KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan Makalah NCP Komunitas dapat diselesaian dengan baik. Penulisan Makalah Makalah NCP Komunitas ini
dapat diselesaikan diselesaikan dengan baik berkat
bantuan, dorongan dan bimbingan kepada penulis selama ini. Pada kesempatan ini penulis menyatakan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada. 1. Yetti Wira Citerawati SY, S.Pd., S.Gz., M.Pd selaku dosen mata kuliah NCP Komunitas Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Palangka Raya 2. Nila Susanti, S.K.M., M.P.H selaku dosen mata kuliah NCP Komunitas Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Palangka Raya 3. Dwira Rahima, S.Gz selaku dosen mata kuliah NCP Komunitas Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Palangka Raya 4. Teman-Teman D-IV Gizi Reguler I yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini Penulis menyadari bahwa penulisan Makalah NCP Komunitas masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran kami harapkan untuk penyempurnaan selanjutnya. Penulis berharap, semoga Makalah NCP Komunitas ini bermanfaan bagi pihak-pihak yang memerlukan.
Palangka Raya, 15 Agustus 2017
Penulis,
i|Mak ala h NCP Kom uni ta s
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................ .................................................................. ............................................ ............................................. ......................... i DAFTAR ISI.............................................................. ..................................................................................... ............................................. ......................................... ...................ii BAB I PENDAHULUAN .......................... ................................................ ............................................ ............................................ .................................. ............ 1 A. Latar Belakang ............................................ .................................................................. ............................................ ............................................. ....................... 1 B. Rumusan Masalah .......................................... ................................................................. ............................................. ......................................... ................... 2 C. Tujuan .......................................... ................................................................ ............................................ ............................................ ...................................... ................ 2 D. Manfaat ............................................ .................................................................. ............................................ ............................................. .................................. ........... 3 BAB II PEMBAHASAN .......................................... ................................................................. ............................................. ......................................... ................... 4 A. Pengertian PAGT Komunitas ........................................... .................................................................. ............................................. ...................... 4 B. Langkah PAGT Komunitas..................... Komunitas........................................... ............................................ ............................................ ........................... ..... 4 C. Dasar Penentuan PAGT Komunitas................... Komunitas......................................... ............................................ ...................................... ................ 5 D. Metode Perencanaan PAGT Komunitas .......................................... ................................................................. .............................. ....... 7 BAB III PENUTUP ............................................ .................................................................. ............................................ ............................................. ......................... .. 19 A. Kesimpulan ............................................. ................................................................... ............................................ ............................................. ......................... .. 19 B. Saran ............................................ .................................................................. ............................................ ............................................ .................................... .............. 19 DAFTAR PUSTAKA ............................................. ................................................................... ............................................ ........................................... ..................... 20
ii | M a k a l a h N C P K o m u n i t a s
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu perlu pelayanan gizi yang berkualitas pada individu dan masyarakat. Pelayanan gizi merupakan salah satu subsistem dalam pelayanan kesehatan paripurna, yang berfokus kepada keamanan pasien. Dengan demikian pelayanan gizi wajib mengacu kepada standar yang berlaku. Mengingat masih dijumpai kejadian malnutrisi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, maka perlu upaya pendekatan yang lebih strategis (Kemenkes, 2014). Asupan zat gizi yang tidak sesuai kebutuhan sangat berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit maupun komplikasinya. Selain itu terdapat kecenderungan peningkatan kasus yang terkait gizi baik, pada individu maupun kelompok. Hal ini memerlukan asuhan gizi yang bermutu guna mempertahankan status gizi yang optimal dan untuk mempercepat penyembuhan (Kemenkes, 2014). Sejak tahun 2003 American Dietetic Association (ADA) menyusun Standarized Nutrition Care Process (NCP). Kemudian pada tahun 2006, Asosiasi Dietisien Indonesia (ASDI) mulai mengadopsi NCP-ADA menjadi Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Proses terstandar ini adalah suatu metoda pemecahan masalah yang sistematis dalam menangani problem gizi, sehingga dapat memberikan asuhan gizi yang aman, efektif dan berkualitas tinggi. Terstandar yang dimaksud adalah memberikan asuhan gizi dengan proses terstandar, yaitu menggunakan struktur dan kerangka kerja yang konsisten sehingga setiap pasien yang bermasalah gizi akan mendapatkan 4 (empat) langkah proses asuhan gizi yaitu : asesmen, diagnosis, intervensi serta monitoring dan evaluasi gizi (Kemenkes, 2014). Asuhan gizi yang aman dan efektif dengan membuat keputusan secara sistematis, menggunakan keterampilan berpikir kritis, spesifik dalam tiap langkah proses asuhan gizi, menggunakan terminologi yang seragam untuk mendokumentasikan dan berkomunikasi di setiap langkah PAGT yang berlandaskan ilmu gizi yang mutakhir, sehingga tercapai asuhan gizi yang berkualitas tinggi. Kualitas menunjukkan besarnya kemungkinan tingkat keberhasilan asuhan gizi dapat tercapai. Ukuran kualitas tergambar 3|Mak ala h NCP Kom uni ta s
dari evaluasi keberhasilan asuhan gizi dan kepatuhan tenaga gizi melaksanakan PAGT pada setiap pasien yang mempunyai masalah gizi (Kemenkes, 2014). Sebagai upaya untuk menstandarkan kualitas asuhan gizi, maka Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan RI menyusun Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) sebagai acuan bagi tenaga gizi di fasilitas pelayanan kesehatan (Kemenkes, 2014). PAGT adalah suatu metode pemecahan masalah yang sistematis, menggunakan cara berfikir kritisnya dalam membuat keputusan untuk menangani berbagai masalah berkaitan dengan gizi, sehingga dalam membuat keputusan untuk menangani berbagai masalah berkaitan dengan gizi, sehingga dapat memberikan asuhan gizi yang aman, efektif dan berkualitas tinggi. PAGT dapat diaplikasikan untuk proses asuhan gizi individu pada pelayanan pasien rawat jalan dan rawat inap serta PAGT juga dapat diterapkan pada asuhan gizi di komunitas. ADA, 2003 menuliskan bahwa NCP/PAGT komunitas merupakan suatu cara terstruktur atau suatu metode pemecahan masalah yang sistematis yang dimulai dengan pengumpulan data komunitas dan analisa data, apa jenis diagnosa gizi/masalah gizi yang penting untuk diatasi, apa jenis intervensi yang akan dilakukan dan bagaimana memonitori/memantau dan evaluasi hasilnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka terdapat beberapa rumusan masalah dalam makalah ini yaitu : 1. Apa yang dimaksud dengan PAGT komunitas? 2. Bagaimana langkah PAGT komunitas? 3. Apa dasar dalam penentuan PAGT komunitas? 4. Bagaimana metode perencanaan PAGT komunitas?
C. Tujuan
Beberapa tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu : 1. Mengetahui pengertian dari PAGT komunitas. 2. Mengetahui langkah-langkah pada PAGT komunitas. 3. Mengetahui dasar dalam penentuan PAGT komunitas. 4. Mengetahui metode yang digunakan dalam perencanaan PAGT komunitas. 4|Mak ala h NCP Kom uni ta s
D. Manfaat
Makalah ini dapat dijadikan bahan untuk meningkatkan pengetahuan di dalam kegiatan pembelajaran dan diharapkan dapat menjadi referensi tambahan untuk ilmu pengetahuan tentang proses asuhan gizi terstandar komunitas dan langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan langkah PAGT komunitas.
5|Mak ala h NCP Kom uni ta s
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) Komunitas
Istilah Nutrition Care Process dikenalkan pertama kali pada tahun 2003 oleh Americal Dietetic Assosciation (ada). Nutrition care process (NCP) adalah suatu metode pemecahan masalah yang digunakan oleh seorang ahli gizi profesional untuk menyelesaikan problem gizi dengan cara yang aman dan berkualitas (sehingga dapat menunjang kesembuhan dan perbaikan gizi dari penderita) (Hadayani dkk, 2015). Proses Perawatan Nutrisi (NCP) adalah proses pemecahan masalah yang sistematis dan sistematis yang digunakan untuk berpikir kritis dan membuat keputusan untuk mengatasi masalah terkait nutrisi dan memberikan perawatan gizi yang aman, efektif, dan bermutu tinggi. NCP terdiri dari empat langkah yang saling terkait namun berbeda, termasuk: penilaian nutrisi, diagnosis nutrisi, intervensi gizi dan pemantauan dan evaluasi gizi. Penggunaan NCP memperbaiki perawatan veteran dengan memindahkan profesional nutrisi melampaui praktik berbasis pengalaman ke praktik berbasis bukti. Berdasarkan penjelasan sebelumnya diketahui bahwa menurut ADA 2003 menuliskan bahwa NCP/PAGT komunitas merupakan suatu cara terstruktur atau suatu metode pemecahan masalah yang sistematis yang dimulai dengan pengumpulan data komunitas dan analisa data, apa jenis diagnosa gizi/masalah gizi yang penting untuk diatasi, apa jenis intervensi yang akan dilakukan dan bagaimana memonitori/memantau dan evaluasi hasilnya. Berdasarkan definisi tersebut baik dalam NCP Klinik maupun komunitas sama-sama memiliki 4 tahapan proses yang harus berurutan yaitu dimulai dari assesment gizi, diagnosa gizi, intervensi gizi dan monitoring & evaluasi gizi. Penerapan PAGT komunitas terutama sebagai panduan dalam pelaksanaan mutu program gizi. (Citerawati dkk, 2017).
6|Mak ala h NCP Kom uni ta s
B. Langkah PAGT Komunitas
Komunitas
Analisis Situasi
Analisis Penyebab
Intervensi Gizi
Monev Gizi
Alternatif Analisis
Gambar 1. Langkah-Langkah dalam PAGT Komunitas
Pada PAGT komunitas maka langkah pertama yaitu asesmen gizi diistilahkan dengan langkah analisis situasi, dimana di dalam analisis situasi hal-hal yang dilakukan meliputi asesmen data dan partisipasi analisis yang selanjutnya dari data tersebut akan dilakukan analisa data. Langkah kedua diagnosa gizi diistilahkan dengan analisis penyebab. Analisis penyebab adalah penentuan masalah yang di dapatkan dari analisis situasi dimana nantinya masalah yang diperoleh akan dituangkan dalam bentuk pohon masalah (problem tree) (Citerawati dkk, 2017). Sebelum masuk ke dalam langkah ketiga, maka langkah yang sebaiknya dilakukan adalah melakukan alternatif analisis. Alternatif analisis diistilahkan juga sebagai analisis objektif (analisis tujuan). Alternatif analisis adalah suatu tahap untuk mengidentifikasi tujuan dimana identifikasi tujuan ini berdasarkan skala prioritas masalah karena jika berdasarkan masalah maka masalah yang ditemukan pastilah semuanya penting dan layak untuk diatasi. Jika langkah alternatif analisis sudah dilakukan maka barulah masuk ke tahap intervensi gizi. Dalam intervensi gizi dibuat suatu strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya langkah keempat adalah monitoring evaluasi gizi. Monitoring evaluasi dalam PAGT komunitas berupa output matriks perencanaan program gizi (Citerawati dkk, 2017).
7|Mak ala h NCP Kom uni ta s
C. Dasar Penentuan PAGT Komunitas
Penentuan PAGT pada komunitas mengacu pada suatu metode perencanaan program yang disebut dengan Perencanaan Proyek berorientasi pada tujuan atau ZOPP. Pendekatan ZOPP adalah perencanaan partisipatif yang dalam penerapannya baik itu perencanaan sampai dengan intervensi dilakukan bersama-sama dengan stakeholder , pengambilan keputusan dilakukan secara transparan, dan adanya kontrol dalam proses implementasinya (Comit Berlin, 1998) (Citerawati dkk, 2017). Unsur penting dalam ZOPP adalah kerjasama, visualisasi dan fasilitasi. Berfungsi untuk meningkatkan komunikasi dan kerjasama diantara stakeholder dalam konteks proyek. Dalam PAGT komunitas pendekatannya lebih mengacu kepada ZOPP karena ZOPP memiliki kekuatan sebagai berikut : (Citerawati dkk, 2017). 1. Mendefinisikan tujuan secara umum dan jelas serta pasti. 2. Meningkatkan komunikasi dan koordinasi antara organisasi, kantor pusat, proyek dan penerimaan manfaat melalui perencanaan bersama dan dokumentasi yang transparan didasarkan pada pemahaman yang sama atas istilah dan konsep kegiatan. 3. Mendorong semua aktor-aktor penting yang bersangkutan untuk berpartisipasi dlam perencanaan. 4. Memperjelas lingkup tanggung jawab semua pelaku yang bersangkutan, sehingga mendorong akuntabilitas, kepemilikan dan berkelanjutan. 5. Menyediakan indikator untuk pengendalian, pemantauan dan evaluasi proses pembangunan yang dituju. 6. Meningkatkan keterlaksanaan proyek/program dan akibat dampaknya bagi penerima manfaat. Instrumen dalam ZOPP terdiri dari sebagai berikut : (Cit erawati dkk, 2017). 1. Instrumen analisis Dalam instrumen analisis terdiri dari analisis situasi, selanjutnya melakukan analisis masalah dan analisis alternatif (development goal and project purpose). 2. Instrumen untuk konsep intervensi. 3. Sintesa perencanaan dalam bentuk PMM (the Project Planning Matrix) 4. Planning Operasional dalam bentuk Plan Of Operation (Pan Op) 8|Mak ala h NCP Kom uni ta s
Selain ZOPP yang dikembangkan oleh negara Jerman maka ada metode perencanaan yang memiliki langkah yang hampir sama dengan LFA ( Logical Framework Analysis) yang dikembangkan oleh Amerika Serikat. Langkahnya terdiri dari 4 langkah yaitu: (Citerawati dkk, 2017). (1) Analisis Situasi (Situasional Analysis) a. Analisis Stakeholder (Stakeholder Analysis) b. Analisis Masalah ( Problem Analysis) c. Analisis Tujuan (Objektive Analysis) (2) Analisis Strategi (Strategy Analysis) (3) Matriks Rancangan Perencanaan/ Project Planning Matrix (PPM) PPM terdiri dari 4 komponen utama yaitu goal ( impact /dampak), project purpose (outcome), output (result s) dan input (activities). (4) Implementasi ( Implementation)
D. Metode Perencanaan PAGT Komunitas
Metode perencanaan PAGT Komunitas dirangkum dalam gambar 2 sebagai berikut Metode Langsung
METODE PERENCANAAN
Data Dasar
Analisis Situasi (Situasional Analysis
Analisis Stakeholder
Metode Tidak
Analisis Masalah
Pohon Masalah
Analisis Tujuan (Objective Analysis)
Objective Tree
Alternative Analysis
Cluster Objective Tree
PPM The Pro ect Plannin
Implementasi
Monitoring Evaluasi
Gambar 2. Metode Perencanaan PAGT Komunitas 9|Mak ala h NCP Kom uni ta s
(1) Analisis Situasi ( Situasional Analysis)
Kegiatan yang dilakukan dalam analisis situasi adalah termasuk mengumpulkan data baik itu data primer maupun data sekunder. Selanjutnya berdasarkan data tersebut dilakukan analisis dan diinterpretasikan berdasarkan standar yang ada. Biasanya data dapat dibandingkan dengan nilai standar (cut-off ) yang ada atau data nasional/trigger level suatu negara. Langkah yang dilakukan setelah analisa data adalah melakukan analisis stakeholder dan partisipasi analisis, sebagai berikut:
a. Partisipasi Analisis
Partisipasi analisis adalah analisis pihak yang terkait yang berfungsi untuk membantu program dan mendukung program yang akan dilaksanakan. Partisipasi analisis meliputi analisis masalah, kekhawatiran, minat, harapan, pembatasan dan potensi yang ada disuatu daerah. Pihak yang dilibatkan dalam partisipasi analisis adalah meliputi : 1) Kelompok penting (kelompok sasaran) seperti : bumil, busui, balita. 2) Organisasi atau lembaga terkait 3) Lembaga atau instansi pelaksana Individu 4) Pihak lain yang dapat membantu
Adapun langkah-langkah dalam partisipasi dalam analisis : 1) Langkah 1 : Mengidentifikasi
semua
kelompok,
organisasi,
orang-orang
yang
berhubungan dan dipengaruhi situasi yang dihadapi. 2) Langkah 2 : Mengkatagorikan
kelompok
tersebut
(sebagian
penerima
manfaat
/
beneficaries), kelompok fungsional ( Functional group, dll). 3) Langkah 3 : Mengkarekteristik dari kelompok. 4) Langkah 4 : Analisis; masalah yang mereka hadapi, kebutuhan dan harapan, atau kepentingan, kelemahan mereka, kendala dan potensi. Apa yang sudah mereka coba lakukan untuk mengatasi masalah mereka.
10 | M a k a l a h N C P K o m u n i t a s
5) Langkah 5 : Mengidentifikasi konsekuensi untuk proyek (misal : pendekatan khusus yang diperlukan, konflik area dan lain-lain). Partisipasi analisis jika dibuat dalam bentuk tabel adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Partisipasi Analisis (Participation Analysis) Kelompok
Kategori
Karakteristik
Kepentingan, Motivasi, sikap
Potensial (Kekuatan dan kelemahan)
Implikasi
Sebagai contoh, diketahui bahwa angka prevalensi anemia gizi besi pada remaja putri tinggi. Maka tabel partisipasi analisisnya sebagai berikut :
Tabel 2. Contoh Tabel Partisipasi Analisis
Kelompok
Kategori
Karakteristik
Kepentingan, Motivasi, Sikap
Potensial (Kekuatan dan Kelemahan)
Implikasi
Remaja putri Ibu Ayah Teman sebaya Tenaga kesehatan Guru Pemda Kades Dinkes Stakeholder
11 | M a k a l a h N C P K o m u n i t a s
Jika diisi lebih lengkap adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Contoh Pengisian Tabel Partisipasi Analisis (Kasus Anemia Gizi Besi Pada Remaja Putri)
Kelompok
Kategori
Remaja Putri
Target
Karakteristik
Emosi
Kepentingan,
Potensial
Motivasi,
(Kekuatan dan
Sikap
Kelemahan)
labil, Kebutuhan
(+)
untuk
sehat,
perhatian lebih, aktif,
prestasi
ingin mendapat
Mudah Peningkatan
mengikuti anjuran
belajar baik
mudah
status
(-)
gizi,
orang pengetahuan dan
tua/guru
terpengaruh
Implikasi
Emosi
lingkungan
pengetahuan
(terutama
rendah
kesehatan remaja labil,
teman sebaya) Ibu
Pendukung
Dipatuhi
Mendapat
dan
Pengetahuan
informasi
penanggung
tentang
jawab target
kurang
ketika
di Penyedia
rumah
makanan di
gizi dan
(+) Sayang terhadap Berperan sebagai gizi
remaja
kesehatan (-) Pengetahuan gizi
anak putri)
(remaja
kurang
untuk
saat memperbaiki rumah status
gizi
pihak
yang
mendukung terlaksananya program
karena
ikut menyediakan makanan
terutama untuk remaja sarapan
b. Analisis Stakeholder
Selain partisipasi analisis maka dalam analisis situasi yang perlu dilakukan adalah analisis stakeholder. Analisis stakeholder adalah menganalisis aktor-aktor (organisasi, kelompok, individu) yang secara langsung atau tidak langsung terlibat / terhubung dengan proyek / program yang direncanakan.
12 | M a k a l a h N C P K o m u n i t a s
Salah satu fungsi yang dirasakan ketika analisis stakeholder / pihak terkait dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Membantu program 2) Mendukung program Dengan teridentifikasi semua pihak-pihak yang terkait dan dilibatkan dalam pelaksanaan program maka akan timbul rasa saling memiliki terhadap program sehingga ikut membantu dalam suksesnya pelaksanaan program tersebut ( sense of belonging ). Hadap program sehingga ikut membantu dalam suksesnya pelaksanaan program tersebut ( sense of belonging).
c. Analisis Masalah (Problem Analysis)
Untuk menganalisis masalah gizi (problem analysis) dapat menggunakan problem tree (pohon masalah). Problem tree adalah instrumen analisis yang sangat cocok untuk analisis masalah partisipatif. Analisis ini memiliki dasar yang sederhana, mengidentifikasi sebab akibat dari suatu masalah dan mampu menunjukkan hubungan sebab akibat yang linier (Swiss Agency for Development and CoopSDC,2011). Langkah yang dilakukan dalam analisi masalah adalah membuat inventaris dari masalah-masalah gizi yang ada/ditemukan. Inventaris masalah didapatkan dari data dasar yang telah dikumpulkan. Untuk mendapatkan inventaris masalah yang banyak maka kita dapat mengundang pihak-pihak yang terkait sebagai kelompok partisipan yang berperan untuk lebih melengkapi inventaris masalah yang sudah kita dapatkan. Sekaligus dalam pertemuan tersebut sebagai ajang untuk memberitahukan masalah-masalah yang kita temukan didata dasar. Saat melaksanakan pertemuan, minta semua partisipan agar menyampaikan masalah yang mereka hadapi. Cara kerjanya adalah: 1) Undang partisipan untuk mengikuti pertemuan 2) Siapkan papan tulis dan kertas 3) Bagaikan kertas kepada partisipan 4) Minta partisipan untuk menulis masalah yang dihadapi (1 masalah 1 kertas) 5) Pasang semua kertas yang terisi disatu papan, maka akan terlihat masalahmasalah yang ditulis oleh partisipan ada yang sesuai dengan hasil penelitian/data dasar yang kita miliki, jika belum ada maka minta kembali 13 | M a k a l a h N C P K o m u n i t a s
partisipan
menulis
masalah
lain
hingga ditemukan
masalah
yang
sebenarnya. 6) Setelah semua masalah ditemukan, maka susun kartu-kartu tersebut membentuk pohon masalah. Susun kartu berdasar konsep “jika maka” (if then relationship). 7) Pastikan bahwa pohon masalah yang dibuat benar-benar menghambarkan “ penyebab-akibat”. 8) Perhatian penampatan dari tingkatan kotak (levelisasi ) karena hal ini penting nantinya untuk menetukan alternatif analisis. 9) Dalam pembuatan masalah dikartu harus menggunakan kalimat negatif (negatif statement). Misal prevalensi diare tinggi, presentase wasting tinggi, tingkat pendidikan rendah, dll 10) Hal yang harus diingat bahwa dalam menetukan variabel di dalam pohon masalah maka buatlah variabel yang bisa dipecahkan (jangan buat variabel yang tidak bisa dipecahkan/absent of solution).
Tingginya balita Status Gizi Kurang
% balita diare tinggi
Banyak balita tidak cuci tangan sebelum makan
Gambar 3. Contoh Cara Membuat Pohon Masalah
14 | M a k a l a h N C P K o m u n i t a s
Bersasarkan gambar 3 tersebut maka dapat dibaca sebagai berikut “Jika banyak balita tidak cuci tangan, maka persentase balita diare akan tinggi. Jika persentase balita diare tinggi maka balita yang mengalami gizi kurang juga akan tinggi”. Dalam proses pembuatan pohon masalah maka akan ditemukan kartukartu yang antara penyebab dan akibatnya tidak berhubungan secara langsung, bila menemukan keadaan tersebut maka kita harus membuat faktor antara. Langkah ini disebut dengan proses perifikasi. Hal yang harus diingat dalam membuat pohon masalah adalah bahwa faktorfaktor yang ditemukan haruslah selangsung mungkin. Sehingga intervensi yang dilakukan nanti akan benar-benar sesuai dengan penyebab. Jangan sampai pohon masalah yang dibuat gagal memotret masalah yang ada disuatu daerah dan akhirnya intervensi yang dibuat juga akhirnya tidak tepat. Ingat dalam pembuatan pohon masalah haruslah berdasarkan database/data dasar yang sudah dikumpulkan disuatu daerah. Karena berdasarkan data dasar yang dikumpulkan maka pohon masalah antara daerah satu dengan daerah yang lainnya pasti akan selalu berbeda. Selanjutnya dalam Asmoko, 2012 bahwa selain menggunakan problem tree maka problem analysis dapat menggunakan “ Fishbone Diagram”. Disebut juga dengan diagram Isikawa yaitu suatu alat visual untuk mengidentifikasi, mengeksplorasi dan secara grafik menggambarkan secara detail semua penyebab yang berhubungan dengan suatu masalah. Fishbone biasanya digunakan pada tahap mengidentifikasi permasalahan dan menentukan penyebab dari munculnya permasalahan tersebut. Langkah-langkah dalam pembuatan “ Fishbone Diagram” adalah sebagai berikut : 1) Membuat kerangka diagram. Kepala ikan dibagian kanan merupakan masalah utama. Selanjutnya sirip sebagai kelompok penyebab dan bagian duri merupakan penyebab masalah. 2) Merumuskan masalah utama. 3) Mencari faktor-faktor utama yang berpengaruh. Mencari faktor-faktor tersebut dapat dengan cara brainstorming. 4) Menemukan penyebab untuk masing-masing kelompok penyebab masalah. 5) Menggambarkan
dalam
diagram
fishbone
(Asmoko,
2012).
15 | M a k a l a h N C P K o m u n i t a s
Pohon Masalah (Problem Tree)
Prevalensi anemia gizi besi remaja putri tinggi (23)
(24)
Asupan Protein Rendah
Asupan Fe kurang (50%) (17) (21)
(22)
65% kebiasaan jarang sarapan (16) (15)
Waktu anak terbatas (9)
(14)
Kebiasaan keluarga tidak sarapan
Ketidaktersediaan makanan
(13)
Body Image BI negative
↓ Ketersediaan pangan tkt keluarga
(12)
Persepsi sarapan jadi cepat lapar
(11)
Sikap dan perilaku pemilihan BM kurang baik
(7)
(8)
Keterampilan ibu dlm menyiapkan sarapan ↓ praktis
(5)
↓Prioritas alokasi pengeluaran untuk pangan
(2)
Kemampuan mencari informasi kesehatan ↓
(19)
↓ asupan lauk hewani
Pola makan kurang baik
(18)
↓ asupan vit C
↑Konsumsi BM inhibitor fe
(10)
Pengetahuan tentang gizi besi remaja rendah
(4) (6)
Pengetahuan gizi ibu kurang
(20)
(1)
Pendidikan ortu ↓
Akses mendapat informasi ttg zat gizi besi ↓
(3)
Pemanfaatan UKS ↓
16 | M a k a l a h N C P K o m u n i t a s
Pendidikan orang tua ↓
= Variable antara, tdk bersumber dari data dasar namun diperlukan utk melengkapi pohon masalah
= Variable yang didapatkan berdasarkan data dasar
(2) Analisis Tujuan (Obejective Analysis)
Setelah membuat pohon masalah maka langkah yang dilakukan sebelum intervensi adalah menetapkan tujuan. Ketika pada pembuatan pohon
masalah
menggunakan statement negatif maka dalam analisis objective berupa objektive tree maka haruslah menggunakan statement positif. Contoh: pravelensi tinggi maka diubah menjadi kalimat positif sebagai berikut : “Menurunnya pravelensi diare atau prevalensi diare turun atau prevalensi diare rendah”.
(2) Analisis Tujuan (Obejective Analysis)
Setelah membuat pohon masalah maka langkah yang dilakukan sebelum intervensi adalah menetapkan tujuan. Ketika pada pembuatan pohon
masalah
menggunakan statement negatif maka dalam analisis objective berupa objektive tree maka haruslah menggunakan statement positif. Contoh: pravelensi tinggi maka diubah menjadi kalimat positif sebagai berikut : “Menurunnya pravelensi diare atau prevalensi diare turun atau prevalensi diare rendah”.
Gambar 4. Gambar Pohon Masalah (Kasus Anemia Gizi Besi Pada Remaja Putri
17 | M a k a l a h N C P K o m u n i t a s
Gambar 5. Gambar Analisis Objective (Kasus Anemia Gizi Besi Pada Remaja Putri)
Berdasarkan gambar 4 dan gambar 5 terlihat bahwa perbedaan antara statement yang digunakan saat analisis masalah (problem analysis) maupun saat analisis objektif. Peggunaan statement negatif saat pembuatan pohon masalah, diubah menjadi statement positif saat pada analisis objektif. Berdasarkan analisis objektif maka akan dapat diketahui goal (impact), outcome/project purpose, output/result dan input/activites dari program yang akan dilaksanakan. Dapat dilihat pada gambar 6 berikut ini :
18 | M a k a l a h N C P K o m u n i t a s
Gambar 6. Penentuan Goal, Outcome, Output dan Input (Kasus Anemia Gizi Besi Pada Remaja Putri)
Dalam mencapai tujuan, maka sangat dibutuhkan suatu strategi intervensi karena tidak semua tujuan dapat dilaksanakan karena keterbatasan sumber daya, waktu, dana, dll maka perlu ada tahapan alternatif analisis.
(3) Analisis Alternatif (Alternative Analysis)
Dalam tahapan alternatif analisis maka akan dipilih strategi yang paling tepat untuk dilaksanakan karena tidak akan dapat semua strategi dilaksanakan dalam tahuin berjalan. Setiap strategi membutuhkan dana, waktu, sumber daya, infrastruktur, dll sehingga dibutuhkan pemilihan strategi yang tepat. Adapun strategi yang belum dilaksanakan, dapat dijadikan sebagai strategi yang bisa dilakukan program selanjutnya. Cara yang dapat digunakan untuk memilih strategi yang tepat adalah dengan menggunakan tabel analisis alternatif intervensi seperti dibawah ini.
19 | M a k a l a h N C P K o m u n i t a s
Tabel 4 Contoh Analisis Alternatif Intervensi (Kasus Anemia Gizi Besi Pada Remaja Putri)
Goal Me Persentase Anemia zat gizi besi pada remaja putri secara klinis (Rencana Jangka Panjang) Kriteria
Startegi I Asupan sumber Protein a. kebiasaan remaja untuk sarapan b. Ketersediaan pangan ditingkat rumah tangga
a. b. c. d.
1. 2. 3. 4.
Sumber Daya Money Manpower Time Infrastruktur Social risk Sustainability Feasibility Total
3 4 4 4 3 4 4 30
Startegi II asupan zat besi (Fe) Memperbaiki pola makan remaja putri asupan lauk hewani asupan Vitamin C asupan inhibitor Fe
4 5 5 3 4 5 5 32
keterangan : skor 1-5 : terendah sampai tertinggi
Berdasarkan contoh dalam tabel 4 tersebut maka terlihat bahwa strategi 2 yang akan dipilih untuk dilaksanakan. Hal ini telah dipertimbangkan baik itu dari sisi sumber daya, tanggapan masyarakat (social risk), keberlangsungan/keberlanjutan dari program (sustainability) dan kemungkinan untuk dapat dilakukan/ dikerjakan (feasibility). Dalam memilih strategi maka pilihlah strategi yang tidak membutuhkan sumber daya yang besar. Selain itu strategi yang dipilih harus strategi yang mudah dan dapat diterima oleh masyarakat. Pilihlah strategi yang penolakannya sangat kecil dari masyarakat. Untuk memilih skor, maka panduannya dapat menggunakan tabel 5.
20 | M a k a l a h N C P K o m u n i t a s
Tabel 5 Panduan Skor Penilaian Analisis Alternatif
(4) Protect Planning Matrix (PPM)
Di dalam Project Planning Matrix (PPM) terdiri dari item intervensi, indikator, sumber data dan asumsi. Lebih jelas dapat di lihat pada tabel 6 Tabel 6 PPM (Pr oject Planning Matrix) Intervensi
Indikator
Sumber data
Asumsi
Goal Outcome Output Kegiatan
Lebih jelas dapat di lihat contoh di bawah ini. Tabel 7 Contoh Pengisian PPM (Kasus Anemia Gizi Besi pada Remaja Putri) Intervensi Goal : ↓ Prevalensi anemia gizi besi
Outcome : ↑ Asupan Fe (zat besi) remaja putri Output : 1. Meperbaiki pola makan remaja putri
2. Meningkatkan asupan vitamin C dari bahan makanan
Indikator Prevalensi anemia < 5%
Asupan zat besi (Fe) >80%
Sumber data Data Puskesmas melalui biochemical assessment (pemekrisaan Hb ) dan fisik klinis assessment. SQ-FFQ bahan makanan sumber Fe
1. Meningkatnya frekuensi makan menjadi 3x sehari dan meningkatnya penggunaan lauk hewani menjadi minimal 2x /hr
- Observasi dan Ceklist perubahan perilaku - Hasil wawancara SQ FFQ
2. Asupan vitamin C mencapai >80%
- Hasil wawancara FFQ - Recall 24 jam - Observasi
Asumsi
21 | M a k a l a h N C P K o m u n i t a s
3. Menurunkan frekuensi konsumsi zat inhibitor
3. Frekuensi konsumsi sumber bahan makanan berkurang dan tidak dikonsumsi berbarengan waktu makan
4. ↑ asupan lauk hewani 4. 80% remaja putri mengkonsumsi lauk hewani minimal 1x/hari
- Repeated 24 hour recall
- Pre test dan postetst - Ceklis perubahan perilaku
Kegiatan : 1. ↑pengetahuan tentang gizi besi remaja
1. 80 % remaja meningkat pengetahuan tentang anemia gizi besi
- Dokumentasi kegiatan penyuluhan, pembuatan media untuk UKS.
2. ↑ akses remaja mendapat informasi tentang gizi dan kesehatan
2. 80 % remaja putri mampu mengakses informasi baik dari media cetak maupun elektronik
- Aktifnya kegiatan UKS dan ketersediaannya sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan UKS
3. Pemanfaatan UKS sebagai media edukasi gizi dan kesehatan
3. Pemanfaatan UKS sebagai sarana edukasi gizi dan kesehatan maksimal hingga 90%
Rincian Kegiatan: 1.1 Melakukan Edukasi gizi : Tentang : 1. Anemia gizi besi pada remaja (anemia, sumber fe dan inhibitor fe) 2. Pola makan yang baik (kebiasaan makan, frekuensi, variasi bahan makanan dan pengolahan).
1. 80% responden memahami materi yang diberikan dan mengimplementasikan dalam kehidupan seharihari 2. 80% responden berubah pola makannya menjadi 3x sehari dan 2x snack
- Tersedianya media leaflet, poster dan kartu jodoh - Pre-post test
- Observasi dan Ceklist perubahan perilaku
1.2 Mengubah kebiasaan/pola makan responden
1. 3 Mengurangi kebiasaan responden mengkonsumsi inhibitor disetiap waktu makan utama, dengan : Membuat diary makanan harian bagi remaja (contoh menu, sumber vitamin c, dan lembar penulisan food record harian remaja)
3. 80% responden mengurangi asupan zat inhibitor saat waktu makan utama
4. 80% responden mengkonsumsi bahan makanan sumber vitamin C.
- FFQ
- Ceklist perubahan perilaku responden - SQ FFQ
22 | M a k a l a h N C P K o m u n i t a s
Tabel 8 I ntervensi K omunitas Kelompok Sasaran Remaja Putri ( Kasus Anemia Gizi B esi Pada Remaja Putri) Kegiatan
Sasaran
Edukasi gizi tetang anemia gizi besi
Remaja putri
Tujuan
Memberikan pemahaman kepada remaja putri mengenai pola makanan yang baik, dan mengenai anemia gizi besi yang terjadi pada kelompok remaja putri
Waktu
Materi
Alat
Pengambilan Anemia dan Poster, booklet jam pelajaran hubungan-nya remaja, kartu sekolah dengan dengan gizi dan jodoh untuk terlebih dahulu makanan kegiatan game beroordinsasi (terutama dan mencatat dengan pihak makanan saat diskusi sekolah (± 2 sumber Fe) jam) pola makan yang baik untuk remaja putri
Indaktor Keberhasilan Rata-rata pengetahuan remaja meningkat mencapai 80%
Rencana Monitoring dan Evaluasi Output Hasil post test yang meningkat. Jumlah sasaran game kartu jodoh minimal. Peserta dapat menjelaskan dengan baik hasil diskusi saat awal. Outcome Para peserta mampu menerima penjelasan mengenai materi dengan baik melalui peningkatan pengetahuan setelah dilakukan diskusi yang ditandai dengan meningkatkan hasil post test Impact Para siswi mengaplikasikan informasi dalam kehidupan ssehari-hari
23 | M a k a l a h N C P K o m u n i t a s
Pembuatan media edukasi
Remaja putri
Media edukasi dapat membantu penyampaian materi dengan efektif dan efesien
3 hari
Poster, booklet remaja, Leaflet anemia dan gizi, Poster piramida makanan
Papan plipchart untuk memasang poster, percetakan fotocopy
Media yang digunakan di mengerti oleh sasaran dengan daya tahan lama
Output Media sebagai alat bantu penyimpanan maateri Outcome Klien mudah menerima materi melalui media yang digunakan ketika edukasi gizi dilakukan Impact Antusias sasaran dalam menerima materi dan termotivasi untuk mengaplikasikan informasi pada kehidupan sehari-hari
Jika anda sebagai ahli gizi yang bekerja di tingkat puskesmas maka dari PPM tersebut dapat dipilih intervensi yang dapat dilaksanakan. Pada tabel 8 disajikan contoh mengisi “Tabel Rencana Intervensi Komunitas”. Rencana intervensi yang dijadikan contoh adalah pada komunitas kelompok sasaran remaja putri (Kasus Anemia Gizi Besi Pada Remaja Putri). Setelah membuat rencana intervensi maka langkah selanjutnya adalah
mengimplementasikan
rencana
intervensu
tersebut.
Kemudian
langkah
akhir
adalah
melakukan
monitoring
evaluasi.
24 | M a k a l a h N C P K o m u n i t a s
Pembuatan media edukasi
Remaja putri
Media edukasi dapat membantu penyampaian materi dengan efektif dan efesien
3 hari
Poster, booklet remaja, Leaflet anemia dan gizi, Poster piramida makanan
Papan plipchart untuk memasang poster, percetakan fotocopy
Media yang digunakan di mengerti oleh sasaran dengan daya tahan lama
Output Media sebagai alat bantu penyimpanan maateri Outcome Klien mudah menerima materi melalui media yang digunakan ketika edukasi gizi dilakukan Impact Antusias sasaran dalam menerima materi dan termotivasi untuk mengaplikasikan informasi pada kehidupan sehari-hari
Jika anda sebagai ahli gizi yang bekerja di tingkat puskesmas maka dari PPM tersebut dapat dipilih intervensi yang dapat dilaksanakan. Pada tabel 8 disajikan contoh mengisi “Tabel Rencana Intervensi Komunitas”. Rencana intervensi yang dijadikan contoh adalah pada komunitas kelompok sasaran remaja putri (Kasus Anemia Gizi Besi Pada Remaja Putri). Setelah membuat rencana intervensi maka langkah selanjutnya adalah
mengimplementasikan
rencana
intervensu
tersebut.
Kemudian
langkah
akhir
adalah
melakukan
monitoring
evaluasi.
24 | M a k a l a h N C P K o m u n i t a s
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu : 1. NCP/PAGT komunitas merupakan suatu cara terstruktur atau suatu metode pemecahan masalah yang sistematis yang dimulai dengan pengumpulan data komunitas dan analisa data, diagnosa gizi/masalah gizi yang penting untuk diatasi, jenis intervensi yang akan dilakukan dan bagaimana memonitori/memantau dan evaluasi hasilnya. 2. Terdapat empat langkah pada PAGT komunitas, yaitu (1) analisis situasi, meliputi asesmen data, partisipasi analisis dan analisa data ; (2) analisis penyebab, yaitu penentuan masalah yang didapatkan dari analisis situasi dan disajikan dalam bentuk pohon masalah (problem tree) ; (3) intervensi gizi, yaitu suatu strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan tersebut diperoleh dengan terlebih dahulu melakukan alternatif analisis untuk mengidentifikasi tujuan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu : 1. NCP/PAGT komunitas merupakan suatu cara terstruktur atau suatu metode pemecahan masalah yang sistematis yang dimulai dengan pengumpulan data komunitas dan analisa data, diagnosa gizi/masalah gizi yang penting untuk diatasi, jenis intervensi yang akan dilakukan dan bagaimana memonitori/memantau dan evaluasi hasilnya. 2. Terdapat empat langkah pada PAGT komunitas, yaitu (1) analisis situasi, meliputi asesmen data, partisipasi analisis dan analisa data ; (2) analisis penyebab, yaitu penentuan masalah yang didapatkan dari analisis situasi dan disajikan dalam bentuk pohon masalah (problem tree) ; (3) intervensi gizi, yaitu suatu strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan tersebut diperoleh dengan terlebih dahulu melakukan alternatif analisis untuk mengidentifikasi tujuan berdasarkan skala prioritas masalah ; dan (4) monitoring evaluasi gizi, berupa output matriks perencanaan program gizi. 3. Dasar dalam penentuan PAGT komunitas mengacu pada suatu metode perencanaan program yang disebut dengan Perencanaan Proyek berorientasi pada tujuan atau ZOPP yaitu perencanaan partisipatif dari tahap perencanaan sampai dengan intervensi penerapannya dilakukan bersama-sama dengan stakeholder , pengambilan keputusan dilakukan secara transparan, dan adanya kontrol dalam proses implementasinya. Unsur penting dalam ZOPP adalah kerjasama, visualisasi dan fasilitas yang berfungsi untuk meningkatkan komunikasi dan kerjasama diantara stakeholder dalam konteks proyek. 4. Terdapat enam metode yang digunakan dalam perencanaan PAGT komunitas, yaitu (1)
Analisis
Situasi,
yaitu
mengumpulkan
data,
menganalisis
dan
menginterpretasikan/membandingkan dengan nilai standar (cut-off ) yang ada atau data nasional/trigger level suatu negara ; (2) Analisis Tujuan, yaitu menetapkan tujuan dari pohon masalah yang akan menjadi bahan intervensi. (3) Analisis Alternatif, yaitu memilih strategi yang paling tepat untuk dilaksanakan sesuai 1|Mak ala h NCP Kom uni ta s
dengan dana, waktu, sumber daya, infrastruktur, dll ; (4) Protect Planning Matrix (PPM), yang terdiri dari item intervensi ( goal, outcome, output , dan kegiatan), indikator, sumber data dan asumsi ; (5) Intervensi, yang terdiri dari item k egiatan, sasaran, tujuan, waktu, materi, alat, dan indaktor keberhasilan ; (6) Monitoring dan Evaluasi, yang terdiri dari item output, outcome, impact .
B. Saran
Setelah mengetahui pengertian, langkah-langkah, dasar dalam penentuan, dan metode yang digunakan dalam perencanaan PAGT komunitas, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan pembaca dalam melakukan kegiatan pembelajaran tentang proses asuhan gizi terstandar komunitas dan melakukannya sesuai dengan langkahlangkah yang terdapat pada PAGT komunitas.
2|Mak ala h NCP Kom uni ta s
DAFTAR PUSTAKA Citerawati, Yetti Wira., Susanti, Nila & Rahimah, Dwira. 2017. PAGT Komunitas. Graha Ilmu. Yogyakarta
Handayani , Dian, dkk. 2015. Nutrition Care Process (NCP). Graha Ilmu. Yogyakarta
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Kementrian Kesehatan RI. Jakarta
https://www.unicef.org/ethiopia/2014-12-15-NUTRITION-based.pdf (Diakses Tanggal 15 Augustus 2017) https://www.va.gov/vhapublications/ViewPublication.asp?pub_ID=2990 (Diakses Tanggal 15 Augustus 2017)
3|Mak ala h NCP Kom uni ta s
1|Mak ala h NCP Kom uni ta s