Pertemuan ke- : Ke- 8 (Delapan)
Hari & tanggal : Senin, 27 November 2017
Pemateri : Ari Susanti, S.KM.,M.Kes.
Judul materi : 1. Penyakit akibat kerja pada perawat : penyakit
menular
dan tidak menular.
2. Penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja pada
Perawat
3. Upaya pencegahan penyakit akibat kerja pada perawat
1. Penyakit akibat kerja pada perawat : penyakit menular dan tidak menular.
Kecelakaan kerja menurut standar (Australian AS 1885,1990) adalah suatu
proses atau keadaan yang mengakibatkan kejadian cidera atau penyakit akibat
kerja. Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Penyebab
penyakit akibat kerja :
1. Golongan fisik: bising, radiasi, suhu ekstrim, tekanan udara, vibrasi,
penerangan
2. Golongan kimiawi: semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas,
larutan, kabut
3. Golongan biologik: bakteri, virus, jamur, dll
4. Golongan fisiologik/ergonomik: desain tempat kerja, beban kerja.
5. Golongan psikososial: stres psikis, monotomi kerja, tuntutan pekerjan
Setiap hari perawat kontak langsung dengan pasien dalam waktu cukup lama
(6-8 jam/hari), sehingga selalu terpajan mikroorganisme patogen. Dapat
menjadi pembawa infeksi dari satu pasien ke pasien lain, atau ke perawat
lainnya. Harus sangat berhati-hati (bersama apoteker) bila menyiapkan dan
memberikan obat-obatan antineoplastik pada pasien kanker. Selalu mencuci
tangan setelah melayani pasien, melepas masker dan kap (topi perawat) bila
memasuki ruangan istirahat atau ruangan makan bersama. Abortus spontan,
lahir prematur dan lahir mati sering dialami perawat yang bertugas di ruang
rawat inap/ bangsal perawatan.
Bahaya diarea kerja tenaga perawat :
Bahaya utama adalah penyakit menular, cedera otot dan tulang, gangguan
tidur.
1. Penyakit menular
Tenaga perawat kemungkinan melakukan kontak yang berhubungan dengan
cairan darah berkuman, cairan tubuh, busa, cairan mulut, cairan urine,
kotoran manusia, muntahan dan lain-lain sehingga mendapat penularan.
Media penularan yang sering terjadi adalah sebagai berikut :
2. Sakit otot dan tulang
Tindakan memindahkan pasien, membalikkan dan meneput-nepuk punggung
pasien, latihan penyembuhan, dikarenakan sering mengeluarkan tenaga
berlebihan, gerakan yang tidak benar atau berulang-ulang, mudah
menyebabkan cedera di bagian otot dan tulang, apabila tenaga perawat
berusia agak tua, maka akan menambah resiko dan tingkat keseriusan cedera
di otot dan tulang.
3. Gangguan tidur
Tenaga perawat perlu waktu sepanjang malam atau waktu yang tidak tentu
untuk menjaga pasien, sehingga mudah mengalami kondisi tidur pendek,
tidur kurang lelap, kesulitan tidur.
2. Penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja pada perawat
Dalam pekerjaan sehari-hari petugas kesehatan selalu dihadapkan pada
bahaya-bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik,
peralatan listrik maupun peralatan kesehatan. Secara garis besar bahaya
yang dihadapi dalam rumah sakit atau instansi kesehatan dapat digolongkan
dalam :
1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau
meledak (obat– obatan).
2. Bahan beracun, korosif dan kaustik .
3. Bahaya radiasi .
4. Luka bakar .
5. Syok akibat aliran listrik .
6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam .
7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.
Pada umumnya bahaya tersebut dapat dihindari dengan usaha-usaha
pengamanan, antara lain dengan penjelasan, peraturan serta penerapan
disiplin kerja. Pada kesempatan ini akan dikemukakan manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit / instansi kesehatan.
Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 2008 menunjukkan
bahwa terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di
industri lain.
Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit
pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit infeksi dan lain-
lain. Sejumlah kasus dilaporkan mendapatkan kompensasi pada pekerja RS,
yaitu sprains, strains : 52%, contussion, crushing, bruising : 11%; cuts,
laceration, punctures: 10.8%; fractures: 5.6%; multiple injuries: 2.1%;
thermal burns: 2%; scratches, abrasions: 1.9%; infections: 1.3%;
dermatitis: 1.2%; dan lain-lain: 12.4% (US Department of Laboratorium,
Bureau of Laboratorium Statistics, 1983).
Laporan lainnya yakni di Israel, angka prevalensi cedera punggung
tertinggi pada perawat (16.8%) dibandingkan pekerja sektor industri lain.
Di Australia, diantara 813 perawat, 87% pernah low back pain, prevalensi
42% dan di AS, insiden cedera musculoskeletal 4.62/100 perawat per tahun.
Cedera punggung menghabiskan biaya kompensasi terbesar, yaitu lebih dari
1 milliar $ per tahun.
Khusus di Indonesia, data penelitian sehubungan dengan bahaya-bahaya
di RS belum tergambar dengan jelas, namun diyakini bahwa banyak keluhan-
keluhan dari para petugas di RS, sehubungan dengan bahaya-bahaya yang ada
di RS. Selain itu, tercatat bahwa terdapat beberapa kasus penyakit kronis
yang diderita petugas RS, yakni hipertensi, varises, anemia (kebanyakan
wanita), penyakit ginjal dan saluran kemih (69% wanita), dermatitis dan
urtikaria (57% wanita) serta nyeri tulang belakang dan pergeseran diskus
intervertebrae.
Ditambahkan juga bahwa terdapat beberapa kasus penyakit akut yang
diderita petugas RS lebih besar 1.5 kali dari petugas atau pekerja lain,
yaitu penyakit infeksi dan parasit, saluran pernafasan, saluran cerna dan
keluhan lain, seperti sakit telinga, sakit kepala, gangguan saluran
kemih, masalah kelahiran anak, gangguan pada saat kehamilan, penyakit
kulit dan sistem otot dan tulang rangka. Dari berbagai potensi bahaya
tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan, meminimalisasi dan bila
mungkin meniadakannya, oleh karena itu K3 di rumah sakit perlu dikelola
dengan baik. Agar penyelenggaraan K3 di rumah sakit lebih efektif,
efisien dan terpadu, diperlukan sebuah pedoman manajemen K3 di rumah
sakit, baik bagi pengelola maupun karyawan di rumah sakit.
3. Upaya pencegahan penyakit akibat kerja pada perawat
Perilaku hidup sehat dan kebiasaan makan yang baik serta melakukan
olahraga secara teratur, adalah resep tiada duanya bagi tubuh yang sehat,
berikut ini adalah saran pencegahan penularan penyakit menular, cedera
otot dan tulang, gangguan tidur.
1. Penularan penyakit menular
a. Rajin mencuci tangan
Dilakukan sebelum makan, setelah berkontak dengan pasien atau
melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan cairan kotoran, cairan
tubuh pasien, sebelum memakai sarung tangan, dan setelah melepas
sarung tangan. Cara mencuci tangan adalah dengan menggunakan air
mengalir dan sabun atau cairan pembersih kuman, cuci kedua tangan
setidaknya dalam waktu 15-20 detik.
b. Memakai sarung tangan
Pada waktu ada kemungkinan berkontak dengan cairan darah, cairan
tubuh, barang cairan dan kotoran, harus mengenakan sarung tangan
anti air yang terbuat dari bahan karet, ethylene resin, atau
asafetida dan sejenisnya. Pada waktu melepas sarung tangan, harus
melalui pergelangan yang ditarik keluar, kemudian sarung tangan
dibalikkan keseluruhan, kemudian dibuang, dan segera mencuci
tangan. Perhatian: pemakaian sarung tangan tidak dapat menggantikan
pentingnya mencuci tangan.
c. Menenakan masker mulut, masker mata atau masker rmulut
Pada saat menghadapi kemungkinan adanya cairan tubuh yang
beterbangan, seperti : pasien yang batuk atau bersin, harus
mengenakan masker mulut atau masker muka dan lain-lain sebagai alat
pelindung. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai masker mulut :
1) Masker mulut berbentuk datar walaupun memiliki hasil
perlindungan, tetapi karena
kurang melengkung dan tidak menempel rapat di wajah, hasilnya
tidak sebanding dengan masker mulut berbentuk gelas.
2) Masker mulut sebaiknya digunakan sekali pakai saja,apabila perlu
dipakai berulangkali, harus diperhatikan penyimpanan di tempat
yang bersih dan berudara lancar. Tetapi untuk kondisi berikut
ini pemakaian tidak boleh dilanjutkan : ada kecurigaan
pencemaran, berlubang, berubah bentuk, kotor, berbau, hambatan
untuk bernafas bertambah dan lain-lain.
3) Pada saat melepas masker mulut harus menghindari tercemarnya
masker mulut,juga menghindari terkena pencemaran dari masker
mulut. Sebelum dan sesudah melepas masker mulut, harus mencuci
tangan secara bersih.
4) Pada saat membuang masker mulut yang tercemar, harus menghindari
tersebarnya kuman, dengan cara melipat masker ke arah dalam,
diletakkan ke dalam kantong plastik yang ditutup rapat
d. Memakai seragam kerja
Selama waktu kerja harus mengenakan seragam kerja serta rajin
diganti dan dicuci. Selesai kerja, meninggalkan kamar pasien untuk
istirahat, atau ke ruang makan untuk makan. Seragam kerja dan
pakaian lainnya harus dicuci secara terpisah.
2. Pencegahan cedera otot dan tulang
a. Pada saat memindahkan barang, tubuh sebisa mungkin dekat dengan
barang tersebut dan hindari gerakan membungkuk atau posisi
membungkuk ke arah depan, sebaiknya berlutut atau kedua kaki
direndahkan sehingga pusat beban berkurang untuk menghindari cedera
di bagian pinggang. Pada saat memindahkan barang jangan hanya
memutarkan pinggang, harus dengan satu kaki sebagai tumpuan, kaki
yang lain bergerak dan memutarkan seluruh badan untuk menghindari
cedera di lutut dan pinggang.
b. Pada saat merawat pasien apabila ada gerakan condong ke depan
sebelum membungkuk, harus dengan satu tangan sebagai tumpuan badan
untuk menghindari pinggang mendapat beban terlalu besar. Apabila
perlu memindahkan pasien, harus dengan kedua kaki merendah sehingga
pusat beban terkurang untuk menghindari terjadinya cedera di bagian
pinggang.
c. Jagalah posisi duduk yang benar, bagian punggung sebaiknya menempel
di punggung kursi, untuk menghindari tulang pinggang melengkung,
dapat diganjal dengan barang tumpuan kecil atau bantal kecil, untuk
mengurangi beban di tulang pinggang.
3. Saran untuk istirahat tidur
a. Pergunakan waktu istirahat siang, atau istirahat singkat untuk
mensuplai waktu tidur.
b. Sebelum tidur lakukan gerakan peregangan, untuk membantu cepat
tidur. Tetapi sebelum tidur tidak boleh melakukan olah raga berat.
c. Kegiatan sebelum tidur hendaknya diusahakan penuh kehangatan jangan
membuat emosi terlalu tinggi.
d. Dalam hal makanan hendaknya normal, teratur, seimbang sebagai
patokan, sebelum tidur hindari konsumsi makanan berlebihan, minum
kopi, teh, nikotin dan makanan merangsang lainnya. Apabila lembur
malam, makan malam boleh ditambah, tetapi sebelum selesai kerja
harus menghindari produk penambah energi dan sebelum tidur jangan
makan terlalu kenyang atau mengkonsumsi makanan berlemak tinggi.
4. Hal lain yang perlu diperhatikan
a. Merawat pasien dibatasi untuk satu kamar pasien saja, batasan ruang
gerak hanya di satu kamar pasien saja, tidak dibenarkan bergerak di
berbagai bagian rumah sakit.
b. Boleh mendapat suntikan vaksinasi untuk memperkecil kemungkinan
penularan, seperti vaksinasi untuk hepatitis B, TBC, flu dan lain-
lain.
c. Memahami perawatan pasien, atau kondisi penyakit menular pasien
satu ruangan, untuk mengambil langkah perlindungan diri sendiri
yang memadai dan setiap tahun melakukan pemeriksaan kesehatan
berkala.
d. Memelihara kebiasaan berolah raga teratur, mempergunakan waktu
luang perawatan untuk mengerakkan seluruh otot dan tulang tubuh.
e. Secara aktif mengikuti program pendidikan dan pelatihan yang
bersangkutan.