Nama
: Dinda Yonita Sari
Npm
: 21401031038
Jurusan
: Agroteknologi VI (B)
Mata kuliah
: Teknologi pembibitan dan budidaya jamur
1. Uraikan secara kronologis perkembangan budidaya jamur di Indonesia ! Jamur = cendawan (mushroom) hidup liar secara saprofit di alam bermanfaat sebagai pangan dan obat-obatan. Lebih dari 70 000 jenis jamur yang telah dikenal baik yang hidup di hutan, kebun-kebun, pertanaman atau di pekarangan. Dilaporkan di daerah Jaya Wijaya penduduknya telah memanfaatkan jamur yang tumbuh alami sebanyak 49 spesies. Penduduk setempat memakan jamur dengan cara dimakan mentah, dibakar, dimasak dengan bakar batu, dimasak dengan sayuran lain, atau digoreng. Budidaya jamur di Indonesia baru dimulai tahun 1950-an untuk jenis jamur merang, dan awal 1970-an untuk jenis jamur Tiram, Shitake, dan Kuping. Agribisnis jamur sekarang telah maju sangat pesat mulai dari benua Asia, Eropa, Amerika dan Australia. Sampai saat ini, masyarakat Indonesia mengembangkan budidaya jamur dengan dua metode yaitu metode konvensional dan inkonvensional. 2. Mengapa budidaya jamur di Indonesia masih tergolong ketinggalan dibanding negara-negara lain seperti Cina, Korea dan Jepang ? Karena bangsa Cina adalah bangsa pertama yang telah membudidayakan jamur konsumsi yang sekaligus berkhasiat obat seperti Shitake (Lentinus edodes). Banyak cerita dan legenda bahkan mitos yang telah ditulis yang menggambarkan betapa tinggi dan prestisiusnya golongan jamur tersebut dibandingkan dengan komoditas lain dan pada awal abad ke 20, Perancis memelopori pembudidayaan jamur Champignon (Jamur Kancing) secara modern, disusul RRC, Taiwan, Vietnam, dan Filipina untuk jamur merang. Jamur Tiram yang juga telah dikembangkan di Cina berkembang pula di Jepang, Filipina, Taiwan, Malaysia dan Singapura sedangkan budidaya jamur di Indonesia baru dimulai tahun 1950-an untuk jenis jamur merang, dan awal 1970-an untuk jenis jamur Tiram, Shitake, dan Kuping dan masyarakat Indonesia masih mengembangkan budidaya jamur dengan dua metode yaitu metode konvensional dan inkonvensional. 3. Bagaimana prospek jamur yang berkhasiat obat dan jamur edible di masa yang akan datang ? Tanpa disadari jamur yang berkhasiat obat dan jamur edible memiliki andil besar dalam memenuhi aneka manfaat sebagai bahan pangan dan obat-obatan yang memiliki nilai
ekonomi yang sangat tinggi. Jamur edible seperti jamur merang, rayap, gerigit, kancing putih, kuping, shitake dan tiram putih dan lain sebagainya sedangkan untuk jamur yang di manfaatkan obat yaitu jamur Ling-Zhi dan Cordyceps sinensis. 4. Bagaimana cara masyarakat membedakan antara jamur liar beracun dan jamur yang dapat dikonsumsi ? Cara yang mengidentifikasi jamur liar beracun dan jamur yang dapat dikonsumsi biasanya cara yang dipakai oleh nenek moyang kita adalah dengan hewan piaraan seperti anjing, kera atau babi, hewan-hewan tersebut mengetahui tentang mana jamur yang dapat dimakan dan jamur mana yang beracun. Umumnya jamur beracun memiliki ciri-ciri antara lain :
Morfologi jamur beracun terdapat cawan atau cincin pada pangkal batangnya, kecuali
untuk jamur merang dan jamur kompos (Champignon) Jamur beracun mengeluarkan bau yang tidak sedap yaitu mirip bau telur busuk atau
bau amoniak. Warna jamur beracun umumnya mencolok ; merah-darah, hitam-legam, kuning muda,
putih dan lain sebagainya. Jamur beracun umumnya tumbuh pada tempat yang kotor. Memberikan bekas warna hitam atau biru pada senjata yang terbuat dari logam (pedang, pisau, atau panah) bila digunakan untuk memotong badan buah jamur
tersebut. 5. Apa perbedaan antara budidaya dengan metode konvensional dan inkonvensional, mana yang memiliki prospek yang paling menjanjikan ? Metode konvensional merupakan cara tradisional dengan menggunakan batangan atau gelondongan kayu yang dibiarkan pada awal musim penghujan. Dalam setahun, hanya
sekali masa panen dan jamur yang dipanen dapat lebih dari satu jenis. Metode inkonvensional merupakan cara untuk mengatasi kelemahan dari cara konvensinal. Proses budidaya jamur dengan metode ini menggunakan bag-log yang dibentuk menyerupai batangan kayu. Masa panen mencapai 4 bulan dan tidak tergantung pada musim. Produksi dapat berlangsung sepanjang tahun.
Yang memiliki prospek yang lebih menjanjikan adalah metode secara inkonvensional karena masa panen mencapai 4 bulan dan tidak tergantung pada musim dan produksi dapat berlangsung sepanjang tahun. 6. Bahan apa saja yang digunakan sebagai substrat jamur kayu ?
Bahan – bahan yang digunakan sebagai substrat tanam digunakan serbuk gergaji kayu, namun dalam penelitian yang panjang serbuk gergaji bukan satu-satunya substrat yang dapat digunakan untuk budidaya jamur, adapun bahan-bahan lain seperti limbah-limbah pertanian, sampah organik, limbah pemintalan kapas dan lain sebagainya yang dapat menopang kehidupan jamur. 7. Jelaskan sistematika, dan morfologi dari golongan jamur Shitake, Kuping, dan Tiram ! Sertai dengan gambar Sistematika Jamur Shitake Divisi
: Thallophyta;
Sub Divisi
: Eumycetes;
Kelas
: Basidiomycetes
Sub Kelas
: Holo basidiomycetes; Ordo : Agaricales;
Family
: Tricholomataceae;
Genus
: Lentinus;
Spesies
: Lentinus edodes
Morfologi Jamur Shitake 1. Tudung menyerupai payung, berwarna kuning kemerahan sampai cokelat tua. Lebarnya bervariasi 2,5 – 20 cm, bentuknya cembung sampai agak datar dan atau berputing kecil pada bagian tengahnya; permukaan tudung dan batangnya kering, berserat dengan kutikula yang bersisik. 2. Bagian di bawah tudung terdapat lamella (insang) yang berisi spora berwarna keputihan, warna tudung berubah menjadi coklat kemerahan dan menjadi coklat tua dengan bertambahnya umur jamur. 3. Tangkai tudung berwarna sama seperti tudungnya, padat, keras, dan kuat; ukuran bagian pangkalnya agak membesar. Panjang tangkai 3 – 9 cm, diameter 0,5 – 1,5 cm,
Sistematika Jamur Kuping
Divisi
: Thallophyta;
Sub Divisi
: Eumycetes;
Kelas
: Basidiomycetes;
Sub Kelas
: Phragmo basidiomycetes;
Ordo
: Agaricales;
Family
: Tricholomataceae;
Genus
: Auricularia;
Spesies
: Auricularia polytricha
Morfologi Jamur Kuping 1. Dalam keadaan segar badan buahnya kenyal seperti gelatin dan menjadi keras atau ulet seperti kulit sapi jika kering, berbentuk mangkok menyerupai telinga. 2. Bentuk yang menyerupai kuping berasal dari titik pusat pelekatan dari substrat, diameternya 2 – 15 cm, tipis berdaging, berkerut-kerut, dan kenyal. 3. Permukaan luar tak berspora atau steril, sering kali berurat, berbulu sangat halus atau berambut, warnanya coklat muda sampai hitam, bahkan pada strain tertentu ada yang berwarna oranye dan putih bersih. Permukaan dalam fertil, licin sampai agak berkerut. 4. Tangkai termodifikasi, karena mengalami rudimenter (ketidak sempurnaan). Jejak spora berwarna putih, spora berada di permukaan dalam biasanya terletak pada permukaan bagian bawah, berukuran (12 – 8) x (4 – 8) mikron, dan berbentuk sperti sosis licin, sedangkan basidiumnya mempunyai sekat melintang sebanyak tiga buah. 5. Jamur kuping jenis kecil disebut jamur kuping tikus dan yang besar dinamakan jamur kuping kambing atau gajah
Sistematika Jamur Tiram
Kingdom
: Plantae
Sub Kingdom : Thalophyta Divisi
: Mycota
Sub Divisi
: Eumycota
Klas
: Basidiomycetes
Sub Klas
: Holo Basidiomycetes
Ordo
: Agaricales
Famili
: Tricholomataeae
Genus
: Pleurotus
Spesies
: Pleurotus ostreatus Jacq-Exfr, Kummer, K.Haider.
Morfologi Jamur Tiram 1. Tubuh jamur tiram putih terdiri 2 bagian yaitu tudung dan tangkai (stipe). Tudung (pilleus) terdapat bilah (lamela) yang merupakan tempat tumbuhnya spora, mempunyai diameter 4 – 15 cm atau lebih, bentuknya seperti kipas atau tiram, cembung yang dalam perkembangannya menjadi rata atau kadang-kadang membentuk corong. 2. Dagingnya berwarna putih bersih, kokoh, permukaannya licin, agak berminyak ketika lembab, tetapi tidak lengket.
3. Spora tumbuh pada lamela yaitu pada bagian insang, bentuknya oval sampai bulat panjang, dinding spora halus, jejaknya berwarna putih sampai ungu muda atau abuabu keunguan berukuran (1.5 – 9) x (3 – 4) mikron.