BAB I PENDAHULUAN
Gonore Gonore merupakan merupakan Penyakit Menular Seksual Seksual (PMS) yang disebabka disebabkann oleh Dianta tara ra PMS PMS yang yang lain lain uret uretrit ritis is gono gonore re pali paling ng seri sering ng Neisseria gonorrhoeae. Dian dijumpai, walaupun di beberapa negara kedudukan ini telah digeser oleh uretritis non gonore. Penyakit ini dapat menginfeksi pria maupun wanita, biasanya menyerang daerah kelamin, tapi juga dapat menyerang bagian tubuh yang lain. Pada umumnya, penularan gonore melalui hubungan kelamin yaitu secara genito-genital, oro-genital, dan ano-genital. Tetapi dapat juga menular melalui alat-alat, pakaian, handuk, dan sebagainya. Manifestasi yang sering muncul pada laki-laki adalah uretritis akut, sedangkan pada wanita biasanya biasanya berupa servisitis servisitis,, yang dapat asimptoma asimptomatis. tis. Pada uretritis, keluhan subjektif yang muncul adalah rasa panas, gatal di bagian distal uretra di sekitar sekitar orifisium orifisium uretra uretra eksternum eksternum,, disuria, disuria, polakisur polakisuria, ia, keluar keluar duh tubuh tubuh dari ujung uretra yang kadang-kadang disertai darah, dan disertai perasaan nyeri waktu ereksi. Uretritis gonore dan penatalaksanaannya penting diketahui karena gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidensi tinggi di antara penyakit menular seksual.
BAB II URETRITIS GONORE AKUT
2.1 Definisi
Uretr Uretrit itis is gono gonore re adal adalah ah peny penyak akit it kela kelami min, n, pera perada dang ngan an pada pada uret uretra ra yang yang disebabka disebabkann oleh Neisser Neisseria ia gonorrho gonorrhoeae eae, suat suatuu dipl diplok okok okus us Gram Gram nega negati tiff yang yang reservoir alaminya adalah manusia, ditandai dengan adanya pus yang keluar dari
orifis orifisium ium uretra uretra ekste eksternu rnum. m. Infeksi Infeksi ini hampir hampir selalu selalu menula menularr melalu melaluii aktivi aktivitas tas seksual.
2.2 Epidemiologi •
Dian Dianta tara ra PMS PMS yang yang lain lain,, uret uretrit ritis is palin palingg seri sering ng diju dijump mpai ai,, wala walaup upun un di beberapa negara kedudukan ini telah digeser oleh uretritis non- gonore
•
Di Amerika Serikat pada abad ke-20, terdapat 200 juta kasus gonore baru per tahu tahun. n. Epid Epidem emio iolo logi giny nyaa dipe dipeng ngar aruh uhii oleh oleh fakt faktor or behavior , term termas asuk uk peningkatan aktivitas seksual, populasi yang tinggi, dan peningkatan infeksi yang berulang.
•
Infeksi gonokokal 1,5 kali lebih banyak terjadi pada pria dibanding wanita, dan lebih sering terjadi pada pria yang melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. Infeksi ini prevalensinya lebih tinggi pada kelompok usia 15
BAB II URETRITIS GONORE AKUT
2.1 Definisi
Uretr Uretrit itis is gono gonore re adal adalah ah peny penyak akit it kela kelami min, n, pera perada dang ngan an pada pada uret uretra ra yang yang disebabka disebabkann oleh Neisser Neisseria ia gonorrho gonorrhoeae eae, suat suatuu dipl diplok okok okus us Gram Gram nega negati tiff yang yang reservoir alaminya adalah manusia, ditandai dengan adanya pus yang keluar dari
orifis orifisium ium uretra uretra ekste eksternu rnum. m. Infeksi Infeksi ini hampir hampir selalu selalu menula menularr melalu melaluii aktivi aktivitas tas seksual.
2.2 Epidemiologi •
Dian Dianta tara ra PMS PMS yang yang lain lain,, uret uretrit ritis is palin palingg seri sering ng diju dijump mpai ai,, wala walaup upun un di beberapa negara kedudukan ini telah digeser oleh uretritis non- gonore
•
Di Amerika Serikat pada abad ke-20, terdapat 200 juta kasus gonore baru per tahu tahun. n. Epid Epidem emio iolo logi giny nyaa dipe dipeng ngar aruh uhii oleh oleh fakt faktor or behavior , term termas asuk uk peningkatan aktivitas seksual, populasi yang tinggi, dan peningkatan infeksi yang berulang.
•
Infeksi gonokokal 1,5 kali lebih banyak terjadi pada pria dibanding wanita, dan lebih sering terjadi pada pria yang melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. Infeksi ini prevalensinya lebih tinggi pada kelompok usia 15
sampai 35 tahun. Pada tahun 2000, wanita yang lebih banyak terinfeksi adalah pada kelompok usia 15 sampai 19 tahun, sedangkan pria yang lebih banyak terinfeksi adalah pada kelompok usia 20 sampai 24 tahun. •
Insidensi gonore meningkat karena ada N. gonorrhoeae gonorrhoeae yang resisten terhadap antibiotik antibiotik,, yaitu Penici Penicillin llinase ase Producin Producing g Neisseri Neisseria a gonorrho gonorrhoeae eae (PPNG). Bakteri ini meningkat di banyak negeri, termasuk di Indonesia.
2.3 Faktor Risiko
Pada umumnya, penularan gonore melalui hubungan kelamin yaitu secara genito-genital, oro-genital, dan ano-genital. Tetapi dapat juga menular melalui alatalat, pakaian, handuk, dan sebagainya.
Beberapa faktor risiko infeksi ini: •
Melakukan hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi tanpa pelindung dan partner seksual yang banyak.
•
Pada Pada anak-a anak-anak nak infek infeksi si ini dapat dapat terja terjadi di akiba akibatt pelec peleceha ehann seksua seksuall yang yang dilakukan oleh orang yang terinfeksi.
•
Pada bayi saat melewati jalan kelahiran dari ibu yang terinfeksi.
2.4 Etiologi dan Patogenesis Patogenesis
Peny Penyeb ebab ab uret uretri riti tiss gono gonore re akut akut adal adalah ah Neisser Neisseria ia gonorrho gonorrhoeae eae, suatu diplokokus Gram negatif. Gonokok ini ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut dimasukkan dalam kelompok Neisseria, sebagai Neisseria gonorrhoeae gonorrhoeae . Selain spesies itu, terdapat 3 spesies lain,
yaitu N.meningitidis , dan dan 2 lain lainny nyaa yang yang bers bersifa ifatt kome komens nsal al N.catarrhalis serta N.pharyngi sicca . Keempat spesies ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi.
Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi, yang memiliki ukuran lebar 0,8 µm dan panjang 1,6 µm, bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarnaan Gram bersifat Gram negatif, terlihat di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39ºC, dan tidak tahan zat disinfektan.
Gambar 2.1 Neisseria gonorrhoeae
Secara morfologik, gonokok ini terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili dan bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan bersifat nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang. Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang, yaitu pada vagina wanita sebelum pubertas. Faktor virulensi lain adalah produksi kapsular in vivo, resistensi terhadap aksi imun bakterisidal pada serum, dan kemampuan gonokok untuk bertahan di antara berbagai organisme komensal yang bersaing. Semua Neisseria tahan terhadap kelembaban membran mukosa. Akibat hal-hal tersebut, meningokokus dan gonokokus dapat berproliferasi dengan cepat dan bahkan masuk ke aliran darah.
2.5 Manifestasi Klinis
Masa tunas gonore sangat singkat, pada pria umumnya bervariai antara 2-5 hari, kadang-kadang lebih lama hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati diri sendiri, tetapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala yang sama sehingga tidak diperhatikan oleh penderita. Pada wanita masa tunas sulit ditentukan karena pada umumnya asimtomatik. Pada pria
Infeksi pertama Uretritis
Komplikasi Lokal: Tysonitis Parauretritis Littritis Cowperitis Asenden: Prostatitis Vesikulitis Vas deferentitis/funikulitis Vas deferntitis Epididimitis Trigonitis
Pada wanita
Infeksi pertama Uretritis
Komplikasi Lokal: Parauretritis Bartholinitis
Servisitis
Asenden: Salpingitis PID ( Pelvic Infalmmatory Disease)
Komplikasi diseminata pada pria dan wanita dapat berupa: -
Artritis
- Perikarditis
-
Miokarditis
- Meningitis
-
Endokarditis
- Dermatitis
1. Pada pria Uretritis
Yang paling sering dijumpai adalah uretritis anterior akuta dan dapat menjalar ke proksimal, selanjutnya mengakibatkan komlikasi lokal, asenden, dan diseminata. Keluhan subyejtif berupa rasa gatal, panas di bagian diatal uretra di sekitar orifisium uretra eksternum, kemudian disusul disuria, polakisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra yang kadang-kadang disertai darah, dan disertai perasaan nyeri pada waktu ereksi. Pada pemeriksaan tampak orifisium uretra eksternum eritematosa, edematosa, dan ektropion. Tampak duh tubuh mukopurulen dan dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral dan bilateral.
Gambar 2.2 Uretritis gonore 2. Pada wanita
Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda dengan pria. Hal ini disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin pria dan wanita. Pada wanita, baik penyakitnya akut maupun kronik, gejala subyektif jarang ditemukan dan hampir tidak pernah didapati kelainan obyektif. Pada umumnya wanita datang kalau sudah ada komplikasi. Sebagian besar penderita ditemukan pada waktu pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan keluarga berencana. Di samping itu wanita menngalami tiga masa perkembangan:
1. Masa prepubertas: epitel vagina dalam keadaan belum berkembang (sangat tipis), sehingga terjadi vaginitis gonore. 2.
Masa reproduktif: lapisan selaput lendir vagina menjadi matang, dan tebal dengan banyak gllikogen dan basil DÖderlein. Basil DÖderlein akan memecahkan glikogen sehingga suasana menjadi asam dan suasana ini tidak menguntungkan untuk tumbuhnya kuman gonokok.
3.
Masa menopause: selaput lendir vagina menjadi atrofi, kadar glikogen menurun, dan basil DÖderlein juga berkurang, sehingga suasana asam berkkurang dan suasana ini menguntungkan untuk pertumbuhan kuman gonokok, jadi dapat terjadi vaginitis gonore. Pada mulanya hanya tampak serviks uteri yang terkena infeksi. Duh tubuh
yang mukopurulen dan mengandung banyak gonokok mengalir ke luar dan menyerang uretra, duktus parauretra, kelenjar Bartholin, rektum, dan dapat juga naik ke atas sampai pada daerah kandung telur. Uretritis
Gejala utama adalah disuria, kadang-kadang poliuria. Pada pemeriksaan, orifisium uretra eksternum tampak merah, edematosa dan ada sekret mukopurulen.
2.6 Diagnosis
Diagnosis dalam petalaksanaan kasus IMS dilakukan dengan menggunakan bagan alur, jenis obat yang dianjurkan, dan untuk fasilitas kesehatan dengan laboratorium disediakan bagan alur tersendiri. Diagnosis ditegakkan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik serta hasil pemeriksaan laboratorium bila tersedia. Kuman patogen penyebab utama duh tubuh uretra adalah Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis. Oleh karena itu, pengobatan pasien dengan
duh tubuh uretra secara sindrom harus dilakukan terhadap kedua jenis kuman penyebab utama tersebut bersama-sama. Bila ada fasilitas laboratorium yang memadai, kedua kuman penyebab tersebut dapat dibedakan, dan selanjutnya pengobatan secara lebih spesifik dapat dilakukan. Pada pemeriksaan dengan pendekatan sindrom tanpa alat bantu dapat digunakan bagan alur sebagai berikut : Bagan Duh tubuh uretra pria 3.
Bagan duh tubuh uretra pada pria dengan pemeriksaan mikroskop
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan pembantu yang terdiri atas 5 tahapan.: A. Sediaan langsung Pada uretritis gonore akut, sediaan langsung dengan pewarnaan Gram akan ditemukan gonokok negatif-Gram intraselular. Bahan duh tubuh pada pria diambil dari daerah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar Bartholin, serviks, dan rektum.
B. Kultur Untuk indentifikasi perlu dilakukan pembiakan (kultur). Dua macam media yang dapat digunakan:
1. media transpor 2. media pertumbuhan Contoh media transpor: -
Media Stuart Hanya untuk transpor saja, sehingga perlu ditanam kembali pada media pertumbuhan
-
Media Transgrow Media ini selektif dan nutritif untuk N.gonorrhoeae dan N.meningitidis; dalam perjalanan dapat bertahan hingga 96 jam dan merupakan gabungan media transpor dan media pertumbuhan, sehingga tidka perlu ditanam pada media pertumbuhan. Media ini merupakan modifikasi media Thayer Martin dengan menambahkan trimetoprim untuk mematikan Proteus spp .
Contoh media pertumbuhan: -
Mc Leod’s chocolate agar Berisi agar coklat, agar serum, dan agar hidrokel. Selain kuman gonokok, kuman-kuman yang lain juga dapat tumbuh.
-
Media Thayer Martin Media ini selektif untuk mengisolasi gonokok. Mengandung vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman positif-Gram, kolestimetat untuk menekan pertumbuhan bakteri negatif-Gram, dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur.
-
Modified Thayer Martin agar Isinya ditambah dengan trimetoprim untuk mencegah pertumbuhan kuman Proteus spp.
C. Tes difinitif 1. Tes oksidasi
Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-fenilendiamin hidroklorida 1% ditambahkan pada koloni gonokok tersangka. Semua Neisseria memberi reaksi positif dengan perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung. 2. Tes fermentasi Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa, maltosa, dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan glukosa.
D. Tes beta-laktamase Pemeriksaan beta-laktamase dengan menggunakan cefinase TM disc. BBL 961192 yang mengandung chromogenic cephalosporin, akan menyebabkan perubahan warna dari kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta-laktamase.
E. Tes Thomson Tes Thomson ini berguna untuk mengetahui sampai di mana infeksi sudah berlangsung. Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena pengobatan pada waktu itu ialah pengobatan setempat. Pada tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan: -
sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi
-
urin dibagi dalam dua gelas
-
tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II Syarat mutlak adalah kandung kencing harus mengandung air seni paling sedikit 80-10ml, jika air seni kurang dari 80 ml, maka gelas sukar dinilai karena menguras uretra anterior. Hasil pembacaan: Gelas I
Gelas IIArti
Jernih
jernih
tidak ada infeksi
Keruh
jernih
infeksi uretritis anterior
Keruh
keruh
panuretritis
Jernih
keruh
tidak mungkin
Rekomendasi pemeriksaan laboratorium
Bagan Duh tubuh uretra pria dengan pemeriksaan mikroskop dan laboratorium khusus
2.7 Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari infeksi gonokokus genitourinari pada perempuan antara lain: •
Infeksi Trichomonas vaginalis. Biasanya memberi gambaran salin positif untuk protozoa.
•
Infeksi Candida albicans. Gambarannya gatal dengan eksudat kental atau curdy, dan diagnosis ditentukan dari kultur/smear organisme.
•
Garnerella vaginalis/ bacterial vaginosis. Ditandai dnegan sindrom well define, sekret malodorous, keabu-abuan dan acidic. Pada pemeriksaan smear ditemukan clue cell, yields a fishy, amine odor pada alkalinisasi dengan potassium hidroksida. Semua pasien dengan duh tubuh vagina harus dikultur untuk gonokokus. Walaupun inflamasi
vaginitis jarang terjadi bersamaan dengan gonorrhoe tetapi infeksi campuran sering terjadi.
Pada laki-laki, uretritis dapat disebabkan oleh organisme multipel. T.vaginalis dan C. Albicans dapat menginfeksi laki-laki dan dapat asimtomatik. Gonorrhoe dapat menyebabkan urethritis pada populasi umum yang sering dikenal sebagai nongonococcal atau nonspecific atau postgonococcal urethritis. Urethritis dengan idnetifikasi patogen (kecuali gonokokus) disebut nongonococcal urethritis (NGU). NGU dikarakteristikan dengan adanya disuria, duh tubuh uretra atau sering berkemih dan ditemukannya N.gonorrhoe.
2.8 Komplikasi
Komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi dan faal genitalia. Komplikasi lokal pada pria bisa berupa tisonitis (radang kelenjar Tyson), parauretritis, littritis (radang kelnjar Littre), dan cowperitis (radang kelenjar Cowper). Namun, penyulit yang paling sering adalah epididimoorkitis. Selain itu, infeksi dapat pula menjalar ke atas (asendens), sehingga terjadi prostatitis, vesikulitis, funikulitis, epididimitis, yang dapat menimbulkan infertilitas. Infeksi dari uretra pars posterior, dapat mengenai trigonum kandung kemih menimbulkan trigonitis, yang memberi gejala poliuria, disuria terminal, dan hematuria. Komplikasi diseminata pada pria dan wanita dapat berupa artritis, miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis, dan dermatitis. Kelainan yang timbul akibat hubungan kelamin selain cara genito-genital, pada pria dan wanita dapat berupa infeksi nongenital, yaitu orofaringitis, proktitis, dan konjungtivitis. Sedangkan untuk uretritis non gonore, komplikasi yang timbul biasanya berupa tisonitis, cowperitis, abses periuretra, striktur uretra, epididimitis, dan mungkin prostatitis.
Tysonitis
Kelenjar Tyson adalah kelenjar yang menghasilkan smegma. Infeksi biasanya terjadi pada penderita dengan preputium yang sangat panjang dan kebersihan yang kurang baik. Diagnosis dibuat berdassarkan ditemukannnya butir pus atau pembengkakan pada daerah frenulum yang nyeri tekan. Bila duktus tertutup akan timbul abses dan merupakan sumber infeksi laten.
Parauretritis
Sering pada orang dengan orifisium uretra eksternum terbuka atau hipospadia. Infeksi pada duktus ditandai dengan butir pus pada kedua muara parauretra.
Littritis
Tidak ada gejala khusus, hanya pada urin ditemukan benang-benang atau butir-butir. Bila salah satu saluran tersumbat, dapat terjadi abses folikular. Didiagnosis dengan uretroskopi.
Cowperitis
Bila hanya duktus yang terkena biasanya tanpa gejala. Kalau infeksi terjadi pada kelenjar Cowper dapat terjadi abses. Keluhan berupa nyeri dan adanya benjolan pada daerha perineum disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada waktu defekasi, dan disuria. Jika tidak diobati abses akan pecah melalui kulit perineum, uretra, atau rektum dan mengakibatkan proktitis.
Prostatitis
Prostatitis akut ditandai dengan perasaan tidak enak pada daerah perineum dan suprapubis, malaise, demam, nyeri kencing samapi hematuri, spasme otot uretra sehingga terjadi retensi urin, tenesmus ani, sulit buang air besar, dan obstipasi. Pada pemeriksaan teraba pembesaran prostat dengan konsistensi kenyal, nyeri tekan, dan didapatkan fluktuasi bila telah terjadi abses. Jika tidak diobati, abses akan pecah, masuk ke uretra posterior atau ke arah rektum mengakibatkan proktitis. Bila prostatitis menjadi kronik, gejalanya ringan dan intermiten, tetapi kadang-kadang menetap. Terasa tidka enak pada perineum bagian dalam dan rasa tidak enak bila duduk terlalu lama. Pada pemeriksaan prostat terasa kenyal, berbentuk nodus, dan sedikit nyeri pada penekanan. Pemeriksaan dengan pengurutan prostat biasanya sulit menemukan kuman diplokok atau gonokok.
Vesikulitis
Vesikulitis adalah radang akut yang mengenani vesikula seminalis dan duktus ejakulatorius, dapat timbul menyertai protatitis akut atau epididimitis akut. Gejala subyektif menyerupai gejala prostatitis akut, berupa demam, polakisuria, hematuria terminal, nyeri pada waktu ereksi atau ejakulasi, dan spasme mengandung darah. Pada pemeriksaan melalui rektum dapat diraba vesikula seminalis yang membengkak dan keras seperti sosis, memanjang di atas prostat. Ada kalanya sulit menemukan batas kelenjar prostat yang membesar.
Vas deferentitis atau funikulitis
Gejala berupa perasaan nyeri pada daerah abdomen bagian bawah pada sisi yang sama.
Epididimitis
Epididimitis akut biasanya unilateral, dan setiapepididimitis biasanya disertai derefentitis. Keadaan yang mempermudah timbulnya epididimitis adalah trauma pada uretra posterior yang disebabkan oleh salah penanganan atau kelalaian penderita sendiri. Faktor yang mempenngaruhi keadaan ini antara lain irigasi yang terlalu sering dilakukan, cairan irigator terlalu panas atau terlalu pekat, instrumentasi yang kasar, pengurutan prostat yang berlebihan, atau aktivitas seksual dan jasmani yang berlebihan. Epididimitis dan tali spermatika membengkak dan teraba panas, juga testis, sehingga menyerupai hidrokel sekunder. Pada penekanan terasa nyeri sekali. Bila mengenai kedua epididimitis dapat menngakibatkan sterilitas.
Trigonitis
Infeksi asenden dari uretra posterior dapat mengenai trigonum vesika urinaria. Trigonitis menimbulkan gejala poliuria, disuria terminal, dan hematuria.
Parauretritis
Kelenjar parauretra dapat terkena, tetapi abses jarang terjadi.
Servisitis
Dapat asimptomatik, kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada punggung bawah. Pada pemeriksaan, serviks tampak merah dengan erosi dan sekret mukopurulen. Duh tubuh akan trelihat lebih banyak, bila terjadi servisitis akut atau disertai vaginitis yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.
Bartholinitis
Labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah dan nyeri tekan. Kelenjar Bartholin membengkak, terasa nyeri sekali bila penderita berjalan dan penderita sukar duduk. Bila saluran kelenjar tersumbat dapat timbul abses dan dapat pecah melalui mukosa atau kulit. Kalau tidka diobati dapat terjadi rekuren atau menjadi kista.
Salpingitis
Peradangan dapat bersifat akut, subakut atau kronis. Ada beberapa faktor predisposisi, yaitu: - masa puerpurium (nifas) - dilatasi setelah kuretase - pemakaian IUD, tindakan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) Cara infeksi lanngsung dari serviks melalui tuba Fallopii sampai pada daerah salping dan ovarium sehingga dapat menimbulkan penyakit radang panggul (PRP). Infeksi PRP ini dapat menimbulkan kehamilan ektopik dan sterilitas. Kira-kira 10% wanita dengan gonore akan berakhir dengan PRP. Gejalanya terasa nyeri pada
abdomen bawah, duh tubuh vagina, disuria, dan menstruasi yang tidak teratur dan abnormal. Harus dibuat diagnosis banding dengan beberapa penyakit lain yang menimbulkan gejala hampir sama, misalnya: kehamilan di luar kandungan, apendisitis akut, abortus septik, endometriosis, ileitis regional, dan divertikulitis. Untuk menegakkan diagnosis dapat dilakukan pungsi kavum Douglas dan dilanjutkan kultur atau dengan laparoskopi mikroorganisme. Selain mengenai alat-alat genital, gonore juga dapat menyebabkan infeksi nongenital yang akan diuraikan berikut ini:
Proktitis
Proktitis pada pria dan wanita umumnya asimtomatik. Pada wanita dapat terjadi karena kontaminasi dari vagina dan kadang-kadang karena hubungan genitoanal pada pria. Keluhan pada wanita biasanya lebih ringan daripada pria, terasa seperti terbakar pada daerah anus dan pada pemeriksaan mukosa eritematosa, edematosa, dan tertutup pus mukopurulen.
Orofaringitis
Cara infeksi melalui kontak secara orogenital. Faringitis dan tonsilitis gonore lebih sering daripada gingivitis, stomatitis, atau laringitis. Keluhan sering bersifat asimtomatik. Bila ada keluhan sukar dibedakan dengan infeksi tenggorokan yang disebabkan kuman lain. Pada pemeriksaan daerah orofaring tampak eksudat mukopurulen yag ringan atau sedang.
Konjungtivitis
Penyakit ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dari ibu yang menserita servisitis gonore. Pada orang dewasa infeksi terjadi karena penularan pada konjungtiva melalui tangan atau alat-alat. Keluhannya berupa fotofobi, konjungtiva
bengkak, dan merah dan keluar eksudat mukopurulen. Bila tidak diobati dapat berakibat terjadinya ulkus kornea, panoftalmitis ampai timbul kebutaan.
Gonore diseminata
Kira-kira 1% kasus gonore akan berlanjut menjadi gonore akan berlanjut menjadi gonore diseminata. Penyakit ini banyak didapat pada penderita gonore asimtomatik sebelumnya, terutama pada wanita. Gejala yang timbul dapat berupa: artritis (terutama monoartritis), miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis, dan dermatitis.
2.9 Pengobatan
Obat yang digunakan untuk IMS disemua fasilitas pelayanan kesehatan sekurangkurangnya harus mempunyai tingkat efektifitas 90-95%. Pemilihan obat-obatan untuk IMS harus memenuhi kriteria sebagai berikut : •
Angka kesembuhan/ kemanjuran tinggi (sekurang-kurangnya 90-95% diwilayahnya.
•
Harga murah
•
Toksisitas dan toleransi yang masih dapat diterima
•
Diberikan dalam dosis tunggal
•
Cara pemberian peroral
•
Tidak merupakan kontraindikasi pada ibu hamil atau ibu menyusui Obat-obatan yang digunakan sebaiknya termasuk dalam Daftar Obat Esensial
Nasional (DOEN), dan dalam memilih obat-obatan tersebut harus dipertimbangkan tingkat kemampuan dan pengalaman dari tenaga kesehatan yang ada.
PENGOBATAN IMS MENGGUNAKAN PENDEKATAN SINDROM
Keberhasilan penatalaksanaan IMS memerlukan sikap petugas yang menghormati dan tidak menghakimi pasien. Pemeriksaan agar dilakukan dalam suasana yang bersahabat dengan menjaga perasaan pribadi maupun kerahasiaan pasien. Untuk duh tubuh uretra pengobatan yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
•
Pengobatan untuk gonore tanpa komplikasi DITAMBAH
•
Pengobatan untuk klamidiosis
•
Penderita dianjurkan untuk pengobatan kembali bilamana gejala tetap ada sesudah 7 hari.
Rincian pengobatan duh tubuh uretra Pengobatan uretritis gonore
Pengobatan uretritis non-gonore
Pilihlah salah satu dari beberapa cara
pengobatan yang dianjurkan dibawah ini
Tiamfenikol* 3,5 mg per oral, dosis tunggal atau
Doksisiklin** 100mg peroral,2x1 selama 7hari, atau
Ofloksasin*
400mg per oral, dosis tunggal, atau Azitromisin 1 g per oral, dosis tunggal
Kanamisin
2 g i.m. dosis tunggal, atau
Spektinomisin 2 g i.m. dosis tunggal Pilihan pengobatan
lain
Siprofloksasin 500mg per oral, dosis tunggal,
Tetrasiklin**500mg peroral, 4x1 selama 7hari,
atau
atau
Seftriakson
250mg i.m. , dosis tunggal
(bila ada kontraindikasi tetrasiklin)
atau Sefiksim
Eritromisin 500mg peroral, 4x1 selama 7hari,
400mg per oral, dosis tunggal
* Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, anak dibawah 12 tahun dan remaja. ** Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, dan anak dibawah 12 tahun
WHO merekomendasikan agar menggunakan dosis tunggal untuk gonore, dan dosis ganda untuk klamidiosis.
Duh Tubuh Uretra Persisten/ Rekuren
Gejala uretritis yang persisten (setelah pengobatan satu kur selesai)) atau rekuren (setelah dinyatakan sembuh, muncul lagi dalam waktu 1 minggu tanpa hibungan seksual) mungkin disebabkan oleh resiostensi obat, atau sebagai akibat kekurang-patuhan meminum obat atau reinfeksi. Namun pada beberpa kasus hal ini mungkin akibat infeksi oleh Trichomonas vaginalis (Tv). Sebagai protozoa diperkirakan bahwa Tv memakan kuman gonokokus
tersebut (fagositosis), sehingga kuman gonokokus tersebut terhindar dari pengaruh pengobatan, setelah Tv-nya mati maka kuman gonokokus tersebut kembali bisa melepaskan diri dan berkembang biak. Ada temuan baru yang menunjukan bahwa disuatu daerah tertentu bisa di jumpai prevalens Tv yang tinggi pada laki-laki dengan keluhan duh tubuh uretra. Bilamana gejala duh tubuh tetap ada atau timbul gejala kambuhan setelah pemberian pengobatan secara benar terhadap gonore maupun klamidiosis pada kasus indeks dan mitra seksualnya, maka pasien tersebut harus diobati untuk infeksi Tv. Hal ini hanya dilakukan bila ditunjang data epidemiologis setempat. Bilamana simptom tersebut masih ada sesudah pengobatan Tv, maka pasien tersebut harus dirujuk. Sampai saat ini data epidemiologi trikomoniasis pada pria di Indonesia sangat sedikit, oleh karena itu, bila gejala duh tubuh uretra masih ada setelah pemberian terapi awal sebaiknya penderita dirujuk pada tempat dengan fasilitas laboratorium yang lengkap.
Pengobatan uretritis gonore
Pengobatan uretritis non-gonore
Pilihlah salah satu dari beberapa cara
pengobatan yang dianjurkan dibawah ini
Tiamfenikol* 3,5 mg per oral, dosis tunggal
Doksisiklin** 100mg peroral,2x1 selama 7hari,
atau
atau Azitromisin
1 g per oral, dosis tunggal
Ofloksasin* 400mg per oral, dosis tunggal, atau Kanamisin
2 g i.m. dosis tunggal,
atau Spektinomisin 2 g i.m. dosis tunggal Pilihan pengobatan
lain
Siprofloksasin 500mg per oral, dosis tunggal,
Tetrasiklin**500mg peroral, 4x1 selama 7hari,
atau
atau
Seftriakson 250mg i.m. , dosis tunggal
Eritromisin 500mg peroral, 4x1 selama 7hari,
atau
(bila ada kontraindikasi tetrasiklin)
Sefiksim 400mg per oral, dosis tunggal Pengobatan Trichomonas vaginalis Pengobatan yang dianjurkan
Pilihan pengobatan lain
Metronidazol 2 g per oral, dosis tunggal
Metronidazol 400 atau 500 mg per oral, 2x sehari, selama 7 hari, atau
atau Tinidazol500 mg per oral, 2x sehari, selama 5 hari
Tinidazol 2 g per oral, dosis tunggal
* Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, anak dibawah 12 tahun dan remaja. ** Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, dan anak dibawah 12 tahun
PERTIMBANGAN PENTING YANG MENDASARI PENGOBATAN Menentukan Pilihan Antimikroba Tingkat Kemanjuran
Tingkat kemanjuran merupakan kriteria paling penting dalam menentukan pilihan pengobatan. Pengobatan IMS yang ideal harus memiliki angka penyembuhan sekurang-
kurangnya 95% untuk IMS dengan penyebab bakteri. Pengobatan dengan antimikroba dengan cure rate lebih rendah dari 85% sama sekali tidak boleh digunakan.
Dalam upaya menurunkan resiko terjadinya dan menyebarnya galur kuman IMS yang resisten di masyarakat umum, satu program khusus untuk penatalaksanaan kasus IMS yang efektif perlu dirancang untuk kelompok berperilaku resiko tinggi, seperti misalnya pada kelompok penjaja seks beserta para pelanggannya. Rejimen pengobatan untuk kelompok ini sekurang-kurangnya harus memiliki efektivitas mendekati 100%, dan upaya pencarian pengobatan bagi kelompok populasi ini perlu ditingkatkan, dengan menggunakan cara peran aktif ( participatory approach) oleh kelompok sebaya, dan petugas kesehatan sebaya ( peer health aducators).
Untuk menjamin tingkat kemanjuran, para dokter tidak diperbolehkan untuk menggunakan dosis obat lebih rendah dari dosis yang dianjurkan.
Tingkat Keamanan
Toksisitas merupakan pertimbangan kedua untuk pengobatan IMS, karena seringnya pasien mengalami infeksi ulang, sehingga perlu diberi pengobatan antimikroba berulang kali. Disamping itu, pengobatan terhadap kuman penyebab IMS yang resisten sering memerlukan pencapaian kadar serum antimikroba yang relatif tinggi selama 7 hari atau lebih. Sedangkan pemberian obat kombinasi akan lebih meningkatkan resiko timbulnya efek samping obat. Dibeberapa tempat, doksisiklin tidak digunakan karena mungkin bisa menyebabkan fotosensitisasi. Munculnya sefalosporin generasi ketiga dalam rejimen yang dianjurkan, karena tingkat kemanjurannya tinggi bahkan untuk organisme yang relatif resisten, serta tingkat toksisitasnya yang rendah.
Pembiayaan
Dalam memperhitungkan biaya dari bermacam-macam rejimen pengobatan yang ada, penting untuk dipertimbangkan bahwa biaya tersebut akan berpengaruh pada kemanjuran pengobatan yang akan diperoleh, yaitu resiko pengulangan pengobatan, resiko terjadinya penyebaran penyakit yang semakin luas, dan resiko terjadinya peningkatan resistensi mikroba.
Penerimaan dan Kepatuhan Berobat
Kepatuhan berobat pasien merupakan masalah serius yang membatasi kemanjuran pengobatan multidoses, misalnya pengobatan dengan eritromisin dan tetrasiklin. Oleh karena itu cara yang paling dianjurkan adalah dengan pengobatan dosis tunggal atau pengobatan dengan jangka waktu sangat pendek. Pelaksanaan konseling dan penyuluhan kesehatan akan meningkatkan kepatuhan berobat dan dianjurkan agar kegiatan ini dilaksanakan sebagai salah satu bagian dari penatalaksanaan klinis pengobatan IMS. Pada kelompok masyarakat tertentu, pengobatan per oral lebih disukai daripada pengobatan secara injeksi, sebaliknya ada kelompok lain yang melihat cara i njeksi merupakan bentuk pengobatan yang lebih cocok bagi mereka. Dengan adanya infeksi HIV, pilihan yang paling tepat adalah cara pengobatan per oral dalam kaitan untuk mengurangi resiko yang berhubungan dengan penggunaan peralatan injeksi yang tidak steril. Penyediaan Obat
Ketersediaan beberapa obat yang bermutu perlu ditingkatkan dengan memasukannya kedalam Daftar Obat Esensial Nasional.
Infeksi Ganda/ Campuran
Bilaman beberapa IMS lazim ditemukan pada suatu populasi tertentu, maka infeksi ganda tentu sering ditemukan juga. Namun, sangat disayangkan bahwa kemampuan pengobatan infeksi ganda dengan dosis tunggal terus menurun akibat terjadinya resistensi N.gonorrhoeae terhadap tetrasiklin. Pada saat ini pemberian pengobatan ganda hanya
dilakukan terhadap infeksi N. gonorrhoeae dan C. trachomatis bersama-sama. Infeksi ganda chancroid dan sifilis memerlukan cara pengobatan ganda pula. Tingkat keparahan penyakit
yang disebabkan oleh beberapa kuman menular seksual patogen (misalnya virus Herpes simpleks, H. ducreyi, T. Pallidum) akan meningkat dengan adanya infeksi HIV dan AIDS, sehingga pengobatan perlu lebih ditingkatkan dan diperpanjang masa pengobatannya.
Resiko Penurunan Kemanjuran Obat karena Penggunaan Terhadap Indikasi Lain.
Pengobatan ganda terhadap beberapa penyakit telah digunakan untuk mencegah terjadinya resistensi pada tuberkulosis. Kemanjuran cara ini dalam mencegah timbulnya resistensi terhadap IMS hingga saat ini belum diketahui. Sayangnya resistensi terhadap sejumlah antimikroba dapat terjadi secara bersamaan pada N.gonorrhoeae. Penggunaan beberapa macam obat dalam penatalaksanaan pengobatan penyakit dengan penyebab polimikrobial (misalnya penyakit radang panggul) atau pengobatan presumptive secara simultan terhadap beberapa infeksi (misalnya penggunaan tetrasiklin terhadap klamidiosis bila dicurigai adanya gonore), adalah sangat praktis dan dianjurkan.
Uraian Masing-Masing Obat Sefalosporin
Beberapa generasi ketiga sefalosporin menunjukan efektivitas dalam pengobatan gonore. Sefiksim memiliki kelebihan karena dapat diberikan per oral. Sedangkan kemanjuran pengobatan seftriakson terhadap gonore dan chancroid tetah terbukti. Selain untuk pengobatan gonore ano- genital tanpa komplikasi, pemberian seftriakson dosis tunggal juga efektif untuk oftalmia neonatorum dan konjungtivitis, serta infeksi farings yang disebabkan oleh gonokokus. Oleh karena harganya yang mahal, orang cenderung menggunakan seftriakson dengan dosis kurang dari 125 mg. Namun hal ini akan mempercepat terjadinya resistensi dan cara pengobatan demikian tidak dianjurkan.
Makrolid
Azitromisin merupakan derivat terbaru yang pada saat ini dianggap sebagai obat pilihan utama untuk pengobatan klamidiosis. Obat ini memiliki bioavailabilitas yang panjang dan dapat terakumulasi dalam sel tubuh, sehingga memungkinkan untuk diberikan dalam dosis tunggal. Azitromisisn 1 g dalam dosis tunggal menunjukkanefektivitas yang setara
dengan pemberian doksisiklin 100 mg dua kali sehari selama seminggu untuk pengobatan klamidiosis. Walaupun demikian, pengobatan dengan azitromisin menjadi lebih mahal dibandingkan dengan pengobatan kombinasi ganda untuk pengobatan gonore dosis tunggal dan pengobatan klamidiosis dengan doksisiklin selama seminggu.
Sulfonamid
Penambahan trimetoprim pada sulfonamid tidak akan meningkatkan aktivitas anti klamidianya. Pemberian tiga hari pengobatan dengan sulfametoksasol dan trimetoprim tidak cukup adekust untuk pengobatan klamidiosis.
Kuinolon
Beberapa kuinolon baru cukup baik untuk digunakan sebagai pengobatan per oral terhadap gonore. Penggunaan kuinolon merupakan kontraindikasi pada kehamilan dan tidak dianjurkan untuk anak-anak dan dewasa muda. Siprofloksasin dianggap memiliki aktivitas terbaik dalam mengobati N. Gonorrhoeae . Resistensi gonokokus terhadap flourukuinolon secara umum meningkat sejak tahun 1992, khususnya di kawasan Asia-Pasifik. Perlu dilakukan evaluasi terus-menerus terhadap resistensi kuinolon, karena kelompok obat ini masih tetap efektif di sebagian besar belahan dunia. Berdasarkan hasil penelitian terakhir, ofloksasin memiliki potensi yang cukup baik bila diberikan dalam dosis 300 mg dua kali sehari selama 7 hari. Cara ini cukup efektif untuk pengobatan baik terhadap gonore maupun klamidiosis, namun penggunaan obat-obat ini menjadi terbatas mengingat mahalnya obat-obat ini dan lamanya waktu pengobatan yang akan mempengaruhi kepatuhan pasien.
Tetrasiklin
Berbagai jenis tetrasiklin dengan tingkat kemanjuran yang setara sudah cukup tersedia, dan obat-obat ini dapat digunakan sebagai pengganti untuk doksisiklin dan tetrasiklin hidroklorid.
RESISTENSI N. gonorrhoeae TERHADAP ANTIMIKROBA
Terdapat dua tipe utama bentuk resistensi antimikroba terhadap gonokokus: resistensi kromosomal dan plasmid mediated . Resistensi kromosomal menyangkut penisilin dan beberapa obat lainnya yang digunakan secara luas seperti tetrasiklin, spektinomisin, eritromisin, kuinolon, tiamfenikol, dan sefalosporin; sedangkan resistensi plasmid mediated menyangkut peanisilin dan tetrasiklin. Resistensi kromosomal terhadap N. gonorrhoeae, pembentukan penisilinase oleh N. gonorrhoeae, dan resistensi plasmid mediated yang menimbulkan galur-galur yang resisten tehadap tetrasiklin, semuanya telah meningkat dan memberikan dampak besar tehadap kemanjuran rejimen pengobatan yang bersifat tradisional dalam pengobatan gonore.
PENGOBATAN SPESIFIK INFEKSI MENULAR SEKSUAL 1. Infeksi Gonokokus
Sebagian besar gonokokus yang berhasil diisolasi pada saat ini telah resisten terhadap penisilin, tetrasiklin, dan antimikroba terdahulu lainnya, sehingga obat-obat ini tidak bisa digunakan lagi untuk pengobatan gonore. Di Indonesia, kanamisin dan tiamfenikol telah menunjukkan keampuhannya kembali setelah lama ditinggalkan. Secara umum dianjurkan pada semua pasien gonore juga diberikan pengobatan bersamaan dengan obat anti klamidiosis, oleh karena infeksi campuran antara klamidiosis dan gonore sering dijumpai. Cara pengobatan demikian tidak dilakukan terhadap pasien klamidiosis yang telah didiagnosis berdasarkan pemeriksaan khusus dengan tes laboratorium. Pemilihan rejimen pengobatan sebaiknya mempertimbangkan pula tempat infeksi, resistensi galur N.gonorrhoeae terhadap antimikrobial, dan kemungkinan infeksi Chlamydia trachomatis yang terjadi bersamaan. Oleh karena seringkali terjadi koinfeksi dengan C.trachomatis, maka pada seorang dengan gonore dianjurkan pula untuk diberi pengobatan secara bersamaan dengan rejimen yang sesuai untuk C.trachomatis.
Macam-macam obat yang dapat dipakai antara lain : -
Penisilin
-
Ampisilin dan amoksisilin
•
-
Sefalosporin
-
Spektinomisin
-
Kanamisin
-
Tiamfenikol
-
Kuinolon
Infeksi Anogenital tanpa Komplikasi Cara pengobatan yang dianjurkan
-
Tiamfenikol, 3,5 g, per oral, dosis tunggal, atau
-
Ofloksasin, 400 mg, per oral, dosis tunggal, atau
-
Kanamisin, 2 g, intra muskuler, dosis tunggal, atau
-
Spektinomisin, 2 g, intramuskuler, dosis tunggal.
Pilihan pengobatan lain
-
Siprofloksasin, 500 mg, peroral, dosis tunggal, atau
-
Seftriakson, 250 mg, intramuskuler, dosis tunggal, atau
-
Sefiksim, 400 mg, per oral, dosis tunggal.
Siprofloksasin, ofloksasin, dan tiamfenikol merupakan kontraindikasi untuk kehamilan dan tidak dianjurkan diberikan kepada anak dan dewasa muda/remaja. Data yang masih kontroversial menunjukkan bahwa angka penyembuhan azitromisin terhadap infeksi gonokokus menunjukkan hasil tebaik dengan menggunakkan 2 gram dosis tunggal. Pemberian dengan dosis 1 gram memberikan efek tetapi lebih rendah yang mungkin dapat menyebabkan resistensi secara cepat. Secara individual terdapat beberapa perbedaan aktivitas anti gonokokal dari kuinolon, dan dianjurkan untuk menggunakan obat yang paling efektif.
2. Infeksi yang Menyebar Gonore dengan Komplikasi
Gonore dengan komplikasi seperti bartolinitis, epididimitis, orkitis dan lainlain, harus diobati dengan rejimen dosis ganda (multipel dose).
Cara pengobatan yang dianjurkan
Lama pengobatan per oral 5 hari, dan per injeksi 3 hari : -
Tiamfenikol, 3,5 g, per oral, sekali sehari, atau
-
Ofloksasin, 400 mg, per oral, sekali sehari, atau
-
Kanamisin, 2 g, intramuskuler, sekali sehari, atau
-
Spektinomisin, 2 g, intramuskuler, sekali sehari.
Pilihan pengobatan lain
Lama pengobatan per oral 5 hari, dan per injeksi 3 hari : -
Siprofloksasin, 500 mg, per oral, sekali sehari, atau
-
Seftriakson, 1 g, intramuskuler atau intravena, sekali sehari, (sebagai alternatif generasi ketiga sefalosporin dapat digunakan, bila seftriakson tidak tersedia, namun perlu pemberian yang lebih sering), atau
-
Sefiksim, 400 mg, per oral, sekali sehari
Untuk meningitis dan endokarditis yang disebabkan oleh gonokokus dapat diberikan dalam dosis yang sama, namun memerlukan jangka waktu pemberian yang lebih lama, yaitu selama 4 minggu untuk endokarditis.
3. Oftalmia akibat Infeksi Gonokokus
Oftalmia gonore merupakan kasus serius sehingga memerlukan pengobatan sistemik disertai irigasi lokal menggunakan larutan NaCl 0,9% fisiologis atau larutan lainnya. •
Konjungtivitis Gonore pada Usia Dewasa Cara pengobatan yang dianjurkan
-
Seftriakson, 250 mg, intramuskuler, dosis tunggal, atau
-
Spektinomisisn, 2 g, intramuskuler, dosis tunggal, atau
-
Siprofloksasin, 500 mg, per oral, dosis tunggal, atau
-
Ofloksasin, 400 mg, per oral, dosis tunggal
Tindak lanjut
Observasi terhadap gejala klinis perlu dilakukan secara cermat. •
Konjungtivitis Gonore pada Neonatus Cara pengobatan yang dianjurkan
-
Seftriakson, 50-100 mg/KgBb, intramuskuler, dosis tunggal, dosis maksimum 125 mg.
Pilihan pengobatan lain -
Kanamisin, 25 mg/KgBB, intramuskuler, dosis tunggal (dosis maksimum 75 mg), atau
-
Spektinomisisn, 25 mg/KgBB, intramuskuler, dosis tunggal (dosis maksimum 75 mg).
Tindak lanjut
Pasien agar dipantau kembali sesudah 48 jam Pencegahan Oftalmia Neonatorum
Pengobatan pencegahan yang diberikan pada saat yang tepat akan mencegah timbulnya oftalmia neonatorum yang disebabkan oleh gonokokus. Mata bayi yang baru lahir agar dibersihkan secepatnya segera sesudah lahir, dan kemudian ditetesi dengan larutan nitras argenti 1% atau salep tetrasiklin 1% sebagai upaya pencegahan. Bayi yang lahir dari ibu dengan infeksi gonokokus agar diberikan pengobatan pencegahan sebagai berikut : Cara pengobatan yang dianjurkan :
-
Seftriakson 50 mg/KgBB, intramuskuler, dosis tunggal (dosis maksimum 125 mg).
Pilihan pengobatan lain :
-
Kanamisin, 25 mg/KgBB, intramuskuler, dosis tumggal, (dosis maksimum 75 mg), atau
-
Spektinomisin, 25 mg/KgBB, intramuskuler, dosis tumggal, (dosis maksimum 75 mg).
4. Infeksi Chlamidia trachomatis (bukan limfogranuloma venereum) •
Infeksi Anogenital tanpa Komplikasi
Dianjurkan bahwa pengobatan infeksi klamidiosis harus diberikan pada semua laki-laki dengan keluhan duh tubuh uretra dan mitra seksualnya. Cara pengobatan yang dianjurkan
- Doksisiklin** 100 mg, per oral, 2 kali sehari, selam 7 hari, atau - Azitromisin, 1 g, per oral, dosis tunggal
Pilihan pengobatan lain
-
Amoksisilin, 500 mg, per oral, 3 kali perhari, selama 7 hari, atau
-
Eritromisin, 500 mg, per oral, 4 kali perhari, selama 7 hari, atau
-
Ofloksasin, 200 mg, per oral, 2 kali perhari, selama 9 hari, atau
-
Tetrasiklin, 500 mg, per oral, 4 kali perhari, selama 7 hari.
-
Doksisiklin (dan tetrasiklin lainnya) merupakan kontraindikasi pada
Catatan :
masa kehamilan dan masa menyusui. -
Kenyataan saat ini mengindikasikan bahwa 1 gram azitromisin yang diberikan dalam dosis tunggal cukup manjur untuk infeksi klamidiosis
Telah terbukti bahwa pengobatan yang melebihi 7 hari merupakan hal yang kritis. Sampai saat ini belum pernah dijumpai adanya resistensi C. trachomatis terhadap pengobatan yang sesuai dengan rejimen yang dianjurkan. Tetrasiklin sampai saat ini masih efektif untuk pengobatan Chlamydia dan Ureaplasma urelyticum. Eritromisin lebih efektif terhadap Ureaplasma dibandingkan
terhadap Chlamydia. Obat ini dipakai untuk mengobati wanita hamil dengan IGNS.
Doksisiklin merupakan obat yang paling banyak dianjurkan, karena cara pemakaian yang lebih mudah dan dosis lebih. Azithromisin merupakan suatu terobosan baru dalam pengobatan masa sekarang, dengan dosis tunggal 1 gram sekali minum dan juga efektif untuk gonore.
5. Infeksi Trichomonas vaginalis pada uretritis Pengobatan yang dianjurkan
Pengobatan trikomoniasis
harus
diberikan
kepada penderita
yang
menunjukkan gejala maupun tidak. Rejimen yang dianjurkan untuk pengobatan adalah Metronidazol 2 gram oral dosis tunggal, atau 5-nitroimidazol 2 gram oral dosis tunggal. Rejimen alternatif adalah Metronidazol 2x0,5 gram oral selama 7 hari. Penderita yang sedang mendapatkan pengobatan metronidasol harus menghentikan minum alkohol. Berbagai laporan menunjukkan angka kesembuhan antara 82-88% pada wanita dan angaka ini meningkat menjadi 95% bila mitra seksual penderita diberi pengobatan pula. Bila keluhan menetap penderita diharuskan datang untuk pemeriksaan ulang 7 hari setelah pengobata. Pemeriksaan dilakukan seperti pada pemeriksaan pertama. Penderita dinyatakan sembuh bila keluhan dan gejala telah menghilang, serta parasit tidak ditemukan lagi pada pemeriksaan sediaan langsung. Bila terjadi kegagalan pengobatan, maka tahapan pengobatan berikut dapat dilaksanakan : Metronidazol 2 x 0,5 gram oral selama 7 hari. Dan bila masih gagal, dapat diberikan Metronidazol 2 gram oral dosis tunggal selama 3-7 hari ditambah Metronidazol tablet vaginal 0,5 gram, malam hari selama 3-7 hari. Bila ternyata masih gagal pula, hendaknya dilakukan biakan dan tes resistensi.
Pengobatan mitra seksual
Mitra seksual penderita harus diobati sesuai dengan rejimen penderita. Dosis yang dianjurkan untuk mitra seksual pria adalah dosis multipel selama 7 hari.
Empat Komponen Utama dalam Pencegahan dan Penanggulangan IMS :
•
Memberikan penyuluhan terhadap setiap orang yang
berperilaku resiko tinggi terhadap penularan penyakit untuk mengurangi resiko penularan, •
Mendeteksi infeksi baik yang asimtomatik maupun yang
simtomatik yang tidak mau memeriksakan dirinya untuk mendapatkan pengobatan yang tepat, •
Penatalaksanaan yang efektif untuk mereka yang terinfeksi,
•
Pemberian
pengobatan
dan
penyuluhan
terhadap
mitraseksual dari mereka yang terinfeksi. Upaya pencegahan IMS terutama didasarkan pada upaya untuk melakukan perubahan perilaku seksual seseorang yang beresiko tertular IMS dan promosi penggunaan kondom.
BAB III KESIMPULAN
Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi di antara P.M.S. Pada pengobatannya terjadi pula perubahan karena sebagian disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yanng telah resisten terhadap penisilin dan disebut Penicillinase Producing Neisseria gonorrhoeae (P.P.N.G.). Kuman ini meningkat di banyak negeri termasuk
Indonesia. Pada umumnya penularannya melalui hubungan kelamin yaitu secara genitogenital, orogenital dan ano-genital. Tetapi, di samping itu dapat juga terjadi secara manual melalui alat-alat, pakaian, handuk, termometer, dan sebagainya. Oleh karena itu secara garis besar dikenal gonore genital dan gonore ekstra genital.