Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
BUKU-6 METODE PEMASANGAN dan PERAKITAN LIFT & ESKALATOR
Ditulis oleh: Ir. SARWONO KUSASI
51
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
DAFTAR ISI
BAB I
: PENDAHULU PENDAHULUAN AN
................................................................... ...................................................... .............
1
BAB II
: PERSIAPAN PERSIAPAN LAPANGAN LAPANGAN
.................................................. ....
3
BAB III
: SUSUNAN SUSUNAN PELAKSANA PELAKSANA
................................................... ....
5
BAB IV
: GAMBAR KERJA (Shop drawing)
BAB V
: JADWAL (Time Schedule)
BAB VI
: REL PEMANDU (Guide rails)
BAB VII
: PINTU LANTAI (Landing entrances)
BAB VIII
: KERETA DAN BOBOT IMBANG
BAB IX
: TALI BAJA (Steel wire rope)
BAB X
: MESIN TRAKSI
BAB XI
: PENGAWATAN (Field Wiring)
BAB XII
: PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN
Lampiran
: 1. Uraian Kerja (Job Description)
..........................................
10
................................................... ....
16
................................................
19
......................................
29
........... ...... ........... ........... ........... ............ ........... ....... ..
34
............................................... ....
38
..................................................................... ........................................................ .............
42
...............................................
47
..................................................................... ........................................................ .............
52
.............................................
2. Jadwal Pekerjaan Pemasangan ( Bar-chart ) 3. Network Planning ( NWP)
49
63
............................
68
................................................. ....
69
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
PROGRAM PELATIHAN 1. 2. 3. 4. 5.
Nama Pelatihan Nama Mata Pelajaran Peserta Waktu Uraian Singkat
6.
Tujuan Instruksional A. Umum
B. Khusus
7. Acuan
: : : : :
Instalasi Lift dan Eskalator Metode Pemasangan Lift dan Eskalator Teknisi lapangan, Perencanan dan Penyelia bangunan 3 JPL Pelaksanaan pekerjaan suatu instalasi adalah pada dasarnya memasang tiap-tiap komponen pada tempatnya dan mengikuti urutan-urutannya serta menghubungkan satu sama lain sesuai panduan sehingga berfungsi. Banyak teknik (tata cara) yang dikembangkan oleh para produsen agar memudahkan pelaksanaan. Tetapi teknik-teknik apapun tidak terlepas dari peraturan ( basic field practice) dan standar yang berlaku yang harus dipahami oleh pelaksana.
: Setelah mengikuti pelajaran ini, peserta akan mampu menjelaskan urutan-urutan kerja, pemasangan lift, menyusun jadwal dan regu pelaksana pemasangan serta memahami prosedur pelaksanaan pemasangan lift. : Setelah mengikuti pelajaran ini, peserta akan mampu. 1. Menjelaskan lingkup pekerjaan pemasangan lift. 2. Menyusun jadwal tepat waktu tiap-tiap tahapan pekerjaan. 3. Menyusun regu pelaksana kompetensi pada bidang keterampilan tertentu. 4. Melakukan persiapan lapangan dan penanganan bahan (material handling). 5. Memahami prinsip metode pekerjaan pemasangan tiap-tiap komponen sesuai persyaratan. 6. Menjaga keselamatan atau menghindari kecelakaan selama pelaksanaan pekerjaan pemasangan. : 1. SNI 03-219-1999 Syarat-syarat Umum Konstruksi Lift 2. Lift Installation Manual by Northern Sdn Berhad, Malaysia 3. Installation Manual by Puarsa, Spain 4. Installation Manual, NEMI, Inc, New York 50
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
BAB I PENDAHULUAN
Masa kini pekerjaan instalasi lift bukan lagi merupakan monopoli perusahaan agen merk dagang lift. Sepanjang pengalaman penulis ada beberapa pribadi yang berani memasang lift tanpa dasar pengetahuan, pengetahuan, walaupun sebagai sub-kontraktor. Kontraktor instalasi lift harus memperoleh izin operasi dari Departemen Tenaga Kerja sebelum mulai usahanya dan telah lulus dari bimbing teknis. Sasaran dari pemasangan lift adalah mencapai hasil kerja yang berkualitas, tepat waktu dengan biaya sesuai anggaran ( budget ). ). Banyak pihak yang terlibat dan memberi dukungan mulai dari saat penjualan, perencanaan dan fabrikasi, namun hanya beberapa orang tertentu saja yang terlibat langsung dalam kualitas pekerjaan dilapangan. Beberapa orang inilah yang bertanggung jawab atas kualitas pemasangan dan sekaligus merupakan faktor penentu kualitas seluruh sistem lift. Bagaimana pendapat orang jika lift pada awal operasi sudah terasa bergetar, berbunyi, mengejut ( jerk ) dan sebagainya. Banyak faktor yang sulit untuk menyelesaikan dan memperbaikinya jika lift tersebut telah terpasang kecuali dengan biaya yang sangat besar. Misalnya, pemasangan rail tidak lurus dan tidak vertikal yaitu rail yang bengkok atau terpuntir (pada waktu handling dan transportasi), sambungan rail tidak cocok, jarak DBG ( distance between guides) tidak tepat, rail bracket terlalu lemah, karena jarak rentang terlalu jauh. Sebab-sebab lain buruknya hasil pemasangan, ialah static balance diabaikan, rope tension dilupakan atau tidak diulang dan sebagainya.
1
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
Sebaliknya, jika dari awal pemasangan dilakukan dengan baik dan mengikuti prosedur dan metode yang cocok, maka sepanjang pemakaiannya akan tetap baik. Tentunya harus disertai dengan perawatan yang baik dan teratur pula. Faktor utama yang perlu diperhatikan dalam pemasangan lift, terutama untuk lift-lift berkecepatan tinggi pada gedung-gedung bertingkat ( high rise), adalah pemasangan rail. Oleh karena itu disediakan jatah waktu minimal kurang lebih 20% dari seluruh jatah waktu khusus untuk pemasangan rail. Bahkan perlu dilakukan pengecekan ulang sepanjang rail yang telah terpasang dari bawah sampai paling atas pada tahap akhir pemasangan.
2
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
BAB II PERSIAPAN LAPANGAN
Persiapan ( job site preparation pr eparation) merupakan kunci dari suksesnya pemasangan lift. Dengan mempersiapkan lokasi kerja dengan baik, maka pemasanganpun akan dimulai sesuai rencana tanpa keterlambatan. Yang perlu menjadi perhatian didalam mempersiapkan lokasi kerja adalah kejelasan lingkup kerja dari masing-masing pihak kontraktor terkait yang ditetapkan didalam kontrak kerja.
Hal ini perlu dipertegas dengan pihak kontraktor utama atau manajemen konstruksi (CM) dan dalam suatu notulen rapat resmi, meliputi : 1.
Master schedule dari proyek gedung, termasuk jadwal-jadwal penting, yaitu tersedianya tenaga listrik, gudang dilokasi, saat balok beton dan hoisting hook atau hoisting beam boleh dibebani, dan sebagainya.
2.
Pemahaman gambar-gambar tata letak lift, terutama hubungannya dengan as bangunan.
3.
Jadwal tibanya barang ( Material delivery schedule), yaitu dukungan positif dari bagian logistik, serta kepastian acces masuk proyek.
4.
Handling system dilapangan, yaitu sarana tower-crane, forklift dsb, dsb, seberapa jauh fasilitas ini dapat dimanfaatkan.
5.
Perlindungan terhadap lubang-lubang pada ruang luncur (barikade), untuk mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan terjatuh. 3
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
6.
Kebutuhan gudang kerja dan lokasi penyimpanan material yang terbaik / menguntungkan.
7.
Jalan masuk ( access) kelokasi kerja. Keamanan jalan masuk.
8.
Penyelesaian ruang luncur dan kamar mesin sesuai dengan gambar layout dan kemungkinan perbaikan-perbaikan, termasuk grouting, patching dan finishing.
9.
Penyediaan tenaga listrik untuk alat-alat kerja dan tenaga listrik untuk menjalankan lift.
10.
Ketegasan menggunakan air, wc, iuran kebersihan, iuran keamanan dan sebagainya. Supervisor menyusun NWP ( Net Work Planing) dan Bagan Urutan Kerja ( Gantt
Barcharts) seperti contoh pada lampiran. NWP dan Barcharts tersebut perlu disampaikan
kepada pihak-pihak yang bersangkutan termasuk CM dengan tanda terima. Lebih baik lagi, jika diperoleh persetujuan dari CM. Hal ini penting untuk evaluasi keterlambatan kerja pemasangan yang disebabkan oleh pihak-pihak kontraktor lain atau oleh sebab keterlambatan pemborong utama ( main contractor ). ).
4
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
BAB III SUSUNAN PELAKSANA
1.
Supervision Supervisor sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan dan penyelesaian pekerjaan pemasangan lift, bertugas dan bertanggung jawab atas: •
Pengelolaan Material, alat-alat kerja, dan orang-orang yang bekerja dibawah perintahnya,
•
Koordinasi lapangan dengan kontraktor, konsultan, pemilik dan pihak-pihak lain.
•
Pelaporan proses pemasangan, pekembangan proyek dan masalah yang timbul kepada atasanya.
•
Pengontrolan mutu dan keselamatan ditempat kerja. Seorang supervisor memegang 3 sampai 4 proyek sekaligus dalam waktu
yang sama. Pada tiap-tiap proyek ditempatkan regu-regu pemasang yang tiap regunya terdiri dari seorang kepala regu ( charge hand ), ), seorang mechanic dan dua orang helper. Jumlah empat orang per regu. Tergantung pengalamannya dan volume pekerjaan, maka tiap proyek dapat ditempatkan satu atau lebih regu pemasang. Regu khusus lainnya ialah tukang listrik ( wireman) 2 orang yang menyusul setelah tiba waktunya memasang wiring; dan adjuster 2 orang setelah lift siap untuk dicoba, ditest dan diuji dengan disaksikan oleh construction management (CM) dan kontraktor utama.
5
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
Supervisor harus mampu menyiapkan keterampilan ( skill) untuk dapat memenuhi jadwal waktu, biaya yang dianggarkan dan mutu. Dia memastikan bahwa orang-orang yang bekerja dibawah perintahnya telah mendapat material dan alat kerja yang memadai untuk pekerjaannya dan agar dapat bekerja dengan benar tanpa membuang waktu. Koordinasi lapangan sangat penting, mengingat sebuah gedung didirikan atas usaha gabungan dari banyak pihak yang saling bersaing untuk mendapatkan ruang dan sumber daya yang terbatas, guna dapat memenuhi jadwal dan anggaran masing-masing. Untuk itu, sejak awal supervisor sudah harus mengadakan kontak secara kontinu dengan pihak lain yang secara langsung terkait dalam pelaksanaan pemasangan lift. Koordinasi adalah tanggung jawab seorang supervisor, dia mengikuti rapat-rapat proyek, dimana permasalahan dapat dibahas bersama. Dia memastikan bahwa kebutuhan-kebutuhan / persyaratan pemasangan lift telah diketahui dan sesuai dengan pihak terkait, misalnya metode pemasangan yang akan diterapkan, kebutuhan sarana kerja dan lain-lain. Keuntungan dari koordinasi awal sering kurang disadari, padahal sebenarnya waktu yang disisihkan untukk itu tidaklah terbuang sia-sia, karena hasilnya sangat efektif. Sedangkan kepala regu tidak perlu mengikuti rapat-rapat proyek karena hal ini hanya akan merusak efisiensi kerjanya sehari-hari.
6
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
2.
Susunan Organisasi
Pelaporan mencakup kegiatan-kegiatan administrasi rutin dari pekerjaan, agar atasan dapat mengikuti perkembangan serta masalah-masalah penting. Semua kegiatan diproyek agar dicatat dalam buku harian, penggunaan jam kerja, instruksi-instruksi kontraktor, kesalahan atau cacat material yang sekecil apapun agar dilaporkan. Pengontrolan (pengawasan) ditempat kerja yang juga merupakan tugas utama dari seorang supervisor, meliputi : penyediaan material tepat waktu, kebersihan lingkungan dan keamanan. Terlampir disajikan contoh uraian kerja ( Job description) masing-masing bagian dari Manajer sampai Helper.
7
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
3.
ALAT-ALAT KERJA
Sebagai panduan, dicantumkan daftar alat-alat kerja dan perkakas yang diperlukan agar hasil kerja mencapai optimum. Tergantung dari besar kecilnya proyek maka daftar tersebut mungkin terasa agak berlebih-lebihan. Semua itu kembali kepada pengalaman atasan ( superintendant ) atau kepala regu sendiri. Alat kerja dibagi 3 (tiga) golongan, yaitu alat kerja khusus lift, alat kerja perkakas umum dan set pekakas pribadi. Golongan 1 Alat kerja Umum (dapat disewa) a. Takel (chain hoist atau chain block ), ), 3-ton b. Mesin pengangkat ( winch machine), 5-ton c. Mesin las listrik dengan diesel agregat atau trafo d. Mesin bor portable (electric drill), macam-macam ukuran e. Dongkrak hidrolis (hydraulic jack ) f. Kompor (burner ) minyak tanah, portable g. Gerobak dorong roda empat ( platform trolley) h. Palu godam , 6 kg i. Mesin gerenda portable ( grinding machine) j. Gunting tali baja (rope cutter ) Golongan 2 Alat kerja Khusus lift a. Gergaji kayu ( carpenter saw) b. Gergaji besi (hacksaw) c. Palu 0.5 dan 0.9 kg d. Palu karet (rubber mallet ) 8
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
e. Pahat baja dan beton (chissels) f. Sikat kawat ( wire brushes) g. Penjepit C (C-clamp) h. Penjepit B (cross B-clamp) i. Lampu center j. Walky-talky Walky-talky k. Tali sling, macam-macam jenis dan ukuran l. Siku pengukur, sigmat, water pas dan alat-alat ukur lain m. Bandul lood atau unting-unting ( plumb-bob) n. Clip pelurus rel o. Alat tera untuk rel (rail gauge) p. Kikir panjang bergagang q. Kunci pas (spanner ), ), macam-macam jenis dan ukuran r. Waterpas (leveling gauge) Golongan 3 Set Alat-alat perkakas pribadi ( hand tool kit ) a. Obeng + dan -, mechanical dan electrical screw driver b. Tang buaya buaya ,tang listrik ( snipper ) tang potong dan tang kupas ( stripper ) c. Tang mekanik/ mekanik/ tang bebek (mechanical pliar ) d. Kunci inggris (adjustable wrench) e. Kunci pas (spanner ) f. Pisau saku, kombinasi g. Meteran (measuring tape), 2 M dan 5 M Perkakas khusus pekerjaan, field wiring dan testing :
Kikir halus, kawat jumper, test pen, lampu senter (saku), batang solder listrik, multi tester, tapset, dan tikar tatakan dari karet. Ampere tester, tachometer, pengukur tegangan tali-baja. 9
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
BAB IV GAMBAR KERJA
Dasar tata letak dan ruang komponen-komponen lift digambar secara lengkap dan jelas dengan dengan ukuran ukuran (dimensi) (dimensi) dalam dalam mm, yaitu yaitu terdiri terdiri dari : 1.
Gambar denah Menyatakan letak dan ukuran dari rel-rel pemandu, DBG ( Distance Between Guides), luang gerak (running clearance) landas kereta ( platform), bobot
pengimbang (bandul), pintu, tali, roda puli, pengindra kecepatan. Semua komponen dari tiap-tiap satuan lift, serta susunan tata letak keseluruhan lift terhadap as bangunan. 2.
Gambar tata ruang kamar mesin Menyatakan letak mesin, pengindra kecepatan ( governor ), ), alat pengendali (controller ), ), panel distribusi tenaga, lokasi travelling cable, hoisting hook, hoisting beam, jendela ventilasi, trapped door dan dan pintu masuk.
3.
Gambar irisan vertikal Menyatakan dalamnya sumur dasar, tingginya kereta dan pintu, tinggi ruang atas (overhead ), ), lintasan ruang luncur, tinggi kamar mesin, bobot pengimbang, jarak rentang braket dan jarak-jarak luang gerak R/L perlu disurvey untuk memastikan posisi lift dalam lubang luncur yang paling menguntungkan dan hubungannya dengan as bangunan, serta kondisi vertikal dari dinding-dindingnya. Jika posisi kurang menguntungkan karena dinding tidak vertikal sehingga ada daerah kritis, maka perlu dirundingkan dengan CM, mencari penyelesaian kompromis, agar posisi digeser dan agar memperlonggar ruang yang 10
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
kritis. Perubahan posisi terhadap as-bangunan harus mendapat persetujuan tertulis dari CM. Lubang R/L harus dapat menampung pada kiri kanan ruang untuk rel, bagian belakang ruang untuk bobot imbang dan bagian depan pintu-pintu lantai. Luang gerak ( Running clearance) pintu (sill dengan kereta) tetap harus 31 mm. Luang gerak kereta dengan bobot imbang minimal 5 cm. Gambar-gambar tersebut harus telah disetujui oleh perencana bangunan pada tingkat awal sebelum barang diproduksi oleh pabrikan. Kemudian gambar-gambar tersebut harus disetujui atau paling tidak, diserahkan (untuk disetujui) kepada pihak yang berwenang di Departemen Tenaga Kerja cq. Direktorat Bina K3 sebelum pekerjaan pemasangan secara fisik dimulai. Oleh karena terlalu banyak variasi tata ruang dan letak komponen lift, maka tidak mungkin dijelaskan semuanya disini. Sebagai petunjuk umum hanya dibicarakan tata ruang yang paling populer, yaitu : Letak mesin diatas ruang luncur, bobot pengimbang terletak dibelakang kereta, dan jumlah satuan lift 2 atau 3 buah berderet berderet dalam satu ruang luncur. Selanjutnya Selanjutnya akan disinggung sedikit perihal yang penting-penting atas variasi lain macam tata ruang dan letak yang umum dipakai. Ukuran (dimensi) yang penting dan perlu diperhatikan, ialah : 1.
Jarak antara sepasang rel ( Distance Between Guides, DBG), yaitu : masing-masing dari rel kereta (main rail) dan rel bobot imbang ( cwt rail)
2.
Jarak antara as (CL) rel kereta dengan as rel bobot imbang
3.
Jarak antara as rel kereta dengan sisi pinggir ambang pintu lantai ( door sill)
4.
Jarak antara as rel kereta dengan as (marking) bangunan yang disetujui oleh pimpinan proyek atau construction manager (CM). 11
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
Diagram dalam lampiran menunjukkan pembagian ruang luncur satu unit lift serta jarak jarak yang yang dimaksud dimaksud diatas. diatas.
12
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
BAB V JADWAL (TIME (TIME SCHEDULE) SCHEDULE)
1.
Jadwal penyelesaian pekerjaan pemasangan tercantum dalam surat perjanjian dengan pihak pemilik ( investor, developer ) atau dengan pemborong utama. Seringkali jadwal yang dituntut terlalu singkat. Oleh karena itu harus jelas tanggal patokan dimulainya, yaitu saat serah terima lapangan, dimana ruang luncur, pit dan kamar mesin telah siap dan bersih. Kemudian saat dimulainya uji coba, yaitu setelah tenaga listrik yang permanen telah tersedia pada MCB. Contoh : Satu unit lift 8 lantai perlu 30 hari pekerjaan fisik dan 7 hari uji-coba. Setelah pekerjaan fisik selesai dilakukan pemeriksaan bersama dengan CM, dan dibuat berita acara dengan beberapa catatan / nasehat. Setelah sumber tenaga siap tersedia dilakukan pemeriksaan bersama lagi, atas tegangan dan sebagainya. Jika memenuhi syarat, baru dimulailah jadwal uji-coba. Sementara itu dibuat janji temu untuk pemeriksaan final dengan inspektur dan petugas dari Depnaker.
2.
Jika jadwal terlalu ketat, maka tahapan- tahapan pekerjaan dapat dilakukan dalam waktu bersamaan antara dua jenis pekerjaan, dengan menambah beberapa regu pelaksana. Contoh - contoh jenis pekerjaan yang dilakukan bersamaan,ialah : a. Pemasangan braket rel bersamaan dengan pemasangan ambang pintu lantai, dengan mengandalkan masing-masing tali lood ( plumb-line kawat piano). b. Pemasangan rel pemandu bersamaan dengan pemasangan rangka pintu (entrance frame) dan pintu lantai. c. Pemasangan
(perakitan)
kereta
pemasangan pintu-pintu lantai. 13
dapat
dikerjakan
bersamaan
dengan
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
d. Pentalian ( roping) kereta dengan bobot imbang dapat dilakukan bersamaan dengan pemasangan penyangga ( buffer ) di pit. e. Pemasangan mesin bersamaan dengan dimulainya pengawatan ( wiring) dan pemasangan fixtures (tombol, dsb). Semua pekerjaan yang dilakukan bersamaan mengandung resiko insiden atau kecelakaan, maka perlu pengawasan yang ketat oleh supervisor agar tidak ada kesalahan atau kekeliruan hubungan tahapan demi tahapan.
3.
Tiap-tiap unit pekerjaan pemasangan ada jatah jumlah jam kerja, berdasarkan ratarata angka pengalaman masa lalu. Contoh : Memasang door frame dan door hanger disediakan jumlah 4 jam kerja (2 jam, 2 orang). Secara teoritis dalam satu hari dapat diselesaikan 8 / 2 = 4 unit. Jika ternyata selesai cuma 3 unit, maka perlu diperhitungkan faktor efisiensi kedalam jatah jam kerja sebesar sebesar 1.33 Pada tahapan-tahapan tertentu dibutuhkan sedikit pelaksana, tetapi pada tahapantahapan lain perlu penambahan pelaksana. Hal ini tergantung dari tingginya bangunan. Oleh karena itu kebutuhan orang-orang pelaksana untuk menyelesaikan pekerjaan harus dianalisa oleh seorang pimpinan bersama supervisor yang berpengalaman. Berikut ini adalah patokan/panduan jumlah jam kerja yang dijatahkan dan jumlah regu pelaksana. Satu regu terdiri dari dua orang, yaitu satu mechanic ( fitter ) dan satu helper (kenek) dan jam kerja = 2 x 8 = 16 jam kerja.
14
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
TABEL : Jatah jam kerja Lift duty dan jumlah lantai lantai Satu (1) unit lift 900 kg @ 60 m/m 10 lantai Tambahan per lantai (inclusive : blind H/W)
jam kerja kerja (man hour)
jumlah regu regu diluar regu regu wiring & testing
1000 Jam kerja
2 regu
80 Jam kerja
Satu (1) unit lift 1150 kg @ 120 m/m 10 lantai
1120 Jam kerja
Tambahan per lantai (inclusive : blind H/W)
2 regu
100 Jam kerja
Satu (1) unit lift 1600 kg @ 150 m/m 10 lantai
1600 Jam kerja
Tambahan per lantai (inclusive : blind H/W)
2 regu
110 Jam kerja
TABEL : Jumlah regu untuk lift-lift dalam kelompok
Jumlah lift dalam kelompok 2 - Car group 3 - Car group 4 - Car group 5 - Car group 6 - Car group 7 - Car group 8 - Car group
Jumlah regu
3 5 6 8 10 11 12
(= (= (= (= (= (= (=
6 orang) 10 orang) 12 orang) 16 orang) 20 orang) 22 orang) 24 orang)
15
Jam kerja / hari
48 jk / hari 80 jk / hari 96 jk / hari 128 jk / hari 160 jk / hari 176 jk / hari 192 jk / hari
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
BAB VI REL PEMANDU
1.
Pendahuluan Metoda pemasangan rails ada beberapa (masing-masing ada untung ruginya), diantaranya metoda “false car” untuk high rise, metoda perancah (scaffolding, steiger ) untuk medium dan low rise. Dan untuk menekan waktu serta biaya, dikembangkan cara baru yang disebut metoda NR ( New Rail methodeoleh Nippon Otis). Urutan-urutan kerja secara tradisional akan dijelaskan lengkap dengan contoh-contoh skematik, planning diagram yang dapat dipakai sebagai alat bantu bagi supervisor (mandor) dan juga bagi pemimpin regu ( charge hand ) untuk memandu proses kerja agar berkualitas dan selesai tepat waktu. Pemasangan rail bracket tidak mungkin dilaksanakan sebelum shaft lift selesai. Namun perlu dipahami bahwa tidak semua aktifitas tersebut harus dilakukan secara berurutan. Peralatan pit misalnya, dapat dipasang kapan saja setelah rail terpasang dan sebelum car frame dirakit. Dalam situasi tertentu diterapkkan program CPM (Critical Path Method ). ). Pemasangan pintu-pintu lantai (pintu ruang luncur) dapat dilaksanakkan hampir bersamaan dengan pemasangan rel. Hal ini perlu dikembangkan pengendalian tahap demi tahap.
2.
Fungsi Rel Fungsi rel ada empat, yaitu : 1. Sebagai pemandu jalannya kereta dan bobot imbang lurus vertikal 2. Sebagai penahan agar kereta tidak jomplang atau miring saat pemuatan dan
akibat beban tidak merata. 3. Sebagai sarana tempat memasang saklar, pengungkit ( cam) dan puli penegang. 16
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
4. Sebagai penahan saat kereta dihentikan oleh pesawat pengaman ( safety
device/gear ). ).
Ukuran rel dan jarak rentang braket pengikat rel hanya ditentukan oleh fungsi no. 4, yaitu tegangan tekuk ( buckling stress) pada saat pesawat pengaman bekerja. Tegangan tekuk terjadi pada daerah paling rawan dimana rel tidak cukup kaku diikat braket. Oleh karena itu jarak maksimal rentang braket sangat penting disamping besaran ukuran rel.
3.
Ukuran Rel dan Rentang braket Dalam BS5655 ada 3 macam “rumus-praktis” menentukan ukuran rel, masingmasing untuk 3 macam pesawat pengaman, yaitu : 1. Pesawat pengaman mendadak ( instanteneous), saat mana terjadi perlambatan
40 m/s/s T = 25 (P+Q) w /A 2. Pesawat pengaman agak luwes (captive roller ), ), saat mana terjadi perlambatan 20 m/s/s T = 15 (P+Q) w /A 3. Pesawat pengaman berangsur ( gradual clamp), saat mana terjadi perlambatan
10 m/s/s kira-kira sama dengan gravitasi bumi. T = 10 (P+Q) w /A
T
: Tegangan Tegangan tekuk maksimal 140 N/mm 2 untuk baja liat ( ductile), mutu 370 N/mm 2
P+Q : Bobot berat kereta ditambah beban muatan maksimal, dalam kg w
: Faktor tekuk (buckling factor ), ), korelasinya dengan λ =l/r, nilai kelangsingan.
A
: Luas penampang rel, dalam mm 2 17
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
Sebagai pegangan dapat diperiksa daftar penggunaan rel kereta untuk beban-beban muatan tertentu, sedangkan besaran dan ukuran rel bobot imbang yang tidak dilengkapi pesawat pengaman, lebih kecil dari pada rel kereta dan jarak rentang braketnya pun dibolehkan maksimal 4.0 m, kecuali untuk maksud ketahanan akibat getaran gempa bumi, maka jarak braket ialah 2.0 m.
PETUNJUK PEMILIHAN REL PEMANDU • Lift dengan sepasang pesawat pengaman • Asumsi berat kereta kosong = 2 kali kapasitas Kapasitas maksimal lift 450
Berat rel nominal (kg/m) 8.60 8.60
Jarak rentang Braket maks (m) 2.20 2.40
* Keterangan : T dalam N/mm 2 type pesawat pengaman #1 atau #2 #1 T = 95 #2 = 49
600
9.30 8.60 9.30
2.20 2.20 2.50
#1 #2 #2
140 55 56
750
12.30 10.65 12.30
2.60 3.00 3.30
#1 #2 #2
122 87 78
1000
9.30 12.30 12.30 9.30 12.30
2.20 2.40 2.60 2.60 3.0
#1 #1 #1 #2 #2
138 102 140 131 86
1350
17.80 17.80 22.70
3.60 3.80 4.00
#1 #2 #2
140 62 53
1600
22.70 18.0 22.70
3.80 3.80 4.00
#1 #2 #2
146 76 63
18
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
* Keterangan : mengacu pada BS 5655 part1, carbon steel st 370 #1 = Pesawat pengaman mendadak ( instantenous) untuk lift berkecepatan maksimal 60 m/m Tmax = 140 N/mm2 = 25 (P+Q) ω / A ; atau memakai captive roller safety, untuk berkecepatan maksimal 90 m/m. Tmax = 140 N/mm2 = 15 (P+Q) ω / A #2 = Pesawat pengaman berangsur ( gradual clamp), untuk lift berkecepatan 105 m/m keatas Tmax = 140 N/mm2 = 10 (P+Q) ω / A Catatan : Setelah ditetapkan rentang 2 braket maksimal, umpama l = 3.50 m, maka dibuat perencanaan gambar skets posisi braket sepanjang jalur rel. Mengingat panjang tiap batang rel ialah 5.0 meter, maka perlu diperhatikan, jangan sampai terjadi 2 sambungan rel dalam jarak dua rentang berturut-turut, dimana jarak antara sambungan rel dengan braket paling luar melebihi 1/3 l (dalam hal ini 1/3 x 3.50 m = 1.16 m). Contoh gambar 1 : tidak bermasalah, 1.0 m < 1.16 m
Contoh gambar 2 : braket A (paling luar) dipindah mendekati sambungan rel X, dari 1.50 m menjadi 1.16 m.
19
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
4.
Prosedur Braket pertama dimulai dipasang pada posisi kira-kira 0.5 m dibawah permukaan lantai terbawah (atau lobby) sebagai daerah rel paling sering mendapat gaya tekan dan puntir saat bongkar dan muat dan saat start stop kereta. Lihat daftar petunjuk pemilihan rel pemandu. Salah satu ujung rel “dimatikan” (diikat) dengan struktur bangunan. Biasanya ujung rel paling bawah yang dimatikan didasar pit ( supported rails). Sebaliknya untuk lift kecil dan kecepatan rendah, ujung atas rel yang dimatikan, atau ikut di-cor beton lantai kamar mesin ( suspended rails). Kedua ujung jalur rel tidak boleh dimatikan sekaligus pada struktur bangunan, agar rel tidak bengkok atau berubah bentuk jika terjadi pergeseran relative posisi bangunan ( building compression) terhadap rel. Cara mematikan ujung rel pada struktur dapat dengan fixed clip pada rel dengan braket. Ujung lain dari jalur rel bebas tidak menyentuh lantai kamar mesin, yaitu pada sistim supported rails. Atau tidak menyentuh dasar (pit) pada sistim suspended rail. Biasanya berjarak kira-kira 10 cm.
a. Cara menetapkan as atau sumbu (center line) dari rel-rel titik pusat kereta dan ambang pintu dengan cara memasang bidang pola ( template), satu diujung pada lantai K/M dan satu lagi dibawah pada pit. Kemudian dijatuhkan kawat-kawat lood (unting-unting) atau plumbline. Pastikan titik-titik kerja (TK) ( working point ) pada template, dan kawat-kawat lood yang telah vertikal dimatikan pada
TK tersebut. Dalam praktek banyak cara untuk mematikan kawat-kawat lood pada papan kayu di template atas dan bawah, agar tidak bergerak. Pastikan dulu posisi satu rel yang dianggap sebagai patokan kemudian TK lain mengikutinya.
20
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
b. Jika lift yang akan dipasang ada 2 (dua) buah atau lebih dan berjejer, perhatikan garis-garis sumbu ( center line) dari semua rel dalam satu garis dan harus tegak lurus dengan sumbu-sumbu kolom bangunan. Lihat gambar skema. c. Langkah berikutnya ialah pemasangan braket dari rel kereta dan sekaligus, bersamaan pada level sama braket dari rel bobot-imbang. Bidang muka braket telah lebih dulu digores dengan kapur tulis kemudian digores dengan paku tepat ditengah-tengah antara dua lubang murnya. Usahakan kawat lood hampir hampir bersinggung tepat dengan garis tersebut. d. Braket pertama dipasang pada posisi kira-kira 1.0 m dibawah lantai dasar. Ikut Ikut pemasangan braket-braket lain sampai kira-kira 0.3 m dibawah lantai kamar mesin. e. Giliran memasang rel, pindahkan dulu kawat lood ( plumbline plumbline) masih digaris sumbu rail arah mendekat, yaitu pada posisi 10 mm dimuka kepala rel. f. Pemasangan rel mulai dari bawah satu persatu disusun keatas. Gunakan slip clip dan kepingan shim pada waktu diikut dengan baut pada braket. Gunakan fish plate untuk menyambung rel satu dengan yang lain. Pilih kepingan shim
berbagai ukuran ketebalan agar permukaan kepala rel tepat berjarak 10 mm dari kawat lood . Gunakan klip pelurus rail. Gunakan “ rail-gauge” pada saat mengencangkan baut-baut. Catatan : 1. Jarak rentang braket boleh lebih pendek (lebih dekat) dari pada ketentuan dalam layout drawing. 2. Ujung-ujung satuan rail-rail sebelah kiri dan kanan harus beda, jika kiri male maka yang kanan harus female menghadap keatas (lihat gambar). 3. Rel-rel yang tidak lurus dan terpintir jangan sekali-kali digunakan. Harus dikirim dulu ke bengkel untuk diperbaiki.
21
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
BAB VII PINTU LANTAI
Pintu lantai atau landing entrances adalah komponen yang sering diklasifikasikan sebagai bagian dari ruang luncur, bukan bagian dari pesawat lift. Hal itu mungkin saja, jika pintu lantai lantai dari jenis jenis sederhana sederhana seperti seperti manual swing door . Bagaimanapun jika pintu lantai harus berfungsi sinkrun dengan operasi lift, oleh karena itu harus dipasang dengan presisi. Pintu lantai harus sama jenis dan dimensi dengan pitnu kereta yang berfungsi sebagai penggerak pintu.
Komponen pintu lantai, ialah: 1.
Daun pintu (door panel)
2.
Ambang pintu (door sill)
3.
Rangka pintu (door frame)
4.
Penggantung pintu ( hanger assembly)
5.
Kunci kait (interlock )
6.
Kusen Pintu ( jamb and header )
1.
Ambang Pintu Peletakan ambang pintu yang betul adalah kunci sukses pemasangan seluruh satuan pintu. Sill dapat dipasang bersamaan dengan memasang braket rel, dengan berpatokan pada 3 lembar kawat lood pada posisi khusus untuk itu lihat gambar. Seperti halnya rel, garis sumbu rel semua deretan lift-lift harus terletak pada satu garis, begitu pula semua sill dan deretan beberapa lift harus lurus dan sejajar, tegak lurus dengan as bangunan.
22
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
2.
Selanjutnya pemasangan tiang-tiang tegak rangka pintu dan besi siku, dibaut pada ujung-ujung kiri dan kanan sill, dan diangker ke dinding. Kemudian dipasang penggantung pintu pada bagian atas rangka.
3.
Penggantung pintu merupakan rakitan yang siap, terdiri dari rel ( track ) roda-roda penggantung, roda-roda tali penggerak, kunci kait dan excentric roller dan dan bandul pemberat yang memaksa pintu selalu menutup rapat (alternatif : menggunakan pegas).
4.
Penyetelan perlu dilakukan, yaitu : a. Excentric roller terhadap terhadap rel ( track ) bercelah 0,1 mm, lihat gambar. b. Celah dasar pintu terhadap permukaan kusen ( side jamb) maksimal 4 mm. c. Celah bidang daun pintu terhadap kusen ( side jamb) maksimal 4 mm. d. Pintu harus vertikal dengan penyetelan pada mur tiap-tiap roda penggantung. e. Pintu harus bertendensi menutup rapat. Caranya : pintu ditahan saat mau merapat pada jarak 7 cm, kemudian dilepas. Jika tidak mau rapat dengan sendirinya, maka pegas pada kunci kait perlu di setel.
5.
Kusen pintu terdiri dari sepasang side jamb dan header . Keduanya harus dirakit ditempat. Mula-mula side jamb dipasang dengan baut pada sill. Kemudian gunakan mistar siku agar posisi lintang dan bujurnya benar, dan segera matikan sementara dengan klem dan pasak, selanjutnya header dipasang. Kemudian kencangkan baut-baut dan braket-braket di las pada rangka bangunan. Catatan : Cara paling aman pemasangan sill dan seluruh entrance ditunda sampai landas kereta terpasang, maka sill kereta dapat dipakai sebagai patokan posisi-sill lantai. Jatuhkan kawat lood ( plumbline) 3 lembar tepat pada sisi pinggir sill pintu untuk patokan bagi sill lantai-lantai berikutnya yang lain, yang berjarak 30 mm (sebagai 23
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
running clearance). Cara lain, tanpa menggunakan tali lood ialah menggunakan
2 batang pengukur jarak antara rel dan sill ( sill distance gauge). Lihat gambar. Kedua cara tersebut biasanya untuk instalasi sampai setinggi 10 lantai saja. Lebih dari 10 lantai, pemasangan sill tidak dapat menunggu sampai rel terpasang. Tindakan hati-hati. 1. Mintakan nasehat kepada CM tinggi sill yang benar terhadap permukaan lantai bangunan ( finished / final) dan dipertegas terhadap “ level marking” pada dinding beton (dicat warna merah). Pernah kejadian sill yang telah terpasang sebanyak 4 x 10 lantai harus dibongkar semua karena posisi kurang tinggi sebesar 30 mm. 2. Perhatikan pada saat mengelas side jamb, perikan api las tidak merusak cat finish dari side jamb. Setelah jamb selesai terpasang harus segera dilindungi dengan kertas minyak atau bahan lain.
24
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
BAB VIII KERETA dan BOBOT IMBANG
1.
Rangka Kereta Rangka kereta terdiri dari : a. Cross head channel atau disebut “ car sling, yaitu rangka atas tempat tarikan oleh mesin dan dudukan sepatu luncur. b. Bottom channel, rangka bawah, tempat benturan buffe, (disebut safety plank ). ). c. Tiang tegak kiri, kanan (2 buah). ( up-right channels atau stiles). Ke empat bagian tersebut membentuk segi-empat kokoh dengan plat baja penguat pada sudut-sudutnya. Perhatikan pemasangannya tidak boleh tertukar posisi, karena telah diberi nomor kode oleh pabrik.
Bagian lain dari rangka ialah : rangka landas konstruksi besi siku merupakan bidang pendukung beban muatan. Rangka ini harus menyatu dengan rangka kereta dan batang pengencang silang ( brace) muka-belakang dan kiri-kanan. Lihat gambar. Prosedur pemasangan : a. Pasang “meja” konstruksi kayu di lantai bawah sebagai dudukan bottom chanel. Pasang bottom channel lurus, siku dan datar ( waterpas). Gunakan plumbob saat memasang upright channel. Kencangkan semua baut pada
rangka. b. Pasang pesawat pengaman ( safety block ) periksa batang tarik pasak pengaman apakah telah satu garis vertikal dengan tali governor . c. Pasang safety plank , yakinkan datar arah muka belakang dan arah kiri kanan, serta posisi center dengan garis sumbu rel ke rel. 25
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
d. Pasang platform diatas safety plank dengan dengan bantalan karet (4 buah) pada pojokpojoknya. Sisa muka platform telah dilengkapi oleh pabrik dengan car-sill. Gunakan shim untuk menyetel kerataan. Kemudian matikan dengan baut. e. Diatas platform dipasang bangunan badan kereta sesuai gambar petunjuk. f. Lakukan statis balance badan kereta setelah motor penggerak pintu terpasang. Kemudian badan kereta perlu ditahan dengan roller karet pada ujung atas dan upright channel (stiles), seolah-olah badan kereta bersender pada rangka kereta
dengan bantalan karet, lihat gambar. g. Terakhir dipasang roller guide atau pada cross head dan sepasang dibawah pada bottom channel.
2.
Bobot Imbang a. Gunakan tabel untuk menggantungkan menggantungkan rakitan rangka dan memasukan kedalam posisinya diantara rel-rel pemandu. b. Pasang roller guide atau sepatu luncur. c. Rangka diisi bobot ( fillerweight ) hanya sampai 50% dari kebutuhan sebenarnya. Kemudian ditarik ke lantai teratas dengan takel untuk maksud penyambungan tali baja tarik antara kereta dan bobot imbang. Lihat bab 9 tali baja tarik. Alternatif lain kereta ditarik ke lantai paling atas, sedangkan bobot imbang tetap dilantai terbawah.
26
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
BAB IX TALI BAJA (STEEL (STEEL WIRE ROPE) ROPE)
1.
Rangka kereta telah diangkat keatas dengan takel. Posisinya rata dengan lantai teratas. Bobot imbang ada dilantai terbawah posisinya berjarak 41 cm dari ujung atas penyangga pegas (untuk lift berkecepatan 60 m/m) lihat daftar runby pada pelajaran pemeriksaan uji coba. Siapkan gulungan ( reel) tali baja pada lantai teratas, tarik ujungnya ke roda puli, kemudian tarik turun secukupnya sampai tempat ikatan pada rangka bobot imbang. Pada ujung tali tersebut telah dipasang lebih dahulu soket ( thimble rod ). ). Tindakan hati-hati : a. Tali baja harus diikat dengan kawat pada dua tempatnya sebelum dipotong, untuk menghindari lilitan/pintalan terurai/terlepas. b. Usahakan pada waktu menarik tali jangan sampai terjadi tekukan ( kinking), menjadikan tali tersebut cacat. c. Jika tali baja dalam gulungan (reel), maka pada roda gulungan dipasang balok kayu tirus dibawahnya sebagai rem, untuk menghindari berat tali yang terulur diruang luncur menyebabkan gulungan berputar tanpa kendali (lihat gambar jarak-jarak jarak-jarak pengikatan pengikatan kawat kawat pada ujung-ujung ujung-ujung tali dan dan cara pengika pengikatanny tannya). a).
2.
Cara pengikatan baut ( socketing) Yang dibicarakan disini ialah cara pengikatan yang paling populer yaitu dengan thimble rod . Sifat khas thimble rod ialah ialah bentuk pot yang tirus.
a. Masukkan ujung tali yang baru dipotong kedalam pot dari lubang ujung bawah. b. Buka dua ikatan kawat. c. Tekuk kedalam lilitan-lilitan lilitan-li litan yang telah terurai. 27
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
d. Tarik tali sehingga lilitan yang telah tertekuk sepenuhnya masuk ke pot, dan ikatan kawat nampak pada bagian luar pot. e. Tuang timah hitam ( babbit ) panas dan cair kedalam pot dari atas. Ujung tekukan harus kelihatan (tidak tenggelam semua dalam timah) sebagai syarat pemeriksaan oleh inspektur. Timah cair tidak boleh terlalu panas, menyebabkan struktur baja dari tali rusak, dan melemahkan kekuatannya sampai 10%.
28
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
BAB X MESIN TRAKSI
Pemasangan mesin traksi mencakup pemasangan batang profil baja pendukung mesin, peletakan mesin pada posisinya dan penyetelan posisi roda penyimpang, jika posisi bobot imbang berubah oleh sebab keadaan lapangan.
1.
a. Batang profil baja pendukung ( machine supporting beams) dapat dipasang diatas permukaan lantai kamar mesin, jika beton lantai tersebut telah terlanjur dicor. Jika lantai beton belum dicor, batang profil dipasang lebih dulu pada posisi dibagian bawah lantai. Hanya sebagian kecil termasuk flens atas dari profil (INP) tersebut yang ikut masuk menjadi satu dengan beton lantai. Lihat gambar . b. Posisi dan jarak-jarak batang profil baja harus sesuai dengan gambar tata letak peralatan kamar mesin. Prosedur pemasangan sebagai berikut : Pasang lebih dulu satu batang sebagai patokan ( king beam) bagi dua batang (batang-batang) lainnya. Pastikan dengan perhitungan, jarak-jarak as tengah batang terhadap titik berat kereta, atau garis sumbu rel kereta, sesuai gambar. Gunakan tali lood ( plumbline). Cermatkan posisinya sampai tali lood tenang (tidak goyang), jatuh tepat digaris as atau titik pusat berat ( central of gravity). Gunakan shim untuk menyetel kerataan, kemudian matikan (dilas) ke struktur bangunan. Ikuti pemasangan batang-batang lain merujuk pada posisi batang king beam tadi.
c. Ujung batang duduk pada balok struktur bangunan dengan dilandasi oleh plat baja (bed plates). Hal ini untuk mengurangi tekanan terhadap struktur 29
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
bangunan sebelum dilakukan pengecoran beton lantai, dipasang pocket atau pipa-pipa pada posisi lubang-lubang tempat lalu, tali tarik, tali governor, selector tape dan kabel riser ( raceways) yang berasal dari ruang luncur. d. Sebagai patokan tinggi batang baja dari profil INP minimal satu per sepuluh (1/10) dari jarak bentangannya, untuk mencegah lendutan dan getaran. Contoh : Jika jarak bentangan balok dari muka ke belakang 2,0 meter, maka gunakan profil INP 20. Tindakan hati-hati : Saat penanganan dan penempatan batang-batang baja pendukung, senantiasa mengandung resiko batang tersebut terjatuh. Oleh karena itu ruang luncur harus dikosongkan dan hentikan semua kegiatan sementara waktu.
2.
a. Penempatan Mesin (machine setting) Setelah umur beton lantai mencapai 10 hari, dimulai pelaksanaan penempatan mesin, didudukan pada posisinya, sesuai gambar tata letak. Yang dimaksud dengan mesin disini ialah termasuk kesatuan dengan motor listrik penggerak, tabung rem, dan roda-penyimpang ( deflector sheave), duduk pada satu bedplate yang kokoh. Alignment atas poros ( shaft ) motor mesin sudah di set dipabrik. b. Posisi roda penyimpangan ( deflector sheave) harus disetel dilapangan, menyesuaikan posisi bobot imbang, agar tepat vertikal plumb (lood ) dengan titik beratnya. Gunakan tali lood ( plumb line) untuk memastikan posisi roda puli, siku terhadap garis sumbu rel, dan ujung keluar tali baja dan puli tepat vertikal plumb dengan titik berat kereta. Jika tidak digunakan roda penyimpang, maka ujung lain dari puli harus tepat vertikal diatas titik berat bobot imbang (Diameter puli sama dengan jarak antara garis-garis sumbu kedua pasang rel). 30
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
Jika diameter puli lebih kecil dari pada jarak garis-garis sumbu kedua pasang rel (rel kereta dan rel bobot imbang), maka terjadi “ off set ” antara kedua titik berat beban terhadap garis tarikan tali baja. Lihat gambar 10.2. c. Off set diperkenankan maksimal 1 : 20. Contoh : Diameter puli 600 mm. Jarak sumbu rel kereta ke rel bobot imbang = 800 mm, selisih 200 mm, atau masing-masing tali off set 100 mm. Saat kereta berhenti dilantai teratas, panjang tali penggantung antara roda puli dan soket di sling kereta = 4200 mm, maka off set = 100 : 4200 = 1 : 42 lebih kecil dari ketentuan maksimal 1 : 20. Off set sebaiknya dihindari karena mengurangi efisiensi motor (walaupun kecil) dan terutama karena mempercepat keausan sepatu luncur dari kereta dan bobot imbang. d. Gunakan takel (chain block ) atau hoisting beam dengan troli angkat, dan dongkrak
( jack )
untuk
meringankan
pekerjaan,
saat
mengangkat
/
memindahkan mesin. Gunakan shim pada bagian bawah bantalan karet peredam, agar mesin duduk horisontal ( waterpas). Bantalan karet peredam harus dipasang minimal berjumlah 4 buah, pada sudut bedplate. Jika digunakan deflector sheave, maka perlu dipasang satu lagi bantalan karet dengan kick-plate untuk menahan gaya reaksi horisontal. Lihat gambar Tindakan hati-hati Demi keselamatan, periksa alat-alat pengangkat seperti takel ( chain block ), ), hoist, dongkrak ( jack ) besi kait / beam pada atap dak kamar mesin, agar yakin berfungsi sebagaimana mestinya.
31
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
Jika ragu-ragu atas kekuatan besi kait yang disediakan oleh kontraktor utama, mintakan nasehat atau konfirmasi tertulis kepada CM, Kenyataan besi kait dapat patah saat mengangkat mesin, mengakibatkan kecelakaan.
32
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
BAB XI PENGAWATAN ( FIELD FIELD WIRING) WIRING) 1.
Instalasi kawat / kabel listrik adalah bagian dari instalasi lift keseluruhan. Istilah “ field-wiring” mempunyai arti luas, yaitu seluruh pekerjaan sistem kelistrikan yang harus dipasang oleh teknisi lapangan termasuk kanal-saluran kabel (troughing, trunking atau ductwork, konektor, pulboks, junction boks, braket , sadel, klem, pipa-pipa dan flexible (piable) conduit . Pekerjaan pemasangan instalasi kawat listrik dibagi menjadi sebagai berikut : a. Pengawatan di kamar mesin b. Pengawatan di ruang luncur (raceways) c. Instalasi kabel lari (travelling cables) d. Pemasangan tombol-tombol sinyal dan indikator posisi ( fixtures) e. Kabel tenaga dan MCB Instalasi pengawatan tersebut bermuara pada controller, interkoneksi sesuai dengan daftar panduan dari pabrik dan gambar straight wiring diagram. Pemasangan harus mengikuti peraturan yang berlaku termasuk PUIL.
2.
Aturan Umum a. Pipa saluran kawat (konduit) sedapat mungkin lurus, minimal sepanjang 4,0 m. Tiap-tiap jarak tersebut dipasang kotak inspeksi. b. Tekukan konduit sebaiknya dua kali saja, dalam satu batas jarak kotak inspeksi. c. Tekukan siku hanya pada ujung kawat keluar, dan/atau masuk kotak saklar. d. Saluran lemas ( flexible conduit ) hanya untuk ujung akhir, dimana kawat listrik disambung ke alat / aparatus atau lokasinya yang sulit dijangkau atau selalu bergetar atau perlu penyetelan. 33
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
e. Saluran kanal (trunking troughing) lebih baik digunakan untuk sejumlah kawat atau kabel dari pada menggunakan beberapa saluran pipa atau konduit. Konduit menghubungkan saluran kanal dengan bagian alat, dengan sambungan konektor khusus. f. Konektor berupa locknut sehingga sehingga hubungan konduit dan kanal kencang. g. Braket digunakan untuk memasang saluran kanal pada dinding. Sadel digunakan untuk memasang konduit pada jarak-jarak tertentu. h. Kapasitas kanal dan konduit harus longgar minimal mini mal 40% (60% (60 % untuk menampung luas penampang kabel). Lihat tabel kabel PVC dengan ukuran konduit yang sesuai. TABEL : Kapasitas Pipa saluran listrik (konduit) Ukuran Kabel
Ukuran diameter konduit (cm)
Total penampung (mm2) 1,0
Jumlah kawat diameter (mm) 1 - 1.13
2,0
1,5 2,5
1 - 1.38 7 - 0.5 1 - 1.78
10 10 8
17 16 13
31 28 24
-
-
4
7 - 0.85
5
9
16
-
-
6
7 - 1.04
4
7
12
-
-
10
7 - 1.35
2
4
7
-
-
16
7 - 1.70
-
3
5
8
15
25
7 - 2.14
-
2
3
5
10
12
34
2,5 3,2 3,8 Jumlah kabel yang diizinkan Instalasi dengan PVC 19 33 -
5,1
-
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
Tindakan hati - hati a. Yakinkan kabel-kabel dalam kanal dan konduit lurus tidak gelombang atau keriting. b. Gunakan pelumas pada saat kawat menekuk menekuk dalam konduit siku atau elbow. c. Gulungan kabel panjang (reel) harus dilengkapi rem, pada waktu menarik kebutuhan kabel. Begitu kabel ditarik dari rel, langsung ditandai kode. d. Sekrup harus menghadap keluar dari kanal, sehingga tidak mengganggu jalannya jalannya penarikan penarikan kabel. kabel.
3.
Persiapan Sebelum mulai pekerjaan, pelajari gambar yang disediakan oleh produsen, yaitu : a. Diagram garis tunggal ( straight wiring diagram). b. Diagram susunan pengkabelan ( wiring arrangement drawing). Pelajari keadaan ruang luncur dan kamar mesin. Buat gambar ke-3 yaitu perencanaan lokasi larinya kanal sepanjang ruang luncur ( raceways), juga konduit junction box, dan sebagainya. Sebaiknya persiapkan material yang diperlukan
berlebih 10% sebagai cadangan. Selama pelaksanaan pekerjaan ducting dan konduit, gantungkan kabel yang diperlukan dari lantai teratas, terurai sampai bawah untuk membebaskan kabel (juga travelling cable) dari lekukan-lekukan akibat penyimpanan terlalu lama. Berkas kabel diikat dengan cable ties dibeberapa tempat (tiap-tiap jarak + 2,5 cm) dan diikatkan agar kabel tidak tegang. Semua kawat punya nomor kode, memudahkan penyambungan pada terminal di controller.
4.
Penyambungan Kabel kontrol dari kereta bermuara di junction box (dibawah landas atau diatas atap kereta) disambung dengan travelling cable dan lari ke junction box. Kemudian dari junction box disambung ke terminal di kontroler. 35
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
Hubungkan kabel antara kontroler dengan motor mesin tarik. Hubungkan kabel antara kontroler dengan governor. Hubungkan kabel antara kontroler dengan tombol-tombol, indikator, sinyal dan kontak-kontak pintu ( raceway connection). Pasang kabel tenaga antara kontroler dengan panel distribusi MCB. Lihat daftar besaran arus (ampere) saat beban penuh sebagai patokan ukuran penampung kawat. Catatan : Kanal saluran kawat dikamar mesin sebaiknya ditanam dibawah permukaan lantai, sehingga tutup kanal sama rata dengan permukaan lantai. Cara lain, jika lantai telah dicor, maka kanal dipasang diatas permukaan, yaitu sepanjang tepi-tepi dinding, untuk menghindari orang tersandung. Trunking arah vertikal dimulai dekat dengan aparatus sampai terminal box setinggi + 2,0 m, dan dilanjutkan dengan dengan flexible conduit .
36
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
BAB XII PEMERIKSAAN
1.
Pendahuluan Sebelum melaksanakan langkah-langkah percobaan untuk menjalankan lift, setelah lift tersebut selesai terpasang, perlu diperiksa secara fisik oleh supervisor agar yakin bagian-bagian komponen telah terpasang dengan benar. Pemeriksaan harus dilakukan bersama kepala regu pemasang dan pertanyaanpertanyaan yang timbul harus dijawab kepala regu secara jujur. Umumnya kebersihan pada bagian-bagian yang bergerak sangat dituntut diantaranya alur pada ambang pintu ( door sill) dimana sepatu pintu bergerak, sepatu pemandu rel, teromol (tabung) rem dan motor perlu disemprot dengan blower. Lift digerakkan dengan engkol, setelah rem dibuka, untuk meyakinkan rotor bergerak bebas tanpa suara. Pada saat itu terasa perbedaan tenaga mengengkol keatas dengan mengengkol ke bawah. Sebaiknya kereta kosong dan bobot imbang kira-kira sama berat, sehingga tidak terasa beda mengengkol keatas maupun kebawah. Dalam praktek mula-mula pada bobot imbang tidak diisi penuh dengan “ filler weight ” sehingga diperoleh keseimbangan kereta kosong dengan bobot imbang. Hendaknya alat komunikasi atau interphone telah terpasang dan berfungsi dengan baik selama melakukan testing.
37
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
2.
Prosedur Mekanis a. Static balance. Setel keseimbangan dudukan kereta diatas platform frame dengan memasang
counter
balance
weight . Jika pekerjaan ini telah
dilaksanakan pada saat memasang atau merakit bangunan kereta dan motor penggerak pintu, maka tinggal mengencangkan steadying braket dengan dengan rollerrollernya. Kemudian setel sliding guide shoe atau roller guide. Yakinkan roller guide tidak harus menekan pada rel pada saat kereta dalam keadaan kosong (dan telah balance). Check dengan menyuruh seorang masuk kereta berdiri diujung belakang, maka roller depan-atas akan menekan rel, begitu pula pada roller belakang-bawah. Suruh dia berdiri ditengah-tengah kereta, maka semua roller akan bebas dapat diputar (dengan tenaga ringan). b. Periksa semua pintu-pintu lantai, yaitu gerakan bebas buka tutup tidak bergetar. Periksa kunci kait ( door interlock ) dimana kaitnya akan masuk dengan sendirinya karena tekanan pegas, tanpa didorong (pada saat posisi pintu 5 cm mau merapat). Jika pintu bergetar, periksa dan setel excentric roller , dan door hanger roller serta serta bersihkan dan lumasi. Jika cacat harus diganti dengan yang
baru. Toleransi excentric roller dengan bagian bawah rail penggantung tidak boleh lebih dari 0,1 mm. Gunakan feetergauge. c. Periksa pesawat penggerak pintu pada kereta ( door closer linkages) lumasi pen-pennya, setel posisi motor penggerak. Setel pengungkit ( retiring cam) posisi vertikal-nya dan juga horizontalnya. d. Periksa pesawat-pesawat pengaman (kiri dan kanan) posisi harus center. Bajibaji (pasak) dapat bergerak bebas dalam rumahnya dan bergerak serempak pada kiri dan kanan bersama-sama. 38
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
e. Setel tegangan tali baja semua lembar harus seragam, yaitu pada sisi kereta dan pada sisi CWT, kemudian kencangkan mur kedua ( counter nut ) dan pasang cotter pin atau splitpen. Ulangi penyetelan tegangan sekali lagi setelah kereta
dijalankan beberapa kali naik turun, karena kemungkinan sekali tegangan talitali berubah.
f. Periksa jarak luang lari (runby) dari kereta sebesar 23 cm. Periksa luang lari CWT sebesar 23 cm ditambah kemuluran tali baja minimal 0.5%. Jika jarak lintas lift (rise) sebesar 40 m panjang tali baja + 50 m, maka dapat diperkirakan tali tersebut akan mulur sepanjang 3 cm. Maka luang lari CWT sebaiknya disetel 26 cm atau lebih sedikit. g. Lumasi rel pemandu ( guide rails) kecuali jika digunakan roller guide dengan ban karet, maka rel harus bersih dan kering dari minyak. h. Pasang label pada cross head channel. Contoh label tersebut seperti terlampir. Pasang label instruksi dan peringatan penumpang didalam kereta. i. Setel tegangan tali pengaman ( governoor rope) dengan menambah bobot dibawahnya roda penegang (tension sheave) di pit. Lumasi poros dari roda tersebut.
3.
PROSEDUR URUTAN UJI COBA a. Periksa sambungan-sambungan kabel listrik sumber tenaga 3 Phase (R,S,T) pada panel utama, dan yakinkan tegangan line to line seimbang 380 V. Periksa besaran nilai breaker MCB/NFB atau sekering ( fuses) sesuai dengan ketentuan. Catatan : toleransi voltage maksimal hanya hanya + 5%.
39
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
b. Periksa pemasangan arde (earthing) pada motor lift, panel utama, governor dan pada kereta lift. c. Uji tahanan isolasi dari kumparan 3 Phase motor lift, dengan megger, megger, minimal 0.5 mega ohm. d. Isi atau tuangkan minyak pelumas untuk gear box mesin dan minyaki rumah bantalan ( bearing) mesin dengan minyak pelumas yang sesuai. e. Buka dan lumasi mekanis rem mesin bersihkan sedapat mungkin dan kemudian disetel. Rem dicoba dengan tenaga listrik, yakinkan dapat membuka dan menutup. f. Coba putaran motor, tanpa beban, untuk memastikan arah putaran, sesuaikan dengan relay, untuk arah naik dan turun. Bobot CWT kira-kira seimbang dengan kereta kosong.
g. Periksa rangkaian kontak pengaman listrik seutuhnya yang yang terdapat dalam R/L, yaitu final limit switch, stopping switch, rope tension sheave switch, dsb. Kemudian pengaman kontak pada kereta, seperti inspection, emergency exit , stopping switch, emergency stop switch (ES ), ), broken tape switch (TES ), ), safety linkage switch (SOS ). ). Periksa kontak keamanan pada mesin dan pada governor overspeed cutoff switch (SO), dan terakhir semua door-contact dan gatecontack pada pintu kereta. Semua kontak berfungsi dengan baik yaitu dapat
memutuskan arus dimana diperlukan dan secara normal dapat sempurna mengantar arus tenaga listrik.
h. Fungsikan tombol-tombol “ inspection mode” yang terdapat diatas atap kereta lift. Pastikan tombol dilengkapi dengan pegas dan hanya bekerja jika ditekan terus menerus baik untuk turun, maupun untuk naik. 40
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
i. Sekarang seorang diatas atap kereta dapat mulai jalankan lift dengan menggunakan tombol-tombol inspection tersebut pada point 2.8. Jalankan lift beberapa saat dulu, naik dan kemudian turun. Perhatikan bila ada bagianbagian kereta yang terganggu atau suara-suara yang aneh. Hubungi rekan kerja yang ada di kamar mesin dengan intercom atau walkie-talkie, apakah semua peralatan berjalan normal. j. Setel ( adjust) posisi slow-down switch, limit switch, final cutoff switch dengan posisi sesuai petunjuk dan ketentuan, yaitu pada saat kereta berada dilantai teratas dan lantai terbawah. k. Pasang bendera metal ( metallic vane) di R/L dari atas kereta dan setel jarak jarak badan inuction switch sesuai dengan dengan ketentuan ketentuan pabrikan pabrikan untuk setiap pintu/lantai perhentian, satu per satu berturut - turut. l. Pasang proximity switch pada crosshead diatas atap kereta lift dengan jarak terhadap vane maximum 10 mm atau sesuai dengan ketentuan pabrikan. m. Fungsikan motor penggerak pintu kereta, dan coba buka dan tutup. Kemudian fungsikan safety shoe, setel microswitch sampai kerja pintu membuka kembali dengan memuaskan. Fungsikan light ray atau photocell. Setel buka tutup secara otomatis. n. Jalankan kereta dan berhenti pada posisi ditengah-tengah R/L. Sekarang rubah saklar “inspection mode” menjadi normal mode (automatic). Seorang didalam kereta mencoba car call. Seorang dikamar mesin mengamati controller . Lakukan penyetelan aselerasi dan decelerasi untuk long run dan juga untuk short run dan “one floor flight ”. ”.
41
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
o. Lakukan penyetelan leveling pada tiap-tiap lantai dengan lift kecepatan normal, yaitu perhentian jika lift turun, dan ulang perhentian jika lift naik. p. Fungsikan semua tombol panggilan lantai ( hall call). Juga indicator , hall lantern dan arrival chime (jika ada) pada semua lantai.
q. Fungsikan load detector switch ada di bagian platform, intercom, alarm bell, dan emergency lighting serta sinyal-sinyal yang termasuk dalam kontrak.
4.
UJI COBA PESAWAT PENGAMAN a. Lakukan uji coba dropped test , yaitu dalam keadaan kereta turun, rahang governor dilepaskan (dengan cara melepaskan kaitnya secara manual). Perhatikan pesawat pengaman kiri dan kanan bekerja serempak. Ukur jarak kemerosotan kereta saat mulai pasak menggigit sampai berhenti. Periksa jarak kemerosotan dengan daftar yang diizinkan. Jika perlu setel tekanan pegas pada governor dan pesawat pengaman. Periksa posisi lantai platform dengan waterpas. Kemiringan tidak boleh lebih dari 5%.
b. Uji coba Rem motor Beban kereta dengan test weight sampai sampai 125% dari kapasitas lift. Jalankan lift menurun dengan kecepatan penuh sesuai kontrak. Matikan sumber tenaga listrik saat lift sedang melaju. Perhatikan lift berhenti diam, atau merosot. Jika ragu-ragu maka pintu dibuka dan seorang masuk kedalam kereta. Seharusnya lift tetap diam (tidak bergerak). Jika perlu ulangi sekali lagi pengujian tersebut diatas dengan mematikan sumber tenaga listrik saat kereta mendekati lantai terbawah dan berangkatnya dari lantai teratas. Hal ini perlu jika motor lift dilengkapi dengan roda gila ( fly wheel). Harus ada waktu mulai saat rem
42
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
bekerja sampai kereta berhenti total untuk menghindari kejutan, minimal 3 detik. c. Pengujian overbalance. Pada point 2.6 disebutkan bahwa bobot imbang (CWT) masih kira-kira seimbang dengan kereta kosong. Sekarang tiba saatnya bobot imbang diisi tambahan beban agar seimbang dengan kereta yang dimuati beban sebesar 45% overbalance. (Jika kapasitas lift 1000 kg, maka kereta dimuati 450 kg).
Jalankan lift naik turun dan ukur arus listrik pada kawat umpan. Setel (tambah atau kurangi) beban pada bobot imbang sampai diperoleh arus tersebut sama besar saat lift jalan dengan kecepatan normal naik maupun turun. Catatan :
Pastikan bahwa interior kereta tidak dirubah dengan menambah
beban seperti marmer. d. Pengujian langkah peredam ( buffer stroke) kereta dimuati penuh sesuai kapasitas kontrak dan dibiarkan merosot sampai menekan peredam dengan cara men-jumper stopping contact dan limit switch. Setelah kereta kembali merata dengan lantai, peredam hidrolis harus mampu mendorong kembali toraknya ke posisi normal. Uji coba pada a, b dan d sebaiknya disaksikan oleh pihak yang berwenang yaitu pegawai pengawas dari Depnaker dan juga wakil dari Construction Management (CM).
43
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
Lampiran - 1
URAIAN TUGAS ( Job Job description) description)
• SUPERVISOR
A.
Syarat-syarat minimum 1. Pendidikan
: STM atau Politeknik bagian mesin atau listrik
2. Kursus tambahan : Training khusus dan management lapangan. 3. Pengalaman
: 6 (enam) tahun pengalaman kerja, termasuk 2 tahun kerja dilapangan sebagai Charge hand (kepala regu)
B.
Bawahan yang dipimpin 1. Kepala Regu ( charge hand ) 4 sampai 6 2. Teknisi mekanik ( fitter ) 3. Teknisi listrik ( wireman) 4. Adjuster
C.
Tugas pokok Bertanggung jawab atas penyelesaian tugas pemasangan (instalasi) lift, testing dan adjusting dengan mutu standard, tepat waktu dan sesuai anggaran.
D.
Tugas terperinci 1. Menelaah jadwal waktu yang dijatahkan. 2. Mengawasi tahapan-tahapan kerja secara berkala. 3. Mengatur pertemuan dengan pihak lain atau mengikuti rapat berkala. 4. Mengatur persiapan lapangan proyek 5. Mengikuti prosedur administrasi proyek 44
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
6. Memberikan motivasi dan bantuan kepada bawahan (pengetahuan, metode dsb) 7. Tanggap atas kemungkinan jadwal tidak tercapai dengan membuat laporan kepada
atasan (mendeteksi adanya rintangan). 8. Memecahkan persoalan / kesulitan yang dihadapi bersama-sama dengan bawahan
dan atasan. 9. Mencatat jumlah manhour, menentukan efficiency hasil kerja dan membuat
evaluasi untuk perbaikan efficiency. 10. Tanggap atas metode kerja yang perlu disempurnakan.
•
KEPALA REGU ( chargehand )
A.
Syarat minimum 1. Pendidikan
: STM bagian mesin atau listrik
2. Kursus tambahan : Training khusus 3. Pengalaman
B.
: 3 Tahun pengalaman kerja lapangan memasang lift
Bawahan yang dipimpin 1. Teknisi mekanik ( fitter ) 2. Teknisi listrik ( wireman)
C.
Tugas pokok : Seorang kepala regu adalah senior mekanik yang berbakat dan berpengalaman dan dapat diandalkan. Disamping ikut bekerja juga bertanggung jawab memimpin bawahannya 3 sampai 7 orang, menyelesaikan tugas pemasangan.
45
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
D.
Tugas terperinci : 1. Melakukan persiapan : mempelajari gambar layout, gambar teknis pemasangan,
daftar barang, spesifikasi lift dan jatah waktu penyelesaian. 2. Mempersiapkan kondisi lapangan. 3. Menyusun kebutuhan tenaga kerja sesuai besarnya proyek dan jatah waktu. 4. Mengecek struktur bangunan R/L kalau-kalau ada yang menyimpang dan
mungkin dapat berpengaruh atas proses pemasangan. 5. Sewaktu-waktu lapor dan berunding dengan atasan untuk pemecahan persoalan,
kesulitan dan sebagainya. 6. Mengecek barang kemungkinan salah kirim, rusak, atau kurang lengkap
(keterlambatan dan sebagainya). 7. Membimbing dan mendidik bawahan. 8. Menjaga keselamatan, mengikuti aturan prosedur kerja, mengevaluasi dan
membuat usulan. •
TEKNISI MEKANIK
A.
Syarat-syarat minimum
B.
1. Pendidikan
: STM bagian mesin
2. Latihan
: Orientasi
3. Pengalaman
: 3 Tahun dilapangan sebagai helper-mekanik pemasang lift.
Bawahan yang dipimpin. Seorang Helper
C.
Tugas Pokok Bertanggung jawab atas pelaksanaan semua pemasangan lift.
46
kegiatan
mekanikal
dalam
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
D.
Tugas-tugas terperinci : 1. Menyelesaikan pekerjaan sesuai prosedur instalasi yang digariskan. 2. Mengecek barang yang harus dipasang, tersedianya barang yang akan dipasang
dan bahan pembantu, peralatan dan perkakas. 3. Menempatkan dan merapikan barang yang akan dipasang agar memudahkan
proses pemasangan. 4. Bekerja sama dengan teknisi listrik dalam mengatur pemasangan bagian-bagian
tertentu. 5. Turut menjaga keamanan dan keselamatan lingkungan (tanggap). 6. Bertanggung jawab atas alat perkakas yang dipakai diproyek.
•
TEKNISI LISTRIK
A.
Syarat-syarat minimum
B.
1. Pendidikan
: STM bagian listrik
2. Latihan
: Orientasi
3. Pengalaman
: 3 Tahun dilapangan sebagai helper mekanik atau listrik.
Bawahan yang dipimpin. Seorang Helper
C.
Tugas Pokok Bertanggung jawab atas pelaksanaan semua kegiatan perlistrikan dalam pemasangan lift.
47
Metode Pemasangan Lift dan Eskalator
D.
Tugas terperinci 1. Menyelesaikan pekerjaan sesuai prosedur instalasi yang digariskan. 2. Mempersiapkan kabel listrik ( wire harness) 3. Memasang saluran-saluran kabel ( cable throwing) 4. Mengecek barang yang akan dipasang, termasuk jumlah persediaannya dan
kesesuaian dengan spesifikasi. 5. Bekerja sama dengan teknisi mekanik dalam mengatur pemasangan bagian-bagian
tertentu. 6. Turut menjaga keamanan dan keselamatan lingkungan (tanggap) dan bertanggung
jawab atas atas alat perkakas perkakas dan dan instrumen instrumen yang yang dipakai. dipakai.
•
A.
B.
HELPER
Syarat-syarat minimum 1. Pendidikan
: STM bagian mesin atau listrik
2. Latihan
: Orientasi
3. Pengalaman
: 1 Tahun dilapangan
Tugas Pokok Membantu teknisi mekanik atau teknisi elektrik menyelesaikan tugas-tugas dalam rangka pemasangan lift.
D.
Tugas-tugas lain 1. Membantu pekerjaan lain yang ditugaskan oleh atasan. 2. Menjaga keamanan barang dari kerusakan dan lain-lain. 3. Turut menjaga keamanan dan keselamatan diri sendiri dan lingkungan. 4. Menjaga keamanan alat-alat perkakas proyek.
48