Tumor Jinak Ovarium
Catherina Yanita Wibowo 406138036
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan bimbingan-Nya sehingga referat yang berjudul “Tumor Jinak Ovarium” ini dapat selesai tepat pada waktunya. Referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Kandungan dan Kebidanan di Rumah Sakit Umum Daerah Kudus, Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, serta agar dapat menambah kemampuan dan ilmu pengetahuan bagi para pembaca. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih atas bantuan serta bimbingan dari dr. Hari Purwanto, SpOG selama menjalani kepaniteraan Kebidanan dan Kandungan periode 20 Oktober 2014 – 27 Desember 2014 ini. Penulis menyadari referat ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar referat ini dapat disempurnakan di masa yang akan datang. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.
Jakarta, 12 Desember 2014
Penulis
1
Tumor Jinak Ovarium
Catherina Yanita Wibowo 406138036
DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR
1
DAFTAR ISI
2
BAB I.
PENDAHULUAN
3
BAB II.
ANATOMI
4
PATOGENESIS
5
EPIDEMIOLOGI
6
FAKTOR RESIKO
6
FAKTOR PROTEKTIF
7
MANIFESTASI KLINIK
7
EVALUASI DIAGNOSTIK
8
TATALAKSANA
17
KESIMPULAN
19
BAB III.
DAFTAR PUSTAKA
20
BAB I 2 iii
Tumor Jinak Ovarium
Catherina Yanita Wibowo 406138036
Pendahuluan
Ada banyak jenis tumor dari ovarium, masing-masing memiliki karakteristik sendiri. Untungnya, 80% tumor ovarium adalah jinak. Di Amerika Serikat, kanker ovarium adalah kanker paling umum kedua dari kanker pada sistem reproduksi. Angka kematian yang tinggi pada kanker ginekologik disebabkan oleh karena kurangnya alat skrining yang efektif untuk diagnosis dini, dan presentasi gejala yang timbul pada stadium akhir penyakit, ketika tumor telah menyebar ke seluruh rongga peritoneum dan pada tingkat ini kesempatan untuk sembuh cukup rendah. Diagnosis dini dan intervensi sangatlah penting dikarenakan tingkat kelangsungan hidup dalam 5 tahun untuk perempuan dengan karsinoma ovarium hanya 25% sampai 45%.
BAB II 3
Tumor Jinak Ovarium
Catherina Yanita Wibowo 406138036
Tumor Jinak Ovarium
Kista ovarium sangat sering ditemukan, dan pada beberapa kasus adalah fisiologis, terutama pada kista folikular (3 cm) dan kista korpus luteal (5 cm) selama siklus mentruasi. Pada wanita yang sedang mengalami menstruasi, kista dengan ukurang <5 cm tidak perlu terlalu mendapatkan perhatian, kecuali terdapat hal yang mencurigakan lainnya atau dia mengalami gejala simtomatik (contoh: nyeri perut). Pemeriksaan ulang dalam waktu 6 minggu direkomendasikan (ketika wanita tersebut dalam poin yang berikutnya dalam siklusnya) untuk melihat apakah kista tersebut sudah menghilang. Kista kecil juga kadangkadang terlihat pada wanita postmenopause (sampai 14%). Pemeriksaan ultrasound dan tumor marker CA125 digunakan untuk menentukan indeks risiko keganasan (RMI – risk of malignancy index). Indeks ini bermanfaat untuk mengindentifikasi pasien dengan risiko tinggi kanker dan secepatnya dapat dirujuk ke pusat penanganan kanker.
Anatomi Ovarium Ovarium pada orang dewasa kira-kira sebesar ibu jari tangan, terletak di kiri dan di kanan uterus, dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika. Ovarium dihubungkan dengan uterus melalui ligamentum ovarii proprium. Arteri ovarika berjalan menuju ovarium melalui ligamentum suspensorium ovarii (ligamentum infundibulopelvikum). Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum latum. Sebagian besar ovarium berada intraperitoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum. Sebagian kecil ovarium yang berada di dalam ligamentum latum disebut hilus ovarii. Pada bagian hilus ini masuk pembuluh darah dan saraf ke ovarium. Lipatan yang menghubungkan lapisan belakang ligamentum latum dengan ovarium dinamakan mesovarium. Bagian ovarium yang berada di dalam kavum peritonei dilapisi oleh epitel selapis kubik-silindris, disebut epitelium germinativum. Di bawah epitel ini terdapat tunika albuginea dan di bawahnya lagi baru ditemukan lapisan tempat folikel-folikel primordial. Tiap bulan satu folikel dan kadang-kadang dua folikel berkembang menjadi folikel de Graaf. Folikelfolikel ini merupakan bagian overium terpenting dan dapat ditemukan di korteks ovarii dalam 4
Tumor Jinak Ovarium
Catherina Yanita Wibowo 406138036
letak yang beraneka ragam, dan juga dalam tingkat-tingkat perkembangan dari satu sel telur yang dikelilingi oleh satu lapisan sel saja sampai folikel de Graaf matang. Folikel yang matang ini terisi dengan likuor follikuli yang mengandung estrogen, dan siap untuk berovulasi. Pada waktu dilahirkan bayi perempuan mempunyai sekurag-kurangnya 750.000 oogonium. Jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi folikel-folikel. Pada umur 6-15 tahun ditemukan 439.000, pada 16-25 tahun 159.000, antara umur 26-35 tahun menurun sampai 59.000, dan antara 34-45 hanya 34.000. pada masa menopause semua folikel sudah menghilang.
Patogenesis Tumor ovarium biasa terkena pada salah satu dari tiga komponen ovarium: epitel permukaan, sel germinativum ovarium, atau stroma ovarium. Lebih dari 65% tumor ovarium dan 90% kanker ovarium merupakan tumor epitelial pada kapsul ovarium. Sekitar 5%-10% kanker ovarium merupakan metastatis dari tumor primer lain di tubuh, biasanya dari traktus gastrointestinal, dikenal sebagai Krukenberg tumors, atau dari payudara dan endometrium. Kanker ovarium menyebar secara primer lewat pengelupasan langsung dari sel ganas ovarium. Akibatnya, daerah yang terkena metastasis biasanya mengikuti jalannya cairan peritoneum. Penyebaran lewat limfe juga dapat terjadi, biasanya kearah pelvis retroperitoneal dan nodus limfe para-aortic. Penyebaran secara hematogen biasanya menyebabkan metastasis jauh ke otak dan paru-paru. Pada sakit yang lebih parah penyebaran tumor intraperitoneal menyebabkan akumulasi asites pada abdomen dan terganggunya usus karena tumor. Hal ini menyebabkan obstruksi intestinal intermiten yang dikenal sebagai carcinomatous ileus. Pada banyak kasus, progresi seperti ini menyebabkan malnutrisi, kelaparan, kakeksia, dan kematian. Walaupun penyebab kanker ovarium masih belum jelas, namun diyakini disebabkan oleh transformasi maligna dari jaringan ovarium setelah periode ovulasi kronik yang memanjang. Ovulasi menggangu epitel ovarium dan mengaktifkan mekanisme perbaikan sel. Saat ovulasi terjadi dalam waktu lama tanpa interupsi mekanisme ini dipercaya memberikan kesempatan untuk mutasi dari gen somatik saat proses perbaikan sel. Teori yang berkembang saat ini kanker ovarium serosa berasal dari tuba falopi distal. 5
Tumor Jinak Ovarium
Catherina Yanita Wibowo 406138036
Sekitar 10-15% wanita dengan kanker ovarium memiliki sindrom kanker familial. Pasien dengan mutasi pada gen BRCA1 memiliki 85% kemungkinan kanker payudara dan 30-50% kanker ovarium. Proporsi lain pada pasien dengan mutasi gen BRCA2 (25%) juga menunjukan peningkatan resiko kanker ovarium. Pasien dengan Lynch II syndrome (hereditary nonpolyposis colorectal cancer syndrome) memiliki rasio tinggi keluarga dengan kanker payudara, ovarium, kolon, dan endometrium. Diet tinggi lemak dan beberapa bahan seperti talc dan abestos juga menunjukan kemungkinan agen etiologis dari patogenesis kanker ovarium.
Epidemiologi Rata-rata perempuan mempunyai resiko 1:70 untuk memiliki kanker ovarium dalam hidupnya dan 1:95 kemungkinan meninggal karena kanker ovarium invasif. Median umur yang terdiagnosis adalah 61 tahun dengan 2 per 3 perempuan dengan kanker diatas umur 55 tahun saat diagnosis ditegakan. Kanker ovarium herediter biasanya muncul pada perempuan 10 tahun lebih muda dibandingkan dengan mereka yang terkena kanker non herediter, seperti kanker ovarium nonepitelial lebih sering pada wanita muda dan remaja. Terdapat sedikit perbedaan frekuensi pada perempuan kaukasian dibandingkan hispanic, asian, dan afrika amerika.
Faktor resiko Wanita dengan syndrom kanker ovarium familial (BRCA1, BRCA2, atau Lynch II syndrome) memiliki resiko tertinggi dari kanker ovarium (30-50%). Wanita dengan riwayat keluarga kanker ovarium memiliki resiko 5-15%. Wanita yang memiliki ibu, saudara perempuan, atau anak perempuan dengan kanker ovarium juga memiliki faktor resiko terhadap penyakit ini. Semakin muda saudara yang terkena kanker, semakin tinggi resiko keluarga tingkat pertama. Begitu pula dengan wanita dengan riwayat kanker payudara meningkatkan 2x lipat kejadian kanker ovarium. Karena mekanisme kanker ovarium dicurigai berhubungan dengan mutasi yang terjadi saat ovulasi, wanita dengan riwayat periode ovulasi memanjang (menarke dini, infertilitas, nuliparitas, telat mempunyai anak, menopause terlambat) memiliki peningkatan resiko kanker 6
Tumor Jinak Ovarium
Catherina Yanita Wibowo 406138036
ovarium. Untuk alasan yang sama, penuaan juga salah satu faktor resiko utama untuk kanker ovarium. 50% wanita dengan kanker ovarium adalah berumur 63 tahun atau lebih tua. Faktor resiko lainnya yaitu penggunaan bedak talk di perineum dan obesitas BMI>30.
Faktor protektif Banyak faktor protektif terhadap kanker ovarium yang berhubungan dengan hipotesis ovulasi tak putus (incessant ovulation). Spekulasinya adalah supresi ovulasi menyebabkan kurangnya gangguan terhadap epitel ovarium dan berkurangnya aktivasi dari mekanisme perbaikan sel. Sehingga kemungkinan gen untuk mutasi dan delesi lebih sedikit. Penggunaan Kontrasepsi oral memiliki sifat protektif karena efek supresi ovulasi. Penggunaan selama lebih dari 5 tahun dapat mengurangi resiko kanker ovarium sebanyak 50%. Begitu pula dengan menyusui, multiparitas, dan anovulasi kronik diketahui sebagai faktor protektif dengan menginterupsi atau menekan ovulasi. Tubal ligation dan histerektomi berhubungan dengan penurunan kanker ovarium sebanyak 67% dan 30%. Kemungkinan disebabkan karena terganggunya persediaan darah ovarium karena prosedur tersebut atau menurunnya migrasi karsinogen dari traktus ganital bawah ke ovarium.
Manifestasi klinik Anamnesa Pasien dengan kanker ovarium biasanya asimtomatik atau memiliki keluhan yang tidak jelas sampai penyakit ini berlanjut ke tingkat yang lebih berat. Beberapa pasien merasakan nyeri pada abdomen bawah, distensi abdomen, kembung, dan kenyang lebih awal. Saat tumor semakin membesar gejala lain mungkin muncul termasuk gejala gastrointestinal (mual, muntah, indigestion), frekuensi BAK bertambah, disuria, dan tekanan pada pelvis. Asites dapat terbentuk pada stadium lanjut dan menyebabkan sulit bernafas karena efusi pleura. Hernia ventral jug dapat terlihat karena peningkatan tekanan intra-abdominal.
Pemeriksaan Fisik
7
Tumor Jinak Ovarium
Catherina Yanita Wibowo 406138036
Tidak ada bukti yang menyarankan pemeriksaan rutin pelvis dapat mendiagnosis kanker ovarium lebih dini. Saat penyakitnya memberat, temuan yang paling sering pada pemeriksaan yaitu teraba massa di pelvis, solid, iregular, terfiksir yang dapat menyebar hingga ke abdomen bagian atas, dan asites. Metastasis kanker ovarium ke umbilikus dikenal sebagai sister Mary Joseph nodule. Saat massa ditemukan saat pemeriksaan, kemungkinan kanker pada wanita postmenopause adalah 30-60% dibandingkan wanita premenopause 5-15%.
Evaluasi Diagnostik Ultrasound pelvis adalah alat diagnostik utama untuk investigasi massa adneksa. Terutama untuk membedakan tumor maligna dan benigna. Studi lain, termasuk CT scan dan MRI pelvis dan abdomen dapat membantu diagnosis dan penyebaran penyakit. Karena sel maligna dapat menyebar secara langsung, parasentesis dan aspirasi sebaiknya dihindari. Setelah diagnosis ditegakan, kemudian dicari metastasisnya dan untuk menentukan kanker ovarium primer atau sekunder. Barium enema dan pyelogravi intravena berguna untuk melihat sumber penyakit dari gastrointestinal dan traktus genital dan urinari. Tergantung tipe tumor, keganasan ovarium dapat dimonitor menggunakan marker tumor CA-125, α-fetoprotein (AFP), lactate dehydrogenase (LDH), dan Human chorionic gonadotropins (hCG).
Tanda dan gejala:
Asimpsomatik
Nyeri kronik: o Nyeri o Tekanan pada organ lain (frekuensi urinase atau gangguan pada usus) o Dispareuni o Dismenorhea
Nyeri akut: 8
Tumor Jinak Ovarium
Catherina Yanita Wibowo 406138036
o Perdarahan (pada kista atau intraabdominal) o Torsio o Ruptur o Perdarahan abnormal uterus o Efek hormonal
Anamnesa
Riwayat menstruasi (lama saat menstruasi, periode satu siklus, jumlah perdarahan)
Nyeri (lokasi, durasi, faktor yang mempengaruhi)
Fungsi berkemih dan buang air besar
Distensi abdomen
Penggunaan obat-obatan
Riwayat keluarga
Pemeriksaan Fisik
TTV
Abdomen: massa dari pelvis, nyeri tekan, tanda-tanda peritonitis, massa pada abdomen atas, atau asites
Pelvis: discharge pervaginam, nyeri goyang serviks, massa adneksa atau nyeri adneksa (mobilitas, konsistensi, dan ukuran)
9
Tumor Jinak Ovarium
Catherina Yanita Wibowo 406138036
Pemeriksaan Laboratorium : Darah Lengkap & Tumor marker : CA125 Imaging : USG untuk menilai massa di pelvis atau asites
Indeks Resiko Keganasan (Modified risk of malignancy index) RMI = U x M x CA125 U= ultrasound score (0,1, atau 3) M= menopausal status (1=premenopausal, 3=post-menopausal) CA125= antigen kanker serum 125 level (U/L) Sistem skoring Ultrasound Mendapatkan nilai 1 poin jika terdapat hal-hal di bawah ini pada USG:
Kista multiokular
Area padat
Metastase
Asites
Lesi bilateral
Skor final U :
0 jika terdapat 1 poin
1 jika terdapat 1 poin
3 jika terdapat 2 atau lebih poin
10
Tumor Jinak Ovarium
Catherina Yanita Wibowo 406138036
Klasifikasi 1. Non-neoplastik
Fungsional o Kista folikuler: normal <3 cm o Kista korpus luteum: normal <5 cm (menunjukkan tanda-tanda hemoragik ke dalam kista, atau hemoperitoneum)
Patologik o Kista ovarian endometriosis o Sindrom ovarian polikistik o Kista teka luteal o Edema ovarian
2. Neoplastik jinak
Tumor epitel o Kistaadenoma seros o Kistaadenoma musin o Tumor Brenner
Tumor jinak sel germinal
Sex-cord stromal tumours
1. Kista Folikel Kista folikel merupakan kista yang paling sering ditemukan di ovarium dan biasanya berukuran 3-8 cm. Kista ini terjadi karena kegagalan proses ovulasi dan kemudian cairan intrafolikel tidak diabsorpsi kembali. Pada beberapa keadaan, kegagalan ovulasi juga dapat 11
Tumor Jinak Ovarium
Catherina Yanita Wibowo 406138036
terjadi secara artifisial dimana gonadotropin diberikan secara berlebihan untuk menginduksi ovulasi. Kista ini tidak menunjukkan gejala yang spesifik. Jarang sekali terjadi torsi, ruptur, atau perdarahan. Ada yang menghubungkan kista folikel dengan gangguan menstruasi (perpanjangan interval antarmenstruasi atau pemendekan siklus). Kista folikel yang besar dapat dihubungkan dengan nyeri pelvik, dispareunia, dan kadang-kadang perdarahan abnormal uterus. Terapi : sebagian kista dapat mengalami obliterasi dalam 60 hari tanpa pengobatan. Pil kontrasepsi dapat digunakan untuk mengatur siklus dan atresi kista folikel. Tatalaksana kista folikel dapat dilakukan dengan melakukan pungsi langsung pada dinding kista menggunakan peralatan laparoskopi. Pastikan dulu bahwa kista yang akan dilakukan pungsi adalah kista folikel karena bila terjadi kesalahan identifikasi dan kemudian kista tersebut tergolong neoplastik ganas, maka cairan tumor invasif akan menyebar di dalam rongga peritoneum. Namun data terakhir menunjukkan prosedur diagnostik ini rendah akurasi dan pada kista berukuran maksimal (8 cm), 95% mengalami rekurensi setelah tindakan aspirasi
Gambar 1. Dinding kista folikuler, memperlihatkan sel granulosa yang berproliferasi dan gambaran Call-Exner bodies
2. Kista Korpus Luteum (Kista Granulosa Lutein) Kista granulosa merupakan pembesaran non-neoplastik ovarium. Setelah ovulasi, dinidng sel granulosa mengalami luteinisasi. Pada tahap terbentuknya vaskularisasi baru, darah terkumpul di tengah rongga membentuk korpus hemoragikum. Reabsorbsi darah di ruangan 12
Tumor Jinak Ovarium
Catherina Yanita Wibowo 406138036
ini menyebabkan terbentuknya kista korpus luteum. Kista lutein yang persisten dapat menimbulkan nyeri lokal dan tegang dinding perut yang juga disertai amenorea atau menstruasi terlambat yang menyerupai gambaran kehamilan ektopik. Kista lutein juga dapat menyebabkan torsi ovarium sehingga menimbulkan nyeri hebat atau perdarahan intraperitoneal yang membutuhkan tindakan pembedahan segera untuk menyelamatkan penderita. Terapi : laparoskopi dan laparotomi dilakukan bila terjadi perdarahan ke dalam rongga peritoneum atau timbul torsi adneksa. Terapi simtomatik diberikan bila tidak muncul komplikasi akut. Sama seperti kista korpus luteum, kista ini biasanya menghilang spontan dalam 1-2 bulan pada pasien dengan siklus menstruasi yang aktif, dan pengobatan pil kontrasepsi mungkin juga dapat berguna walaupun masih banyak pertanyaan dalam kegunaannya.
3. Kista Teka Lutein Peningkatan hCG dapat menimbulkan kista teka lutein dan seringkali dijumpai bersamaan dengan ovarium polikistik, mola hidatosa, korio karsinoma, terapi hCG, dan terapi klomifen sitrat. Walaupun jarang, kista ini dapat timbul pada kehamilan normal. Kista ini biasanya bilateral dan terisi cairan jernih, straw-colored fluid. Simtom pada adbdomen minimal. Terapi : pada umumnya tidak diperlukan tindakan bedah untuk menangani kista ini karena kista dapat menghilang secara spontan setelah evakuasi mola, terapi korio karsinoma, dan penghentian stimulasi ovulasi dengan klomifen. Walaupun demikian, apabila terjadi ruptur kista dan terjadi perdarahan ke dalam rongga peritoneum maka diperlukan tindakan laparatomi segera untuk menyelamatkan pasien.
4. Endometriomas Pada wanita dengan endometriosis, fokal endometriotik pada permukaan ovarium dapat timbul kista fibrosa sebagai hasil akumulasi dari cairan dan darah. Kista endometrial ini bervariasi ukurannya dari beberapa milimeter sampai 10 cm. Endometriomas juga dikenal sebagai “chocolate cyst” karena mengandung debris darah berwarna coklat yang tebal. Tipis
13
Tumor Jinak Ovarium
Catherina Yanita Wibowo 406138036
atau terjadinya adhesi dari kista ini ke dinding pelvis, cul-de-sac dan tuba falopi sering mengaburkan visualisasi kista ini. Diferensiasi diagnosis: tumor marker CA125 sering meningkat pada kista ini, sehingga sulit dibedakan dari tumor epitel malignan.
5. Sindrom Polikistik Ovarium (Sindrom Stein-Leventhal) Kista ini berkarakteristik anovulasi persisten yang menimbulkan manifestasi klinik termasuk pembesaran polikistik ovarium, amenore sekunder atau oligomenore, obesitas, hirsutisme, dan infertilitas. Prevalensi sindrom ini 5-10%, dengan vasriasi etnis dan ras yang berbeda-beda. Kira-kira 50% pasien mengalami hirsutisme, 30-75% obesitas. Diagnosis sindrom ini dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Berdasarkan grup konsensus internasional, sindrom ini dapat didiagnosa jika paling sedikit terdapat dua dari gejala-gejala ini: oligomenore atau amenore, hiperandrogenisme, dan polikistik ovarium pada pemeriksaan USG. Polikistik ovarium sering disebut “oyster ovaries” karena kista ini membesar dan sklerokistik dengan permukaan yang halus, putih seperti mutiara, tanpa indentasi. Banyak folikel lecil yang berisi cairan berada pada lapisan fibrosa korteks. Pada pemeriksaan laboratorium menampakkan serum androgen yang meningkat, peningkatan rasio LH dan FSH, abnormalitas lipid, dan resistensi insulin. Anovulasi teridentifikasi pada wanita dengan tingginya konsentrasi LH dan rendahnya konsentrasi FSH. POS berhubungan dengan disfungsi hipotalamus pituitari dan resistensi insulin.
Gambar 2. Polikistik ovarium dengan penebalan kapsul kista
14
Tumor Jinak Ovarium
Catherina Yanita Wibowo 406138036
Terapi : kebanyakan pasien dengan POS membutuhkan terapi untuk hirsutisme atau infertilitas. Hirsutisme dapat diterapi yang dapat menurunkan level androgen, dan pil kontrasepsi adalah pilihan pertama pada pasien yang tidak hamil. Infertilitas dapat diobati dengan klomifen sitrat. Studi terakhir, pengobatan dengan metformin dapat improvisasi fertilitas, baik diberikan sebagai pengobatan tunggal, atau berbanrengan dengan klomifen. Pasien dengan POS mengalami anovulasi kronik, maka endometrium dapat di stimulasi dengan estrogen.
6. Kistadenoma ovarii serosum Tumor seros terdapat pada semua grup usia dan merupakan 50% dari semua neoplasma epitel overium, bilateral pada 15-20% kasus. Neoplasma tingkat rendah ditemukan pada pasien usia 20-30 tahun, dan lebih serius pada usia peri- dan postmenopaus. Kistadenoma adalah lesi jinak, biasanya unilokular, dengan permukaan yang licin dan mengandung cairan kuning jernih. Sel pembungkus kista ini campur antara bersilia dan sekretorik, mirip dengan endosalpinx. Perhatikan proyeksi papilomatosa pada dinding kista ke tengah kista karena dapat berubah menjadi kistadeno fibroma.
Gambar 3. Kistadenoma seros unilokular dengan papiloma putih menonjol ke kista
7. Kistadenoma ovarii musinosum Kista ini mencakup 10-20% dari semua kasus neoplasma epitel ovarium, yang 7585% nya adalah jinak, dan sering ditemukan pada wanita usia 30-50 tahun. Tumor bilateral terdapat pada 8-10% kasus. Kista ini merupakan kista terbesar; dilaporkan 15 kasus tumor memiliki bobot lebih dari 70 kg. Semakin masif tumor, semakin besar kemungkinan bahwa jenis tersebut musinosum. Biasanya asimtomatik, dan terdapat massa abdominal 15
Tumor Jinak Ovarium
Catherina Yanita Wibowo 406138036
atau nyeri abdomen nonspesifik. Pada pasien postmenopaus, terjadi letuinasi stroma sehingga terproduksi hormon estrogen untuk terjadinya hiperplasia endometrial dan perdarahan pervaginam. Selama kehamilan, stimulasi hormonal menyebabkan virilisasi. Cairan musin dari kistoma ini dapat mengalir ke kavum pelvik / abdomen sehingga terjadi akumulasi cairan musin intraperitoneal “pseudomiksoma peritonii” Terapi: salpingo-ooforektomi unilateral u/ mengosongkan cairan musin dari kavum peritoneum (encerkan dulu musin dg dextrose 5-10% sebelum suction)
Gambar 4. Kistadenoma musinosum. Dinding epitelnya tinggi dan kolumnar dengan basal nukleat
8. Tumor Brenner Frekuensinya sangat jarang dan biasanya ditemukan tanpa disengaja ketika operasi. Histopatologinya merupakan kolom epitel dalam jaringan fibromatosa. Distribusi sarang epitel dalam stroma mengessankan gambaran ganas tapi gambaran homogen dan uniformal tanpa aktivitas anaplasia menunjukkan hal yang sebaliknya. Mencakup 1-2% dari total tumor ovarium dan 95% unilateral. Terapi : Eksisi
9. Tumor Sel Teka
16
Tumor Jinak Ovarium
Catherina Yanita Wibowo 406138036
Seringnya pada wanita postmenopause. Terdiri dari stroma yang mengandung sebaran sel lemak berwarna kekuningan pada badan tumor saat diseksi. Terapi : total histerektomi dan bilateral salpingo-ooforektomi untuk pasien postmenopause, atau salpingo-ooforektomi / ovarium kistektomi pada pasien yg masih mempertahankan fertilitas.
10. Fibroma Tidak memproduksi hormon seperti tumor sel teka. Muncul saat menjelang menopause. Ukurannya >20 cm
11. Tumor sel hilus Dari hilum ovarium, atau yang lebih jarang, dari stroma ovarium. Tipikal presentasi gejalanya : hirsutism, vilirisasi, dan iregular menstruasi. Untuk menegakkan diagnosis, “elongated eosinophilic crystalloids of Rinke” harus ditemukan.
Tatalaksana tumor jinak ovarium Kebanyakkan kista memiliki gejala akut berupa nyeri perut bagian bawah, namun tanpa tanda-tanda dari peritonitis atau gejala sistemik. Biasanya dapat teratasi dengan pengobatan analgetik, namun sebagian dapat sembuh spontan. Bagaimanapun jika ada wanita dengan gejala akut abdomen dan atau tanda-tanda infeksi sistemik, dan curiga adanya torsi ovarian, ruptur, atau kista hemoragik, secepatnya laparoskopi atau laparotomi diagnostik dibutuhkan. Pada kasus ini, sampel darah harus segera dilakukan tumor marker agar jika kista tersebut bukan jinak, dapat segera dilakukan follow-up lebih lanjut. Wanita dewasa: tatalaksana sesuai wanita premenopause. Tumor sel germinativum yang paling sering pada usia ini, terutama pada wanita dengan torsi ovarian. Dilakukan kistektomi jika memungkinkan. Namun tetap pertimbangkan fertilitas Wanita premenopause: tumor malignan jarang pada usia ini. Singkirkan malignansi dan utamakan fertilitas. Periksa ulang dalam 6 minggu, jika kista persisten maka monitor kista 17
Tumor Jinak Ovarium
Catherina Yanita Wibowo 406138036
dengan USG dan CA125 dalam 3 dan 6 bulan (50% <5% akan mengalami perbaikan, namun kurang pada kista yang lebih besar). Kalkulasi nilai RMI. Tatalaksana untuk kista resiko rendah: Jika kista <5 cm dan simpel, dilakukan biopsi kista Jika kista >5 cm atau berjenis dermoid, untuk mencegah pecahnya kista tersebut dilakukan kistektomi Jika saat dilakukan laparoskopi ditemukan hal yang mencurigakan, segera rujuk ke bagian sentral kanker untuk dilakukan laparotomi
Wanita dengan postmenopause Nilai RMI rendah (<25) : simpel, follow up USG setiap 1 tahun dan CA125 setiap 4 bulan Nilai RMI sedang (25-250) : oophorektomi (bilateral) Nilai RMI tinggi (>250) : rujuk ke sentral kanker
18
Tumor Jinak Ovarium
Catherina Yanita Wibowo 406138036
BAB III Kesimpulan
Tumor ovarium biasa terkena pada salah satu dari tiga komponen ovarium: epitel permukaan, sel germinativum ovarium, atau stroma ovarium. Lebih dari 65% tumor ovarium dan 90% kanker ovarium merupakan tumor epitelial pada kapsul ovarium. Sekitar 5%-10% kanker ovarium merupakan metastatis dari tumor primer lain di tubuh, biasanya dari traktus gastrointestinal, dikenal sebagai Krukenberg tumors, atau dari payudara dan endometrium. Walaupun penyebab kanker ovarium masih belum jelas, namun diyakini disebabkan oleh transformasi maligna dari jaringan ovarium setelah periode ovulasi kronik yang memanjang. Karena mekanisme kanker ovarium dicurigai berhubungan dengan mutasi yang terjadi saat ovulasi, wanita dengan riwayat periode ovulasi memanjang (menarke dini, infertilitas, nuliparitas, telat mempunyai anak, menopause terlambat) memiliki peningkatan resiko kanker ovarium. Ultrasound pelvis adalah alat diagnostik utama untuk investigasi massa adneksa. Terutama untuk membedakan tumor maligna dan benigna. Studi lain, termasuk CT scan dan MRI pelvis dan abdomen dapat membantu diagnosis dan penyebaran penyakit. Karena sel maligna dapat menyebar secara langsung, parasentesis dan aspirasi sebaiknya dihindari. Setelah diagnosis ditegakan, kemudian dicari metastasisnya dan untuk menentukan kanker ovarium primer atau sekunder. Tatalaksana tumor ovarium beragam sesuai dengan jenis tumor, namun dilakukan kistektomi jika memungkinkan dan tetap pertimbangkan fertilitas untuk wanita produktif.
19
Tumor Jinak Ovarium
Catherina Yanita Wibowo 406138036
DAFTAR PUSTAKA
Decherney AH, Nathan L, Laufer N, Roman AS. Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology, 11th ed. United States: McGraw Hill Companies, 2013: Ch
41 Callahan TL, Caughey AB. Blueprints Obstetrics & Gynecology, 6th ed. United
States: Lippincott Williams & Wilkins, 2013: 392-5 Collins S, Arulkumaran S, Hayes K, Jackson S, Impey L. Oxford Handbook of Obstetrics and Gynaecology, 3rd ed. United Kingdom: Oxford University Press, 2013: 690-3
20
iv