengan gelembung humidifier dan digunakan melalui masker wajah selama 30 menit, kemudian melalui nasal kanul ( HFNC ) dengan humidifier dipanaskan selama 30 menit. Pada setiap akhir
periode 30 menit pasien di evaluasi
adanya dispnea, mulut kering, dan keseluruhan kenyamanan. Hasil observasi menunjukan 95% pasien memilih menggunakan terapi oksigen nasal kanul ( HFNC ), HFNC dapat memberikan oksigenisasi lebih baik dan dapat menurunkan tingkat pernafasan yang lebih rendah. World Health Organization (WHO) memperkirakan 235 juta penduduk dunia menderita asma dan jumlahnya diperkirakan akan terus meningkat (WHO, 2013). Apabila tidak dicegah dan ditangani dengan baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang, Asma mempunyai fatalitas yang rendah, namun apabila asma tidak terkontrol akan menyebabkan individu mempunyai keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Global Initiative For Asthma (GINA) membuat pedoman penatalaksanaan asma yang bertujuan untuk mencapai asma yang terkontrol. Laporan Global Initiative For Asthma (GINA) hingga tahun 2006 juga menitikberatkan pada control asma dan bukan lagi pada tatalaksana serangan akut (GINA, 2012) Sementara itu, di indonesia diperkirakan sekitar 10 % penduduk mengidap asma dalam berbagai variannya. Dengan jumlah penderita pada tahun 2002 sebanyak 12.500.000, penyakit asma masuk dalam sepuluh besar penyakit penyebab kesakitan dan kematian diindonesia. Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2005 mencatat 225.000 orang meninggal karena asma.
Poltekkes Kemenkes Palembang
3
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 secara keseluruhan prevalansi asma di Indonesia 3,5%. Di tahun 2013 penderita asma meningkat menjadi 4,5% (Kemenkes, 2013). Berdasarkan laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) provinsi Sumatera Selatan tahun 2013, prevalensi Asma Bronchial klinis 2,4%, kasus Asma Bronchial ini umumnya terdeteksi berdasarkan gejala klinis. Tabel 1.1 JUMLAH PASIEN ASMA BRONCHIAL BERDASARKAN GOLONGAN UMUR DI RSUD SITI AISYAH KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2016
No.
Jumlah Pasien Berdasarkan Golongan Umur
Jumlah Pasien
Persentase (%)
1
28 hari - < 1 tahun
16
27
2
1 - 4 tahun
12
20
3
5 – 14 tahun
32
53
Sumber: Rekam Medik RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau Tahun 2016
Dari data tabel 1.1 diatas dapat dilihat banyaknya jumlah pasien dengan penyakit Asma Bronchial menurut golongan umur tertinggi pada anak usia 5-14 tahun dengan jumlah pasien 32 orang (53%) dan terjadi peningkatan angka kejadian penyakit Asma Bronchial dari tahun sebelumnya yang berjumlah 18 anak penderita penyakit ini. Berdasarkan data diatas maka penulis tertarik untuk melakukan Studi Kasus “ Pemberian Terapi Oksigen
dengan Nasal Kanul dalam Penurunan Sesak Nafas Pada Anak dengan Asma Bronchial dir uang rawat inap RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau Tahun 2017
”
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah Penurunan Sesak Nafas Setelah di Berikan Terapi Oksigen dengan Nasal Kanul di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Siti Aisyah Kota Lubuklinggau Tahun 2017 ?
Poltekkes Kemenkes Palembang
4
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk Mengetahui Penurunan Sesak Nafas Pada Anak dengan Asma Bronchial Setelah di Berikan Terapi Oksigen dengan Nasal Kanul di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Siti Aisyah Kota Lubuklinggau Tahun 2017. 1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Bagi Penulis Untuk menambah wawasan dan informasi yang diperoleh serta memberikan
pengalaman
dan
kemampuan
bagi
peneliti
melakukan suatu penelitian sesuai dengan metodelogi ilmiah
dalam yang
benar. 1.5.2 Manfaat Bagi Institusi Hasil Penelitian ini dapat di jadikan pedoman bagi institusi pendidikan serta dapat menambah bahan perpustakaan sehingga dapat menambah informasi pengetahuan yang membaca. 1.5.3 Manfaat Bagi Tempat Pengambilan Kasus Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan atau panduan untuk meningkatkan kinerja para tenaga medis dalam menangani klien dengan penyakit Asma Bronchial. 1.5.4 Manfaat Bagi Mahasiswa Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan dorongan bagi mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuan mengenai penyakit Asma Bronchial.
Poltekkes Kemenkes Palembang