55
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Karbohidrat sangat dibutuhkan didalam tubuh kita. Karbohidrat adalah senyawa makromolekul yang terdapat pada bahan pangan yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Karbohidrat terdiri atas empat bagian yaitu monosakarida, disakarida, oligosakarida dan polisakarida. Monosakarida terdiri atas satu gugus gula, disakarida terdiri atas dua gugus gula, oligosakarida terdiri atas tiga sampai sepuluh gugus gula, polisakarida terdiri atas sepuluh atau lebih gugus gula. Setiap gugus gula dihubungan oleh ikatan gliosidik. Karbohidrat berfungsi sebagai penghasil energi utama di dalam tubuh. Untuk beraktivitas kita membutuhkan energi, energi diperoleh dari bahan-bahan makanan yang mengandung karbohidrat. Sumber utama karbohidrat yang sangat sering kita tahu seperti beras, jagung, kentang, ubi, sagu. Analisa karbohidrat dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisa kuantitatif digunakan untuk menganalisa jumlah karbohidrat didalam bahan pangan. Contoh analisa kuantitatif adalah metode lowry. Analisa kualitatif di gunakan untuk menganalisa ada tidanya karbohidrat dalam bahan pangan. Conto analisa kualitatif adalah metode iodin. Analisa karbohidrat secara kualitatif dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya karbohidrat dalam bahan pangan. Metode iodin dapat digunakan untuk menganalisa karbohidrat secara kualitatif. Jenis karbohidrat yang di uji dengan metode karbohidat adalah karbohidrat jenis polisakarida. Polisakarida ditambahkan iodin akan membentuk warna berbeda sesuai dengan jenis karbohidratnya. I.2 Tujuan dan Kegunaan Tujuan dilakukannya praktikum uji karbohidrat metode iodin adalah sebagai berikut 1.
Untuk mengetahui prinsip pengujian karbohidrat dengan metode iodin
2. Untuk mengetahui jenis karbohidrat pada suatu bahan pangan secara kualitatif. Kegunaan dilakukannya praktikum pengujian karohidrat dengan metode ioin adalah agar setiap praktikum mengerti cara menguji karbohidrat secara kualitatif dan mngetahui jenis karbohidrat yang sedang di ujinya.
56
I. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Kentang (Solanum Tuberosum) Merupakan tanaman yang mengandung karbohidrat tinggi. Tanaman pendek, tidak berkayu, menyukai iklim sejuk seperti di perbukitan (dataran tinggi). Merupakan tanaman berbunga (bunga sempurna) dan tersusun majemuk dengan ukuran sekitar 3 cm. Warna kentang berkisar dari coklat keunguan hingga putih kekuningan (Ilias, 2012). Klasifikasi kentang berdasarkan Distan (2012) adalah sebagai berikut. Kingdom
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta
Super Divisi
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub Kelas
: Asteridae
Ordo
: Solanales
Famili
: Solanaceae
Genus
: Solanum
Spesies
: Solanum tuberosum L
Kentang terkenal karena kandungan karbohidrat nya (sekitar 26 gram dalam kentang medium). Bentuk dominan dari karbohidrat ini adalah pati. Sebagian kecil tapi signifikan pati ini adalah tahan terhadap pencernaan oleh enzim dalam lambung dan usus kecil, sehingga mencapai usus besar dasarnya utuh (Anonim, 2010) II.2 Karbohidrat Karbohidrat adalah polisakarida, merupakan sumber energi utama pada makanan. Nasi, ketela, jagung adalah beberapa contoh makanan mengandung karbohidrat. Penyusun utama karbohidrat adalah karbon, hidrogen, dan oksigen (C, H, O) dengan rumus umum Cn(H2O)n. Karena inilah maka nama karbohidrat diberikan. Karbohidrat berasal dari kata ‘karbon’ dan ‘hidrat’. Atom karbon yang mengikat air (Haris, 2013). Adapun penggolongan karbohidrat menurut Selastini (2011) yaitu : 1.
Karbohidrat Sederhana
a.
Monosakarida Terdiri atas jumlah atom C yang sama dengan molekul air, yaitu {C6(H2O)6} dan {C5(H2O)5}. Sebagian besar monosakarida dikenal sebagai heksosa, karena terdiri atas
57
6- rantai atau cincin karbon. Atom – atom hydrogen dan oksigen terikat pada rantai atau cincin ini secara terpisah atau sebagai gugus hidroksil ( OH ). Ada tiga jenis heksosa yang penting dalam ilmu gizi, yaitu glukosa, fruktosa dan galaktosa. Ketiga macam monosakarida ini mengandung jenis dan jumlah atom yang sama, yaitu 6 atom karbon, 12 atom hydrogen, dan 6 atom oksigen. Perbedaannya hanya terletak pada cara penyusunan atom – atom hydrogen dan oksigen disekitar atom – atom karbon. Perbedaan dalam susunan atom inilah yang menyebabkan perbedaan dalam tingkat. kemanisan, daya larut, dan sifat lain ketiga monosakarida tersebut. Monosakarida yang terdapat di alam pada umumnya terdapat dalam bentuk isomer dekstro. 2.
Disakarida Ada empat jenis disakarida, yaitu sukrosa atau sakrosa, maltose, laktosa dan trehalosa. Disakarida terdiri atas dua unit monosakarida yang terikat satu sama lain melalui reaksi kondensasi. Disakarida dapat dipecah kembali menjadi dua molekul monosakarida melalui reaksi hidrolisis. Glukosa terdapat pada ke empat jenis disakarida, monosakarida lainnya adalah fruktosa dan galaktosa.
3.
Oligosakarida Oligosakarida terdiri atas polimer dua hingga sepuluh monosakarida. Rafinosa, stakiosa dan verbaskosa adalah oligosakarida yang terdiri atas unit – unit glukosa, fruktosa dan galaktosa. Fruktan adalah sekelompok oligo dan polosakarida yang terdiri atas beberapa unit fruktosa yang terikat dengan satu molekul glukosa. Fruktan terdapat di dalam serealia, bawang merah, bawang putih dan asparagus.
4.
Polisakarida Polisakarida yang terdiri atas lebih dari dua ikatan monosakarida. Karbohidrat kompleks ini dapat mengandung sampai tiga ribu unit gula sederhana yang tersusun dalam bentuk rantai panjang lurus atau bercabang. Jenis polisakarida yang penting dalam ilmu gizi adalah pati, dektrin, glikogen dan polisakarida nonpati.Serat yang dinamakan juga polisakarida nonpati .Ada dua golongan serat, yaitu yang tidak dapat larut
dan
yang dapat larut dalam air. Serat yang tidak larut dalam air dalah selulosa, hemiselulosa dan lignin. Serat yang larut dalam air adalah pectin, gum, mukilase, glukan dan algal.
58
II.3 Uji Karbohidrat Metode Iodin Kondensasi iodin dengan karbohidrat pada uji iodin, monosakarida dapat menghasilkan
warna
yang
khas. Hal ini disebabkan karena dalam larutan pati,
terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya, sehingga menyebabkan warna biru tua pada kompleks tersebut (Fessenden, 1986). Larutan amilum setelah ditetesi iodium (sebelum dipanaskan) larutan berwarna putih bening. Namun, setelah dipanaskan warna larutan tetap putih bening tetapi ada endapan berwarna ungu didasar tabung reaksi. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hidrolisis pati pada saat pemanasan. Adapun endapan yang muncul di dasar tabung ini disebabkan karena proses hidrolisis pati yang tidak sempurna. Endapan ini merupakan sisa dari butir-butir amilum (Diwan, 2012). Ikatan antara iod dan amilum berupa ikatan semu karena dapat putus saat dipanaskan dan terbentuk kembali pada saat didinginkan. Apabila dipanaskan rantai amilum akan memanjang sehingga iod mudah terlepas, sama halnya ketika didinginkan, rantai pada amilum akan mengerut sehingga iod kembali terikat dengan amilum. Hal ini karena kemampuan menghidrolisis sehingga amilum berubah menjadi glukosa. Pengujian amilum dilakukan dalam suasana asam, basa dan netral. Penambahan larutan iod 0,01 M pada air pada suasana basa tidak terjadi perubahan warna karena iod tidak berikatan dengan amilum (Sherly, 2012). Pati dan iodium membentuk ikatan kompleks berwarna biru. Pati dalam suasana asam bila dipanaskan dapat terhidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana, hasilnya diuji dengan iodium yang akan memberikan warna biru sampai tidak berwarna. Jika amilosa direaksikan dengan iodium maka akan berwarna biru, sedangkan jika amilofektin direaksikan dengan iodium akan memberikan warna ungu kehitaman (Mustaqim, 2012). Uji hidrolisis pati oleh asam, pada menit ke 0 setelah sampel ditetesi larutan iodin sampel berwarna biru kehitaman. Pada menit ke 4 pemanasan dan ditetesi larutan iodin, warna sampel tetap biru kehitaman. Pemanasan setelah menit ke 8 dan ditetesi larutan iodin, sampel berwarna biru keabuan atau memudarnya warna biru kehitaman. Pada menit ke 12 pemanasan warna sampel memudar menjadi biru keabuan setelah ditetesi iodin. Setelah melakukan pemanasan 16 menit dan ditetesi iodie, warna sampel menjadi jernih (Anugrah, 2012).
59
Uji iodin digunakan untuk medeteksi adanya pati (suatu polisakarida), ketika dilakukan percobaan dengan tiga kondisi yaitu kondisi, netral, asam dan basa, yaitu pada masing-masing tabung ditambahkan 2 tetes air pada tabung I (netral), 2 tetes HCl pada tabung II (asam) dan 2 tetes NaOH pada tabung III (basa). Kemudian ketiga tabung tersebut dipanaskan, setelah dipanaskan pada tabung I dengan kondisi netral diperoleh (+2 tetes air) tidak terjadi perubahan warna, dengan basa (+2 tetes NaOH) tidak mengalami perubahan warna (warna tetap keruh) atau dengan kata lain tidak terbentuk ikatan koordinasi antara ion iodida pada heliks. Hal ini disebabkan karena dengan basa I2 akan mengalami reaksi sebagai berikut: 3 I2 + 6 NaOH → 5 NaI + NaIO3 + 3 H2O Sehingga pada larutan tidak terdapat I2 yang menyebabkan tidak terjadinya ikatan koordinasi sehingga warna tetap keruh, sedangkan dengan kondisi asam II.4 Natrium Hidroksida (NaOH) Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida terbentuk darioksida basa Natrium
oksida
dilarutkan
dalam
air.
Natrium
hidroksida
membentuk
larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Natrium hidroksida bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. NaOH sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. NaOH juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH (Anonim, 2012). Fungsi penambahan NaOH adalah untuk memberikan suasana basa pada uji iodin. Pada pengujian larutan amilum dan iod‚ NaOH menghalangi terjadinya reaksi antara amilum dengan iod. Hal ini disebabkan karena iod bereaksi dengan basa sehingga tidak mengalami reaksi dengan amilum. Keadaan ini terjadi sebab NaOH yang sudah ada dalam larutan lebih dulu bereaksi dengan iod membentuk senyawa NaI dan NaOI‚ sehingga pada uji dengan penambahan NaOH tidak terjadi perubahan pada larutan amilum (Anonim, 2011). II.5 Aquadest Aquades atau biasa di sebut air suling merupakan air hasil penyulingan (diuapkan dan disejukan kembali).Air suling juga memiliki rumus kimia pada air umumnya yaitu H20 yang berarti dalam 1 molekul terdapat 2 atom hidrogen kovalen dan atom oksigen tunggal.
60
Molekul pada H20 berbentuk asimetris. Karena molekul air asimetris dan atom oksigen memiliki elektronegativitas lebih tinggi dari atom hidrogen, ia membawa muatan negatif sedikit, sedangkan atom hidrogen sedikit positif. Akibatnya, air adalah molekul polar dengan momen dipol listrik atau tidak sama dengan 0. Air juga dapat membentuk dalam jumlah
yang
besar
ikatan
hidrogen
antarmolekul
untuk
molekul
ukurannya (Anonim, 2011c). Aquades
adalah
air
hasil
destilasi
atau
penyulingan
sama
dengan
air murni atau H20, kerena H20 hampir tidak mengandung mineral. Sedangkan air mineral merupakan pelarut yang universal. Penambahan akuades pada penetapan karbohidrat metode iodin adalah sebagai larutannetral (Anonim, 2011). II.6 Asam Klorida (HCl) Penambahan HCl pada pengujian karbohidrat memiliki memiliki fungsi yang sama dengan pereaksi lainnya seperti, HSO4. Keduanya berfungsi untuk menghidrolisis polisakarida menjadi monosakarida penyusunnya. Amilum yang telah ditambah dengan asam klorida ketika diuji dengan larutan iodium, menunjukkan hasil yang negatif, maka dapat disimpulkan bahwa amilum telah terhidrolisis dengan sempurna (Sativa, 2008).
61
III.
METODE PRAKTIKUM
III.1 Waktu dan Tempat Praktikum penetapan karbohidrat metode iodin yang dilakukan pada hari Rabu, 12 November 2013, pukul 08.00 – 12.00 WITA, di Laboratorium Kimia Analisa dan Pengawasan Mutu Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. III.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu : - pisau
- hot plate
- batang pengaduk
- gelas kimia
- pipet ukur
- wadah
- stopwatch
- timbangan analitik
- rak tabung reaksi
- penjepit tabung reaksi
- parut
- shaker
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu sebagai berikut: - aquadest
- kentang
- HCl 3%
- jagung
- NaOH 6 M
- pisang
- ubi jalar
- tepung terigu
III.3 Prosedur Praktikum 1.
Bahan dikupas dan dicuci bersih kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender/parutan.
2.
Ditimbang sebanyak 5 gram dengan timbangan analitik.
3.
Dimasukkan ke dalam gelas ukur dan ditambahkan aquades 50 ml.
4.
Bahan dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi. Masing-masing 3 ml kemudian diberi perlakuan dan diamati perubahan warna yang terjadi. Adapun perlakuannya yaitu : -
aquades 2 tetes
-
larutan HCl 3 % 2 tetes
62
5.
larutan NaOH 6 M 2 tetes
Masing-masing sampel ditambahkan larutan iodin 3 tetes kemudian amati perubahan warna yang terjadi.
6.
Dipanaskan dengan penangas/hot plate pada suhu 60oC selama 5 menit.
7.
Dinginkan sampel selama 10 menit kemudian amati perubahan warna yang terjadi.
63
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Hasil yang diperoleh dari praktikum uji karbohidrat metode iodine dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 11. Hasil Pengujian Karbohidrat Penambahan Aquadest No Bahan Perlakuan + Aquadest + Iodin Dipanaskan 1 2
Kentang Pepaya
Didinginkan
Putih Kuning
Putih Putih + Putih Kuning Kuning pudar Kuning pudar pudar 3 Pisang Putih keruh Putih keruh Putih keruh Putih 4 Ubi jalar Putih Abu-abu Bening Bening + 5 Jagung Kuning keruh Kuning Kuning Kuning gelap Sumber: Data Primer Hasil Praktikum Aplikasi Teknik Laboratorium 2014. Tabel 12. Hasil Pengujian Karbohidrat Penambahan HCl 3% No Bahan Perlakuan + HCl + Iodin Dipanaskan Didinginkan 1 Kentang Putih keruh Biru Biru Biru + 2 Pepaya Kuning Kuning Kuning muda - Kuning pudar 3 Pisang Putih keruh Ungu Putih Putih kehitaman 4 Ubi jalar Putih Ungu Bening Bening + 5 Jagung Kuning keruh Kuning gelap Kuning + Kuning Sumber: Data Primer Hasil Praktikum Aplikasi Teknik Laboratorium 2014. Tabel 13. Hasil Pengujian Karbohidrat Penambahan NaOH No Bahan Perlakuan + NaOH + Iodin Dipanaskan Didinginkan 1 Kentang Kuning Kuning Putih + Putih 2 Pepaya Kuning cerah Kuning Kuning cerah + Kuning cerah cerah 3 Pisang Kuning keruh Kuning Kuning cerah Kuning keruh - keruh 4 Ubi jalar Kuning Kuning Bening Bening kekuningan kekuningan + 5 Jagung Kuning keruh Kuning Kuning terang Kuning terang + keruh ++ Sumber: Data Primer Hasil Praktikum Aplikasi Teknik Laboratorium 2014.
64
IV.2 Pembahasan Bahan yang digunakan kelompok satu pada praktikum uji karbohidrat dengan metode iodin adalah kentang sebanyak 5 gram. Kentang mengandung cukup tinggi karbohidrat. Dalam 100 gram kentang terdapat sekitar 19 gram karbohidrat. Jenis karbohidrat yang pada umumnya terdapat pada kentang adalah karbohidrat polisakarida yaitu pati. Pati terdiri atas amilosa dan amilopektin. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anonim (2011) yang menyatakan bahwa kentang terkenal karena kandungan karbohidratnya. Bentuk dominan dari karbohidrat ini adalah pati. Sebagian kecil tapi signifikan, pati ini tahan terhadap pencernaan oleh enzim dalam lambung dan usus kecil, sehingga mencapai usus besar dasarnya utuh. Nilai kandungan karbohidrat kentang per 100 g adalah 19 g. Tabung reaksi pertama dimasukkan 5 mL bahan yang berwarna putih kemudian dimasukkan 3 tetes aquadest dan dihomogenkan. Aquadest yang ditambahkan dalam bahan bersifat netral dan bening sehingga tidak memengaruhi bahan. Aquadest berfungsi sebagai pelarut segingga tidak dapat menghidrolisis glukosa. Hal ini sesuai dengan Yudistira (2011) yaitu aquadest atau aquadestilata atau air denim adalah air yang telah dimurnikan. Penambahan aquades pada larutan karohidrattidak mengakibatkan adanya perubahan. Penambahan iodin dilakukan setelah penambahan aquades pada perlakuan sebelumnya. Iodin ditambahkan dalam sampel sebanyak tiga tetes dan dihomogenkan. Hasil yang diperoleh dari perlakuan ini adalah larutan tetap berwarna putih keruh. Seharusnya penambahan iodin mengakibatkan perubahan warna pada larutan. Hal ini disebabkan karena kurangnya ketelitian dalam melihat perubahan warna yang terjadi. Terbentuknya warna biru pada larutan karbohidrat dikarenakan amilum pada kentang bereaksi dengan iodin. Hal ini sesuai dengan pernyataan Awan (2011) bahwa iodin yang ditambahkan mengakibatkan perubahan warna pada sampel karbohidrat. Amilum pada kentang yang berbentuk spiral memudahkan iodin masuk dengan mudah. Perlakuan selanjutnya pada tabung reaksi pertama adalah dipanaskan selama 5 menit diatas penangas dengan suhu 60o C dan selanjutnya didinginkan selama 10 menit. Hasil yang diperoleh saat dipanaskan adalah larutan berwarna putih. Hal ini disebabkan karena ikatan amilum membentuk rantai panjang pada saat dipanaskan. Ketika larutan kentang didinginkan, larutan kembali ke warna semula. Hal ini disebabkan karena ikatan amilum
65
kembali terbentuk. Hal ini sesuai dengan Diwan (2012) yang menyatakan bahwa, ikatan antara iod dan amilum dapat putus saat dipanaskan dan terbentuk kembali pada saat didinginkan. Tabung reaksi kedua dimasukkan 5 mL sampel kemudian ditambahkan HCl 3% dalam tabung tersebut dan dihomogenkan. Diamati reaksi yang terjadi. Yang terjadi adalah larutan menjadi warna putih. Hal ini diesbabkan karena HCl bersifat asam sehingga penambahan asam berupa HCl mengakibatkan turunnya pH sampel. Turunnya pH sampel ditandai dengan perubahan warna. Hal ini sesuai dengan pernyataan Adiatma (2011) amilum berbentuk spiral sehingga mudah berikatan dengan iod. Setelah ditambahkan HCl tabung reaksi kedua ditambahkan iodin sebanyak 5 tetes dan dihomogenkan. Setelah itu, diamati reaksi yang terjadi. Iodin menjadi indikator yang menunjukkan perubahan warna pada sampel. Warna yang terbentuk adalah warna biru. Hal ini disebabkan karena adanya reaksi antar amilum dengan iod. Pati mengalami suasana asam sehingga amilum akan terhidrolisisdan mudah berikatan dengan iod membentuk warna biru. Hal ini sesuai dengan pernyataan Awan (2011) bahwa iodin yang ditambahkan berfungsi sebagai indikator suatu senyawa polisakarida. Perlakuan selanjutnya pada tabung reaksi kedua adalah, sampel dipanaskan selama 5 menit diatas penangas dengan suhu 60oC dan didinginkan selama 10 menit. Ketika larutan dipanaskan warna biru pada larutan berkurang. Hal ini disebabkan karena ketika sampel dipanaskan maka amilum akan memanjang sehingga iod mudah lepas. Ketika proses pendinginan larutan kembali ke warna semula. Hal ini disebabkan karena rantai amilum kembali mengerut. Hal ini sesuai dengan pernyataan sherly (2012) yang menyatakan bahwa ikatan antara iod dan amilum merupakan ikatan semu. Sehingga mudah berubah tergantung perlakuan yang diberi. Pada tabung reaksi ketiga sampel dimasukkan sebanyak 5 mL kemudian dimasukkan NaOH 6 M sebanyak 3 tetes dan dihomogenkan. Setelah itu diamati reaksi yang terjadi. Larutan berubah menjadi warna kuning. Hal ini dikarenakan senyawa basa larut dalam air sehingga akan melepaskan panas. Ketika dilarutkan menjadi warna kuning. Hal ini sesuai dengan Anonim (2012) yang menyatakan bahwa fungsi penambahan NaOH adalah untuk memberikan suasana basa pada uji iodin. Penambahan NaOH menyebabkan perubahan warna menjadi warna kuning. Iodin ditambahkan sebanyak 5 tetes kedalam tabung reaksi yang telah ditambahkan NaOH 6. Penambahan iod tidak menyebabkan perubahan apapun. Hal ini disebabkan karena iod terlebih dahulu bereaksi dengan NaOH sehingga tidak ada reaksi antara iod
66
dengan amilum. Reaksi antara NaOH dengan Iod akan membentuk senyawa NaI dan NaOI. Hal ini sesuai dengan pernyataan Awan (2011) yang menyatakan bahwa pada pengujian larutan amilum dan iod, NaOH menghalangi terjadinya reaksi antara amilum dengan iod. Iod terlebih dahulu bereaksi dengan NaOH dibandingkan amilum dengan NaOH. Selanjutnya tabung reaksi ketiga dipanaskan selama 5 menit pada suhu 60oC dan didinginkan selama
60oC dan selanjutnya didinginkan selama 10 menit. Hasil yang
diperoleh saat dipanaskan, tidak mengalami perubahan apapun begitu pula setelah didinginkan. Hal ini dikarenakan di awal tidak terjadi reaksi antara amilum dengan iod. Sehingga pada saat pemanasan tidak ada ikatan yang putus maupun terbentuk. Hal ini sesuai dengan pernyataan Raandesky (2011) yang menyatakan bahwa perlakuan seperti pemanasan dan pendinginan pada larutan basa yang sudah ditambahkan iod tidak mengalami perubahan apapun.
67
V. PENUTUP V.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut : 1. Kandungan karbohidrat pada suatu bahan pangan dapat diketahui dengan melakukan pengujian secara kualitatif metode uji iodin. 2. Prinsip dari penetapan karbohidrat dengan metode uji iodin untuk mengidentifikasi polisakarida. Reagent yang digunakan adalah larutan iodine. Amilum dengan iodine dapat membentuk kompleks biru, Amilopektin dengan iodin akan memberi warna merah ungu sedangkan dengan glikogen dan dekstrin akan membentuk warna merah coklat V.2 Saran Saran yang dapat praktikan berikan untuk praktikum selanjutnya yaitu hendaknya praktikum selanjutnya dapat berjalan lebih efisien lagi serta diusahakan agar tidak ada kegaduhan ketika proses praktikum berlangsung.
68
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2012. Singkong. http://id.wikipedia.org/wiki/Singkong. Diakses pada tanggal 26 November 2014. Makassar. Anonim. 2012b. Reaksi Uji Karbohidrat Praktikum. http://pemulaawaliharimu.blogspot.com/2012/10/reaksi-uji-karbohidrat- praktikum.html. Diakses pada tanggal 26 November 2014. Makassar. Awan, Rry. 2012. Reaksi Uji Karbohidrat (Praktikum Biokimia). http://pemulaawaliharimu.blogspot.com/2012/10/reaksi-uji-karbohidrat- praktikum.html. Diakses pada tanggal 26 November 2014. Makassar Anugrah, Deo. 2012. Berbagai Uji Karbohidrat. http://www.scribd.com/doc/95291146/berbagaiujikarbohidrat. Diakses pada tanggal 26 November 2014. Makassar. Diwan, 2011. Percobaan Iod. http://www.scribd.com/doc/100878743/Biokimia-1-3 Percobaan Iod. Dia akses pada tanggal 26 November 2014. Makassar Fessenden. 1986. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Koswara, Soetrisno. 2001. Pisang untuk Diet dan Sehat. http://www.untukperempuan.com/health-and-beauty/jaga-kesehatan-denganpisang.htmlS. Diakses pada tanggal 26 November 2014. Makassar Mustaqim. 2012. Uji Identifikasi Karbohidrat. http://nizamora.blogspot.com/2012/09/uji-iedntifikasi-karbohidratedisi.html. Diakses pada tanggal 26 November 2014. Makassar Plantamor. 2012a. Ubi Jalar. http://www.plantamor.com/index.php?plant=711. Diakses pada tanggal 4 November 2012. Makassar. Plantamor. 2012b. Singkong. http://www.plantamor.com/index.php?plant=815. Diakses pada tanggal 26 November 2014. Makassar Plantamor. 2012c. Jagung. http://www.plantamor.com/index.php?plant=1301. Diakses pada tanggal 26 November 2014. Makassar Plantamor. 2012d. Pisang. http://www.plantamor.com/index.php?plant=2170. Diakses pada tanggal 26 November 2014. Makassar Plantamor. 2012e. Kentang. http://www.plantamor.com/index.php?plant=1397. Diakses pada tanggal 26 November 2014. Makassar Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Putri,
Beta Alfisyahri. 2012. Karbohidrat http://www.scribd.com/doc/88817827/KARBOHIDRAT. Dia akses pada tanggal 28 Oktober 2012. Makassar. Diakses pada tanggal 26 November 2014. Makassar
69
Raandesky. 2011. Karbohidrat http://duniaraa13.blogspot.com/2011/04/karbohidrat.html. Diakses pada tanggal 26 November 2014. Makassar Rizal. 2011. Pemanfaatan Ubi Jalar sebagai Pengganti Gula Tebu dan Gula Jagung. http://www.poltekkes-malang.ac.id/artikel-152.html. Diakses pada tanggal 26 November 2014. Makassar Santoso, Eko Budi. 2011. Sumber dan Jenis Karbohidrat. http://raseko.blogspot.com/2011/10/sumber-dan-jenis-karbohidrat.html. Diakses pada tanggal 26 November 2014. Makassar Sativa, Rida. 2008. Karbohidrat. http://sweetir1s.multiply.com/journal/item/5/karbohidrat?&show_interstitial=1&u= %2Fjournal%2Fitem. Diakses pada tanggal 26 November 2014. Makassar Sherly. 2012. Karbohidrat. http://sherlyleo.blogspot.com/2012/05/karbohidrat.html. Diakses pada tanggal 26 November 2014. Makassar Supartiwi, Yulli. 2011. Uji Karbohidrat. http://yuleedhys91.blogspot.com/2012/02/ujikarbohidrat.html. Diakses pada tanggal 26 November 2014. Makassar
70 Lampiran 08. Larutan kentang sebelum diberi perlakuan
Lampiran 09. Larutan kentang masing-masing ditambah buffer, NaoH, HCl
Lampiran 10. Larutan kentang masing-masing ditambahkan iodin
Lampiran 11. Larutan kentang dipanaskan selama 5 menit
71
Lampiran 12. Larutan kentang didinginkan selama 10 menit