Tugas Manajemen Konstruksi Lanjutan
Analisis Jaringan Kerja menggunakan Precedence Diagram Method (PDM) dan
Program Evaluation and Review Technique (PERT).
Disusun Oleh:
Anggri Summa Nugraha (325100030)
Shopyan Sauri (325110003)
Universitas Tarumanagara
Jurusan Teknik Sipil
Jakarta
2016
Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kini proyek konstruksi berkembang semakin besar dan rumit dari segi
fisik maupun biaya. Namun keterbatasan pada pelaksanaan suatu proyek
konstruksi sendiri tidak akan terlepas dari berbagai sumber daya yang
diperlukan seperti tenaga kerja, material, alat, anggaran hingga waktu .
Dalam hal ini, manajemen konstruksi sangat dibutuhkan untuk memaksimalkan
potensi sumber daya yang ada demi terlaksananya setiap proyek konstruksi
tepat waktu.
Setiap fase mulai dari fase awal hingga fase penyelesaian terdiri
dari suatu rangkaian kegiatan proyek yang saling berkesinambungan dan
saling terkait. Dibutuhkan suatu sistem atau metode penjadwalan sehingga
rangkaian kegiatan proyek tersebut dapat selesai dengan baik dan tepat
waktu.
Penyusunan jadwal kegiatan dapat dilakukan dengan beberapa cara,
misalnya dengan cara bagan balok (bar chart) dan jaringan kerja (Network
Planning). Kedua cara tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam
pelaksanaannya. Jaringan kerja dipandang sebagai langkah penyempurnaan dari
metode bagan balok. Dalam penyajiannya, penjadwalan proyek bisa menggunakan
jaringan kerja agar lebih mudah dalam memperkirakan kurun waktu
penyelesaian proyek.
Pembuatan jaringan kerja bisa dibuat salah satunya menggunakan metode
PDM (Precedence Diagram Method) dan PERT (Program Evaluation and Review
Technique). Kedua metode ini mempunyai perbedaan dimana, metode
PERT menggunakan tiga angka kemungkinan waktu, sedangkan metode PDM
menggunakan satu angka penentu waktu yang dilengkapi dengan konstrain
(batasan).
Perbedaan pada angka penentu akan berpengaruh pada waktu penyelesaian
proyek nantinya. Mengacu pada perbedaan tadi, laporan ini berusaha untuk
mempelajari ketiga metode tersebut sehingga pada akhirnya diperoleh
waktu penyelesaian proyek paling pendek pada proyek jasa konstruksi
yang akan dikerjakan.
Selain itu, pada jaringan kerja metode PDM digunakan node untuk
setiap kegiatan (activity on node) sedangkan pada jaringan kerja metode
PERT menggunakan panah untuk kegiatan (activity on arrow) mirip dengan
yang biasa dilakukan pada metode CPM. Dengan format tsb maka PERT
memberikan kemudahan dalam visualisasi metode kerja. Dalam sebuah tim kerja
dengan berbagai disiplin, mengkomunikasikan / presentasi metode kerja
dengan menggunakan PERT rasanya lebih mudah dipahami. Secara sekilas
melihat diagram CPM tampak aktifitas2 dengan nilai float (waktu luang) nya
masing2 dan secara cepat bisa bisa menunjukkan jalur kritis.
Teknik PDM merepresentasikan item pekerjaan dalam kotak2 dan
dihubungkan dengan garis ketergantungan. tidak ada representasi waktu
secara visual serta adanya waktu luang/float tidak akan kelihatan. Namun
kelebihan PDM adalah dalam hal menunjukkan detail ketergantungan masing2
item pekerjaan yang lebih real yaitu ; Start to Start, Finish to Start,
Finish to finish, Start to finish.
Bab 2
Pembahasan
2.1 Jaringan Kerja PDM (Precedence Diagram Method)
Metode preseden diagram (PDM) adalah jaringan kerja yang termasuk
klasifikasi Activity On Node. Dalam metode ini, kegiatan dituliskan dalam
node yang umumnya berbentuk segi empat, sedangkan anak panah hanya sebagai
petunjuk hubungan antar kegiatan–kegiatan yang bersangkutan. Metode
penjadwalan PDM ini dapat menumpah-tindihkan suatu kegiatan tanpa
memerlukan garis dummy yang rumit.
Kegiatan dan peristiwa pada PDM ditulis dalam node yang berbentuk
kotak segiempat. Dalam PDM, kotak tersebut menandai suatu kegiatan, dengan
demikian harus dicantumkan identitas kegiatan dan kurun waktunya. Setiap
node mempunyai dua peristiwa yaitu peristiwa awal dan peristiwa akhir.
Ruangan dalam node terbagi dalam bagian bagian kecil berisi informasi
mengenai nama kegiatan dan keterangan spesifik lainnya bisa berupa kurun
waktu, tanggal dan lainnya. Terkadang di dalam node juga di tulis
presentasi progress penyelesaian untuk memudahkan dalam pengontrolan dan
pengendalian proyek secara keseluruhan. Namun, informasi yang paling sering
muncul yaitu mengenai mulai dan selesainya suatu kegiatan (ES, LS, EF dan
LF).
Gambar 2.1 Contoh kegiatan dalam PDM.
2.1.1 Konstrain dan Lag pada PDM.
Pada metode PDM, aktivitas di gambarkan melalui noda, anak panah
hanyalah memberikan hubungan antar kegiatan dan bukan untuk menyatakan
kurun waktu penyelesaian kegiatan. Hubungan – hubungan antar kegiatan bisa
berupa berbagai macam kemungkinan yang disebut konstrain. Konstrain
menunjukkan hubungan antar kegiatan dengan satu garis dari node terdahulu
ke node berikutnya. Satu konstrain hanya dapat memiliki dua node atau hanya
dapat menghubungkan dua node.
Karena setiap node memiliki dua ujung, yaitu ujung awal atau mulai =
(S) dan ujung akhir atau selesai = ( F ) , maka ada 4 macam konstrain,
yaitu awal ke awal (SS), awal ke akhir (SF), akhir ke akhir (FF) dan akhir
ke awal (FS). Pada garis konstrain dibubuhkan penjelasan mengenai waktu
mendahului (lead) atau terlambat tertunda (lag).
2.1.2 Konstrain Start to Start (SS).
Memberikan penjelasan hubungan antara mulainya suatu kegiatan dengan
mulainya kegiatan terdahulu. Atau SS(i-j) = b yang berarti suatu kegiatan
(j) mulai setelah hari kegiatan terdahulu (i) mulai. Konstrain semacam ini
terjadi bila sebelum kegiatan terdahulu selesai 100 persen, maka kegiatan
(j) boleh mulai. Atau kegiatan (j) boleh mulai setelah bagian tertentu dari
kegiatan (i) selesai. Besar angka b tidak boleh melebihi angka kurun waktu
kegiatan terdahulu, karena per definisi b adalah sebagian dari kurun waktu
kegiatan terdahulu. Jadi, di sini terjadi kegiatan tumpang tindih.
Gambar 2.2 Konstrain Start to Start.
2.1.3 Konstrain Start to Finish (SF).
Menjelaskan hubungan antara selesainya kegiatan dengan mulainya
kegiatan terdahulu. Dituliskan dengan SF(i-j)= d, yang berarti suatu
kegiatan (j) selesai setelah d hari kegiatan (i) terdahulu mulai. Jadi,
dalam hal ini sebagian dari porsi kegiatan terdahulu harus selesai sebelum
bagian akhir kegiatan yang dimaksud boleh diselesaikan.
Gambar 2.3 Konstrain Start to Finish.
2.1.4 Konstrain Finish to Start (FS).
Konstrain ini memberikan penjelasan hubungan antara mulainya suatu
kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Dirumuskan sebagai FS(i-j) =
a yang berarti kegiatan (j) mulai a hari, setelah kegiatan yang
mendahuluinya (i) selesai.
Gambar 2.4 Konstrain Finish to Start.
2.1.5 Konstrain Finish to Finish (FF).
Memberikan penjelasan hubungan antara selesainya suatu kegiatan dengan
selesainya kegiatan terdahulu. Atau FF(i-j) = c yang berarti suatu kegiatan
(j) selesai setelah c hari kegiatan terdahulu (i) selesai. Konstrain
semacam ini mencegah selesainya suatu kegiatan mencapai 100%, sebelum
kegiatan yang terdahulu telah sekian (= c) hari selesai.
Gambar 2.5 Konstrain Finish to Finish.
2.1.6 Identifikasi Jalur Kritis pada Jaringan Kerja PDM
Diketahui sebuah proyek terdiri dari 6 kegiatan dengan kurun waktu
dan konstrain antar kegiatan yang bersangkutan terlampir dalam tabel di
bawah ini.
Tabel 2.1 Data Proyek
Langkah kerja metode PDM:
Membuat denah noda sesuai dengan jumlah kegiatan
Menghubungkan noda (kegiatan) sesuai dengan konstrain menggunakan anah
panah
Lengkapi detail atribut pada setiap noda
Hitung ES, EF, LS, dan LF untuk mengidentifikasi kegiatan kritis
Gambar 2.6 Langkah awal membuat noda sesuai jumlah kegiatan
Gambar 2.7 Hasil setelah diberi keterangan konstrain
Langkah berikutnya menghitung ES, LS, EF, dan LF sebagai berikut:
Hitungan Maju
Kegiatan A
Dianggap mulai awal = 0
ES(l ) = 0
EF(l ) = ES(l) + D(A) = 0 + 5 = 5
Kegiatan B
ES(2) = ES(l ) + SS(l-2) = 0 + 3 = 3
EF(2) = ES(2) + D(B) = 3 + 6 = 9
Kegiatan C
ES(3) = EF(2) + FF(2-3) - D(C) = 9 + 2 - 6 = 5
ES(3) = EF(1) + FS (1-3) = 5 + 2 = 7
Pilih yang terbesar, maka ES(3) = 7
EF(3) = ES(3) + D(C) = 7 + 6 = 13
Kegiatan D
ES(4) = ES(2) + SF(2-4) - D(D) = 3 + 11 - 7 = 7
EF(4) = ES(4) + D(D) = 7 + 7 = 14
Kegiatan E
ES(5) = ES(4) + SS(4-5) = 7 + 4 = 11
ES(5) = EF(2) + FS(2-5) = 9 + 1 = 10
ES(5) = ES(3) + SF(3-5) - D(E) = 7 + 9 - 6 = 10
EF(5) = ES(5) + D(E) = 11 + 6 = 17
Kegiatan F
ES(6) = ES(5) + SS(5-6) = 1 1 + 5 = 16
EF(6) = ES(6) + D(F) = 16 + 8 = 24
Gambar 2.8 Hasil Hitungan Maju.
Hitungan Mundur
Dimulai dari kegiatan terakhir F
LF(6) adalah sama dengan EF(6) = 24 (titik akhir proyek)
Kegiatan E
LF(5) = LS(6) - SS(5-6) + D(E) = 16 - 5 + 6 = 17
LS(5) = LF(5) - D(E) = 1 7 - 6 = 11
Kegiatan D
LF(4) = LS(5) - SS(4-5) + D(D) = 11 - 4 + 7 = 14
LS(4) = LF(4) - D(D) = 14 - 7 = 7
Kegiatan C
LF(3) = LF(5) - SF(3-5) + D(C) = 17 - 9 + 6 = 14
LS(3) = LF(3) - D(C) = 14 - 6 = 8
Kegiatan B
LF(2) = LF(3) - FF(2-3) = 14 - 2 = 12
LF(2) = LS(5) - FS(2-5) = 11 – 1 = 10
LF(2) = LF(4) - SF(2-4) + D(B) = 14 - 11 + 6 = 9
Pilih yg terkecil maka LF(2) = 9
LS(2) = LF(2) - D(B) = 9 - 6 = 3
Kegiatan A
LF(1) = L5(2) - 55(1-2) + D(A) = 3 - 3 + 5 = 5
LF(1) = L5(3) - F5(1-3) = 8 - 2 = 6
LS(1) = LF(1) - D(A) = 5 - 5 = 0
Didapatkan perbedaan hasil antara hitungan maju dan mundur pada
kegiatan C, maka kegiatan C bukanlah kegiatan kritis. Sehingga didapatkan
alur jalur kritis:
Gambar 2.9 Jalur Kritis
2.2 Jaringan Kerja PERT (Program Evaluation and Review Technique).
PERT adalah suatu model jaringan yang mampu memetakan waktu
penyelesaian kegiatan yang acak. PERT dikembangkan pada akhir tahun 1950-an
untuk proyek U.S. Navy's Polaris. PERT dikembangkan agar tercipta
ruang/potensi untuk pengurangan waktu dan biaya yang diperlukan untuk
penyelesaian proyek tersebut. Sedangkan terdapat metodologi yang sama pada
waktu bersamaan yang dikembangkan oleh sektor swasta yang dinamakan CPM
atau Critical Path Method.
Teknik PERT adalah suatu metode yang bertujuan untuk sebanyak mungkin
mengurangi adanya penundaan, maupun gangguan produksi, serta
mengkoordinasikan berbagai bagian suatu pekerjaan secara menyeluruh dan
mempercepat selesainya proyek. Teknik ini memungkinkan dihasilkannya suatu
pekerjaan yang terkendali dan teratur, karena jadwal dan anggaran dari
suatu pekerjaan telah ditentukan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan.
Memperkirakan waktu kegiatan proyek pada CPM menggunakan pendekatan
deterministic satu angka yang mencerminkan adanya kepastian, maka PERT
direkayasa untuk menghadapi situasi dengan kadar ketidakpastian yang tinggi
sesuai dengan kondisi yang sering terjadi di lapangan. PERT menggunakan
pendekatan yang menganggap bahwa kurun waktu kegiatan tergantung pada
banyak faktor dan variasi sehingga lebih baik diberi perkiraan menggunakan
tiga angka estimasi.
Dalam pengelolaan proyek, sebuah 'aktivitas' adalah kegiatan yang
harus dikerjakan dan sebuah 'event' atau 'acara' merupakan tahapan
penyelesaian dari satu atau lebih kegiatan. Sebelum sebuah kegiatan dapat
dimulai, semua kegiatan yang menjadi prasyarat bagi kegiatan tersebut harus
sudah terselesaikan.
Metodologi PERT divisualisasikan dengan suatu grafik atau bagan yang
melambangkan ilustrasi dari sebuah proyek. Diagram jaringan ini terdiri
dari beberapa titik (nodes) yang merepresentasikan kejadian (event) atau
suatu titik tempuh (milestone). Titik-titik tersebut dihubungkan oleh suatu
vektor (garis yang memiliki arah) yang merepresentasikan suatu pekerjaan
(task) dalam sebuah proyek. Arah dari vector atau garis menunjukan suatu
urutan pekerjaan.
Dalam visualisasi penyajiannya, PERT sama halnya dengan CPM, yaitu
menggunakan diagram anak panah (activity on arrow) untuk menggambarkan
kegiatan proyek. Demikian pula pengertian dan perhitungan mengenai kegiatan
kritis, jalur kritis dan float yang dalam PERT disebut SLACK. Salah satu
perbedaan yang substansial adalah dalam estimasi kurun waktu kegiatan, di
mana PERT menggunakan tiga angka estimasi, yaitu, a, b, dan m yang
mempunyai arti sebagai berikut:
Gambar 2.10 Kurva Distribusi Probabilitas PERT.
a = kurun waktu optimistik (optimistic duration time)
Waktu tersingkat untuk menyelesaikan kegiatan bila segala sesuatunya
berjalan mulus. Waktu demikian diungguli hanya sekali dalam seratus kali
bila kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir
sama.
m = kurun waktu paling mungkin (most likely time)
Kurun waktu yang paling sering terjadi dibanding dengan yang lain bila
kegiatan dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama.
b = kurun waktu pesimistik (pessimistic duration time)
Waktu yang paling lama untuk menyelesaikan kegiatan, yaitu bila segala
sesuatunya serba tidak baik. Waktu demikian dilampaui hanya sekali dalam
seratus kali, bila kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang dengan
kondisi yang hampir sama.
2.1.6 Identifikasi Jalur Kritis pada Jaringan Kerja PERT
Dalam mengidentifikasi jalur kritis pada jaringan ini, perlu dilalui
terlebih dahulu bagaimana langkah langkah umum perencanaan dengan metode
PERT sebagai berikut:
Mengidentifikasi aktivitas (activity) dan titik tempuhnya (milestone).
Menetapkan urutan pengerjaan dari aktivitas-aktivitas yang telah
direncanakan.
Membuat suatu diagram jaringan (network diagram).
Memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk setiap aktivitas.
Menetapkan suatu jalur kritis (critical path).
Melakukan pembaharuan diagram PERT sesuai dengan kemajuan proyek
Gambar 2.11 Contoh Jaringan Kerja PERT dengan angka a,m dan b.
Setelah diagram jaringan terbentuk sesuai alur kegiatan dengan tiga
angka perkiraan waktu seperti yang terlampir digambar di atas, langkah
selanjutnya yaitu menentukan kurun waktu dari setiap kegiatan. Dengan
menggunakan sebuah persamaan maka 3 komponen nilai a, m dan b akan
menghasilkan satu angka kurun waktu yang bisa digunakan untuk perhitungan
selanjutnya.
Berdasarkan perhitungan dari angka a, m dan b didapatkan angka te
yang selanjutnya dilakukan perhitungan maju dan perhitungan mundur untuk
mendapatkan nilai waktu paling awal peristiwa terjadi ( the earliest time
of occurrence – TE ) dan nilai waktu paling akhir peristiwa terjadi ( the
latest time of occurrence – TL ). Konsep perhitungan maju dan perhitungan
mundur ini menggunakan kaidah atau aturan aturan yang sama seperti saat
menggunakan metode CPM. Kemudian didapatkan juga nilai slack yg merupakan
nilai selisih dari TE dan TL.
Hasil perhitungan dapat dilihat di table berikut.
Gambar 2.12 Jaringan Kerja dengan nilai te.
Tabel 2.2 Hasil Perhitungan
Dari perhitungan diatas dapat terlihat bahwa jalur kritis yaitu
melalui kegiatan 1-2-4-6-7. Kegiatan yg memiliki nilai slack ialah kegiatan
non kritis dalam hal ini kegiatan 2 dan kegiatan 5 dengan total slack 4
satuan waktu.
Perhitungan jalur kritis menggunakan metode PERT biasanya perlu
menambahkan faktor deviasi standar atau varians masing masing kegiatan
komponen proyek sehingga kita bisa mendapatkan nilai rentang waktu yg
dimungkinkan untuk penyelesaian proyek berdasarkan distribusi dari kurva
probabilitas normal.
Bab 3
Kesimpulan
Dalam membuat jaringan kerja baik menggunakan metode PDM maupun PERT
masing masing memiliki kekurang dan kelebihannya sendiri. Jenis dan tujuan
proyek menentukan penggunaan jaringan kerja metode mana yang lebih mudah
dan tepat. Secara garis besar kelebihan dan kekurangan dari kedua metode
ini yaitu:
Metode PDM
Detail kegiatan dapat terlihat lebih lengkap didalam noda
Kegiatan tumpang tindih dapat digambarkan lebih sederhana (tanpa
Float)
Mudah mempresentasikan keseluruhan proyek
Lebih sulit dipahami oleh semua level di organisasi
Penentuan waktu kegiatan lebih pasti dilengkapi dengan konstrain
Metode PERT
Jaringan kerja mudah dipahami alur hubungan tiap kegiatan
Penentuan kurun waktu kegiatan dapat disesuaikan dengan asumsi
dilapangan
Lebih fleksibel karena bisa dievaluasi secara berkala
Sulit menentukan presentase dan progress proyek
Mudah dipahami oleh semua level di organisasi
Daftar Pustaka
http://kampus-sipil.blogspot.co.id/
http://rafidalc.blogspot.co.id/2012/11/pert-dan-cpm.html
http://hrszone.blogspot.co.id/2014/03/pert-chart-gantt-chart.html
http://www.fantasticblue.net/2011/06/cpm-dan-pert.html
http://msproject-pro.blogspot.co.id/
-----------------------
Gambar simpul (node)
Gambar anak panah (arrow)