MAKALAH “PSIKOLOGI KONSELING” Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Psikologi Konseling
DISUSUN OLEH : Nama : Fauzan Nurcholish NIM : 1164010054 Kelas : BKI 4 b
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2018/2019
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt karena kami masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ”PSIKOLOGI KONSELING” ini sebagai bentuk pendalaman materi Psikologi Konseling yang merupakan mata kuliah yang sedang saya tempuh. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita nabi besar Muhammad saw. Beserta keluarga dan para sahabatnya, yang telah membimbing dan memberdayakan umat melalui dakwah dan pendidikan sehingga dapat melaksanakan pengabdiannya kepada Allah swt. Tak lupa kami ucapkan terima kasih pada dosen pengampuh Mata Kuliah saya yang telah mencurahkan ilmunya kepada saya yang masih sangat haus ilmu. Dan tak lupa pula saya ucapkan terimakasih pada teman-teman yang telah mendukung atau menginspirasi kami dalam menyelesaikan makalah ini. saya sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saya pihak pemakalah sangat mengharapkan saran-s aran yang sekiranya dapat memperbaiki kesalahan kesala han atau kekurangan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Sebagai calon konselor kita harus mampu melakukan konseling, hal ini dipelajari dalam psikologi, yaitu psikologi konseling, yang merupakan cabang dari psikologi. Kita harus mampu memahami psikologi konseling agar kita bisa mengerti dan menjadi acuan dalam melakukan konseling. Dengan mengetahui pengertian dari psikologi, konseling dan psikologi konseling, maka sedikit banyaknya akan membantu kita sebagai calon konselor untuk dapat melaksanakan proses konselor yang baik. Juga diharapkan kita mampu menerapkan pemahaman psikologi kita terhadap proses konseling karena dengan memahami proses mental dari klien akan membantu kita dalam menyusun langkah berikut dalam membantu penyelesaian masalah yang sedang dihadapi klien. Didalam makalah ini, di jelaskan jel askan tentang defenisi dari psikologi, konseling, dan psikologi konseling. Semoga akan membantu kita pembaca dalam mengasah pemahaman yang mendukung terwujudnya keprofesionalan sebagai seorang konselor. B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Psikologi Konseling ? 2. Apa tujuan dari Psikologi Konseling ? 3. Apa Manfaat dari Psikologi Konseling ? 4. Apa Konsep/Prinsip Dasar Psikologi Konseling ? 5. Bagaimana Pendekatan Pendekatan Psikologi Konseling ? C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Psikologi Psikologi Konseling. 2. Untuk mengetahui tujuan dari Psikologi Konseling. 3. Untuk mengetahui Manfaat dari Psikologi Konseling 4. Untuk mengetahui Konsep/Prinsip Dasar Psikologi Konseling 5. Untuk mengetahui Pendekatan Pendekatan Psikologi Konseling
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Psikologi Konseling
Psikologi konseling adalah suatu kegiatan yang dibangun melalui adanya interaksi antara klien dengan psikolog/konselor untuk mengidentifikasi persepsi, kebutuhan, nilai, perasaan, pengalaman, harapan, serta s erta masalah yang dihadapi klien. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memecahkan masalah-masalah psikologis klien dengan menyadarkan klien akan akar masalah yang sebenarnya dihadapi hingga akhirnya klien dapat menemukan sendiri solusi dari masalah yang dihadapinya. Seorang yang menghadapi permasalahan dalam hidupnya, kadang kala dirasakan begitu berat atau mengganggu kehidupannya dalam keseharian. Namun, seringkali mereka menghadapi masalah tersebut tanpa tahu benar dan menyadari apa sebenarnya akar dari masalah mereka tersebut. Melalui proses konseling inilah bersama-sama antara konselor dengan klien menemukan akar masalah yang ada dan menyadarkan klien akan apa yang harus dilakukannya untuk memecahkan masalahnya tersebut. Firman Allah dalam Q.S Al-Isra ayat 26
“Dan berikanlah kepada keluarga -keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros.” Dari ayat diatas menjelakan bahwa sesama manusia harus saling peduli. Ini adalah salah satu dasar Al-Qur’an yang menjadi landasan konseling untnuk memberikan bantuan terhadap seseorang yang sedang menghadapi masalah. Diantara berbagai disiplin ilmu, yang memiliki kedekatan hubungan dengan konseling adalah psikologi, bahkan secara khusus dapat dikatakan bahwa konseling merupakan aplikasi dari psikologi, terutama jika dilihat dari tujuan, teori yang digunakan, dan proses penyelenggaraannya. Oleh karena itu telaah mengenai konseling dapat disebut dengan psikologi konseling (counseling psychology). Dilihat dari proses konseling, Psikologi konseling adalah cabang kekhususan dari psikologi yang mengkaji berbagai aspek yang terlibat te rlibat dalam proses konseling. Aspek-aspek itu meliputi karakteristik; konseling, konselor, konseli dan masalahnya, berbagai kondisi yang menunjang dan menghambat konseling, serta metode atau pendekatan-pendekatan dalam konseling. Didalam proses konseling, semua aspek tersebut saling terkait. Sehingga tidak dapat dilepaskan satu sama lain. Seorang konselor professional akan lebih berhasil dalam memberikan pelayanan konseling kepada konselinya. konselinya.
Keprofesionalan seorang konselor didukung oleh pemahaman psikologinya yang luas. Karena dengan pemahaman terhadap Psikologi akan sangat membantu seorang konselor dalam memahami tingkah laku dan proses mental dari seorang klien. Tanpa psikologi maka ia tidak akan mampu menciptakan suasana konseling yang efektif. Karena didalam proses konseling konselor diharapkan mampu untuk memanfaatkan segala kondisi yang menunjang kesuksesan proses konseling dan menghindari menghindari faktor-faktor yang dapat menghambat konseling. Pemahaman terhadap psikologi juga akan membantu konselor dalam memilih metode dan pendekatan-pendekatan konseling yang tepat dan mampu menereapkannya dalam layanan konseling, sehingga ia dapat membawa konseli/klien kearah jalan menuju individu yang mampu mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki pola pikir positif. B. Tujuan Psikologi Konseling
Psikologi konseling secara umum bertujuan untuk mengembangkan penggunaan teoriteori psikologi dalam konseling kepada target konseling. Teori-teori psikologi konseling ini di antaranya teori psikologi Freudian, teori psikologi Behavioristik, dan teori psikologi Humanistik. Secara khusus, tujuan psikologi konseling adalah untuk melakukan pengkajian secara sistematis, logis, dan objektif terhadap variable vari abel yang berpengaruh terhadap konseling. C. Manfaat dari Psikologi Konseling
a. Bimbingan konseling akan membuat diri kita merasa lebih baik, merasa lebih bahagia, tenang dan nyaman karena bimbingan konseling tersebut membantu kita untuk menerima setiap sisi yang ada di dalam diri kita. b. Bimbingan konseling juga membantu menurunkan bahkan menghilangkan tingkat tingkat stress dan depresi yang kita alami karena kita dibantu untuk mencari sumber stress tersebut serta dibantu pula mencari cara penyelesaian terbaik dari permasalahan yang belum terselesaikan itu. c. Bimbingan konseling membantu kita untuk dapat memahami dan menerima diri sendiri dan orang lain sehingga akan meningkatkan hubungan yang efektif dengan orang lain serta dapat berdamai dengan diri sendiri. d. Perkembangan personal akan meningkat secara positif karena adanya bimbinga konseling. D. Konsep/Prinsip Dasar Psikologi Konseling
Konsep/Prinsip Dasar : Pengertian Pengertian Psikologi Konseling Psikologi Konseling Mmerupakan cabang dari psikologi yang mengkaji berbagai aspek yang terlibat dalam proses konseling. aspek - aspek tersebut meliputi karakteristik konseli, konselor, dan masalah - masalahnya, berbagai kondisi yang nmenghambat atau menunjang proses konesling serta metode atau pendekatan - pendekatan yang digunakan dalam dalam konseling.
Tujuan Psikologi Konseling Tujuan secara umum yaitu untuk mengembangkan penggunaan teori - teori psikologi dalam layanan konseling kepada konseli. sedangkan tujuanya secara khusus yaitu untuk melakukan pengkajian secara sistematius, logis, dan obyektif terhadap variabel - variabel dalam konseling. variabel - variabel tersebut adalah sebagai berikut :
1. 2. 3. 4. 5.
hakikat, tujuan, prinsip - prinsip, asas - asas dalam konseling. karakteristik dan kompetensi konselor profesional. karakteristik konseli dan masalah - masalahnya. pengembangan kondisi kondisi psikologis yang menunjang berlangsungnya proses konseling. upaya mengatasi hambatan - hambatan dalam proses konseling.
Bidang Kjian dalam Psikologi Konseling
hakikat, tujuan, prinsip - prinsip, dan asas - asas k onseling. karakteristik dan kompetensi konselor profesional. karakteristik konseli dan masalah - masalahnya. hambatan - hambatan dalam proses konseling. kondisi psikologis yang menunjang berlangsungnya konseling.
Metode - Metode Pengembangan Psikologi Konseling Secara garis besar metode pengembangan psikologi konseling terbagi menjadi dua yaitu metode longitudinal dan metode cross- sectional . Metode longitudinal yaitu yaitu metode pengembangan yang dilakukan dalam kurun waktu yang relatif lama untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan. misalnya, konselor hendak mengembangkan penerapan teori - teori tertentu seperti teori Gestalt untuk membantu konseli yang menderita depresi. Metode Metode cross-sectional adalah metode pengembangan yang membutuhkan waktu yang relatif singkat untuk memperoleh data - data yang diinginkan. desain pengembangan metode ini ada dua yaitu eksperimen dan non eksperimen. metode eksperimen yaitu peneliti harus melakukan treanment . sedangkan non eksperimen peneliti tidak memberikan treatmen tetapi cukup mengumpulkan data - data secara teliti dari beberapa konseli mengunakan metode metode tertentu dan hasilnya dianalisis serta diinterprensi secara objektif. Metode - metode yang digunakan dalam non eksperimen yaitu sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Metode Intropeksi. Metode Ekstropeksi. Metode Kuisioner. Metode Wawancara. Metode Sosiometri. Metode Biografi. Metode Dokumentasi. Metode Kelompok. Metode Tes .
E. Pendekatan Pendekatan Pendekatan Psikologi Konseling 1. PENDEKATAN BEHAVIORAL Pendekatan behavioral atau perilaku adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori belajar. Konseling model ini menyertakan penerapan yang sistematis prinsip – prinsip prinsip belajar pada pengubahan perilaku kearah cita – cita cita yang adaptif. Pendekatan behavioral tidak menguraikan asumsi – asumsi asumsi filosofis tertentu tentang manusia secara langsung. Setiap orang dipandang memiliki kecenderungan – kecenderungan kecenderungan positif dan negative yang sama. Manusia pada dasarnya dasar nya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial buda yanya. Dalam kegiatan konseling behavioral tidak ada suatu teknik konseling pun yang selalau harus digunakan, akan tetapi teknik yang dirasa kurang baik dieliminasi dan diganti dengan teknik yang baru. Berikut ini adalah beberapa teknik konseling behavioral :
1. Desensitisasi sistematik (systematic desensitization ). Teknik desensitisasi sistematik bermaksud mengajar klien untuk memberikan respon yang tidak knsisten dengan kecemasan yang dialami klien. Teknik ini tak dapat berjalan ta npa teknik relaksasi. Di dalam konseling itu klien diajar untuk santai dan menghubungkan keadaan santai itu dengan membayangkan pengalaman – pengalaman pengalaman yang mencemaskan, menggusarkan atau mengecewakan. Situasi yang diberikan disusun secara sistematik dari yang kurang mencemaskan hingga yang paling mencemaskan 2. Assertive Training Dalam assertive training konselor berusaha meberikan keberanian kepada klien dalam mengatasi kesulitan tehadap orang lain. Pelaksanaan teknik ini adalah ialah dengan role playing. 3. Aversion therapy Teknik ini bertujuan untuk menghukum perilaku yang negative dan memperkuat peril aku psitif. 4. Home Work Yaitu suatu latihan rumah bagi klien yang kurang mampu menyesuaikan diri terhadap situasi tertentu. 2. PENDEKATAN PSIKOANALITIK Menurut pandangan psikoanalitik, struktur kepribadian terdiri dan tiga system id, eg, dan superego. Id adalah system kepribadian yang orisinil; kepribadian setiap orang hanya terdiri dari id ketika dilahirkan. Id kurang terorganisasi, buta, menuntut, dan mendesak. Id bersifat tidak logis, amoral, dan di dorong oleh satu s atu kepentingan : memuaskan kebutuhan – kebutuhan kebutuhan naluriah sesuai dengan asas kesenangan. Ego adalah tempat bersema yam intelegensi dan rasionalitas yang mengawasi dan mengendalikan implus – implus implus buta dari id. Superego adalah kode moral individu yang urusan utamanya adalah apakah suatu tindakan baik atau buruk , benar atau salah. Ada lima teknik dasar dari konseling psikoanalisis yaitu :
1. Asosiasi bebas Yaitu klien diupayakan untuk menjernihkan atau menikis alam pikirannya dari alam pengalaman dan pemikiran sehari – hari hari sekarang ini, sehingga klien mudah mengungkapkan pengalaman masa lalunya. 2. Interpretasi Adalah teknik yang digunakan oleh konselor untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi klien. Konselor menetapkan, menjelaskan, dan bahkan mengaajar klien tentang makna perilaku yang termanifestasi dalam mimpi , asosiasi bebas, resistensi, dan transferensi klien. 3. Analisis mimpi Yaitu suatu teknik untuk membuka hal – hal hal yang tak disadari dan member kesempatan klien untuk menilik masalah – masalah masalah yang belum terpecahkan. Proses terjadinya mimpi adalah karena diwaktu tidur pertahanan ego menjadi lemah dan kompleks yang terdesakpun muncul ke permukaan. 4. Analisis Resistensi Analis resistensi ditunjukan untuk menyadarkan klien terhadap alasan – alasan alasan terjadinya resistensinya. Konselor meminta perhatian klien untuk menafsirkan resistensi. Penafsiran analisis atas resistensi ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan – alasan alasan yang ada di balik resistensi sehingga dia bisa menanganinya. 5. Analisis Tansferensi Analisis tranferensi adalah teknik yang utama dalam psikoanalisis sebab mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam ter api. Ia memungkinkan klien mampu memperoleh pemahaman atas sifat dari fiksasi – fiksasi fiksasi dan deprivasi – deprivasinya, dan menyajikan pemahaman tentang pegaruh masa lampau terhadap kehidupannya sekarang. 3. PENDEKATAN EKSISTENSIAL HUMANISTIK Psikologi eksistensial humanistik berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alih – alih alih suatu system teknik – teknik teknik yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Oleh karena itu , pendekatan eksistensial – humanistic humanistic bukan suatu aliran terapi, bukan pula suatu teori t unggal yang sistematik. Tidak seperti kebanyakan pendekatan terapi, pendekatan eksistensial humanistic tidak memiliki teknik – teknik teknik yang ditentukan secara ketat. Teknik konseling yang dikembangkan oleh konselor eksistensial humanistic hanya sedikit. Konselor eksistensial – humanistic humanistic bisa meminjam teknik – teknik teknik dari model – model model lain. Dalam konseling ini, diagnosis, pengetesan, dan pengukuran – pengukuran pengukuran eksternal tidak dipandang penting. Dengan demikian , konseling model ini bisa menjadi sangat konfrontatif. Untuk contoh mengenai bagaimana seorang terapis yang berorientasi eksistensial bekerja dalam pertemuan terapi, bisa ditunjuk surat klien yang telah diungkapkan diungkapkan di muka. Berikut ini adalah dalil-dalil yang mendasari praktek terapi eksistensial-humanistik yang dikembangkan dari suatu survei atas karya-karya para penulis psikologi eksistensial , berasal dari Frankl (1959, 1963), May (1953, 1958, 1961), Maslow (1968), Jourard (1971), dan Bugental
(1965), mempresentasikan sejumlah tema penting yang merinci praktek-praktek terapi. Dalil 1: kesadaran diri Pada hakikatnya, semakin tinggi kesadaran diri seseorang maka ia semakin hidup sebagai pribadi. Meningkatkan kesadaran berarti meningkatkan kesanggupan kesanggupan seseorang untuk mengalami hidup secara penuh sebagai manusia. Dalil 2: kebebasan dan tanggung jawab Manusia adalah makhluk yang menentukan diri, dalam arti bahwa dia memiliki kebebasan untuk memilih diantara alternatif-alternatif. Karena manusia pada dasarnya bebas, maka dia harus bertanggung jawab atas pengarahan hidup hidup dan penentuan nasibnya. Dalil 3: keterpusatan dan kebutuhan akan orang lain Setiap individu memiliki kebutuhan untuk memelihara keunikan dan keterpusat anny, tapi pada saat yang sama ia memiliki kebutuhan untuk keluar dari dirinya sendiri dan untuk berhubungan dengan orang lain serta dengan alam.
• Keberanian untuk ada • Pengalaman kesendirian • Pengalaman keberhubungan Dalil 4 Pencarian Makna Salah satu karakteristik yang khas pada manusia adalah perjuangannya untuk merasakan arti dan maksud hidup. • Masalah penyisihan nilai -nilai lama
• Belajar untuk menemukan makna dalam hidup • Pandangan eksistensial tentang psikopatologi Dalil 5 kecemasan sebagai syarat hidup Kecemasan adalah suatu karakteristik dasar manusia. Kecemasan tidak perlu merupakan suatu patologis, sebab ia bisa menjadi suatu tenaga motivasional yang kuat untuk pertumbuhan. Kecemasan adalah akibat dari kesadaran atas ata s tanggung jawab untuk memlilih.
• Kecemasan sebagai sumber pertumbuhan • Pelarian dari kecemasan • Implikasi-implikasi konseling bagi kecemasan Dalil 6 : kesadaran atas kematian dan Non-Ada Kesadaran atas kematian adalah kondisi manusia yang mendasar yang memberikan makna kepada hidup. Para eksistensialis mengungkapkan bahwa hidup memiliki makna karena memiliki pembatasan waktu. Dalil 7 : perjuangan untuk aktualisasi diri Kecenderungan untuk menjadi apa saja yang mereka mampu, memiliki kecenderunagan ke arah pengembangan keunikan dan dan ketunggalan, penemuan identitas pribadi, dan perjuangan perjuangan demi aktualisasi potensi-potensinya secara penuh. 4. PENDEKATAN CLIENT – CENTERED CENTERED Terapi model ini dikembangkan pertama kali oleh Carel Rogers dengan sebutan Client Centered Therapy (Meador dan Rogers, 1973 ) yaitu suatu metode perawatan psikis yang dilakukan dengan cara berdialog antara dengan konseli agar tercapai gambaran yang serasi antara ideal self ( diri konseli yang ideal ) dengan actual self ( diri konseli sesuai dengan kenyataan yang
sebenarnya. Pendekatan client centered difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk menemukan cara – cara cara menghadapi kenyataan secara lebih le bih penuh. Klien , sebagai orang yang paling mengetahui dirinya adalah orang yang yang harus menemukan tingkah laku yang lebih pantas bagi dirinya. Konselor yang memilih terapi model ini i ni memang menggunakan teknik – teknik, teknik, tetapi menitikberatkan pada sikap – sikap sikap konselor. Teknik – teknik teknik dasar mencakup menca kup mendengarkan aktif, merefleksikan perasaan – perasaan; perasaan; menjelaskan, dan “hadir” bagi konseli. Dukungan dan pemberian keyakinan bisa digunakan jika layak. Pendekatan ini tidak memasukan pengetesan diagnostic, penafsiran, kasus sejarah, dan bertanya. Implementasi teknik konseling tersebut didasari atas paham filsaf at serta sikap si kap konselor yang melatarbelakangi penggunaan model terapi ini. Karena itu penggunaan teknik seperti petranyaan, dorongan, interpretasi, dan sugesti dipakai dalam frekuensi yang rendah. Adapun beberapa tahap dalam konseling terapi client centered antara lain :
• Klien dating kepada konselor atas kemauan sendiri. Apabila klien dating atas suruhan orang lain , maka konselor harus mampu menciptakan situasi yang sangat bebas dan permisif dengan tujuan agar klien memilih apakah ia akan terus meminta bantuan atau akan membatalkannya.
• Situasi konseling sejak awal harus menjadi tanggung t anggung jawab klien, unuk itu konselor menyadarkan klien
• Konselor memberanikan klien agar ia mampu mengemukakan mengemukakan perasaannya. Konselor harus bersikap ramah, bersahabat, dan menerima klien sebagaimana adanya
• Konselor menerima perasaan klien serta memahaminya • Konselor berusaha agar klien dapat memahami dan menerima keadaan dirinya • Klien menentukan pilihan sikap dan tindakan yang akan diambil • Klien merealisasikan pilihannya itu. 5. PENDEKATAN GESTALT Terapi ini dikembangkan oleh Fredrick S. Pearl (1894-1970) yang didasari oleh empat aliran yakni psikoanalisis, fenomenologis, dan eksistensialisme serta psikologi gestalt. M enurut Pearls individu itu aktif secara keseluruhan. Individu bukanlah jumlah dari bagian – bagian bagian atau organ – organ semata. Tujuan terapi Gestalt bukanlah penyesuaian terhadap masyarakan. Pearls mengingatkan bahwa kepribadian dasar pada zaman kita adalah neurotic sebab, menurut ke yakinannya, kita hidup dimasyarakat yang tidak sehat. Kita bisa memilih me njadi bagian dari ketidaksehatan kolektif dan atau menghadapi resiko menjadi sehat. Tujuan terapi selanjutnya adalah membantu klien agar menemukan pusat dirinya. Sasaran utama terapi gestalt adalah pencapaian kesadaran. Dengan kesadaran, klien memiliki kesanggupan untuk menghadapi dan menerima bagian – bagian bagian keberadaan yang diingkarinya serta untuk berhubungan dengan pengalaman – pengalaman pengalaman subjektif dengan kenyataan. Klien bisa menjadi suatu kesatuan dan menyeluruh. Apabila klien menjadi menjadi sadar , maka urusannya yang tidak selesai akan selalu muncul sehingga bisa ditangani dalam terapi. Terapi Gestalt adalah lebih dari sekedar sekumpulan teknik atau permaina – permainan. permainan. Teknik – teknik dalam terapi Gestalt digunakan sesuai dengan gaya pribadi terapis. Levitsky dan Pearls( 1970, hlm.144-149) menyajikan suatu uraian ringkasan tentang sejumlah
permainan yang biasa digunakan dalam dalam terapi Gestalt yang mencakup :
• Permainan Dialog Terapis Gestalt menaruh pehatian yang besar pada pemisahan dalam fungsi kepribadian. Yang
paling utama adalah adalah pemisah antara antara “top dg” dengan “under “under dog”. Top dog itu adil, otoriter, moralistic, menuntut, berlaku sebagai majikan,dan maji kan,dan manipulative. Sedangkan underdog memanipulasi dengan memainkan peran sebagai korban, defensive, membela diri, tak berdaya, lemah dan ingin dimaklumi.dialvg antara dua kecenderungan yang berlawanan memiliki sasaran meningkatkan taraf integrasi polaritas – polaritas polaritas dan konflik – konflik konflik yang ada pada diri seseorang ke taraf yang lebih tinggi. Dengan sasaran itu te rapis tidak bermaksud memisahkan klien dari sifat – sifat sifat tertentu, tetapi mendorong klien agar belajar menerima.
• Bermain Proyeksi Dalam bermain proyeksi terapis meminta kepada klien yang mengatakan “saya tidak bis a mempercayaimu” mempercayaimu” untuk memainkan peran sebagai orang yang tidak bisa menaruh kepercayaan guna menyikapi sejauh mana ketidakpercayaan itu menjadi konflik dalam dirinya. Dengan kata lain, terapis meminta klien untuk “mencobakan” “mencobakan” pertanyaan – pertanyaan pertanyaan tertentu yang ditujukn kepada orang lain dalam kelompok.
• Teknik pembalikan Ilustrasi dari teknik pembalikan ini adalah kasus s eorang wanita yang diminta untuk menjadi seorang yang jahat. Terapis meminta kepada klien untuk berkeliling untuk mendatangi semua orang dalam kelompoknya dan memberikan kutukan, menunjukan niat jahat, dan mengatakan sesuatu yang ditakuti mereka. Dia menimbun kebencian dan dendam sebagai hasil dari sampingan represinya. Ketika ia didorong untuk mengungkapkan mengungkapkan sisi buruknya yang belum pernah dilakukannya,hasilnya cukup cukup dramatis. Klien secara intens merasakan sisi yang diingkarinya dan lambat laun dapat mengintegrasikan sisi tersebut ke dalam kepribadiannya.
• Permainan ulangan Para anggota kelompok terapi melakukan permainan berbagi pengulangan satu sama lain dalam upaya meningkatkan kesadaran atas pengulangan yang dilakukan oleh mer eka dalam memenuhi tuntutan memainkan peran – peran peran sosial. Mereka menjadi lebih sadar betapa mereka selalu mencoba memenuhi pengharapan – pengharapan pengharapan orang lain, sadar seberapa besar derajat keinginan mereka untuk disetujui, diterima, dan disukai , serta sejauh mana mereka berusaha memperoleh penerimaan. • Permainan melebih – lebihkan lebihkan Permainan ini berhubungan dengan konsep peningkatan kesadaran atas tanda – tanda tanda dan isyarat – isyarat isyarat halus yang dikirimkan oleh seseorang melalui bahasa tubuh, gerakan – gerakan, gerakan, sikap badan , mimic muka bisa mengkmunikasikan mengkmunikasikan makna – makna makna yang penting, begitu pula isyarat – isyarat yang tidak lengkap. Klien diminta untuk melebih – lebihkan lebihkan gerakan – gerakan gerakan atau mimic muka secara berulang – ulang ulang yang biasanya mengintensifkan perasaan perasa an yang berpaut pada tingkah laku dan membuat makna bagian dalam menjadi lebih jelas.
• Tetap dengan perasaan Teknik ini bisa digunakan pada saat klien menunjuk pada perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan yang sangat ingin dia menghindarinya. Terapis mendesak kli en untuk tetap dengan atau menahan perasaannya yang ia ingin hindari itu. Kebanyakan klien melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari perasa an – perasaan perasaan yang tidak menyenagkn. Terapis bisa meminta klien untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan apapun yang
dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelam l ebih dalam perasaan dan tingkah laku yang ingin dihindarinya. 6. PENDEKATAN RATOINAL EMOTIF THERAPY (RET) RET dikembangkan oleh seorang eksistensialis Albert Ellis pada tahun 1962. Sebagaimana diketahui aliran ini dilatarbelakangi oleh filsafat eksistensialisme yang berusaha memahami manusia sebagimana adanya. RET menolak pandangan aliran psikoanalisis berpandangan bahwa peristi wa dan pengalaman individu menyebabkan terjadinya gangguan emosional. Meurut Ellis bukanlah pengalaman atau peristiwa eksternal yang menimbulkan emosiomnal, akan tetapi tergantung kepada kepada pengertian yang diberikan terhadap peristiwa atau pengalaman itu. Gangguan emosi terjadi disebabkan pikiran – pikiran pikiran seseorang yang bersifatirrasional tehadap t ehadap peristiwa dan pengalaman yang dilaluinya. RET bertujuan untuk memperbaiki dan mengubah sikap , persepsi, cara berpikir, ber pikir, keyakinan, serta pandangan klien yang irrasional menjadi rasional sehingga ia dapat mengembangkan diri dan mencapai realisasi diri yang optimal. Menghilangkan gangguan emosional yang dapat merusak diri seperti : benci, takut, rasa bersalah, cemas, was – was, was, marah, sebagai akibat bepikir yang irrasional, dan melatih serta mendidik klien agar dapat menghadapi kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan kepercayaan diri, nilai – nilai, nilai, dan kemampuan diri Berikut ini adalah beberapa teknik konseling RET dapat diikuti, antara lain adalah teknik yang berusaha menghilangkan gangguan gangguan emosional yang merusak diri yang terdiri atas :
• Assertive training. Yaitu melatih dan membiasakan klien terus menerus menyesuaikan diri dengan perilaku tertentu yang diinginkan.
• Sosiodrama. Yaitu semacam sandiwara pendek tentang t entang masalah kehidupan sosial. • Self modeling. Yaitu teknik yang bertujuan menghilangkan menghilangkan perilaku tertentu, dimana konselor menjadi model, dank lien berjanji akan mengikuti. • Social modeling. Yaitu membentuk perilaku baru melalui model sosial dengan cara imitas i, observasi
• Teknik reinforcement. Yaitu memberi reward terhadap perilaku rasional atau memperkuatnya memperkuatnya • Desensitisasi sistematik • Relaxation • Self control. Yaitu dengan mengontrol diri • Diskusi • Simulasi, dengan bermain peran atara konselor dengan klien • Homework assignment • Bibliografi 7. PENDEKATAN REALITAS Pendiri terapi Realitas adalah William Glaser. Terapi Realitas adalah bentuk pengubahan perilaku karena dalam penerapan institusionalnya, merupakan tipe pengondisisan pengondisisan operan yang tidak ketat.
Menurut terapi ini, akan sangat berguna bila menganggap identitas dalam pengertian “identitas keberhasilan” lawan “identitas kegagalan”. kegagalan”. Dengan kata lain orang membutuhkan identitas dan mampu mengembangkan “identitas keberhasilan” maupun “identitas kegagalan”. Terapi realitas
berlandaskan motivasi pertumbuhan dan antideterministik. Tujuan umum konseling realitas adalah membimbing konseli kearah mempelajari perilaku yang realities dan bertanggung jawab serta mengembangkan “identitas keberhasilan”. Konselor berkewajiban membantu konseli dalam membuat pertimbangan pertimbangan – pertimbangan pertimbangan nilai tentang perilakunya sendiri dan dalam merencanakan tindakan bagi perubahan. perubahan. Tugas utama konselor dalam konseling ini adalah melibatkan diri dengan konseli dan mendorong konseli untuk menghadapi kenyataan dan untuk membuat pertimbangan nilai mengenai perilakunya sekarang. Setelah konseli menetapkan prubahan prubahan – perubahan perubahan spesifik yang dinginkannya, rencana – rencana rencana dibuat, dan hasilnya dievaluasi. Dalam membantu klien untuk menciptakan identitas keberhasilan, terapis bisa menggunakan beberapa teknik sebagai berikut :
• Terlibat dalam permaina peran dengan klien • Menggunakan humor • Mengonfrontasikan k lien lien dan menolak dalih apapun • Membantu klien dalam merumuskan rencana – rencana rencana yang spesifik bagi tindakan • Bertindak sebagai model dan guru • Memasang batas – batas batas dan menyusun situasi terapi • Melibatkan diri dengan klien dalam upaya mencari kehidup an yang lebih efektif. Terapi realitas tidak memasukan sejumlah teknik yang secara umum diterima oleh pendekatan – pendekatan terapi lain. Teknik – teknik teknik diagnostic tidak menjadi bagian dari terapi realitas sebab diagnostic dianggap membuang waktu, merusak klien dengan menyematkan label pada klien yang cenderung mengekalkan tingkah laku yang tidak bertanggung jawab dan gagal. Teknik l ain yang tidak digunakan adalah penafsiran, pemahaman, wawancara nondirektif, asosiasi bebas,analisis transferensi dan resistensi, dan analisis mimpi. 8. PENDEKATAN ANALISIS TRANSAKSIONAL TRANSAKSIONAL Pendekatan ini dikembangkan Oleh Eric Berne, berlandaskan suatu teori kepribadian yang berkenaan dengan analisis structural dan transaksional. Teori ini menyajikan suatu kerangka kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu : orang tua, orang dewasa, dan anak. Analisis Transaksional adalah psikoterapu transaksional yang dapat digunakan dalam konseling individual, tetapi lebih cocok untuk digunakan dalam konseling kelompok. AT memekankan aspek – aspek aspek kognitif rasional behavioral dan berorientasi kepada peningkatan kesadaran sehingga konseli akan mampu membuat putusan – putusan putusan baru dan mengubah cara hidupnya. Tujuan dasar AT adalah membantu klien dalam membuat putusan – putusan putusan baru yang menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah hidupnya. Sasarannya adalah mendorong klien agar menyadari bahwa kebebasan dirinya dalam memilih telah dibatasi oleh putusan – putusan dini mengenai posisi hidupnya dan oleh permainan yang manipulative dan oleh scenario – scenario hidup yang mengalahkan diri, dengan gaya hidup otonom yang ditandai dengan kesadaran, spontanitas, dan keakraban. Sebagian besar metode dan proses – proses, proses, prosedur – prosedur, prosedur, dan teknik – teknik teknik yang umum digunakan dalam praktek Analisis Transaksional. Sebagian besar metode dan proses terapeutik AT bisa diterapkan ada terapi individual maupun pada terapi kelompok.
• Analisis Struktural
Analisis structural adalah alat yang bisa membantu klien agar menjadi sadar atas isi dan fungsi ego orang tua, ego orang dewasa, dan ego anaknya. Para klien AT belajar bagaimana mengenali ketiga perwakilan egonya itu. Analisis structural membantu klien dalam megubah pola – pola pola yang dirasakan menghambat dan membantu klien agar menemukan perwakilan ego yang mana yang menjadi landasan tingkah yang mana menjadi menja di landasan tingkah lakunya. Dengan penemuannya, klien bisa memperhitungkan memperhitungkan pilihan-pilihannya.dua tipe masalah yang berkaitan dengan struktur kepribadian bisa diselidiki melalui analisis structural : pencemaran dan penyisihan. Pencemaran terjadi apabila isis perwakilan ego yang satu bercampur dengan dengan isi perwakilan ego yang lainnya. Penyisihan terdapat ketika ego anak yang tersisih bisa merintangi e go orang tua atau apabila ego orang tua yang tersisih merintangi ego anak, yakni apabila garis – garis garis batas ego yang kaku tidak memungkinkan gerakan bebas. Ego orang tua yang konstan men yisihkan ego orang dewasa dewasa, dan ego anak. Orang semacam ini bisa bersifat menghakimi, moralis, dan menuntut terhadap orang lain,bertindak dengan cara mendominasi dan otoriter. Ego anak yang konstan menyisihkan ego orang dewasa dan ego orang tua. Orang ini terusmenerus bersifat kekanak – kanakan. Ego orang dewasa yang konstan menyisihkan ego orang tua dan ego anak menjadikan m enjadikan individu ini kurang menunjukan perasaan dan kurang spontan.
• Permainan peran Dalam terapi kelompok, situasi-situasi permainan peran bisa melibatkan para anggta lain. Seorang anggota kelompok memainkan peran sebagai perwakilan ego yang menjadi sumber masalahbbagi anggota lainnya. Bentuk permainan lainnya adalah permainan yang menonjolkan gaya-gaya khas dari ego orang tua yang konstan, ego orang dewasa yang konstan, dan ego anak yang konstan, atau permainan- permainan tertentu agar memungkinkan klien memperoleh umpan balik tentang tingkah laku sekarang dalam kelompok
• Percontohan keluarga Klien diminta untuk membayangkan suatu adegan yang melibatkan sebanyak mungkin orang yang berpengaruh dimasa lampau, termasuk dirinya sendiri. Dia menetapkan situasi dan menggunakan para anggota kelompok sebagai pemeran para anggota keluar ga yang dibayangkannya. Diskusi, tindakan, dan evaluasi selanjutnya bisa mempertinggi kesadran tentang suatu situasi yang spesifik dan makna-makna pribadi yang berlaku pada klien.
• Analisis scenario Pembuatan scenario mula-mula terjadi secara nonverbal pada masa kanak-kanak melalui pesan pesan dari orang tua. Selama tahun-tahun pertama perkembangannya, perkembangannya, seseorang belajar tentang nilai dirinya sebagai pribadi dan tempat dirinya dalam dala m kehidupan. Selanjutnya, pembentukan skenario berjalan melalui cara-cara langsung maupun tidak langsung. Analisis skenario bisa dilaksanakan dengan menggunakan suatu daftar scenario berisi item-item yang berkaitan dengan posisi-posisi hidup, hi dup, penipuan-penipuan, penipuan-penipuan, permainan-permainan yang semuanya merupakan komponen-komponen fungsional utama pada scenario kehidupan individu.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Psikologi Konseling adalah gabungan dari Psikologi dan Konseling yang berarti sebagai suatu cabang ilmu kegiatan yang dibangun melalui adanya interaksi antara klien dengan psikolog/konselor untuk mengidentifikasi kebutuhan, nilai, peras aan, pengalaman, harapan, serta sert a masalah yang dihadapi klien.
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memecahkan masalah-masalah psikologis klien dengan menyadarkan klien akan akar masalah yang sebenarnya dihadapi hingga akhirnya klien dapat menemukan sendiri solusi dari masalah yang dihadapinya. B. Saran Sebagai calon konselor selain harus menguasai ilmu konseling kita juga harus menguasai psikologi, kerena psokologi psokologi sendiri adalah akar dari ilmu konseling.
Daftar Pustaka
1. Akhyar, Syaiful Lubis. Lubis. 2011. Konseling Islami dan Kesehatan Mental. Cita Pustaka Perintis. Medan. 2. https://www.kosngosan.com/2017/06/makalah-materi-konsep-psikologi-konseling.html 3. Niamah. 2012. Pengertian Bimbingan Konseling Menurut Pendapat Beberapa Ahli. 4. Lumonggang, Lumonggang, Namora Namora Lubis. Lubis. Memahami Dasar-dasar Konseling dalam Teori dan Praktik. 5. Supriyadi, T. 2011. Psikologi konseling. Inti Prima Promosindo. Jakarta. 6. Surya, Mohammad. 2003. Psikologi Konseling. Pustaka Bani Bani Quraisy. Bandung. 7. Hartono, Soedarmadji Soedarmadji Boy. 2012. 2012. Psikologi Konseling (Edisi Revisi). Revisi). Kencana Prenada Media Group. Jakarta.