LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA UJI URINE
“
”
Nama Kelompok : 1. Hanum Wahyuningtias
(15030204055) (15030204055)
2. Rizki Dwi Novitasari
(15030204072) (15030204072)
3. Inggar Sarawati
(15030204091)
4. Khusnul Khotimah
(15030204105) (15030204105)
Kelas PBB 2015
JURUSAN BILOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA TAHUN 2017
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Setiap hari tubuh kita menghasilkan kotoran dan zat-zat sisa dari berbagai proses tubuh. Agar tubuh kita tetap sehat dan terbebas dari penyakit, maka kotoran dan zat-zat sisa dalam tubuh kita harus dibuang melalui alat-alat ekskresi. Sistem ekskresi adalah sistem yang berperan dalam proses pembuangan zat yang sudah tidak diperlukan atau zat yang membahayakan tubuh, dalam bentuk larutan. Urine atau air seni adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian dikeluarkan dalam tubuh melalui proses urinasi.Urine urinasi. Urine merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh organ ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urine penting sekali untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urine sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra (Kamal, 1999).
Urine terdiri dari air yang mengandung zat terlarut berupa sisa metabolisme tubuh diantaranya adalah urea, garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urine berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urine berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika keti ka molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang dibuang keluar tubuh. (Kustono, 1997) 1997)
Buang air kecil merupakan suatu hal yang normal namun kenormalan tersebut dapat menjadi tidak normal apabila urin yang kita keluarkan tidak seperti biasanya, misalanya mengalami perubahan warna. Atau merasakan nyeri saat melakukan proses buang air kecil. Pada perubahan warna urin disebabkan juga oleh aktivitas pola makan seseorang seseorangketika ketika seseorang tidak makan maupun minum untuk waktu yang cukup lama maka tubuh akan kekurangan air yang digunakan dalam membawa zat-zat racun atau sisa metabolime untuk keluar. Sehingga saat seseorang
mengeluarkan urin maka urin tersebut akan berwarna pekat dan mengalami kekeruhan karena kadar zat-zat sisa metabolisme tinggi dibandingkan dengan air. Komposisi urin yang paling utama adalah terdiri dari air sehingga urine pada kondisi normal mengandung 95% air (Ali, 2008). Dari contoh tersebut tentu saja terdapat sebab mengapa hal itu dapat terjadi. Jika hal itu terjadi maka yang perlu kita lakukan adalah dengan cara melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan pada urin dapat menentukan penyakit apa yang sedang diderita oleh seeorang. Oleh karena itu pada praktikum ini akan di lakukan uji urin dengan rumusan masalah sebagai berikut :
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh pola makan seseorang (2 jam setelah makan dan puasa selama 8 jam terhadap urine yang dihasilkan? 2. Bagaimana perbedaan urin sesorang yang menderita dibetes mellitus dan Gromeluronefritis dengan urin orang yang normal?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh pola makan seseorang (2 jam setelah makan dan puasa selama 8 jam terhadap urine yang dihasilkan. 2. Untuk mengetahui perbedaan urin sesorang yang menderita dibetes mellitus dan Gromeluronefritis dengan urin orang yang normal.
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Urin
Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urin di[erlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untukmenjaga homeostatis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, yang kemudian dibawa melalui ureter menuju kantung kemih dan akhirnya dibuang oleh tubuh melalui uretra (Risna, 2014). 2.2 Komposisi Urin
Komposisi zat-zat dalam urin tergantun pada jenis makanan serta air yang dikonsumsi. Urin normal berwarna jernih transparan, sedangkan warna urine kuning muda berasal dari zat warna empedu yaitu bilirubin dan biliverdin. Komposisi urin yang paling utama adalah terdiri dari air sehingga urine pada kondisi normal mengandung 95% air. Sedangkan kandungan lainnya adalah urea, asam urat, kreatinin, asam laktat, asam fosfat, asam sulfat, klorida, garam terutama garam dapur dan zat-zat yang berlebihan di dalam darah seperti vitamin C dan obat-obatan (Ali, 2008). 2.3 Karakteristik Urin
Seseorang yang memiliki urin normal terdapat beberapa karakteristik sebagai berikut (Mukaromah et al, 2010): 1. Terdiri dari 95 % air 2. Urin berisi produk akhir metabolisme protein, seperti urea, asam urat dan kreatinin. 3. Membuang mineral yang diambil dari makanan yang sudah tidak dibutuhkan seperti natrium, kalium, calsium, sulfat, dan fosfat. 4. Berisi toksin 5. Berisi hormon
6. Pigmen kuning dari berasal dari bilirubin Sedangkan urin seseorang yang memiliki gangguan atau abnormal mungkin mengandung slaah satu atau lebih dari hal-hal dibawah ini: 1. Albumin atau protein merupakan indikasi adanya penyakit pada ginjal, infeksi atau trauma. 2. Glukosa dapat menjadi indikasi adanya diabetes mellitus, syok atau cedera kepala. 3. Eritrosit dapat dijadikan indikasi adanya infeksi, kanker/ tumor, penyakit ginjal 4. Leukosit dapat dijadikani indikasi infeksi traktus urinaria 5. Benda keton sebagai indikasi adanya diabetes mellitus, kelaparan/ dehidrasi atau kondisi lain dimana terjadi katabolisme lemak dengan cepat. 6. Nilai pH urin yang abnormal mengindikasikan gout, batu traktus urinaria, infeksi 7. Nilai berat jenis urin yang abnormal mengindikasikan adanya penyakit ginjal, ketidakseimbangan elektrolit, gangguan fungsi hati dan luka bakar 2.4 Volume Urin Normal
Pada orang dewasa, volume urin normal per hari adalah 1500-6000 ml(minimum 30 ml per jam). Hal ini berbeda dengan volume urin pada ibu yang setelah melahirkan. Pada ibu yang selesai melahirkan harus berkemih dengan spontandalam 6 sampai 8 jam post partum. Dengan urin yang dikeluarkan daribeberapa perkemihan pertama harus diukur untuk mengetahui pengosongan kandung kemih. Diharapkan setiap kali berkemih, urinyang keluar adalah 150 ml.(Tarwoto & Wartonah, 2010). 2.5 Proses Pembentukan Urin
Ginjal merupakan tempat yang digunakan untuk mengeluarkan zat-zat sisa ,etabolisme dalam bentuk urin. Proses pembentukan urin adalah sebagai berikut (Risna, 2014).:
a. Filtrasi (Penyaringan) Proses pertama adalah proses filtrasi yaitu perpindahan cairan dari glomerulus menuju ke kapsula bowman dengan menembus membrane filtrasi. Membran filtrasi terdiri dari tiga baggian utama yaitu: 1. Sel endothelium glomerulus 2. Membrane basiler 3. Epitel kapsula bowman Di dalam glomerulus terjadi proses filtrasi sel-sel darah , trombosit, dan protein agar zat-zat tersebut tidak ikut dikeluarkan oleh ginjal. Hasil penyaringan
di
glomerulus
akan
menghasilkan
urin
primer
yang
mengandung zat-zat seperti elektrolit, kristaloid, ion Cl, ion HCO 3 , garam, natrium, glukosa, kaliun, dan asam amino. b. Reabsorpsi Reabsorpsi adalah proses perpindahan cairan dari tubulus renalis menuju ke pembuluh darah yang mengelilinginya yaitu kapiler peitubuler. Zat-zat yang yang ada di dalam urin primer akan direabsorpsi secara keseluruhan. Proses reabsorpsi terjadi di bagian tubulus kontorttus proksimal yang nantinya akan dihasilkan urine sekunder setelah proses ini selesai. Proses reabsopsi air akan terjadi di tubulus konkortus proksimal dan tubulus konkortus distal. c. Sekresi Urin sekunder yang dihasilkan tubulus proksimal dan lengkung henle akan mengalir menuju tubulus konkortus distal. Urin sekunder akan melalui pembuluh kapiler darah untuk melepaskan zat-zat yang sudah tidak digunakan bagi tubuh.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam mengetahui pengaruh pola makan terhadap sifat fisik urinadalah eksperimen karena pada penelitian ini menggunakan variabel kontrol, varianbel manipulasi, dan variabel respon. 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Dalam penelitian tentang pengaruh pola makan terhadap sifat fisik urin dilaksanakan pada hari senin tanggal 13 November 2017 pukul 07.00 hingga 11.00 WIB di Laboratorium Fisiologi jurusan Biologi, Universitas Negeri Surabaya. 3.3 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian tentang pengaruh pola makan terhadap sifat fisik urin adalah sebagai berikut: 3.3.1
Alat 1. Bunsen
1 Buah
2. Korek api
1 Buah
3. Penjepit tabung
1 Buah
4. Tabung reaksi
8 buah
5. Tabung ukur
1 Buah
6. Gelas beker
2 Buah
7. Kertas pH
3 Buah
8. Pipet
3 Buah
9. Rak tabung reaksi
1 Buah
10. Tisu
11. Kertas label 3.3.2
Bahan 1. Fehling A
7,5 ml
2. Fehling B
7,5 ml
3. Yodium tincture
0,5 ml
4. Asam cuka glacial 3%
0,5 ml
5. Urin Normal (Setelah makan 2 jam) 6. Urin Puasa 8 jam 7. Urin DM 8. Urin GN 3.4 Langkah Kerja
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini: 1. Dipersiapkan urin yang akan dianalisis dan ditampung didalam plastic bersih. 2. Dibuat larutan fehling campuran, dengan cara mencampurkan fehling A dan fehling B dengan volume yang sama sehingga volumenya menjadi 15 ml kemudian diaduk hingga homogen. (Diperhatikan warna awal fehling A dan b serta warna fehling yang telah dicampur). 3. Dituangkan Urin ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 ml. 4. Diamati sifat fisik urin berupa bau, warna, kekeruhan, serta endapan sebelum mendapat perlakuan. 5. Dicelupkan kertas pH ke dalam urin di dalam tabung Selma 15 detik, kemudian diangkat dan diamati perubahan warna pada indikator tabel pH yang tersedia. 6. Tabung yang berisi urin kemudian diberi perlakuan, yaitu:
A. Proses menganalisis glukosa dalam urin a. Ditambahkan 1 ml fehling campuran ke dalam tabung yang berisi urin, setelah itu diaduk dan didiamkan. Kemudian dijadikan sebagai kontrol. b. Ditambahkan 1 ml fehling campuran ke dalam tabung yang berisi urin, setelah itu diaduk dan dipanaskan di atas api bunsen dengan posisi setengah dimiringkan dan digerakkan pelan-pelan. Kemudian diamati warna sebelum dipanaskan, warna mulai panas, warna sebelum mendidih, warna mendidih. B. Proses menganalisis albumin dalam urin a. Tabung yang berisi urin dipanaskan sampai mendidih. b. Kemudian ditetesi dengan asam cuka glacial 3% sebanyak 3-5 tete s. c. Diamati terdapat gumpalan seperti awan. C. Proses menganalisis bilirubin atau urobilin dalam urin a. Tabung yang berisi urin dipegang dengan posisi miring. b. Diteteskan yodium tincture hingga menutupi permukaan urin. c. Diamati terdapat cincin yang terletak diantara urin dengan yodium tincture. D. Proses menganalisis sedimen dalam urin a. Urin di dalam tabung disentrifuse selama 5 menit. b. Dituangkan supernatannya dan disisahkan pellet. c. Diambil pellet dan dituangkan ke glass objek yang kemudian ditutup dengan kaca penutup. d. Diperiksa dengan mikroskop dengan perbesaan 40X.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian
Dari hasil pengamatan maka dapat diperoleh hasil sebagai berikut: No 1
2
Sampel Urin Diabetes Melitus
Gromeluronefritis
Bau Spesifik
Spesifik
Warna Kuning (+)
Kekeruhan Tidak keruh (-)
Endapan Tidak ada endapan (-)
pH 7
Kuning (+)
Tidak keruh (-)
Ada (++)
8
Glukosa A. Kontrol: biru B. Sebelum : biru Mulai Panas: biru Sebelum mendidih: hijau biru Mendidih: hijau biru (positif) C. Sebelum : kuning (+) Mulai Panas: kuning Sebelum mendidih: kuning Mendidih: kuning Ditetesi fehling: Hijau biru (positif) -
Albumin Tidak ada gumpalan (-)
Bilirubin Tidak ada cincin hijau (-)
Sedimentasi tidak ada sedimentasin(-)
Ada (+)
-
-
3
Normal
Spesifik
Kuning jernih
Tidak keruh (-)
Tidak ada endapan (-)
7
4
Puasa 8 jam
Spesifik
Kuning pekat (++)
Keruh (+)
Tidak ada endapan (-)
6
5
Puasa setelah 2 jam
Spesifik
Kuning pekat (+)
Keruh (+)
Tidak ada endapan (-)
7
A. Kontrol: biru (-) B. Sebelum : biru (-) Mulai Panas: biru (-) Sebelum mendidih: biru (-) Mendidih: biru (-) A. Kontrol: hijau biru (+) B. Sebelum : hijau biru (+) Mulai Panas: hijau biru (+) Sebelum mendidih: hijau biru (+) Mendidih: hijau biru (+) A. Kontrol: biru (-) B. Sebelum : biru (-) Mulai Panas: biru (-) Sebelum mendidih: biru (-) Mendidih: biru (-)
Tidak ada gumpalan (-)
Tidak ada cincin hijau (-)
tidak ada sedimentasin(-)
Tidak ada gumpalan (-)
Tidak ada cincin hijau (-)
tidak ada sedimentasin(-)
Tidak ada gumpalan (-)
Tidak ada cincin hijau (-)
tidak ada sedimentasin(-)
Keterangan : (+)
: rendah
(++)
: sedang
(+++) : tinggi 4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat pengaruh pola makan terhadap sifat fisik urin yang dihasilkan. Hal ini dibuktikan dengan terdapat perbedaan sifat fisik urin berupa bau, warna, kekeruhan, endapan, pH, glukosa, albumin/protein, bilirubin, serta sedimentasi pada berbagai perlakuan pola makan yaitu pola makan normal, tidak makan selama 8 jam, kemudian setelah makan 2 jam, dan pola makan orang yang terkena gangguan penyakit seperti diabetes mellitus dan gluconeonefritis. Sifat fisik urin di saat seseorang menderita dibetes mellitus adalah bau spesifik, berwarna kuning (+). Tidak keruh, tidak ada endapan, pH 7, terdapat glukosa dalam urin (++), tidak ada protein, tidak terdapat cincin hijau, tidak ada sedimentasi. Berdasarkan hasil penelitihan tersebut sifat fisik urine yang menderita dibetes mellitus sangat berbeda pada orang yang memiliki urin normal. Pada urin orang yang mengandung diabetes mellitus terdapat glukosa yang tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh tubuh tidak memproduksi insulin yang cukup, atau bahkan tidak sanggup menghasilkan insulin lagi, atau selselnya tidak lagi merespon dengan baik terhadap pankreas untuk memproduksi insulin. Dengan demikian jumlah glukosa dalam darah menjadi tinggi. Glukosa darah yang berlebihan tersebut akhirnya dikeluarkan dari tubuh bersama urin. Jadi, meskipun darah mengandung banyak glukosa, namun sel-sel tidak mendapatkan asupan energi yang cukup untuk melakukan pertumbuhan. Sifat fisik urin di saat seseorang menderita Gromeluronefritis adalah bau spesifik, kuning jernih, tidak keruh, ada endapan (++), pH 8, terdapat protin dalam urin.Berdasarkan hasil penelitihan tersebut sifat fisik urine yang menderita dibetes mellitus sangat berbeda pada orang yang memiliki urin normal.Pada sesorang yang menderita glomerulonephritis pada urine terdapat
endapapan protein hal tersebut di karenakan pada ginjal terjadi kerusakan pada glomeruli. Glomeruli adalah penyaring kecil di dalam ginjal yang berfungsi membuang cairan berlebih, elektrolit, dan sampah dari aliran darah. Kerusakan ini akan menyebabkan terbuangnya darah serta protein melalui urine. Sehingga urine yang dikeluarkan masih mengandung protein Sifat fisik urin di saat seseorang makan setelah 2 jam ( normal) adalah bau spesifik, kuning jernih, tidak keruh, tidak ada endapan, pH 6, tidak terdapat glukosa dalam urin, tidak ada protein, tidak terdapat cincin hijau, tidak ada sedimentasi. Sifat fisik urin di saat seseorang tidak makan maupun minum selama 8 jam adalah bau spesifik, berwarna kuning pekat (++). keruh (+), tidak ada endapan, pH 6, terdapat sedikit glukosa dalam urin (+), tidak ada protein, tidak terdapat cincin hijau, tidak ada sedimentasi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, sifat fisik urin di saat seseorang tidak makan maupun dalam waktu 8 jam sangat berbeda dengan sifat fisik urin pada seseorang yang makanmaupun minum dengan normal seperti warna urin normal adalah kuning jernih sedangkan warna urin yang tidak makan maupun selama 8 jam berwarna kuning pekat (++) dan keruh. Hal ini dapat terjadi karena air merupakan media yang digunakan untuk mengeluarkan zat-zat racun atau zat-zat sisa metabolisme dari dalam tubuh, sehingga air di dalam tubuh sangat dibutuhkan. Tubuh menghasilkan berbagai sisa metabolisme yang tidak diperlukan termasuk toksin, sehingga air berfungsi sebagai media eliminasi untuk mengeluarkan sisa metabolime melalui saluran kemih, saluran cerna, saluran nafas, dan kulit (Pertiwi, 2015). Ketika seseorang tidak makan maupun minum untuk waktu yang cukup lama maka tubuh akan kekurangan air yang digunakan dalam membawa zat-zat racun atau sisa metabolime untuk keluar. Sehingga saat seseorang mengeluarkan urin maka urin tersebut akan berwarna pekat dan mengalami kekeruhan karena kadar zat-zat sisa metabolisme tinggi dibandingkan dengan air. Komposisi urin yang paling utama adalah terdiri dari air sehingga urine pada kondisi normal mengandung 95% air (Ali, 2008).
pH urin pada seseorang yang menderita penyakit diabetes mellitus yaitu 7 (normal) dan pada penderita penyakit Gluconeonefritis 8 (basa). pH seseorang yang tidak makan maupun minum adalah 6 atau asam (+). Urin yang normal memiliki pH yang normal yaitu 7. Saat seseorang tidak makan maupun minum, maka zat-zat sisa metabolisme akan banyak dibandingkan dengan air, zat-zat tersebut sebagian bersifat asam seperti urea, asam urat, asam laktat, asam fosfat, asam sulfat, klorida. Karena banyaknya zat-zat sisa yang bersifat asam maka urin pada seseorang yang tidak makan maupun minum dalam waktu tertentu adalah asam. Kandungan lainnya selain air adalah urea, asam urat, kreatinin, asam laktat, asam fosfat, asam sulfat, klorida, garam terutama garam dapur dan zat-zat yang berlebihan di dalam darah seperti vitamin C dan obat-obatan (Ali, 2008). Kemudian di dalam urin seseorang yang tidak makan mapun minum terdapat sedikit kadar glukosa (+). Kadar glukosa dalam urin ini dipengaruhi oleh meningkatnya kerja enzim yang memicu glukoneogenesis sehingga meskipun di dalam tubuh kekeurangan glukosa namun terdapat enzim yang memicu glukoneogenesis yang dapat meningkatkan glukosa dalam darah. Karena meningkatnya glukosa namun komposisi air yang sedikit maka di dalam urin terdapat glukosa yang sedikit terbawa saat proses filtrasi maupun reabsorpsi. Di saat kadar glukosa dalam darah seseorang turun maka dapat memicu terbentuknya glukagon. Akibatnya proses yang terjadi adalah adanya peningkatan produksi glukosa untuk meningkatkan kadar glukosa darah dengan glikogenolisis, lipolisis dan glukoneogenesis (Fauzi yati, 2008). Di saat seseorang yang tidak makan maupun minum selama 8 jam, dan kemudian diberi makan maupun minum maka hasil fisik urin yang dikeluarkan berubah seperti pH normal dan tidak ada kadar glukosa dalam darah. Hal ini dikarenakan terdapat air yang dapat membawa zat-zat sisa metabolime. Namun, warna dan kekeruhan urin tetap sama dikarena konsumsi air pada seseorang yang tidak makan maupun minum selama 8 jam masih tergolong sedikit sehingga mengalami kekeruhan namun hanya sedikit (+).
-
Pertanyaan :
1. Tuliskan komposisi urin dan sifat fisik urin normal ? 2. Apa fungsi fehling A, Fehling B, Asam cuka glacial, yodium tincture dalam analisis urine? 3. Jelaskan makna perubahan urine dalam proses reduksi ? 4. Apakah masih terjadi perubahan warna urine meski dipanaskan sampai beberapa saat ? Jelaskan jawaban anda ! 5. Mengapa terbentuk gumpalan di saat urine yang telah mendidih di tetesi asam cuka glacial ? 6. Mengapa terbentuk cincin hijau? Jelaskan reaksinya! Jawab: 1. Komposisi urine adalah komposisi urin yang paling utama adalah terdiri dari air sehingga urine pada kondisi normal mengandung 95% air. Sedangkan kandungan lainnya adalah urea, asam urat, kreatinin, asam laktat, asam fosfat, asam sulfat, klorida, garam terutama garam dapur dan zat-zat yang berlebihan di dalam darah seperti vitamin C dan obat-obatan. Sifat fisik urin normal adalah bau spesifik, warna jernih, tidak keruh, tidak ada endapan, pH normal, tidak ada kadar glukosa, tidak ada kadar protein, tidak ada sedimentasi dalam urin. 2. Fungsi Fehling A dan B adalah sebagai reagen yang dapat mengindikasi adanya glukosa yang dapat terlihat ketika terjadi perubahan warna. Fungsi asam cuka glacial adalah sebagai indikator yang dapat mengetahui kadar protein melalui adanya gumpalan, gumpalan yang terjadi diakibatkan adanya suasana asam. Fungsi yodium tinctur adalah sebagai indikator untuk menentukan kadar bilirubin yang terdapat pada urin.
3. Makna perubahan urin saat reduksi adalah terdapat kadar glukosa di dalam urin tersebut. Hal ini dapat terjadikan karena terdapat reagen yang dapat mendektesi adanya glukosa dalam urin. Reagen tersebut adalah Fehling A dan B. 4. Apabila di dalam urin tersebut terdapat kadar glukosa maka saat dipanaskan akan terjadi perubahan warna yang terus hingga mendidih. Namun apabila urin yang mendidih tetap dipanaskan maka warna urin tidak akan berubah karena urin yang dipanaskan tersebut telah mengandung reagen. Sehingga warna yang terbentuk akan sesuai dengan kadar yang ada di dalam urin. Semakin warna urin menjauhi warna asli sebelum dipanaskan maka kadar glukosa dalam urin akan semakin besar. Hal ini berbeda ketika urin tersebut tidak memiliki kadar glukosa, maka tidak akan terjadi perubahan warna meskipun dipanaskan beberapa saat. 5. Terdapat gumpalan di saat urine mendidih ditetesi asam cuka glacial karena saat ditetesi asam maka kondisi akan dalam suasana yang asam sehingga apabila di dalam urin tersebut mengandung protein maka akan terbentuk gumpalan-gumpalan. 6. Terbentuk cincin hijau dikarenakan urin tersebut mengandung bilirubin. Yodium tinctur digunakan sebagai indikator dalam mendektesi adanya kandungan bilirubin di dalam urin. Apabila terdapat kandungan bilirubin maka akan terbentuk cincin hijau diantara urin dan yodium tinctur. Sehingga seseorang yang memiliki cincin hijau maka orang tersebut mengalami gangguan hati ataupun empedu.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat deketahui bahwa pola makan seseorang (2 jam setelah makan dan puasa selama 8 jam) berpengaruh terhadap urine yang dihasilkan.
Terdapat perbedaan urin sesorang yang menderita dibetes mellitus dan Gromeluronefritis dengan urin orang yang normal. Yaitu dapat dilihat pada indikator glukosa pada penyakit diabetes melitus dan indikator endapan dan albumin pada penyakit Gromeluronefritis
DAFTAR PUSTAKA
Ali,
Iqbal.
2008.
Sistem
Urinaria
Di
Dalam
Tubuh
Manusia.
(online),
http://www.digilib.unimus.ac.id. Diakses tanggal 18 November 2017. Fauziyati, Ana. 2008. Physiological Adaptation During Fasting. Jurnal Penelitian & Pengabdian. 5 (01). 1-9. Kamal, M. 1999. Nutrisi Ternak Dasar . Laboratorium Makanan Ternak, Jurusan nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta Kustono. 1997. Fisiologi Ternak dasar . Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta Mukaromah, Ana Hidayati. dkk. 2010. Anatomi dan Fisisologi sistem Urinaria. (online), http://www.fk.unsoed.ac.id. Diakses tanggal 18 November 2017. Pertiwi, Donna. 2015. Status Dehidrasi Jangka Pendek Berdasarkan Hasil Pengukuran Puri (Pemeriksaan Urin Sendiri) Menggunakan Grafuk Warna Pada Remaja Kelas
1
dan
2
SMAN
63
Jakarta
Tahun
2015.
(online),
http://www.repository.uinjkt.ac.id. Diakses tanggal 17 November 2017. Risna. 2014. Proses Terbentuknya Urin di Dalam Tubuh Manusia. (online), http://www.digilib.unila.ac.id,. Diakses tanggal 17 November 2017. Tarwoto
dan
Wartonah.
2010. Proses
Terjadinya
Eliminasi
Urin.
http://www.repository.usu.ac.id. Diakses tanggal 18 November 2017.
(online),
LAMPIRAN
Alat
Larutan Fehling
Urin Penyakit diabetes
Larutan Yodium tinchur
melitus dan Gromeluronefritis
Bunsen Digunkan
Gelass beaker untuk
Pipet dignkan untuk
untuk memanaskan
tempat penampungan
mengambil bahan yang akan
urine
urine
dicampurkan
Langkah-langkah dan hasil pada saat percobaan
Menuangkan urin kedalam tabung yang berisi fehling
Saat mendidih
Hasil uji bilirubin
Sebelum mendidih
Saat mau mendidih
hasil urin puasa
hasil urin puasa 2 jam
normal dan beri
setelah makan normal dan
perlakuan
beri perlakuan
Hasil Uji Albumin