TRAUMA OCULUS
I.
PENDAHULUAN
Trauma mata sering merupakan penyebab kebutaan unilateral pada anak dan dewasa muda; kelompok usia ini mengalami sebagian besar cedera mata yang parah. Dewasa muda terutama pria merupakan kelompok yang kemungkinan besar mengalami cedera tembus mata. Kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan aki, cedera akibat olah raga, dan kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan-keadaan yang paling sering menyebabkan trauma pada mata. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan
dapat
mengakibatkan
atau
memberikan
penyulit
sehingga
mengganggu fungsi penglihatan. Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan.
1,2
Walaupun mata memiliki sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita, kelopak dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks memejam atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar.
1
Angka kejadian trauma okuli semakin meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu sangat dibutuhkan perhatian yang khusus dari tenagatenaga kesehatan untuk melalukan penanganan yang terbaik. Terdapat sekitar 3 juta kasus okuler dan orbita di Amerika Serikat setiap tahunnya, dimana 20.000 sampai 68.000 dengan kasus trauma yang mengancam penglihatan dan 40.000 orang menderita kehilangan penglihatan yang signifikan setiap tahunnya.
3,4
Pada mata dapat terjadi trauma dalam bentuk trauma tumpul, trauma tembus bola mata, trauma kimia dan trauma radiasi. Trauma dapat mengenai jaringan mata, kelopak, konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik dan orbita. 1|Page
1
II.
INSIDENS
Berdasarkan penelitian Beaver Dam, sebanyak 20% usia dewasa dilaporkan mengalami trauma okuli sebanyak lebih dari 3 kali selama hidupnya. Pada penelitian ini, lebih ditemukan lebih dari setengah kasus disebabkan oleh trauma benda tajam. Sangat mengejutkan, di rumah ternyata lebih beresiko untuk terjadi trauma okuli dibandingkan di tempat kerja dan sekitar 23% kasus trauma t rauma okuli berhubungan dengan olahraga. olahraga.
4
Di Amerika Serikat, frekuensi f rekuensi trauma superfisial mata dan adneksa (41,6%), benda asing pada mata bagian luar (25,4%), kontusio pada mata dan adneksa (16.0%), luka terbuka pada mata dan adneksa (10,1%), fraktur dasar orbita (1,3%), dan cedera saraf (0,3%).
III.
4
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda.
Gambar 1 Gambar anatomi bola mata. Dikutip dari kepustakaan 5
2|Page
1
Gambar 2 Potongan sagital bola mata. Dikutip dari kepustakaan 5
Bola mata dibungkus oleh tiga lapis jaringan :
1
1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sclera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar di banding sclera. 2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan uvea dan sklera dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah jika terjadi perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan suprakoroid. Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh tiga susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata. Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (aquos humor) yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris dibatas kornea dan sklera. 3.
Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membrane neurosesnsoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan ke
3|Page
saraf optik dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial antara retina dan koroid sehingga retina dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina. Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin yang hanya menempel papil saraf optik, makula dan pars plana. Lensa terletak di belakang pupil yang di pegang di daerah ekuatornya pada badan siliar melalui zonula zinni. Lensa mempunyai peranan pada akomodasi atau melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah makula 1
lutea.
Konjungtiva merupakan membran mukosa transparan yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.
IV.
1,7
KLASIFIKASI
Klasifikasi trauma okular berdasarkan mekanisme trauma berdasarkan definisi “American Ocular Trauma Society”:
3,6
1. Trauma non-perforans :
Di mana dinding mata (sklera dan kornea) tidak memiliki cedera pada keseluruhan dindingnya tetapi ada kerusakan intraokuler. Terbagi menajdi 2 yaitu : - Kontusio : Mengarah pada trauma non-perforans yang diakibatkan dari trauma benda tumpul. Kerusakan mungkin terjadi pada tempat trauma atau tempat yang jauh. - Laserasi lamellar : Mengarah pada trauma non-perforans yang mengenai hingga sebagian ketebalan dinding mata yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul
2. Trauma perforans 4|Page
Di mana terdapat perlukaan yang mengenai seluruh lapisan pada sklera atau kornea atau keduanya. Terdiri atas : -
Ruptur : kerusakan pada seluruh ketebalan dinding mata yang
diakibatkan oleh benda tumpul. Luka muncul akibat peningkatan tekanan intraoculer yang jelas akibat mekanisme cedera masuk-keluar. -
Laserasi : kerusakan pada seluruh ketebalan dinding mata yang
diakibatkan oleh benda tajam. Terbagi atas 3 yaitu luka penetrasi (laserasi yang berjumlah hanya satu pada dinding mata yang disebabkan oleh benda tajam), perforasi (terdapat dua laserasi pada seluruh ketebalan dinding mata (satu masuk dan satu keluar) pada dinding mata yang disebabkan oleh benda tajam. Kedua luka harus disebabkan oleh penyebab yang sama). -
Benda asing Intraokuler : luka penetrasi di mana benda asingnya tetap
tertinggal dalam mata. Klasifikasi trauma okuler berdasarkan mekanisme trauma:
3
Trauma mekanik :
a. Trauma palpebra Pada palpebra dapat terjadi : 1. Hematoma palpebra merupakan pembengkakan atau penimbunan darah di bawah kulit kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra. Bila perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua kelopak dan berbentuk kacamata hitam yang sedang di pakai, maka keadaan ini disebut hematoma kaca mata yang terjadi akibat pecahnya arteri oftalmika yang merupakan tanda dari fraktur basis 1
crania.
2. Aberasi dan laserasi kelopak mata . Benda partikel harus dikeluarkan dari aberasi kelopak untuk mengurangi resiko pembentukan tato kulit. Laserasi partial-thickness pada kelopak yang tidak mengenai batas kelopak dapat diperbaiki secara bedah sama seperti laserasi kulit lainnya. b. Trauma pada sistem lakrimal 5|Page
2
c. Laserasi konjungtiva d. Benda asing pada kornea dan konjungtiva e. Erosi kornea Trauma non perforans (trauma tumpul, closed-globe injury,)
f.
Trauma tumpul yang terjadi dapat mengakibatkan beberapa hal, 4,
yaitu:
1. Edema konjungtiva Jaringan konjungtiva yang bersifat selaput lendir dapat menjadi kemotik pada setiap kelainannya, demikian pula akibat trauma tumpul. Bila kelopak terpajan ke dunia luar dan konjungtiva secara langsung kena angin tanpa mengedip, maka keadaan ini dapat mengakibatkan edema pada konjungtiva. 2. Hematoma subkonjungtiva Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat pada atau di bawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera. Pecahnya pembuluh darah ini dapat akibat batuk rejan, trauma tumpul basis kranii (hematoma kaca mata), atau pada keadaan pembuluh darah yang rentan (pada usia lanjut, hipertensi, arteriosklerosis, konjungtivitis, anemia, dan obat-obat tertentu) dan mudah pecah. Bila akibat trauma tumpul, maka perlu dipastikan bahwa tidak terdapat robekan di bawah jaringan konjungtiva atau sclera. 3. Edema pada kornea Edema kornea akan memberikan keluhan penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat. Kornea akan terlihat keruh, dengan uji plasido yang positif. 4. Erosi kornea Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea. Erosi dapat terjadi tanpa cedera pada membran basal. 5. Hifema 6|Page
Hifema adalah adanya darah di dalam kamera anterior. Hifema atau adanya darah dalam bilik mata depan dapat terjadi karena trauma tumpul. 6. Iridoparese Iridoplegia adalah adanya kelumpuhan pada otot pupil sehingga terjadi midriasis. Penanganan: Berikan pilokarpin, apabila dengan pemberian yang sampai berbulan-bulan tetap midriasis maka telah terjadi iridoplegia yang iriversibel. 7. Iridodialisis Iridodialisis ialah iris yang pada suatu tempat lepas dari pangkalnya, pupil menjadi tdak bula dan di sebut dengan pseudopupil. 8. Dislokasi lensa Dislokasi
lensa
terjadi
pada
putusnya zonula
zinn
yang
mengakibatkan kedudukan lensa terganggu. 9. Subluksasi lensa Terjadi akibat putusnya sebagian zonula zinn sehingga lensa berpindah tempat. Dapat juga terjadi spontan akibat pasien menderita kelainan pada zonula zinn yang rapuh (Sindrom Marphan). 10. Katarak trauma Katarak akibat cedera dapat akibat trauma perforasi ataupun tumpul terlihat sesudah beberapa hari ataupun tahun. Pada trauma tumpul akan terlihat katarak subkapsular anterior ataupun posterior. 11. Ablasi Retina Trauma diduga merupakan pencetus untuk terlepasnya retina dari koroid pada penderita ablasi retina. Biasanya pasien telah mempunyai bakat untuk terjadinya ablasi retina seperti retina tipis akibat retinitis semata, myopia, dan proses degenerasi retina lainnya. 7|Page
g. Trauma pada dasar orbitalis ( outflow fracture) h. Trauma perforans ( open-globe injury) Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke d alam bola mata maka akan terlihat tanda-tanda bola mata tembus seperti :
2
1. Tajam penglihatan yang menurun 2. Tekanan bola mata rendah 3. Bilik mata dangkal 4. Bentuk dan letak pupil berubah 5. Terlihatnya ada ruptur pada kornea atau sklera 6. Terdapat jaringan yang di prolaps seperti cairan mata, iris, lensa badan kaca atau retina 7. Konjungtiva kemosis
Trauma Akibat Temperatur dan Radiasi
1. Trauma bakar
9
9
A. Panas Refleks menutup mata dengan cepat, fenomena Bell’s dan refleks menjauh dari sumber panas yang dapat menyebabkan kerusakan bola mata dari api. Terbakar akibat bahan metal yang bersentuhan dengan mata bisa menyebabkan trauma kornea dengan skar yang menetap. B. Dingin Peralihan edema stroma kornea dengan dingin dilaporkan bervariasi, mencakup individu dengan Raynaud Disease. Stress dingin dapat menyebabkan konjungtiva vaskuler tetap pada fenomena raynaud. Peralihan dingin merangsang edema kornea dilaporkan pada sebagian besar pasien dengan disfungsi CN V (trigeminal). 2. Radiasi Ultraviolet 3. Radiasi Ion
8|Page
9
Trauma Kimia
Trauma kimia pada mata luar dapat menyebabkan masalah dari iritasi yang kecil menjadi kerusakan lengkap dari permukaan epitel okuli, corneal opacification, kebutaan.
9
a. Trauma kimia yang disebabkan oleh Alkali. Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan akibat yang sangat gawat pada mata. Alkali akan menembus dengan cepat kornea, bilik mata depan dan sampai pada jaringan retina, sehingga dapat terjadi penghancuran jaringan kolagen retina.
1
b. Trauma kimia yang disebabkan oleh Asam. Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik (asetat, forniat), dan organik anhidrat (asetat). Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi pengendapan ataupun penggumpalan protein permukaan sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Berdasarkan Birminghamm Eye Terminology System (BETTS), trauma okuli dibagi atas 2 yaitu : 1.
2.
V.
8
Trauma bola mata tertutup (closed globe injury) A.
Kontusio
B.
Laserasi lamellar
Trauma bola mata terbuka (Open-globe Injury) A.
Ruptur
B.
Laserasi: o
Penetrasi
o
Intraocular foreign body (IOFB)
o
Perforasi
PATOFISIOLOGI
Terdapat empat mekanisme yang menyebabkan terjadi trauma okuli yaitu :
4
coup,
countercoup,
9|Page
equatorial global reposititioning. Coup adalah kekuatan yang disebabkan langsung oleh trauma.
Countercoup merupakan gelombang getaran yang diberikan oleh cuop,
dan diteruskan melalui okuler dan struktur orbita. Akibat dari trauma ini, bagian equator dari bola mata cenderung mengambang dan merubah arsitektur dari okuli normal. Pada akhirnya, bola mata akan kembali ke bentuk normalnya, akan tetapi hal ini tidak selalu seperti yang 4
diharapkan.
Trauma mata yang sering adalah yang mengenai kornea dan permukaan luar bola mata (konjungtiva) yang disebabkan oleh benda asing. Meskipun demikian kebanyakan trauma ini adalah kecil, seperti penetrasi pada kornea dan pembetukan infeksi yang berasal dari terputusnya atau perlengketan pada kornea yang mana hal ini dapat menjadi serius. Benda asing dan aberasi di kornea menyebabkan nyeri dan iritasi yang dapat dirasakan sewaktu mata dan kelopak mata digerakkan. Defek epitel kornea dapat menimbulkan keruhan serupa. Fluoresens akan mewarnai membran basal epitel yang terpajan dan dapat memperjelas kebocoran cairan akibat luka tembus (uji Seidel positif)
Direct im act
2
Compression
Reflected
Rebound compression
wave force
compression
wave force
Gambar 2 Patofisiologi pada trauma tumpul Dikutip dari kepustakaan 6
Mekanisme trauma pada bola mata akibat benda tumpul:
10 | P a g e
6
1. Dampak langsung pada bola mata: tempat kontak mendapatkan cedera terbesar pada mata. 2. Kekuatan gelombang penekanan : ditransmisikan melalui isi cairan ke seluruh arah dan menghantam bilik mata depan, mendorong diafragma iris ke belakang, dan juga menghantam koroid dan retina. Kadangkadang gelombang penekanan sangat besar sehingga menyebabkan cedera pada tempat yang jauh dari tempat cedera awal yang disebut counter coup
3. Kekuatan gelombang penekanan yang dipantulkan : setelah mengenai dinding luar, maka gelompang penekanan menuju ke kutub belakang dan dapat merusak fovea. 4. Kekuatan gelombang penekanan balik : setelah mengenai dinding belakang, gelombang penekanan dikembalikan lagi ke depan, yang dapat merusak koroid dan diafragma dengan tarikan dari belakang ke depan. 5. Kekuatan tidak langsung : apabila bola mata mengenai struktur tulang dan elastis dari struktur penyusun bola mata. VI.
DIAGNOSIS 1,2
A. ANAMNESIS
Anamnesis yang teliti sangat penting : a.
Penggunaan palu dan alat pahat dapat melepaskan serpihanserpihan logam yang akan menembus bola mata dan hanya meninggalkan petunjuk perdarahan subkonjungtiva yang mengindikasikan adanya penetrasi sclera dan benda asing yang tertinggal.
b.
Kawat yang tegang atau paku dapat menembus kornea dengan cepat, kadang menghasilkan jalur yang hampir tidak terlihat.
c.
Trauma tumpul pada mata juga dapat menyebabkan kerusakan orbita (blow-out fracture).
d.
Sangat penting untuk menentukan sifat bahan kimia yang mungkin mengalami kontak dengan mata. Basa kuat menembus
11 | P a g e
jaringan anterior mata dan dapat dengan cepat menyebabkan kerusakan irreversible. Gejala pasien berhubungan dengan derajat dan jenis trauma yang dialami. Nyeri, lakrimasi dan pandangan kabur merupakan gambaran umum trauma, namun gejala ringan dapat menyamarkan benda asing intraokular yang berpotensi membutakan.
Lokasi
Lokalisasi dari benda asing yang masuk ke dalam mata melewati kornea dan sklera dapat ditemukan pada beberapa lokasi seperti :
1
Bilik mata depan. Pada bilik mata depan, benda asing intraokuler seringkali tertanam di bagian bawah. Benda asing kecil dapat tersembunyi di sudut dari bilik mata depan, dan hanya dapat terlihat dengan pemeriksaan gonioscopy
Iris. Pada iris, benda asing biasanya tertahan dan ditemukan terperangkap dalam stroma.
Bilik mata belakang. Benda asing dapat terperangkap di belakang iris setelah masuk masuk melalui mata atau setelah membuat lubang pada iris.
Lensa. Benda asing dapat ditemukan pada permukaan anterior atau di dalam lensa. Gambaran opak atau lensa yang menjadi katarak dapat terlihat.
Kavitas vitreous. Benda asing dapat menembus sampai ke dalam lapisan korpus vitreous.
Retina, koroid, dan sklera. Benda asing dapat memperoleh akses ke struktur-struktur ini melalui kornea atau langusn melalui perforasi pada sklera.
12 | P a g e
Kavitas orbita. Benda asing yang menembus bola mata kadang-kadang
menyebabkan
perforasi
ganda
dan
menempati jaringan lain dalam orbita. 8,9
B. PEMERIKSAAN FISIK
Gejala dan Tanda Trauma Tembus Mata : a. Riwayat adanya objek dengan kecepatan tinggi yang mengenai mata b. Jaringan berwarna gelap pada kornea atau sklera (sumbatan iris pada luka) c. Pupil yang distorsi d. Darah pada bilik mata depan e. Bilik mata anterior yang dalam dan tidak biasa f. Katarak g. Perdarahan vitreus
A. Kornea Kornea diperiksa untuk mencari apakah terdapat kehilangan lapisan epitel, laserasi dan benda asing. Penetesan fluoresens akan mengidentifikasikan luas aberasi dan jika pekat akan mengidentifikasi kebocoran aqueous melalui luka tembus. B. Bilik mata anterior Trauma tumpul dapat menyebabkan perdarahan kedalam bilik mata anterior dimana perdarahan ini berkimpul dengan batas cairan (hifema) yang disebabkan oleh rupturnya akar pembuluh darah iris atau iris terobek dari insersinya pada korpus siliar (dialisis iris). Pupil juga mengalami dilatasi akibat trauma tumpul (midriasis traumatik). c. Lensa mata Dislokasi lensa setelah trauma benda tumpul dapat dipertimbangkan apabila terdapat kedipan pupil pada saat gerakan mata (iridodnesis). Katarak pada lensa berkembang dengan sangat cepat setelah trauma 13 | P a g e
penetrasi. Trauma tumpul juga menyebabkan katarak pada subkaspul posterior dalam hitungan jam dari trauma.
1. Dengan Slit Lamp
9
Slit Lamp akan memungkinkan pemeriksaan yang lebih detail, yang dapat menunjukkan : a.
Bilik mata anterior yang lebih dangkal dibandingkan dengan mata kontralateral dapat mengimplikasikan trauma tembus anterior.
b.
Hifema mikroskopik dimana terdapat sel darah merah di dalam bilik mata anterior namun tidak cukup untuk membentuk hifema.
c.
Adanya sel darah putih dalam ruang anterior (uveitis traumatik)
d.
Resesi sudut iridokornea dilihat dengan lensa kontak gonioskopi (insersi otot siliaris kedalam spur sklera bergerak ke posterior). Ini di dapatkan pada trauma tumpul.
e.
Peningkatan tekanan intraokular dengan tonometri aplanasi.
2. Ophthalmoscopy 3. Tonometri 4. USG B-scan 5. CT-Scan VII.
MANIFESTASI KLINIS
Beberapa manifestasi klinis yang dapat ditimbulkan oleh trauma okuli penetrans dan benda asing intraokuler adalah sebagai berikut :
1,2,4,6,8,9
Efek mekanis akibat trauma atau perubahan fisik. Termasuk didalamnya berupa luka pada konjungtiva yang seringkali dimanifestasikan sebagai perdarahan subkonjungtiva, dimana luka dengan ukuran lebih dari 3 mm sebaiknya segera dijahit. Luka pada kornea dengan atau tanpa komplikasi. Luka pada kornea tanpa disertai komplikasi tidak berkaitan dengan adanya prolapsus dari isi intraokuler. Batas dari luka ini akan membengkak dan
14 | P a g e
berakibat pada penutupan otomatis dan restorasi dari segmen anterior. Luka pada kornea yang disertai komplikasi berkaitan dengan prolaps dari iris dan material lensa bahkan vitreous. Luka pada kornea dapat dimanifestasikan dalam bentuk hifema, dan celah pada iris ( iris hole). Luka pada sklera yang dapat dimanifestasikan sebagai peroforasi pada sklera Luka pada lensa yang dimanifestasikan sebagai ruptur lensa ekstensif dengan kehilangan komponen vitreous. Luka kecil pada kapsul anterior dapat menutup dan berakibat pada timbulnya katarak traumatik. Gangguan pada lensa akibat luka penetrasi ini sering menyebabkan opasifikasi kortikal/katarak kortikal. Luka berat yang lebih ekstensif yang berakibat pada robekan ekstensif lapisan korneo-skleral yang berkaitan dengan adanya prolaps jaringan uvea, ruptur lensa, kehilangan vitreous, dan trauma pada retina atau koroid, yang berakibat pada terjadinya perdarahan, edemam, detachment retina, perdarahan vitreous, perforasi koroid, dan perdarahan lapisan koroid.
Tanda infeksi. Kadang-kadang, orangisme pyogenik dapat masuk ke mata melalui trauma tembus bola mata, berkembang biak dan menyebabkan berbagai derajat infeksi bergantung pada virulensi dan pertahanan tubuh seseorang.
Termasuk
diantaranya
abses
kornea,
iridocyclitis,
endophtalmitis, atau panophtalmitis.
Reaksi terhadap benda asing. Benda asing yang masuk ke bola mata dapat berupa material organik maupun non-organik. Materi non-organik dapat memberi empat macam respon terhadap benda asing yang masuk, diantaranya : 1. Tidak ada reaksi. Hal ini dapat terjadi bila benda asing yang masuk ke bolam ata berupa material seperti kaca, porselen, emas, perak, dan platinum. 2. Reaksi iritatif lokal akan mengakibatkan enkapsulasi benda asing pada benda asing seperti aluminium dan timbal.
15 | P a g e
3. Reaksi supuratif dipicu oleh material yang terbuat dari tembaga murni, seng, nikel dan merkuri. 4. Reaksi spesifik dipicu oleh materi yang terbuat dari besi (siderosis) dan campuran tembaga (Chalcosis). o
Siderosis merupakan perubahan degeneratif yang disebabkan oleh benda asing yang terbuat dari besi yang dapat terjadi 2 bulan sampai 2 tahun setelah trauma.Benda asing yang masuk akan mengalami disosiasi elektrolitik dan ion-ion yang terbentuk akan tersebar ke seluruh bola mata. Ion yang terbentuk akan berkombinasi dengan protein intraseluler dan mengakibatkan perubahan degeneratif dan paling mempengaruhi struktur epitel dari mata. Pada pemeriksaan dapat dilihat epitel anterior dan kapsul lensa merupakan bagian yang paling pertama terpengaruh, biasanya dengan pembentukan katarak. Iris dapat berubah warna menjadi hijau dan kemudian merah kecokelatan. Retina dapat mengalami degenerasi pigmentasi yang menyerupai retinitis pigmentosa.Glaukoma sudut terbuka sekunder dapat terjadi karena perubahan yang terjadi pada
trabecular
meshwork . o
Kalkosis merupakan perubahan spesifik yang ditumbulkan oleh campuran tembaga dalam bola mata. Ion tembaga akan mengalami pemecahan elektrolitik dan berkumpul di bawah struktur membranosa dari mata. Tidak seperti ion besi, ion tembaga tidak berinteraksi dengan protein intraseluler sehingga tidak akan menyebabkan perubahan degeneratif. Manifestasi klinis yang dapat terlihat ialah Cincin Kaysher-Fleyscher yang berwarna cokelat keemasan sebagai akibat deposisi tembaga di bawah membran Descemet, Katarak Sunflower akibat deposisi ion tembaga di bawah kapsul posterior dari
lensa berwarna hijau keemasan dan berbentuk seperti bunga matahari, pada retina dapat menunjukkan plak keemasan pada bagian posterior dari retina.
16 | P a g e
Materi organik seperti kayu dan material vegetatif akan mengakibatkan reaksi proliferatif yang dicirikan dengan pembentukan giant cells
Post-traumatik iridosiklitis merupakan kejadian yang sering didapatkan dan jika tidak ditangani secara tepat dapat menyebabkan kerusakan yang lebih lanjut. Oftalmitis simpatis merupakan panuveitis granulomatosa bilateral yang
sering terjadi akibat trauma okuli penetrans yang ditandai dengan pembentukan nodul Dalen-Fuchs akibat proliferasi dari epitel pigmen (iris, korpus siliaris, dan koroid) disertai invasi limfosit dan sel epiteloid. Pada retina dapat terlihat adanya infiltrasi seluler perivaskuler. VIII.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma ataupun jenis trauma itu sendiri. Namun demikian ada empat tujuan utama dalam mengatasi kasus trauma okular adalah : - Memperbaiki penglihatan. - Mencegah terjadinya infeksi. - Mempertahankan arsitektur mata. - Mencegah sekuele jangka panjang. Penanganan Trauma Oculus Non Perforans : Setiap pasien trauma mata seharusnya medapatkan pengobatan antitetanus toksoid untuk mencegah terjadinya infeksi tetanus dikemudian hari terutama trauma yang menyebabkan luka penetrasi. Apabila jelas tampak ruptur bola mata, maka manipulasi lebih lanjut harus dihindari sampai pasien mendapat anastesi umum. Sebelum pembedahan jangan diberi obat siklopegik ataupun antibiotic topical karena kemungkinan toksisitas pada jaringan intraocular yang terpajan. Berikan antibiotik sistemik spectrum luas dan upayakan memakai pelindung mata(bebat mata). Analgetik dan antiemetik diberikan sesuai kebutuhan, dengan retriksi makanan dan minum. Induksi anastesi umum jengan menggunakan obat-obat penghambat depolarisasi neuron muscular, karena dapat meningkatkan secara transient tekanan di dalam bola 17 | P a g e
mata sehingga meningkatkan kecendrungan herniasi isi intraocular. Anak juga lebih baik diperiksa awal dengan bantuan anstetik umum yang bersifat singkat untuk memudahkan pemeriksaan. Pada trauma yang berat, seorang dokter harus selalu mengingat kemungkinan timbulnya kerusakan lebih lanjut akibat manipulasi yang tidak perlu sewaktu berusaha melakukan pemeriksaan bola mata lengkap. Yang tak kalah pentingnya yaitu kesterilan bahan atau zat seperti anastetik topical, zat warna, dan obat lain maupun alat pemeriksaan yang diberikan ke mata.
1
Benda berbentuk partikel kecil harus dikeluarkan dari abrasi kelopak untuk mengurangi resiko pembentukan tato kulit. Laserasi palpebra yang superfisial hanya memerlukan jahitan pada kulit saja. Untuk mengelakkan terjadinya jaringan parut yang tidak diinginkan, perlu dilakukan debridement konservatif, menggunakan jahitan eversi yang berkaliber kecil dan membuka jahitan dengan cepat.
9,10
Pre-Operatif 1. Bagian mata diperban dengan kasa yang steril 2. Hindari
menggunakan
obat
topikal
ataupun
intervensi-
intervensi lain yang perlu membuka tutup mata 3. Berikan obat yang sesuai untuk sedatif, dan juga control kesakitan 4. Intravena antibiotik 5. Berikan suntikan anti tetanus
Non-Operatif Sebagian dari trauma perforans sangat minimal sehingga ia sembuh dengan sendirinya tanpa ada kerosakan intraokuler, mahupan prolaps. Kasus-kasus sebegini hanya memerlukan terapi antibiotik sistemik ataupun topikal dengan observasi yang ketat.
18 | P a g e
Penanganan Operatif Laserasi korneoskleral dengan uvea prolaps biasanya memerlukan penanganan operasi di bawah anaestesi general. Tujuan pertama dari prosedur ini adalah untuk mempertahankan keutuhan dari bola mata. Keduanya adalah untuk mengembalikan penglihatan pasien semaksimal mungkin.
Gambar 6. Laserasi corneoscleral. Mengembalikan hubungan anatomi pada laserasi korneoskleral Dikutip dari kepustakaan no.8
IX.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat ditemukan setelah terjadi trauma okuli non perforans adalah : 1. 19 | P a g e
Katarak traumatik
Katarak apat segera terjadi akibat rupturnya kapsul lensa. Epitel lensa distimulasi oleh trauma untuk membentuk plak fibrosa yang lentikuler di bagian anterior. 2.
1,2,8
Glaukoma sekunder Glaukoma sekunder dapat terjadi akibat perlengketan iris kedepan yang menyebabkan penyempitan sudut. Glaukaoma ini dapat timbul belakangan setelah beberapa bulan atau tahun.
3.
1,2,9
Infeksi Infeksi,
termasuk
periorbital
fasiitis
nekrotikans
(gangren
streptokokus), terjadi setelah laserasi kelopak mata atas telah dideskripsikan. Oleh karena itu, dokter harus mempunyai kecurigaan yang tinggi untuk setiap infeksi pada pasien dengan trauma kelopak 10
mata.
X.
PROGNOSIS
Mata sembuh dengan baik setelah trauma minor dan jarang terjadi sekuele jangka panjang karena munculnya sindrom erosi berulang. Namun trauma tembus mata seringkali dikaitkan dengan kerusakan penglihatan berat dan mungkin membutuhkan pembedahan ekstensif. Retensi jangka panjang dari benda asing berupa besi dapat merusak fungsi retina dengan menghasilkan radikal bebas. Serupa dengan hal itu, trauma kimia pada mata dapat menyebabkan gangguan penglihatan berat jangka panjang dan rasa tidak enak pada mata. Trauma tumpul dapat menyebabkan kehilangan penglihatan yang tidak dapat di terapi jika terjadi lubang retina pada fovea. Penglihatan juga dapat terganggu jika koroid pada makula rusak. Dalam jangka panjang dapat timbul glaucoma sekunder pada mata beberapa tahun setelah cedera awal jika jalinan trabekula mengalami kerusakan. Trauma orbita berat juga dapat menyebabkan masalah kosmetik dan okulomotor.
20 | P a g e
21 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Ilmu penyakit mata Edisi 3. Fakultas kedokteran universitas indonesia. Jakarta. 2004. p.1-4, p.259-76. 2. Asbury T, Sanitato JJ, Trauma. Dalam : Oftalmology Umum Edisi 14. Penerbit widya medika. Jakarta.2000. p.380-7 3. Lang GK. Ocular Trauma. In: Ophtalmology : a short text book . Thieme Stuttgart. New York. 2000. P.507-35 Intraocular Foreign Body. 4. Kuhn F. Available th www.emedicine.medscape.com. [cited on] May 12 2012.
at
5. Riordon-Eva P, Whitcher JP. Vaughan & Asbury’s General Ophtalmology th 16 Ed. London: McGraw-hill. 2004. 6. Khuarana, AK. Anatomy and Development of the Eye. In: Comprehensive Opthalmology fourth edition. New Age Internasional (P) Limited, Publisher: New Delhi. 2007.p.3-5 7. Lang GK. Orbital Cavity. In: Ophtalmology : a short text book . Thieme Stuttgart. New York. 2000. P.415-7 8. Khuarana, AK. Ocular Injury. In: Comprehensive Opthalmology fourth edition. New Age Internasional (P) Limited, Publisher: New Delhi. 2007.p.401-16 9. Blanch RJ, Scott RAH. Military Ocular Injury: Presentation, Assessment, and Managemet. JR Army Med Corps 155 (4): 279-284. 10. Bord SP, Linden J. Trauma to the Globe and Orbit. Emergency Medicine Clinics of North America. Emerg Med Clin N Am 26 (2008) 97-123 11. Khaw PT, Shah P, Elkington AR. Injuries o the Eyes. In: ABC of Eyes Fourth Ed. BMJ Books. London: 2005; p.29-32 12. Nn, Birmingham Eye Trauma Terminology. In: American Society of Ocular Trauma (Online) 2006 [cited] 2012 May, 30. available from URL http://WWW.opt.pasificu.edu/ce/catalog/10310-SD/Triage.html
22 | P a g e