PROPOSAL PENELITIAN
PENGARUH MODEL GUI GUI DE D DISCOVE DISCOVE RY BELAJAR KIMIA LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA KONSEP LAJU REAKSI
(quasi eksperimen di SMAN 4 Pagaralam)
Disusun Oleh: Anadia Mutiara 06101381320008
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG 2016
Proposal Penelitian
Page 1
Anadia Mutiara Mutiara 06101381320008
GUI DED DI SCO SCOVERY PENGARUH MODEL GUI BELAJAR KIMIA SISWA PADA LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA KONSEP LAJU REAKSI
(quasi eksperimen di SMAN 4 Pagaralam)
PENDAHULUAN 1.
Latar Belakang Masalah
Pengertian pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Banyak sekali permasalahan pendidikan di negeri kita ini, salah satu masalah yang dihadapi di dunia pendidikan saat ini adalah masalah proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran saat ini siswa diarahkan untuk menghafal informasi, siswa dipaksa untuk mengingat serta menimbun informasi tersebut, jadi siswa hanya menampung apa yang guru sampaikan tanpa mengetahui kegunaan dari informasi tersebut dalam dala m kehidupan sehari-hari. sehari-hari. Dalam setiap proses pembelajaran pada mata pelajaran apapun guru lebih banyak mendorong agar siswa dapat menghafal dan menimbun sejumlah materi pelajaran. Apabila hal ini diterapkan pada mata pelajaran science pelajaran science maka anak tidak dapat mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis dan sistematis, karena proses pembelajaran berpikir tidak digunakan secara baik dalam setiap proses pembelajaran di dalam kelas. Lemahnya proses pembelajaran pembelajaran yang dikembangkan dikembangkan guru merupakan salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita. Proses pembelajaran yang dikembangkan guru tidak sesuai dengan dengan
rambu-rambu yang yang ditentukan
standar proses pendidikan yang diatur dalam peraturan pemerintah No.19 Tahun Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 6 yaitu
“Standar proses “Standar proses pendidikan adalah standar
nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu
Proposal Penelitian
Page 2
Anadia Mutiara Mutiara 06101381320008
satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan”. Beberapa hal yang harus digaris bawahi dari peraturan pemerintah No.19 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 6. Pertama, standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan, yang berarti standar proses pendidikan dimaksud berlaku untuk setiap lembaga formal pada
jenjang pendidikan tertentu
dimanapun lembaga pendidikan itu berada secara nasional. Seluruh sekolah seharusnya melaksanakan proses pembelajaran seperti yang dirumuskan dalam standar proses pendidikan ini. Kedua, standar proses pendidikan pendidikan berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran, yang artinya standar proses pendidikan berisi tentang bagaimana seharusnya proses proses pembelajaran berlangsung. Standar Standar proses pendidikan dimaksud dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam pengelolaan pembelajaran. Ketiga, standar proses pendidikan diarahkan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Dengan demikian standar kompetensi lulusan merupakan sumber atau rujukan utama dalam menentukan
standar
proses
pendidikan. Karena itu, sebenarnya standar proses pendidikan bisa dirumuskan 3 dan diterapkan manakala telah tersusun standar kompetensi lulusan .Standar proses
pendidikan
dalam
sains
sendiri
adalah
bagaimana
seseorang
memperoleh pengetahuan pengetahuan tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan penguasaan kumpulan pengetahuan pengetahuan yang berupa berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. penemuan. Pendidikan sains di SMA/MA diharapkan menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek prospek pengembangan pengembangan lebih 4 lanjut dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari . Salah satu bidang studi yang ada pada sains adalah kimia. Kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana gejala-gejala alam; khususnya yang berkaitan dengan komposisi, struktur, transformasi, dinamika dan energetika zat. Oleh karena itu, bidang studi kimia di SMA/MA mempelajari segala tentang zat yang yang meliputi tentang komposisi, struktur, sifat,
sesuatu
transformasi,
5 dinamika dan energetika zat yang melibatkan penalaran dan keterampilan . Ilmu kimia termasuk pelajaran yang dianggap sulit, karena beberapa materi yang
Proposal Penelitian
Page 3
Anadia Mutiara Mutiara 06101381320008
dipelajari bersifat abstrak. Hal ini
senada dengan riset yang dilakukan oleh
Purwanti dan Arista Nisa dengan judul Pembelajaran Kimia Berbasis Literasi Sains dan Teknologi pada Materi Pokok Laju Reaksi yang menunjukkan bahwa permasalahan pembelajaran kimia sebagai bagian dari sains, yang sampai saat ini belum mendapat pemecahan secara tuntas adalah adanya anggapan pada diri siswa bahwa pelajaran ini sulit dipahami dan dimengerti. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan suatu strategi pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran kimia. Pembelajaran merupakan proses interaksi baik antara manusia dengan manusia ataupun antara manusia dengan lingkungan. Proses interaksi ini diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam rangka inilah standar proses pendidikan dikembangkan. Melalui standar proses pendidikan setiap guru dapat mengembangkan proses pembelajaran sesuai dengan ramburambu yang ditentukan. Model-model pembelajaran yang berkembang dalam pendidikan formal (kelas) baik dasar maupun perguruan tinggi cenderung
kurang kondusif.
Sistem penyampainnya lebih didominasi oleh guru yang gaya mengajarnya cenderung bersifat otoriter dan instruktif, dan proses komunikasinya satu arah. Guru yang memegang kendali,
memainkan peran aktif sementara siswa
menerima secara pasif informasi keterampilan dan pengetahuan. Situasi ini bertentangan dengan prinsip student centered yaitu siswa yang menjadi pusat pembelajaran atau siswa lebih aktif dalam memperoleh pengetahuan. Guru-guru kurang atau tidak memberi peluang dan kebebasan kepada siswa yang mengungkapkan pendapatnya sehingga siswa
cenderung menjadi pasif.
Kreatifitas dan kemandiriannya mengalami hambatan dan bahkan tidak 6 berkembang . Pemilihan model pembelajaran yang menyangkut metode dan pendekatan pembelajaran merupakan hal penting yang harus diterapkan oleh guru agar memperoleh hasil yang optimal. Pemilihan model yang mencakup metode dan pendekatan hendaknya dapat melibatkan siswa secara aktif, baik secara fisik, intelektual dan emosionalnya dalam belajar. Dalam pembelajaran sains perlu lebih menekankan proses berpikir dan aktivitas-aktivitas saintis, dengan metode
Proposal Penelitian
Page 4
Anadia Mutiara 06101381320008
pembelajaran yang mengarah untuk menggali proses-proses berpikir dalam sains. Pembelajaran
sains
dilakukan
seperti
bagaimana
sains
itu
ditemukan,
pembelajaran sains dilaksanakan melalui sebuah proses yang berbasis pada penyelidikan ilmiah. Siswa melakukan penyelidikan ilmiah yang artinya siswa banyak menggunakan indera mereka, maka konsep dan prinsip-prinsip yang ditemukan siswa akan bertahan lama di otak (long term memory). Seiring dengan perkembangan pada bidang pendidikan sains, diadakan usaha inovatif untuk semua jenjang yang senantiasa mengacu pada tujuan pendidikan
nasional.
Salah
satu
usaha
yang
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa khususnya bidang studi
dilakukan
untuk
kimia yaitu dengan
menerapkan model guided discovery learning . Guided discovery learning mengkombinasikan dari dua cara pengajaran yaitu teacher-centered dan student-centered , dalam Guided discovery learning guru sebagai fasilitator juga aktif dalam membimbing siswa memperoleh pengetahuan dan menempatkan murid bersikap aktif. Guru sebagai instruktur memberikan suatu pernyataan atau permasalahan kemudian mengarahkan siswa berpikir tahap demi tahap sehingga dapat memecahkan permasalahan tersebut. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep yang diajarkan
sangat
mempengaruhi
kegiatan
pembelajaran,
baik
proses
pembelajaran aktivitas siswa, pemahaman siswa terhadap materi pelajaran maupun terhadap hasil belajarnya. Pelajaran kimia yang menarik untuk dibuat model guided discovery learning adalah laju reaksi. Karena pelajaran kimia khususnya pada konsep laju reaksi merupakan pelajaran yang memerlukan tingkat pemahaman yang tinggi sehingga
akan lebih baik dipelajari apabila
menggunakan model pembelajaran guided discovery learning . Bertolak dari latar belakang diatas yaitu model guided discovery learning serta kaitannya dengan hasil belajar maka penulis terdorong untuk mengangkat permasalahan berorientasi pendidikan kimia dengan judul “ Pengaruh model
guided discovery learning terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi”.
Proposal Penelitian
Page 5
Anadia Mutiara 06101381320008
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas maka dapat di identifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: 1) Proses pembelajaran yang tidak sesuai dengan standar proses pendidikan. 2) Model-model pembelajaran yang berkembang dalam pendidikan formal cenderung bersifat otoriter, instruktif dan komunikasinya satu arah. 3) Pemilihan model pembelajaran yang tidak tepat dengan konsep yang diajarkan sangat mempengaruhi kegiatan pembelajaran. 4) Materi laju reaksi dianggap sulit, hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang rendah.
3. Pembatasan Masalah
1) Agar masalah ini dapat dibahas dengan jelas dan tidak meluas, maka masalah ini harus dibatasi, yaitu: 2) Penelitian dilakukan pada kelas XI dengan materi laju reaksi 3) Model pembelajaran yang digunakan adalah guided discovery learning 4) Hasil belajar dilihat dari aspek kognitifnya.
4. Perumusan Masalah
Agar tidak terjadi perbedaan interpretasi pada pembahasan ini, maka diperlukan suatu perumusan yang kongkrit, yaitu: ”Apakah terdapat pengaruh model guided discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada konsep laju reaksi?”
5. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penerapan model pembelajaran guided discovery learning terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi.
Proposal Penelitian
Page 6
Anadia Mutiara 06101381320008
6. Manfaat Penelitian
1) Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
bahan
pertimbangan bagi pihak-pihak yang terkait dengan dunia pendidikan
terutama
dalam
menentukan
model,
metode,
pendekatan pengajaran yang sesuai dengan konsep tertentu. 2) Untuk memberikan semangat kepada guru dan calon guru bidang studi kimia untuk menggunakan model pembelajaran yang bervariatif pada saat mengajar. 3) Memperkaya
hasil
penelitian
yang
sudah
ada
di
bidang
pengajaran. 4) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan, khususnya di bidang penelitian pendidikan.
Proposal Penelitian
Page 7
Anadia Mutiara 06101381320008
TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar dan Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau
gagalnya pencapain tujuan pendidikan itu amat
bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada disekolah maupun di keluarganya sendiri. Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian belajar, diantaranya: a. Hintzman Dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. b.
Wittig
Dalam bukunya Psychology of Learning mendefinisikan belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman. c. Skinner Belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. d. Chaplin Belajar adalah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus. e. Reber Pertama belajar adalah proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Dari berbagai definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar
Proposal Penelitian
Page 8
Anadia Mutiara 06101381320008
adalah proses kegiatan kognitif yang mengakibatkan perubahan pada suatu organisme yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman.
2. Pengertian Hasil Belajar Hasil
belajar
dapat
dijelaskan
dengan
memahami
dua
kata
yang
membentuknya, yaitu ”hasil” dan ”belajar”. Pengertian hasil ( product ) menuju kepada suatu perolehan akibat dilakukannya aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Dalam siklus input proses hasil dapat dengan jelas bahwa hasil merupakan akibat perubahan oleh proses. Begitu juga dalam
kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa
berubah perilakunya dibanding sebelumnya. Hubungan ini digambarkan sebagai berikut : Tujuan Instruksional Menurut Nana Sudjana, hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Dalam Sistem Pendidikan Nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikulum maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni: a. Ranah kognitif Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan (ingatan), pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. b. Ranah afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. c. Ranah psikomotorik Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotor yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Pembelajaran sains pada prinsipnya mengembangkan
tiga ranah
kompetensi, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Ranah
Proposal Penelitian
Page 9
Anadia Mutiara 06101381320008
kognitif berupa konsep, prinsip, hukum dan teori. Ranah afektif berupa sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkapi rahasia alam. Sedangkan ranah psikomotor merupakan proses ilmiah, baik fisik maupun mental, dalam mencermati fenomena alam.
B. Belajar Sebagai Proses Kognitif
Menurut Chaplin, istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau wilayah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan
dengan
pemahaman,
pertimbangan,
pengolahan
informasi,
pemecahan masalah, kesengajaan dan keyakinan. Menurut para ahli psikologi kognitif, pendayagunaan kapasitas ranah kognitif manusia sudah mulai berjalan sejak manusia itu mulai mendayagunakan kapasitas motorik dan sensoriknya. Belajar lebih dari sekedar proses menghafal dan memupuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan yang diperolehnya bermakna untuk siswa melalui berpikir. Dalam perspektif psikologi kognitif, belajar pada asasnya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral. Proses mental itulah yang sebenarnya aspek yang sangat penting dalam perilaku belajar. Asumsi yang mendasari belajar sebagai proses kognitif adalah bahwa pengetahuan itu tidak datang dari luar, akan tetapi dibentuk oleh individu itu sendiri dalam struktur kognitif yang dimilikinya. Atas dasar asumsi itulah belajar sebagai proses kognitif memandang bahwa mengajar itu bukanlah memindahkan pengetahuan dari guru pada siswa, melainkan suatu aktivitas yang memungkinkan siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya. Menurut para ahli, proses kognitif yaitu pengetahuan dan persepsi seseorang akan lingkungannya, mempunyai peranan yang amat besar. Dalam otak organisme khususnya manusia, sudah terdapat suatu struktur kognitif yang akan mengelola informasi yang diterima dari
lingkungan. Struktur kognitif ini
antara lain terdiri dari pengalaman-pengalaman organisme. Teori kognitif menurut Piaget adalah ”Cognitive theorist believe that what children learn depends on their mental processes and what they perceive about the world around them. In other words, learning depends on how children think and how their perception and thought patterns interact”. Yang artinya adalah para pakar
Proposal Penelitian
Page 10
Anadia Mutiara 06101381320008
teori kognitif meyakini bahwa apa yang siswa pelajari tergantung dari proses mental mereka dan apa yang mereka perhatikan tentang lingkungan disekitar mereka. Dengan kata lain, pembelajaran tergantung dari bagaimana siswa berpikir
dan bagaimana
pola pemikiran serta
persepsi
mereka
saling
mempengaruhi. Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme,
yang memandang
perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana
anak secara aktif
membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman pengalaman dan interaksi-interaksi mereka.
C. Landasan Model Pembelajaran Discovery Learning
Belajar
merupakan
mengintegrasikan pembelajaran
suatu
pengetahuan
discovery
proses
baru
learning
dimana
dengan
seorang
pengetahuan
berakar
dari
pembelajar
lama.
faham
Model
konstruktivis
(konstruktivisme). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan
sendiri
dan
mentransformasikan
informasi
kompleks,
mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Konstruktivisme merupakan akar atau dasar dari psikologi kognitif, yang mengatakan bahwa anak-anak belajar dari hasil pengalamannya. Menurut teori belajar konstruktivisme pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa, artinya siswa harus aktif
secara
mental
membangun
struktur
pengetahuannya berdasarkan
kematangan kognitif yang dimilikinya. Hal tersebut senada dengan Binner yang mengatakan siswa membina pengetahuan mereka dengan mengkaji konsep dan pendekatan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki kemudian mengaplikasikannya kepada situasi baru dan mengintegrasikan pengatahuan yang baru diperoleh berdasarkan kemampuan intelektual yang telah ada. Joseph Abruscato dan Donald A DeRosa mengatakan “ Learning is an ongoing process, in which the learner integrates new knowledge with previous knowledge and discovers new ways of thinking, acting, and feeling . Belajar merupakan
proses
Proposal Penelitian
yang
berlangsung
terus
Page 11
menerus,
dimana
Anadia Mutiara 06101381320008
siswa
menggabungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya. Serta menemukan cara baru dalam berpikir, bertingkah laku dan merasakan.
D. Discovery Learning
Bayangkan bila belajar mengemudi tanpa menggunakan mobil, bayangkan membuat kue coklat tanpa terigu, telur, gula dan lain-lain. Hal tersebut akan sangat sulit, sekarang bayangkan mengajar siswa tanpa mengizinkan secara
langsung
menggunakan
pengalaman
siswa
mereka untuk memperoleh
pengetahuan. Pengalaman sampai sekarang merupakan guru yang terbaik. Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah model dari Jerome S. Bruner yang dikenal dengan nama discovery learning . adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif. J. Bruner telah mengembangkan discovery learning yang berdasarkan kepada pandangan belajar kognitif tentang pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivis. Berikut adalah teori Bruner tentang discovery learning : Teachers need to provide children with experiences to help them discover underlying ideas, concepts, and patterns. Bruner is proponent of inductive thinking, or going from the specific to the general. You are using inductive thinking when you get an idea from one experience that you use in another situation. Bruner believes that children are able to grasp any concept, provided it is approached a manner appropiate for their particular grade level. Therefore, teachers should encourage children to handle increasingly complex challenge. Guru harus memberikan siswa berbagai pengalaman untuk membantunya menemukan ide, konsep dan pola. Teori Bruner merupakan pendukung teori berpikir secara induktif, atau dimana cara berpikirnya dari spesifik menuju umum. Ketika kamu mendapatkan ide dari suatu eksperimen disitulah kamu menggunakan berpikir secara induktif dan kamu dapat menggunakannya pada situasi yang lain. Bruner percaya bahwa siswa dapat memahami konsep dengan pendekatan yang sesuai dengan tingkatan mereka. Oleh karena itu, guru-guru sebaiknya memotivasi siswanya untuk mengatasi tantangan yang semakin rumit. Discovery learning merupakan dasar dari inkuiri dengan konstruktivis sebagai landasan dalam memecahkan masalah, dimana siswa menggunakan
Proposal Penelitian
Page 12
Anadia Mutiara 06101381320008
pengetahuan
yang
sudah
ada
sebelumnya
untuk
menarik
fakta
dan
menghubungkannya dengan informasi baru. Di dalam ilmu sains siswa belajar menemukan sesuatu atau siswa tidak mengetahui
ilmu tersebut. Siswa
berinteraksi langsung dengan lingkungan melalui penyelidikan, memanipulasi objek, dan melakukan eksperimen. Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip untuk memperoleh pengalaman, dan melakukan eksperimen-eksperimen serta mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri. Discovery terjadi apabila siswa terlibat
secara
aktif
dalam
menggunakan
mentalnya
agar
memperoleh
pengalaman, sehingga memungkinkan untuk menemukan konsep atau prinsip. Proses-proses mental itu melibatkan perumusan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, melaksanakan eksprimen, mengumpulkan dan menganalisis data, serta menarik kesimpulan. Di samping itu juga diperlukan sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu dan terbuka (inilah yang dimaksud dengan sikap ilmiah). Bruner beranggapan bahwa belajar merupakan pengembangan kategorikategori dan pengembangan suatu sistem pengkodean (coding ). Berbagai kategori-kategori saling berkaitan sedemikian rupa, sehingga setiap individu mempunyai model yang unik tentang alam. Leonard dan Irving memberikan pendapatnya bahwa dalam mengajar dengan discovery learning guru sebagai petunjuk atau fasilitator bukan diktator. Sebagai fasilitator guru harus mencoba mengangkat masalah yang akan membuat siswa tertarik untuk memecahkannya, serta membantu mereka menjelaskan masalah, mencari fakta, dan memberikan kesimpulan. J. Richard mengemukakan bahwa discovery learning ialah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, diskusi, membaca sendiri, mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. Joseph Abruscato dan Donald A DeRosa mengatakan “ Discovery simply means coming to know something you didn’t know before”. Discovery adalah kamu mengetahui
sesuatu
hal baru
yang sebelumnya
kamu
belum
mengetahuinya, discovery learning terjadi ketika siswa mendapat informasi baru
Proposal Penelitian
Page 13
Anadia Mutiara 06101381320008
tentang bagaimana memecahkan masalah yang mereka hadapi dan ini merupakan pengalaman yang bersifat pribadi. Colburn mengatakan “ Discovery places a value on students' contacts with the world around them and how they interact with it, It relies on students' natural curiosity about the world and utilizes their ability to make sense of the things they touch, taste, or smell”. Nilai discovery pada siswa adalah ketika siswa berhubungan dengan dunia di sekitar mereka dan bagaimana mereka berinteraksi dengannya, Ini
didasarkan pada keingintahuan mereka tentang
dunia atau lingkungan sekitarnya, dengan menggunakan kemampuan mereka untuk memahami sesuatu yang mereka rasakan, yang mereka sentuh atau yang mereka cium. Dapat ditarik kesimpulan bahwa discovery learning adalah belajar menemukan konsep dan prinsip secara mandiri dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan mereka menemukan konsep dan prinsip-prinsip.
E. Guided Discovery Learning
Guided discovery learning mengkombinasikan dari dua cara pengajaran yaitu teacher-centered dan student-centered , dalam guided discovery learning guru sebagai fasilitator juga aktif dalam
membimbing 100%
High Teacher dominance
50%
0%
Low
Early childhood
Middle grades
Adolescence
Gambar 1. Hubungan Dominasi Guru dengan Tingkatan Siswa
Siswa dengan tingkatan (umur) yang paling rendah atau di bangku sekolah dasar, guru lebih mendominasi dalam proses belajar mengajar (teacher centered ). Sedangkan siswa pada tingkatan menengah atau pada tingkatan SMP dan SMA, dominasi guru 50% dan siswa 50% ( student- centered dan teacher
Proposal Penelitian
Page 14
Anadia Mutiara 06101381320008
centered ) dimana siswa dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran dengan bimbingan dari guru. Dan siswa pada tingkatan tinggi, siswa lebih mendominasi dalam proses pembelajaran ( student-centered ). Terdapat tiga macam cara pengajaran sains yaitu: konvensional, guided discovery learning , dan inquiry. Perbedaan yang mendasar dari ketiga cara pengajaran tersebut adalah penempatan guru dan murid. Pada pengajaran konvensional guru lebih mendominasi sedangkan murid bersikap pasif, lebih ekstrem lagi pada pengajaran inquiry dimana siswa bersikap aktif dan guru hanya
sebagai
fasilitator.
Sedangkan
pada guided
discovery
mengkombinasikan dari dua cara pengajaran tersebut, yaitu
guru
learning sebagai
fasilitator juga aktif dalam membimbing siswa memperoleh pengetahuan dan menempatkan murid bersikap aktif. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari tabel dibawah ini: Tabel 2. Perbedaan Model Pembelajaran Konvensional, Guided Discovery ,
I nquiry Cara
Konvensional
Guided Discovery
Inquiry
pengajaran Guru
Murid
Aktif atau lebih Aktif dan juga sebagai Fasilitator mendominasi
fasilitator
Pasif
Aktif
Aktif
Guided discovery learning mencoba untuk membantu siswa dalam belajar penemuan yaitu membantu mereka mendapatkan pengetahuan yang dibangun
oleh
mereka
sendiri.
Guided
discovery
learning
melibatkan
menemukan makna, organisasi, dan struktur ide. Joseph Abruscato dan Donald A DeRosa mengatakan “You must also be firm in your conviction that discovery learning does not happen by accident. It must be clearly guided by you (guided discovery)”. Kamu harus meyakini bahwa discovery learning tidak terjadi secara sengaja tetapi harus dibimbing oleh kamu (penemuan terbimbing). Mereka juga mengatakan “You will guide children to develops habits of mind necessary to be active and curious observers, to seek explanation based on evidence, and to systematically test explanation through
Proposal Penelitian
Page 15
Anadia Mutiara 06101381320008
1 experimentation . Yang artinya kamu harus mengarahkan anak-anak untuk mengembangkan kebiasaan berpikir aktif dan menjadi pengamat, mencari fakta berdasarkan bukti-bukti, yaitu berdasarkan percobaan atau eksperimen. Model guided discovery learning menghadapkan siswa kepada situasi dimana ia bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi dan mencoba-coba (trial and error ) hendaknya dianjurkan. Guru bertindak sebagai penunjuk jalan, ia membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep, dan keterampilan yang
sudah mereka pelajari sebelumnya untuk mendapatkan
pengetahuan yang baru. Guru sebagai instruktur memberikan suatu pernyataan atau permasalahan kemudian mengarahkan siswa berpikir tahap demi tahap sehingga dapat memecahkan permasalahan tersebut. Model guided discovery learning dapat disimpulkan sebagai pembelajaran yang menempatkan guru sebagai fasilitator dan instruktur guna mengarahkan siswa untuk dapat menemukan konsep dan prinsip sendiri dengan permasalahan yang diajukan guru dan cara pemecahan juga ditentukan oleh guru seperti dengan melakukan eksperimen, diskusi, dan lain-lain. Berikut ini merupakan penerapan dan keuntungan dari model guided discovery learning. 1. Penerapan Guided Discovery Learning Mengajar dengan menggunakan model guided discovery learning guru harus memberikan pengarahan pembelajaran yang mengaktifkan sisi kognitif serta kemampuan psikomotor siswa tetapi dalam penelitian ini hasil belajar yang diambil hanya dari segi kognitif saja atau dengan menggunakan test. Seperti yang dikatakan oleh Joseph Abruscato dan Donald A DeRosa “When we teach science with the focus on discovery, we prepare children to make their personal discoveries with our strong guidance. We give them their very own tool packs”. Ketika kita mengajar sains berdasarkan diskoveri, guru mempersiapkan siswa agar dapat terjadi discovery learning dalam kegiatan belajar mengajar dengan pengarahan guru, kita harus mempersiapkan siswa dengan peralatan yang mereka butuhkan. Itulah tugas guru dalam model ini bagaimana membuat siswa dapat menemukan sendiri konsep dan prinsip sains dengan permasalahan yang diajukan guru dan cara pemecahan juga ditentukan oleh guru.
Proposal Penelitian
Page 16
Anadia Mutiara 06101381320008
Penerapan guided discovery learning pada siswa
terdapat sepuluh langkah.
Langkah-langkah tersebut adalah: a. Introduction (Pendahuluan) Menetapkan fokus pada tujuan awal pelajaran, konten, atau kegiatan. b. Review (Pengulangan) Membahas pelajaran yang terkait sebelumnya, yang berhubungan dengan materi atau konsep yang akan dipelajari. Dalam penelitian ini konsep yang akan di bahas adalah laju reaksi sehingga materi yang sesuai untuk pengulangan adalah stoikiometri. c. Overview (Gambaran) Memberikan gambaran informasi baru atau masalah, menjabarkan ideide siswa, bertukar pikiran, berdiskusi, memberikan pemahaman tentang masalah yang akan diselidiki atau diteliti. d. Investigation (Penyelidikan) Kegiatan siswa memanipulasi bahan untuk menguji ide-ide yang didapatkan
mereka
atau
kegiatan
eksperimen
di
laboratorium,
demonstrasi guru yang melibatkan para siswa juga tepat. Tahap ini mencakup tahap eksplorasi dari siklus pembelajaran, beberapa pedoman guru tepat digunakan yaitu dalam bentuk saran, petunjuk, pertanyaan, dan informasi. e. Representation (Representasi) Merupakan hasil kegiatan penelitian siswa yang dapat di representasikan melalui tindakan, gambar, grafik, tabel, pengukuran, kata-kata dan peta konsep. f. Discussion (Diskusi) Hasil kegiatan dari penelitian atau eksperimen siswa disajikan dan didiskusikan. Guru dapat menggunakan pertanyaan strategi di sini, yaitu pertanyaan yang dapat membuat konflik kognitif pada siswa. Seperti pertanyaan dengan miskonsepsi, atau konsep yang bertolak belakang. g. Invention (Penemuan) Dari hasil penelitian dan diskusi maka siswa akan mendapatkan konsep baru dan prinsip. Siswa bukan hanya mengingat pengetahuan yang di
Proposal Penelitian
Page 17
Anadia Mutiara 06101381320008
dapat tetapi membangun pengetahuan baru yang bermakna yang dapat digunakan siswa untuk pemecahan masalah. h. Application (Aplikasi) Pengetahuan baru yang dibangun dapat digunakan siswa
untuk
pemecahan masalah
tahap
selanjutnya,
yaitu dengan mengulang
investigation (penyelidikan) sampai tahap invention (hasil). i.
Summary (Kesimpulan) Ringkasan, temuan, konseptualisasi, penjelasan, dan penutup dirangkum dan terkait dengan pelajaran lain.
j. Assesment (Penilaian) Dengan mengadakan tes guru dapat mengetahui sejauh mana siswa telah mencapai tujuan dan indikator yang telah tecapai. 2. Kelebihan Guided Discovery Learning Guided discovery learning mempunyai empat
kelebihan yaitu: potensi
intelektual, motivasi intrinstik, heuristic discovery, memori. a. Potensi Intelektual Menurut Bruner bahwa seorang individu belajar dengan menggunakan pikirannya. Melalui guided discovery learning , seorang siswa perlahanlahan belajar bagaimana mengatur dan melaksanakan investigasi atau penelitian secara mandiri. Keuntungan terbesar dari guided discovery learning adalah membantu memori siswa agar tidak cepat lupa atau bertahan lama dan mudah diterapkan pada situasi yang baru. Pengetahuan yang dibangun oleh siswa secara mandiri akan mudah untuk diingat, sementara jika siswa hanya mengetahui konsep saja maka akan cepat lupa. b. Motivasi Intrinstik Guided discovery learning membantu siswa menjadi lebih mandiri, dan bertanggung jawab atas pembelajaran mereka
sendiri. Siswa akan
mempunyai motivasi di dalam dirinya ketika mereka belajar dengan menemukan sesuatu sendiri, bukan dengan mendengar tentang hal sesuatu.Dengan guided discovery learning , guru lebih mungkin untuk memberikan suasana belajar yang menyenangkan dimana siswa terlibat
Proposal Penelitian
Page 18
Anadia Mutiara 06101381320008
dalam pembelajaran karena menyenangkan, menarik, dan bermanfaat bagi mereka sendiri. Tugas guru kemudian adalah bertindak sebagai fasilitator, mengarahkan siswa dan memberikan para siswa sesuai dengan kebutuhan mereka. c. Heuristic Discovery (Pembelajaran menyeluruh) John Dewey berkata, “kita belajar dengan melakukan dan merenungkan apa yang kita lakukan”. Banyak bukti menunjukkan bahwa belajar bukan merupakan proses pasif. Jerome Bruner juga berkata, “ bahwa siswa adalah bukan pendengar, tetapi harus secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran”. Siswa dapat secara aktif terlibat dengan mendengarkan, berbicara, membaca, melihat, dan berpikir. Piaget mengatakan bahwa belajar tidak terjadi tanpa tindakan. Tugas guru adalah menemukan cara agar peserta didik secara aktif terlibat dalam kegiatan apapun yang disajikan. Serta membantu siswa dalam belajar untuk membimbing mereka dalam memproses informasi baru. d. Memori Pikiran (otak) manusia sering dibandingkan dengan komputer yang sangat rumit, masalah terbesar dari komputer manusia
ini tidak
penyimpanan tetapi pengambilan data atau mengingat kembali. Hasil penelitian dari Psikologi percaya bahwa kunci untuk pengambilan informasi kembali adalah organisasi, bagaimana cara menemukan dan mendapatkan informasi tersebut. Materi yang terorganisir dengan baik memiliki kesempatan untuk diakses dalam memori.
F. Pengertian Ilmu Kimia
Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan sains di SMA/MA diharapkan menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
Proposal Penelitian
Page 19
prospek
Anadia Mutiara 06101381320008
pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari. Ilmu kimia adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana, gejalagejala alam khususnya yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, dinamika, transformasi dan energetika zat. Ilmu kimia merupakan produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, teori, prinsip, hukum) temuan saintis dan proses (kerja ilmiah). Oleh karena itu dalam penilaian dan pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai produk dan proses. Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan
di lembaga
pendidikan tingkat SMA atau MA. Adapun fungsi dan tujuan mata pelajaran kimia di SMA dan MA adalah sebagai berikut : a. Menyadari keteraturan dan keindahan alam untuk
mengagungkan
kebesaran Tuhan YME. b. Memupuk sikap ilmiah yang mencakup: sikap jujur dan objektif terhadap data, sikap terbuka, yaitu bersedia menerima pendapat orang lain serta mau mengubah pandangannya, jika ada bukti bahwa pandangannya tidak benar. Ulet
dan
tidak
cepat
putus asa Kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa ada dukungan hasil observasi empiris. c. Dapat bekerja sama dengan orang lain Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui eksperimen dimana
siswa
melakukan
eksperimen melalui
atau
percobaan,
pengujianhipotesis dengan merancang
pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan
dan interpretasi data, serta mengkomunikasikan hasil eksperimen secara lisan dan tertulis. a. meningkatkan kesadaran tentang aplikasi sains yang dapat bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat dan lingkungan
serta
menyadari
pentingnya
mengelola
dan
melestarikan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. b. Memahami konsep-konsep kimia dan saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari- hari.
Proposal Penelitian
Page 20
Anadia Mutiara 06101381320008
c. Membentuk sikap yang positif terhadap kimia, yaitu merasa tertarik untuk mempelajari kimia lebih lanjut karena merasakan keindahan dalam keteraturan perilaku alam, serta kemampuan kimia
dalam
menjelaskan
berbagai
peristiwa
alam
dan
penerapannya dalam tekhnologi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kimia merupakan kemampuan yang dimiliki oleh anak didik yang dapat berupa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor sebagai suatu
perubahan yang dialaminya
setelah menerima pengalaman belajar dalam pembelajaran kimia. Pada penelitian ini hasil belajar kimia yang diukur dibatasi hanya pada aspek kognitif.
G. Laju Reaksi
Reaksi kimia ada yang berlangsung cepat, ada pula yang berlangsung lambat. Misalnya jika kita menyalakan korek api maka pentul korek api akan habis terbakar lebih cepat dibandingkan dengan batang kayunya. Kecepatan dalam suatu reaksi kimia sering disebut laju reaksi. Laju Reaksi adalah berkurangnya jumlah pereaksi untuk satuan waktu atau bertambahnya jumlah hasil reaksi untuk setiap satuan waktu. Ukuran jumlah zat dalam reaksi kimia umumnya dinyatakan sebagai konsentrasi molar atau molaritas (M), dengan demikian maka laju reaksi menyatakan berkurangnya konsentrasi pereaksi atau bertambahnya konsentrasi zat hasil reaksi setiap satu satuan waktu (detik). Satuan laju reaksi dinyatakan dalam satuan mol dmˉ³ detˉ¹ atau mol /liter detik. 1. Stoikiometri Laju Reaksi Sebelum belajar lebih jauh lagi tentang laju reaksi kita harus memahami terlebih dahulu cara menghitung molaritas larutan. Molaritas didefinisikan sebagai jumlah mol zat yang terlarut dalam 1 liter larutan. Larutan adalah campuran homogen antara dua komponen zat atau lebih. Komponen yang jumlahnya banyak disebut pelarut, sedangkan komponen yang jumlahnya sedikit disebut zat terlarut.Rumus untuk mencari molaritas adalah : M=
Proposal Penelitian
n
V
Page 21
Anadia Mutiara 06101381320008
Keterangan : n = mol atau jumlah zat terlarut V= volume larutan dalam satuan liter 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Teori tumbukan Suatu reaksi kimia dapat berlangsung apabila terjadi interaksi antara molekul-molekul pereaksi atau terjadi tumbukan antara molekulmolekul pereaksi. Namun, tidak semua tumbukan antar molekul pereaksi akan menghasilkan zat hasil reaksi. Keefektifan suatu tumbukan bergantung pada posisi molekul dan energi kinetik yang dimilikinya. Dalam istilah kimia dikenal dengan energi aktivasi (energi pengaktifan), yaitu energi kinetik minimum yang harus dimiliki molekul-molekul pereaksi agar tumbukan antar molekul menghasilkan zat hasil reaksi. 3. Konsentrasi Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi ini dapat dijelaskan oleh teori tumbukan. Semakin tinggi konsentrasi berarti semakin banyak molekul-molekul dalam setipa satuan luas ruangan, dengan demikian tumbukan antar molekul dapat sering terjadi. Contohnya, kapur tulis baru dapat bereaksi dengan HCl jika kedua zat tersebut saling bersentuhan (bertumbukan). Semakin pekat (konsentrasi semakin besar) suatu asam, jumlah partikelnya akan
semakin
banyak. Artinya peluang tumbukan antara asam dan kapur tulis akan semakin besar. Semakin banyak tumbukan yang terjadi, laju reaksi akan semakin cepat. 4. Luas Permukaan Sentuhan Laju reaksi dipengaruhi luas permukaan bidang sentuh antara zat-zat yang bereaksi. Suatu zat padat akan lebih cepat bereaksi jika permukaannya diperluas dengan cara mengubah bentuk kepingan menjadi serbuk. Menurut teori tumbukan, semakin banyak permukaan zat yang bersentuhan dengan partikel larutan, peluang terjadinya reaksi semakin banyak sehingga reaksi antara zat dengan larutan semakin cepat. Contohnya, saat paku dicampurkan dengan asam klorida, permukaan paku akan bersentuhan dengan partikel asam klorida. Semakin banyak permukaan logam yang bersentuhan
dengan partikel asam
klorida, paku tersebut akan mudah larut. Dengan demikian, serbuk besi akan lebih cepat bereaksi dengan asam klorida dibandingkan paku batangan.
Proposal Penelitian
Page 22
Anadia Mutiara 06101381320008
5. Suhu Harga tetapan laju reaksi (k) akan berubah bila suhunya berubah. o Kenaikan sekitar 10 C akan menyebabkan harga tetapan laju reaksi menjadi dua kali. Dengan naiknya harga tetapan laju reaksi (k), mak reaksi akan menjadi lebih cepat. Jadi, kenaikan
suhu akan mengakibatkan laju reaksi akan
berlangsung semakin cepat. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan teori tumbukan, yaitu bila terjadi kenaikan suhu maka molekul-molekul yang bereaksi akan bergerak lebih cepat, sehingga energi kinetiknya tinggi. 6. Katalis Katalis adalah zat yang dapat meningkatkan laju reaksi tanpa mengakibatkan perubahan kimia yang kekal bagi zat itu sendiri. Setelah reaksi kimia berlangsung katalis terdapat kembali dalam keadaan dan jumlah yang sama dengan sebelum reaksi. Agar
terjadi reaksi partikel-partikel zat harus memiliki
energi minimum tertentu yang disebut energi pengaktifan. Dalam hal ini, katalis berfungsi untuk menurunkan sejumlah energi pengaktifan agar reaksi dapat berlangsung. Dapat dilihat gambar dibawah ini yang menunjukkan peranan katalis dalam menurunkan energi aktivasi.
H. Kerangka Berpikir
Konsep-konsep kimia tidak terlepas dari model pembelajaran atau cara pengajaran yang dikembangkan oleh guru. Oleh karena itu guru harus memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk dapat membangkitkan minat belajar siswa sehingga siswa dapat dengan mudah memahami konsep kimia. Terdapat tiga macam cara pengajaran sains yaitu: konvensional, guided discovery learning , dan inquiry. Perbedaan yang mendasar dari ketiga cara pengajaran tersebut adalah penempatan guru dan murid. Pada pengajaran konvensional guru lebih mendominasi sedangkan murid bersikap pasif, lebih ekstrem lagi pada pengajaran inquiry dimana siswa bersikap aktif dan guru hanya sebagai fasilitator. Sedangkan pada guided discovery learning mengkombinasikan dari dua cara pengajaran
tersebut, yaitu guru sebagai
fasilitator juga aktif dalam membimbing siswa memperoleh pengetahuan dan menempatkan murid bersikap aktif.
Proposal Penelitian
Page 23
Anadia Mutiara 06101381320008
Salah satu model pembelajaran yang lebih efisien dalam meningkatkan hasil belajar khususnya pada mata pelajaran kimia adalah dengan menggunakan model guided discovery learning. Dengan model guided discovery learning siswa akan lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. Dalam model guided discovery learning siswa terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran. Proses
pembelajaran
dikelas
harus
optimal
supaya
siswa
mampu
mengembangkan dan memanfaatkan ilmu kimia dalam kehidupan sehari- hari. Kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan
dikembangkan berdasarkan
eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana gejala-gejala alam; khususnya yang berkaitan dengan komposisi, struktur, transformasi, dinamika dan energetika zat. Oleh karena itu, bidang studi kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi tentang komposisi, struktur, sifat, transformasi, dinamika dan energetika zat yang melibatkan penalaran dan keterampilan Rendahnya penguasaan untuk itu diperlukan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan siswa. Hal ini bisa teratasi dengan dengan penerapan model pembelajaran guided discovery learning diharapkan akan mempertinggi pencapaian hasil belajar siswa pada konsep laju reaksi yang ada di kelas XI (sebelas) semester 1.
Proposal Penelitian
Page 24
Anadia Mutiara 06101381320008
Kerangaka Berpikir
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
Internal
Eksternal
Faktor Fisologi Faktor psikologis
Lingkungan non
Rumah
Lingkungan sosial
sekolah
Hasil Belajar
Peralatan
Model Pembelajaran
Aspek kognitif, psikomotorik,
Guided Discovery learning
. Pontesi intelektual Motivasi instrinsik Heuristick discovery
I. Hasil Penelitian yang Relevan
Adapun penelitian yang pernah dilakukan diantaranya: a. Chanifah, dalam penelitiannya yang berjudul Konsep
Siswa
yang
Menggunakan
Perbandingan Penguasaan
Metode
Praktikum
Penemuan
( Discovery) dan Verifikasi, dalam kesimpulannya dikatakan bahwa metode praktikum penemuan (discovery) yang diterapkan di kelas eksperimen 1 memberikan hasil yang lebih baik, terbukti dengan rata-rata sebesar 78,75 dibanding dengan kelas eksperimen 2 yang menggunakan metode praktikum verifikasi dengan rata-rata sebesar 78,08. b. Zulfa Amrina, dalam penelitiannya yang berjudul Studi tentang Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Menggunakan Metode Penemuan
Proposal Penelitian
Page 25
danMetode
Anadia Mutiara 06101381320008
Ekspositori dalam Kaitannya dengan Taraf Inteligensi
Siswa, dalam
kesimpulannya dikatakan bahwa terdapat interaksi antara metode penemuan dan metode ekspositori dengan taraf inteligensi siswa
yang
belajar.
Berdasarkan analisis regresi diperoleh informasi bahwa siswa yang mempunyai
taraf
inteligensi
diatas
99
lebih
efektif
diajar
dengan
menggunakan metode penemuan daripada dengan metode ekspositori. Sedangkan siswa yang mempunyai taraf inteligensi dibawah 99 lebih efektif diajar dengan menggunakan metode ekspositori daripada dengan metode penemuan. c. Nur Rahmania, dalam penelitiannya yang berjudul Menumbuhkan Nilai-Nilai dalam Pembelajaran Sains (Nilai Religius dan
Nilai Praktis) melalui
Pendekatan Penemuan ( Discovery)
pada
Terbimbing
Konsep Sistem
Sirkulasi, dalam kesimpulannya dikatakan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar biologi konsep sistem sirkulasi setelah dilakukan pembelajaran dengan pendekatan diskoveri terbimbing. d. Bradford W. Mott, Scott W. McQuiggan, Sunyoung Lee, Seung Y. Lee, and James C. Lester, dalam penelitiannya yang berjudul Narrative- Centered Environments for Guided Exploratory Learning , dalam kesimpulannya dikatakan
bahwa
Narrative-centered
exploratory learning
also
raises
fundamental education questions that call for empirical evaluation. e. Heti Nurhayati, dalam penelitiannya yang berjudul Pembelajaran dengan Metode Diskoveri Terbimbing dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Pokok Bahasan Asam Basa, dalam kesimpulannya dikatakan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar
yang diajarkan dengan metode
diskoveri terbimbing lebih baik dari siswa yang diajarkan dengan metode ceramah.
Proposal Penelitian
Page 26
Anadia Mutiara 06101381320008
J. Pengajuan Hipotesis
Sebagai upaya untuk menemukan jawaban dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai jawaban sementara dari masalah yang telah dirumuskan. Ho = Tidak terdapat pengaruh dalam penerapan model guided discovery learning
terhadap
hasil
belajar
siswa
dibandingkan
dengan
model
pembelajaran konvensional Ha = Terdapat pengaruh dalam penerapan model guided discovery learning terhadap hasil belajar siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional
Proposal Penelitian
Page 27
Anadia Mutiara 06101381320008
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 4 Pagaralam. Pada kelas XI (sebelas) semester 1 tahun ajaran 2015-2016 yang dilaksanakan pada bulan September sampai bulan Oktober 2016
B.
Metode dan Rancangan Penelitian
Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Quasi Experiment , yaitu
studi
kelas
tempat
mengkondisikan
perlakuan
tidak
memungkinkan pengontrolan yang demikian ketat seperti eksperimen sejati. Eksperimen ini disebut kuasi karena bukan merupakan eksperimen murni tetapi seperti murni, seolah-olah murni. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas ini adalah model pembelajaran
guided discovery learning . Sedangkan variabel terikatnya dalam penelitian ini adalah hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi.
Rancangan penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model nonequivalent control group design yang dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 3.1 Desain Penelitian nonequivalent control gr oup design
Kelompok
Pretest
Posttest
E
X1
X2
K
Y1
Y2
Keterangan : E : Kelompok Eksperimen K : Kelompok Kontrol X1 : Hasil tes kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan X2
: Hasil tes kelas eksperimen sesudah perlakuan dengan model
Proposal Penelitian
Page 28
Anadia Mutiara 06101381320008
Keterangan : E : Kelompok Eksperimen K : Kelompok Kontrol X1 : Hasil tes kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan X2 : Hasil tes kelas eksperimen sesudah perlakuan dengan model pembelajaran guided discovery learning Y1 : Hasil tes kelas kontrol sebelum diberikan perlakuan Y2 : Hasil tes kelas kontrol dengan model konvensional Prosedur : a. Menggolongkan sampel menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol b. Mempertahankan semua kondisi untuk kedua kelompok agar tetap sama c. Melaksanakan pretest untuk mengetahui pemahaman awal siswa d. Melaksanakan posttest untuk mengukur hasil belajar kimia siswa setelah pembelajaran selesai e. Menghitung perbedaan hasil posttest antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan uji-t f. Membandingkan perbedaan-perbedaan tersebut untuk menentukan apakah model pembelajaran guided discovery learning dengan pembelajaran model konvensional terdapat perbedaan yang signifikan. C.
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI, SMAN 4 Pagaralam dengan populasi siswa kelas XI yang berjumlah 145 siswa.
Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, Sampel adalah seluruh siswa kelas XI-1 terdiri dari 34 siswa dan XI-2 terdiri dari 35 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sample atau sampel bertujuan. Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.
Proposal Penelitian
Page 29
Anadia Mutiara 06101381320008
Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar.
D.
Teknik Pengumpulan Data
Tahap persiapan
Persiapan dilakukan yaitu berupa penyesuain waktu belajar di sekolah sesuai dengan satuan pelajaran atau alokasi waktu yang telah ditetapkan, juga berupa penyusunan materi yang akan
diajarkan, setelah itu dilakukan pembuatan dan
pengujian instrumen penelitian.
Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Sepetember 2016 sampai Oktober 2016. Penelitian dilaksanakan oleh peneliti langsung untuk menguji hasil belajar kimia siswa dengan diberi perlakuan yang berbeda pada kelas eksperimen dan kontrol.
Tahap evaluasi hasil belajar
Setelah
pokok
bahasan
pembelajaran guided
selesai
discovery
diajarkan
dengan
learning pada
menggunakan
kelas
model
eksperimen
dan
menggunakan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol, maka diuji hasil belajar dari kedua kelas tersebut dengan menggunakan tes hasil belajar berupa soal pilihan ganda. E.
Variabel penelitian
Variabel Penelitian Variabel X model uided
Tabel Variabel Penelitian Definisi Konseptual Definisi Operasional
Pada guided discovery Proses-proses pembelajaran learning siswa didorong atau discovery untuk
Learning
belajar
kegiatan
secara dilakukan
melalui keterlibatan aktif masalah,
perumusan merumuskan
konsep-konsep hipotesis,
merancang
dan prinsip-prinsip dan eksperimen, guru mendorong siswa Melaksanakan
Proposal Penelitian
Page 30
yang itu
mandiri. Siswa belajar melibatkan
dengan
mental
Anadia Mutiara 06101381320008
untuk
mendapatkan eksprimen,
pengalaman
dengan mengumpulkan
melakukan yang
dan
kegiatan menganalisis data, serta
memungkinkan menarik kesimpulan.
mereka
menemukan
konsep
dan
prinsip-
Prinsip Variabel Y
Hasil
belajar
hasil belajar
kemampuan-
adalah Untuk peningkatan
kemampuan
yang belajar
dimiliki siswa setelah menerima
melihat hasil
siswa
dilakukan
maka
penilaian
pengalaman berupa tes pemahaman
belajarnya
siswa
(kognitif) pada
konsep laju reaksi
F.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar kimia siswa yang berupa tes pencapaian (achievement test ) terdiri dari tes obyektif bentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal, dengan penskoran jika benar diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0. Hasil belajar yang diukur adalah aspek kognitif yang meliputi pengetahuan atau ingatan
(C1), pemahaman (C2), aplikasi atau
penerapan (C3), analisis (C4). Sebelum instrumen tes dibuat, peneliti terlebih dahulu membuat kisi-kisi instrumen. Kisi-kisi adalah suatu format atau matriks yang memuat kriteria tentang soal-soal yang diperlukan oleh suatu tes atau ujian. Kompetensi Dasar
Indikator
3.1 Mendeskrip Sikan
Mendefinisikan molaritas Membuat
Jenjang Kognitif C1
Proposal Penelitian
C2
C3
Ket C4
1,2,3*
Page 31
3
Anadia Mutiara 06101381320008
pengertian laju reaksi Dengan melakukan percobaa n tentang faktorfaktor yang mempengar uhi laju reaksi
4*,5, larutan dengan 4 6,7 satuan molaritas Menjelaskan 9,10,11 pengertian laju 8 5 ,12 reaksi Menghitung 13*,14 laju reaksi 15,16 6 *,17,18 sederhana Menyebutkan faktor-faktor 19,21, 25,20, yang 23,24 22 7 mempengaruhi laju reaksi Menganalisis percobaan berdasarkan 26,27*, faktor-faktor 28*,29, 5 yang 30* mempengaruhi laju reaksi Keterangan: *) validasi konstruk Kisi-kisi disusun bertujuan untuk menjamin bahwa soal yang diberikan sesuai dengan tujuan yang hendak diukur. Untuk itu sebelum uji coba instrumen, peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitasnya. 1. Validitas instrumen penelitian Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat- tingkat kevalidan atau kesahihan sesuai instrumen. Dengan kata lain validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu alat penilaian mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk mengukur validitas item, digunakan teknik analisis korelasi Point Biserial, dimana skor hasil tes untuk tiap butir soal dikorelasikan dengan skor hasil tes secara totalitas. Rumus yang digunakan
untuk
mencari
koefisien
korelasi
Point Biserial (r pbi) 7 adalah : r pbi = Mp Mt St
q
Keterangan : r pbi : Koefisien korelasi point biserial Mp: Mean skor pada tes yang memiliki jawaban benar
Proposal Penelitian
Page 32
Anadia Mutiara 06101381320008
Mt : Mean skor total St : Standar deviasi dari skor total P
: Proporsi peserta tes yang menjawab benar
Q : Proporsi peserta tes yang menjawab salah Kemudian dikonsultasikan dengan tabel product momen, apabila valid kemudian
dicari
reliabilitas
dengan
menggunakan
rumus
KR-20
dan
dikonsultasikan dengan tabel product momen. Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka hasil perhitunagn r pbi dibandingkan dengan r tabel jika perhitungan r pbi ≥ r tabel product momen maka soal valid dan reliable. Jika hasil perhitungan r pbi ≤ r tabel maka soal tersebut dinyatakan tidak valid (Drop) dan tidak reliabel. 2. Reliabilitas instrumen penelitian Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketepatan hasil pengukuran. a. Taraf Kesukaran Untuk mengetahui apakah soal tes yang diberikan tergolong mudah, sedang, atau sukar, digunakan rumus: I = B /N Keterangan: I = Indeks kesukaran untuk setipa butir soal B= Banyaknya siswa yag menjawab benar N=Banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksud. Dengan ketentuan: Antara 0,00 – 0,30 = Sukar Antara 0,31 – 0,70 = Sedang Antara 0,71 – 1,00 = Mudah b. Daya Pembeda Soal Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang (lemah prestasinya). Cara menghitung daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus 12:
Proposal Penelitian
Page 33
Anadia Mutiara 06101381320008
D = (Ba - Bb)/ 0,5N Keterangan : D = Daya Pembeda Ba= Jumlah yang menjawab benar pada kelompok atas Bb= Jumlah yang menjawab benar pada kelompok bawah N= Jumlah peserta tes Adapun kriteria daya pembeda sebagai berikut: 0,00 – 0,20 = Buruk 0,21 – 0,40 = Cukup 0,41 – 0,70 = Baik 0,71 – 1,00 = Baik sekali. Namun seiring perkembangan teknologi, untuk menganalisis hasil uji coba tiap
butir
soal
instrumen
tes
dapat
menggunakan
bantuan
program
Anates.(Lampiran 7) 3. Teknik Analisis Data Untuk penganalisaan data dalam penelitian ini digunakan uji statistik dengan menggunakan uji-t. tetapi sebelumnya dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas sebagai syarat dapat dilaksanakannya analisis data.
G.
Uji Prasyarat Sampel Penelitian ( Pretest )
Uji normalitas Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang
diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan adalah uji chi-kuadrat dengan rumus.
Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data homogeny (sama) atau tidak. Uji homogenitas dilakukan menggunakan uji Fisher
Uji Prasyarat Analisis ( posttest )
Setelah sampel diketahui memenuhi persyaratan
berdistribusi normal dan
homogen, maka sampel tersebut layak dijadikan sampel dalam penelitian. Selanjutnya yaitu memberikan treatment kemudian memberikan
Proposal Penelitian
Page 34
tes
Anadia Mutiara 06101381320008
sebagai
data posttest . Pengujian prasyarat
analisis.menggunakan uji normalitas dan uji
homogenitas sebagai syarat dapat dilaksanakannya analisis data.
H.
Analisis Data
normalized gain < g >
Menganalisis data pretest dan posttest untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa yang memperhatikan ketuntasan hasil
belajar
setelah
pembelajaran
menggunakan model guided discovery learning .
Uji-t
Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan uji-t dengan taraf signifikan α 0,05. I.
Uji Hipotesis
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran guided discovery learning , maka dapat dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut: Ho : μ1 ≤ μ2 Ha : μ1 > μ2 Keterangan : μ1 adalah rata-rata hasil belajar kimia siswa melalui model pembelajaran guided discovery learning μ2 adalah rata-rata hasil belajar kimia siswa melalui pembelajaran konvensional.
Proposal Penelitian
Page 35
Anadia Mutiara 06101381320008