Tugas Mandiri Antropologi Dental
IDENTIFIKASI PENENTUAN RAS DENGAN METODE NON-METRIK
Disusun Oleh: Roselini Halim Candrika Nur Mega Dwi Vania Syahputri Novia Ambar Larasati Fitriatuz Zakia Mutiara Aryanita Hananah Oktalidial Putri Fuadiyah Mumaiyyiah Justitia Allisia Shafa Shafira
021611133011 021611133012 021611133013 021611133014 021611133015 021611133016 021611133017 021611133018 021611133019 021611133020
ANTROPOLOGI DENTAL DEPARTEMEN ODONTOLOGI FORENSIK FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNAIR SEMESTER GENAP-2016/2017
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1 : PENDAHULUAN
1
1.1. Latar Belakang
1
1.2. Tujuan
1
1.3. Manfaat
2
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1. Metode Non Metris
3
2.2. Carabelli
4
2.3. Hypocone
5
2.4. Metacone
6
2.5. Metaconule
6
2.6. Parastyle
8
BAB 4 : PEMBAHASAN
9
BAB 5 : PENUTUP
11
5.1. Kesimpulan
11
5.2. Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
12
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antropologi adalah suatu ilmu yang mempelajari sifat fisik, asal, kebiasaan, sosial, dan budaya manusia. Bidang antropologi ada juga yang mempelajari geligi manusia yang disebut sebagai antropologi dental. Dengan mempelajari antropologi dental, seseorang dapat mempelajari evolusi manusia, termasuk penggolongan ras. Dalam studi ini, geligi manusia diteliti melalui bentuk morfologisnya, di mana seringkali modifikasi pada gigi berkaitan erat dengan budaya. Faktor budaya berkaitan dengan gigi misalnya bagaimana cara mereka merawat dan menjaga kebersihan gigi, apa yang mereka konsumsi, dan bagaimana mereka menghadapi penyakit gigi. Kebiasaan tertentu dalam menggunakan gigi seringkali menyebabkan bekas-bekas yang khas pada gigi. Banyak studi yang mencoba merunut sejarah persebaraan populasi di daerah tertentu dengan membandingkan morfologi giginya. Dengan mengetahui sejarah persebaran populasi, kita dapat mengetahui seberapa dekat afinitas antara kelompok populasi dengan yang lain. Dengan begitu kita dapat mengetahui asal muasal dan ras melulai identifikasi gigi geligi. Identifikasi gigi deligi terdiri dari metris dan non-metris. Dalam makalah ini, kami akan membahas mengenai identifikasi gigi geligi dengan metode non-metris sebagai dasar dalam penentuan ras. Metode ini digunakan dalam identifikasi gigi dengan memperhatikan ciri-ciri bentuk morfologis dari gigi yang biasanya hanya dimiliki oleh ras tertentu. 1.2 Tujuan 1. Mengetahui metode non-metris lebih mendalam 2. Mengetahui macam-macam bentuk gigi yang khas dimiliki oleh ras tertentu
1.3 Manfaat 1. Mengetahui hubungan gigi dalam penentuan ras 2. Dapat melakukan penentuan ras melalui identifikasi gigi geligi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Metode Non Metris Metode penentuan ras terbagi menjadi dua yaitu secara metrik dan non metrik. Dari kedua metode tersebut, metode non metrik merupakan cara yang paling banyak dilakukan karena mudah dan cepat. Penentuan ras menggunakan metode non metrik disebut juga osteoskopi, metode ini didasarkan atas pengamatan dan deskripsi. Indentifikasi ras manusia dengan metode non metrik dapat dilihat melalui profil wajah, profil dagu,, tulang tengkorak, dan salah satu yang terpenting melalui gigi geligi. Dalam gigi geligi yang diperhatikan yaitu oklusi gigi geligi, lengkung gigi, jarak tonjol pada gigi premolar, ada ataupun tidaknya tonjol carabelli pada molar permanen pertama dan bentuk shovel gigi insisivus pertama dan rahang atas, dan lain karakteristik lainnya. () Maka aspek dalam metode non metrik salah satunya adalah variasi non metrik pada geligi manusia. Variasi non metrik geligi manusia dipelajari di dalam bidang antropologi. Variasi non metrik berkarakteristik cukup kompleks dan asesmennya menurut adanya standart yang seragam. Karakteristik non metrik dapat diidentifikasi ada atau tidak ada, derajat perkembangannya, atau bentuknya. Variasi morfologi ini diduga berkaitan dengan variasi biologis manusia dari sisi non-dental, sehingga ada kaitannya dengan jenis-jenis ras manusia (Artaria, 2012). Pada contoh ini, tonjol carabelli menjadi karakteristik pada gigi molar ras Kaukasoid, sedangkan benuk shovel merupakan karakteristik pada ggi insisivus ras Mongoloid. Kedua karakteristik ini dapat digunakan sebagai pembeda ras Kaukasoid dan Mongoloid.
2.2 Carabelli Carabelli trait ditemukan oleh Georg von Carabelli pada tahun 1842. Dia adalah seorang dokter gigi yang dipekerjakan oleh Kaisar Franz di Austria.
4
5
Carabelli trait adalah accessory cusp yang letaknya pada bagian mesiolingual molar atas. Frekuensi kemunculan dari tonjol carabelli telah dilaporkan di banyak tulisan. Karakteristik ini banyak ditemukan pada bangsa Eropa. Pada laporan lain melaporkan tonjol ini ditemukan jarang pada suku Indian, aborigin, Australia, Bangsa China, Eskimo dan negroid. (Tedeschi, C.G.,et al, 1988). Jenis karakteristik gigi yang mula-mula ditemukan adalah Carabelli 6 cusp atau kadang disebut dengan Carabelli trait. Cusp ini banyak dijumpai pada orang Eropa. (Artaria,2008). Etiologi dari tonjol Carabelli tetap tidak diketahui. Genetik dan faktor eksogen telah diajukan. Kebanyakan penelitian setuju bahwa penampilan fenotipik tonjol ditentukan secara genetik. Alvesalo et all (1975) meneliti 233 pasien penduduk pedesaan di Finlandia untuk kehadiran toonjol carabelli. 79% dari mereka memiliki tonjol di molar pertama. Terjadinya struktur bilateral dengan berbagai derajat asimetri. Mereka mengklasifikasikan struktur carabelli sebagai berikut: 1. Permukaannya halus. 2. satu groove atau parit. 3. double groove atau alur berbentuk Y. 4. Sedikit tonjol kecil atau titik puncak. 5. Puncak tonjol yang besar Stuktur dari carabelli adalah berbentuk tuberkulum atau tonjolan kecil, atau groove, sering terdapat di permukaan palatal dari tonjol mesiopalatal dari molar permanen rahang atas dan molar decidui kedua rahang atas.(Biggerstaff R.H, 1973) termasuk mencakup berbagai jenis variasi, mulai dari sama sekali tidak ada pit, groove, tuberkulum, cusp (tonjol). Notasi ini memberikan dasar bagi upaya awal untuk mendapatkan skala deskriptif. Suatu tinjauan pustaka mengenai fitur ini menunjukkan perubahan dalam etnis dan dalam beberapa kasus Dimorfisme seksual. Dietz (1944) menemukan bahwa tuberkulum carabeli atau tonjol carabelli memiliki berbagai macam ekspresi, dia menjelaskan 4 jenis kategori: lobular, cuspoid, ridges dan pitted. Oleh karena 7 variasi dari penampakan dari tonjol carabelli, termasuk indentasi permukaan (ridges atau pit), dirasakan bahwa istilah Carabelli’s Anomaly (tuberkulum anomaly carabelli= TAC) lebih banyak
diterapkan berdasarkan pada fakta. Anomali ini paling sering terdeteksi secara simetris di kedua sisi rahang atas (Alvesalo et al., 1975). Karakteristik ini seringkali ditemukan pada sudut mesiolingual M1 permanen atau M2 gigi sulung, dan kadang-kadang dijumpai pada M2 permanen. Pada penelitian yang mengkorelasikan antara Carabelli cusp dengan ukuran mahkota gigi, ternyata terdapat korelasi yang positif antara besarnya Carabelli cusp dengan ukuran mahkota gigi. Ada indikasi dimorfisme sexual pada ukuran Carabelli cusp, di mana laki-laki cenderung mempunyai cusp yang lebih besar, meskipun tidak semua penelitian menghasilkan kesimpulan yang sama (Harris,E.F., 2007). Pada penelitian Hsu et al., ditemukan juga bahwa terdapat korelasi yang positif antara kemunculan Carabelli cusp dan Shovel shape pada populasi di Cina di Taiwan dan Bunun (penduduk asli di Taiwan), khususnya pada populasi yang pertama. 2.3 Hypocone Hypocone merupakan cusp ke empat pada gigi molar atas, atau tepatnya hypocone merupakan disto lingual cusp. Dibandingkan dengan cusp lainnya, hypocne tersedia pada gigi seseorang dalam berbagai ukuran. Mulai dari tidak terdapat hypocone hingga cusp hypocone dalam ukuran besar. Hypocone berkembang paling akhir dalam hal ontogeny dan phylogeny serta dia merupakan diferensiasi dari cingulum bagian lingual. Sepanjang perjalanannya, hypocone menurun dalam jumlah dan frekuensi. Urutan pengurangannya adalah mulai dari berkurangnya hypocone, paracone, protocone, hingga metacone. Urutan ukuran cusp pada orang Asia lebih banyak ditemukan pada hypocone dibandingkan dengan cusp-cusp lainnya, sedangkan pada orang Amerika cusp hypocone paling jarang ditemui. (Sharma et al, 2013)
2.4 Metacone Metacone (cusp 3) adalah cusp pada gigi molar atas pada hominid. Hal ini ditemukan di daerah distal bukal gigi. Puncak di antara cusp adalah bentuk
5
adaptasi untuk mengiris makanan selama oklusi atau pengunyahan (mastikasi). Pada molar atas mempunyai ukuran yang bervariasi. Turner 2 memberikan skor mulai 0 sampai 5 berdasarkan besarnya yang bersifat relatif terhadap cusp yang lain (Indriati, 2004)
Gambar 1. Metacone (Cusp 3) molar atas Indriati, E. 2004. Antropologi Forensik. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.
2.5 Metaconule Metaconule adalah cusp asesoris atau cusp ke-lima pada margin distal ridge molar rahang atas diantara hypocone dan metacone. Metaconule biasa ditemukan pada ras Melanesia (Harris dan Howard, 1980).
6
Gambar 2 Peta Persebaran Ras Melanesia Sumber: http://chandrajoker73.blogspot.co.id/2015/06/oseania-sebaran-tinggalan arkeologis_9.html
Metaconule lebih sering ditemukan pada molar 1 atas, meskipun dapat pula dijumpai pada molar 2 dan 3, sehingga scoring metaconule di dasarkan pada pengukuran molar 1. Berikut scoring dari metaconule. Grade 0 : molar 4 cusp yang tidak terlihat metaconulenya. Sital marginal ridges metacone dan hypocone membentuk margin gigi occlusal distal. Grade 1 : tingkat paling minimal untuk mengidentifikasi adanya metaconule yang sangat kecil. Outlinenya biasanya lebih berbentuk corong daripada segitiga. Grade 2 : cusp sedikit lebih besar dari grade 1, outline sedikit lebih segitiga dengan sisi terpendek dibanding grade selanjutnya. Grade 3 : oklusal lebih tinggi namun tidak setinggi cusp utama. Outline berbentuk segitiga sama sisi. Cusp metaconule berukuran sedang. Grade 4 : cusp lebih besar dari grade 3 dan mulai proporsional dengan cusp utama. Grade 5 : kadang-kadang ditemukan sebesar hypocone sehingga terlihat sangat besar (Harris dan Howard, 1980).
7
Gambar 3 Gambaran Scoring Metaconule pada Molar I Atas Sumber: Harris dan Howard, 1980
2.6 Parastyle
Parastyle terletak pada permukaan buccal paracone molar atas ke 3 atau ke 2, dan lebih jarang dijumpai pada molar 1. Parastyle terkadang disebut dengan premolar tubercule. Meskipun jarang dijumpai, bisa saja parastyle muncul pada bagian buccal metacone. (Harris, 2007)
Gambar 4. Parastyle pada molar atas Harris, E. F. Carabelli’s Trait And Tooth Size Of Human Maxillary First Molars. Am J Phys Anthropol. 2007 , Vol. 132(2).
BAB 3 PEMBAHASAN Dalam bidang antropologi terdapat dua metode untuk menentukan ras manusia, yaitu metrik dan non metrik. Metode non metrik paling banyak dilakukan karena lebih mudah dan cepat. Penentuan ras menggunakan metode non metrik disebut juga osteoskopi. Metode ini didasarkan atas deskripsi dan indentifikasi ras manusia. Metode non metrik dapat dilihat dari profil wajah, dagu, tulang tengkorak, dan yang terpenting melalui gigi geligi. Dalam gigi geligi, yang diperhatikan adalah oklusi gigi geligi, lengkung geligi, dan jarak tonjol pada gigi premolar. Terdapat berbagai jenis yang dapat digunakan sebagai identifikasi ras pada molar rahang atas, yang pertama adalah carabelli. Carabelli trait adalah accessory cusp yang letaknya pada bagian mesiolingual molar atas. Karakteristik ini banyak di temukan pada bangsa Eropa. Tonjolan ini ditemukan jarang pada suku Indian, aborigin, Australia, Bangsa China, Eskimo dan negroid. Kebanyakan peneliti setuju bahwa penampilan fenotipik tonjol ditentukan secara genetik. Anomali atau kelainan carabelli sering terdeteksi secara simetris pada kedua sisi rahang atas. Karakteristik ini seringkali ditemukan pada sudut mesiolingual molar 1 permanen atau molar 2 gigi sulung, dan kadang-kadang dijumpai pada molar 2 permanen. Pada penelitian Hsu et al., ditemukan juga bahwa terdapat korelasi yang positif antara kemunculan Carabelli cusp dan shovel shape pada populasi di Cina, Taiwan, dan Bunun (penduduk asli di Taiwan), khususnya pada populasi pertama. Hypocone merupakan cusp ke empat pada gigi molar atas, atau tepatnya hypocone merupakan disto lingual cusp. Urutan ukuran cusp pada orang Asia lebih banyak ditemukan pada hypocone dibandingkan dengan cusp-cusp lainnya, sedangkan pada orang Amerika cusp hypocone paling jarang ditemui. Pada ras afrika, hypocone juga sering ditemui. Metacone adalah cusp pada gigi molar atas pada hominid yang biasanya ditemukan pada distal bukal gigi. Puncak diantara cusp merupakan bentuk adaptasi
8
9
yang digunakan untuk mengiris makanan selama pengunyahan. Pada molar atas, memiliki grade 0-5 dalam variasi ukurannya. Metaconule terletak pada distal marginal ridge gigi molar atas. Biasanya terlihat pada molar pertama, kedua, maupun ketiga. Metaconule ketika dilakukan penelitian pada ras Melanesia, lenih banyak terlihat pada molar 1 dibanding pada molar kedua dan ketiga. Parastyle terkadang disebut dengan premolar tubercule. Parastyle terletak pada permukaan buccal paracone molar atas. Parastyle jarang ditemui pada molar 1, lebih sering terdapat pada molar ke 3 atau ke 2 rahang atas. Meskipun jarang dijumpai, bisa saja parastyle muncul pada bagian buccal metacone.
BAB 4 PENUTUP 4.1. Simpulan Penentuan ras dapat dilakukan melalui penelitian gigi geligi dengan metode non metris. Dalam metode ini, hal-hal yang perlu menjadi perhatian pada gigi antara lain: 1. Cusp carabelli pada molar 1 atas 2. Cusp hypocone pada cusp keempat molar atas 3. Cusp metacone pada molar atas 4. Cusp metaconule pada molar atas 5. Cusp parastyle pada molar 1, molar 2, dan molar 3 atas 4.2. Saran Penentuan ras yang dapat dilakukan melalui identifikasi gigi geligi, tentu sangat bisa dilakukan dokter gigi karena hal tersebut memang menjadi kompetensi tersendiri bagi seorang dokter gigi. Maka dari itu, seorang dokter gigi harus memahami secara sekasama mengenai identifikasi-identifikasi gigi agar dapat mengamalkan ilmunya melalui berbagai penelitian dan memajukan ilmu kesehatan yang sekarang sedang sangat berkembembang.
10
DAFTAR PUSTAKA Alvesalo N , Nuutila M , Portin P 1975 The cusps of Carabelli, occurrence in fi rst upper molars and evaluation of its heritability . Acta Odontologica Scandinavica 33 : 191 – 197 Artaria, M.D. 2008. Variasi Non-Metris pada Geligi Manusia .Departemen Antropologi, FISIP. Surabaya: Airlangga University Press. Biggerstaff R.H., Heritability of the Carabilli Cusp in Twins; J Dent Res. 1973;52(1):40-44. Dietz, V. 1944. A Common Dental Morphotropic Factor, The Carabelli Cusp. J. Am. Dent. Ass. 31: 784-789. Sit; Kraus, B.S. 1950.Carabelli’s Anomaly Of The Maxillary Molar Teeth, Observations On Mexicans And Papago Indians And An Interpretation Of The Inheritance. Department Of Anthropology, University Of Arizona, Tucson, Arizona. Harris, E. F. Carabelli's trait and tooth size of human maxillary first molars. Am J Phys Anthropol. 2007 , vol. 132(2):238-46. Harris, EF dan Howard LB. 1980. The Metaconule: A Morphologic and Familial Analysis of a Molar Cusp in Humans. American Journal of Physical Anthropology. 53:349-358. Hsu JW, et all. 1997. The effect of shovel trait on Carabelli's trait in Taiwan Chinese and aboriginal populations. J Forensic. Sci 1997;42(5):802-806 Indriati, E. 2004. Antropologi Forensik. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press. Sharma, P., Singh, T., Kumar, P., Chandra, PK., Sharma, R., (2013). Sex Determination Potential of Permanent Maxillary Molar Width and Cusp Diameters in North Indian Population. J Orthodont Sci. 2(2), pp.55-60. Tedeschi, C.G., Eckert, W.G., Tedeschi, L.G. 1988. Forensic Medicine. Philadelphia: W.B. Sauders Company.
11