Pertemuan ke-
: 9 (Sembilan)
Hari & tanggal
: Senin, 4 Desember 2017
Pemateri
: Ari Susanti S.KM.,M.Kes
Judul materi
:
1.
K3 dalam keperawatan : pentingnya, tujuan, manfaat, dan etika.
2.
Ruang lingkup K3 dalam keperawatan.
3.
Kebijakan K3 yang berkaitan dengan keperawatan.
4.
Konsep dasar K3 : sehat, kesehatan kerja, risiko dan hazard dalam pemberian asuhan keperawatan (somatik, perilaku, lingkungan, ergonomik, pengorganisasian pekerjaan, budaya kerja).
5.
Risiko dan hazard dalam pengkajian asuhan keperawatan.
6.
Risiko dan hazard dalam perencanaan asuhan keperawatan.
7.
Risiko dan hazard dalam implementasi asuhan keperawatan.
8.
Risiko dan hazard dalam evaluasi asuhan keperawatan.
RESUM 1. K3 dalam keperawatan : pentingnya, tujuan, manfaat, dan etika.
A. Pentingnya K3 dalam keperawatan K3 Adalah hal yang sangat penting bagi setiap orang yang bekerja dalam lingkungan perusahaan, terlebih yang bergerak di bidang produksi khususnya, dapat pentingnya memahami arti kesehatan dan keselamatan kerja dalam bekerja kesehariannya untuk kepentingannya sendiri atau memang diminta untuk menjaga hal-hal tersebut untuk meningkatkan kinerja dan mencegah potensi kerugian bagi perusahaan. Namun yang menjadi pertanyaan adalah seberapa penting perusahaan berkewajiban menjalankan prinsip K3 di lingkungan perusahaannya. Patut diketahui pula bahwa ide tentang K3 sudah ada sejak 20 (dua puluh) tahun lalu, namun sampai kini masih ada pekerja dan perusahaan yang belum memahami korelasi K3 dengan peningkatan kinerja perusahaan, bahkan tidak mengetahui aturannya tersebut. Sehingga seringkali mereka melihat peralatan K3 adalah sesuatu yang mahal dan seakan-akan mengganggu proses berkerjanya seorang pekerja. Untuk menjawab itu kita harus memahami filosofi pengaturan K3 yang telah ditetapkan pemerintah dalam undang-undang.
B. Tujuan Tujuan umum dari K3 adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. 1) Tujuan hyperkes dapat dirinci sebagai berikut (Rachman, 1990) : a. Agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan sehat dan selamat. b. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa ad anya hambatan. 2) Tujuan Pemerintah membuat aturan K3 dapat dilihat pada Pasal 3 Ayat 1 UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, yaitu: 1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran; 3. Memberi kesempatan atau jalan menyelematkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya; 4. Memberikan pertolongan pada kecelakaan; 5. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja; 6. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar-luaskan suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran; Dari tujuan pemerintah tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa dibuatnya aturan penyelenggaraan K3 pada hakekatnya adalah pembuatan syarat-syarat keselamatan kerja sehingga potensi bahaya kecelakaan kerja tersebut dapat diminimalisir. C. Manfaat Manfaat K3 ini tidak hanya berdampak pada Rumah sakit saja , tapi Perawat Rumah Sakit dan Pasien serta Pengunjung 1. Manfaat bagi Rumah Sakit a. Meningkatkan mutu pelayanan b. Mempertahankan kelangsungan operasional Rumah Sakit c. Meningkatkan citra Rumah Sakit 2. Manfaat bagi Perawat RS a. Melindungi Perawat dari Penyakit Akibat Kerja (PAK) b. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) 3. Manfaat bagi Pasien dan Pengunjung a. Mutu layanan yang baik b. Kepuasan pasien dan pengunjung
D. Etika Kode Etik Profesi Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Etika Ahli Kesehatan Kerja merupakan seperangkat perilaku anggota profesi Ahli Kesehatan Kerja dalam hubungannya dengan klien/ pasien, teman sejawat dan masyarakat pekerja serta merupakan bagian dari keseluruhan proses kesehatan kerja ditinjau dari segi norma dan nilai moral. Masalah-masalah kecelakaan, penyakit akibat kerja, keluhan-keluhan tenaga kerja, kehilangan waktu bekerja, banyaknya angka absens
menurunnya
angka
produktifitas
tenaga
kerja,
dan
sebagainya,
memerlukan perhatian penuh pihak profesi Ahli Kesehatan Kerja, hukum, agama dan masyarakat luas. Etika yang berlaku dimasyarakat modern saat ini adalah Etika Terapan (applied ethics) yang biasanya menyangkut suatu profesi, dimana didalamnya membicarakan tentang pertanyaan-pertanyaan etis dari suatu individu yang terlibat. Sehingga pada masing-masing profesi telah dibentuk suatu tatanan yang dinamakan Kode Etik Profesi. Perilaku ini memang agak sulit menanganinya, kecuali kesadaran sendiri masing-masing Tenaga Kesehatan dalam menerapkan, mengaplikasikan,menghayati, memahami, kode etik profesinya. Karena, etika profesi lebih bersifat moral, maka kesalahan yang terjadi apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan kerja, sanksi yang diberikan bersifat moral dan yang paling dirugikan adalah para kliennya (tenaga kerja), sehingga untuk menangani pelanggaran yang dilakukan oleh para pelaku pelayanan agar tidak terlalu merugikan pengguna pelayanan, dibentuklah suatu Majelis Kode Etik Profesi yang berlandaskan pada Etika dan Hukum yang berlaku
Fungsi Kode Etik Profesi K3 Etika tenaga kesehatan kerja yang di dalamnya diikuti adanya kesadaran akan pilihan dari pihak manajemen, pihak tenaga kerja, dan dari masyarakat sekitar perusahaan.
Peranan Ahli Kesehatan Kerja pada Etika Kesehatan dan Keselamatan Kerja bisa dikatakan sangat bermakna, mengingat tugas fungsional tenaga kesehatan dalam K3 begitu luas. Bisa dikatakan bahwa fokus utama etika profesi kesehatan kerja adalah semua tindakan yang dilakukan tenaga kesehatan kerja yang lebih mengutamakan pihak yang lebih menderita dalam hal ini adalah (tenaga kerja) dengan penekanan pada pencegahan terjadinya penyakit dan cedera.
2. Ruang lingkup K3 dalam keperawatan.
A. Ruang lingkup hyperkes (Rachman, 1990) a. Kesehatan dan Keselamatan kerja diterapkan disemua tempat kerja yang didalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang dikerjakan. b. Aspek perlindugan dalam hyperkes meliputi : 1. Tenaga kerja dan semua jenis dan jenjang keahlian 2. Peralatan dan bahan yang dipergunakan 3. Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial. B. Menurut WHO 1. Penyelengaraan pelayanan kesehatan kerja 2. Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja 3. Pelaksanaan P3K (petugas, kotak P3K dan isi kotak P3K) 4. Pelaksanaan gizi kerja 5. Pelaksanaan pemeriksaan syarat-syarat ergonomi
6. pelaksanaan pelaporan (pelayanan kesehatan kerja, pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dan penyakit akibat kerja ) B. Ruang Lingkup Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Maka Rumah Sakit (RS) juga termasuk dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS. Segala hal yang menyangkut penyelenggaraan K3 di rumah sakit diatur di dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 432 tentang Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit termasuk pengertian dan ruang lingkup kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit.
3. Kebijakan K3 yang berkaitan dengan keperawatan.
1.
Peningkatan koordinasi berdasarkan kemitraan yang saling mendukung.
2.
Pemberdayaan tenaga kerja terutama tenaga kerja keperawatan agar
mampu menerapkan dan meningkatkan budaya keselamatan dan kesehatan kerja. 3.
Pemerintah berperan sebagai fasilitator dan regulator.
4.
Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen perusahaan. 5.
Pemahaman dan penerapan norma keselamatan dan kesehatan kerja yang
berkelanjutan.
4. Konsep dasar K3 : sehat, kesehatan kerja, risiko dan hazard dalam pemberian asuhan keperawatan (somatik, perilaku, lingkungan, ergonomik, pengorganisasian pekerjaan, budaya kerja).
Kesehatan Kerja Kesehatan kerja mengacu pada komisi gabungan ILO/ WHO dalam kesehatan kerja pada tahun 1950 yang disempurnakan pada sesi-12 tahun 1995. Kesehatan kerja adalah upaya mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan fisik, mental, dan kesejahteraan sosial semua pekerja yang setinggi-tingginya.
Hazard Hazard atau bahaya merupakan sumber potensi kerusakan atau situasi yang berpotensi untuk menimbulkan kerugian.Sesuatu disebut sebagai sumber bahaya hanya jika memiliki risiko menimbulkan hasil yang negatif (Cross, 1998).
Pengertian risiko menurut AS/NZS 4360:2004 adalah sebagai peluang munculnya suatu kejadian yang dapat menimbulkan efek terhadap suatu objek.Risiko
diukur
berdasarkan
nilai likelihood (kemungkinan
munculnya
sebuahperistiwa) dan Consecuence (dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa tersebut).Risiko yang dinilai secara kualitatif, semi-kuantitatif atau kuantitatif. Formula umum yang digunakan untuk melakukan perhitungan nilai risiko dalam AS/NZS 4360:2004 adalah :
Dalam buku Risk Assesment and Manajement Handbook: For Environmental, Health and Safety Profesional, risik dibagi menjadi 5 (lima) macam, antara lain : 1. Risiko Keselamatan ( safety Risk) Risiko ini secara umum memiliki cirri-ciri antara lain probabilitas rendah
(low
probability), tingkat
exposure), tingkat
konsekuensi
pemaparan kecelakaan
yang
tinggi (high-level
yang
tinggi
((high-
consequenceaccident), bersifat akut, dan menimbulkan efek secara langsung.
Tindakan pengendalian yang harus dilakukan dalam respon tanggap darurat adalah dengan mengetahui penyebabnya secara jelas dan lebih focus pada keselamatan manusia dan pencegahan timbulnya kerugian terutama pada area tempat kerja.
2. Risiko Kesehatan (Health Risk) Risiko ini memiliki cirri-ciri antara lain memiliki probabilitas yang tinggi ( High probability), tingkat pemajanan yang rendah (low level exposure), konsekuensi yang rendah (low-consequence), memiliki masa laten yang panjang (long-latency), delayed effect (efek tidak langsung terlihat) dan bersifat kronik. Hubungan sebab akibatnya tidak mudah ditentukan. Risiko ini focus pada kesehatan manusia terutama yang berada di luar tempat kerja atau fasilitas.
3.
Risiko Lingkungan dan Ekologi ( Environmental and Ecological Risk) Risiko ini memiliki ciri-ciri antara lain melibatkan interaksi yang beragam antara populasi dan komunitas ekosistem pada tingkat mikro maupun makro, ada ketidakpastian yang tinggi antara sebab dan akibat, risiko ini focus pada habitat dan dampak ekosistem yang mungkin bisa bermanifestasi jauh dari sumber risiko.
4.
Risiko Kesejahteraan Masayarakat ( public Welfare/Goodwill Risk) Ciri dari risiko ini lebih berkaitan dengan persepsi kelompok atau umum
tentang performancesebuah
organisasi
atau
produk,
nilai property, estetika dan penggunaan sumber daya yang terbatas.Fokusnya pada nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat dan persepsinya.
5. Risiko Keuangan (Financial Risk) Ciri-ciri dari risiko ini antara lain memiliki risiko yang jangka panjang dan jangka pendek dari kerugian property, yang terkait dengan perhitungan
asuransi, pengembalian investasi. Fokusnya diarahkan pada kemudahan pengoperasian dan aspek financial. Risiko ini pada umumnya menjadi pertimbangan utama, khususnya bagi stakeholder seperti para pemilik perusahaan/pemegang saham dalam setiap pengambilan keputusan dan kebijakan organisasi, dimana setiap pertimbangan akan selalu berkaitan dengan financial dan mengacu pada tingkat efektifitas dan efisiensi.
5. Risiko dan hazard dalam pengkajian asuhan keperawatan.
Seluruh kegiatan yang dilakukan baik yang dilakukan baik perseorangan ataupun organisasi atau bahkan perusahaan juga mengandung resiko. Semakin besar resiko yang dihadapi pada umumnya dapat diperhitungkan bahwa pengembalian yang diterima juga akan lebih besar. Pola pengambilan resiko menunjukkan sikap yang berbeda terhadap pengambilan resiko. Resiko melekat daritindakan pelayanan kesehatan dalam hal ini pada saat melakukan pengkajian asuhan keperawatan adalah bahwa dalam kegiatan ini yang diukur adalah upaya yang dilakukan. Pada proses pengkajian data, hal-hal yang dapat terjadi seperti:
a. Kurangnya informasi atau data yang diberikan keluarga pasien/ pasien tersebut (menyembunyikan sesuatu hal) sehingga dalam proses pengkajian kurang lengkap. Akibatnya perawat/dokter akan salah dalam memberikan perawatan sehinggan berbahaya terhadap pasien. b. Tertularnya penyakit saat melakukan pengkajian dalam hal ini seperti kontak fisik maupun udara. Pada saat perawat melakukan perawatan/pengkajian pasien maka perawat mempunyai resiko tertular penyakit dari pasien. c. Mendapatkan cacian atau pelecehan verbal saat melakukan pengkajian ataupun pada proses wawancara. Dalam hal ini seperti halnya ketika perawat menanyakan
data/informasi
pasien
namun,
keluarga/pasien
menyembunyikannya namun demi keselamatan pasieen, perawat tetap
menanyakannya sehingga pasien/keluarga
pasien kurang menyukainya
sehingga perawat mendapatkan cacian/perlakuan tidak baik. d. Mendapatkan kekerasan fisik dari pasien ataupun dari keluarga pasien pada saat melakukan pengkajian/pemeriksaan. Misalnya, Pasien/keluarga yang tidak menyukai proses perawatan/pengkajian dapat melakukan kekerasan fisik terhadap perawatnya.
6. Risiko dan hazard dalam perencanaan asuhan keperawatan.
kesalahan saat merencanakan pengkajian. Misalnya jika perawat salah dalam mengkaji, maka perawat akan salah dalam memberikan proses perawatan/pengobatan yang pada akhirnya akan mengakibatnya kesehatan pasien malah semakin terganggu. Hal lainnya yang dapat terjadi yaitu jika perawat salah dalam merencanakan tindakan keperawatan maka perawatnya juga akan mendapatkan bahaya seperti misalnya tertularnya penyakit dari pasien karena kurangnya perlindungan diri terhadap perawatnya. Contoh kasus resiko dan hazard saat melakukan perawatan: Pada tanggal 27 maret 2016, di rumah sakit di Singapora terjadi kasus nyata kekerasan fisik dan verbal pada saatperawat melakukan pengkajian. Perawat tersebut pada saat melakukan pengkajian kepada pasien, mendapatkan kekerasan fisik sekaligus verbal dari pasien yang dikaji.. Dalam proses pengkajian sendriri, terdapat beberapa hal hang harus diperhatikan oleh perawat mulai dari pemahaman akan pengertian pengkajian, tahap-tahap dalam melakukan pengkajian, hingga metode yang digunakan dalam melakukan pengkajian. Dalam melakukan pengkajian terhadap pasien, perawat harus tau akan adanya hazard/resiko yang mungkin mereka akan dapatkan. Upaya yang dapat dilakukan oleh perawat untuk meminimalisirkan resiko/hazard yang akan terjad, seperti : a. Menggunakan Alat Pelindung Diri ( APD) dengan benar
b. SOP memasang APD, jangan ada sedikitpun bagian tubuh yang tidak tertutup dengan APD c. Petugas diharapkan untuk tidak menyentuh bagian tubuh yang tidak tertutup APD d. Cuci tangan sebelum melakukan dan setelak melakukan tindakan e. Bersihkan kaki/tangan setelah melakukan tindakan f.
Hindari memegang benda yang mungkin terkontaminasi.
7. Risiko dan hazard dalam implementasi asuhan keperawatan.
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997). Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan, mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. 1. Tahap – tahap implementasi : a. Persiapan b. Intervensi c. Evaluasi 2. Metode implementasi keperawatan a. Membantu dalam aktivitas sehari – hari b. Konseling c. Penyuluhan d. Memberikan asuhan keperawatan langsung e. Kompensasi untuk reaksi yang merugikan f.Teknik tepat dalam memberikan perawatan dan menyiapkan klien untuk prosedur g. Mencapai tujuan perawatan h. Mengawasi dan mengevaluasi kerja dari staf lain 3. Pedoman implementasi asuhan keperawatan a. Mempertahankan keamanan klien Tindakan yang membahayakan tidak hanya dianggap sebagai pelanggaran etika standar keperawatan professional, tetapi juga merupakan suatu tindakan pelanggaran hukum yang dapat dituntut. b. Memberikan asuhan yang efektif c. Memeberikan asuhan yang efisien
8. Risiko dan hazard dalam evaluasi asuhan keperawatan.
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan, dan implementasinya sudah berhasil dicapai. Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat
dilihat
dengan
jalan
membandingkan
antara
proses
dengan
pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut : 1. Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah disusun. 2. Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan yang telah di rumuskan dalam rencana evaluasi. 3. Hasil evaluasi Terdapat tiga kemungkinan hasil evaluasi : a. Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/ kemajuan sesuai dengan criteria yang telah di tetapkan. b. Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya. c. Tujuan tidak tercapai,apabila pasien tidak menunjukan perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru.dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan. Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses
keperawatan
dari
pengkajian
sampai
dengan
evaluasi
kepada
pasien,seluruh tindakannya harus di dokumentasikan dengan benar dalam dokumentasi keperawatan.