105
PROPOSAL PENELITIAN EKSPERIMEN
KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR MUATAN IPS SISWA KELAS IV SD N TAMBAKAJI 01 SEMARANG
Oleh :
Ratri Niandani
1401412220 (22)
Rombel 11
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
PROPOSAL PENELITIAN EKSPERIMEN
JUDUL :
Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Muatan IPS Siswa Kelas IV SD N Tambakaji 01 Semarang
BIDANG KAJIAN :
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan pe-rubahan zaman. Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab." Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut diperlukan profil kualifikasi kemampuan lulusan yang dituangkan dalam standar kompetensi lulusan. Dalam penjelasan Permendikbud 54 Tahun 2013 disebutkan bahwa Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sedangkan menurut Permendikbud 65 Tahun 2013 menegaskan bahwa Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Standar Proses dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Hal tersebut juga didukung oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 19 bahwa 1) Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis Peserta Didik, 2) Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses Pembelajaran, pelaksanaan proses Pembelajaran, penilaian hasil Pembelajaran, dan pengawasan proses Pembelajaran untuk terlaksananya proses Pembelajaran yang efektif dan efisien.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun. Dalam Kurikulum 2013 terdapat Kompetensi Inti yang merupakan terjemahan atau operasionalisasi Standar Kompetensi Lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills. Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (Kompetensi Inti 1), sikap sosial (Kompetensi Inti 2), pengetahuan (Kompetensi Inti 3), dan penerapan pengetahuan (Kompetensi Inti 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (Kompetensi Inti 3) dan penerapan pengetahuan (Kompetensi Inti 4). Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut 1) Mengembangkan keseimbangan antara pengembang-an sikap (keagamaan dan sosial), rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik, 2) Sekolah tidak terpisah dari masyarakat karena kurikulum memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar, 3) Mengembangkan ketrampilan menerapkan untuk setiap pengetahuan yang dipelajari di kelas dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat sehingga memiliki kesempatan yang luas untuk menghilangkan verbalisme, 4) Sederhana dalam struktur kurikulum, dalam jumlah mata pelajaran dan KD yang harus dipelajari peserta didik tetapi memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap dan keterampilan, 5) Isi kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran, 6) Kompetensi Inti (KI) bukan merupakan gambaran kategorial tetapi interaktif mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran, 7) Kompetensi Inti adalah kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran KD yang diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif. Untuk kurikulum SD/MI, organisasi Kompetensi Dasar (KD) dilakukan melalui pendekatan terintegrasi. Berdasarkan pendekatan ini maka terjadi reorganisasi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang mengintegrasikan konten mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas I, II, dan III ke dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Dengan pendekatan ini maka Struktur Kurikulum SD/MI menjadi lebih sederhana karena jumlah mata pelajaran berkurang. Di kelas IV, V, dan VI nama mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial tercantum dalam Struktur Kurikulum dan memiliki Kompetensi Dasar masing-masing. Untuk proses pembelajaran, Kompetensi Dasar Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial, sebagaimana Kompetensi Dasar mata pelajaran lain, diintegrasikan ke dalam berbagai tema. Oleh karena itu, proses pembelajaran semua Kompetensi Dasar dari semua mata pelajaran terintegrasi dalam berbagai tema.
Pembelajaran muatan IPS pada Kompetensi Dasar tersebut diintegrasikan dengan menggunakan konsep geografi sebagai platform. Integrasi dalam KD dilakukan antara konten geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi dan antropologi yang disebut sebagai Pembelajaran IPS Terpadu. Tujuan Pendidikan IPS adalah untuk menghasilkan warga negara yang memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat dan bangsanya, religius, jujur, demokratis, kreatif, analitis, senang membaca, memiliki kemampuan belajar, rasa ingin tahu, peduli dengan lingkungan sosial dan fisik, berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan sosial budaya, serta berkomunikasi secara produktif.
Sedang konten pendidikan IPS dalam kurikulum 2013, menurut Hamid meliputi 1) Pengetahuan : tentang kehidupan masyarakat di sekitarnya, bangsa dan umat manusia dalam berbagai aspek kehidupan dan lingkungannya. 2) Ketrampilan: berpikir logis dan kritis, membaca, belajar (learning skills, inqury), memecahkan masalah, berkomunikasi dan bekerjasama dalam kehidupan bermasyarakat-berbangsa, 3) Nilai-nilai kejujuran, kerja keras. Sosial, budaya, kebangsaan, cinta damai dan kemanusiaan serta kepribadian yang didasarkan pada nilai-nilai tersebut, dan 4) Sikap: Rasa ingin tahu, mandiri, menghargai prestasi, kompetitif, kreatif dan inovatif serta bertanggung jawab.
Berdasarkan penelitian pendahuluan melalui data dokumen observasi di kelas IV SD N Tambakaji 01 Semarang bahwa pembelajaran muatan IPS KD 3.5 dan 4.5 materi Keberagaman Budaya tema Indahnya Kebersamaan subtema Keberagaman Budaya Bangsaku masih belum optimal, dikarenakan guru hanya menggunakan metode ceramah yang menyebabkan pembelajaran kurang menarik dan siswa tidak aktif sehingga siswa memiliki hasil belajar yang rendah. Hal itu didukung data dari pencapaian hasil belajar siswa KD 3.5 dan 4.5 pada soal evaluasi. Siswa memiliki rerata rendah yaitu 65, ditunjukkan dengan data dari 60 siswa hanya 24 siswa (40%) yang mendapatkan nilai di atas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yaitu 70, sedangkan sisanya siswa (36%) nilainya dibawah KKM.
Berdasarkan data tersebut peneliti ingin mengetahui keefektifan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match bila dibandingkan dengan metode ceramah yang selama ini digunakan guru.
Artazt dan Newman ( 1990:448 ) dalam Trianto ( 2009:56 ) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, dengan menggunakan model ini siswa dapat belajar bekerjasama dalam suatu kelom-pok. Make A Match merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif. Lorna Curran ( 1994 ) menyatakan bahwa model Make A Match adalah model pem-belajaran aktif untuk mendalami atau melatih materi yang telah dipelajari. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match kegiatan pembelajaran akan sedikit riuh, tetapi kegiatan tersebut akan menyenangkan dan tidak membosankan bagi siswa. Penerapan model ini dimulai dari teknik mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin sehingga siswa akan lebih tertantang dan suasana di kelas akan lebih menyenangkan karena guru memberikan reward kepada para siswa yang dapat menemukan pasangan kartunya dengan cepat.
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan model Make A Match terhadap pembelajaran muatan IPS materi Keberagaman Budaya tema Indahnya Kebersamaan subtema Keberagaman Budaya Bangsaku siswa kelas IV SD N Tambakaji 01 Semarang.
Dari ulasan latar belakang tersebut di atas maka peneliti akan mengkaji melalui penelitian eksperimen dengan judul Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Muatan IPS Siswa Kelas IV SD N Tambakaji 01 Semarang.
Perumusan Masalah
Berdasar latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
Apakah pembelajaran muatan IPS dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match lebih efektif daripada pembelajaran muatan IPS dengan metode ceramah materi Keberagaman Budaya siswa kelas IV SD N Tambakaji 01 Semarang?
Bagaimanakah aktivitas siswa dalam pembelajaran muatan IPS materi Keberagaman Budaya kelas IV SD N Tambakaji 01 Semarang?
Tujuan Penelitian
Berdasar rumusan masalah maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
Untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match pada pembelajaran muatan IPS materi Keberagaman Budaya siswa kelas IV SD N Tambakaji 01 Semarang
Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran muatan IPS materi Keberagaman Budaya kelas IV SD N Tambakaji 01 Semarang
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Sebagai bahan referensi atau pendukung penelitan selanjutnya
Menambah kajian tentang hasil penelitian pembelajaran muatan IPS materi Keberagaman Budaya
Mengembangkan praktik pembelajaran muatan IPS materi Keberagaman Budaya
Manfaat Praktis
Bagi Guru
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match diharapkan dapat; 1) memberikan wawasan dan pengetahuan bagi guru tentang model Make A Match, 2) meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam mengajar, 3) meningkatkan profesionalisme dalam proses pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan.
Bagi Siswa
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match diharapkan dapat; 1) siswa lebih termotivasi untuk belajar muatan IPS materi Keberagaman Budaya, 2) meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran muatan IPS materi Keberagaman Budaya, 3) meningkatkan pemahaman siswa dan menggali potensi-potensi siswa dalam pembelajaran muatan IPS materi Keberagaman Budaya
Bagi Sekolah
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk mengembangkan proses pembelajaran dan sumbangan yang bermanfaat dalam rangka perbaikan pembelajaran muatan IPS materi Keberagaman Budaya pada khususnya dan pembelajaran lain pada umumnya
KAJIAN PUSTAKA
Kajian Teori
Hakekat Belajar
Menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah. Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilaku-kan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam inte-raksinya dengan lingkungan. Hal ini sejalan dengan pendapat L. Thorndike (1874-1949) bahwa belajar akan lebih berhasil bila respon siswa terhadap suatu stimulus segera diikuti dengan rasa senang atau kepuasan atau dengan kata lain belajar merupakan proses pembentukan hubungan antara stimulus dan respon.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat dipahamai bahwa pada dasarnya belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu melalui memberian pengetahuan, latihan maupun pengalaman. Belajar dengan pengalaman akan membawa pada perubahan diri dan cara merespon lingkungan.
Tujuan Belajar
Sardiman (2011: 26) menjelaskan ada tiga jenis tujuan belajar, tujuan tersebut antara lain:
Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan belajar.
Penanaman konsep dan keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Keterampilan dapat dididik, yaitu dengan banyak melatih kemampuan.
Pembentukan sikap
Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk itu dibutuhkan kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model.
Tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai sesuatu yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar. Secara garis besar ada tiga tujuan belajar, sebagai berikut: (1) pengumpulan pengetahuan, (2) penanaman konsep dan kecekatan, (3) pembentukan sikap dan perbuatan. (Sutikno, 2013:7).
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah untuk mendapatkan pengetahuan, menanamkan konsep dan keterampilan, serta membentuk sikap peserta didik setelah berlangsungnya proses belajar.
Hakekat Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU RI No. 20:2003, Bab 1 Pasal 1 ayat 20). Pembelajaran merupakan jalan yang harus ditempuh oleh seorang pelajar untuk mengerti suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui. Keberhasilan belajar akan terjamin apabila guru dapat mengajak para siswanya mengerti suatu masalah melalui tahap proses belajar, karena dengan itu siswa akan memahami hal yang diajarkan.
Prinsip-prinsip Pembelajaran
Prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kegiatan pem-belajaran menurut Wina Sanjaya (2005:30-32) adalah sebagai berikut :
Berpusat pada siswa
Dalam proses pembelajaran siswa menempati posisi sentral sebagai subyek belajar.
Belajar dengan melakukan
Belajar bukan hanya sekedar mendengarkan, mencatat sambil duduk di bangku, akan tetapi belajar adalah proses beraktifitas dan berbuat (Learning By Doing).
Mengembangkan kemampuan sosial
Proses pembelajaran bukan hanya mengembangkan kemampuan intelektual akan tetapi juga kemampuan sosial. Proses pembelajaran harus dapat mengembangkan dua sisi ini secara seimbang.
Mengembangkan Keingintahuan, Imajinasi dan Fitrah
Proses pembelajaran harus mampu melatih kepekaan dan keingintahuan setiap individu terhadap segala sesuatu yang terjadi.
Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah
Pembelajaran adalah proses berfikir untuk memecahkan masalah. Oleh sebab itu pengetahuan yang diperoleh mestinya dapat dijadikan sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.
Faktor-faktor Pembelajaran
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran agar berlangsung efektif menurut Wina Sanjaya (2005:32-33) yaitu sebagai berikut, 1) Proses pembelajaran harus memberikan peluang kepada siswa agar mereka secara langsung dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran, 2) Guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksi apa yang telah dilakukannya, 3) Proses pembelajaran harus mempertimbangkan perbedaan individual, 4) Proses pembelajaran harus dapat memupuk kemandirian disamping kerjasama
Kualitas Pembelajaran
Menurut Glaser (dalam Uno Hamzah, 2010:153) kualitas lebih mengarah pada sesuatu yang baik. Sedangkan pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa (Uno Hamzah, 2010:153). Jadi membicarakan kualitas pembelajaran artinya mempersoalkan bagaimana kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama ini berjalan dengan baik serta menghasilkan luaran yang baik pula. Agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik dan menghasilkan luaran yang baik, maka peningkatan kualitas pembelajaran memperoleh tempat yang amat penting. Peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah merupakan perwujudan yang mendukung upaya perbaikan pengelolaan pendidikan. Peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilihat dari kualitas perilaku pembelajaran guru (teacher's behavior), perilaku belajar siswa (student's behavior), iklim pembelajaran (learning climate), materi pembelajaran, media pembelajaran, dan sistem pembelajaran di sekolah (Depdiknas,2005). Diantara indikator-indikator tersebut peneliti fokuskan pada perilaku pembelajaran guru (keterampilan guru) dan perilaku belajar siswa (aktivitas siswa).
Kualitas perilaku pembelajaran guru dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain pada: 1) Kemampuan guru dalam membangun perspepsi dan sikap positif siswa terhadap belajar; 2) Penguasaan ilmu yang luas dan mendalam serta mampu memilih, menata, mengemas, dan menyajikan materi sesuai kebutuhan siswa; 3) Kemampuan memahami keunikan setiap siswa dengan segenap kelebihan dan kekurangannya; 4) Kemampuan memahami lingkungan keluarga, sosial budaya, dan kemajemukan masyarakat tempat kehidupan siswa; 5) Kemampuan mengelola pembelajaran yang mendidik berorientasi pada siswa yang tercermin dalam kegiatan merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembalajaran secara dinamis untuk membentuk kompetensi siswa; 6) Kemampuan mengembangkan kepribadian dan keprofesionalan secara berkelanjutan.
Kualitas perilaku dan dampak belajar siswa dapat dilihat dari kemampuan mereka. Antara lain: 1) Kemampuan memiliki persepsi dan sikap positif terhadap belajar; 2) Kemampuan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan; 3) Kemampuan memperluas dan memperdalam pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh; 4) Kemampuan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya secara bermakna; 5) Kemampuan membangun kebiasaan berfikir, bersikap, dan bekerja produktif. Keterampilan guru dan aktivitas siswa memegang peranan penting dalam mencapai pembelajaran yang berkualitas.
Teori Aktivitas Siswa
Keaktifan adalah kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar (Anni, 2004:52). Keaktifan adalah keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga proses evaluasinya (Mutohir dkk, 1996:4). Menurut Ardhana (2009) keaktifan siswa dapat dilihat dari, 1) Perhatian siswa terhadap penjelasan guru, 2) Kerjasama dalam kelompok, 3) Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli, 4) Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok asal, 5) Memberi kesempatan berpendapat pada teman dalam kelompok, 6) Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat, 7) Memberi gagasan yang cemerlang, 8) Membuat perencanaan dan pembagian tugas yang matang, 9) Keputusan berdasarkan pertimbangan kelompok lain, 10) Memanfaatkan potensi anggota kelompok, 11) Saling membantu dan menyelesaikan masalah
Dari pernyataan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa pengertian keaktifan secara umum adalah kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga proses evaluasi-nya untuk mencapai hasil belajar. Sedangkan keaktifan siswa dapat dilihat dari peran aktif siswa secara individu maupun dalam kelompok pada proses pembelajaran.
Pembelajaran IPS di SD
Pengertian IPS
Kosasi Djahiri (Yaba, 2006:5) menyatakan bahwa IPS adalah merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan dan didaktif untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan. Supriatna, (2008:1) mengemukakan bahwa "Secara mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya". IPS berkenaan dengan cara manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan materinya, memenuhi kebutuhan budayanya, kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan sumber yang ada dipermukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya, dan lain sebagainya yang mengatur serta mempertahankan kehidupan masyarakat manusia.
Ruang Lingkup IPS di SD
Pada ruang lingkup mata pelajaran IPS SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut; 1) Manusia, tempat dan lingkungan, 2) Waktu, keberlanjutan dan perubahan, 3) Sistem Sosial dan Budaya, 4) Perilku Ekonomi dan Kesehjahteraan
Tujuan IPS di SD
Perumusan tujuan pengajaran sangat penting untuk dilakukan karena tujuan merupakan tolok ukur keberhasilan seluruh proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Menurut I Gede Widja (2005 : 27–29), secara umum tujuan pengajaran IPS sebagai berikut :
1) Aspek Pengetahuan
1. Menguasai pengetahuan tentang aktivitas-aktivitas manusia di waktu yang lampau baik dalam aspek eksternal maupun internal.
2. Menuasai pengetahuan tentang fakta-fakta khusus (unik) dari peristiwa masa lampau sesuai dengan waktu, tempat, serta kondisi pada waktu terjadinya peristiwa tersebut.
3. Menguasai pengetahuan tentang unsur-unsur umum (generalisasi) yang terlihat pada sejumlah peristiwa masa lampau.
4. Menguasai tentang unsur perkembangan dan peristiwa-peristiwa masa lampau yang berlanjut (bersifat kontinuitas) dari periode satu ke periode berikutnya yang menyambungkan peristiwa masa lampau dengan peristiwa masa kini.
5. Menumbuhkan pengertian tentang hubungan natara fakta satu dengan fakta lainnya yang berangkai secara kognitif (berkaitan secara
intrinsik).
6. Menumbuhkan keawasan (awareness) bahwa keterkaitan fakta lebih penting dari pada fakta-fakta yang berdiri sendiri.
7. Menumbuhkan keawasan tentang pengaruh-pengaruh sosial kultural terhadap peristiwa sejarah.
8. Sebaliknya juga menumbuhkan keawasan tentang pengaruh sejarah terhadap perkembangan sosial dan kultural masyarakat.
9. Menumbuhkan pengertian tentang arti serta hubungan peristiwa masa lampau bagi situasi masa kini dalam prespektifnya dengan situasi yang akan datang.
2) Aspek Pengembangan Sikap
1. Penumbuhan kesadaran sejarah pada murid terutama dalam artian agar mereka mampu berpikir dan bertindak (bertingkah laku dengan rasa tanggung jawab sejarah sesuai dengan tuntutan zaman pada waktu mereka hidup).
2. Penumbuhan sikap menghargai kepentingan/kegunaan pengalaman masa lampau bagi hidup masa kini suatu bangsa.
3. Sebaliknya juga penumbuhan sikap menghargai berbagai aspek kehidupan masa kini dari masyarakat di mana mereka hidup yang merupakan hasil dari pertumbuhan di waktu yang lampau.
4. Penumbuhan kesadaran akan perubahan-perubahan yang telah dan sedang berlangsung di suatu bangsa diharapkan menuju pada kehidupan yang lebih baik di waktu yang akan datang.
3) Aspek Ketrampilan
1. Sesuai dengan trend baru dalam pengajaran IPS maka pelajaran IPS di sekolah diharapkan juga menekankan pengembangan kemampuan
dasar di kalangan murid berupa kemampuan heuristik, kemampuan kritik, ketrampilan menginterpretasikan serta merangkaikan fakta-fakta dan akhirnya juga ketrampilan menulis.
2. Ketrampilan mengajukan argumentasi dalam mendiskusikan masalah-masalah dan mencari hubungan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya atau dari zaman masa kini dan lain-lain.
3. Ketrampilan menelaah secara elementer buku-buku terutama yang menyangkut keanekaragaman IPS dan sejarah.
4. Ketrampilan mengajukan pertanyaan-pertanyaan produktif di sekitar masalah keanekaragaman IPS dan sejarah.
5. Ketrampilan mengembangkan cara-cara berpikir analitis tentang masalah-masalah sosial historis di lingkungan masyarakatnya.
6. Ketrampilan bercerita tentang peristiwa sejarah secara hidup.
4.1.6 Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu prosedur proses pembelajaran yang membahas tentang kerjasama antara siswa yang satu dan yang lain. Model pembelajaran kooperatif diterapkan, supaya ada interaksi positif antarsiswa dalam proses pembelajaran. Hal-hal yang akan dipaparkan dalam model pembelajaran kooperatif, antara lain pengertian dan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif. Paparan mengenai model pembelajaran kooperatif, sebagai berikut:
4.1.6.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif atau bahasa Inggrisnya cooperative learning, berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu pada satu kelompok. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang sistem belajar dan bekerjanya dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah empat orang secara kolaboratif, sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Solihatin dan Raharjo (2008: 4) menguraikan bahwa "model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran sebagai sikap dalam bekerjasama yang teratur dalam kelompok, terdiri dari dua orang atau lebih dengan keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan anggota kelompok". Kerjasama yang baik dalam kelompok pada pembelajaran kooperatif sangat diperlukan, supaya dapat mencapai tujuan yang dicapai.
Dari pengertian model pembelajaran kooperatif di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok belajar. Tujuannya yaitu dapat mengaktifkan belajar siswa, meningkatkan partisipasi, atau keikutsertaan siswa dalam bekerjasama dengan siswa lain yang saling menghargai. Model pembelajaran kooperatif juga mengandung ranah kognitif, afektif, dan psikomotor dalam proses pembelajaran. Selain itu, model pembelajaran kooperatif dapat menciptakan suasana lingkungan belajar siswa yang baik seperti interaksi positif antarsiswa yang satu dengan yang lain, sehingga dapat saling menghargai.
4.1.6.2 Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif merupakan suatu sistem pada model pembelajaran kooperatif terdapat unsur-unsur dasar yang saling terkait. Menurut Bennet dalam Isjoni (2010: 60), ada lima unsur dasar yang dapat membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu:
Saling Ketergantungan Positif (Positive Interdepedence)
Ketergantungan positif adalah hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan pada anggota kelompok bahwa keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya. Hubungan yang didasari kepentingan yang sama, akan memungkinkan terciptanya suatu ketergantungan yang positif pada anggota kelompok lainnya. Oleh karena itu, guru perlu merancang tugas-tugas yang harus dikerjakan kelompok dan memungkinkan setiap siswa untuk belajar bersosialisasi dengan siswa lain.
Adanya Interaksi Langsung (Interaction Face to Face)
Interaksi langsung adalah interaksi yang terjadi secara langsung antarsiswa tanpa adanya perantara. Interaksi tatap muka tersebut menjadikan siswa saling bertatap muka dalam kelompok, sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tersebut tidak hanya dilakukan dengan guru tetapi dengan teman kelompoknya. Jadi dengan adanya hubungan timbal balik yang positif secara langsung pada siswa yang satu dengan yang lain serta guru yang membimbing kelompok belajar.
Adanya Tanggung Jawab Pribadi Mengenai Materi Pelajaran Dalam Anggota Kelompok
Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok, sehingga siswa termotivasi untuk membantu teman. Tujuan dalam pembelajaran kooperatif yaitu menjadikan setiap anggota kelompoknya menjadi lebih kuat pribadinya. Oleh karena itu, dalam pembelajaran koperatif membutuhkan kerjasama yang baik antaranggota kelompok belajar serta adanya bimbingan kelompok dari guru dalam memberi arahan proses kerja kelompok.
Membutuhkan Keluwesan
Membutuhkan keluwesan adalah menciptakan hubungan antarpribadi, mengembangkan kemampuan antaranggota kelompok, dan memelihara hubungan kerja yang efektif. Pembelajaran kooperatif akan tercipta hubungan yang baik antaranggota kelompok. Penciptaan hubungan yang baik yaitu dengan adanya arahan yang positif dari guru kepada siswa sebelum proses pembelajaran dimulai.
Meningkatkan Suatu Keterampilan Bekerjasama Dalam Memecahkan Masalah (Proses Kelompok)
Meningkatkan keterampilan bekerjasama dalam memecahkan masalah (proses kelompok) adalah kerjasama yang diharapkan dapat dicapai dalam pembelajaran kooperatif. Siswa akan belajar keterampilan bekerjasama dan keterampilan yang sangat diperlukan di masyarakat. Jadi siswa mengetahui tingkat keberhasilan dan efektifitas kerjasama yang telah dilakukan dengan siswa yang lain.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
Model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match yaitu "teknik yang dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Salah satu keunggulan teknik Make A Match yaitu siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik tersebut dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia" (Isjoni, 2010: 67). Menurut Suyatno (2009 : 102) prinsip-prinsip model Make A Match antara lain, 1) Anak belajar melalui berbuat, 2) Anak belajar melalui panca indera, 3) Anak belajar melalui bahas, 4) Anak belajar melalui bergerak. Menurut Suprijono (2009: 94), "hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match yaitu kartu-kartu". Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu yang berisi pertanyaan dan kartu lainnya yang berisi jawaban dari pertanyaan tersebut. Pemasangan kartu-kartu tersebut, dilaksanakan dalam suatu permainan. Jadi, model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match merupakan suatu prosedur pelaksanaan pembelajaran dengan mencari dan memasangkan kartu pertanyaan dan jawaban dalam suatu permainan.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
Tujuan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match, yaitu :
Pendalaman Materi
Siswa melatih penguasanaan materi dengan cara memasangkan antara pertanyaan dan jawaban. Terlebih dahulu guru harus membekali siswa dengan materi yang akan dilatihkan. Guru dapat menjelaskan materi atau memberi tugas pada siswa untuk membaca materi terlebih dahulu. Prinsipnya, siswa harus mempunyai pengetahuan tentang matari yang akan dilatihkan terlebih dahulu. Baru setelah itu guru dapat menggunakan model pembelajaran ini.
Menggali Materi
Cara yang dapat dilakukan adalah guru menulis pokok-pokok materi pada potongan kertas. Lalu, guru membagikan potongan kertas itu pada siswa secara acak. Siswa mencocokkan/-memasangkan potongan kertas tersebut menjadi satu materi utuh. Siswa yang sudah menemukan pasangannya, secara otomatis menjadi satu kelompok. Selanjutnya, guru meminta agar setiap kelompok bekerja sama menyusun materi secara utuh. Setelah semua kelompok selesai menyusun materi, guru meminta setiap kelompok untuk melakukan presentasi.
Edutainment
Model pembelajaran Make A Match juga dapat dipakai sebagai edutainment agar pembelajaran lebih menarik dan tidak monoton. Untuk itu guru cukup melakukannya sesekali saja. Teknik yang dipakai sama dengan teknik mencari pasangan untuk mendalami materi.
Fungsi Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
Adapun fungsi dari pembelajaran kooperatif tipe Make A Match adalah untuk melatih peserta didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu materi pokok. Siswa dilatih berpikir cepat dan menghafal cepat sambil menganalisis dan berinteraksi sosial, (Fachrudin, 2009 : 168).
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
Langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match adalah sebagai berikut:
Guru membagi seluruh siswa di kelas menjadi 6 kelompok. Satu kelompok terdiri dari 5-6 orang.
Pada 6 kelompok tersebut, pelaksanaannya dibagi menjadi tiga sesi. Sesi pertama dilakukan oleh kelompok 1 dan 2, dinilai oleh kelompok 5. Sesi kedua dilakukan oleh kelompok 3 dan 4, dinilai oleh kelompok 6. Sesi ketiga dilakukan oleh kelompok penilai atau kelompok 5 dan 6, dinilai oleh semua kelompok.
Satu sesi dalam pelaksanaan teknik Make A Match yaitu dengan 3 kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaan. Kelompok kedua yaitu kelompok pembawa kartu-kartu berisi jawaban. Kelompok ketiga yaitu kelompok penilai.
Aturlah posisi kelompok-kelompok tersebut berbentuk huruf U. Upayakan kelompok pertama dan kedua berjajar saling berhadapan.
Jika masing-masing kelompok sudah berada di posisi yang telah ditentukan, maka guru membunyikan tanda agar kelompok pertama dan kelompok kedua saling bergerak untuk bertemu.
Siswa mencari pasangan kartu pertanyaan dan jawaban yang cocok.
Berikan kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi. Guru memberi waktu selama 5-10 menit pada tiap kelompok untuk menemukan pasangan antara pertanyaan dan jawaban.
Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk, wajib menunjukkan pertanyaan dan jawaban kepada kelompok penilai.
Kelompok penilai kemudian membacakan hasil kerja kelompok lain, apakah pasangan pertanyaan dan jawaban tersebut cocok.
Kelompok penilai memberi skor pada kelompok peserta sesuai hasil kerja kelompok peserta. Apabila anggota kelompok peserta benar dan tepat waktu, maka akan diberi skor 10 (skor maksimal) untuk setiap soal.
4.1.7.5 Manfaat Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
Manfaat penerapan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Disamping itu juga dapat mengembangkan solidaritas sosial di kalangan siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat.
Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
Model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match memiliki keunggulan dan kelemahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Keunggulan pada model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match (Isjoni 2010:112) yaitu " 1) Siswa mencari pasangan kartu pertanyaan dan jawaban sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik pembelajaran dalam suasana yang menyenangkan; 2) Model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match dapat digunakan pada semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia; 3) Dapat melibatkan siswa secara aktif supaya dapat mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam pelaksanaan proses pembelajaran; 4) Melatih siswa untuk bekerjasama dengan siswa yang lain".
Sementara, kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match menurut Tarmizi (2008), yaitu "1) Diperlukan bimbingan guru untuk setiap pelaksanaan kegiatan; 2) Waktu yang tersedia perlu dibatasi, jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-mainn dalam proses pembelajaran; dan 3) Guru perlu mempersiapkan bahan dan alat yang memadai".
Hakekat Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2010:22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito (dalam Depdiknas, 2006:125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar. Sehubungan dengan pendapat itu, maka Wahidmurni, dkk. (2010:18) menjelaskan bahwa seseorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut di antaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif dan psikomotor. Uraian dari masing-masing ranah tersebut adalah:
Ranah kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian
Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor meliputi ketrampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih menonjol, namun hasil belajar afektif dan psikomotor juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.
Sehubungan dengan itu, Gagne (dalam Sudjana, 2010:22) mengem-bangkan kemampuan hasil belajar menjadi lima macam antara lain: (1) hasil belajar intelektual merupakan hasil belajar terpenting dari sistem lingsikolastik; (2) strategi kognitif yaitu mengatur cara belajar dan berfikir seseorang dalam arti seluas-luasnya termaksuk kemampuan memecahkan masalah; (3) sikap dan nilai, berhubungan dengan arah intensitas emosional dimiliki seseorang sebagaimana disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku terhadap orang dan kejadian; (4) informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta; dan (5) keterampilan motorik yaitu kecakapan yang berfungsi untuk lingkungan hidup serta memprestasikan konsep dan lambang.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Hasil belajar akan tersimpan lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi, sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. Dengan penggunaan model Make A Match diharapkan kualitas dan aktivitas pembelajaran akan meningkat sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat dan hasil belajar akan tersimpan lama karena penggunaan model tersebut menyenangkan.
Kajian Empiris
Beberapa penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match yang dilakukan oleh peneliti antara lain penelitian yang dilaksanakan oleh Rifka Isnaini tahun 2011 pada siswa Kelas V di SDN Kidul Dalem 2 Malang dengan judul "Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V dengan Menerapkan Model Pembelajaran Make A Match di SDN Kidul Dalem 2 Malang". Tujuan pene-litian ini adalah, 1) Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Make A Match pada mata pelajaran IPS pada siswa kelas V SDN Kidul Dalem 2 Malang, 2) Mendeskripsikan model pembelajaran Make A Match yang dapat mening-katkan hasil belajar IPS materi Menghargai Peranan Para Tokoh Pejuang dan Masyarakat dalam Mempersiapkan dan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SDN Kidul Dalem 2 Malang. Hasil penelitiannya adalah 1) Dalam setiap siklus ketuntasan hasil belajar pada aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan yaitu tahap tindakan pada siklus I 61,1% dan pada siklus II mengalami kenaikan menjadi 100%, 2) Ketuntasan hasil belajar pada aktivitas belajar siswa dari siklus I naik 38,9% ke siklus II. Dalam setiap siklus ketuntasan hasil belajar pada tes akhir siswa mengalami peningkatan yaitu pada nilai awal sebelum tindakan adalah 13,7%, pada siklus I ada 48,3% dan pada siklus II ini mengalami kenaikan cukup tinggi yaitu 100%. 3) Ketuntasan hasil belajar pada tes akhir siswa dari nilai awal ke siklus I naik 34,6% dan dari siklus I ke siklus II naik 51,7%.
Adapun penelitian yang dilaksanakan oleh Mariatul Kibtiyah (2009) dengan judul "Penerapan Model Pembelajaran Make A Match untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri Pandanwangi 2 Kota Malang". Tujuan penelitiannya adalah untuk meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV SD Negeri Pandanwangi 2 Kota Malang. Persentase ketuntasan belajar siswa sebelum adanya perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match yaitu 53%. Hasil penelitiannya adalah 1) Pada siklus I persentase ketuntasan belajar meningkat menjadi 66%, 2) Pada siklus II persentase ketuntasan belajar juga meningkat kembali yaitu 84%.
Dari beberapa hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar muatan IPS sehingga dapat dijadikan pendukung dalam penelitian ini.
Kerangka Berpikir
Kelompok Eksperimen pada Akhir EksperimenKelompok Eksperimen pada Akhir EksperimenKelompok Eksperimen pada Awal EksperimenKelompok Eksperimen pada Awal Eksperimen
Kelompok Eksperimen pada Akhir Eksperimen
Kelompok Eksperimen pada Akhir Eksperimen
Kelompok Eksperimen pada Awal Eksperimen
Kelompok Eksperimen pada Awal Eksperimen
Dikenakan
Model Make A Match
Kelompok Kontrol pada Akhir EksperimenKelompok Kontrol pada Akhir EksperimenKelompok Kontrol pada Awal EksperimenKelompok Kontrol pada Awal Eksperimen
Kelompok Kontrol pada Akhir Eksperimen
Kelompok Kontrol pada Akhir Eksperimen
Kelompok Kontrol pada Awal Eksperimen
Kelompok Kontrol pada Awal Eksperimen
Tidak dikenakan
Model Make A Match
Keadaannya DiperbandingkanKeadaannya Diperbandingkan Prosesnya BerbedaProsesnya BerbedaKeadaan AwalKeadaan Awal
Keadaannya Diperbandingkan
Keadaannya Diperbandingkan
Prosesnya Berbeda
Prosesnya Berbeda
Keadaan Awal
Keadaan Awal
Hipotesis
Menurut Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti (2007:137), hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah (belum tentu kebenarannya) sehingga harus diuji secara empiris. Hipotesis dirumuskan berdasarakan teori, dugaan, pengalaman pribadi/orang lain, kesan umum, kesimpulan yang masih sangat sementara. Menurut Kerlinger (1973) hipotesis adalah pernyataan yang bersifat terkaan dari hubungan antara dua atau lebih variabel. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
Ha: Ada keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match terhadap hasil belajar muatan IPS materi keberagaman budaya Kelas IV SD N Tambakaji 01 Semarang
Ho: Tidak ada keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match terhadap hasil belajar muatan IPS materi keberagaman budaya Kelas IV SD N Tambakaji 01 Semarang
METODE PENELITIAN
Jenis dan desain Eksperimen
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono (2011: 72) penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Sedangkan menurut Faisal (1982: 76) penelitian eksperimen adalah suatu metode yang sistematis dan logis untuk menjawab pertanyaan :"Jika sesuatu dilakukan pada kondisi-kondisi yang dikontrol dengan teliti, maka apakah yang akan terjadi?". Selain itu, Fraenkel, dkk (2012: 265) juga berpendapat bahwa penelitian eksperimen adalah unik di dalam dua hal yang sangat penting. Penelitian ini merupakan satusatunya jenis penelitian yang secara langsung mencoba untuk mempengaruhi suatu variabel tertentu, dan ketika benar diterapkan. Penelitian ini juga merupakan jenis penelitian yang terbaik dalam pengujian hipotesis hubungan sebab akibat atau kausalitas.
Desain eksperimen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan desain Pretest-Posstest Control Group Design yang merupakan salah satu bentuk dari True Experimental Design. Tujuannya adalah untuk mempermudah langkah-langkah dalam penelitian. Desain ini juga merupakan hasil dari hipotesis dalam penelitian ini. Pada Pretest-Posstest Control Group Design merupakan desain yang membandingkan tes awal dan tes akhir. Menurut Sugiyono (2009:112) adapun bentuk desain dalam model ini adalah sebagai berikut.
Kelompok
Prestest
Treatment/perlakuan
Postest
Eksperimen
A1
X
A2
Kontrol
B1
-
B2
Keterangan :
A1 : pretest yang dilaksanakan pada kelompok eksperimen
A2 : posttest yang dilaksanakan pada kelompok eksperimen
X : treatment/perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match
B1 : pretest yang dilaksanakan pada kelompok kontrol
B2 : posttest yang dilaksanakan pada kelompok kontrol
Prosedur penelitian
Penelitian ini meliputi tiga tahap, yaitu tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap akhir penelitian.
Tahap Persiapan Penelitian
Studi pendahuluan
Melakukan studi literatur terhadap teori yang relevan mengenai model pembelajaran yang akan digunakan.
Analisis materi Keberagaman Budaya muatan IPS di kelas IV. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran.
Konsultasi dengan pihak sekolah dan guru kelas IV mengenai waktu penelitian, populasi dan sampel yang akan dijadikan subyek penelitian.
Penyusunan perangkat pembelajaran yaitu berupa RPP.
Pembuatan instrumen penelitian yaitu berupa tes dan lembar observasi yang digunakan untuk mengukur keterlaksanaan model yang digunakan.
Melakukan uji coba instrumen tes.
Menganalisis hasil uji coba instrumen penelitian untuk mengetahui layak atau tidaknya soal tersebut digunakan sebagai instrumen penelitian.
Tahap Pelaksanaan Penelitian
Memberikan tes awal untuk mengukur hasiil belajar siswa sebelum diberi perlakuan (treatment).
Memberikan perlakuan yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match pada kelas IV A sebagai kelompok eksperimen dan metode ceramah pada kelas IV B sebagai kelompok kontrol terhadap pembelajaran muatan IPS materi Keberagaman Budaya.
Memberikan tes akhir untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan.
Tahap Akhir Penelitian
Mengolah data hasil pretest dan postest serta menganalisis instrumen yang lain seperti lembar observasi.
Menganalisis data hasil penelitian dan membahas temuan penelitian.
Memberikan simpulan berdasarkan pengolahan data.
Memberikan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian
Tahap PelaksanaanTahap PelaksanaanTahap PelaksanaanTahap PelaksanaanTahap PersiapanTahap Persiapan
Tahap Pelaksanaan
Tahap Pelaksanaan
Tahap Pelaksanaan
Tahap Pelaksanaan
Tahap Persiapan
Tahap Persiapan
Studi PendahuluanStudi LiteraturAnalisis materi Keberagaman Budaya muatan IPS kelas IVStudi PendahuluanStudi LiteraturAnalisis materi Keberagaman Budaya muatan IPS kelas IV
Studi Pendahuluan
Studi Literatur
Analisis materi Keberagaman Budaya muatan IPS kelas IV
Studi Pendahuluan
Studi Literatur
Analisis materi Keberagaman Budaya muatan IPS kelas IV
Pengolahan dataPengolahan data
Pengolahan data
Pengolahan data
PretestPretest
Pretest
Pretest
Analisis data hasil penelitianAnalisis data hasil penelitian
Analisis data hasil penelitian
Analisis data hasil penelitian
Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Make A Match pada kelompok eksperimenPembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Make A Match pada kelompok eksperimen
Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Make A Match pada kelompok eksperimen
Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Make A Match pada kelompok eksperimen
PembahasanPembahasanPemilihan sampel penelitian dengan tekni cluster random samplingPemilihan sampel penelitian dengan tekni cluster random sampling
Pembahasan
Pembahasan
Pemilihan sampel penelitian dengan tekni cluster random sampling
Pemilihan sampel penelitian dengan tekni cluster random sampling
SimpulanSimpulan
Simpulan
Simpulan
Perangkat pembelajaran dan instrumen Perangkat pembelajaran dan instrumen
Perangkat pembelajaran dan instrumen
Perangkat pembelajaran dan instrumen
PostestPostestPembuatan laporanPembuatan laporan
Postest
Postest
Pembuatan laporan
Pembuatan laporan
Gambar Alur Penelitian
Subyek, Lokasi, dan Waktu penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD N Tambakaji 01 Semarang. Lokasi sekolah di Jl. Walisongo Km 12, Tambakaji, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang. Waktu penelitian dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu dari tanggal 1 Oktober - 29 November 2014.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:80). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD N Tambakaji 01 Semarang. Kelas IV A berjumlah 30 siswa dan kelas IV B berjumlah 30 siswa. Populasi diasumsikan sama sebagai satu kesatuan populasi karena terdapat beberapa persamaan yaitu: a) memiliki latar belakang pengetahuan dan umur yang hampir sama; b) mempunyai jumlah jam dan fasilitas sekolah yang sama; serta c) materi yang diajarkan sama.
Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011:81). Dalam penentuan sampel penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling yaitu pengambilan sampel yang memberikan kesempatan sama kepada anggota populasi untuk menjadi sampel penelitian (Sugiyono, 2011:122).
Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, (Sugiyono, 2012:61). Pada penelitian ini ditentukan dua variabel, yaitu variabel bebas atau variabel independen dan variabel terikat atau variabel dependen.
Variabel Bebas
Menurut Sugiyono (2012:61) variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas pada penelitian ini yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
Variabel Terikat
Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas, (Sugiyono, 2012:61). Variabel terikat pada penelitian ini yaitu hasil belajar siswa kelas IV SD N Tambakaji 01 Semarang pada muatan IPS materi Keberagaman Budaya
Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan/dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti (Sugiyono, 2011:41). Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah kemampuan belajar yang hampir sama, lokasi (sekolah) sama, jumlah jam pelajaran dan fasilitas sekolah sama, serta materi pembelajaran sama.
Hubungan antara variabel bebas, kontrol, dan terikat dalam penelitian eksperimen di kelas IV A dan kelas IV B SD N Tambakaji 01 Semarang dapat digambarkan sebagai berikut.
Hasil belajar siswa (dependen variable)Hasil belajar siswa (dependen variable)Model Make A Match(independen variable)Model Make A Match(independen variable)
Hasil belajar siswa
(dependen variable)
Hasil belajar siswa
(dependen variable)
Model Make A Match
(independen variable)
Model Make A Match
(independen variable)
Kemampuan siswa, lokasi, jumlah jam, fasilitas sekolah dan materi pembelajaran(Variabel kontrol)Kemampuan siswa, lokasi, jumlah jam, fasilitas sekolah dan materi pembelajaran(Variabel kontrol)
Kemampuan siswa, lokasi, jumlah jam, fasilitas sekolah dan materi pembelajaran
(Variabel kontrol)
Kemampuan siswa, lokasi, jumlah jam, fasilitas sekolah dan materi pembelajaran
(Variabel kontrol)
Gambar Hubungan Antara Variabel Bebas, Kontrol, dan Terikat dalam Penelitian Eksperimen di kelas IV A dan kelas IV B SD N Tambakaji 01 Semarang
Definisi Operasional Variabel
Operasional variabel yaitu definisi yang diberikan pada suatu variabel dengan cara memberikan atau menspesialisasikan kegiatan yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut, (Nazir, 1983:152). Operasional variabel pada penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Model pembelajaran kooperatif teknik Make A Match yaitu "teknik yang dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Salah satu keunggulan teknik Make A Match yaitu siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik tersebut dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia, (Isjoni, 2010:67).
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ada 4 :
Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004 : 104). Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa sesuai dengan skenario.
Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran IPS dengan menggunakan model kooperatif tipe Make A Match. Observasi dilakukan selama pembelajaran bersama kolaborator. Lembar observasi digunakan sebagai data pendukung analisis data yang dilakukan. Melalui observasi, peneliti dapat melakukan pengecekan aktivitas siswa secara langsung sehingga peningkatan aktivitas siswa dapat diukur. Supaya pengamatan lebih valid, maka peneliti menggunakan alat bantu yaitu kamera untuk merekam kejadian yang kompleks selama pembelajaran.
Wawancara
Pada penelitian, wawancara dapat berfungsi sebagai metode primer, pelengkap atau sebagai kriterium (Hadi, 1992). Sebagai metode primer, data yang diperoleh dari wawancara merupakan data yang utama guna menjawab pemasalahan penelitian. Sebagai metode pelengkap, wawancara berfungsi sebagai sebagai pelengkap metode lainnya yang digunakan untuk mengumpulkan data pada suatu penelitian. Sebagai kriterium, wawancara digunakan untuk menguji kebenaran dan kemantapan data yang diperoleh dengan metode lain.
Catatan Lapangan
Sumber informasi yang sangat penting dalam penelitian adalah catatan lapangan (field notes) yang dibuat oleh peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi, (Wiriaatmadja, 2008:125). Kekayaan data dalam catatan lapangan ini , yang memuat secara deskriptif berbagai kegiatan, suasana kelas, iklim sekolah, kepemimpinan, dan berbagai bentuk interaksi sosial. Catatan lapangan dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui keadaan lapangan ketika dilakukan pembelajaran muatan IPS materi Keberagaman Budaya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
Tes
Menurut Poerwanti, dkk, (2008:5) tes merupakan seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran. Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar muatan IPS materi Keberagaman Budaya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
Validitas, Reliabilitas dan Uji coba Instrumen
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, (2009:228) dalam penelitian diperlukan instrumen-instrumen penelitian yang telah memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu instrumen penelitian yaitu validitas dan reliabilitas.
Validitas
Menurut Arikunto (2008:76) sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Skor pada item menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah. Untuk mengetahui apakah tes itu valid atau tidak harus dilakukan melalui penelaahan kisi-kisi tes untuk memastikan bahwa soal-soal tes itu sudah mewakili atau mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang seharusnya dikuasai secara proporsional. Oleh karena itu, validitas isi suatu tes tidak memiliki besaran tertentu yang dihitung secara statistika, tetapi dipahami bahwa tes itu sudah valid berdasarkan telaah kisi-kisi tes. Instrumen berupa tes tertulis dibandingkan dengan kompetensi dasar, indikator, dan materi yang akan diajarkan.
Jika butir tes secara jelas dimaksudkan mengukur kompetensi dasar dan indikator tertentu dan juga mewakili bahan ajar yang dibelajarkan, tes tersebut di katakan memiliki derajat validitas isi yang tinggi (Nurgiyantoro, 2013:155). Oleh karena itu, untuk menguji validitas soal tes tertulis digunakan validitas isi.
Pedoman observasi diuji validitasnya dengan validitas isi dan konsultasi dengan pakar. Validitas lembar observasi diuji dengan menggunakan validitas isi dan konsultasi dengan pakar dalam hal ini adalah dosen bidang IPS. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Jika deskriptor-deskriptor yang terkandung dalam lembar observasi sudah sesuai dengan indikator, maka dapat dikatakan bahwa lembar observasi tersebut valid.
Untuk menghitung validitas digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut.
rxy=NXY-XYNX2-X2NY2-Y2
(Arikunto, 2002:72)
Keterangan:
rXY : koefisien korelasi
N : banyaknya subjek
X : skor butir soal yang dicari validitasnya
Y : skor total
XY : perkalian antara skor butir soal dengan skor total
Jika rXY> rtabeldan α = 5% maka alat ukur dikatakan valid.
Menurut Arikunto (2008:75) korelasi koefisien selalu terdapat antara -1,00 sampai +1,00. Koefisien (-) menunjukkan hubungan kebalikan, sedangkan koefisien (+) menunjukkan adanya kesejajaran. Untuk mengadakan interprestasi besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut.
Antara 0,800 – 1,00 validitas sangat tinggi
Antara 0,600 – 0,800 validitas tinggi
Antara 0,400 – 0,600 validitas cukup
Antara 0,200 – 0,400 validitas rendah
Antara 0,000 – 0,200 validitas sangat rendah
Reliabilitas
Menurut Arikunto (2008:86) realibilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes yakni sejauh mana sebuah tes bisa dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/tidak berubah.
Suatu tes dikatakan reliabel jika ia dapat memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali, atau dengan kata lain tes dikatakan reliabel jika hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan.
Instrumen Tes
Uji reliabilitas yang digunakan untuk menguji kehandalan tes unjuk kerja adalah melalui reliabilitas internal dengan Spearman Brown (Sugiyono, 2009:278) dengan rumus sebagai berikut:
r11 = reliabilitas internal seluruh instrumen
rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua
Korelasi Product Moment
r = koeisien korelasi product moment
N = jumlah responden
X = skor variabel X
Y = skor variabel Y
Instrumen Non Tes (Lembar Observasi)
Reliabilitas lembar observasi menunjukkan bahwa lembar observasi benar-benar dapat digunakan untuk mengumpulkan data berupa aktivitas siswa. Uji reliabilitas lembar observasi menggunakan uji reliabilitas antar-rater (interrater reliability) dengan formulasi Ebel. Formulasi Ebel (dalam Azwar, 2008:106) untuk mengestimasi reliabilitas hasil yang dilakukan oleh sebanyak k orang raters terhadap sebanyak n orang subjek, dirumuskan dengan rumus sebagai berikut.
rxx' = ss2- se2ss2+ k-1 se2
ss2= varian antar subjek yang dikenai rating
se2= varians error, varians interaksi antara subjek (s) dan rater (r)
k = banyaknya rater yang memberikan rating
5.7.3 Uji Coba Instrumen
1) Persiapan
Pada tahap ini dipersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan uji coba instrumen penelitian, yaitu:
a) Menetapkan jadwal
Pada awalnya uji coba instrumen penelitian akan di laksanakan tanggal 29 November 2014.
b) Membuat kisi-kisi soal tes hasil belajar muatan IPS materi Keberagaman Budaya.
c) Menyiapkan soal tes akhir dan menyiapkan kunci jawaban.
2) Bentuk Tes dan Alokasi Waktu
Bentuk tes yang digunakan dalam uji coba instrumen penelitian ini adalah soal pilihan ganda, uraian, dan menjodohkan. Jumlah soal pilihan ganda adalah 5 soal dengan 4 pilihan jawaban, jumlah soal uraian adalah 3 soal, dan jumlah soal menjodohkan adalah 7 soal. Alokasi waktu yang disediakan adalah 35 menit.
5.8 Analisis Data
Analisis Data Awal
Uji Normalitas
Uji normalitas berguna untuk menentukan data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Uji normalitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Chi Kuadrat. Hipotesis yang akan diujikan adalah :
Ho : Data berdistribusi normal
Ha : Data tidak berdistribusi normal
Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis di atas adalah Chi-Kuadrat , dengan rumus :
X2 : Chi-kuadrat
Oi : Frekuensi pengamatan
Ei : Frekuensi yang diharapkan
Jika xhitung2< xtabel2 dengan dk= k-3 dan α = 5% maka data yang diperoleh berdistribusi normal .
Uji Homogenitas
Uji homogenitas merupakan uji perbedan antara dua atau lebih populasi. Semua karakteristik populasi dapat bervariasi antara satu populasi dengan yang lain. Dua di antaranya adalah mean dan varian (selain itu masih ada bentuk distribusi, median, modus, range, dll). Sebelum dilakukan penelitian populasi harus dalam keadaan homogen agar dalam pengambilan sampel dapat dilakukan teknik random samping. Penelitian sampel boleh dilaksanakan apabila keadaan subyek di dalam populasi benar-benar homogen. Untuk mengetahui homogenitas populasi berdistribusi normal dilakukan uji Bartlett yaitu dengan menggunakan statistik Chi-kuadrat dengan rumus :
2 = (In 10) (B- (n1-1)(log s12)
Dengan B = (log s2) (n1-1) dan S2= (n1-1)s12 (n1-1)
Keterangan :
S2 : varians gabungan dari semua sampel
N1 : banyaknya siswa pada kelas V
B : harga satuan bartlett
5.8.2 Analisis Data Akhir
5.8.2.1 Teknik Analisis Data Kuantitatif
Data ini berupa hasil belajar yang mengukur tingkat kognitif siswa. Jika penilaian menggunakan skor tertinggi (maksimal) 100, maka dapat diketahui rumus untuk menentukan skor pada siswa. Menurut Poerwanti (2008: 6.15) skala 100 berangkat dari persentase yang menggantikan skor prestasi sebagai proporsi penguasaan peserta didik pada suatu perangkat tes dengan batas minimal angka 0 – 100 persen (%). Adapun langkah-langkah PAP sebagai berikut:
Data hasil belajar siswa di analisis dengan menggunakan rumus:
N= BSt x 100 (skala 0-100)
Keterangan:
N = Nilai
B = Skor yang diperoleh
St = Skor maksimal
(Poerwanti 2008: 6.15)
Menghitung mean atau rerata kelas
Menghitung mean untuk mencari rata-rata hasil belajar siswa menggunakan rumus:
Me= x= ΣX N
Keterangan:
x = nilai rata-rata
X = jumlah semua nilai siswa
N = jumlah siswa
(Awalludin, 2008:2.5)
% ketuntasan belajar=jumlah siswa yang tuntasjumlah seluruh siswax100 %% ketuntasan belajar=jumlah siswa yang tuntasjumlah seluruh siswax100 % Menghitung presentase ketuntasan belajar klasikal, dengan rumus sebagai berikut:
% ketuntasan belajar=jumlah siswa yang tuntasjumlah seluruh siswax100 %
% ketuntasan belajar=jumlah siswa yang tuntasjumlah seluruh siswax100 %
Data hasil belajar siswa dapat dianalisis secara kuantitatif untuk memperoleh simpulan dengan menggunakan tabel sebagai berikut.
Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa dalam Persen (%)
Tingkat Keberhasilan %
Kualifikasi
> 80%
Sangat Tinggi
60-79%
Tinggi
40-59%
Sedang
20-39%
Rendah
<20%
Sangat Rendah
(Aqib, 2011:41)
Menentukan batas minimal skor ketuntasan
Hasil perhitungan dikonsultasikan melalui kriteria ketuntasan belajar siswa yang dikelompokkan ke dalam kategori tuntas dan tidak tuntas.
5.8.2.2 Teknik Analisis Data Kualitatif
Dalam penelitian ini data kualitatif berupa data hasil pengamatan aktivitas siswa, observasi yang berupa catatan lapangan dan dokumentasi. Untuk data kualitatif berupa hasil pengamatan aktivitas siswa dipaparkan dengan menggunakan kategori/kriteria sangat baik, baik, cukup dan kurang berdasarkan skor yang telah ditetapkan.
Lembar observasi aktivitas siswa dalam muatan pembelajaran IPS memiliki beberapa indikator. Dalam setiap indikator terdapat 4 deskriptor pengamatan. Kriteria penilaian yang digunakan menurut Rusman (2012: 98) adalah sebagai berikut ini:
Skor 0 jika tidak ada deskriptor yang tampak
Skor 1 jika 1 deskriptor yang tampak
Skor 2 jika 2 deskriptor yang tampak
Skor 3 jika 3 deskriptor yang tampak
Skor 4 jika 4 deskriptor yang tampak
Sedangkan untuk menentukan jarak pengukuran (Awalluddin dkk 2008: 1.44 – 1.45), dilakukan dengan cara sebagai berikut:
R = nilai tertinggi – nilai terendahR = nilai tertinggi – nilai terendah
R = nilai tertinggi – nilai terendah
R = nilai tertinggi – nilai terendah
Keterangan:
R = jarak pengukuran
Nilai tertinggi = skor tertinggi
Nilai terendah = skor terendah
Setelah R diketahui dan jumlah interval kelas sudah ditentukan 4, maka akan dicari lebar intervalnya dengan menggunakan rumus:
i= jarak pengukuran (R) jumlah kelasi= jarak pengukuran (R) jumlah kelas
i= jarak pengukuran (R) jumlah kelas
i= jarak pengukuran (R) jumlah kelas
Keterangan:
i = interval
R = jarak pengukuran
Dari perhitungan tersebut, maka dapat dibuat tabel klasifikasi tingkatan nilai untuk menentukan kategori nilai pada aktivitas siswa.
Jumlah indikator aktivitas siswa adalah 8 dengan setiap indikator terdiri atas 4 deskriptor. Sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
Skor Tertinggi : 32
Skor Terendah : 0
R = jarak pengukuran = skor tertinggi – skor terendah
= 32 – 0
= 32
i = interval = jarak pengukuran Rjumlah kelas
= 324
= 8
Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh klasifikasi aktivitas siswa sebagai berikut.
Kriteria Ketuntasan Aktivitas Siswa
Skor
Kategori
24 skor 32
Sangat Baik
18 skor < 24
Baik
8 skor < 16
Cukup
0 skor < 8
Kurang
DAFTAR PUSTAKA
Anni, Catharina Tri. dkk. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES.
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Awalludin. 2008. Statistika Pendidikan. Jakarta : Depdiknas.
Depdiknas. 2004. Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hadi, Soewarso, dan Sukarjo. 2008. Kajian Ilmu Pengetahuan Sosial. Salatiga: Widya Sari Press Salatiga.
Hafizah, Ellyna. Uji Normalitas dan Homogenitas
http://www.academia.edu/6774849/UJI_NORMALITAS_DAN_HOMOGENITAS_DATA (diunduh pada 9 Desember 2014)
Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Hidayat, Anwar. 2013. Uji Normalitas. http://www.statistikian.com/2013/01/uji-normalitas.html (diunduh pada 10 Desember 2014)
Huda, Miftahul. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Isjoni, 2010. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kibtiyah, Mariatul. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Pandanwangi 2 Kota Malang. http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=37601.
[diunduh tanggal 09 Desember 2014].
Laela, Nur Ida. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA Sumber Energi Siswa Kelas II SD Negeri Yamansari 02 Lebaksiu Tegal. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Rifa'i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UPT MKU UNNES.
Yasin, Sanjaya. Pengertian Metode Observasi. http://www.sarjanaku.com/2013/04/pengertian-metode-observasi-definisi.html (diunduh pada 09 Desember 2014)
LAMPIRAN 1
KISI-KISI INSTRUMEN PENGAMBILAN DATA
KISI-KISI INSTRUMEN PENGAMBILAN DATA
Judul :
Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Muatan IPS Siswa Kelas IV SD N Tambakaji 01 Semarang
No.
Variabel
Indikator
Sumber
Instrumen pengumpul data
Hasil belajar siswa muatan IPS dengan model Make A Match
3.5.1 Menjelaskan sikap yang harus ditunjukkan untuk menghormati keberagaman dalam bentuk tulisan
4.5.1 Menceritakan berbagai bentuk keberagaman budaya yang ada di Indonesia
Siswa
Guru
Video
Foto
1. Tes
LKS dan soal evaluasi
Non tes Lembar penilaian sikap dan rubik
2.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran muatan pembelajaran IPS dengan model Make A Match
Kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran
(emotional activities)
Membangun pengetahuan sendiri
(mental activities)
Melakukan eksperimen (motor activities)
Mengamati dan menyimak informasi
(Visual activities)
Mengemukakan pendapat (oral activities)
Menyusun laporan hasil diskusi (writing activities)
Siswa
Guru
Video
Foto
Lembar observasi
Catatan lapangan
Wawancara
LAMPIRAN 2
INSTRUMEN PENELITIAN TES
Instrumen Tes
Berilah tanda silang pada jawaban yang tepat!
1. Rumah adat Joglo berasal dari daerah....
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
Bali
Di bawah ini tarian daerah yang berasal dari Sumatra Barat yaitu....
Tari pendet
Tari jaipong
Tari piring
Tari serimpi
Tari pendet berasal dari ....
Sumatra Barat
Sumatra Selatan
Bali
Madura
Rumah minang merupakan rumah khas dari daerah ....
Sumatra Utara
Sumatra Barat
Sumatra Selatan
Jambi
Kebudayaan yang berasal dari Yogyakarta adalah ....
Tari kipas
Rumah Hanoi
Gudeg
Ketoprak
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan tepat!
Sebutkan 3 kebudayaan yang ada di daerah Yogyakarta!
Apa yang kamu ketahui tentang suku Minang? Deskripsikan menurut pendapatmu!
Bagaimanakah bentuk rumah adat gadang? Coba gambarkan!
Jodohkan dengan jawaban yang tepat!
JakartaPapuaJawa baratJawa tengahJawa TimurBaliYogyakartaAcehMedanJakartaPapuaJawa baratJawa tengahJawa TimurBaliYogyakartaAcehMedan Tari saman
Jakarta
Papua
Jawa barat
Jawa tengah
Jawa Timur
Bali
Yogyakarta
Aceh
Medan
Jakarta
Papua
Jawa barat
Jawa tengah
Jawa Timur
Bali
Yogyakarta
Aceh
Medan
Gudeg
Ketoprak
Rumah hanoi
Kebaya
Suku sunda
Tari pendet
LAMPIRAN 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS KONTROL DAN KELAS EKSPERIMEN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SD N KEBOLAMPANG
Kelas / Semester : IV / I
Tema : Indahnya Kebersamaan (Tema 1)
Sub Tema : Keberagaman Budaya Bangsaku (Sub Tema 1)
Pembelajaran ke : 1
Alokasi waktu : 7 x 35 menit (1 hari)
KOMPETENSI INTI
Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru.
Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah.
Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
PPKn
Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya, serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya
Menyadari hubungan keteraturan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan
Mengamalkan ajaran agama yang dianut
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan inkuiri ilmiah dan berdiskusi
2.1.1 Menunjukkan perilaku ilmiah dalam aktivitas sehari-hari
2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi melaksanakan penelaahan fenomena alam secara mandiri maupun berkelompok
2.2.1 Melaksanakan penelaahan fenomena alam secara mandiri maupun berkelompok dengan kerja individu dan kelompok
3.4 Memahami arti bersatu dalam keberagaman di rumah, sekolah dan masyarakat
3.4.1 Menjelaskan keberagaman yang ada di Indonesia dalam bentuk tulisan
4.3 Bekerja sama dengan teman dalam keberagaman di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat.
4.3.1 Menjelaskan ciri khas suku Minang dalam bentuk peta pikiran
4.4 Mengelompokkan kesamaan identitas suku bangsa (pakaian tradisional, bahasa, rumah adat, makanan khas, dan upacara adat), sosial ekonomi (jenis pekerjaan orang tua) di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat sekitar
4.4.1 Menuliskan contoh perilaku sebagai bentuk kebanggaan menjadi anak Indonesia
SBdP
Mengagumi ciri khas keindahan karya seni dan karya kreatif masing-masing daerah sebagai anugerah Tuhan
1.1.1 Menyadari keindahan karya seni masing-masing daerah sebagai anugerah Tuhan
2.1 Menujukkan sikap berani mengekspresikan diri dalam berkarya seni
2.1.1 Menunjukkan sikap berani mengekspresikan diri dalam berkarya seni
3.3 Membedakan panjang-pendek bunyi, dan tinggi-rendah nada dengan gerak tangan
3.3.1 Membedakan panjang-pendek bunyi
3.3.2 Membedakan tinggi-rendah nada dengan gerak tangan
4.5 Menyanyikan lagu dengan gerak tangan dan badan sesuai dengan tinggi rendah nada
4.5.1 Menyanyikan lagu "Aku Anak Indonesia" dengan tinggi rendah nada yang sesuai bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia
Meresapi makna anugerah Tuhan Yang Maha Esa berupa bahasa Indonesia yang diakui sebagai bahasa persatuan yang kokoh dan sarana belajar untuk memperoleh ilmu pengetahuan
1.1.1 Menyadari anugerah Tuhan Yang Maha Esa berupa bahasa Indonesia yang diakui sebagai bahasa persatuan
1.2 Mengakui dan mensyukuri anugerah Tuhan yang Maha Esa atas keberadaan lingkungan dan sumber daya alam, alat teknologi modern dan tradisional, perkembangan teknologi, sosial, serta permasalahan sosial
1.2.1 Mensyukuri anugerah Tuhan atas keberadaan lingkungan
2.2 Memiliki kedisiplinan dan tanggung jawab terhadap penggunaan alat teknologi modern dan tradisional, proses pembuatannya melalui pemanfaatan bahasa Indonesia
2.2.1 Memiliki kedisiplinan terhadap penggunaan alat teknologi modern dan tradisional
2.2.2 Memiliki tanggung jawab terhadap penggunaan alat teknologi modern dan tradisional
2.4 Memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan sumber daya alam melalui pemanfaatan bahasa Indonesia
2.4.1 Memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan sumber daya alam
3.1 Menggali informasi dari teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
3.1.1 Mengolah informasi dari teks laporan "Mengenal Suku Minang" dalam bentuk peta pikiran
4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
4.1.1 Menyajikan teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya
IPS
Menerima karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan lingkungannya
1.2.1 Menerima karunia Tuhan yang telah menciptakan manusia dan lingkungannya
2.3 Menunjukkan perilaku santun, toleran dan peduli dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan dan teman sebaya
2.3 Menunjukkan perilaku santun, toleran dan peduli dalam melakukan interaksi sosial
3.5 Memahami manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi
3.5.1 Menjelaskan sikap yang harus ditunjukkan untuk menghormati keberagaman dalam bentuk tulisan
4.5 Menceritakan manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi
4.5.1 Menceritakan berbagai bentuk keberagaman budaya yang ada di Indonesia
TUJUAN PEMBELAJARAN
Dengan mengamati gambar tentang keberagaman budaya, siswa dapat menjelaskan keberagaman yang ada di Indonesia dalam bentuk tulisan dengan benar.
Melalui teks "Mengenal Suku Minang", siswa dapat mengolah informasi dalam bentuk peta pikiran dengan benar.
Dengan mencari informasi keragaman teman sekelas, siswa dapat menjelaskan sikap yang harus ditunjukkan untuk menghormati keberagaman dalam bentuk tulisan dengan benar.
Dengan bernyanyi "Aku Anak Indonesia", siswa dapat menuliskan contoh perilaku sebagai bentuk kebanggaan menjadi anak Indonesia dengan benar.
Dengan bernyanyi "Aku Anak Indonesia", siswa dapat membedakan tinggi rendah notasi lagu dengan sesuai.
MATERI
Keberagaman budaya Indonesia
Suku Minang
Notasi lagu "Aku Anak Indonesia"
Sikap menghargai keberagaman
PENDEKATAN & METODE
Pendekatan : Scientific
Metode : Penugasan, Tanya Jawab, Ceramah
Model : -
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi
Waktu
Kegiatan
Pra
Pendahuluan
Guru memberikan salam
Guru mengkondisikan kelas
Guru menunjuk salah satu siswa untuk memimpin berdoa
Guru melakukan presensi kehadiran siswa.
10 menit
Kegiatan
Pendahuluan
Guru memberikan garis besar materi pelajaran hari ini (keberagaman budaya Indonesia).
Apersepsi : Guru menanyakan kabar siswa dan melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai materi yang dipelajari pada hari sebelumnya
Motivasi : Menyanyikan lagu "Aku Anak Indonesia"
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Guru melakukan pretest materi keberagaman budaya
20 menit
Kegiatan
Inti
Siswa mengamati peta budaya perbedaan pakaian adat, rumah adat, tarian adat, dan alat musik tradisional. (mengamati)
Guru menjelaskan tarian daerah, rumah adat, makanan tradisional daerah, pakaian daerah, dan lain-lain
Siswa mengamati penjelasan guru (mengamati)
Siswa mengerjakan soal di buku siswa halaman 3
Guru berkeliling memeriksa pekerjaan siswa dan memberikan kesempatan siswa untuk bertanya (menanya)
Guru memberikan konfirmasi terhadap jawaban siswa
Siswa membaca teks "Mengenal Suku Minang". (mengamati)
Siswa mengambil informasi penting dari teks yang dibacanya dan menuliskannya dalam bentuk peta pikiran. (menalar)
Guru dan siswa mendiskusikan hasil jawaban tersebut di depan kelas.
Setelah membuat peta pikiran, siswa secara individu menjawab pertanyaan yang ada pada buku siswa. (menalar)
Untuk menggiring siswa pada pelajaran selanjutnya, guru secara klasikal dapat mengajukan pertanyaan berikut.
Dari manakah asal daerah kalian?
Apakah ciri khas daerah asalmu?
Siswa mencari asal-usul daerah teman-temannya di kelas melalui kegiatan bertanya-jawab tentang suku, agama, dan ciri khas daerah masing-masing. Ciri khas daerah dapat dilihat dari berbagai sisi (bangunan, pakaian, rumah adat, bahasa, upacara adat, dan lain-lain). (membuat jejaring)
Siswa membuat kesimpulan dari tabel hasil wawancara.
Guru membantu siswa dengan mengajukan pertanyaan yang ada pada buku siswa. (menanya)
Siswa menjawab pertanyaan yang ada pada buku siswa halaman 6. (menalar)
Siswa mengisi tabel tentang sikap yang berkaitan dengan keberagaman. (menalar)
Guru menunjukkan cara menyanyikan lagu tersebut sesuai dengan notasi lagu dan tinggi rendah nada. (mengamati)
Siswa bernyanyi bersama.
Guru memberikan perhatian kepada mereka yang belum bisa menyanyikan lagu sesuai notasi yang benar.
Siswa mencari tahu isi dan makna lagu "Aku Anak Indonesia" dalam kelompoknya. (menalar)
Siswa diberi penguatan tentang pentingnya memiliki kebanggaan menjadi anak Indonesia.
Semua siswa menceritakan alasan mengapa harus bangga menjadi anak Indonesia. (menalar)
Siswa juga menuliskan perilaku yang menunjukkan rasa bangga menjadi anak Indonesia.
Siswa menunjukkan tulisannya kepada seorang teman.
175 menit
Kegiatan Penutup
Siswa mengerjakan soal posttest materi keberagaman budaya
Siswa menyampaikan kesan-kesan pembelajaran, hal-hal yang telah mereka pelajari, kesulitan yang mereka alami, serta hal lain apa yang ingin mereka pelajari lebih lanjut.
Siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengulang materi yang telah dipelajari sebagai tindak lanjut
Guru menutup pembelajaran dengan menyampaikan pesan moral dan motivasi yang bijak
Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin berdoa
Guru mengucapkan salam
Pengayaan
Siswa dapat mencari tambahan informasi tentang keberagaman di Indonesia melalui internet, koran, narasumber, atau majalah.
Remedial
Kegiatan ini dapat dilakukan secara kelompok atau individu selama 30 menit.
Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan.
1. Beri siswa peta pikiran kosong.
2. Mintalah siswa menuliskan topik yang akan dibahas di lingkaran tengah.
3. Bimbing siswa untuk membahas subtopik di setiap lingkaran dengan mengajukan pertanyaan pengarah.
menit
MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
Media :
Peta budaya Indonesia
Lagu "Aku Anak Indonesia"
Sumber :
Kemendikbud. 2013. Buku Guru SD/MI Kelas 4 "Tema Diriku Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013". Jakarta: Lazuardi GIS dan Politeknik Negeri Media Kreatif
Kemendikbud. 2013. Buku Siswa SD/MI Kelas 4 "Tema Diriku Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013". Jakarta: Lazuardi GIS dan Politeknik Negeri Media Kreatif
PENILAIAN
Bentuk Penilaian
Penilaian sikap
Penilaian pengetahuan
Penilaian keterampilan
Instrumen Penilaian
Penilaian sikap : teknik non tes
Lembar pengamatan
Penilaian pengetahuan : teknik tes
Soal evaluasi
Penilaian keterampilan : teknik non tes
Lembar pengamatan
Lembar kerja
Mengetahui Semarang, ... November 2014
Kepala Sekolah, Guru/Wali Kelas 4
Irwan Kusnanto, S.Pd Reni Widyaningtyas, S.Pd
NIP. 196004211983042009 NIP. 197104211983042010
LAMPIRAN I
Materi Ajar
Teks bacaan "Mengenal Suku Minang"
LAMPIRAN II
Media Pembelajaran
Peta Budaya Indonesia
Lampiran III
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa untuk Ranah Kognitif
IPS
Bahasa Indonesia
PPKn
Lembar Kerja Siswa untuk Ranah Psikomotor
LAMPIRAN IV
Penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS)
Penilaian untuk Ranah Kognitif
IPS
Tes tertulis : skor
Banyak soal : 4 buah
Kunci jawaban :
No.
Jawaban
Bobot Skor
1.
Tidak
2
2.
Tidak
2
3.
Disesuaikan dengan jawaban siswa
10
4.
Disesuaikan dengan jawaban siswa
10
Skor total
34
Bahasa Indonesia
Tes tertulis : skor
Banyak soal : 2 buah
Kunci jawaban :
No.
Jawaban
Bobot Skor
1.
Disesuaikan dengan jawaban siswa
10
2.
Disesuaikan dengan jawaban siswa
10
Skor total
20
PPKn
Tes tertulis : skor
Banyak soal : 3 buah
Kunci jawaban :
No.
Jawaban
Bobot Skor
1.
Disesuaikan dengan jawaban siswa
10
2.
Disesuaikan dengan jawaban siswa
10
3.
Disesuaikan dengan jawaban siswa
10
Skor total
30
Mengisi tabel " Sikap menghargai dan tidak menghargai kebersamaan"
Tes tertulis : skor
Banyak soal : 10 buah
Kunci jawaban : Disesuaikan dengan jawaban siswa
Skor setiap nomor : 5
Skor total : 50
2. Penilaian untuk Ranah Afektif
Berilah tanda cheklist ( ) pada salah satu kolom!
No.
Nama Siswa
Peduli
BT
MT
MB
SM
Ket.
1.
2.
3.
Berilah tanda cheklist ( ) pada salah satu kolom!
No.
Nama Siswa
Percaya diri
BT
MT
MB
SM
Ket.
1.
2.
3.
Berilah tanda cheklist ( ) pada salah satu kolom!
No.
Nama Siswa
Rasa ingin tahu
BT
MT
MB
SM
Ket.
1.
2.
3.
Keterangan
BT : Belum Terlihat
MT : Mulai Terlihat
MB : Mulai Berkembang
SM : Sudah Membudaya
Penilaian untuk Ranah Psikomotor
Daftar Periksa Keterampilan Menyanyi
No.
Nama siswa
Bernyanyi dengan intonasi yang benar
Bernyanyi sesuai dengan tinggi rendah nada
Sudah
Belum
Sudah
Belum
1.
2.
3.
4.
5.
Dst.
LAMPIRAN V
Kisi-kisi Soal Evaluasi
Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
Indikator
Bentuk soal
Jenjang
No. Soal
Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru.
Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah.
Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
PPKn
3.4 Memahami arti bersatu dalam keberagaman di rumah, sekolah dan masyarakat
4.3 Bekerja sama dengan teman dalam keberagaman di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat.
4.4Mengelompokkan kesamaan identitas suku bangsa (pakaian tradisional, bahasa, rumah adat, makanan khas, dan upacara adat), sosial ekonomi (jenis pekerjaan orang tua) di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat sekitar
SBdP
3.3 Membedakan panjang-pendek bunyi, dan tinggi-rendah nada dengan gerak tangan
4.5 Menyanyikan lagu dengan gerak tangan dan badan sesuai dengan tinggi rendah nada
Bahasa Indonesia
3.1 Menggali informasi dari teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
IPS
3.5 Memahami manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi
4.5 Menceritakan manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi
3.4.1 Menjelaskan keberagaman yang ada di Indonesia dalam bentuk tulisan
4.3.1 Menjelaskan ciri khas suku Minang dalam bentuk peta pikiran
4.4.1 Menuliskan contoh perilaku sebagai bentuk kebanggaan menjadi anak Indonesia
3.3.1 Membedakan panjang-pendek bunyi
3.3.2 Membedakan tinggi-rendah nada dengan gerak tangan
4.5.1 Menyanyikan lagu "Aku Anak Indonesia" dengan tinggi rendah nada yang sesuai bahasa Indonesia
3.1.1 Mengolah informasi dari teks laporan "Mengenal Suku Minang" dalam bentuk peta pikiran
4.1.1 Menyajikan teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya
3.5.1 Menjelaskan sikap yang harus ditunjukkan untuk menghormati keberagaman dalam bentuk tulisan
4.5.1Menceritakan berbagai bentuk keberagaman budaya yang ada di Indonesia
Pilihan ganda
Uraian
Uraian
Uraian
Pilihan ganda
Pilihan ganda
Uraian
Menjodohkan
Pilihan ganda
C1
C1
C3
C2
C2
3
C1
C2
C1
C1
4
3
5
2
4
C1
5
1
1
2
3
4
5
6
7
1
2
LAMPIRAN VI
Soal Evaluasi
Berilah tanda silang pada jawaban yang tepat!
1. Rumah adat Joglo berasal dari daerah....
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
Bali
Di bawah ini tarian daerah yang berasal dari Sumatra Barat yaitu....
Tari pendet
Tari jaipong
Tari piring
Tari serimpi
Aku anak Indonesia anak
Anak yang merdeka
Satu ... , satu ... , satu ... Indonesia
Aku bangga menjadi anak Indonesia
Kata yang tepat untuk melengkapi kata tersebut adalah ....
Nusaku, bangsaku, bahasaku
Bangsaku, nusaku, bahasaku
Nusaku, bahasaku, bangsaku
Bahasaku, bangsaku, nusaku
Contoh sikap menghargai keberagaman yaitu ....
Bermain dengan teman yang seagama
Belajar dengan teman yang seagama
Belajar dengan teman berlainan agama
Bermain dengan teman yang baik
Peta pikiran yang tepat untuk tema "Suku Sunda" adalah ....
Apakah suku sunda bersikap baik kepada sesama?
Bagaimanakah ciri-ciri orang yang bersuku sunda?
Apakah suku sunda merupakan suku tradisional?
Apakah makanan khas suku sunda?
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan tepat!
Sebutkan 3 kebudayaan yang ada di daerah Yogyakarta!
Apa yang kamu ketahui tentang suku Minang? Deskripsikan menurut pendapatmu!
Sikap seperti apa yang termasuk menghargai keberagaman? Sebutkan minimal 3!
Bagaimanakah sikap kita terhadap keberagaman budaya yang ada di Indonesia?
Bagaimanakah bentuk rumah adat gadang? Coba gambarkan!
Jodohkan dengan jawaban yang tepat!
1. JakartaPapuaJawa baratJawa tengahJawa TimurBaliYogyakartaAcehMedanJakartaPapuaJawa baratJawa tengahJawa TimurBaliYogyakartaAcehMedan Tari saman
Jakarta
Papua
Jawa barat
Jawa tengah
Jawa Timur
Bali
Yogyakarta
Aceh
Medan
Jakarta
Papua
Jawa barat
Jawa tengah
Jawa Timur
Bali
Yogyakarta
Aceh
Medan
2. Gudeg
3. Ketoprak
4. Rumah hanoi
5. Kebaya
6. Suku sunda
7. Tari pendet
LAMPIRAN VII
Penilaian Soal Evaluasi
No.
Jawaban
Bobot Skor
1.
B
2
2.
C
2
3.
A
2
4.
C
2
5.
d
2
Skor total
10
No.
Jawaban
Bobot Skor
1.
Disesuaikan dengan jawaban siswa
11
2.
Disesuaikan dengan jawaban siswa
11
3.
Disesuaikan dengan jawaban siswa
11
4.
Menghargai keberagaman Indonesia
11
5.
Disesuaikan dengan jawaban siswa
25
Skor total
69
No.
Jawaban
Bobot Skor
1.
H
3
2.
G
3
3.
A
3
4.
B
3
5.
D
3
6.
C
3
7
F
3
Skor total
21
1010Skor total = 10 +65 + 35 = 100 = 10
10
10
LAMPIRAN VIII
SINTAKS
PENDEKATAN SCIENTIFIC
Langkah-langkah pendekatan Scientific yaitu sebagai berikut:
Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaning full learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya.
Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
Menalar
Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran non ilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.
Mencoba / eksperimen
Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Jejaring pembelajaran
Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah peribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SD N KEBOLAMPANG
Kelas / Semester : IV / I
Tema : Indahnya Kebersamaan (Tema 1)
Sub Tema : Keberagaman Budaya Bangsaku (Sub Tema 1)
Pembelajaran ke : 1
Alokasi waktu : 7 x 35 menit (1 hari)
KOMPETENSI INTI
Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru.
Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah.
Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
PPKn
Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya, serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya
Menyadari hubungan keteraturan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan
Mengamalkan ajaran agama yang dianut
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan inkuiri ilmiah dan berdiskusi
2.1.1 Menunjukkan perilaku ilmiah dalam aktivitas sehari-hari
2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi melaksanakan penelaahan fenomena alam secara mandiri maupun berkelompok
2.2.1 Melaksanakan penelaahan fenomena alam secara mandiri maupun berkelompok dengan kerja individu dan kelompok
3.4 Memahami arti bersatu dalam keberagaman di rumah, sekolah dan masyarakat
3.4.1 Menjelaskan keberagaman yang ada di Indonesia dalam bentuk tulisan
4.3 Bekerja sama dengan teman dalam keberagaman di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat.
4.3.1 Menjelaskan ciri khas suku Minang dalam bentuk peta pikiran
4.4 Mengelompokkan kesamaan identitas suku bangsa (pakaian tradisional, bahasa, rumah adat, makanan khas, dan upacara adat), sosial ekonomi (jenis pekerjaan orang tua) di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat sekitar
4.4.1 Menuliskan contoh perilaku sebagai bentuk kebanggaan menjadi anak Indonesia
SBdP
Mengagumi ciri khas keindahan karya seni dan karya kreatif masing-masing daerah sebagai anugerah Tuhan
1.1.1 Menyadari keindahan karya seni masing-masing daerah sebagai anugerah Tuhan
2.1 Menujukkan sikap berani mengekspresikan diri dalam berkarya seni
2.1.1 Menunjukkan sikap berani mengekspresikan diri dalam berkarya seni
3.3 Membedakan panjang-pendek bunyi, dan tinggi-rendah nada dengan gerak tangan
3.3.1 Membedakan panjang-pendek bunyi
3.3.2 Membedakan tinggi-rendah nada dengan gerak tangan
4.5 Menyanyikan lagu dengan gerak tangan dan badan sesuai dengan tinggi rendah nada
4.5.1 Menyanyikan lagu "Aku Anak Indonesia" dengan tinggi rendah nada yang sesuai bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia
Meresapi makna anugerah Tuhan Yang Maha Esa berupa bahasa Indonesia yang diakui sebagai bahasa persatuan yang kokoh dan sarana belajar untuk memperoleh ilmu pengetahuan
1.1.1 Menyadari anugerah Tuhan Yang Maha Esa berupa bahasa Indonesia yang diakui sebagai bahasa persatuan
1.2 Mengakui dan mensyukuri anugerah Tuhan yang Maha Esa atas keberadaan lingkungan dan sumber daya alam, alat teknologi modern dan tradisional, perkembangan teknologi, sosial, serta permasalahan sosial
1.2.1 Mensyukuri anugerah Tuhan atas keberadaan lingkungan
2.2 Memiliki kedisiplinan dan tanggung jawab terhadap penggunaan alat teknologi modern dan tradisional, proses pembuatannya melalui pemanfaatan bahasa Indonesia
2.2.1 Memiliki kedisiplinan terhadap penggunaan alat teknologi modern dan tradisional
2.2.2 Memiliki tanggung jawab terhadap penggunaan alat teknologi modern dan tradisional
2.4 Memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan sumber daya alam melalui pemanfaatan bahasa Indonesia
2.4.1 Memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan sumber daya alam
3.1 Menggali informasi dari teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
3.1.1 Mengolah informasi dari teks laporan "Mengenal Suku Minang" dalam bentuk peta pikiran
4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
4.1.1 Menyajikan teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya
IPS
Menerima karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan lingkungannya
1.2.1 Menerima karunia Tuhan yang telah menciptakan manusia dan lingkungannya
2.3 Menunjukkan perilaku santun, toleran dan peduli dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan dan teman sebaya
2.3 Menunjukkan perilaku santun, toleran dan peduli dalam melakukan interaksi sosial
3.5 Memahami manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi
3.5.1 Menjelaskan sikap yang harus ditunjukkan untuk menghormati keberagaman dalam bentuk tulisan
4.5 Menceritakan manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi
Menceritakan berbagai bentuk keberagaman budaya yang ada di Indonesia
TUJUAN PEMBELAJARAN
Dengan mengamati gambar tentang keberagaman budaya, siswa dapat menjelaskan keberagaman yang ada di Indonesia dalam bentuk tulisan dengan benar.
Melalui teks "Mengenal Suku Minang", siswa dapat mengolah informasi dalam bentuk peta pikiran dengan benar.
Dengan mencari informasi keragaman teman sekelas, siswa dapat menjelaskan sikap yang harus ditunjukkan untuk menghormati keberagaman dalam bentuk tulisan dengan benar.
Dengan bernyanyi "Aku Anak Indonesia", siswa dapat menuliskan contoh perilaku sebagai bentuk kebanggaan menjadi anak Indonesia dengan benar.
Dengan bernyanyi "Aku Anak Indonesia", siswa dapat membedakan tinggi rendah notasi lagu dengan sesuai.
MATERI
Keberagaman budaya Indonesia
Suku Minang
Notasi lagu "Aku Anak Indonesia"
Sikap menghargai keberagaman
PENDEKATAN & METODE
Pendekatan : Scientific
Metode : Penugasan, Tanya Jawab, dan Diskusi
Model : Pembelajaran koopertif tipe Make A Match
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi
Waktu
Kegiatan
Pra
Pendahuluan
Guru memberikan salam
Guru mengkondisikan kelas
Guru menunjuk salah satu siswa untuk memimpin berdoa
Guru melakukan presensi kehadiran siswa.
10 menit
Kegiatan
Pendahuluan
1.Guru memberikan garis besar materi pelajaran hari ini (keberagaman budaya Indonesia).
2. Apersepsi : Guru menanyakan kabar siswa dan melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai materi yang dipelajari pada hari sebelumnya
3. Motivasi : Menyanyikan lagu "Aku Anak Indonesia"
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
5. Guru melakukan pretest materi kebergaman budaya
10 menit
Kegiatan
Inti
1. Siswa mengamati peta budaya perbedaan pakaian adat, rumah adat, tarian adat, dan alat musik tradisional. (mengamati)
Guru membagi seluruh siswa di kelas menjadi 6 kelompok heterogen. Satu kelompok terdiri dari 5 orang.
Pada 6 kelompok tersebut, pelaksanaannya dibagi menjadi tiga sesi. Sesi pertama dilakukan oleh kelompok 1 dan 2, dinilai oleh kelompok 5. Sesi kedua dilakukan oleh kelompok 3 dan 4, dinilai oleh kelompok 6. Sesi ketiga dilakukan oleh kelompok penilai atau kelompok 5 dan 6, dinilai oleh semua kelompok.
Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaan tentang gambar jenis-jenis kebudayaan Indonesia seperti tarian, pakaian, dan rumah adat. Kelompok kedua yaitu kelompok pembawa kartu-kartu berisi jawaban nama daerah di Indonesia. Kelompok ketiga yaitu kelompok penilai.
Aturlah posisi kelompok-kelompok tersebut berbentuk huruf U. Upayakan kelompok pertama dan kedua berjajar saling berhadapan.
Jika masing-masing kelompok sudah berada di posisi yang telah ditentukan, maka guru membunyikan tanda agar kelompok pertama dan kelompok kedua saling bergerak untuk bertemu.
Siswa mencari pasangan kartu pertanyaan dan jawaban yang cocok. Misal, pakaian kebaya dan rumah joglo dipasangkan dengan daerah Jawa Tengah
Berikan kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi. Guru memberi waktu selama 5 menit pada tiap kelompok untuk menemukan pasangan antara pertanyaan dan jawaban.(membuat jejaring)
Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk, wajib menunjukkan pertanyaan dan jawaban kepada kelompok penilai.
Kelompok penilai kemudian membacakan hasil kerja kelompok lain, apakah pasangan pertanyaan dan jawaban tersebut cocok.
Kelompok penilai memberi skor pada kelompok peserta sesuai hasil kerja kelompok peserta. Apabila anggota kelompok peserta benar dan tepat waktu, maka akan diberi skor 10 (skor maksimal) untuk setiap soal.
Siswa mengerjakan soal di buku siswa halaman 3
Guru berkeliling memeriksa pekerjaan siswa dan memberikan kesempatan siswa untuk bertanya (menanya)
Guru memberikan konfirmasi terhadap jawaban siswa
Siswa membaca teks "Mengenal Suku Minang". (mengamati)
Siswa mengambil informasi penting dari teks yang dibacanya dan menuliskannya dalam bentuk peta pikiran. (menalar)
Siswa berpasangan mendiskusikan jawaban dengan temannya. Guru dan siswa mendiskusikan hasil jawaban tersebut di depan kelas.
Setelah membuat peta pikiran dan mendiskusikannya, siswa secara individu menjawab pertanyaan yang ada pada buku siswa. (menalar)
Untuk menggiring siswa pada pelajaran selanjutnya, guru secara klasikal dapat mengajukan pertanyaan berikut.
Dari manakah asal daerah kalian?
Apakah ciri khas daerah asalmu?
Siswa mencari asal-usul daerah teman-temannya di kelas melalui kegiatan bertanya-jawab tentang suku, agama, dan ciri khas daerah masing-masing. Ciri khas daerah dapat dilihat dari berbagai sisi (bangunan, pakaian, rumah adat, bahasa, upacara adat, dan lain-lain). (membuat jejaring)
Siswa membuat kesimpulan dari tabel hasil wawancara.
Guru membantu siswa dengan mengajukan pertanyaan yang ada pada buku siswa. (menanya)
Siswa menjawab pertanyaan yang ada pada buku siswa halaman 6. (menalar)
Siswa mengisi tabel tentang sikap yang berkaitan dengan keberagaman. (menalar)
Guru menunjukkan cara menyanyikan lagu tersebut sesuai dengan notasi lagu dan tinggi rendah nada. (mengamati)
Siswa bernyanyi bersama.
Guru memberikan perhatian kepada mereka yang belum bisa menyanyikan lagu sesuai notasi yang benar.
Siswa mendiskusikan isi dan makna lagu "Aku Anak Indonesia" dalam kelompoknya. (menalar)
Setiap kelompok berpresentasi di depan kelas.
Siswa diberi penguatan tentang pentingnya memiliki kebanggaan menjadi anak Indonesia.
Semua siswa menceritakan alasan mengapa harus bangga menjadi anak Indonesia. (menalar)
Siswa juga menuliskan perilaku yang menunjukkan rasa bangga menjadi anak Indonesia.
Siswa menunjukkan tulisannya kepada seorang teman.
175 menit
Kegiatan Penutup
Siswa mengerjakan soal postest materi keberagaman budaya
Siswa menyampaikan kesan-kesan pembelajaran, hal-hal yang telah mereka pelajari, kesulitan yang mereka alami, serta hal lain apa yang ingin mereka pelajari lebih lanjut.
Siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengulang materi yang telah dipelajari sebagai tindak lanjut
Guru menutup pembelajaran dengan menyampaikan pesan moral dan motivasi yang bijak
Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin berdoa
Guru mengucapkan salam
Pengayaan
Siswa dapat mencari tambahan informasi tentang keberagaman di Indonesia melalui internet, koran, narasumber, atau majalah.
Remedial
Kegiatan ini dapat dilakukan secara kelompok atau individu selama 30 menit.
Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan.
1. Beri siswa peta pikiran kosong.
2. Mintalah siswa menuliskan topik yang akan dibahas di lingkaran tengah.
3. Bimbing siswa untuk membahas subtopik di setiap lingkaran dengan mengajukan pertanyaan pengarah.
25 menit
MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
a. Media :
Peta budaya Indonesia
Kartu Make A Match
Lagu "Aku Anak Indonesia"
b. Sumber :
Kemendikbud. 2013. Buku Guru SD/MI Kelas 4 "Tema Diriku Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013". Jakarta: Lazuardi GIS dan Politeknik Negeri Media Kreatif
Kemendikbud. 2013. Buku Siswa SD/MI Kelas 4 "Tema Diriku Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013". Jakarta: Lazuardi GIS dan Politeknik Negeri Media Kreatif
PENILAIAN
Bentuk Penilaian
Penilaian sikap
Penilaian pengetahuan
Penilaian keterampilan
Instrumen Penilaian
Penilaian sikap : teknik non tes
Lembar pengamatan
Penilaian pengetahuan : teknik tes
Soal evaluasi
Penilaian keterampilan : teknik non tes
Lembar pengamatan
Lembar kerja
Mengetahui Semarang, ... November 2014
Kepala Sekolah, Guru/Wali Kelas 4
Irwan Kusnanto, S.Pd Azizah Nuraeni, S.Pd
NIP. 196004211983042009 NIP. 197204211983042010
LAMPIRAN I
Materi Ajar
Teks bacaan "Mengenal Suku Minang"
LAMPIRAN II
Media Pembelajaran
Peta Budaya Indonesia
Kartu Make A Match
Kartu Pertanyaan Kartu Jawaban
Lampiran III
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa untuk Ranah Kognitif
IPS
Bahasa Indonesia
PPKn
Lembar Kerja Siswa untuk Ranah Psikomotor
LAMPIRAN IV
Penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS)
Penilaian untuk Ranah Kognitif
IPS
Tes tertulis : skor
Banyak soal : 4 buah
Kunci jawaban :
No.
Jawaban
Bobot Skor
1.
Tidak
2
2.
Tidak
2
3.
Disesuaikan dengan jawaban siswa
10
4.
Disesuaikan dengan jawaban siswa
10
Skor total
34
Bahasa Indonesia
Tes tertulis : skor
Banyak soal : 2 buah
Kunci jawaban :
No.
Jawaban
Bobot Skor
1.
Disesuaikan dengan jawaban siswa
10
2.
Disesuaikan dengan jawaban siswa
10
Skor total
20
PPKn
Tes tertulis : skor
Banyak soal : 3 buah
Kunci jawaban :
No.
Jawaban
Bobot Skor
1.
Disesuaikan dengan jawaban siswa
10
2.
Disesuaikan dengan jawaban siswa
10
3.
Disesuaikan dengan jawaban siswa
10
Skor total
30
Mengisi tabel " Sikap menghargai dan tidak menghargai kebersamaan"
Tes tertulis : skor
Banyak soal : 10 buah
Kunci jawaban : Disesuaikan dengan jawaban siswa
Skor setiap nomor : 5
Skor total : 50
2. Penilaian untuk Ranah Afektif
Berilah tanda cheklist ( ) pada salah satu kolom!
No.
Nama Siswa
Peduli
BT
MT
MB
SM
Ket.
1.
2.
3.
Berilah tanda cheklist ( ) pada salah satu kolom!
No.
Nama Siswa
Percaya diri
BT
MT
MB
SM
Ket.
1.
2.
3.
Berilah tanda cheklist ( ) pada salah satu kolom!
No.
Nama Siswa
Rasa ingin tahu
BT
MT
MB
SM
Ket.
1.
2.
3.
Keterangan
BT : Belum Terlihat
MT : Mulai Terlihat
MB : Mulai Berkembang
SM : Sudah Membudaya
Penilaian untuk Ranah Psikomotor
Daftar Periksa Keterampilan Menyanyi
No.
Nama siswa
Bernyanyi dengan intonasi yang benar
Bernyanyi sesuai dengan tinggi rendah nada
Sudah
Belum
Sudah
Belum
1.
2.
3.
4.
5.
Dst.
Rubrik Penilaian Diskusi
LAMPIRAN V
Kisi-kisi Soal Evaluasi
Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
Indikator
Bentuk soal
Jenjang
No. Soal
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
PPKn
3.4 Memahami arti bersatu dalam keberagaman di rumah, sekolah dan masyarakat
4.3 Bekerja sama dengan teman dalam keberagaman di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat.
4.4Mengelompokkan kesamaan identitas suku bangsa (pakaian tradisional, bahasa, rumah adat, makanan khas, dan upacara adat), sosial ekonomi (jenis pekerjaan orang tua) di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat sekitar
SBdP
3.3 Membedakan panjang-pendek bunyi, dan tinggi-rendah nada dengan gerak tangan
4.5 Menyanyikan lagu dengan gerak tangan dan badan sesuai dengan tinggi rendah nada
Bahasa Indonesia
3.1 Menggali informasi dari teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
IPS
3.5 Memahami manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi
4.5 Menceritakan manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi
3.4.1 Menjelaskan keberagaman yang ada di Indonesia dalam bentuk tulisan
4.3.1 Menjelaskan ciri khas suku Minang dalam bentuk peta pikiran
4.4.1 Menuliskan contoh perilaku sebagai bentuk kebanggaan menjadi anak Indonesia
3.3.1 Membedakan panjang-pendek bunyi
3.3.2 Membedakan tinggi-rendah nada dengan gerak tangan
4.5.1 Menyanyikan lagu "Aku Anak Indonesia" dengan tinggi rendah nada yang sesuai bahasa Indonesia
3.1.1 Mengolah informasi dari teks laporan "Mengenal Suku Minang" dalam bentuk peta pikiran
4.1.1 Menyajikan teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya
3.5.1 Menjelaskan sikap yang harus ditunjukkan untuk menghormati keberagaman dalam bentuk tulisan
4.5.1Menceritakan berbagai bentuk keberagaman budaya yang ada di Indonesia
Pilihan ganda
Uraian
Uraian
Uraian
Pilihan ganda
Pilihan ganda
Uraian
Menjodohkan
Pilihan ganda
C1
C1
C3
C2
C2
3
C1
C2
C1
C1
4
3
5
2
4
C1
5
1
1
2
3
4
5
6
7
1
2
LAMPIRAN VI
Soal Evaluasi
Berilah tanda silang pada jawaban yang tepat!
1. Rumah adat Joglo berasal dari daerah....
a. Jawa Barat
b. Jawa Tengah
c. Jawa Timur
d. Bali
2. Di bawah ini tarian daerah yang berasal dari Sumatra Barat yaitu....
a. Tari pendet
Tari jaipong
Tari piring
Tari serimpi
3. Aku anak Indonesia anak
Anak yang merdeka
Satu ... , satu ... , satu ... Indonesia
Aku bangga menjadi anak Indonesia
Kata yang tepat untuk melengkapi kata tersebut adalah ....
Nusaku, bangsaku, bahasaku
Bangsaku, nusaku, bahasaku
Nusaku, bahasaku, bangsaku
Bahasaku, bangsaku, nusaku
4. Contoh sikap menghargai keberagaman yaitu ....
Bermain dengan teman yang seagama
Belajar dengan teman yang seagama
Belajar dengan teman berlainan agama
Bermain dengan teman yang baik
5. Peta pikiran yang tepat untuk tema "Suku Sunda" adalah ....
a. Apakah suku sunda bersikap baik kepada sesama?
b. Bagaimanakah ciri-ciri orang yang bersuku sunda?
c.Apakah suku sunda merupakan suku tradisional?
d. Apakah makanan khas suku sunda?
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan tepat!
Sebutkan 3 kebudayaan yang ada di daerah Yogyakarta!
Apa yang kamu ketahui tentang suku Minang? Deskripsikan menurut pendapatmu!
Sikap seperti apa yang termasuk menghargai keberagaman? Sebutkan minimal 3!
Bagaimanakah sikap kita terhadap keberagaman budaya yang ada di Indonesia?
Bagaimanakah bentuk rumah adat gadang? Coba gambarkan!
Jodohkan dengan jawaban yang tepat!
JakartaPapuaJawa baratJawa tengahJawa TimurBaliYogyakartaAcehMedanJakartaPapuaJawa baratJawa tengahJawa TimurBaliYogyakartaAcehMedan Tari saman
Jakarta
Papua
Jawa barat
Jawa tengah
Jawa Timur
Bali
Yogyakarta
Aceh
Medan
Jakarta
Papua
Jawa barat
Jawa tengah
Jawa Timur
Bali
Yogyakarta
Aceh
Medan
Gudeg
Ketoprak
Rumah hanoi
Kebaya
Suku sunda
Tari pendet
LAMPIRAN VII
Penilaian Soal Evaluasi
No.
Jawaban
Bobot Skor
1.
B
2
2.
C
2
3.
A
2
4.
C
2
5.
d
2
Skor total
10
No.
Jawaban
Bobot Skor
1.
Disesuaikan dengan jawaban siswa
11
2.
Disesuaikan dengan jawaban siswa
11
3.
Disesuaikan dengan jawaban siswa
11
4.
Menghargai keberagaman Indonesia
11
5.
Disesuaikan dengan jawaban siswa
25
Skor total
69
No.
Jawaban
Bobot Skor
1.
H
3
2.
G
3
3.
A
3
4.
B
3
5.
D
3
6.
C
3
7
F
3
Skor total
21
Skor total = 10 +65 + 35 = 100 = 10
1010
10
10
LAMPIRAN VIII
SINTAKS
PENDEKATAN SCIENTIFIC
Langkah-langkah pendekatan Scientific yaitu sebagai berikut:
Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaning full learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya.
Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
Menalar
Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran non ilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.
Mencoba / eksperimen
Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Jejaring pembelajaran
Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah peribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru.
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH
Langkah-langkah pendekatan Scientific yaitu sebagai berikut:
Guru membagi seluruh siswa di kelas menjadi 6 kelompok heterogen. Satu kelompok terdiri dari 5 orang.
Pada 6 kelompok tersebut, pelaksanaannya dibagi menjadi tiga sesi. Sesi pertama dilakukan oleh kelompok 1 dan 2, dinilai oleh kelompok 5. Sesi kedua dilakukan oleh kelompok 3 dan 4, dinilai oleh kelompok 6. Sesi ketiga dilakukan oleh kelompok penilai atau kelompok 5 dan 6, dinilai oleh semua kelompok.
Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaan tentang gambar jenis-jenis kebudayaan Indonesia seperti tarian, pakaian, dan rumah adat. Kelompok kedua yaitu kelompok pembawa kartu-kartu berisi jawaban nama daerah di Indonesia. Kelompok ketiga yaitu kelompok penilai.
Aturlah posisi kelompok-kelompok tersebut berbentuk huruf U. Upayakan kelompok pertama dan kedua berjajar saling berhadapan.
Jika masing-masing kelompok sudah berada di posisi yang telah ditentukan, maka guru membunyikan tanda agar kelompok pertama dan kelompok kedua saling bergerak untuk bertemu.
Siswa mencari pasangan kartu pertanyaan dan jawaban yang cocok. Misal, pakaian kebaya dan rumah joglo dipasangkan dengan daerah Jawa Tengah
Berikan kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi. Guru memberi waktu selama 5 menit pada tiap kelompok untuk menemukan pasangan antara pertanyaan dan jawaban.
Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk, wajib menunjukkan pertanyaan dan jawaban kepada kelompok penilai.
Kelompok penilai kemudian membacakan hasil kerja kelompok lain, apakah pasangan pertanyaan dan jawaban tersebut cocok.
Kelompok penilai memberi skor pada kelompok peserta sesuai hasil kerja kelompok peserta. Apabila anggota kelompok peserta benar dan tepat waktu, maka akan diberi skor 10 (skor maksimal) untuk setiap soal.
LAMPIRAN 4
LEMBAR OBSERVASI
LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA
DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH
Sekolah : SD N Tambakaji 01 Semarang
Kelas/Semester : IV/1
Tema : Indahnya Kebersamaan
Sub Tema : Keberagaman Budaya Bangsaku
Hari/Tanggal :………………….
Petunjuk :
Berilah tanda cek ( ) pada kolom tingkat kemampuan yang sesuai dengan indikator pengamatan!
Kriteria Penilaian:
Jika deskriptor tidak tampak sama sekali dan nampak 1, maka beri tanda cek ( ) pada tingkat kemapuan 1.
Jika deskriptor nampak 2, maka beri tanda cek ( ) pada tingkat kemampuan 2.
Jika deskriptor nampak 3, maka beri tanda cek ( ) pada tingkat kemampuan 3.
Jika deskriptor nampak 4, maka beri tanda cek ( ) pada tingkat kemampuan 4.
(Sukmadinata 2009 : 233)
No
Indikator
Deskriptor
Tingkat Kemampuan
Jumlah Skor
1
2
3
4
1.
Kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran
(emotional activities)
Berada di dalam kelas
Duduk di tempat duduk masing-masing
Mempersiapkan perlengkapan belajar
Memperhatikan guru
2.
Mengorganisasi siswa untuk belajar
(mental activities)
Menanggapi pertanyaan yang diberikan guru
Mengingat permasalahan yang diberikan guru
Bekerja sesuai dengan pembagian tugas kelompoknya
Memecahkan masalah yang diberikan guru
3.
Melakukan eksperimen
(motor activities)
Melakukan penyelidikan terhadap masalah yang diberikan
Memanfaatkan media yang disediakan
Mencatat hasil penyelidikan
Menguji solusi permasalahan
4.
Mengamati dan menyimak informasi
(Visual activities)
Memperhatikan penjelasan guru tentang langkah-langkah pemecahan masalah
Memperhatikan materi yang disampaikan guru
Mendengarkan informasi yang diberikan guru
Melakukan penyelidikan dengan media yang ada
5.
Mengemukakan pendapat
(oral activities)
Menyampaikan pendapat terkait masalah yang diberikan
Bertanya tentang sesuatu yang belum dipahami
Berdiskusi dengan kelompok
Merumuskan solusi dari permasalahan yang diselidiki
6.
Menyusun laporan hasil diskusi
(writing activities)
Menyiapkan laporan yang akan disajikan
Menulis laporan yang akan disampaikan
Membagi tugas dalam menyampaikan laporan
Menyampaikan hasil diskusi di depan kelas
Jumlah Skor
Jumlah Skor =………………… Kategori……………………………..
Keterangan:
Skor maksimal = 6 x 4 = 24
Skor minimal = 6 x 1 = 6
n = 4
median = skor maksimal+skor minimal2
median = 24+62 = 302 = 15 (Poerwanti, 2008: 6, 9)
Lebar interval = skor maksimal- skor minimaln
Lebar interval =24-64 = 184 = 4,5 (Hadi, 2004: 13)
P = nilai rata rata indikator yang dilaksanakan indikator yang ada x 100%
(Muslich, 2009: 162)
P = nilai rata rata indikator yang dilaksanakan indikator yang ada x 100%
Kriteria Ketuntasan
Kategori
Tingkat keberhasilan Pembelajaran
19 – 24
Sangat Baik (A)
Berhasil
13 – 18
Baik (B)
Berhasil
7 – 12
Cukup (C)
Tidak berhasil
0 – 6
Kurang (D)
Tidak berhasil
(Widyoko, 2013- 110)
Semarang,……………2014
Observer,
CATATAN LAPANGAN
DALAM PEMBELAJARAN IPS MATERI KEBERAGAMAN BUDAYA MELALUI MODEL MAKE A MATCH
Nama SD : SD N Tambakaji 01 Semarang
Kelas : IV
Subyek : Guru, Siswa, Proses Pembelajaran
Petunjuk : Catatlah secara singkat hal-hal yang terjadi pada guru, siswa, dan proses pembelajaran dengan Model Make A Match dalam pembelajaran IPS Materi Keberagaman Budaya
Catatan :
LEMBAR WAWANCARA SISWA
Tentang Penerapan Model Make A Match dalam Pembelajaran IPS
Materi Keberagaman Budaya
Nama SD : SD N Tambakaji 01 Semarang
Nama :
No. Absen :
Hari/Tanggal :
Petunjuk: Berilah tanda cek ( ) pada kolam Ya atau Tidak menurut pertanyaan yang jawabannya paling sesuai dengan keadaan.
No
Pertanyaan
Ya
Tidak
1.
Apakah kamu senang untuk mengikuti pelajaran IPS?
2.
Apakah kamu senang dengan cara guru mengajar melalui model Make A Match ?
3.
Apakah dengan menggunakan media/alat peraga kamu lebih mudah memahami materi IPS ?
4.
Apakah kamu senang dengan kegiatan diskusi yang telah kamu lakukan?