A.
JUDUL PRAKTIKUM
“Identifikasi Garam Beryodium” Beryodium”
B.
C.
TUJUAN PRAKTIKUM
1.
Mengatahui kandungan yodium pada berbagai jenis garam.
2.
Mengatahui kandungan yodium pada berbagai merk garam yang ada di pasaran.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Yodium merupakan zat makanan yang tergolong ke dalam mineral mikro. Dalam keadaan normal, yodium dikonsumsi hewan melalui air dan tumbuh-tumbuhan yang menyerap zat tersebut dari tanah. Apabila kandungan yodium dalam pakan ternak belum tercukupi biasanya peternak memeberikan mineral yodium dalam bentuk garam dapur pada ransum pakan ternak. Yodium ditemui dalam bentuk inorganik dan organik dalam jaringan tubuh. Yodium berada dalam satu siklus di alam. Sebagian yodium ada di laut, sebagian lagi merembes dibawa hujan, angin dan banjir turun ke tanah dan gunung di sekitarnya. Yodium terdapat di lapisan bawah tanah, sumur minyak dan gas alam. Air berasal dari sumur-sumur tersebut merupakan sumber yodium. Berdasarkan hasil survey Pusat Litbang Gizi pada tahun 2006, cakupan konsumsi garam beryodium dalam skala nasional meningkat dari 68,5 % pada tahun 2002 menjadi 72,8 % pada tahun 2005. Namun, berdasarkan hasil Riskesdas pada tahun 2007, cakupan konsumsi garam beryodium dalam skala nasional ini kembali menurun menjadi 62,3 %. Hal ini menunjukkan bahwa potensi kejadian GAKY dala m populasi masih tinggi. Kekurangan yodium pada manusia dalam waktu lama akan mengganggu fungsi kelenjar tiroid dan secara perlahan menyebabkan kelenjar tiroid membesar atau sering dikenal sebagai penyakit gondok. Selain itu, kekurangan yodium yang menyebabkan rendahnya kadar hormon tiroid dalam aliran darah juga menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan manusia. Dampak terberat pada pertumbuhan anak adalah kretin, yang akan timbul apabila asupan as upan yodium kurang dari 25 μg/hari (asupan normal 80-150 80-150 μg/hari). Kretin diderita oleh lebih dari 10 % penduduk di Indonesia, India, dan Cina. Sedangkan di daerah daer ah dengan tingkat kekurangan yodium yang berat, kretin dapat diderita oleh 5-15 % individu pada populasi tersebut (Arisman, 2009). 1
Untuk mengetahui apakah garam yang dijual di warung atau toko mengandung yodium atau tidak, dengan membaca label kemasannya. Pada kemasan garam beryodium harus tertera tulisan 'Garam Beryodium'. Selain itu dapat diketahui dengan melakukan pengujian mutu garam beryodium menggunakan cairan uji iodina tes. Pengujian ini dapat dilakukan dengan meneteskan iodine test sebanyak 2-3 tetes kedalam garam yang akan diuji kandungan yodiumnya.
2.
Tinajaun Pustaka a.
Yodium Yodium ditemukan dalam bentuk inorganik (iodida) dan organik di dalam jaringan tubuh manusia. Dalam keadaan normal, tubuh mengandung 15-20 mg yodium dimana 70-80% ada di kelenjar gondok dalam bentuk thyroglobulin. Sisanya terdapat di kelenjar lambung, jaringan dan sebagian kecil beredar di seluruh tubuh. Selain di kelenjar lambung sisa yodium juga terdapat di jaringan lain seperti di dalam kelenjar-kelenjar ludah, payudara, serta di dalam ginjal. 1)
Absorpsi dan ekskresi yodium Yodium mudah diabsorpsi di dalam tubuh apabila dalam bentuk iodida. Konsumsi yodium normal sehari adalah sebanyak 100-150 μg sehari. Yodium berbentuk ikatan organik dalam makanan dan apabila dikonsumsi maka hanya separuh yodium yang dapat diabsorpsi. Di dala m darah, yodium terdapat dalam bentuk bebas dan terikat protein. Seperti yang telah diketahui bahwa manusia dewasa sehat mengandung 15-20 mg yodium, 70-80 % di antaranya berada dalam kelenjar tiroid. Di dalam kelenjar tiroid ini, yodium digunakan untuk mensintesis hormon triiodotironin (T3) dan tiroksin atau tetraiodotironin (T4). Namun, kelenjar tiroid harus menangkap 60 μg y odium dalam sehari agar persediaan tiroksin tercukupi. Penangkapan iodida oleh kelenjar tiroid dilakukan melalui transport aktif yang dinamakan pompa yodium. Mekanisme tersebut diatur oleh hormon TSH (Thyroid Stimulating Hormone) dan hormon Tirotrofin (TRH) yang dikeluarkan oleh hipotalamus dan kelenjar pituitari untuk mengatur sekresi tiroid. Hormon tiroksin kemudian dibawa oleh darah ke sel-sel sasaran dan hati, di dalam sel-sel sasaran dan hati, tiroksin dipecah dan bila diperlukan yodium kembali digunakan (Almatsier, 2004).
2
Sedangkan, menurut Hardjasasmita (2006), dalam kecukupan yodium didapatkan perbandingan T3:T4 sebesar 1:7. Pengambilan yodium oleh kelenjar tiroid dipengaruhi oleh hormon TSH ( Thyroid Stimulating Hormone) yang merupakan hasil sekresi kelenjar hipofisis. Hormon TSH sebelum dibebaskan ke dalam darah, disimpan terlebih dahulu di kelenjar gondok dalam bentuk ikatan dengan protein globulin ( Trioglobulin). Prekusor T3 dan T4 adalah MIT ( Monoiodotirosin) dan DIT ( Diiodotirosin). Yodium yang berasal dari makanan biasanya berbentuk garam beryodium dan diserap di intestine kemudian diangkut dalam bentuk ikatan lemak dengan protein darah. Ekskresi yodium sebagian besar melalui urin, sedikit melalui air liur dan air susu. Selain itu ekskresi yodium dilakukan oleh ginjal dan jumlah yodium yang dapat diekskresi tergantung dengan konsumsi. Apabila jumlah yodium berlebihan di dalam tubuh maka dikeluarkan melal ui urin, dan sebagian kecil melalui feses yang berasal dari cairan empedu. 2)
Fungsi yodium Yodium merupakan bagian integral dari kedua macam hormon tiroksin, triiodotironin (T3) dan tetraiodotironin (T4). Fungsi utama hormon-hormon tersebut adalah mengatur pertumbuhan dan perkembangan. Hormon tiroid mengontrol kecepatan tiap sel dalam penggunaan oksigen. Dengan demikian, hormon tiroid mengontrol kecepatan pelepasan energi dari zat gizi yang menghasilkan energi. Tiroksin dapat merangsang metabolisme hingga 30%. Di samping itu, kedua hormon tersebut juga mengatur suhu tubuh, reproduksi, pembentukan sel darah merah serta fungsi otot dan saraf. Yodium berperan pula dalam perubahan karoten menjadi bentuk aktif vitamin A, sintesis protein dan absorpsi karbohidrat dari saluran cerna. Yodium berperan pula dalam sintesis kolesterol darah. Selain itu, menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) (2004), yodium juga berfungsi untuk perkembangan dan pertumbuhan saraf otot pusat, pertumbuhan tulang, perkembangan fungsi otak dan sebagian besar metabolisme sel tubuh kecuali sel otak serta menjaga keseimbangan metabolisme tubuh.
3
3)
Sumber yodium Laut merupakam sumber utama yodium. Oleh karena itu, makanan laut berupa ikan, udang, kerang, dan rumput laut serta ganggan laut merupakan sumber yodium yang baik. Di daerah pantai, air dan tanah mengandung banyak yodium sehingga tanaman yang tumbuh mengandung cukup banyak yodium. Semakin jauh suatu daerah dari pantai semakin sedikit pula kandungan yodium di dalam tanah dan airnya sehingga tanaman yang tumbuh di daerah tersebut termasuk rumput yang dimakan hewan mengandung sedikit sekali yodium atau tidak mengandung yodium. Selain pantai, sumber yodium juga terdapat di lapisan bawah tanah, sumur minyak dan gas alam. Selain itu, terdapat pula siklus ekologis yodium di alam, yaitu diawali dengan uap air laut yang mengandung yodium dibawa oleh angin dan awan ke wilayah daratan. Uap air laut tersebut akan jatuh sebagai air hujan dan sebagian akan menggantikan yodium yang hilang pada lapisan permukaan tanah akibat salju, hujan, banjir, dan air sungai yang melarutkan yodium dan membawanya ke laut. Daerah yang memiliki kadar yodium rendah biasanya adalah daerah pegunungan dan wilayah tempat terjadinya penapiasan tanah (leaching of the soil ) serta di dataran rendah yang jauh dari laut seperti Af rika bagian tengah. Daerah pegunungan di seluruh dunia termasuk di Eropa, Amerika, dan Asia kurang mengandung yodium, terutama pegunungan yang ditutupi es dan mempunyai curah hujan tinggi karena akan melarutkan yodium dan mengalirkan ke sungai. Yodium di dalam tanah dan laut ditemukan dalam bentuk iodida. Ion iodida dioksidasi oleh sinar matahari menjadi unsur yodium yang mudah menguap yang kemudian dikembalikan ke tanah oleh hujan. Namun, pengembalian yodium ke tanah berjalan lambat dan lebih sedikit dibandingkan dengan kadar yodium yang hilang sebelumnya (Almatsier, 2004).
4)
Kebutuhan yodium Menurut Almatsier (2004), kebutuhan yodium sehari sekitar 1-2 μg per kg berat badan. Sedangkan, menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) (2004), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan yodium, antara lain: 4
a)
Bioavailabilitas Yodium memiliki bioavailabilitas lebih dari 90 %. Jika tiroksin diberikan secara oral maka bioavailabilitasnya mencapai 75 %.
b)
Zat goitrogenik Zat goitrogenik, adalah zat yang menghambat produksi ataupun penggunaan hormon tiroid. Bahan makanan yang mengandung zat goitrogenik, contohnya: singkong yang mengandung tioksianat yang mencegah pemanfaatan yodium.
c)
Faktor lain. Bahan yang mengandung tinggi yodium dapat mengganggu fungsi tiroid, seperti obat-obatan tertentu, pewarna makanan, pembersih kulit dan gigi. Berikut rekomendasi kecukupan yodium yang telah ditetapkan:
Tabel 1. Angka Kecukupan Yodium Dalam Sehari
Golongan Umur
AKI (Angka Kecukupan Gizi) (mg)
0-6 bulan
90
7-11 bulan
120
1-3 tahun
120
4-6 tahun
120
7-9 tahun
120
Pria: 10-12 tahun
120
13-15 tahun
150
16-18 tahun
150
19-29 tahun
150
30-49 tahun
150
50- 64 tahun
150
≥65tahun
150
Wanita: 10-12 tahun
120
13-15 tahun
150
5
16-18 tahun
150
19-29 tahun
150
30-49 tahun
150
50-64 tahun
150
≥65tahun
150
Wanita Hamil:
+50
Wanita Menyusui: 0-6 bulan
+50
7-12 bulan
+50
Sumber: Prinsip Dasar Ilmu Gizi (Almatsier, 2004).
b.
Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) Menurut Depkes (2011), Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) merupakan sekumpulan gejala yang timbul karena tubuh seseorang kekurangan yodium secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Suatu daerah berisiko mengalami GAKY jika kandungan yodium dalam tanah dan air sudah banyak yang terkikis karena erosi, banjir atau hujan lebat serta jika sumber air, hewan dan tumbuhan di daerah tersebut mengandung kadar yodium yang rendah. Kandungan yodium di alam yang telah terkikis habis maka tidak akan dapat tergantikan lagi. Dengan demikian, apabila masyarakat tinggal di daerah tersebut dan hanya bergantung pada sumber air dan hasil bahan makanan setempat maka resiko terjadi kekurangan yodium cukup besar. Kondisi kekurangan yodium ternyata bukan masalah kesehatan yang baru namun telah terjadi sejak dahulu. Gangguan Akibat Kurang Yodium berupa gondok atau pembengkakan kelenjar tiroid di leher dan kretinisme (cebol) telah dikenal sejak dahulu kala, yaitu sejak zaman budaya Cina, Hindu, Yunani, dan Roma. Di abad pertengahan, gambargambar orang gondok kretin muncul dalam dunia seni lukis, baik berupa setan ataupun bidadari. Lukisan Madona di Italia menggambarkan wanita dengan gonfok. Gondok pada waktu itu dianggap normal. Baru pada ab ad ke-17 dan ke18 dilakukan penelitian tentang penyebab gondok dan kretin. Pada abad ke- 19 dimulai langkah-langkah konkret untuk menanggulangi penyakit gondok dan kretin. Sedangkan pada abad ke-20 diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam mengenai cara pencegahan dan penanggulangannya (Almatsier, 2004).
6
Salah satu cara untuk mengetahui tingkat kekurangan yodium adalah dengan menggunakan ekskresi Yodium dalam urin, merupakan indikator yang baik untuk menunjukkan asupan yodium akhir yang berasal dari makanan. Sebagian besar laboratorium menggunakan reaksi Sandell-Kolthoff dalam pemeriksaan analisis yodium dalam urine. Nilai cutt off untuk mendefinisikan status yodium pada suatu populasi (minimal 30 orang) menurut kadar median yodium urine dijelaskan tabel 2. berikut ini:
Tabel 2. Cut of point status yodium pada suatu populasi berdasarkan kadar median yodium dalam urine
Defisiensi yodium berat
Kadar median yodium dalam urine (μg/l) <20
Defisiensi yodium sedang
20-49
Defisiensi yodium ringan
50-99
Asupan yodium ideal
100-200
Lebih dari asupan yodium yang adekuat
201-299
Asupan Yodium berlebihan
>300
Status Yodium
Sumber: Prinsip Dasar Ilmu Gizi (Almatsier, 2004).
c.
Manifestasi Kekurangan Yodium pada Kesehatan Masyarakat Kekurangan yodium menyebabkan kelenjar gondok memperbanyak jumlah jaringannya dalam rangka menyesuaikan kondisi akibat kekurangan yodium. Hal ini yang menyebabkan terjadinya hipertrofi. Selain gondok endemik, defisiensi yodium memberikan kelainan klinik lainya berupa: myxedema dan cretinisme. Cretinisme biasanya terjadi akibat janin kekurangan yodium sejak intrauterus (sejak dalam kandungan) yang disebabkan karena ibunya mengalami kekurangan yodium selama hamil. Kelainan-kelainan klinis tersebut dikenal sebagai Iodine Deficiency Disease/IDD atau Gangguan Akibat Kurang Yodium. Apabila dilihat dari sudut pandang kesehatan masyarakat maka manifestasi kekurangan yodium pada segala usia merupakan permasalahan yang penting karena keadaan ini sebenarnya dapat dicegah. Periode kekurangan yodium yang 7
paling kritis terjadi selama usia janin dan awal usia kanak-kanak ketika otak yang sedang berkembang sangat rentan terutama dengan kekurangan yodium. Spektrum Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) pada berbagai tahap kehidupan dapat dilihat pada tabel 3. berikut ini:
Tabel 3. Spektrum Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) Pada Berbagai Tahap Kehidupan
Tahap Kehidupan
Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) Abortus, kematian ketika lahir, kelainan kongenital, peningkatan mortalitas perinatal dan bayi, kretinisme
Janin
neurologi (defisiensi mental, tuli, diplegia spastik, juling), kretinisme miksedema (dwarfisme, defisiensi mental) serta defek psikomotor.
Neonates
Penyakit gondok neonatus, hipotiroidisme neonatus, serta peningkatan kerentanan terhadap reaksi nuklir. Penyakit gondok, hipotiroidisme juvenills, gangguan
Anak dan Remaja
fungsi mental, retardasi perkembangan fisik, dan peningkatan kerentanan terhadap radiasi nuklir. Penyakit gondok dengan komplikasi seperti gangguan bernafas dan menelan, hipotiroidisme, gangguan fungsi
Orang Dewasa
mental, hipertiroidisme karena yodium (IIH-iodineinduced hyperthyroidsm) serta peningkatan kerentanan terhadap radiasi nuklir.
Sumber: Prinsip Dasar Ilmu Gizi (Almatsier, 2004).
Pada dewasa ini, penyakit gondok endemik sudah tidak menjadi focus utama lagi karena kini perhatian dunia beralih kepada efek yang ditimbulkan oleh hipotiroksinemia terhadap perkembangan otak dan sistem saraf pusat selama usia kehamilan 15 minggu hingga usia bayi 3 tahun. Hal ini dikarenakan pada periode tersebut perubahan yang terjadi bersifat permanen dan dapat menimbulkan cacat neurologis yang permanen serta penurunan kemampuan belajar. Selain itu, akibat
8
efek neurologis pada anak-anak di daerah kekurangan Yodium dapat juga dilihat melalui intelligence quotient (IQ) yang rendah, yaitu IQ antara 10 dan 15 poin danpada nilai sekolah yang buruk. Apabila keadaan ini terus berlanjut, dampak pada kelompok masyarakt dapat dilihat dari produktivitas kerja yang lebih rendah dan kebutuhan akan pelayanan sosial menjadi lebih tinggi. Pada anak-anak dengan kadar yodium dalam urinnya kurang dari 100 μg/liter beresiko lebih besar memiliki IQ (Intelligence Quotient) di bawah 70. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa IQ pada anak-anak sekolah di negara berkembang dipengaruhi oleh asupan yodium. Dari hasil penelitian tersebut juga mendukung kemungkinan cara meningkatkan IQ pada anak-anak sekolah dari daerah yang mengalami kekurangan yodium ringan dengan meningkatkan asupan yodium guna meningkatkan konsentrasi yodium dalam urin sehingga lebis besar dari 100 μg/liter.
D.
HASIL PRAKTIKUM
1.
2.
Alat dan bahan praktikum a.
Iodine test (cairan R1 dan R2)
b.
Sampel garam: 1)
Garam halus (5 merk garam berbeda)
2)
Garam kasar (1 merk garam)
3)
Garam bata (2 merk garam berbeda)
Cara kerja a.
Ambil satu sendok sampel garam yang akan diuji, jika garam berbentuk briket haluskan terlebih dahulu garam tersebut.
b.
Letakkan sampel garam diatas wadah.
c.
Teteskan 1-2 cairan R1, lalu 1-2 cairan R2 ke atas permukaan sampel garam yang diuji.
d.
Tunggu beberapa detik dan perhatikan perubahan warna yang terjadi pada garam setelah ditetsi cairan uji garam beryodium.
e.
Ulangi langkah diatas untuk pengujiian sampel garam berikutnya.
9
3.
Uji Kandungan Yodium Pada Sampel Garam Halus Tabel 4. Hasil Uji Kandungan Yodium Pada Sampel Garam Halus
No. Jenis Garam
Merk Garam
a.
Hasil Uji Iodine Test Garam
Ekonomi
Mengandung
Nasional
Yodium (>30 ppm)
Mengandung
b. Refina
1.
Keterangan
Yodium (>30 ppm)
Garam Halus
c.
Mengandung
Daun
Yodium (>30 ppm)
Mengandung
d. Aji Cap Koki
Yodium (>30 ppm)
10
No. Jenis Garam
Garam
1.
Halus
Merk Garam
e.
Hasil Uji Iodine Test Garam
Keterangan
Tidak Mengandung
Miwon
Yodium
Sumber: Data Primer, 2017
Berdasarkan tabel 4. hasil uji kandungan yodium pada jenis garam halus menggunakan cairan uji garam beryodium (R1 dan R2), diperoleh hasil bahwa terdapat satu sampel garam halus yang tidak mengandung yodium, sedangkan empat sampel garam halus lainnya positif mengandung yodium (>30 ppm).
4.
Uji Kandungan Yodium Pada Sampel Garam Kasar Tabel 5. Hasil Uji Kandungan Yodium Pada Sampel Garam Kasar
No.
Jenis Garam
Merk Garam
2.
Garam Kasar
Krasak
Hasil Uji Iodine Test Garam
Keterangan
Mengandung Yodium (>30 ppm)
Sumber: Data Primer, 2017
Berdasarkan tabel 5. hasil uji kandungan yodium pada jenis garam kasar menggunakan cairan cairan uji garam beryodium (R1 dan R2), diperoleh hasil bahwa sampel garam kasar positif mengandung yodium (>30 ppm).
11
5.
Uji Kandungan Yodium Pada Sampel Garam Bata Tabel 6. Hasil Uji Kandungan Yodium Pada Sampel Garam Bata
No. Jenis Garam
Merk Garam
a.
3.
Hasil Uji Iodine Test Garam
Keterangan
Abang
Mengandung
Gendut
Yodium (>30 ppm)
Garam Batu
Mengandung
b. Dangdut
Yodium (>30 ppm)
Sumber: Data Primer, 2017
Berdasarkan tabel 6. hasil uji kandungan yodium pada jenis garam bata menggunakan cairan cairan uji garam beryodium (R1 dan R2), diperoleh hasil bahwa sampel garam bata positif mengandung yodium (>30 ppm).
E.
PEMBAHASAN
Praktikum dasar ilmu gizi kesehatan masyarakat ini menguji kandungan yodium yang ada pada garam dapur yang beredar luas di pasaran. Pengujian dilakukan terhadap 3 jenis garam yaitu garam halus, garam kasar, dan garam bata. Garam halus terdiri dari 5 sampel dengan merk yang berbeda yaitu merek Ekonomi Nasional, Refina, Daun, Aji Cap Koki, dan Miwon. Garam kasar hanya satu merek saja yaitu garam krasak. Sedangkan garam bata terdiri dari dua sampel yaitu merek Abang Gendut dan Dangdut. Pengujian
12
garam beryodium ini menggunakan tetesan cairan uji garam beryodium (R1 dan R2) sebanyak 1-2 kali tetes pada setiap sampel garam. 1. Kandungan yodium pada berbagai jenis garam a.
Garam Halus Garam halus yaitu garam yang tekstur kristalnya sangat halus hampir serupa dengan tekstur gula pasir dan biasa disebut garam meja. Garam halus biasa dikemas dalam wadah/plastik dengan label yang lengkap. Hasil uji kandungan yodium pada lima sampel garam halus, diketahui bahwa terdapat satu sampel garam halus yang tidak mengandung yodium. Hal ini ditandai dengan tidak berubahnya warna (tetap berwarna putih) pada sampel garam yang diuji setelah ditetesi cairan uji garam beryodium. Sedangkan pada empat sampel garam halus yang lain warnanya berubah menjadi ungu tua sete lah ditetesi cairan uji garam beryodium yang menandakan bahwa garam tersebut mengandung cukup yodium (>30 per permillium).
b.
Garam Kasar Garam kasar/curah/krasak/kristal merupakan garam yang kristalnya bertekstur kasar dan pada umumnya dibungkus dengan karung dan dijual dalam bentuk kiloan. Hasil uji kandungan yodium pada satu sampel garam kasar, diketahui bahwa pada sampel garam kasar tersebut mengandung yodium. Hal ini ditandai dengan berubahnya warna sampel garam menjadi ungu tua setelah ditetesi cairan uji garam beryodium yang menandakan bahwa garam tersebut mengandung cukup yodium (>30 per permillium).
c.
Garam Bata Garam bata/briket merupakan garam yang bertekstur padat dan berbentuk seperti bata. Hasil uji kandungan yodium pada dua sampel garam bata, diketahui bahwa pada ke dua sampel garam bata tersebut mengandung yodium. Hal ini ditandai dengan berubahnya warna sampel garam menjadi ungu tua setelah ditetesi cairan uji garam beryodium yang menandakan bahwa garam tersebut mengandung cukup yodium (>30 per permillium).
13
Garam sebagai bahan sumber yodium masih banyak yang belum memenuhi standar di pasaran. Kekurangan yodium pada anak usia sekolah dapat menyebabkan berkurangnya fungsi kognitif (kemampuan belajar). Sementara pada wanita usia subur menyebabkan infertilitas (kemandulan). Sedangkan pada wanita hamil menyebabkan perkembangan neurologik janin terhambat yang akhirnya menyebabkan retardasi mental dan kretinisme pada bayi. Pada ibu menyusui kebutuhan yodium disarankan melebihi keadaan normal, jika kekurangan menyebabkan kelainan metabolik tiroid seperti penyakit Grave’s. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) menunjukkan nilai yodium ideal pada anak usia 6-12 tahun hanya 14,9 persen. Lalu, pada Wanita Usia Subur (WUS) sebesar 22,1 persen. Sedangkan pada ibu hamil sebesar 24,3 persen diikuti ibu menyusui sebesar 23,9 persen. Kondisi ini membuat masyarakat Indonesia rentan bermasalah dalam kesehatan.
2. Kandungan yodium pada berbagai merk garam yang ada di pasaran a.
Merk Garam Halus 1)
Garan Ekonomi Nasional Hasil pengujian garam halus merk ‘Ekonomi Nasional’ setelah ditetesi 2-3 tetes cairan uji garam beryodium 1 dan 2, sampel garam berubah warna menjadi ungu tua maka garam tersebut mengandung cukup yodium (>30 ppm).
2)
Garam Refina Hasil pengujian garam halus merk ‘Refina’ setelah ditetesi 2-3 tetes cairan uji garam beryodium 1 dan 2, sampel garam berubah warna menjadi ungu tua maka garam tersebut mengandung cukup yodium (>30 ppm).
3)
Garam Daun Hasil pengujian garam halus merk ‘Daun’ setelah ditetesi 2-3 tetes cairan uji garam beryodium 1 dan 2, sampel garam berubah warna menjadi ungu tua maka garam tersebut mengandung cukup yodium (>30 ppm).
4)
Garam Aji Cap Koki Hasil pengujian garam halus merk ‘Aji Cap Koki’ setelah ditetesi 2-3 tetes cairan uji garam beryodium 1 dan 2, sampel garam berubah warna menjadi ungu tua maka garam tersebut mengandung cukup yodium (>30 ppm)
14
5)
Miwon Hasil pengujian garam halus merk ‘Miwon’ setelah ditetesi 2-3 tetes cairan uji garam beryodium 1 dan 2, sampel garam tidak berubah warna (tetap berwarna putih) yang menandakan garam tersebut tidak mengandung yodium.
b.
Merk Garam Kasar ‘Cap Krasak’ Hasil pengujian garam kasar merk ‘Krasak ’ setelah ditetesi 2-3 tetes cairan uji garam beryodium 1 dan 2, garam berubah warna menjadi ungu tua maka garam tersebut mengandung cukup yodium (>30 ppm).
c.
Merk Garam Bata 1)
Garam Abang Gendut Hasil pengujian garam bata merk ‘Abang Gendut’ setelah ditetesi 2-3 tetes cairan uji garam beryodium 1 dan 2, garam berubah warna menjadi ungu tua maka garam tersebut mengandung cukup yodium (>30 ppm).
2)
Garam Dangdut Hasil pengujian garam bata merk ‘Dangdut’ setelah ditetesi 2-3 tetes cairan uji garam beryodium 1 dan 2, garam berubah warna menjadi ungu tua maka garam tersebut mengandung cukup yodium (>30 ppm).
Yodium merupakan salah satu mineral penting bagi kesehatan. Manfaatnya bagi tubuh adalah menjaga kesehatan kelenjar tiroid, membentuk hormon, dan memberikan energ untuk aktivitas sehari-hari. Namun, dari hasil temuan Yayasan Lembaga konsumen Indonesia hanya sekitar 58,7 persen produk garam di pasaran yang mengandung yodium sesuai standar atau lebih dari 30 persen per part million (ppm). Meskipun mendeteksi kandungan yodium memerlukan alat khusus, tapi produk garam berkualitas masih bisa ditemukan secara mandiri. Berdasarkan catatan Yayasan Lembaga konsumen Indonesia, garam-garam berkualitas atau kandungan yodium mencapai 30 persen ppm lebih banyak beredar di ritel modern dibanding pasar tradisional. Sebanyak 87,32 % produk garam di ritel modern sudah memenuhi standar. Tapi memang tak ada jaminan seratus persen. Tapi dibandingkan dengan pasar tradisional hanya 55,64 % produk garam dengan yodium sesuai standar.
15
Selain itu, produk garam berkualitas dapat dilihat dari kemasannya. Kemasan garam konsumsi memiliki keterangan atau tulisan ‘Garam Beryodium’. Kemudian, tertera kandungan yodium minimal 30 persen ppm, berat bersih, tanda/logi SNI, nomor pendaftaran dari BPOM, komposisi isi garam, merek dagang, serta nama dan alamat perusahaan. Yodium tidak hanya berasal dari garam. Tetapi ini juga berasal dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Misalnya dari jenis sayuran, seperti tomat, kentang, wortel. Sedangkan makanan laut berasal dari ikan, kepiting, udang, kerang dan sebagainya.
F.
KESIMPULAN
1.
Berdasarkan hasil praktikum uji kandungan yodium pada berbagai sampel garam menggunakan cairan uji kandungan yodium, diperoleh hasil bahwa terdapat satu sampel garam yang tidak mengandung yodium yaitu jenis garam halus dengan merk miwon.
2.
Berdasarkan hasil uji kandungan yodium pada berbagai merk garam menggunakan cairan uji kandungan yodium, diperoleh hasil kandungan yodium pada masing-masing merk garam sebagai berikut:
G.
a.
Garam Ekonomi Nasional positif mengandung yodium >30 ppm.
b.
Garam Refina positif mengandung yodium >30 ppm.
c.
Garam Daun positif mengandung yodium >30 ppm.
d.
Garam Cap Aji Koki positif mengandung yodium >30 ppm.
e.
Garam Miwon tidak mengandung yodium.
f.
Garam Krasak positif mengandung yodium >30 ppm.
g.
Garam Abang Gendut positif mengandung yodium >30 ppm.
h.
Garam Dangdut positif mengandung yodium >30 ppm.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Arisman. (2009). Gizi dalam Daur Kehidupan. Penertbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
16
Departemen Kesehatan RI, 2006. GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium), diakses: http://gizi.depkes.go.id/gaky/lb-gaky.pdf Dwi Septia S., 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Penggunaan Garam Beryodium Di 15 Kabupaten/Kota Indonesia , Program Studi Ilmu Gizi FKM UI: Jakarta. Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar . Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI: Jakarta. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. LIPI: Jakarta.
17