KATETER KATETER URIN Kateter urin adalah sebuah alat berbentuk tabung yang dipasang pada bagian tubuh manusia untuk mengalirkan, mengumpulkan dan mengeluarkan urin dari kandung kemih. Terdapat Terdapat beberapa kateter yang digunakan, sebagai berikut. 1.
Kateter Nelathon/ kateter straight/ kateter sementara. Kateter urin yang berguna untuk mengeluarkan urin sementara atau sesaat. Kateter jenis ini mempuny mempunyai ai bermacam bermacam-ma -macam cam ukuran ukuran,, semaki semakin n besar besar ukuranny ukurannyaa semaki semakin n besar besar diameternya. Pemasangan melalui uretra.
2.
Kateter balon/kateter olley, Kateter !nd"elling/ Kateter Tetap. Tetap. Kateter yang digunakan untuk mengeluarkan urin dalam sistem tertutup dan bebas hama, dapat digunakan untuk "aktu lebih lama #$ % hari&. Kateter ini terbuat dari karet atau plastik yang mempunyai cabang dua atau tiga dan terdapat satu balon yang dapat mengembang oleh air atau udara untuk mengamankan/ menahan ujung kateter dalam kandung kemih. Kateter dengan dua cabang, satu cabang untuk memasukkan spuit, cabang lainnya digunakan untuk mengalirkan urin dari kandung kemih dan dapat disambung dengan tabung tertutup dari kantung urin, sedangkan kateter dengan tiga cabang, kedua cabang mempunyai 'ungsi sama dengan kateter diatas, sementara cabang ketiga ber'ungsi untuk untuk disamb disambungk ungkan an ke irigas irigasi, i, sehing sehingga ga cairan cairan irigas irigasii yang yang steril steril dapat dapat masuk masuk ke kandung kemih, tercampur dengan urin, kemudian akan keluar lagi. Pemasangan kateter
(.
jenis ini bisa melalui uretra atau suprapubik. Kateter suprapubik dengan bungkus )il*er alloy. Kateter paling baru yang dibungkus dengan perak bagian luar maupun bagian dalamnya. Perak mengandung antimikroba yang e'ekti', tetapi karena penggunaan perak sebagai terapi antimikroba belum sistematik, maka penggunaan jenis kateter inipun masih terbatas dan belum jelas keakuratannya. keakuratannya. Pemasangan Pemasangan kateter, sementara sementara ini baru dapat dilakukan
+.
oleh dokter urologi dalam kamar operasi sebagai sebag ai tindakan bedah minor. Kateter kondom Kateter yang paling sering digunakan untuk laki-laki usia tua dengan dementia. Tidak terdapat selang yang dimasukkan ke dalam penis, melainkan digunakan sejenis kondom yang digunakan untuk menutupi penis. Terdapat selang yang menghubungkan kondom tersebut ke urine bag. Kondom tersebut harus diganti setiap hari
A. Jenis Kateter 1. ne-"ay catheter Kateter hanya memiliki satu saluran untuk drainase, tidak memiliki balon dan
tersedia dalam *ersi coated dan *ersi uncoated. Kateter ini sering disebut sebagai kateter straight. enis kateter tidak dimaksudkan untuk tetap berada di kandung kemih untuk jangka "aktu yang panjang tapi digunakan untuk a. kateterisasi intermiten dan koleksi per"akilan urin kandung kemih b. 0enangani striktur uretra c. Pemasukkan obat #uer-lock& d. !n*estigasi urodynamic dan lainnya e. Kateterisasi suprapubik tanpa balon
ambar +. ne-"ay catheter 2. T"o-"ay catheter Pada tahun 13%(, ean rancois 4eybard mengembangkan kateter pertama dengan balon untuk mengamankan tempatnya di dalam kandung kemih. )atu saluran digunakan untuk urin dan satu untuk balon.
ambar %. T"o-"ay catheter dengan balon yang terisi dan tidak
Pada tahun 15(2 6r rederick oley didesain ulang kateter ini dan kateter oley saat ini yang paling sering digunakan untuk penanganan adanya dis'ungsi urinarisasi.
(. Three-"ay catheter Kateter ini merupakan jenis kateter dengan saluran ketiga untuk mem'asilitasi irigasi berkala untuk *esica urinaria. Kateter ini terutama digunakan setelah operasi urologi atau dalam kasus perdarahan dari kandung kemih atau prostat tumor dan kandung kemih mungkin perlu irigasi terus-menerus atau intermiten irigasi untuk membersihkan bekuan darah atau debris.
ambar 7. Three-"ay catheter dengan saluran irigasi(
+. Kateter suprapubik Kateter suprapubik adalah sebuah alternati' untuk kateter uretra dan dimasukkan ke dalam kandung kemih secara in*asi', sering di ba"ah anestesi lokal. 6i beberapa negara prosedur ini dilakukan oleh dokter dan di negara-negara lain dengan spesialis pera"at klinis. Kateter suprapubik dapat dibagi dalam berbagai jenis
a. b. c.
oley balon kateter8 mirip dengan yang digunakan untuk uretra kateterisasi. Kateter tanpa balon8 membutuhkan jahitan untuk mengamankan di tempat. oley balon kateter dengan ujung terbuka.
ambar 9. Kateter suprapubik dengan balon
ambar 3. Kateter suprapubik tanpa balon
ambar 5. Kateter 'olley dengan ujung terbuka.
B. Ukuran Kateter :kuran diameter kateter diukur dalam ;harri
sebagai auge Perancis #, r atau & dan menunjukkan diameter eksternal. 1 mm > ( ;h dan ukuran berkisar dari ;h 7 sampai (?. 6i indonesia, pemakaian kateter menggunakan satuan r terutama untuk olley kateter. r merupakan satuan untuk menentukan diameter kateter yang akan digunakan. r #gauge rance& menunjukkan diameter dalam satuan mm, dimana 1 r > 1/( mm atau ( r> 1 mm. 6iameter yang digunakan indonesia berkisar %r, 7'r, 3'r 1?'r, 12'r, 1+'r, 17'r, 13'r, 2?'r, 22'r, 2+'r, 27'r. )emakin tinggi nomor kateter, maka semakin besar diameter kateter. leh karena 1 r > 1/( mm maka jika ukuran kateter adalah 2+ r maka ukuran diameter sebenarnya adalah 3 mm. 1. Kateterisasi anak :ntuk kateterisasi anak, ukuran yang bisa dipakai adalah %, 7, 3, 1?r. atau lebih • •
kecil tergantung pada ukuran dari uretra dan usia anak. arang kateter straight, biasanya mereka intermiten dan digunakan untuk mendapatkan sampel urin steril untuk rule-out in'eksi.
2. Kateterisasi pria Pada pria, biasa digunakan kateter dengan ukuran 13r. • Pada laki-laki akan sangat membantu untuk menggunakan :rojet #jarum suntik • •
dengan lidokain jelly& untuk meminimalkan ketidaknyamanan dengan kateterisasi Pria dengan hematuria gross membutuhkan Three-"ay 'olley catheter dengan
•
diameter terbesar yang dapat dengan aman dimasukkan. #22r atau 2+r& Kateter harus melekat pada paha atas bagian dalam dengan pelekat untuk meminimalkan ketidaknyamanan dan mencegah kateter ditarik keluar masuk.
(. Kateterisasi Perempuan Kateter pada "anita dapat digunakan sesuai dengan umur pasien yaitu 12'r., • • •
1+r.or 17r Posisi adalah penting untuk mem*isualisasikan uretra pada "a nita. ika pasien dengan hematuria gross gunakan Three-"ay catheter yang lebih besar
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI PEMASANGAN KATETER Pada "anita maupun pria, terdapat beberapa indikasi dan kontraindikasi untuk
pemasangan kateter. Pemasangan kateter juga memiliki dua jalan yaitu melalui urethra dan suprapubik. !ndikasi umum untuk pemasangan kateter, baik yang intermitten, jangka pendek dan jangka panjang. a. Kateterisasi intermiten :ntuk pengambilan sampel urin • 0enangani ketidaknyamanan pada distensi *esica urinaria • 6ekompresi *esica urinaria • 0engukur urin residual • Penanganan pasien dengan spinal cord injury, degenerasi neuromuskular atau • incompetent bladder b. Kateterisasi tetap jangka pendek Penga"asan output urin pada pasien post-operasi dan pasien kritis • Prosedur operasi yang melibatkan operasi abdomen atau pel*is untuk penanganan •
•
*ersica urinaria, uretra dan struktur sekitarnya bstruksi saluran kemih #contoh pembesaran prostat&, retensi urin akut Pencegahan obstruksi uretra dari gumpalan darah dengan irigasi *esica urinaria
•
kontinu atau intermitten Pemberian obat secara berkala pada *esica urinaria
•
c. Kateterisasi tetap jangka panjang 4e'ractory bladder outlet obstruction dan neurogenic bladder dengan retensi urin • 4etens urin yang kronik • :ntuk membantu penyembuhkan ulkus perineal dimana urin dapat memperburuk • penyembuhan )elain indikasi, pemasangan kateter uretra juga memiliki kontraindikasi, yaitu prostatitis akut dan kecurigaan adanya trauma urethra.
Pemasangan kateter melalui suprapubik juga memiliki indikasi dan kontraindikasi tertentu, yaitu sebagai berikut. a. !ndikasi kateterisasi suprapubik 4etensi urin akut atau kronik dengan pengeluaran urin yang tidak adekuat dengan • kateter urerthra
•
• • • • • •
ebih disarankan pada pasien dengan kebutuhan khusus seperti pengguna kursi roda, dan dengan masalah alat kelamin Prostatitis akut bstruksi, striktur atau anatomik urethra yang abnormal Trauma pel*is @danya komplikasi dari penggunaan kateterisasi urethra yang lama perasi abdominal atau urethra yang kompleks Pasien dengan inkontinensia 'ekal yang mengkontaminasi kateter urethra
b. Kontraindikasi kateterisasi suprapubik @danya karsinoma *esica urinaria atau dicurigai adan ya karsinoma • Kateterisasi suprapubik dikontraindikasikan untuk pasien yang tidak teraba *esica • • • •
urinaria nya atau tidak tampak pada pemeriksaan :) @danya operasi pada daerah ba"ah abdominal sebelumnya Koagulopati @sites
c. Keuntungan kateterisasi suprapubik Kurangnya risiko trauma urethra, nekrosis dan catheter-induced urethritis • 0enguranig risiko konraminasi kateter yang umumnya ditemukan p ada usus • auh lebih nyaman, khususnya pasien yang menggunakan kursi roda • ebih mudah diakses untuk membersihkan dan mengganti kateter • 0embantu dalam hubungan seksual pasien • d. Keterbatasan kateterisasi suprapubik !nsersi adan tindakan in*asi' dengan risiko adanya cedera *isceral dan perdarahan • Pasien masih ada kemungkinan mengeluarkan urin melalui urethra • Tindakan ini mungkin membutuhkan tenaga ahli • Pasien dengan katup jantung buatan mungkin membutuhkan terapi antibiotik • Pasien dengan terapi antikoagulan perlu pemeriksaan darah •
KOMPLIKASI @lergi atau sensiti*itas terhadap lateks • ateks merupakan karet alami yang bersi'at alami tapi memiliki beberapa
kelemahan. Karena adanya kemungkinan ketidaknyamanan oleh permukaan yang tidak licin, dan kemungkinan adanya reaksi alergi. )eseorang dapat memiliki reaksi yang berbeda terhadap lateA bahkan dapat menyebabkan urethritis atau •
ana'ilaksis dari reaksi alergi tersebut. Besicolithiasis
Pasien dengan kateter yang menetap dapat terjadi batu pada *esica urinaria. Pada pasien dapat terjadi batu yang disebabkan oleh bantuan dari bakter yang paling sering Proteus #P. 0irabilis&. 6imana dihasilkan enCim urease, sehingga terjadi pemisahan antara ammonia dan karbondioksida. =asil tersebut meningkatkan tingkat basa sehingga cocok untuk pembentuka kristal contoh dtru*it #magnesium •
ammonium phosphate& dan calcium phospate. =ematuri =ematuri dapat terjadi setelah pemasangan kateter dan biasanya bersi'at sel' limiting. )elama dilakukannya kateterisasi uretral, trauma prostatik dapat menjadi penyebab utama terjadinya hematuri ini. ika hematuri tidak berhenti, lakukan
•
irigasi dengan (-"ay catheter. ;edera uretra ;edera uretra yang terjadi selama dilakukannya kateterisasi uretra dapat terjadi baik pada daerah prostat atau bladder neck. 6apat terjadi strikur uretra bila
•
pemasangan dilakukan dengan tidak benar. Trauma tersebut !n'eksi )aluran Kemih !n'eksi saluran kemih adalah penyebab in'eksi nasokomial paling umum terjadi, terutama jika terpasang kateter pada urethra, dan mencapai +?D terjadi dirumah sakit dengan durasi pemakaian kateter yang berisiko. !n'eksi saluran kemih yang berhubungan dengan kateter dide'inikan sebagai bakteriuria atau 'unguria dengan jumlah sel lebih dari 1?( ;:/m. =al ini terjadi karena adanya koloni yang terbentuk dari bakteri dari hari ke hari selama terpasangnya kateter. !nsidens bakteriuria diperkirakan sekiatr (D sampai 1?D lebih tigggi setiap hari setelah pemasangan kateter.
PENGGUNAAN KATETER DALAM KEHAMILAN Kateter dalam kehamilan dapat digunakan untuk manajemen urin dan juga untuk
menginduksi persalinan. 6alam manajemen urin, terbagi dalam intrapartum dan postpartum.
1. Intrapartu Penanganan urine yang adekuat dalam persalinan dapat mengurangi distensi
kandung kemih yang berlebihan sehingga tidak menghalangi proses persalinan. Eerikut hal-hal yang perlu dilakukan atau pertimbangkan pada pemakaian kateter intrapartum.5 Pengosongan kandung kemih pada pasien intrapartum perul didokumentasikan • •
dengan memasukkan kedalam partogram umlah *olume urin yang dikeluarkan perlu dicatat untuk mengetahui ada
•
tidaknya retensi urin ika pasien tidak dapat mengosongkan kandung kemih sendiri, maka perlu
•
dilakukan kateterisasi setiap + jam Pada pasien "anita dengan analgesia epidural maka perlu kateter yang tetap
•
terpasang hingga 7 jam setelah e'ek epidural habis. Pasien yang akan dioperasi sesar perlu menggunakan kateter selama dilaksanakan operasi dan setidaknya 12 jam sesudah operasi
!. In"uksi Persa#inan 6alam proses persalinan, terdapat metode induksi mekanis yang dapat dilakukan,
yaitu dengan penggunaan kateter. Kateter yang digunakan adalah olley kateter yang akan memberikan tekanan pada os ser*iks interna sehingga meregangkan segmen ba"ah rahim dan meningkatkan pelepasan prostaglandin lokal. :ntuk pengunaan kateter sebagai alat induksi kehamilan, maka kateter yang digunakan adalag 'olley kateter dengan ukuran 13 r. Kateter dimasukkan kedalam *agina hingga tempat in'lasi balon mencapai intraser*ikal yaitu ostium interna. )etelah itu isi kateter dengan akuades (? sampai 77 cc hingga balon membesar. Kateter dibiarkan sehingga kateter keluar sendiri secara spontan atau sampai 2+ jam. Penggunaan kateter sebagai alat induksi ini memiliki kontraindikasi absolut yaitu letak plasenta rendah atau plasenta pre*ia. Kontraindikasi relati' adalah perdarahan antepartum, pecah ketuban dan adanya in'kesi saluran kemih dengan risiko rendah.
$. Penan%anan Retensi Urin P&st Partu
Penga"asan terhadap pasien post partum di ruang pera"atan ni'as tidak boleh dianggap sederhana, keluhan rasa sakit di perut ba"ah bagian tengah menunjukkan adanya endometritis atau mungkin bisa disebabkan kandung kemih yang terisi penuh akibat retensio urin. leh karena itu harus ditanyakan apakah sudah buang air kecil. 6an yang paling penting adalah, apakah besar uterus atau tinggi 'undus uteri sesuai dengan proses in*olusio yang normal atau tidak. Pada penilaian in*olusio uteri, tingginya 'undus terhadap umbilicus menjadi sangat tinggi pada kasus dengan kandung kemih yang penuh, jadi tinggi 'undus uteri dinilai setelah pasien baru berkemih yaitu pada buli-buli yang kosong. 0asa ni'as dini adalah masa ni'as dari hari pertama sampai hari ke 1? F 1+ post partum. Pada masa ini pasien berkemih banyak sekali, mengeluarkan urin setiap harinya kurang lebih ( - + liter. Pada ni'as hari pertama terjadi apa yang dinamakan =arn'lut. ;airan tubuh yang selama masa kehamilan sangat banyak terdapat didalam jaringan, sekarang melalui ginjal kembali dikeluarkan dari dalam tubuh. Peningkatan pembentukan urine selama masa ni'as dini sangat banyak, setiap hari dikeluarkan 2-+ liter. @kan tetapi sebaliknya pengalaman pasien menunjukkan bah"a pada hari pertama post partum sering sekali mengalami gangguan miksi berupa kesulitan untuk berkemih. :ntuk pertama kalinya berkemih spontan post partum harus sudah terlaksana dalam "aktu 7 jsm sesudah melahirkan. @pabila buli-buli penuh dan pasien tidak dapat berkemih untuk mengosongkannya maka hal tersebut dinamakan 4etensio urin masa ni'as. Pen'e(a( Retensi& Urin Masa Ni)as
Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya retensio urin post partum, antara lain 1. Trauma intra partum !ni adalah penyebab utama terjadinya retensio urin, dimana terdapat perlukaan pada urethra dan *esika urinaria. =al itu terjadi karena adanya penekanan yang cukup berat dan berlangsung lama terhadap urethra dan *esika urinaria tersebut oleh kepala bayi yang memasuki panggul terhadap tulang panggul ibu sehingga terjadi perlukaan jaringan. @kibatnya terdapat edema pada selaput lender pada leher buli-buli serta terjadinya ekstra*asasi darah didalam buli-buli. stium urethra internum tersumbat
oleh edema mukosa dan kontraksi *esika jelek akibat ekstra*asasi darah ke dalam dinding buli-buli sehingga pasien menderita retensio urin. 2. 4e'leks kejang #kramp't& s'ingter urethra =al ini terjadi apabila pasien post partum tersebut ketakutan akan timbul perih dan sakit jika urinnya mengenai luka episiotomi ketika berkemih (. =ypotomia selama hamil dan ni'as Tonus dinding buli-buli sejak masa kehamilan sampai post partum masih sangat menurun. Pat&)isi&%i retensi urin p&st partu
Proses berkemih melibatkan duaproses yang berbeda yaitu #1& pengisian dan penyimpanan urin, serta #2& pengosongan urin dari kandung kemih. Proses ini sering berla"anan dan bergantian secara normal. @kti*itas otot detrusor kandung kemih dalam hal penyimpanan dan pengeluaran urin dikontrol oleh sistem sara' otonom dan somatik. )elama 'ase pengisian, pengaruh sistem sara' simpatis terhadap kandung kemih menjadi bertekanan rendah dengan meningkatkan resistensi saluran kemih. Penyimpanan urin dikoordinasikan oleh hambatan sistem simpatis dari akti*itas kontraksi otot detrusor yang dikaitkan dengan peningkatan tekanan otot dari leher kandung kemih dan uretra proksimal. Pengeluaran urin secara normal timbul akibat adanya kontraksi yang simultan dari otot detrusor dan relaksasi s'ingter uretra. =al ini dipengaruhi oleh sistem sara' parasimpatis yang mempunyai neurotransmiter utama yaitu asetilkolin. Penyampaian impuls dari sara' a'eren ditransmisikan ke sara' sensoris pada ujung ganglion medulla spinalis di segmen )2 - )+ dan selanjutnya sampai ke batang otak. !mpuls sara' dari batang otak menghambat aliran parasimpatis dari pusat kemih sakral spinal. )elama 'ase pengosongan kandung kemih, hambatan pada aliran parasimpatis sakral dihentikan, sehingga timbul kembali kontraksi otot detrusor. 4etensi urin post partum paling sering terjadi akibat dissinergis dari otot detrusor dan s'ingter uretra. Terjadinya relaksasi s'ingter uretra yang tidak sempurnamenyebabkan
nyeri dan edema. )ehingga ibu post partum tidak dapat mengosongkan kandung kemihnya dengan baik
Ba*a'a Retensi& Urin P&st Partu
1. @kibat terjadinya rest urin ini akan menyebabkan timbulnya sistitis 2. Eahkan dapat terjadinya rupture buli-buli spontan akibat retensio urin.
Penan%anan Retensi& Urin P&st Partu
1. )ecara umum pertama sekali diupayakan dengan segala cara agar pasien tersebut dapat berkemih spontan 2. Pasien post partum harus sedini mungkin berdiri dan jalan ke G; untuk berkemih spontan (. Terapi medika mentosa misalnya dapat diberikan 6oryl #2A 1 ml i.m/hari& +. 6iupayakan agar terjadi in*olusio uteri yang baik, untuk itu diberikan uterotonika. Kontraksi uterus di ikuti dengan kontraksi *esika urinaria %. @pabila semua upaya telah dikerjakan akan tetapi tidak juga berhasil untuk mengosongkan buli-buli yang penuh tersebut, barulah terakhir sekali dilakukan kateterisasi, dan jika perlu berulang. 7. Eladder training adalah kegiatan melatih kandung kemih untuk mengembalikan pola normal berkemih dengan menstimulasi pengeluaran urin. 6engan bladder training diharapkan 'ungsi eliminasi berkemih spontan pada ibu post partum spontan dapat terjadi dalam 2- 7 jam post partum. Ketika kandung kemih menjadi sangat
mengembang
diperlukan
kateterisasi, kateter oley ditinggal dalam kandung kemih selama 2+-+3 jam untuk menjaga kandung kemih tetap kosong dan memungkinkan kandung kemih menemukan kembali tonus otot normal dan sensasi. Eila kateter dilepas, pasien harus dapat berkemih secara spontan dalam "aktu 2-7 jam. )etelah berkemih secara spontan, kandung kemih harus dikateter kembali untuk memastikan bah"a residu urin minimal. Eila kandung kemih mengandung lebih dari 1%? ml residu urin, drainase kandung kemih dilanjutkan lagi. 4esidu urin setelah berkemih normalnya kurang atau sama dengan %? ml. Program latihan bladder training meliputi penyuluhan, upaya berkemih terjad"al, dan memberikan umpan balik positi'. Tujuan dari bladder training
adalah melatih kandung kemih untuk meningkatkan kemampuan mengontrol, mengendalikan, dan meningkatkan kemampuan berkemih.
DA+TAR PUSTAKA
http//meds.Hueensu.ca/central/assets/modules/ts-urinary-catheteriCation/anatomy.html @nonymous. ;linical uideline or !ntrapartum @nd Post Partum Eladder ;are. N=). 4oyal ;orn"all =ospitals eng B, dkk. ;atheterisation, !nd"elling catheters in adults, :rethral and )uprapubic. Iuropean @ssociation o' :rology Nurses. 2?12