VIAL VITAMIN C
Tugas : Pembuatan sediaan vial vitamin C sebanyak 3 vial @ 5 ml.
Tujuan Praktikum :
Dapat mengetahui dan memahami cara pembuatan sediaan dosis ganda yaitu vial vitamin C
Dapat mengetahui dan memahami cara sterilisasi sediaan steril beserta evaluasinya
PRAFORMULASI
Tinjauan Farmakologi Bahan Obat
Vitamin C (Asam Askorbat)
Vitamin C diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan skorbut (defistensi vitamin C). Khasiatnya yang terpenting adalah pada dosis terapeutis yang cukup tinggi berdaya antiviral kuat dan antibakteri yang diperkirakan berdasarkan sifat antioksidanya (Drs. Tan Hoan Tjay : 2007 hal 855).
Fungsi vitamin C adalah kompleks dan yang terpenting adalah pembentukkan kolagen, yakni protein bahan penunjang utama dalam tulang/rawan dan jaringan ikat. Bila sintesa kolagen terganggu, maka mudah terjadi kerusakan pada dinding pembuluh yang berakibat perdarahan. Khasiat ini berdasarkan antara lain efek stimulasi vitamin C terhadap pengubahan prolin menjadi hidroksiprolin (Drs.Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja. 2007. Hal:856).
Vitamin C mudah diabsorbsi melalui saluran cerna. Pada keadaan normal tampak kenaikan kadar vitamin C dalam darah setelah diabsorbsi kadar dalam leukosit dan trombosit lebih besar daripada dalam plasma dan critorsit. Distribusinya luas ke seluruh tubuh dengan kadar tertinggi dalam kelenjar dan terendah dalam otot dan jaringan lemak. Ekskresi urin dalam bentuk utuh dan bentuk garam sulfatnya terjadi jika kadar dalam darah melewati ambang rangsang ginjal 1,4 mg%. Beberapa obat diduga dapat mempercepat ekskresi vitamin c misalnya tetrasiklin, ferobarbotal dan salisilat (Anonim. 1995. Hal:722).
Sifat fisika kimia bahan obat
Vitamin C
(Anonim. 1995. hal:722)
Pemerian : Hablur atau serbuk putih atau agak kuning oleh pengaruh cahaya, lambat laun menjadi berwarna gelap. Dalam keadaan kering stabil di udara, dalam larutan cepat teroksidasi. Melebur pada suhu lebih kurang 190ºC
Kelarutan : Agak sukar larut dalam etarol ; tidak larut dalam kloroform eter dan benten.
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya (Depkes RI. 1995. hal 39).
Stabilitas : Vitamin C (Asam Askurbat) merupakan laktan tak jenuh (estersi bolak balik) membentuk asam dehidroaskorbat. Laju oksidasinya tergantung pada pH dan konsentrasi oksigen serta dikatalisis oleh ion logam, kususnya tembaga dan besi. Asam dehidroaskorbat dapat mengalami hidrolisis lebih lanjut membentuk produk degradasi yang bereaksi tidak bolak balik. Asam dikitogulorat dan asam oksalat. Asam oskorbat juga gampang mengalami degradasi di bawah kondisi analrob, membentuk furfural dan karbon dioksida. Profil laju pH bagi keduanya baik degradasi aerob maupun an-aerob akan mencapai maksimal pada sekitar pH. Stabilitas maksimum terjadi dekat pH 3 dan pH 6 (Connors.A. Kenneth. 1993, 180-181).
Natrium bikarbonat
Natrium bikarbonat mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% NaHCO3, dihitung terhadap zat yang telah di keringkan. Rumus molekul NaHCO3. BM = 84,01
Pemerian : Berupa serbuk hablur putih, stabil di udara kering, tetapi dalam udara lembap secara perlahan-lahan terurai. Larutan segar dalam air dingin, tanpa di kocok, bersifat basa terhadap lakmus. Kebasaan bertambah bila larutan di biarkan, di goyang kuat atau di panaskan.
Kelarutan : Larut dalam air, tidak larut dalam etanol (Depkes RI. 1995. Hal:601).
Fungi : Alkalizing agent dan therapeutic agent
Konsentrasi : Untuk isotonic injection/infusion 1,39%
pH : 8,3
Sodium bicarbonate bereaksi dengan asam, garam asam dan beberapa garam alkaloid (Wade and Weller. 1994. Hl:436).
Natrium Metabisulfit
Natrium metabisulfit mengandung sejumlah Na2S2O5, setara dengan tidak kurang dari 65,0% dan tidak lebih dari 67,4% SO2. Rumus molekul Na2S2O3. BM 190,10
Pemerian : Berupa hablur putih atau serbuk hablur putih kekuningan, berbau belerang oksida (Depkes RI.1995. Hal:596).
Kelarutan : 1 bagian larut dalam 1,9 bagian air, 1 bagian larut dalam 1,2 bagian air suhu 100ºC. PH= 3,5-5,0 untuk konsentrasi 5% b/v dalam larutan suhu 20ºC (Wade and Weller. 1994. Hal:451).
Mudah larut dalam air dan dalam gliserin ; sukar larut dalam etano (Depkes RI. 1995.Hal:596).
Kegunaan : sebagai antioksidan
Konsentrasi : 0,01-1,0%
Natrium metabisulfit tidak dapat di gunakan bersama-sama dengan derivat alkohol, kloramfenikol, dan fenil merkuri asetat (Wade and Weller. 1994.Hal: 451).
Dinatrium edetat (Na EDTA)
Pemerian : serbuk hablur, putih
Kelarutan : larut dalam air, praktis tidak larut dalam CHCl3 dan eter, sedikit larut dalam etanol 95%, larut dalam 1:11 bagian air.
Fungsi : sebagai chelating agent 0,005-0,1%
Air untuk Injeksi
Air untuk injeksi di murnikan dengan cara penyulingan dan memenuhi standar yang sama dengan purified water (USP) dalam hal jumlah zat padat yang ada tidak lebih dari 1mg per 100 ml. Air untuk injeksi tidak di syaratkan steril tetapi harus bebas pirogen di maksudkan untuk pembuatan produk injeksi yang akan di sterilisasi akhir dan harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat pada suhu di bawah atau di atas kisaran suhu tumbuh mikroba (Ansel, dkk. 1989, hal: 406-407).
Cara sterilisasi bahan
Pada pembuatan injeksi vitamin C, tidak dilakukan sterilisasi pada masing-masing bahan. Karena sifat dari vitamin C mudah teroksidasi dengan adanya panas, sehingga dilakukan sterilisasi C (Depkes RI, 1974).
OTT
Asam Askorbat (vitamin C)
Asam askorbat tidak cocok bila digunakan bersama dengan garam - garam besi, bahan pengoksidasi dan garam dari logam berat terutama tembaga (Reynolds. 1982. hal : 1653).
Natrium metabisulfit
Natrium bisulfit tidak dapat digunakan bersama-sama dengan derivate alcohol, kloram fenikol dan fenil merkuri asetat (Wade and Weller. 1994. hal 451).
Natrium Bikarbonat
Sodium bicarborat bereaksi dengan asam, garam asam dan beberapa garam alkaloid (Wade and Weller. 1994. hal : 436).
Cara Penggunaan
Injeksi vitamin C diberikan melalui intravena.
Injeksi intravena (I.V) merupakan injeksi ke dalam pembuluh darah menghasilkan efek tercepat dalam waktu 18 detik, yaitu waktu satu peredaran darah, obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Tetapi, lama kerja obat biasanya hanya singkat. Cara ini digunakan untuk mencapai pentakaran yang tepat dan dapat dipercaya atau efek yang sangat cepat dan kuat. Tidak untuk obat yang tidak larut dalam air atau menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah.
(Tan Hoan Tjay & Kirana R, 2007 hal 19)
II. FORMULASI
Permasalahan dan Penyelesaian
Asam askorbat sangat tidak stabil dalam larutan air (mudah teroksidasi) membentuk asam dihidroaskorbat, dan juga tidak tahan dengan adanya cahaya, panas, dan udara.
Penyelesaian:
Digunakan vial berwarna coklat untuk menghindari terjadinya oksidasi vitamin C oleh cahaya atau disimpan dalam tempat yang gelap dan terlindung dari cahaya matahari.
Ditambahkan Natrium metabisulfit dengan kadar 0,5% sebagai antioksidan.
Dengan mengurangi masuknya O2 ke dalam air dan tidak dilakukan pemanasan. O2 dalam larutan dapat dihilangkan dengan dialiri gas. Gas CO2 lebih efektif dari pada gas nitrogen dengan mengusir O2 di dalam air. Gas CO2 dihasilkan dari NaHCO3 yang akan melindungi vitamin C dari O2 (Reynolds, 1982, hal: 1653-1654).
Adanya ion logam dalam vial mampu mengkatalisis reaksi peruraian vitamin C menjadi bentuk yang tidak stabil.
Penyelesaian:
Ditambah Na EDTA 0,1% sebagai bahan pengkhelat untuk mengikat ion logam yang kemungkinan berasal dari botol vial dan membentuk senyawa komplek.
pH vial yang diinginkan adalah 6
Penyelesaian : Ditambahkan NaHCO3 sebagai pengatur pH
Vitamin C mudah terdegradasi dengan adanya panas
Penyelesaian:
Disterilisasi menggunakan cara penyaringan atau filtrasi.
Formula yang dibuat
R/ Asam ascorbat 10 %
Na EDTA 0,1 %
Na metabisulfit 0,5 %
NaHCO3 1,39%
Aqua p.i ad 5 ml
Perhitungan berat dan volume
Tabel kelebihan volume injeksi
Volume yang tertera
Pada penandaan
Kelebihan volume yang dianjurkan
Cairan encer
Cairan kental
0,5 ml
1,0 ml
2,0 ml
5,0 ml
10,0 ml
0,10 ml
0,10 ml
0,15 ml
0,30 ml
0,50 ml
0,12 ml
0,15 ml
0,25 ml
0,50 ml
0,70 ml
Volume yang dibuat
V = (N + 2) x V
= (3 + 2) x (5,0 + 0,3) = 26,5 ml ~ 30 ml
* N = Jumlah vial yang akan dibuat
V = Volume yang akan dibuat ditambah kelebihan volume yang dianjurkan.
Perhitungan Bahan
No
Bahan
Jumlah
Perhitungan
Penimbangan
1
Asam Askorbat
10 %
=10 g100 mlx30 ml=3 g
300 mg
2
Na EDTA
0.1 %
=0,1 g100 mlx30 ml=0,03 g
30 mg
3
Na Metabisulfit
0.5 %
=0,5 g100 mlx30 ml=0,15 g
150 mg
4
NaHCO3
1.39 %
=1,39 g100 mlx30 ml=0,417 g
417 mg ~ 420 mg
5
Aqua p.i
Ad 100 %
Ad 30 ml
Pengenceran NaEDTA
Bobot zat 50 mg 50 mg ~ 10 ml
Aquadest ad 10 ml 30 mg ~ X
NaEDTA = = 6 ml
Perhitungan Isotonis
Ptb Asam Askorbat : 0,105 (b1)
Ptb Na EDTA : 0,132 (b2)
Ptb Na Metabisulfit : 0,386 (b3)
Ptb NaHCO3 : 0,380 (b5)
Ptb NaCl : 0,576 (b6)
B = 0,52 – (b1.c1 + b2.c2 + b3.c3 + b4.c4)
b5
= 0,52 – (0,105.1,5 + 0,132.0,1 + 0,386.0,5 + 0,380.1,39)
0,576
= - 0,64 % hipertonis , maka tidak perlu penambahan NaCl
Skema Kerja
Seluruh alat yang digunakan disterilisasi
Ditimbang vitamin C = 300 mg
Ditimbang Na metabisulfit = 150 mg
Ditimbang Na EDTA = 50 mg
Ditimbang NaHCO3 = 420 mg
Na EDTA diencerkan dulu dengan aquades 6 ml
Na EDTA dicampur dengan Na metabisulfit
Vitamin c dimasukkan dalam erlenmeyer
Ditambah aqua pro injeksi sampai larut
Ditambahkan campuran dari Na metabisulfit dan Na EDTA
NaHCO3 ditambahkan kedalamnya
Ditambah aqua proinjeksi ad 25 ml kemudian dicek pH 6. baru diitambahlagi dengan aqua proinjeksi ad 30 ml
Campuran disaring dengan membran filter
Vial ditutup karet dan alumunium cap lalu dikencangkanDiambil larutan sebanyak 5,3 ml ke dalam vial yang ditutup alumunium foil
Vial ditutup karet dan alumunium cap lalu dikencangkan
Cara Sterilisasi sediaan yang dibuat.
menggunakan sterilisasi C (penyaringan)
Wadah disaring melalui penyaring bakteri steril, diisikan ke dalam wadah. Wadah disaring melalui penyaring bakteri steril, diisikan ke dalam wadah akhir yang steril, kemudian ditutup kedap dengan teknik aseptis.
III. PELAKSANAAN
Penyiapan Alat
No
Alat
Jumlah
Ukuran
Sterilisasi
Waktu
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
1
2
3
1
2
3
4
* Alat gelas
Vial
Gelas Ukur
Corong Kaca
Erlenmeyer
Beker glass
Batang pengaduk
Plat tetes
Pipet tetes
* Alat karet
Tutup Karet Vial
Karet pipet tetes
* Alat aluminium
Sendok logam
Pinset
Aluminium cap
Spuit
Kertas timbang
Kertas saring
Membran filter
3
2
1
2
2
2
1
2
3
2
1
1
3
1
10
3
1
1
Menggunakan otoklaf pada suhu 121ºC
Menggunakan autoklaf pada suhu 121ºC
Dipijar
Dipijar
Otoklaf 121ºC
-
Otoklaf 121ºC
Otoklaf 121ºC
-
15 menit
15 menit
15 menit
15 menit
15 menit
Pencucian dan pembungkusan alat
Alat gelas dan aluminium cap
Alat direndam dalam larutan teepol 0,5% kemudian direbus
Disikat sampai bersih, dibilas air kran mengalir sebanyak 3 x
Dibilas air bebas pirogen sebanyak 3 x
Dikeringkan dalam oven suhu + 100 ºC dengan keadaan terbalik
Dilakukan pengerekan roda (Alat dicuci kembali jika terdapat noda)
Alat bersih dan kering dibungkus rangkap + lalu disterilisasi dengan oven.180ºC selama 30 menit.
Alat karet
Karet direndam dalam Hcl selama 2 hari
Direndam lagi dalam larutan teepol 1% dan Na2CO3 1 % selama 1 hari
Didihkan 15 menit (diulangi sampai bersih dengan larutan baru)
Karet dalam rendaman di autoklaf pada suhu 115ºC selama 15 menit di lakukan 1 atau 2 kali sampai larutan jernih.
Dibilas dengan spritus dilutus dan aquadest sama banyak sampai bersih.
Alat dibungkus rangkap dua lalu disterilisasi dengan autoklaf suhu 121ºC selama 15 menit.
Alat alumunium
Alat alumunium didihkan dalam larutan detergent / teepol selama 10 menit (bila perlu direndam dalam larutan Na2CO3 5% selama 5 menit)
Alat dibilas dengan aquadestilata panas mengalir
Alat didihkan dalam air kran selama 15 menit
Dibilas dengan air kran sebanyak 3 kali
Alat didihkan dalam aquadestilata selama 15 menit
Dibilas dengan aquadest sebanyak 3 kali
Dikeringkan terbalik dalam oven pada suhu 100°C sampai kering
Alat dibungkus dengan rangkap 2 dan disterilkan dengan oven pada suhu 180°C selam 30 menit.
Sterilisasi alat
Waktu sterilisasi alat dengan autoklaf suhu 121 ºC selama 15 menit.
Waktu pemanasan : 12.50 – 13.09
Waktu pengusiran udara : 13.09 – 13.15
Waktu menaik : 13.15 – 13.26
Waktu kesetimbangan : 13.26 – 13.34
Waktu pembunuhan : 13.34 – 13.49
Waktu jaminan sterlilitas : 13.49 – 13.57
Waktu pendinginan : 13.57 – 14.03
Cara kerja evalualsi sediaan
Uji Kejernihan
Vial diputar secara 180 ºC berulang-ulang di depan suatu latar belakang yang gelap dan sisanya diberi cahaya.
Diamati bahan (partikel) melayang yang berkilau bila terkena cahaya (Latar belakang gelap untuk larutan jernih, latar belakang putih untuk larutan berwarna)
Uji pH
Injeksi vitamin C diuji pH nya sebelum dimasukkan ke dalam vial
Setelah disterilisasi diuji kembali pH larutan injeksi vitamin C
Diambil larutan secukupnya dengan pipet tetes steril dan diletakkan pada plat tetes.
Diuji pH larutan menggunakan kertas indicator
Dicatat pH larutan injeksi vitamin C
Uji keseragaman volume
Diambil vial yang telah diisi dengan vitamin C dan disterilisasi
Larutan di dalam vial diambil menggunakan spuit lalu diukur volumenya
Dicatat volume
Uji kebocoran.
Digunakan metilen blue 0,0025 % b/v dalam larutan phenol 0,0025% b/v
Vial harus terendam dalam larutan
Divakum ad 70 mmHg (0,96 kg/cm2) tidak kurang 15 menit
Vial yang berwarna bocor
IV. HASIL EVALUASI
Sediaan yang dihasilkan : 3 vial
1) Uji Kejernihan
Vial ke
Keterangan
1
Jernih
2
Jernih
3
Jernih
2) Uji pH
pH sebelum disterilisasi = 4
3) Uji Kebocoran
Sediaan tidak bocor
4) Uji Keseragaman Volume
Vial
Volume (ml)
Keterangan
1
5,2
Seragam
2
5,
Seragam
X = 5,2 ml
SD = ± 0
Volume = 5,2 ml ± 0
= 5,2 ml
(memenuhi syarat
LAPORAN PRAKTIKUM
FORMULASI TEKNOLOGI DAN SEDIAAN STERIL
VIAL VITAMIN C
Disusun Oleh :
Dyah Aprilia (10411110)
Enggar Prasetyaningrum (10411110)
Fadilla Kurniasari (1041111048)
Fitriyah (1041111055)
Gita Nata Parawanesthi (1041111059)
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
"YAYASAN PHARMASI"
SEMARANG
2014