TUGAS INDIVIDU UNIT PEMBELAJARAN III BLOK 23 KEDOKTERAN POPULASI VETERINER ” LEPTOSPIROSIS MENGANCAM WARGA DIY ”
Oleh : RIA HARDIANA 09 / 283233 / KH / 06193 Kelompok 9
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2013
LEARNING OBJECTIVES 1. Mengetahui perbedaan antara endemik, epidemik, sporadik, pandemik dan KLB ! 2. Mengetahui tentang monitoring dan surveilance ! PENYELESAIAN 1. Mengetahui perbedaan antara endemik, epidemik, sporadik, pandemik dan KLB ! Endemik Suatu infeksi dikatakan sebagai endemik pada suatu populasi jika infeksi tersebut berlangsung di dalam populasi tersebut tanpa adanya pengaruh dari luar. Bila infeksi tersebut tidak lenyap dan jumlah orang yang terinfeksi tidak bertambah secara pesat atau dikatakan berada dalam keadaan tunak endemik (endemic steady state). Suatu infeksi yang dimulai sebagai suatu epidemi pada akhirnya akan lenyap atau mencapai keadaan tunak endemik, bergantung pada sejumlah faktor, termasuk virulensi dan cara penularan penyakit bersangkutan. Dalam bahasa percakapan, penyakit endemik sering diartikan sebagai suatu penyakit yang ditemukan pada daerah tertentu. Pada kondisi penularan dan infeksi yang normal (infeksi dengan dosis rendah pada host yang sudah memiliki kekebalan), banyak agen-agen infeksi penyakit endemik yang tidak menimbulkan penyakit klinis pada host yang baru terinfeksi untuk pertama kalinya. Penyakit seringkali timbul akibat rusaknya keseimbangan antara agen-host-lingkungan (misalnya, dosis tinggi oleh agen yang sangat infeksius, host mengalami stress, kegagalan transfer kekebalan pasif). Timbulnya penyakit dalam kondisi endemik jarang terjadi sebagai akibat masuknya strain baru yang lebih infeksius atau virulen. Apabila infeksi endemik semacam itu tidak segera diatasi, maka proporsi hewan peka akan menjadi lebih besar dari normal, yang pada gilirannya akan mempermudah timbulnya wabah (Willyanto, 2006). Contoh: wabah penyakit kolera. Epidemik Menurut UU RI No 4 tahun 1984 pengertian wabah dapat dikatakan sama dengan epidemi, yaitu “kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka”. Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (outbreak) yaitu serangan penyakit, lingkup yang lebih luas (epidemi), atau bahkan lingkup global (pandemi). Epidemi adalah penyakit yang timbul sebagai kasus baru pada suatu populasi tertentu manusia, dalam suatu periode waktu tertentu, dengan laju yang melampaui laju "ekspektasi" (dugaan), yang didasarkan pada pengalaman mutakhir. Dengan kata lain, epidemi adalah wabah yang terjadi secara lebih cepat daripada yang diduga. Jumlah kasus baru penyakit di dalam suatu populasi dalam periode waktu tertentu disebut incidence rate atau laju timbulnya penyakit. Pengolahan data pada kasus endemik dengan menggunakan kurva epidemik yaitu gambaran dari jumlah atau proporsi hewan tertular pada suatu kelompok hewan dalam suatu periode waktu tertentu. Kurva epidemik berguna untuk menentukan jenis paparan dan jenis penularan yang terjadi pada suatu wabah. Informasi semacam ini berguna untuk menentukan kemungkinan penyebab wabahnya dan usaha apakah yang mungkin dilakukan untuk menghentikannya (Willyanto, 2006). Contoh: penyakit malaria dan kaki gajah Sporadik Sporadik adakah suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang ada di suatu wilayah tertentu frekwensinya berubah-ubah menutur perubahan waktu (Anonim, 2011). Contoh: penyakit poliomielitis Pandemik Suatu pandemi atau epidemi global atau wabah global merupakan terjangkitnya penyakit menular pada banyak orang dalam daerah geografi yang luas. Menurut WHO, suatu pandemi dikatakan terjadi bila ketiga syarat berikut telah terpenuhi: a. timbulnya penyakit bersangkutan merupakan suatu hal baru pada populasi bersangkutan,
b. agen penyebab penyakit menginfeksi manusia/hewan dan menyebabkan sakit serius, c. agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah dan berkelanjutan pada manusia/hewan. Suatu penyakit atau keadaan tidak dapat dikatakan sebagai pandemi hanya karena menewaskan banyak orang. Contoh: penyakit influenza (1957) dan cholera el for (1962). Outbreak Outbreak adalah peningkatan insidensi kasus yang melebihi ekspektasi normal secara mendadak pada suatu komunitas, di suatu tempat terbatas, misalnya desa, kecamatan, kota, atau institusi yang tertutup pada suatu periode waktu tertentu (Gerstman, 1998; Last, 2001). Hakikatnya outbreak sama dengan epidemi (wabah). Hanya saja tema kata outbreak biasanya digunakan untuk suatu keadaan epidemik yang terjadi pada populasi dan area geografis yang relatif terbatas. Area terbatas yang merupakan tempat terjadinya outbreak disebut fokus epidemik. 2. Mengetahui tentang monitoring dan surveilance ! Monitoring penyakit Monitoring penyakit yaitu usaha untuk menduga kesehatan dan status penyakit pada suatu populasi yang secara langsung dan terus menerus dilakukan. Sampel yang digunakan dapat merupakan sampel dari populasi yang berkelanjutan (on going) atau berulang (repeated). Penyakit yang diduga bersifat umum dan populasi yang digunakan dapat bersifat nasional, regional maupun pada kelompok tertentu. Monitoring (pemantuan) adalah usaha yang terus menerus yang ditujukan untuk mendapatkan taksiran kesehatan dan penyakit pada populasi. Sedangkan aktivitas monitoring meliputi koleksi, pengolahan, peringkatan data (tabel dan grafik), dan penyebaran informasi/pelaporan ke perorangan atau badan-badan yang berkepentingan. Koleksi analisis, dan penyebaran informasi secara sistematik tentang tingkat (misalnya munculnya penyakit, prevalensi, dan terjadi pada populasi tertentu.
insidensi) penyakit yang
Surveilans penyakit Surveilans yaitu monitoring yang disertai dengan tindakan yang akan segera dilakukan jika data yang didapat mengindikasikan prevalensi atau insidensi suatu penyakit yang melebihi ambang batas. Sampel yang digunakan dapat merupakan sampel dari populasi yang berkelanjutan (ongoing) atau berulang (repeated). Populasi yang digunakan bisa bersifat nasional, regional maupun pada kelompok tertentu. Biasanya berhubungan dengan penyakit tertentu Surveilans berbeda dengan pemantauan (monitoring) biasa. Surveilans dilakukan secara terus menerus tanpa terputus (kontinue), sedang pemantauan dilakukan intermiten atau episodik. Dengan mengamati secara terus-menerus dan sistematis maka perubahan-perubahan kecenderungan penyakit dan faktor yang mempengaruhinya dapat diamati atau diantisipasi, sehingga dapat dilakukan langkah-langkah investigasi dan pengendalian penyakit dengan tepat (Samsudrajat, 2011). Tujuan spesifik surveilans adalah memperkirakan prevalensi dan insidensi, mendeteksi penyakit baru, dan menyakinkan suatu penyakit tertentu tidak ada pada populasi Langkah-langkah Surveilans Epidemiologi dengan sampel detect disease surveillance, misalnya di lakukan pada penyakit leptospirosis, langkah- langkah yang dilakukan antara lain adalah 1. Mendeteksi penyakit Mendeteksi terlebih dahulu adanya penyakit dengan perhitungan diperlukan perkiraan: tingkat keyakinan (konfidensi), prevalensi penyakit, dan jumlah hewan dalam populasi. Besaran Sampel : n = [1 – (1 – a)1/D][N – (D – 1)/2] 2. Mengambil sampel dari populasi 3. Penyakit yang dimonitor 4. Menentukan tujuan-tujuan spesifik a. Memperkirakan tingkat (prevalensi dan insidensi) b. Mendeteksi penyakit/cemaran/residu baru pada populasi c. Mendeteksi wabah penyakit/tingkat cemaran/ keracunan pada populasi d. Menyakinkan suatu penyakit/cemaran/ keracunan tidak ada pada populasi
5. Pengambilan data Minimum data yang diperlukan adalah a. Umur, kelamin, bangsa, jenis produk hewan b. Lokasi asal hewan dan PAH contoh diambil c. Tanggal dan hasil pengujian d. Formulir baku disiapkan penggunaan di lapangan 6. Frekuensi pengumpulan data Tergantung tujuan spesifik: penyakit baru, wabah, spesifik, dan sertifikasi bebas
penyakit observasi terus menerus 7. Pengelolaan dan analisis data 8. Pelaporan
Dilaporkan secara teratur selama program berlangsung. Frekuensi pelaporan tergantung pentingnya penyakit. Penyakit eksotik/endemik/keracunan laporkan segera mungkin (Budiharta, 2011).
Sistem Surveillance (Murti, 2011) Syarat dalam melakukan kajian surveillance: •
Kemampuan dalam mengunakan perangkat yang mendukug pelaksanaanya dan ikut proaktif dalam melaksanakan surveillance
•
Tersedianya sarana dan prasarana seperti laboratorium diagnostic yang bagus.
•
Sistem koleksi data yang baik dalam pelaksanaanya.
•
Kemampuan analisis data yang tepat.
•
Komunikasi dan pelaporan hasil sesuai dengan kondisi (cepat, tepat dan akurat)
•
Identifikasi spesifik penyakit pada daerah bebas (pemetaan dan pembatasan daerah)
Tiga hal yang penting dalam pelaksanaan Monitoring dan Surveilans 1. Surveilans agen penyakit (disease agent surveillance) 2. Monitoring hospes (Host monitoring) 3. Penilaian lingkungan (enviromental assessment)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Mengenal Epidemiologi Penyakit Menular http://rachmadrevanz.com/2011/mengenal-epidemiologi-penyakitmenular.html. Tanggal akses 16 April 2013
.
Budiharta, S. 2002. Kapita Selekta Epidemiologi Veteriner. Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner. Fakultas Kedokteran Hewan UGM. Yogyakarta. Gerstman, B.B. 1998. Epidemiology kept simple: An Introduction to Classic and Modern Epidemiology. New York: Wiley-Liss, Inc. Last, J.M. 2001. A dictionary of epidemiology. New York: Oxford University Press, Inc. Murti, B. 2011. Surveilans Kesehatan Masyarakat. Diakses dari http://fk.uns.ac.id/ static/materi/Surveilans_-_Prof_Bhisma_Murti.pdf. Tanggal akses 15 April 2013 Samsudrajat, Agus. 2011. Surveilans Epidemiologi. STIKES Kapuas Raya Sintang. http://agus34drajat.files.wordpress.com/2011/03/dasar-surv.pdf. Tanggal akses 16 April 2013 Willyanto, I. 2006. Konsep-konsep Dasar Epidemiologi Veteriner. Pendidikan dan Pelatihan Epidemiologi dan Infolab: Bali