imanudin gombong TEMAN Arsip Blog
▼ 2009 (11) ▼ Oktober (11) o
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN MS WORD MS EXEL MANAJEMEN SISTEM DATABASE DATABASE Analisa Koordinasi OCR SIKLUS PLTG PEMBANGKITAN TANAGA LISTRIK KARAKTERISTIK STATIK PENGUAT OPERASIONAL ( OPAMP )... SISTEM ENGINEERING SALURAN TRANSMISI DAN PDKB
Mengenai Saya imanudin gombong Lihat profil lengkapku
Selasa, 06 Oktober 2009 SALURAN TRANSMISI DAN PDKB SALURAN TRANSMISI DAN PEMELIHARAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN PADA SALURAN UDARA TEGANGAN EXTRA TINGGI 500 KV LAPORAN KERJA PRAKTEK Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat akademis jenjang S1 Jurusan Teknik Elektro – Teknik Teknik Tenaga Listrik Disusun Oleh : IMANUDIN 0621005 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO – TEKNIK TEKNIK TENAGA LISTRIK
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA BANDUNG 2009 BAB I LEMBAR PENGESAHAAN LAPORAN KERJA PRAKTEK Yang bertanda tangan dibawah ini menerangkan bahwa : Nama : IMANUDIN NRP : 0621005 Jurusan : Teknik Elektro Telah menyelesaikan kerja Praktek di PT. PLN (PERSERO) P3B Region Jawa Barat, dengan judul : SALURAN TRANSMISI DAN PEMELIHARAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN PADA SALURAN UDARA TEGANGAN EXTRA TINGGI 500 KV Bandung, 24 Agustus 2009
KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuaniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat s yarat akademis jenjang S1 Jurusan Teknik Elektro konsentrasi Teknik Tenaga Listrik Sekolah Tinggi Teknologi Mandala Bandung
Adapun laporan ini berjudul “SALURAN TRANSMISI DAN PEMELIHARAAN DALAM
KEADAAN BERTEGANGAN PADA SALURAN UDARA TEGANGAN EXTRA TINGGI
500 KV”
Dengan perasaan penuh haru dan bangga, akhirnya laporan ini dapat terselesaikan. Namun penulis juga sadar bahwa masih banyak tugas-tugas yang jauh lebih berat dan penuh tantangan yang akan penulis jalani dimasa-masa yang akan datang nantinya. Dalam penulisan laporan ini, berbagai kendala dan hambatan telah penulis jumpai. Baik pada saat persiapan maupun tahap penulisan tugas ini. Namum semuanya itu muncul dari keterbatasan kete rbatasan diri penulis sendiri. Dalam proses penulisan laporan ini, penulis banyak mendapat bantuan secara moral maupun bantuan lainnya. Untuk itu perkenankanlah dalam kesempatan ini penulis dengan segala ketulusan hati mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Kedua orang tua, serta adik-adik yang telah memberikan perhatian dan do’anya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
2. Fitria Gani Afiani selaku istri yang telah setia menemani dan mendukung penulis. 3. Bapak Sachri selaku Deputi Manager Pemeliharaan PT. PLN (Persero) P3B Region Jawa Barat yang telah Memberikan ijin tempat untuk melakukan kerja praktek. 4. Bapak Anung, MT selaku Dosen Pembimbing kerja praktek, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan Laporan Kerja Praktek ini. 5. Bapak Wahyu Widiarto, selaku pembimbing p embimbing KP PT. PLN (Persero) P3B Region Jawa Barat yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis. 6. Seluruh personil PDKB dan karyawan kar yawan PT. PLN (Persero) P3B Region Jawa Barat yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung. 7. Seluruh pihak-pihak yang telah membantu penulis. Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikannya dengan pahala yang berlipat ganda, Amin, dan kepada Allah lah penulis kembalikan. Akhinya walaupun dalam tulisan ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, penulis tetap berharap tugas ini dapat menjadi suatu karya yang bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Bandung, 24 Agustus 2009 Penulis
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN i KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iv BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Masalah 1 1.2 Tujuan Penulisan 2 1.3 Pembatasan Masalah 2 1.4 Metode Perolehan Data 2 1.5 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan 4 1.6 Sistematika Penulisan 4 BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 5 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan 5 2.2 Visi, Misi dan Moto Perusahaan 7 2.3 Wilayah Kerja PLN 8 2.4 Tugas Pokok dan Fungsi Perusahaan 9 2.5 Struktur Organisasi 9 BAB III SALURAN TRANSMISI 11 3.1 Pengantar Saluran Transmisi 11
3.2 Pembagian Saluran Transmisi 11 3.3 Perlengkapan SUTT/SUTET dan Fungsinya 13 BAB IV PEMELIHARAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN PADA SALUARAN UDARA TEGANGAN EXTRA TINGGI 500 KV 32 4.1 Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan 32 4.2 Persyaratan Umum Pelaksanaan PDKB TT/TET 39 4.3 Persyaratan Teknis Pelaksanaan 50 4.4 Peralatan Kerja 66 4.5 Perhitungan Beban dan Gaya 100 4.6 Metode Kerja Pada Saluran Bertegangan 112 BAB V PENUTUP 116 5.1 Penutup 116 5.2 Saran 117 DAFTAR PUSTAKA 118 LAMPIRAN 119
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi saat ini telah menunjukan perkembangan yang begitu pesat dalam beberapa dekade belakangan ini. Kita dapat menyaksikan bahwa fenomena ini telah memberikan dampak yang begitu luas terhadap kehidupan manusia. Seiring dengan makin bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia dan semakin meluasnya perindustrian yang merupakan tulang punggung perekonomian. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan kelistrikan yang dipakai dengan meningkatkan kebutuhan listrik maka akan mempengaruhi pula daya terpasang dan d an sistem kelistrikan yang dimiliki oleh PT. PLN (Persero) P3B Region Jawa Barat. Untuk menunjang kebutuhan listrik serta penyaluran kepada konsumen yang membutuhkan, maka peranan saluran transmisi sebagai penyalur energi listrik dari pembangkit ke konsumen sangatlah penting. Dalam menyalurkan energi listrik saluran transmisi membutuhkan pemeliharaan tanpa dilakukan pemadaman untuk kehandalan sistem penyaluran energi listrik. Dengan terbitnya Surat Keputusan Direksi PT. PLN (Persero) Nomor 257/010/DIR/2000 tanggal 2 November 2000, tentang Pembentukan P embentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Bisnis Strategis Penyaluran dan Pusat Pengatur Baban Jawa Bali, maka PT. PLN (Persero) P3B yang merupakan unit pusat laba (profit center) berubah menjadi un it pusat investasi (investment center) dengan nama Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali (P3B).
Terhitung sejak 2 Nopember 2000 maka orgnisasi PT PLN (Persero) P3B sebagai unit pusat laba (profit center) berubah status menjadi unit unit pusat investasi (investment center). Peran dan tugas P3B sesuai keputusan Direksi pembentukann ya adalah mengelola operasi sistem tenaga listrik Jawa-Bali, mengelola operasi dan pemeliharaan sistem transmisi tegangan tinggi JawaBali, serta mengelola pelaksana transaksi tenaga listrik antara PLN pusat selaku Single Buyer dengan perusahaan pemangkit dan unit distribusi di sistem Jawa-Bali. Tenaga listrik adalah salah satu bentuk energi en ergi sekunder yang dibangkitkan, ditransmisikan, dan didistribusikan untuk segala macam keperluan. Oleh karena itu perlu adanya sesuatu sistem pemeliharaan yang mana tidak menggangu sistem penyaluran. Saluran transmisi merupakan salah satu bagian dalam sistem tenaga yang paling sering mengalami ganguan. Pemeliharaan saluran transmisi mempunyai peranan yang penting dalam kestabilan sistem daya karena saluran transmisi merupakan elemen vital suatu jala-jala yang menghubungkan sistem pembangkit dengan pusat beban. Juga karena panjangnya jarak yang harus direntangi oleh saluran transmisi di atas daerah seperti pedesaan yang terbuka, yang oleh karenanya merupakan sasaran utama dari sebagian besar gangguan yang terjadi pada sistem daya. Karena terbatasnya data yang diperoleh dan juga pengetahuan, maka penulis hanya akan mengulas secara umum tentang saluran transmisi dan pemeliharaan dal am keadaan bertegangan dalam saluran udara tegangan extra tinggi 500 kV 1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan Umum 1. Memperdalam dan memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki, sehingga dapat dijadikan untuk pengembangan dan penyempurnaan studi selanjutnya. 2. Sebagai sarana bagi mahasiswa untuk mengimplementasikan ilmu-ilmu yang didapat dari perkuliahan dengan keadaan lapangan n yata di dunia kerja. 3. Mendapatkan pengalaman tentang kondisi dunia kerja yang dihadapi sesuai dengan disiplin ilmu yng diperoleh. 4. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan salah satu mata kuliah yang ditempuh pada semester VII (tujuh) Pada Program Strata I Jurusan Teknik Elektro Konsentrasi Tekn ik Tenaga Listrik STTM Bandung. 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahuai dan memahami mengenai pengertian Saluran Transmisi SUTT & SUTET 2. Untuk mengetahui dan memahami mengenai peralatan apa saja yang ada pada saluran transmisi SUTT & SUTET 3. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana prinsip kerja dalam Pekerjaan pemeliharaan dalam keadaan betegangan pada SUTET 500 kV. 1.3 Pembatasan Masalah Karena luasnya masalah mengenai Pekerjaan Pemeliharaan Dalam Keadaan Bertegangan, maka penulis membatasi untuk masalah Pemeliharaan Dalam Keadaan Kertegangan hanya untuk pada saluran transmisi SUTET 500 kV. 1.4 Metoda Perolehan Data Untuk mendapatkan data dalam penyusunan laporan ini, diperoleh dengan cara, yaitu : a. Metoda interview, yaitu metoda pengumpulan data dengan cara pengajuan pertanyaan-
pertanyaan. b. Metoda observasi, yaitu metoda pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung di lapangan pada objek yang diamati. c. Metoda literature, yaitu metoda pengumpulan data denga cara membawa sumber-sumber teori yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas. 1.5 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Dalam penyusunn laporan kerja praktek ini, penyusun melakukan kerja praktek di wilayah kerja PT. PLN (Persero) P3B Region Jawa Barat. Kerja Praktek ini dilaksanakan lebih kurang 3 bulan dari tanggal 1 Mei s.d. 31 Juli 2009. Waktu yang dilaksanakan adalah pada hari kerja yaitu hari senin - jumat, dari jam 07.30 s.d 16.00 WIB. 1.6 Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Berisi latar belakang, tujuan penulisan, pembatasan masalah, dan metoda perolehan data, lokasi dan waktu pelaksanaan. BAB II : TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN Merupakan eksposisi mengenai sejarah berdirinya PLN BAB III : SALURAN TRANSMISI Berisi tentang teori-teori saluran transmisi dan peralatannya yang dimiliki oleh PLN BAB IV : PEMELIHARAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN PADA SALURAN UDARA TEGANGAN EXTRA TINGGI 500 KV Berisi tentang teori dasar pemeliharaan dalam keadaan bertegangan, peralatan kerja, dan prinsip kerja penggantian isolator pada saluran udara tegangan extra tinggi 500 kV BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Berisi tentang kesimpulan dari isi materi yang disajikan dan saran -saran yang diajukan kepada pihak PLN
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan Perusahaan Listrik Negara (PLN) didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1970, pada tahun 1906 didirikan PLTA Pakar, pada aliran sungai Cikapundung dengan kapasitas terpasang 800 KW dan Maskapai Listrik Bandung (Bandung Electriciteits Maatschapping) sebagai langkah awal untuk pengoperasian energi listrik dengan tenaga air. Pada tahun 1917, Biro Tenaga Air (Waterkrach Bureaw) dari Jawatan Perkeretaapian Negara (Staatzz Foorwegen) dari Perusahaan-Perusahaan Negara (Govermentbedrryven) diubah menjadi Jawatan Tenaga Air dan Listrik (Diensvoor Waterkrach, En Electriciteits), oleh jawatan ini diubah dengan politik kelistrikan sehingga penggunaan secara ekonomis mungkin dari sumbersumber tenaga air yang tersedia. Jawatan ini tidak hanya mengurus pembellian lisensi-lisensi tenaga air dan listrik, tetapi juga melakukan pengawasan instalasi-instalasi listrik dan lisensilisensi tersebut di Indonesia. Pada tahun 1920 Perusahaan Lisrik Umum Bandung dan Sekitarnya (Gemceanscappilijk Electriceitsbederiif Bandung En Omstreken), disingkat GEBEO, dengan modal pemerintah dan
swasta, maskapai perusahaan ini mengambil alih P LTA Pakar di Bandung dan PLTA di Cijedil – Cianjur selanjutnya kerjasama antara perusahaan – perusahaan perusahaan listrik Negara untuk pembelian listrik pada konsumen Direksi bagian swasta dikelola oeh NV. Mainzt & Co. Pada tahun 1934 Diensvoor Waterkrachthen (WE), selanjutnya diubah menjadi Electriteastwezen (EW). Perusahaan Tenaga Air Negara Dataran Tinggi Bandung (Land Waterkrachtbedrijk Bandungse Hoogulakte) mempunyai dua kelompok PLTA, yaitu Bengkok (3 x 1050 KW) dan Dago (1 x 700 KW) di tahun 1923, pada aliran sungai Cikapundung dan Plengan (3 x 1050 KW) pada tahun 1923 dan selanjutnya ditambah dengan 2 000 KW di tahun 1926 serta Lamajan (2 x 6400) di tahun 1924, ditambah dengan 6400 KW pada tahun 1933 pada aliran Sungai Cisangkuy dan Cisarua. Sebagai cadangan air pada musim kemarau, maka pada tahun 1922 dibangun danau atau situ Cileunca dengan kapasitas air 9,89 Jt m3 dan Cikapanjung dibangun pada tahun 1930 dengan kapasitas air 21,8 Jt m3. Untuk mencapai jumlah tersebut di atas, maka pada tahun 1940 Dam atau Bendungan Pulo, Playangan, Cipanunjang ditambah tingginya. Danau ini mendapat pengisian air dari aliran sungai di sekitarnya. Dari PLTA dibangun transmisi 30 KV sepanjang 80 KM ke Gardu Induk Sumadra, S umadra, Gardu Induk Munjul dan Gardu Induk Kiaracondong dibangun transmisi 30 KV ke Gardu Induk Rancaekek dan Rancaekek – Sumedang Sumedang untuk daerah Priangan Utara hingga Parakan Muncang dan telah menjadi 20 KV dari Sumedang yang dioperasikan oleh PLN Distribusi. Pada tahun 1928 dari PLTA Lamajan dibangun SUTT 30 KV Gardu Induk ini tidak beroperasi lagi. Pada tahun 1928 Central Elektriesh Laboratorium (CEL) yang berada di komplek sekolah tinggi (Technichse Hooge school) yang meliputi p ekerjaan testing dan perbaikan alat-alat listrik, kini CEL telah diserahkan kepada Institut Teknologi Bandung (ITB). Pada tahun 1933 beroperasi PLTA Cikalong (3 X 6400 KW) yang bekerja parallel dengan PLTA-PLTA yang telah ada. PLN Sektor Priangan mempunyai empat gardu utama, yaitu : 1. Gardu Induk Bandung Utara untuk daerah utama 2. Gardu Induk Cigereleng untuk daerah selatan 3. Gardu Induk Padalarang untuk daerah barat 4. Gardu Induk Ujung Berung untuk daerah timur Pada zaman penjajahan jepang namanya menjadi Seibu Jawa Denhijigyo kosha. Setelah Indonesia mengambil alih perusahaan asing terutama PLN, pada tahun 1952 dibentuklah Perusahaan Listrik Negara Daerah Pembangkit Priangan (PLN-DPP). Perubahan-perubahan PLN Unit Strategis Pembangkit dan Penyalur Jawa-Bali Region Jawa Barat, Yaitu : 1. Pada tahun 1951 – 1960 1960 nama Jawatan Listrik menjadi PENUPETEL ( Perusahaan Negara untuk Pembangkit Tenga Listrik). 2. Pada tahun 1960 sampai 1974 berubah menjadi Eksploitasi XII. 3. Pada tahun 1975 sampai tahun 1983 berubah menjadi PLN Pembangkit III. 4. Pada tahun 1984 sampai tahun 1986 berubah menjadi PLN Jawa Barat dan Jakarta Raya. 5. Pada tahun 1987 sampai dengan 2 Oktober 1995 berubah menjadi PLN Pembangkit dan Penyalur Jawa Bagian Barat yang membawahi 16 sektor Pembangkit dan Penyalur yang salah satunya sektor Priangan. 6. Mulai 1 Agustus 1984 sampai sekarang PLN Pusat berubah status menjadi PT. PLN (Persero). 7. Dari tanggal 3 Oktober 1995, namanya berubah status menjadi PT. PLN (Persero) P3B Sektor Priangan. 8. Pada tanggal 1 April 2001 sampai sekarang namanya menjadi PT. PLN (Persero) P3B Region
Jawa Barat. 2.2 Visi, Misi dan Moto Perusahaan 2.2.1 Visi Perusahaan Visi dari PT. PLN (Persero) P3B Region Jawa Barat adalah “Diakui sebagai perusahaan kelas
dunia yang tumbuh kembang, unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani”.
2.2.2 Misi Perusahaan Misi yang diemban oleh PT. PLN (Persero) P3B Region Jawa Barat sebagai berikut : 1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan pemegan g saham. 2. Jadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. 3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi. 4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan. 2.2.3 Moto Perusahaan
Moto dari PT. PLN (Persero) P3B Region Jawa Barat adalah “Listrik untuk kehidupan yang lebih baik (Electricity for A Better Life)”.
2.3 Wilayah Kerja Perusahaan Wilayah kerja PT PLN (Persero) P3B Region Jawa Barat terdiri dari enam Unit Pelayanan Transmisi (UPT) Unit Pelayanan Transmisi (UPT), terdiri dari : 1. UPT Bandung Barat 2. UPT Bandung Timur 3. UPT Garut 4. UPT Cirebon 5. UPT Purwakarta 6. UPT Karawang
2.4 Tugas Pokok dan Fungsi Perusahaan 2.4.1 Tugas Pokok Perusahaan Tugas pokok unit Pelaksana PLN P3B Region Jawa Barat adalah bertanggung jawab atas pengelolaan serta pemeliharaan sarana penyaluran dan pengaturan pengendalian sistem tenaga listrik di wilayah kerjanya, melaksanakan manajemen konstruksi sistem penyaluran dengan memperhatikan faktor lingkungan hidup dan persyaratan regulasi di sektor tenaga kelistrikan, memberdayakan dan mengembangkan seluruh potensi sumber daya dan mengembangkan seluruh daya guna memperoleh pendapatan di luar usaha pokok. 2.4.2 Fungsi Perusahaan PLN P3B memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengelolaan Sistem Tenaga Listrik Jawa Bali, khususnya dalam manajemen system kelistrikan yang meliputi pengoperasian, pemeliharaan dan pengembangan jaringan transmisi yang menghubungkan pusat-pusat pembangkit listrik dengan pelanggan. 2.5 Struktur Organisasi Struktur organisasi dalam suatu perusahaan sangat penting keberadaannya, karena organisasi merupakan identitas dari perusahaan tersebut, mulai dari pimpinan / manajer sampai staf/karyawan. Sehingga kita mengetahui suatu bidang kerja bertanggung jawab kepada bidang
kerja lainnya dan membawahi beberapa bidang kerja. Struktur organisasi di PT PLN (Persero) P3B ini bentukn ya adalah Garis dan Staff/Line and Staff. Struktur organisasi besar, apapun tujuannya, betapapun luas tugasnya, dan bagaimanapun kompleksnya susunan organisasi. Pengambilan keputusan yang sehat lebih mudah diambil karena adanya staff ahli. Perwujudan “the right man on the right place/the right man on the job” lebih mudah dilaksanakan. Tetapi jika karyawan berjumlah banyak dan tidak saling mengenal maka solidaritas akan sulit untuk diharapkan, karen a rumit dan sulitnya susunan organisasi akibatnya koordinasi sulit untuk diterapkan. Dalam tabel organisasi yang terlampir dapat terlihat secara keseluruhan, b ahwa susunan organisasi PT PLN (Persero) Penyalur dan Pengaturan Beban Jawa – Bali Bali Region Jawa Barat dipimpin oleh seorang Manajer Region yang dibantu oleh tujuh unsure pembantu pimpinan. Unsur pembantu pimpinan yang terdiri dari para Deputi Manajer, yaitu : 1. Deputi Manajer Engineering 2. Deputi Manajer Kontruksi 3. Deputi Manajer Operasi Sistem 4. Deputi Manajer Pemeliharaan 5. Deputi Manajer Keuangan 6. Deputi Manajer Sumber Daya Manusia dan Administrasi 7. Deputi Manajer Hukum, Komunikasi,Bina Lingkungan dan ROW
BAB III SALURAN TRANSMISI 3.1 Pengantar Saluran Transmisi Pembangunan pusat Pembangkit dengan deng an kapasitas produksi energi listrik yang besar: PLTA, PLTU, PLTGU, PLTG, PLTP memerlukan banyak persyaratan, terutama masalah lokasi yang kebanyakan jauh dengan pusat beban seperti kota, kawasan industri dan lainnya. Akibatnya tenaga listrik tersebut harus disalurkan melalui sistem transmisi yaitu :
• Saluran Transmisi • Gardu Induk • Saluran Distribusi
Apabila salah satu bagian sistem transmisi mengalami gangguan maka akan berdampak terhadap bagian transmisi yang lainnya, sehingga Saluran transmisi, Gardu induk dan Saluran distribusi merupakan satu kesatuan yang harus dikelola dengan baik. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)
adalah sarana di udara untuk menyalurkan tenaga listrik berskala besar dari Pembangkit ke pusat-pusat beban dengan menggunakan tegangan tinggi maupun tegang an ekstra tinggi. 3.2 Pembagian saluran Transmisi 3.2.1 Saluran Udara SUTT/SUTET merupakan jenis Saluran Transmisi Tenaga Listrik yang ban yak digunakan di PLN daerah Jawa dan Bali karena harganya yang lebih murah dibanding jenis lainnya serta pemeliharaannya mudah. Pembangunan SUTT/SUTET sudah melalui proses rancang bangun yang aman bagi lingkungan serta sesuai dengan standar keamanan internasional, diantaranya:
• Ketinggian kawat penghantar • Penam pang kawat penghantar • Daya isolasi • Medan listrik dan Medan magnet • Desis corona
Macam Saluran Udara yang ada di Sistem Ketenagalistrikan PLN P3B Jawa Bali antara lain : a. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kV b. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV c. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV 3.2.2 Saluran Kabel Pada daerah tertentu (umumnya perkotaan) yang mempertimbangkan masalah estetika, lingkungan yang sulit mendapatkan ruang bebas, keandalan yang tinggi, serta jaringan antar pulau, dipasang Saluran Kabel. a. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 70 kV b. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 150 kV c. Saluran Kabel Laut Tegangan Tinggi (SKLTT) 150 kV Mengingat bahwa Saluran kabel biaya pembangunannya mahal dan pemeliharaannya sulit , maka jarang digunakan. 3.2.3 Saluran Gas Saluran Isolasi Gas (Gas Insulated Line/GIL) adalah Saluran yang diisolasi dengan gas, misalnya: gas SF6. Karena mahal dan resiko terhadap lingkungan sangat tinggi maka saluran ini jarang digunakan.
3.3 Perlengkapan SUTT/SUTET dan Fungsinya 3.3.1 Tower: Tenaga listrik yang disalurkan lewat sistem transmisi umumnya menggunakan kawat telanjang sehingga mengandalkan udara sebagai media isolasi antara kawat penghantar tersebut dengan benda sekelilingnya. Tower adalah konstruksi bangunan yang kokoh, berfungsi untuk menyangga/merentang kawat penghantar dengan ketinggian dan jarak yang cukup agar aman ba gi manusia dan lingkungan sekitarnya. Antara tower dan kawat penghantar disekat oleh isolator. 3.3.2 Jenis-jenis tower 3.3.2.1 Menurut bentuk konstruksinya:
• Lattice tower
• Tubular steel pole • Concrete pole • Wooden pole Konstruksi tower merupakan jenis konstruksi SUTT / SUTETI yang p aling banyak digunakan di jaringan PLN karena mudah dirakit terutama untuk pemasangan di daerah pegunungan dan jauh dari jalan raya. Namun demikian perlu pengawasan yang intensif karena besi-besinya rawan terhadap pencurian. Tower harus kuat terhadap beban yang bekerja padanya yaitu: • Gaya berat tower dan kawat penghantar (gaya tek an) an)
• Gaya tarik akibat rentangan kawat • Gaya angin akibat terpaan angin pada kawat maupun badan tower. 3.3.2.2 Menurut fungsinya:
• Dead end tower yaitu tiang akhir yang berlokasi di dekat Gardu induk, tower ini hampir sepenuhnya menanggung gaya tarik.
• Section tower yaitu tiang penyekat antara sejumlah tower penyangga dengan sejumlah tower penyangga lainnya karena alasan kemudahan saat pemban gunan (penarikan kawat), umumnya mempunyai sudut belokan yang kecil. • Suspension tower yaitu tower penyangga, tower ini hampir sepenuhnya menanggung gaya berat, umumnya tidak mempunyai sudut belokan
• Tension tower yaitu tower penegang, tower ini menanggung gaya tarik yang lebih besar
daripada gaya berat, umumnya mempunyai sudut belokan • Transposision tower yaitu tower tension yang digunakan sebagai tempat melakukan perubahan posisi kawat fasa guna memperbaiki impendansi transmisi
• Gantry tower yaitu tower berbentuk portal digunakan pada persilangan antara dua Saluran transmisi. Tiang ini dibangun di bawah Saluran transmisi existing.
• Combined tower yaitu tower yang digunakan oleh dua buah saluran transmisi yang berbeda tegangan operasinya 3.3.2.3 Menurut susunan/konfigurasi kawat fasa
• Jenis delta digunakan pada konfigurasi horisontal/mendatar • Jenis piramida digunakan pada konfigurasi vertikal/tegak. • Jenis Zig-zag yaitu kawat fasa tidak berada pada satu sisi lengan tower.
3.3.3 Tipe tower terdiri dari : Tower 150 kV TIPE TOWER FUNGSI SUDUT
Aa Suspension 0˚ – 3˚ – 3˚ Bb Tension/Section 3˚ – 20˚ – 20˚ – 60˚ Cc Tension 20˚ – 60˚ Ee Tension 60˚ – 90˚ – 90˚
Ff Tension > 90˚ Gg Transposisi > 90˚ Tower 500 kV TIPE TOWER FUNGSI SUDUT SIRKIT TUNGGAL SIRKIT GANDA
A AA Suspension 0˚ – 2˚ – 2˚ AR AAR Suspension 0˚ – 5˚ – 5˚ B BB Tension 0˚ – 10˚ – 10˚ C CC Tension 10˚ – 30˚ – 30˚ D DD Tension 30˚ – 60˚ – 60˚ – 90˚ E EE Tension 60˚ – 90˚ F FF Dead End 0˚ – 45˚ – 45˚ G GG Transposisi -
3.3.4 Bagian-bagian tower: 3.3.4.1 Pondasi: Pondasi adalah konstruksi beton bertulang untuk mengikat kaki tower (stub) dengan bumi. Jenis pondasi tower beragam menurut kondisi tanah tempat tapak tower berada dan beban yang akan ditanggung oleh tower. Pondasi tower yang menanggung beban tarik dirancang lebih kuat/besar daripada tower tipe suspension. Jenis pondasi:
• Normal dipilih untuk daerah yang dinilai cukup keras tanahnya
• Spesial: Pancang ( fabrication dan cassing) dipilh untuk daerah yang lembek/tidak keras sehingga harus diupayakan mencapai tanah keras yang lebih dalam
3.3.4.2 Stub Stub adalah bagian paling bawah dari kaki tower, dipasang bersamaan dengan pemasangan pondasi dan diikat menyatu dengan pondasi. Bagian atas stub muncul dipermukaan tanah sekitar 0,5 sampai 1 meter dan dilindungi semen serta dicat agar tidak mudah berkarat. Pemasangan stub paling menentukan mutu pemasangan tower, karena harus memenuhi syarat: • Jar ak ak antar stub harus benar
• Sudut kemiringan stub harus sesuai dengan kemiringan kaki tower • Level titik hubung stub dengan kaki tower tidak boleh beda 2 mm (milimeter)
Apabila pemasangan stub sudah benar dan pondasi sudah kering maka kaki-kaki tower disambung ke lubang-lubang yang ada di stub. 3.3.4.3 Leg Leg adalah kaki tower yang terhubung antara stub dengan body tower. Pada tanah yang tidak rata perlu dilakukan penambahan atau pengurangan tinggi leg. Sedangkan b ody harus tetap sama tinggi permukaannya. Pengurangan leg ditandai: -1; -2; -3 Penambahan leg ditandai: +1; +2; +3
3.3.4.4 Common Body Common body adalah badan tower bagian bawah yang terhubung antara leg dengan badan tower bagian atas (super structure). Kebutuhan tinggi tower dapat dilakukan dengan pengaturan tinggi common body dengan cara penambahan atau pengurangan. Pengurangan common body ditandai: -3 Penambahan common body ditandai: +3; +6; +9; +12; +15 3.3.4.5 Super structure Super structure adalah badan tower bagian atas yang terhubung dengan common body dan cross arm kawat fasa maupun kawat petir.
Pada tower jenis delta tidak dikenal istilah super structure namun digantikan dengan “K” frame
dan bridge. 3.3.4.6 Cross arm Cross arm adalah bagian tower yang berfungsi untuk tempat menggantungkan atau mengaitkan isolator kawat fasa serta clamp kawat petir. Pada umumnya cross arm berbentuk segitiga kecuali tower jenis tension yang mempunyai sudut belokan besar berbentuk segi empat. 3.3.4.7 K frame K frame adalah bagian tower yang terhubung antara common body dengan bridge maupun cross arm. K frame terdiri atas sisi kiri dan kanan yang simetri. K frame tidak dikenal di tower jenis p yramida 3.3.4.8 Bridge Bridge adalah penghubung antara cross arm kiri dan cross arm tengah. Pada tengah-tengah bridge terdapat kawat penghantar fasa tengah, Bridge tidak dikenal di tower jenis pyramida 3.3.4.9 Rambu tanda bahaya Rambu tanda bahaya berfungsi untuk memberi peringatan bahwa instalasi SUTT/SUTET mempunyai resiko bahaya. Rambu ini bergambar petir dan tulisan AWAS BERBAHAYA TEGANGAN TINGGI. Rambu ini dipasang di kaki tower lebih kurang 5 meter diatas tanah sebanyak dua buah disisi yang mengahadap tower nomor kecil dan sisi yang menghadap nomor besar. 3.3.4.10 Rambu identifikasi tower dan penghantar/jalur Rambu identifikasi tower dan penghantar/jalur berfungsi untuk memberitahukan identitas tower:
• Nomor tower • Urutan fasa • Penghantar/Jalur • Nilai tahanan pentanahan kaki tower Rambu ini dipasang di kaki tower lebih kurang 5 meter diatas tanah sebanyak dua buah disisi yang mengahadap tower nomor kecil dan sisi yang menghadap nomor besar dan bersebelahan dengan Rambu tanda bahaya. Pada daerah super stucture juga dipasang rambu penghantar/jalur agar petugas bisa mengenali penghantar/jalur yang boleh dikerjakan. 3.3.4.11 Anti Climbing Device (ACD) ACD disebut juga penghalang panjat berfungsi untuk menghalangi orang yang tidak berkepentingan untuk naik tower. ACD dibuat runcing, berjarak 10cm dengan yang lainnya dan dipasang di setiap kaki tower dibawah Rambu tanda bahaya.
3.3.4.12 Step bolt Step bolt adalah baut yang dipasang dari atas ACD ke sepanjang badan tower hingga super structure dan arm kawat petir. Berfungsi untuk pijakan petugas sewaktu naik maupun turun dari tower. 3.3.4.13 Halaman tower Halaman tower adalah daerah tapak tower yang luasnya diukur dari proyeksi keatas tanah galian pondasi. Biasanya antara 3 hingga 8 meter di luar stub tergantung pada jenis tower .
3.3.3 Konduktor Konduktor adalah media untuk tempat mengalirkan arus listrik dari Pembangkit ke Gardu induk atau dari GI ke GI lainnya, yang terentang lewat tower-tower. Konduktor pada tower tension dipegang oleh tension clamp, sedangkan pada tower suspension dipegang oleh suspension clamp. Dibelakang clamp tersebut dipasang rencengan isolator yang terhubung ke tower. 3.3.3.1 Bahan konduktor Bahan konduktor yang dipergunakan di pergunakan untuk saluran energi listrik perlu memiliki sifat sifat sebagai berikut : a. konduktivitas tinggi b. kekuatan tarik mekanikal tinggi c. titik berat d. biaya rendah e. tidak mudah patah Konduktor jenis Tembaga (BC : Bare copper) merupakan penghantar yang baik karena memiliki konduktivitas tinggi dan kekuatan mekanikalnya cukup baik. Namun karena harganya mahal maka konduktor jenis tembaga rawan pencurian.
Aluminium harganya lebih rendah dan lebih ringan namun konduktivitas dan kekuatan mekanikalnya lebih rendah dibanding tembaga. Pada umumnya SUTT maupun SUTET menggunakan ACSR (Almunium Conductor Steel Reinforced). Bagian dalam kawat berupa steel yang mempunyai kuat mekanik tinggi, sedangkan bagian luarnya mempunyai konduktifitas tinggi. Karena sifat electron lebih men yukai bagian luar kawat daripada bagian sebelah dalam kawat maka ACSR cocok dipakai pada SUTT/SUTET. Untuk daerah yang udaranya mengandung kadar belerang tinggi dipakai jenis ACSR/AS, yaitu kawat steelnya dilapisi dengan almunium. Pada Saluran transmisi yang perlu dinaikkan kapasitas penyalurannya namun SUTT tersebut berada didaerah yang rawan sosialnya tinggi dan sulit dilakukan pemadaman semua sisi, maka dipasang konduktor jenis TACSR (Thermal Almunium Condu ctor Steel Reinforced) yang mempunyai kapasitas besar tetapi berat kawat tidak mengalami perubahan yang banyak. Konduktor pada SUTT/SUTET merupakan kawat berkas (stranded) atau serabut yang dipilin, agar mempunyai kapasitas yang lebih besar dibanding kawat pejal. 3.3.3.2 Urutan fasa Pada sistem arus putar, keluaran dari generator be rupa tiga fasa, setiap fasa mempunyai sudut pergerseran fasa 120º. Pada SUTT dikenal fasa R; S dan T yang urutan fasanya selalu R diatas, S ditengah dan T dibawah. Namun pada SUTET urutan fasa tidak selalu berurutan karena selain panjang, karakter SUTET banyak dipengaruhi oleh faktor kapasitansi dari bumi maupun konfigurasi yang tidak selalu vertikal. Guna keseimbangan impendansi penyaluran maka setiap 100 kM dilakukan transposisi letak kawat fasa. 3.3.3.3 Penampang dan jumlah konduktor Penampang dan jumlah konduktor disesuaikan dengan kapasitas daya yang akan disalurkan, sedangkan jarak antar kawat fasa maupun kawat berkas disesuaikan dengan tegangan operasinya. Jika kawat terlalu kecil maka kawat akan panas dan rugi transmisi akan besar. Pada tegangan yang tinggi (SUTET) penampang kawat , jumlah kawat maupun jarak antara kawat berkas mempengaruhi besarnya corona yang ditengarai dengan bunyi desis atau berisik. 3.3.3.4 Jarak antar kawat fasa Jarak kawat antar fasa SUTT 70 kV idealnya adalah 3 meter, SUTT 150 kV = 6 meter dan SUTET 500 kV =12 meter. Hal ini karena menghindari terjadinya efek ayunan yang dapat menimbulkan flash over antar fasa. 3.3.3.5 Perlengkapan kawat penghantar Perlengkapan atau fitting kawat penghantar adalah: Spacer, vibration damper. Untuk keperluan perbaikan dipasang repair sleeve maupun armor rod. Sambungan kawat disebut mid span joint. 3.3.4 Ground wire Ground wire atau Earth wire (kawat petir / kawat tanah) adalah media untuk melindungi kawat fasa dari sambaran petir. Kawat ini dipasang di atas kawat fasa dengan sudut perlindungan yang sekecil mungkin, karena dianggap petir menyambar dari atas kawat. Namun jika petir menyambar dari samping maka dapat mengakibatkan kawat fasa tersambar dan dapat mengakibatkan terjadinya gangguan. Kawat pada tower tension dipegang oleh tension clamp, sedangkan pada tower suspension dipegang oleh suspension clamp. Pada tension clamp dipasang kawat jumper yang menghubungkannya pada tower agar arus petir dapat dibuang ke tanah lewat tower. Untuk keperluan perbaikan mutu pentanahan maka dari kawat jumper ini ditambahkan kawat lagi menuju ketanah yang kemudian dihubungkan dengan kawat pentanahan.
3.3.4.1 Bahan Ground wire Bahan ground wire terbuat dari steel yang sudah digalvanis, maupun sudah dilapisi dengan almunium. Pada SUTET yang dibangun mulai tahun 1990an, didalam ground wire difungsikan fibre optic untuk keperluan telemetri, tele proteksi maupun telekomunikasi yang dikenal dengan OPGW (Optic Ground Wire), sehingga mempunyai beberapa fun gsi. 3.3.4.2 Jumlah dan posisi ground wire Jumlah ground wire paling tidak ada satu buah diatas kawat fasa, namun umumnya di setiap tower dipasang dua buah. Pemasangan yang hanya satu buah untuk dua penghantar akan membuat sudut perlindungan menjadi besar sehingga kawat fasa mudah tersambar petir. Jarak antara ground wire dengan kawat fasa di tower adalah sebesar jarak antar kawat fasa, namun pada daerah tengah gawangan dapat mencapai 120 % dari jarak tersebut. 3.3.5 Isolator Isolator adalah media penyekat antara bagian yang bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan. Fungsi isolator pada SUTT/SUTET adalah untuk mengisolir kawat fasa dengan tower. 3.3.5.1 Nilai isolasi Besarnya isolasi pada umumnya 3 hingga 3,3 kali tegangan sistem, dimaksudkan akan tahan terhadap muka tegangan petir pada waktu 1,2 mikro detik. Apabila nilai n ilai isolasi menurun akibat dari polutan maupun kerusakan pada isolasinya, maka akan terjadi kegagalan isolasi yang akhirnya dapat menimbulkan gangguan. 3.3.5.2 Jenis isolator Isolator terbagi atas beberapa jenis yaitu: 3.3.5.2.1 Menurut bentuknya:
• Piringan yaitu isolator yang berbentuk piring, salah satu sisi dipasang semacam mangkuk
logam dan sisi lainnya dipasang pasak. Antara pasak dengan mangkuk diisolasi dengan semen khusus. Ada dua macam model sambungannya: s ambungannya: Ball & socket ; clevis &eye. &e ye. Pemasangan isolator jenis piring ini digandeng-gandengkan dengan piringan lainnya. Jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan isolasi terhadap tegangan yang bekerja di transmisi tersebut. Jenis ini mempunyai fleksibelitas yang tinggi, karena bisa dipakai sebagai isolator gantung maupun isolator tarik. • Long rod adalah isolator yang berbentuk batang panjang, di kedua ujungnya dipasang sarana penghubung yang terbuat dari logam. Sirip-sirip isolator berada di antara kedua ujung tersebut. Isolator jenis ini dipakai sebagai isolator gantung.
• Pin isolator tidak digunakan di SUTT/SUTET. • Post isolator adalah isolator berbentuk batang panjang, di kedua ujungnya dipasang sarana
penghubung yang terbuat dari logam. Isolator ini dipakai sebagai isolator yang didudukkan. 3.3.5.2.2 Menurut bahannya Bahan isolator terbuat dari: • Keramik: mempunyai keunggulan tidak mudah pecah, tahan terhadap cuaca, harganya relatif mahal. Pada umumnya isolator menggunakan bahan ini.
• Gelas/kaca: Mempunyai kelemahan mudah pecah namun harganya murah. Digunakan hanya
untuk isolator jenis piring. Sambungan isolator yaitu batang pasak dan mangkuknya terbuat dari logam digalvanis. Pada daerah yang banyak mengandung uap garam maupun zat kimia tertentu dapat membuat batang
pasak karatan dan putus. Akhir-akhir ini dikembangkan teknik untuk melapisi batang pasak tersebut dengan zink 3.3.5.2.3 Menurut bentuk pasangannya
• “I” string • “V” string • Horisontal string • Single string • Double string • Quadruple Pada daerah yang rawan lingkungan maupun kemampuan mekanik yang belum mencukupi harus dilakukan penguatan rencengan isolator, sebagai contoh:dibuat double string. 3.3.5.3 Speksifikasi isolator Setiap isolator harus mempunyai speksifikasi dari fabrikan yang mencantumkan :
• Standar mutu, misalnya dari IEC • Type • Model sambungan • Panjang creepage atau alur (mm) • K uat uat mekanik (kN) • Panjang antar sambungan (mm) • Berat satuan (kg) • Diameter (mm) • Tegangan lompatan api frekwensi rendah kondisi basah (kV) • Tegangan lompatan impuls kondisi kering (kV) • Tegangan tembus (kV)
3.3.5.4 Karakteristik listrik Bahan Isolator yang diapit oleh oleh logam merupakan kapasitor. Kapasitansinya diperbesar oleh polutan maupun kelembaban udara dipermukaannya. Bagian ujung saluran meng alami tegangan permukaan yang paling tinggi, sehingga dibutuhkan arcing horn untuk membagi tegangan tersebut lebih merata ke beberapa piring isolator lainnya. 3.3.5.5 Karakteristik mekanik Isolator harus memiliki kuat mekanik guna menanggung beban tarik kawat maupun beban berat isolator dan kawat penghantar. Umumnya mempunyai Safety faktor 6. 3.3.5.6 Perlengkapan/fitting isolator Berfungsi untuk menghubungkan rencengan isolator dengan arm tower maupun kawat penghantar, diantaranya: U bolt, shackle, ball eye, ball clevis, socket eye, socket clevis, link, extension link, double clevis, dan lain sebagainya, Bahan terbuat dari baja digalvanis dan mempunyai kuat mekanik sesuai beban yang ditanggungnya. 3.3.6 Tension clamp Tension clamp adalah alat untuk memegang ujung kawat penghantar, berfungsi untuk menahan tarikan kawat di tower tension. Pemasangan tension clamp harus benar-benar sempurna agar kawat penghantar tidak terlepas. Sisi lain dari tension clamp dihubungkan dengan perlengkapan isolator.
agar tidak terjadi pemanasan yang akhirnya dapat memutuskan hubungan kawat jumper . Pada tower tension dibutuhkan kawat penghubung antara kedua ujung kawat penghantar di kedua sisi cross arm, kawat ini disebut jumper. Bagian bawah tension clamp terdapat plat berbentuk lidah untuk menghubungkan kawat jumper tersebut. Sambungan ini harus kuat dan kencang 3.3.7 Suspension clamp Suspension clamp adalah alat yang dipasangkan pada kawat penghantar ke perlengkapan isolator gantung, berfungsi untuk memegang kawat penghantar pada tower suspension. Kawat penghantar sebelum dipasang suspension clamp pada harus dilapisi armor rod agar mengurangi kelelahan bahan pada kawat akibat dari adanya vibrasi atau getaran pada kawat penghantar. Pada kondisi tertentu yaitu letak tower yang t erlalu rendah dibanding tower-tower sebelahnya sebelahn ya maka dipasang pemberat atau counter weight agar rencengan isolator tidak tertarik ke atas. 3.3.8 Compression joint Karena masalah transportasi, panjang konduktor dan GSW dalam satu gulungan (haspel) mengalami keterbatasan. Oleh karenanya konduktor dan GSW tersebut harus disambung. Sambungan (joint) harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain :
• konduktivitas listrik yang baik • kekuatan mekanis dan ketahanan yang tangguh
Compression joint adalah material untuk menyambung kawat penghantar yang cara penyambungannya dengan alat press tekanan tinggi. Compression joint kawat penghantar terdiri dari dua komponen yang berbeda yaitu:
• Selongsong steel berfungsi untuk menyambung steel atau bagian dalam kawat penghantar
ACSR
• Selongsong almunium berfungsi untuk menyambung almunium atau bagian luar kawat
penghantar ACSR Penyambungan kawat didahului dengan penyambungan kawat steel, dilanjutkan dengan penyambungan kawat almunium. Penempatan compression joint harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: • Diusahakan agar berada di tengah-tengah gawangan atau bagian terrendah daripada andongan kawat.
• Tidak boleh berada di dekat tower tension (sisi kawat yang melengkung ke bawah terhadap
tengah gawang).
• Tidak boleh di atas jalan raya, rel KA, SUTT lainnya
3.3.9 Spacer Spacer adalah alat perentang kawat penghantar terbuat dari bahan logam dan berengsel yang dilapisi karet. Pada SUTET spacer ini merangkap sebagai vibration damper. Fungsi spacer adalah:
• Memisahkan kawat berkas agar tidak beradu • Pada jarak yang diinginkan dapat mengurangi bunyi desis / berisik corona • Penempatan yang dipandu dari fabrikan dapat mengurangi getaran kawat
3.3.10 Damper Damper atau vibration damper adalah alat yang dipasang pada kawat penghantar dekat tower, berfungsi untuk meredam getaran agar kawat tidak mengalami kelelahan bahan.
Bentuk damper menyerupai dua buah bandul yang dapat membuang getaran kawat. 3.3.11 Armor Rod Armor rod adalah alat berupa sejumlah urat u rat kawat yang dipilin, berfungsi untuk melindungi kawat dari kelelahan bahan maupun akibat adanya kerusakan. Bahan armor rod adalah almunium keras, sehingga dapat menjepit kawat denga erat. 3.3.12 Pentanahan Tower Pentanahan Tower adalah perlengkapan pembumian sistem transmisi, berfungsi untuk meneruskan arus listrik dari badan tower kebumi. 3.3.12.1Nilai pentanahan tower Nilai pentanahan tower harus dibuat sekecil mungkin agar tidak menimbulkan tegangan tower yang tinggi yang pada akhirnya dapat mengganggu sistem penyaluran: Sistem 70kV : maksimal 5 Ohm Sistem 150kV : maksimal 10 Ohm Sistem 500kV : maksimal 15 Ohm 3.3.12.2 Jenis pentanahan
• Electroda bar : suatu rel logam yang ditanam di dalam tanah. Pentanahan ini paling sederhana dan efektif,dimana nilai tahanan tanah adalah rendah
• Electroda plat : plat logam yang ditanam di dalam tanah secara horisontal atau vertikal. Pentanahan ini umumnya untuk pengamanan terhadap petir.
• Counter poise electroda: suatu konduktor yang digelar secara horisontal di dalam tanah. Pentanahan ini dibuat pada daerah yang nilai tahanan tanahnya tinggi. Atau untuk memperbaiki nilai tahanan pentanahan.
• Mesh electroda: yaitu sejumlah konduktor yang digelar secara horisontal di tanah yang umumnya cocok untuk daerah kemiringan. 3.3.12.3 Jenis sambungan pada tower - Penyambungan langsung pada stub bagian bawah - Penyambungan dibagian atas stub
3.3.12.4 Komponen pentanahan tower
• Kawat pentanahan: terbuat dari bahan yang konduktifitasnya besar: tembaga. • Klem pentanahan atau sepatu kabel: bahan tembaga yang tebal • Batang pentanahan: terbuat dari pipa tembaga atau besi galvanis • Klem sambungan kawat pentanahan terbuat dari tembaga. 3.3.13 Repair Sleeve Repair sleeve adalah selongsong almunium yang terbelah menjadi dua bagian dan dapat ditangkapkan pada kawat penghantar, berfungsi untuk memperbaiki konduktifitas kawat yang rantas, cara pemasangannya dipress dengan hydraulic tekanan tinggi
3.3.14 Bola Pengaman Bola pengaman adalah rambu peringatan terhadap lalu lintas udara, berfungsi untuk memberi tanda kepada pilot pesawat terbang bahwa terdapat kawat transmisi. Bola pengaman dipasang pada ground wire pada setiap jarak 50m hingga 75 meter sekitar lapangan/bandar udara.
3.3.15 Lampu Aviasi Lampu aviasi adalah rambu peringatan berupa lampu terhadap lalu lintas udara, berfungsi untuk memberi tanda kepada pilot pesawat terbang bahwa terdapat kawat transmisi. 3.3.15.1 Jenis lampu aviasi
• Lampu aviasi yang terpasang pada tower dengan supply dari Jaringan tegangan rendah • Lampu aviasi yang terpasang pada kawat penghantar dengan sistem induksi dari kawat
penghantar 3.3.16 Arching Horn Arcing horn adalah peralatan yang dipasang pada sisi Cold (tower) dari rencengan isolator. Fungsi arcing horn:
• Media pelepasan busur api dari tegangan lebih antara sisi Cold dan Hot (kawat penghantar) • Pada jarak yang diinginkan berguna untuk memotong tegangan lebih bila terjadi: sambaran
petir; switching; gangguan, sehingga dapat mengamankan peralatan yang lebih mahal di Gardu Induk (Trafo) Media semacam arcing horn yang terpasang pada sisi Hot (kawat penghantar) adalah: • Guarding ring : berbentuk oval, mempunyai peran ganda yaitu sebagai arcing horn maupun pendistribusi tegangan pada beberapa isolator sisi hot. Umumnya dipasang di setiap tower tension maupun suspension sepanjang transmisi. • Arcing ring : berbentuk lingkaran, mempunyai peran ganda yaitu sebagai arcing horn maupun pendistribusi tegangan pada beberapa isolator sisi hot. Umumnya hanya terpasang di tower dead end dan gantry GI BAB IV PEMELIHARAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN PADA SALURAN UDARA TEGANGAN EXTRA TINGGI 500 KV 4.1. Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan ( PDKB ) 4.1.1 Prinsip Pekerjaan Saluran Bertegangan dengan metode barehand Prinsip yang dimaksud dalam pekerjaan saluran bertegangan dengan metode barehand adalah sangat sederhana, yaitu melihat seekor burung mendekat dan kemudian bertengger diatas konduktor bertegangan. Karena tidak ada jalan dimana arus akan mengalir, burung akan tetap nyaman berada pada konduktor meskipun tubuhnya telah bertegangan. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pekerja yang terlatih menggunakan teknik dan perlengkapan khusus dapat dengan aman bekerja pada tegangan sampai dengan 765 kV dengan metode barehand. Hal yang sangat penting untuk diingat bahwa pekerja harus menjaga jarak aman minimum dari pentanahan dan semua fasa yang berbeda potensialnya. Hal ini untuk mencegah kemungkinan tubuh pekerja teraliri arus listrik. Prinsip teknis untuk pekerjaan bertegangan diatas sudah dikenal dari tahun 1837. Pada tahun tersebut, Michael Faraday menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan potensial dalam sebuah
konduktor. Dia menemukan bahwa tidak ada pengisian listrik dan oleh sebab itu maka tidak ada medan elektrostatis di dalam sangkar logam yang telah diberi tegangan dengan potensial yang sama dengan menganggap tanah sebagai konduktor. Dengan tidak adanya perbedaan potensial maka tidak ada arus yang mengalir. Dengan menggunakan prinsip tersebut, seorang pe kerja dapat dialiri tegangan listrik apabila dilindungi dalam sebuah sangkar Faraday yang diikat/dihubungkan ke konduktor bertegangan sehingga dapat bekerja pada konduktor dengan nyaman. Cara ini hanya dapat dilakukan oleh pekerja yang diisolasi dari bumi dan fasa lainnya. 4.1.2 Sejarah PDKB di Dunia Pada tahun 1960, Harold L. Roden, seorang insinyur praktisi tegangan tinggi dari perusahaan pelayanan Tenaga Listrik Amerika, berkerjasama dengan Dr. Charles D Miller, seorang insinyur peneliti muda perusahaan Ohio Brass, mengadakan sebuah program pengujian untuk mengevaluasi faktor-faktor yang tidak diketahui dan aspek keselamatan dari metode barehand. Metode ini telah dikembangkan dan disempurnakan dalam pengujian mereka, sehingga dapat dilakukan oleh semua pelaksana dalam pemeliharaan bertegangan saluran tegangan tinggi. Tiga alasan utama yang menyebabkan metode barehand digunakan : (a) Kurangnya sistem interkoneksi transmisi sehingga pekerjaan dalam keadaan bertegangan menjadi sangat penting. (b) Bertambahnya ukuran konduktor dan asesorisnya menyebabkan penggunaan hot stick menjadi kurang praktis. (c) Bertambahnya tegangan sistem sehingga mengakibatkan bertambahnya jarak aman. Teknik ini bukan merupakan pengganti metode lain dari pemeliharaan saluran bertegangan tetapi lebih merupakan sebuah prosedur pelengkap yang terkait dalam bidang ini. Hot stick dan live line rope merupakan komponen yang diperlukan pada sebagian besar pengoperasian metode barehand.
Penggunaan teknik “Sangkar Faraday” telah diganti dengan pakaian konduktif pada metode
barehand. Dengan pakaian konduktif, intensitas listrik di tubuh pelaksana dapat dibatasi sehingga pelaksana dapat bekerja dalam kondisi yang aman dan nyaman meskipun b ekerja pada tegangan yang tinggi. Perkembangan PDKB Pelaksanaan pekerjaan pada saluran listrik tegangan tinggi dengan cara PDKB telah ada sejak beberapa tahun yang lalu. Dengan terus bertambahnya permintaan penggunaan listrik dan untuk memberikan pelayanan kepada konsumen dengan standar yang lebih tinggi tanpa memutus aliran listrik, sehingga penting untuk melaksanakan pekerjaan pemeliharaan dalam keadaan bertegangan. Pemeliharaan saluran bertegangan pertama kali digunakan hanya untuk membuka saklar pemutus aliran. Meskipun cara ini pada pelaksanaannya terlalu lama, tetapi terbukti metode ini aman. Metode ini digunakan untuk waktu yang lama dan belum terpikirkan untuk mengembangkan metode ini untuk tujuan yang lain. Pada awalnya peralatan PDKB dibuat secara industri rumah tangga, pada tahun 1913 di sebuah perusahaan di daerah Wapakoneta, Ohio, Amerika serikat. Dan mereka mengembangkan berbagai peralatan yang lebih halus dan efisien.
Pada tahun 1916 sebuah peralatan yang dikenal sebagai ”pengait listrik” telah dikenal di Atlanta,
Geogia, Amerika Serikat. Alat ini merupakan sebuah klem dengan pegas bertujuan untuk membuka rangkaian bertegangan. Penggunaannya memerlukan hot stick untuk tujuan isolasi dan
disarankan menggunakan peralatan tambahan lainnya yang akhirnya berkembang seperti grounding, paralel klem, pemegang konduktor, pengikat kawat, gergaji, comealong, dan saddle yang dipasang pada tower untuk menyokong peralatan tertentu. Pada tahun 1918, di Taylorville, Illinois, Amerika, Perusahaan Tips Tool mulai memproduksi klem saluran bertegangan, klem pentanahan, tongkat klem. Beberapa tahun kemudian perusahaan yang sama memperkenalkan alat pemangkas pohon secara bertegangan, wire tong, stick, tower saddle dan aksesoris stick. Peralatan saluran bertegangan pertama kali digunakan hingga tegangan 33 kV. tetapi banyak linesman ragu-ragu untuk melakukan pengoperasian hot stick pada tegangan ini. Karena ketakutan ini, banyak perusahaan membatasi pemeliharaan saluran bertegangan sampai dengan 22 kV. Karena linesman mulai menyadari bahwa penggunaan peralatan saluran bertegangan selalu menjaga mereka pada kondisi aman, ketakutan mereka untuk melakukan pekerjaan mulai hilang, hingga akhirnya pada tahun sampai tahun 1930 beberapa perusahaan mengijinkan pengoperasian saluran bertegangan pada 66kV, tidak lama kemudian menjadi 110 kV. Sampai akhir tahun tiga puluhan ada berita yang menakjubkan, yaitu bahwa Saluran West Coast 220 kV telah sukses dikerjakan dalam keadaan bertegangan. Tonggak bersejarah yang lain terjadi pada bulan Maret 1948 ketika OG Anderson dan MR Parkin, ahli peralatan Saluran Bertegangan Perusahaan AB Chance mengganti isolator pada tower suspension pada tegangan 287 kV penghantar Hoover Dam, Los Angeles. Pada tahun 1954, saluran 345 kV dikontruksi dan Chance sukses bekerja pada 330 kV untuk Listrik Indiana-Michigan dengan peralatan baru berupa alat kayu berlapis Maplac. Dengan datangnya/munculnya tegangan yang lebih tinggi dan stick yang lebih panjang, pencarian dimulai untuk peralatan yang baik, kuat dan ringan dengan kualitas dielektrik yang tinggi. Pada pertengahan 1950 stick isolasi dari bahan fiberglass telah digunakan sebagai peralatan saluran bertegangan; tahun 1959 Epoksiglas Chance muncul digunakan secara umum. Berat merupakan faktor yang penting pada pekerjaan saluran bertegangan, karena kelelahan harus ditekan sampai tingkat minimum. Akhirnya pada tahun 1947 muncul pemikiran untuk membuat peralatan yang lebih ringan, lebih kuat dan lebih aman yang dikenal dengan epoksiglas. Kemudian, untuk keamanan dan kenyamanan pelaksana PDKB, AB Chance mulai membuat conductive suite. Dalam perkembangannya, enginer merancang konstruksi tower yang lebih efisien dalam mendukung pelaksanaan pemeliharaan secara bertegangan. Berbagai program pelatihan pun diadakan untuk mengembangkan berbagai teknik pemeliharaan secara bertegangan, sehingga pemeliharaan secara bertegangan mulai diimplementasikan di berbagai belahan dunia. 4.1.3 Sejarah PDKB TT/TET di Indonesia Bagi karyawan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) di seantero nusantara ini, terutama di jajaran distribusi agaknya tidak asing lagi mendengar istilah Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB). Sejarah PDKB di PLN sebetulnya belum begitu panjang, kalau dihitung pelaksanaan pertamanya pada 10 November 1993 di PLN Udiklat Semarang yang dikenal dengan P encanangan Pelaksanaan PDKB di Indonesia oleh Dirjen Listrik dan Pengembangan Energi waktu itu, P rof Dr Artono Arismunandar. Pencanangan itu didahului dengan terbitnya Keputusan Dirjen Listrik dan Pengembangan Energi Nomor : 73-12/40/600.1/1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan.
Sejak tahun 1985 sebenarnya telah dilaksanakan pelatihan PDKB secara ”off -line” di Udiklat Cibogo, namun belum dapat diaplikasikan secara “on line” karena belum adanya undang – undang atau peraturan yang menunjang pelaksanaan pemeliharaan bertegangan. Sementara itu, dibelahan dunia lain, terutama negara-negara maju, bahkan sejumlah perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia, sudah lebih dulu melaksanakan PDKB. PLN sudah memiliki rencana untuk melaksanakan pemeliharaan dengan cara PDKB bersamaan dengan dibangunnya SUTET 500 kV. Di negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand sudah jauh-jauh hari melakukan PDKB dan di dalam negeri sendiri pun, untuk PT Caltex Pasifik Indonesia (CPI) di Propinsi Riau telah melaksanakan PDKB meskipun hanya memiliki daya d aya listrik 500 Mega Watt (MW) atau jauh di bawah milik PLN P3B-JB yang mempunyai beban puncak mencapai 16 ribu MW. Pembentukan tim PDKB diawali dengan Surat Keputusan (SK) Nomor : 152.K/020/DIR/2003 tanggal 6 Juni 2003 tentang Tim Persiapan dan Pelaksanaan Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan untuk Tegangan Tinggi dan Tegangan Ekstra Tinggi. Tim tersebut adalah Berlin Simarmata (Kantor Pusat) sebagai Ketua, Basuki Prayitno (P3B) sebagai anggota. Sedangkan Tim Implementasinya diketuai oleh Djoko Hastowo (P3B), sekretaris Yanuar Hakim (P3B) dan anggota lainnya sebanyak sembilan orang. Tim tersebut selanjutnya bertugas mempelajari perlu tidaknya tim PDKB di P LN. Dari hasil kajian di dapat bahwa PLN sudah sangat memerlukan Tim PDKB guna pemeliharaan transmisi, kemudian pada tahap awal manajemen berpendapat diperlukan sedikitnya personil baru sebanyak empat grup yang masing-masing terdiri 6-7 orang sehingga diperlukan sebanyak 24 orang tenaga inti. Mereka yang akan disaring dalam rekrutmen personil PDKB Transmisi ini harus memenuhi kualifikasi yang relatif ketat karena jenis p ekerjaannya memang sedikit berbeda dengan pekerjaan karyawan PLN lainnya. Pada Mei 2003, tim bayangan implementasi yang sebagian besar dari P3B juga telah melakukan serangkaian persiapan antara lain pendataan dan pencarian pegawai PLN yang untuk dilibatkan dalam pekerjaan itu, termasuk penjajakan ke k e sejumlah pegawai yang terlibat di PDKB Distribusi. Dari langkah tersebut akhirnya, dihasilkan gambaran kebu tuhan SDM awal dari PDKB Transmisi ini yakni sebanyak 36 personil SDM baru. Sejak 30 juni sampai dengan 4 juli 2003 Tim Implementasi melaksanakan benchmark ke PT.Caltex Pasifik Indonesia, kemudian dilanjutkan benchmark ke EGAT Thailand tanggal 14 s/d 17 juli 2003. Dalam proses seleksi dari 36 orang pegawai PLN yang berminat di dapat 10 orang untuk dididik menjadi supervisor PDKB, sedangkan dari 400 orang pelamar yang masuk kualifikasi terpilih 36 orang yang akan di didik sebagai pelaksana (linesman) PDKB. Pelatihan pengawas (supervisor) PDKB dilaksanakan di Omaka Training C entre - New Zealand selama 25 hari dari tanggal 3 juli s/d 9 september 2003 yang dilanjutkan pelatihan di Udiklat Bogor pada 16 april s/d 24 mei 2004. Tepatnya 9 september 2003 persiapan SDM pelaksana sebanyak 36 orang hasil seleksi, yang diawali pendidikan kesamaptaan selama 1 (satu) bu lan di SPN Banyu Biru, dilanjutkan pendidikan transmisi off-line di Udiklat Semarang selama 6 (enam) bulan, kemudian para calon pelaksana PDKB melaksanakan On Job Training di 3 (tiga) Region, yaitu Region Jakarta dan Banten, Region Jawa Barat, dan Region Jawa Timur dan Bali selama 1 (satu) bulan. Pendidikan pemeliharaan secara bertegangan/PDKB dilaksanakan di Udiklat Bogor selama 2 (dua) bulan. Sejak 8 september 2004, supervisor dan pelaksana PDKB melaksanakan Pekerjaan Dalam Keadaan bertegangan (PDKB) di Region Jakarta dan Banten, Region Jawa barat, Region Jawa
Tengah & DIY, dan Region Jawa Timur dan Bali. Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro mendeklarasikan operasional PDKB TT/TET secara resmi pada 27 Oktober 2004 bertepatan dengan HLN ke-58. Terhitung saat itu PT PLN (Persero) telah memiliki Tim PDKB TT/TET yang tersebar di 4 region P 3B Jawa Bali. 4.2 Persyaratan Umum Pelaksanaan PDKB TT /TET 4.2.1 Umum Syarat umum untuk Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) TT/TET harus berdasarkan : (a) Prosedur dan Instruksi Kerja yang telah DISAHKAN, serta peralatan yang telah LULUS UJI oleh Lembaga Sertifikasi. (b) Penerima Surat Penunjukkan Pengawas Pekerjaan Bertegangan (SP3B) dan Surat Perintah melaksanakan Pekerjaan Bertegangan (SP2B) bertanggung jawab terhadap pelaksanaan PDKB, meliputi : Prosedur, Instruksi Kerja, Peralatan, dan Material yang digunakan . (c) Pelaksanaan PDKB TT/TET adalah pengembangan dari pekerjaan off line. (d) PDKB tidak boleh dilaksanakan pada pekerjaan yang tidak terencana. (e) Pengawas K3 bertanggung jawab atas keselamatan pelaksana, peralatan, dan pelaksanaan pekerjaan. (f) Keselamatan pribadi menjadi tanggung jawab masing-masing. (g) Dalam melaksanakan pekerjaan tidak diperbolehkan ada dua kegiatan yang dapat saling mempengaruhi pergerakan konduktor/tower bila terjadi kegagalan peralatan atau material. (h) Semua peralatan harus lulus uji setiap 6 bulan sekali. (i) Semua pelaksana PDKB harus diperiksakan kesehatannya (general check up) setiap satu tahun sekali. 4.2.2 Ketentuan Keselamatan Pelaksanaan PDKB TT /TET Sebelum melaksanakan PDKB harus dilakukan Analisa Keselamatan Pekerjaan (AKP) pada setiap tower yang akan dikerjakan. Pelaksanaan perbaikan dikerjakan selambat-lambatnya 7 hari setelah pelaksanaan AKP. Hal-hal yang dilakukan pada saat AKP : (a) Memeriksa kondisi tower, meliputi struktur tower, isolator, konduktor, kawat petir, Optic Ground Wire (OPGW), dan aksesoris yang akan dikerjakan te rmasuk tower pengapit. (b) Menentukan jarak aman minimum peralatan isolasi sesuai dengan tegangan operasi (c) Menghitung beban kerja pada tower, khusus pada tower tipe tension harus dihitung dengan lebih teliti. (d) Mengamati potensi bahaya pada lokasi pekerjaan, antara lain keselamatan masyarakat umum, lintasan jalan raya, saluran transmisi, jalan kereta api, dan lain -lain. 4.2.3 Metode PDKB TT/TET 4.2.3.1 Metode Barehand Metode barehand adalah suatu metode dimana pelaksana bekerja dengan menyentuh konduktor yang bertegangan, sehingga tidak ada perbedaan potensial antara pelaksana dengan konduktor yang bertegangan. Metode ini dapat dilakukan pada tegangan 150 kV sampai dengan 500 kV dengan memperhatikan jarak aman minimum. 4.2.3.2 Metode Hot Stick
Metode Hot Stick adalah suatu metode dimana pelaksana berada di sisi tower yang terisolasi dari konduktor bertegangan. Metode ini menggunakan peralatan hot stick dengan jarak tertentu sehingga aman dikerjakan. (a) Pelaksana harus menjaga diri dan semua peralatan yang dibawa dan yang digunakan (misal: ladder, platform, dll.) agar tidak melanggar jarak a man minimum yang ditentukan. (b) Semua peralatan hot stick harus mempunyai panjang isolasi yang cukup, sesuai dengan jarak aman minimum tegangan operasi. (c) Sarung tangan berisolasi tidak boleh digunakan pada saat pelaksanaan pekerjaan metode hot stick karena penggunaan sarung tangan dapat menutupi rasa sengatan listrik bila terjadi arus bocor, yang mengindikasikan kerusakan peralatan hot stick. (d) Penggunaan sarung tangan dapat menjadi penyebab kontaminasi pada permukaan peralatan hot stick, sehingga mengurangi sifat isolasi peralatan. (e) Hot stick yang digunakan pada metode ini terbuat dari Fibreglass Reinforced Plastic (FRP) yaitu plastik yang diperkuat dengan fiberglass . (f) Semua hot stick yang terbuat dari FRP harus mempunyai daya tahan elektrik dan mekanik yang sesuai standar. (g) Semua hot stick yang terbuat dari da ri FRP harus diuji setiap 6 bulan bu lan di Lembaga sertifikasi dan hasilnya tercatat dan dibukukan. (h) Pemeriksaan visual peralatan hot stick dilakukan sebelum dan sesudah digunakan. Untuk mengetahui tanda-tanda kerusakan, antara lain: Hilang atau turunnya mutu isolasi akibat terkontaminasi po lutan pada hot stick dan tangga isolasi.
• Cacat pada permukaan peralatan hot stick. • Penyimpanan dan penggunaan yang tidak tepat. • Adanya garis karbon berwarna yang tidak beraturan pada permukaan hot stick yang diakibatkan
beban elektrik yang berlebihan.
• Adanya lengkungan, keretakan, pemuaian, dan kendornya pin pada hot stick yang disebabkan
pembebanan mekanik yang berlebihan. Jika tanda-tanda kerusakan tersebut diatas ditemukan, maka harus segera dievaluasi, diperbaiki dan diuji serta hasilnya dicatat pada data peralatan. Metode hot stick dapat juga digunakan bersamaan dengan metode barehand selama metode tersebut bisa saling melengkapi. Pengawas Pelaksanaan PDKB Dalam setiap pelaksanaan pekerjaan, ditunjuk seorang Pengawas Pekerjaan dan seorang Pengawas K3. Tujuan pengawasan adalah untuk memperoleh hasil pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan standar mutu. Orang yang ditunjuk sebagai Pengawas harus kompeten dan mengerti secara jelas tentang tanggung jawab yang berkaitan dengan kualitas pekerjaan dan keselamatan anggotanya. 4.2.3.3 Pengawas Pekerjaan Dalam pelaksanaan pekerjaan harus ditunjuk seorang Pengawas Pekerjaan yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : (a) Bersertifikat sebagai Pengawas Pekerjaan PDKB TT/TET. (b) Kompeten dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan metode yang akan dilakukan. (c) Mampu membagi tugas dan tanggung jawab kepada pelaksana agar pekerjaaan dapat dilakukan dengan aman, efektif, dan efisien.
Tugas dan tanggung jawab Pengawas Pekerjaan Pengawas Pekerjaan harus mengetahui kemampuan, kondisi mental, dan fisik masing-masing anggota timnya secara terus menerus selama pekerjaan berlangsung. (a) Pengawas Pekerjaan harus memastikan bahwa semua anggota timnya dalam kondisi sehat mental dan fisiknya sehingga tidak memberikan resiko terhadap keselamatan dirinya dan anggota timnya. (b) Pengawas Pekerjaan harus memberikan perhatian khusus terhadap gejala kelelahan diantara anggota tim dan mempersiapkan penghentian pekerjaan apabila kelelahan sudah terdeteksi. (c) Pengawas Pekerjaan harus menyadari faktor resiko yang timbul karena pelaksanaan pekerjaan yang berulang atau mulai timbulnya kejenuhan. Indikasi akibat kelelahan atau kebosanan seperti terburu – buru, buru, melambatkan pekerjaan, nervous, dan kesalahan. (d) Pengawas Pekerjaan harus memastikan bahwa semua anggota tim menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dan memberikan perhatian terhadap cara pemakaiannya: (i) Menggunakan baju kerja dari katun dalam kondisi baik. (ii) Helm Pengaman. (iii) Sepatu pengaman/Sepatu konduktif. (iv) Body hardness harus digunakan oleh pelaksana PDKB yang bekerja diatas tower. (v) Kaca mata pengaman harus menggunakan anti UV. (vi) Pakaian konduktif lengkap harus digunakan oleh pelaksana PDKB yang bekerja diatas tower. (e) Pengawas Pekerjaan harus memastikan bahwa pelaksana pdkb tidak menggunakan aksesoris dari bahan metal, karet, atau ikat pinggang yang tidak perlu. (f) Alat kerja yang tidak digunakan harus disimpan dalam tool bag atau diposisikan aman. (g) Pengawas Pekerjaan harus memastikan : (i) Beban yang ditopang peralatan PDKB PD KB telah diidentifikasi. (ii) Peralatan dan perlengkapan yang digunakan harus aman terhadap beban kerja dan arus bocor tidak melampaui batasan yang ditentukan. (iii) Pekerjaan yang akan dilaksanakan sudah terbukti dilakukan secara off line dan terdapat Instruksi Kerja untuk pelaksanaan secara online. (iv) Pekerjaan dapat dilaksanakan setelah adanya ad anya informasi dari pengawas RCB bahwa fungsi auto reclose telah dinon-aktifkan atau diaktifkan pada kedua GI/GITET dan telah dipasang tagging. (h) Melaksanakan tailgate dan evaluasi setelah pekerjaan selesai. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh Pengawas Pekerjaan (a) Pengawas Pekerjaan memastikan bahwa pelaksana/pekerja p elaksana/pekerja telah bersertifikat dan kompeten. Apabila ada personil yang tidak bersertifikat menjadi bagian dalam pelaksanaan pekerjaan, orang tersebut harus benar-benar diberi penjelasan mengenai peran sertanya dalam pekerjaan. Dan harus benar-benar diawasi selama keterlibatannya. (b) Dalam pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan Prosedur dan Instruksi Kerja yang telah disahkan (tidak ada inovasi). (c) Mematuhi etika berkomunikasi selama pelaksanaan pekerjaan. (d) Jam kerja peralatan dan jam terbang pelaksana harus dicatat dan dibukukan. (e) Pelaksana harus dirotasi secara teratur ke seluruh posisi kerja. (f) Dokumen yang harus tersedia di lapangan : (i) Prosedur dan Instruksi kerja.
(ii) Formulir – formulir formulir kerja, antara lain : SP3B, SP2B, TTSP, RCB. (iii) Data dan grafik hasil pengetesan isolator. 4.2.3.4 Pengawas K3 Dalam pelaksanaan PDKB harus ditunjuk seorang Pengawas K3 yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : (a) Bersertifikat sebagai Pengawas K3 PDKB TT/TET. (b) Kompeten dalam melaksanakan pekerjaan dengan metode kerja yang akan dilakukan. (c) Mampu menganalisa potensi bahaya pada setiap tahapan pekerjaan agar pekerjaan yang dilakukan aman dan selamat. Tugas dan Tanggung Jawab (a) Pengawas K3 harus memastikan bahwa fungsi auto reclose telah dinon-aktifkan atau diaktifkan. (b) Pengawas K3 tidak boleh mengambil bagian dalam pelaksanaan pekerjaan. (c) Pengawas K3 harus memeriksa semua jarak aman minimum (Live Line Minimum Approach Distance/LLMAD maupun Live Line Tool Insulated Distance/LLTID). (d) Pengawas K3 berada pada posisi yang mudah dalam mengamati semua pergerakan pelaksana/pekerja. (e) Pengawas K3 harus memperhatikan pergerakan konduktor pada kedua span pengapit tower yang dikerjakan selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung. (f) Pengawas K3 harus setiap saat mengawasi kondisi cuaca dan menghentikan pekerjaan apabila terjadi perubahan cuaca buruk (hujan, awan, halimun, kabut, pencemaran udara, kondisi angin, dan kegelapan), petir dan badai dalam jarak 10 km dari lokasi kerja. (g) Pengawas K3 harus memberikan perhatian terhadap kontaminasi pada hot stick, tangga isolasi, dan peralatan lainnnya. (h) Pengawas K3 harus menghentikan pekerjaan jika ada kondisi yang dapat mempengaruhi konsentrasi pelaksana sampai kondisi tenang kembali. (i) Pengawas K3 harus memastikan bahwa semua pelaksana/pekerja dan perlengkapan bebas dari area tower yang dikerjakan. (j) Jika pelaksana menemui kesulitan dalam suatu tahapan pekerjaan dan harus dilakukan suatu penyesuaian atau perbaikan maka peralatan harus diturunkan. Pengawas K3 harus memeriksa dan memastikan bahwa penyesuaian atau perbaikan peralatan tersebut aman untuk melanjutkan pekerjaan. Tidak boleh ada perbaikan atau improvisasi yang dilakukan oleh pelaksana/pekerja pada posisi di atas. (k) Pengawas K3 harus mencermati faktor resiko yang timbul karena pelaksanaan pekerjaan yang berulang atau mulai timbulnya kejenuhan. Indikasi akibat kelelahan atau kebosanan seperti terburu – buru, buru, melambatkan pekerjaan, nervous, dan kesalahan. (l) Pengawas K3 dapat memberikan masukan dalam hal-hal khusus mengenai pelaksanaan pekerjaan kepada Pengawas Pekerjaan. Kewenangan utama untuk kualitas pekerjaan berada pada Pengawas Pekerjaan. 4.2.3.5 Tailgate Session Pengawas Pekerjaan harus memimpin tailgate atau penjelasan singkat kepada semua pelaksana, meliputi : (a) Siapakah Pengawas K3. (b) Pembagian tugas para pelaksana. (c) Penghantar, fasa dan string set atau aksesoris yang akan dikerjakan.
(d) Urutan pekerjaan yang harus dikerjakan. (e) Metode yang digunakan, barehand atau hot stick. (f) Pelaksana/pekerja mempunyai tanggung jawab pekerjaan masing-masing. (g) Pengawas Pekerjaan harus menyampaikan jarak aman minimum yang sesuai dengan tegangan sistem yang dikerjakan. (h) Koordinasi dengan GI/GITET pengapit, mengenai penon -aktifan fungsi auto reclose. (i) Menjelaskan potensi bahaya selama pekerjaan. (j) Menyampaikan Safe Working Load (SWL) peralatan yang digunakan masih dalam batas beban kerja. Potensi bahaya Potensi bahaya adalah suatu kondisi yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Dalam pelaksanaan PDKB ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pelaksana antara lain : (a) Static shunt Static shunt mempunyai kabel dengan panjang 1,8 m, hal ini berpotensi mengakibatkan flash over apabila terjatuh. Maka langkah yang harus dilakukan antara lain : (i) Klem static shunt harus dipasang dengan kuat pada tower (untuk sisi cold) dan sisa kabelnya kab elnya harus digulung dan diikat kuat. (ii) Klem static shunt harus dipasang dengan kuat p ada bagian bertegangan (untuk sisi hot) dan sisa kabelnya harus digulung dan diikat kuat. (iii) Jika static shunt tidak digunakan, maka harus dilepaskan dari tower atau bagian yang bertegangan dan disimpan dalam tool bag. (b) Bonding Pakaian Konduktif Pakaian konduktif mempunyai dua tali bonding dengan panjang 1,8 m pada setiap sisi baju konduktif. Untuk mencegah terjadinya flash over akibat terjatuhnya tali bonding, maka : (i) Tali bonding pada pakaian konduktif harus diikat dan disimpan dalam saku apabila tidak digunakan. (ii) Tali bonding yang sedang digunakan, panjangnya harus diatur sesuai kebutuhan. (c) Cacat pada stick (i) Stick terbentur/jatuh pada saat transportasi peralatan menuju lokasi pekerjaan. (ii) Pada waktu pengetesan menggunakan hot stick tester dilakukan dengan menggeser. (iii) Stick terbentur/jatuh pada saat tranportasi ke atas tower. (d) Flash over pada saat pekerjaan (i) Tidak terpasang batas aman peralatan (Live Line Tool Insulation Distance/LLTID); (ii) Adanya kegagalan isolasi.
(e) Pelaksana (groundman), kendaraan dan peralatan kerja harus diluar “fall area”. Yang dimaksud fall area adalah daerah dimana peralatan kemungkinan jatuh.
Kaidah Prosedur & IK dan Penundaan Pekerjaan PDKB Prosedur & Instruksi Kerja Prosedur kerja merupakan prosedur baku pada setiap pelaksanaan pekerjaan PDKB yang telah disetujui oleh para pelaksana/pekerja yang terlibat dalam PDKB dan disahkan oleh manajemen yang berwenang, prosedur dapat direvisi sesuai dengan kondisi lapangan terkini melalui pelatihan secara off-line terlebih dahulu. (a) Prosedur dan Instruksi kerja harus didiskusikan dengan semua anggota tim pelaksana PDKB selama sesi briefing pada awal dan akhir pekerjaan (tailgate). (b) Prosedur dan Instruksi kerja tersebut tidak boleh diubah selama pelaksanaan PDKB
berlangsung. Perubahan prosedur dan instruksi kerja harus dilakukan berdasarkan penelitian menyeluruh dan dikembangkan oleh pelaksana/pekerja PDKB yang bersertifikat dan berpengalaman, dan dibuktikan secara off-line maupun on-line, dan disahkan secara formal. (c) Percobaan dengan menggunakan peralatan atau improvisasi yang tidak disetujui tidak diijinkan selama dilaksanakan pekerjaan dalam keadaan bertegangan (PDKB) berlangsung. (i) Hal ini tidak menghalangi evaluasi atas semua prosedur,instruksi kerja, peralatan, dan perlengkapan PDKB. (ii) Jika ada revisi terhadap peralatan dan perlengk apan harus diteliti secara menyeluruh, didokumentasikan dan dibuktikan secara off-line maupun on-line dan disetujui secara formal. (iii) Perubahan terhadap peralatan dan perlengkapan harus berdasarkan pada pengujian elektrik dan mekanik, penilaian, dan persetujuan formal secara teknis. Penundaan Pekerjaan Pelaksanaan PDKB harus direncanakan dengan seksama sesuai prosedur tetap PDKB untuk memastikan pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu kerja normal. Keselamatan pelaksana/pakerja, peralatan PDKB dan sistem menjadi prioritas utama saat terjadi gangguan. Dalam proses pekerjaan, terjadinya gangguan dapat saja terjadi pada tahapan tertentu, sehingga suatu prosedur yang mengatur pengamanan pelaksana/pekerja dan peralatan PDKB harus ditaati untuk menghindari terjadinya suatu kecelakaan. Prosedur tersebut mengatur antara lain : (a) Pengawas Pekerjaan memberikan pernyataan pada Pengawas Reclose Block (RCB) bahwa : (i) Pekerjaan ditunda (ii) Semua peralatan yang terhubung dengan konduktor pada posisi aman. (iii) Semua pelaksana pada posisi aman. (iv) Fungsi Auto Reclose boleh dinormalkan kembali. (v) Sebelum melanjutkan pekerjaan yang ditunda, Pengawas Pekerjaan harus memastikan bahwa fungsi auto reclose sudah dinon-aktifkan dan semua peralatan telah diperiksa secara seksama, dikeringkan dan dibersihkan dengan silicon wipe. (b) Pengamanan pelaksana/pekerja pada pekerjaan yang ditunda Evakuasi semua pelaksana di daerah bertegangan ke daerah aman (bodi tower/tanah). Jika tidak, maka pelaksana hot end harus menjauh dari isolator. (c) Pengamanan peralatan pada pekerjaan yang ditunda Jika pekerjaan harus ditunda dan peralatan kerja harus ditinggal selama semalam atau lebih dan apabila peralatan kerja berisolasi merupakan bagian integral dari penundaan tersebut, tindakan berikut harus dilaksanakan : (i) Jika ditopang oleh peralatan kerja berisolasi pada posisi hot end, maka peralatan tersebut harus dijumper ke konduktor. (ii) Jika ditopang oleh hotstick yang dirangkai den gan strap hoist/rope block/webbing sling pada posisi cold end, maka harus dipasang grounding dari hotstick ke tower. Komunikasi (a) Komunikasi koordinasi pekerjaan (i) Meliputi Penjadwalan pelaksanaan pekerjaan PDKB (ii) Koordinasi dengan UPT terkait mengenai penyediaan material, pengawas RCB, helper. (b) Komunikasi Tim Komunikasi dengan pelaksana PDKB hanya difokuskan pada lingkup : (i) Keselamatan kerja. (ii) Langkah/urutan kerja.
4.3 Persyaratan Teknis Pelaksanaan PDKB TT/TET 4.3.1 Jarak Aman Minimum Jarak aman minimum adalah daerah dimana pelaksana dapat bekerja dan peralatan dapat digunakan dengan aman pada daerah bertegangan. Pelaksana PDKB harus tetap menjaga dirinya dan peralatan yang dibawanya tidak melanggar jarak aman minimum dan jarak minimum peralatan seperti ditetapkan pada tabel 1, dari bagian yang bertegangan. JARAK AMAN MINIMUM DAN JARAK PERALATAN BERISOLASI Tegangan Fasa ke Bumi Fasa ke Fasa 70 kV 150 kV 500 Kv 900 mm 1200 mm 3400 mm 1200 mm 1500 mm 5500 mm 4.3.1.1 Pemeriksaan Visual Sebelum penggantian isolator dilaksanakan, pemeriksaan visual ha rus dilakukan pada isolator tersebut untuk mengetahui : (a) Isolator yang cacat. (b) Ada bekas lompatan api pada piring isolator. (c) Suara berdengung pada tingkatan yang tidak wajar pada isolator. Catatan : Pada saat pemeriksaan visual isolator, ak sesoris string isolator harus diperhatikan bila terdapat karat yang berlebihan dan ukuran yang tidak sesuai dengan peralatan kerja PDKB. 4.3.1.2 Pengetesan isolator (a) Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, d imulai, semua piring isolator pada string yang akan dikerjakan (kaca yang dikuatkan dan porselin) harus dilakukan pengetesan terlebih dahulu yang hasilnya dicatat dan dibuat grafik. (b) Pengetesan isolator dilakukan untuk menentukan jumlah isolator yang rusak secara elektrik dan untuk menentukan apakah pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan dengan metode barehand atau tidak. (c) Dalam pengetesan isolator terdapat ketentuan-ketentuan : (i) Pembacaan dengan nilai nol tidak mengindikasikan bahwa isolator tersebut rusak, karena jika terjadi kebocoran halus sebuah isolator tidak akan short secara sempurna dan tegangan masih melewatinya; (ii) Isolator dianggap rusak jika pembacaannya 30 % atau lebih di bawah bentuk b entuk karakteristick kurva normal isolator lain dalam satu string; (iii) Jika terdapat isolator yang rusak maka nilai isolator sesudahnya akan meningkat sebagai kompensasi dari isolator yang rusak tersebut. (iv) Jika ada beberapa isolator yang rusak, bandingkan hasil pengukuran dengan hasil pengukuran string lain pada penghantar yang sama untuk melihat deviasi bentuk kurva. Gambar grafik isolator normal Gambar grafik isolator rusak sebagian
Gambar perbandingan grafik isolator baik dan rusak Keterangan : = Rusak = Baik (d) Jumlah isolator yang rusak tidak boleh lebih d ari ketentuan (½ n+1). Bila jumlahnya melebihi ketentuan tersebut, maka pekerjaan dilaksanakan dengan metode Off line. Catatan : n = Jumlah isolator pada 1 string (e) Jika digunakan static shunt, maka jumlah isolator yang rusak tidak boleh lebih dari ketentuan k etentuan (½ n+1-y). Dimana y adalah jumlah isolator yang dipasang static shunt. 4.3.1.3 Pengetesan peralatan Tongkat fiberglass untuk perkerjaan saluran bertegangan dibuat khusus dari ribuan fiberglass yang direndam resin epoksi yang digulung di gulung melingkar dan melewati inti yang berbusa da ri plastik uniseluler. Inti busa mengandung jutaan sel individu yang tidak berhubungan yang diisi dengan gas untuk menghilangkan penyerapan uap air dan kondensasi. Busa uniseluler diikat untuk memperkuat dinding untuk memberikan sebuah produk dengan isolasi dan kekuatan mekanik maksimum. Dalam kondisi kerja yang ideal, bahan fiberglass berisolasi sebenarnya bebas pemeliharaan. Namun, karena kesalahan pemakaian, abrasi atau kumpulan kontaminasi, perawatan fiberglass menjadi hal yang diperlukan. Peralatan ini mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi dan ketahanan tinggi terhadap lembab, bahan kimia, dan cuaca. Semua peralatan pekerjaan bertegangan sebaiknya dijaga bersih dan kering. Dan tidak boleh diletakkan langsung diatas tanah atau ditempatkan pada posisi yang tampaknya dapat merusak. Semua alat sebaiknya diperiksa sebelum penggunaannya sebagai tanda jika ada kerusakan atau kelebihan tekanan. Stick isolasi sebaiknya diperiksa untuk melihat tanda-tanda keretakan atau kerusakan pada lapisan pelindungnya dan fitting metalnya sebaiknya diperiksa untuk melihat tanda-tanda dari kelebihan pemakaian dan kemungkinan kerusakan lainnya. Perhatian khusus harus diberikan pada fitting yang secara permanen dipasang pada tongkat. Sebelum menggunakannya, tongkat yang berisolasi (hot stick) dilap bersih dengan kain kering dan kemudian di lap dengan bahan berlapis silikon. Kemudian diberi tanda batas aman minimum yang sesuai. Jika sewaktu-waktu peralatan terlihat kotor, harus dibersihkan dengan moisture eate r. Jika semua kontaminasi tidak bisa dihilangkan menggunakan moisture eater maka peralatan fiberglass harus dibersihkan dengan bantalan abrasif halus yang sebelumnya direndam dengan moisture eater. Selanjutnya stick isolasi tersebut dibersihkan dengan kain bersih bebas debu diikuti dengan alat gloss restorer. Stick isolasi kemudian didiamkan pada ruangan bebas debu selama jangka waktu minimum 48 jam kemudian setelah itu diuji kemampuan elektriknya sebelum digunakan. Catatan mengenai pemeliharaan yang dilakukan pada peralatan dan perlengkapan kerja harus terdapat di buku catatan peralatan kendaraan. Setiap peralatan PDKB yang jatuh dari tower atau yang rusak tidak boleh digunakan sampai telah dilakukan pemeriksaan yang menyeluruh. Kejadian semacam itu harus dicatat dan disimpan di buku catatan peralatan kendaraan. Semua peralatan dan perlengkapan PDKB harus diperiksa secara elektrik setiap 6 (enam) bulan sekali dan pemeriksaan tersebut dicatat. Pengelasan dan pematrian fitting logam yang rusak tidak diperbolehkan. Pengujian Menggunakan Hot Stick Tester Petunjuk Penggunaan
(a) Pasang kawat steker. Sakelar diposisikan ‘on’. (b) Masukkan stick uji kedalam elektroda. Hasil tes h arus menunjukkan jarum meter sepenuhnya
ke area “gagal” untuk memverifikasi bahwa tester berfungsi normal. Lepas alat uji dan pastikan jarum kembali ke garis ‘nol’.
(c) Letakkan masing-masing ujung peralatan hot stick untuk diuji pada posisi yang sesuai sehingga hot stick tester dapat digunakan untuk menguji dengan nyaman. (d) Letakkan hot stick tester pada hot stick yang diuji sehingga permukaan elektroda menempel pada hot stick. Bagian logam tidak boleh disertakan dalam pengujian ini. Langkah tersebut diulangi sampai pengujian dilakukan pada semua permukaan hot stick untuk mendapatkan kemungkinan adanya bagian yang lembab pada hot stick. JANGAN MENGGESER HOT STICK TESTER DI SEPANJANG PERALATAN HOT STICK.
(e) Jika jarum menunjukkan mendekati area “gagal”, hot stick yang diuji harus diputar untuk
mendapatkan pembacaan maksimum. Hot stick yang memiliki diameter 50 mm-75 mm harus selalu dirotasi/diputar pada saat pengujian. Jika ada bagian yang menunjukkan bocor berlebihan , hot stick tersebut harus diperiksa, dibersihkan dengan silicon wipe dan dilapisi ulang (resurfaced) bila perlu. Setelah itu stick dikeringkan dan diuji ulang. Apabila pengujian masih gagal, peralatan tersebut tidak boleh dipakai dalam pekerjaan. (f) Jika jarum tetap berada pada posisi hijau, berarti peralatan hot stick lulus uji. (g) Ulangi langkah (b) untuk menyelesaikan pengujian. CATATAN : (a) Syarat Hot stick Hot stick harus mampu menahan tegangan tegan gan 100 kV/feet selama 5 (lima) menit. Hot stick yang di buat harus memenuhi Spesifikasi Standar ASTM F711-89. (b) Kondisi Hot stick Hot stick harus dilap bersih (disilikon) dan diinspeksi secara visual dari cacat sebelum digunakan. Jika terdapat cacat atau kontaminasi yang mempengaruhi kualitas isolasi atau integritas stick setelah pengelapan, stick tersebut harus disisihkan, diberi tanda agar tidak digunakan sebelum diadakan pengujian lebih lanjut. (c) Metode Pengujian Peralatan Hot stick harus diuji dengan metode basah pada 75 kV/feet dan metode kering pada 100 kV/feet selama 1 (satu) menit. Tes tersebut digunak an untuk menverifikasi kondisi stick. Pengujian hot stick yang dilakukan sebelum pelaksanaan pekerjaan dapat digunakan untuk memberikan verifikasi yang merupakan bukti awal kondisi stick tersebut. 4.3.1.4 Penggunaan Static Shunt Static shunt tidak boleh dipasang lebih dari 10% jumlah isolator. (a) Penggunaan static shunt dilakukan secara bergantian pada satu string isolator dalam satu waktu (bergantian pada posisi hot maupun cold). (b) Pada metode barehand, pelaksana tidak boleh bersentuhan dengan isolator diluar area static shunt baik bagian tubuh, pakaian konduktif maupun peralatan yang lain. (c) Sisa kabel static shunt harus digulung dan diikat dengan baik untuk mencegah terjadinya flash over karena jatuhnya kepala static shunt. (d) Static shunt harus dipasang dengan kuat dan aman untuk mencegah terjadinya flash over. 4.3.1.5 Penopang Konduktor (a) Ketika pekerjaan berada dalam posisi area jarak aman minimum yang terbatas, maka jarak
aman minimum dapat ditambah dengan cara mendorong sementara konduktor menggunakan wire tong untuk menjauhkan konduktor. (b) Pada pelaksanaan menopang konduktor, harus memperhatikan gaya-gaya yang bekerja untuk menentukan SWL peralatan yang digunakan. (c) Gaya yang bekerja pada alat penopang adalah jumlah dari berat konduktor ditambah dengan gaya vertikal ke bawah karena tarikan konduktor akibat perbedaan ketinggian tower. Untuk tower dengan ketinggian yang sama gaya yang bekerja hanya berat konduktor tersebut. 4.3.1.6 Pakaian Konduktif Pakaian konduktif harus digunakan oleh semua pelaksana/perkerja yang bertugas di atas tower. Karena kebutuhan untuk memposisikan pekerja PDKB berada lebih dekat ke daerah yang bertegangan. Pakaian ini dihubungkan ke konduk tor, untuk menghilangkan beda potensial sehingga tegangan konduktor sama dengan pelaksana/pekerja PDKB dan memungkinkan untuk bekerja dengan menggunakan tangannya pada k onduktor bertegangan secara langsung sampai dengan tegangan 765 kV. Pakaian konduktif terbuat dari campuran 2 jenis bahan yaitu : (i) Serat nomex aramid tahan api. (ii) Serat baja mikroskopis anti karat. Hasil analisa dan pengujian menunjukan bahan tersebut : (i) Sangat kuat dan tahan sobek. Mempunyai konduktifitas tinggi yaitu 144 ohm/sq (IEC 895). Tidak mengalami penyusutan karena sejumlah pencucian. Penyimpanan Pakaian, sarung tangan, dan kaos kaki konduktif harus disimpan dalam sebuah tempat bebas dari debu dan udara dapat dap at bersirkulasi, seperti kanvas, tas vinil, atau koper. Sirkulasi udara memungkinkan embun dalam pakaian konduktif menjadi kering, sehingga tidak menyebabkan jamur. Tempat penyimpanan harus khusus/tersendiri dan disimpan dilokasi yang tidak panas dan berembun. Pada saat tranportasi pakaian konduktif harus dijaga dari kerusakan akibat benda lain. Pakaian konduktif tidak boleh disimpan ketika basah karena keringat atau cairan lain. Perawatan Setiap pekerja harus memberikan perawatan ekstra pada pakaian konduktif, juga penanganannya harus dilakukan dengan baik. Sobek, berlubang, atau perubahan bentuk harus diperbaiki. Sepatu boot, terutama sol, harus tetap bersih dan dalam keadaan yang baik. Pakaian dan/atau alas kaki konduktif tidak boleh digunakan untuk tujuan lain, selain dari tujuan pembuatannya. Setelan konduktif boleh dicuci dengan tangan atau dengan mesin cuci otomatis dengan deterjen dan tidak ada zat aditif ad itif lain (seperti pemutih klorin dll) dan dikeringkan dengan pen gering otomatis dengan panas rendah, atau pengering udara. Umur setelan mungkin lebih lama apabila dicuci dengan tangan dengan deterjen lembut dan pengering udara. Setelan yang terkena minyak atau pelumas harus dicuci dalam keadaan kering (dry-cleaned). Perbaikan Robekan atau lobang dapat dijahit dengan benang tahan api (flame retardant). Lobang dapat diperbaiki tanpa efek negatif dengan menggunakan tambalan dari kain yang bertipe sama dan
jahitan 2.5 cm dengan benang tahan api (flame retardant). Kaos kaki dan sarung tangan tidak dapat diperbaiki. Inspeksi sebelum digunakan Inspeksi visual harus dilakukan pada keseluruhan pakaian untuk memastikan bahwa semua bagian komponen pakaian konduktif dalam keadaan baik. Resleting pengu nci, kancing logam, mata dan pengait logam harus diperiksa untuk memastikan bahwa alat-alat tsb dipasang dengan benar sehingga aliran listrik tidak terhambat. Jahitan harus diperiksa untuk memastikan bahwa dua atau lebih bagian yang digabungkan berada dalam kondisi yang baik. (a) Pakaian konduktif Pakaian konduktif harus diperiksa untuk memastikan bahwa tidak rusak dan ujung sambungannya baik. Pakaian konduktif yang sobek harus diperbaiki sebelum dipakai, karena dapat terjadi busur api pada bagian tersebut. (b) Sepatu boot dan Penjepit Penjepit sepatu boot ke betis harus diinspeksi kerusakannya yang akan menganggu kontinuitas listrik. Penjepit tsb harus diganti jika dianggap tidak memadai. So l sepatu boot harus diperiksa terhadap kotoran dan zat yang mencemarkan (kontaminan). So-sol harus tetap bersih. Kontinuitas antara penjepit kaki dan sol sepatu boot harus dipastikan. (c) Kaos Kaki Kaos kaki harus diperiksa dari kerusakan. (d) Sarung Tangan Sarung tangan harus diperiksa dari kerusakan. (e) Pemeriksaan Kontinuitas Pakaian konduktif dan sepatu boot harus diuji kontinuitasnya menggunakan ohmmeter. PENGUJIAN YANG TIDAK MERUSAK Pakaian konduktif, dinyatakan secara tidak langsung, harus bersifat konduktif. Jika ohmmeter dihubungkan antara dua kaki tangan pada bahan pakaian, harus didaftar kontinuitasnya. (Sekarang ini sedang ditinjau, tentang derajat ko ntinuitas, atau khususnya nilai ohmic yang tidak boleh berlebihan). Prosedur pengujian adalah bagian yang harus diikuti, untuk memastikan bahwa nilai tahanan dapat diukur dan dilaporkan secara keseluruhan. Semacam hasil pengujian standar dapat menunjukkan batas tahanan khusus dalam revisi pedoman ini berikutnya. (a) Perlengkapan Perlengkapan yang diperlukan untuk pengujian: (i) Power suplai searah atau bolak-balik yang d apat diatur untuk memberi injeksi arus 1-5 mA. (ii) Satu milliammeter (iii) Satu voltmeter (iv) Ohmmeter – jika jika diperlukan (mengacu pada Prosedur Pengujian Voltmeter - milliammeter Power supply di bawah ini. (v) Dua elektroda (mengacu pada elektroda dibawah). (vi) Pilihan: kandungan sendiri, secara komersial tersedia arus konstan 5 m A ohmmeter. (b) Persiapan Bahan Percobaan (Contoh)
Nilai tahanan jaket dan celanan panjang harus diukur terpisah, untuk menghindari masuknya variabel tahanan ketika mengikatkan dua pakaian bersama-sama atau mencampur pakaian dari pabrikan yang berbeda. Apabila pembacaan total tahanan pak aian diperlukan, maka pengujian dilakukan dari tangan kanan ke kaki kiri melalui tali/dasi. Pakaian harus diletakkan tidak membentang pada permukaan isolasi datar. Timbangan tidak boleh diletakkan diatas kain. Elektroda harus ditempatkan kira-kira 5 cm dibelakang material. Masing-masing elektroda harus menyentuh/kontak ke bagian atas dan bawah lapisan pakaian. Elektroda harus ditempatkan untuk mengukur tahanan tangan ke tangan, kaki ke kaki, ikatan penjepit ke baju, dari bagian atas pelindung pada topi ke kedua kelepak dan b agian belakang. Kandungan embun pada kain dan/atau tingginya kelembaban relatif, dapat mempengaruhi nilai tahanan yang diperoleh pada saat pengujian. (c) Elektroda Disarankan Elektroda terbuat dari kain palsu/kayu dari jenis yang digunakan untuk mengapit/klem karet keranjang berisolasi disekitar isolator dan palang (crossarms). Bagian dalam permukaan klem dapat dilapisi dengan stainless steel foil bening yang mempun yai bahan perekat pada salah satu sisi Ujung elektroda harus digunakan untuk mebuat kontak dengan pakaian. (d) Prosedur Pengujian Prosedur Pengujian Voltmeter – Milliammeter Milliammeter – Power Power Supply (i) Hubungkan elektroda ke power supply yang mempunyai milliammeter pada rangkaian keluaran (output circuit). (ii) Hubungkan voltmeter melewati elektroda. (iii) Atur sumber tenaga untuk injeksi 5mA. Jika tahanan p akaian terlalu tinggi untuk 5mA pada 30 V ac atau 60V dc, arus yang digunakan dikurangi menjadi 1mA. (iv) Minimum harus dilakukan dua kali pengukuran yang berurutan dengan cara memutuskan arus listrik antara pengukuran yang pertama dan kedua. Catatan : Arus injeksi yang diijinkan adalah 5 mA. Jika kurang dari 5 mA harus di tunjukkan dalam lembaran data. Jika tahanan pakaian terlalu tinggi, dan menghalangi penggunaan metode injeksi arus, kemudian pengukuran nilai tahanan menggunakan ohmmeter diijinkan dan nilainya harus dicatat. Metode injeksi arus lebih disukai daripada metode ohmmeter karena yang pertama pe rtama memberi hasil yang lebih reproduktif. Prosedur Pengujian Ketahanan ohmmeter Arus Tetap 5 mA (i) Klem/jepit masing-masing elektrode pada titik yang telah didisain/ditentukan oleh pabrik. (ii) Nyalakan power input dari ohmmeter arus tetap. Baca nilai tahanan sesegera mungkin setelah pembacaan yang stabil tercapai. Hal ini membuat internal kapasitor dalam meter tereksitasi. (iii) Cara lain, nyalakan power input dari ohmmet er arus tetap terlebih dahulu. Setelah 15 1 5 detik, pembacaan dapat diambil segera setelah kelem telah duduk padakain konduktor. (e) Penyimpanan Catatan Informasi minimum yang penting yang harus di dapat adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi dari jaket atau celana panjang, berupa nama atau nomor identifikasi dari perusahaan pembuat dan nilai ketahanan yang di pasok oleh pembuat. 2. Tanggal. 3. Tegangan. 4. Arus injeksi. 5. Perhitungan ketahanan atau pembacaan ohmmeter.
6. Nama dan model dari ohmmeter (Jika digunakan). 7. Kondisi dari apparel yang diperiksa (misalnya baru, bekas, bertanah, usang , sobek, dll). 8. Jumlah pencucian. 9. Kenyaman atau ketidaknyaman pemakaian, serta besarnya tegangan operasinya. (f) Frekuansi Pengujian Elektrik Pengujian pakaian konduktif secara elektrik harus dilakukan minimum 1 tahun sekali. 4.3.1.7 Bonding Sebelum menyentuh konduktor, pelaksana sisi hot harus terlebih dahulu melakukan bonding ke konduktor bertegangan untuk menyamakan potensial antara pelaksana dengan konduktor. (a) Pelaksana PDKB yang bekerja pada sisi bertegangan harus mengikat tali bonding pakaian konduktif dengan kuat dan aman pada konduktor. (b) Peralatan kerja yang digunakan atau dinaikkan beserta asesorisnya pada posisi hot dengan menggunakan metode kerja barehand, hanya akan diberikan setelahpelaksana sisi hot berada dalam posisi aman dan tali bonding pakaian konduktif terikat kuat pada konduktor bertegangan. Tali Bonding pada Pakaian Konduktif Pakaian konduktif mempunyai dua tali bonding dengan panjang 1,8 m pada setiap sisi baju konduktif. Untuk mencegah terjadinya flash over akibat terjatuhnya tali bonding, maka : a. Tali bonding pada pakaian konduktif harus diikat dan disimpan dalam saku apabila tidak digunakan. b. Tali bonding yang sedang digunakan, panjangn ya harus diatur sesuai kebutuhan. Bonding clamp Bonding clamp yang digunakan dalam proses bonding dengan konduktor harus selalu dikondisikan aman dengan panjang tali bonding pakaian konduktif sesuai kebutuhan untuk menjaga agar tidak terjadi flash over karena jatuhnya bonding clamp yang mengakibatkan jarak aman minimum tidak terpenuhi 4.3.1.8 Tangga berisolasi Tangga berisolasi yang digunakan sebagai penopang pelaksana secara horisontal ataupun vertikal untuk pekerjaan PDKB harus diberi tanda jarak aman minimum seperti dalam Tabel 1. Untuk menaikkan tangga berisolasi dari posisi vertikal ke horisontal harus dibantu oleh pelaksana PDKB yang berada dibawah (ground man) selama awal pergerakan vertikal tangga. Catatan : Ketika tangga sudah dinaikkan ke posisi horisontal, anak tangga terdekat dengan tower harus diberi pengaman tambahan dengan tambang isolasi yang diikatkan ke tower. Pengetesan Sebelum Pemakaian Tangga Berisolasi Pengukuran arus bocor dengan menggunakan ladder monitor yang diletakkan pada body tower harus dilaksanakan sebelum tangga digunakan untuk akses pelaksana. Pengukuran sebelum pengoperasian harus dikerjakan pada setiap pekerjaan. (a) Rumus untuk menghitung arus bocor maksimum yang diijinkan pada tangga berisolasi (Maximum Permisible Leakage/MPL) :
MPL = kV/√3 µA
Contoh untuk 500 kV :
MPL = 500/√3
MPL = 289 µA (b) Ladder monitor harus dikalibrasi secara teratur sebelum digunakan. (c) Pengetesan tangga berisolasi sebelum pengoperasian harus dilakukan selama 1 menit dan
pembacaan harus dicatat. (d) Selama tangga isolasi menyentuh konduktor, ladder monitor harus selalu dipasang, diperiksa dan dipantau. (e) Pelaksana pekerjaan secara PDKB harus ditunda dengan segera apabila terdapat indikasi kebocoran arus pada tangga isolasi melebihi penghitungan kebocoran maksimum yang diijinkan. Catatan : Sebelum tangga digunakan, semua perlengkapan tangga harus diperiksa kondisi visual dan ukurannya agar sesuai kebutuhan. Jarak Aman Minimum Tangga Berisolasi Sebelum pelaksana akses ke konduktor dengan tangga berisolasi, tangga harus diposisikan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan jarak jara k aman minimum yang sesuai, seperti yang terdaftar pada Tabel 1 (hal.30). (a) Dalam memposisikan tangga, harus dipastikan bahwa kepala hotman crew tidak boleh lebih dekat dari 46 cm (18 inci) dari konduktor bertegangan. Tangga berisolasi sama sekali tidak boleh diposisikan lebih tinggi dari yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan PDKB, jika ada posisi yang lebih tinggi mungkin bisa menyebabkan pelanggaran jarak aman minimum. Catatan : Tangga berisolasi diposisikan sesuai kebutuhan pada saat sebelum dan sesudah akses hot end man. (b) Fungsi tangga berisolasi dalam pelaksanaan PDKB : (i) Akses hot end man ke konduktor bertegangan (seperti untuk pengantian isolator tension). (ii) Menjangkau dengan tangannya untuk bekerja pada posisi cold end (seperti untuk penggantian isolator suspension) (c) Memonitor arus bocor tangga Ladder monitor digunakan untuk mengukur arus bocor pada tangga. (i) Dalam pelaksanaan swing tangga mendekat dan menjauhi konduktor bertegangan, ladder
monitor harus pada posisi “off”.
(ii) Selama tangga menyentuh konduktor bertegangan, ladder monitor harus selalu pada posisi
“on” dan dipantau nilai arus bocornya.
4.3.1.9 Pencatatan Pelaksanaan PDKB (a) Pencatatan peralatan mencakup penggunaan (tanggal, waktu dan jenis pekerjaan), pengujian dan pemeliharaan semua peralatan PDKB. (b) Jam terbang pelaksana (tanggal, waktu, jenis pekerjaan, posisi kerja). (c) Pelaporan meliputi : beban sistem, waktu pelaksanaan pekerjaan, waktu RCB, Lokasi pekerjaan (penghantar, no. Tower, fasa, string, jumlah isolator yang diganti), pembagian tugas.
4.4 Peralatan Kerja Setiap peralatan PDKB yang digunakan harus selalu memperhitungkan : (a) Beban aman minimum (Safe Working Load/SWL) : Beban Beb an maksimum peralatan yang diijinkan sesuai dengan faktor keamanannya. (b) Apabila ada efek surja, angin, atau ada pengaruh beban lain, maka beban kerja peralatan meningkat 25%. (c) Faktor keselamatan (Safety Factor/SF): rasio antara beban patah/putus perlatan (Maximum Breaking Load/MBL) dengan beban kerja aman (SWL). (d) Faktor keselamatan pada semua peralatan PDKB untuk mengangkat material/peralatan tidak
boleh kurang dari 6 (enam), dan faktor keselamatan untuk mengangkat orang tidak boleh kurang dari 10 (sepuluh). (e) Semua perlengkapan dan peralatan harus mempunyai nilai SWL dari pabrikannya. 4.4.1 Tali Tali mempunyai peranan penting dalam pekerjaan PDKB, dengan menggunakan tali dapat memudahkan dalam pelaksanaan pekerjaan. Sehingga diperlukan pengetahuan mengenai tali temali dan keuntungan mekanik pada saat mengangkat beban dengan menggunakan block. Ukuran ideal live line rope maupun tali biasa yang nyaman dipegang dalam penggunaan dan pengoperasiannya adalah 18 mm. Pemeliharaan tali harus disamakan dengan pemeliharaan peralatan lainnya yang digunakan dalam PDKB. Merupakan hal yang penting menjaga tali dari rantas, kotor, dan kelembaban yang dapat mengakibatkan jamur sehingga terjadi penurunan daya isolasinya. Hindari penyimpanan tali dalam keadaan suhu, kelembaban, dan kadar keasaman yang tinggi. Tidak diperbolehkan penggunaan tali atau webbing sling pada bengkokan yang tajam. Bila terpaksa gunakan ala s untuk melindunginya. Pengetahuan mengenai tali sama pentingnya dengan pengetahuan tentang beban patah peralatan (MBL) dan beban kerja aman peralatan (SWL). Pelaksana juga harus memiliki pengetahuan mengenai simpul tali, penerapan dan pengaruh beban terhadap macam-macam simpul. Berikut adalah panduan penggunaan tali dan pemeliharaannya. Pabrikan Merek Ukuran UTS kg SF SWL kg Sherman & Reilly Sherman & Reilly Sherman & Reilly Sherman & Reilly Sherman & Reilly TSE International AB Chance AB Chance AB Chance Hi-D Orange Hi-D Orange Hi-D Orange Hi-D Orange Hi-D Orange Gatortail Composite Fibre Composite Fibre
Polypripylene ½ “ 5/8” 1” ¾” 7/8” 1” ½” 5/8”
½” 2.450 3.720 7.720 4.810 6.360 12.000 3.000 5.000 1.700 6 6 6 6 6 6 6 6 6 408 670 1.280 800 1.060 2.000 500 830 280 4.4.2 Tali Polypropylene Tali polypropylene adalah tali sintetis yang terbuat dari plastik. Han ya tali polypropylene yang bersih dan kering dan dalam kondisi yang baik yang dapat digunakan untuk P DKB. Catatan: (a) Tali polypropylene dapat menjadi konduktif ketika basah atau terkontaminasi. (b) Handline dan tali pengendali tidak boleh bersentuhan langsung dengan konduktor yang bertegangan. Dalam penggunaannya, semua tali harus memenuhi jarak aman minimum sesuai dengan ketentuan. (c) Jika tali pengendali digunakan pada atau berdekatan dengan konduktor yang bertegangan, harus digunakan hot stick dengan panjang yang sesuai LLMAD dan diletakkan antara konduktor bertegangan dan tali tersebut. Sebagai contoh, spiral link stick digunakan sebagai penghubung antara konduktor bertegangan dan tali tersebut. 4.4.3 Safety Factor Tali Tabel 3 (hal.50) menunjukkan beban kerja yang aman dari tali polypropylene dalam berbagai ukuran, berlaku ketentuan : (a) Tali baru SWL 100 % (b) Tali yang sudah terpakai 75 % (c) Diikat melingkar ke benda bulat 75 % (Tali baru); 50% (Tali sudah terpakai)
(d) Diikat melingkar ke benda persegi 50 % (Tali baru); 25% (Tali sudah terpakai) Faktor beban yang ditunjukkan di bawah tabel menunjukkan perbandingan SWL tali yang dapat digunakan ketika menggunakan sling dengan tarikan lurus atau diikat balik. Jika nilai yang diperlukan tidak terdapat pada tabel, SWL dapat diperkirakan dengan mengkuadratkan diameter tali dalam milimeter dan hasilnya yang diperoleh dalam kilogram. Hasil perhitungan ini sedikit dibawah SWL tapi cukup mendekati untuk tujuan praktis. Kekuatan tali polypropylene mendekati dua kali dari tali biasa oleh karena itu, hasil kuadrat dari Diameternya me rupakan setengah dari SWL-nya dalam kilogram. Jika dirasakan perlu untuk membuat knot pada tali, maka faktor beban 0,5 harus diterapkan (sama seperti ikatan balik pada benda persegi). Ketika tali digunakan pada block, rumus berikut digunakan untuk menentukan tarikan yang dialami tali. E=W MA Dimana E = Gaya atau tarikan W = Beban MA = Mechanical Advantage Rumus ini mengabaikan gesekan yang terjadi. Polypropylene dipilih karena kekuatannya, kekuatann ya, sifatnya yang tahan air, ringan dan sifat isolasinya yang konsisten dalam kelembaban yang rendah atau tinggi. Air yang terakumulasi pada serat tali dapat mengakibatkan bahaya yang serius, namun dapat dihindari dengan pemeliharaan yang tepat. Bila akumulasi kelembaban terjadi, dapat dihilangkan dengan mengibaskan dengan kuat kemudian menyeka tali dengan kain yang dapat menyerap air. Yang harus diperhatikan, kekuatan tali polypropylene dipengaruhi oleh perubahan temperatur seperti ditunjukkan dalam tabel 2. Tabel 2. Menunjukkan efek perubahan temperatur pada kekuatan tali polypropylene. temperatur uji (udara) kekuatan pada temperatur uji 23 C 100 % 38 C 81 % 52 C 70 % 66 C 61 % 4.4.4 Tali Serat Alami Tali serat alami dibuat dari serat tumbuhan seperti manila, rami, kapas, goni dan batang lenan. SWL – single single snooter untuk sling yang terbuat dari polypropylene dan sisal manila. Metode pemasangan sling Sling tanpa ujung (dua bagian) Nilai Diameter mm Minimum breaking force KN Masa per 250 m gulungan kg Tarikan lurus Back hitched pada beban bundar Back hitched pada beban persegi SWL - kilogram Poly Sisal Poly Sisal Poly Sisal Poly sisal Poly Sisa l 12 18.3 9.34 16.6 26.4 310 150 230 110 160 70 16 29.9 17.7 29.4 48.2 500 290 380 220 250 140 20 49.8 28.2 45.7 69.7 830 460 620 350 420 230
24 69.7 39.8 66.0 99.9 1160 660 870 490 580 330 28 94.6 53.1 90.6 135 1580 880 190 660 790 440 FAKTOR BEBAN 1.0 0.75 0.5 Catatan : (a) Nilai Ultimate Tesion Strength (UTS) berasal dari standar Australia No. AS 1504 -1971, faktor beban dari AS 1380-1971. (b) Beban yang aman dapat dipergunakan pada tali yang baru atau tali yang sudah dipakai. Untuk tali yang digunakan tapi dalam kondisi baik beban dikurangi 25 %. (c) Jangan menggunakan tali yang hanya dalam kondisi biasa saja atau dengan kata lain tali bekas pakai untuk kerja angkat. (d) Bila tali harus disimpulkan, gunakanlah nilai beban dalam kolom back hitched pada beban persegi. (e) Beban aman untuk tali sintetis yang teridentifikasi dengan positif atau kawat pijar poliamid dan polyester dapat ditingkatkan 2 kali diatas nilai untuk tali sisal. (f) Aturan yang perlu diingat – untuk untuk mendapatkan rata-rata beban aman tali fiber (dalam kilogram) adalah kuadrat Diameter tali. Misal. tali dengan Diameter 20 milimeter. Beban aman 20 x 20 = 400 kg. SWL – sling sling tak berujung yang terbuat dari polypropylene (poly) dan sisal manila Metode slinging Sling tanpa ujung (dua bagian) Nilai Diameter mm Minimum breaking force KN Masa per 250 m gulungan kg Tarikan lurus Back hitched pada beban bundar Back hitced pada beban persegi SWL - kilogram Poly Sisal Poly Sisal Poly Sisal Poly sisal Poly Sisal 12 18.3 9.34 16.6 26.4 310 150 230 110 160 70 16 29.9 17.7 29.4 48.2 500 290 380 220 250 140 20 49.8 28.2 45.7 69.7 830 460 620 350 420 230 24 69.7 39.8 66.0 99.9 1160 660 870 490 580 330 28 94.6 53.1 90.6 135 1580 880 190 660 790 440 FAKTOR BEBAN 1.0 0.75 0.5
Catatan : (a) Nilai UTS minimal berasal dari standar Australia No. AS 1504 -1971, faktor beban dari AS 1380-1971. (b) Beban yang aman dapat dipergunakan pada tali yang baru atau nampak baru, untuk tali yang digunakan tapi dalam kondisi baik beban dikurangi 25 persen. (c) Jangan menggunakan tali yang hanya dalam kondisi biasa saja atau dengan kata lain tali bekas pakai untuk kerja angkat. (d) Bila tali harus disimpulkan, gunakanlah nilai beban dalam kolom back hitched pada beban persegi. (e) Beban aman untuk tali sintetis yang teridentifikasi dengan positif atau kawat pijar poliamid dan polyester dapat ditingkatkan 2 kali diatas nilai untuk tali sisal.
4.4.5 Perawatan Tali Kekusutan tali harus benar-benar dihindari karena dapat menyebabkan kerusakan yang tersembunyi yang akan mengakibatkan kegagalan ketika tali dalam kondisi tegang. Ini adalah satu alasan mengapa tali yang tampaknya dalam kondisi baik, ketika digunakan untuk mengangkat beban yang masih di dalam batas faktor amannya, tiba-tiba putus. Ketika tali basah, kekusutan lebih mudah terjadi, karena pengembangan serat dan konsekuensi dari pemendekkan pilinan. Perlu diperhatikan : (a) Tali baru harus dijaga pada saat diurai jangan sampai terjadi kekusutan. (b) Jika tali menjadi kusut, jangan mencoba menghilangkan kekusutan dengan cara menarik tali. (c) Tali harus disimpan dalam tempat yang kering dimana tali tidak berada pada suhu yang tinggi dan udara dapat bersirkulasi melalui gulungan. K etika menyimpan tali dalam truk atau kotak, ko tak, jangan sampai tali terkena benda tajam. (d) Jika tali benar-benar menjadi basah, harus dikeringkan sebelum digunakan. Penurunan mutu akan cepat terjadi, jika tali penuh dengan air dan tidak dikeringkan sebagaimana mestinya. (e) Tali harus dicuci jika terdapat lumpur atau telah mengandung banyak kotoran. (f) Tali sebaiknya tidak disimpan berdekatan dengan tempat penyimpanan baterai karena uap asamnya berbahaya, atau bahan lainnya seperti soda api, cat, dan uap. (g) Ketika anyaman tali menjadi berjumbai, tali harus diganti. Pemeriksaan kadang-kadang perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi dari serat (lihat dibawah). Pita, senar atau marlin tidak boleh digunakan untuk memperbaiki kerusakan. Untuk menghindari ujung tali menjumbai, perlu dilakukan anyam balik. 4.4.6 Pengaruh Hentakan Pada Tali Hentakan sebaiknya dihindari karena beban hentakan lebih besar beberapa kali dibandingkan dengan beban yang sama jika dikenakan secara bertahap. Beban dari masing-masing tali sling akan lebih besar dari beban jika sudut yang terbentuk antara sling dan beban kurang dari 30º. Untuk memudahkan menentukan SWL tali dapat dipergunakan rumus sbb : 10 newton = 1 kilogram 10 KN = 1 ton Berat dari satu kilogram massa adalah 9,8 newton dan pada prakteknya besar ini dianggap menjadi 10 newton. Jika massa dari konduktor dinyatakan dalam kilogram nilai ini harus dikalikan dengan 10 untuk merubahnya menjadi berat, atau gaya karena gravitasi dinyatakan dalam newton. Sebaliknya jika gaya dikalkulasikan dalam newton nilai ini harus dibagi dengan 10 untuk memberikan SWL dari tali atau peralatan lainnya dan dinyatakan dalam kilogram. Oleh karena itu, jika sudut menjadi tajam, maka beban yang akan diangkat pada sling bertambah. Perlu untuk selalu menjaga sudut sling diatas 30º jika mengangkat beban yang mendekati batas angkat sling. 4.4.7 Teknik Tali Temali Beberapa istilah yang digunakan pada tali yang memerlukan penjelasan : (a) Simpul dibentuk dengan memutar tali itu sendiri, atau dengan menguraikan anyaman pada setiap ujung dan menyusunnya bersama seperti mata ayam. (b) Ikatan adalah cara mengencangkan atau mengikatkan tali pada tower. Jika simpul bersifat permanen, bengkokan dan penambatan dapat dilepaskan seketika dengan menarik tali dari arah yang berlawanan dengan ikatan.
Merupakan hal yang penting untuk mempunyai pengetahuan yang mendalam mengenai simpulsimpul, penggunaannya dan bagaimana pemakaiannya. Hal ini hanya akan didapat dengan praktek, oleh karena itu perlu untuk melakukan praktek mengikat simpul bila ada kesempatan. Dengan melakukan ini, pekerja akan menjadi terbiasa. 4.4.8 Kekuatan Simpul Simpul pada tali polypropylene memiliki kekuatan yang berbeda dengan ikatan pada tali jenis rami karena permukaan gel yang terdapat pada tali tersebut. Berikut ini dijelaskan penggunaan tali polypropylene. Macam simpul : (a) Simpul gabungan (kekuatan 50 % dari UTS) (i) Simpul reef (ii) Simpul fisherman (b) Simpul tambahan (kekuatan 70 % dari UTS) (i) Simpul sheet (ii) Simpul bowline (iii) Simpul clove hitch Kekuatan tali yang berkurang pada simpul tidak berdasarkan jumlah simpul pada suatu tali, contohnya jika suatu beban dipikul oleh dua buah tali dengan ukuran yang sama menggunakan simpul reef knot dan diujungnya pada salah satu sisinya menggunakan eye splice dan ujung lainnya dengan simpul bowline, maka kekuatan susunan itu adalah kekuatan simpul reef knot yaitu 50% dari kekuatan tali tersebut. Contoh-contoh simpul : (a) Simpul overhand (Overhand knot) Ini adalah bentuk simpul buatan yang paling sederhana dan merupakan bagian dari berbagai macam simpul. Simpul ini sering digunakan sebagai simpul mati untuk menghindari tali lepas (slip) dari block.
(b) Simpul Granny (Granny knot) Ini adalah simpul kurang kuat karena simpul ini mempunyai sifat slip jika diberikan kekuatan/gaya padanya. (c) Simpul Reef (Reef knot) Ini adalah simpul yang paling biasa digunakan. Simpul ini tetap datar dan tidak akan lepas asalkan tetap kering. Faktor utama dalam mengikat simpul ini adalah dengan melihat bahwa dua tali pada masing-masing sisinya saling melewati putaran pada sisi yang sama , jika tidak maka simpul granny yang akan terbentuk. (d) Single sheet bend Simpul ini digunakan untuk menyatukan tali yang mempunyai ukuran sama dan tidak sama (berbeda). Simpul ini terbentuk dengan membuat putaran pada satu tali dan tali lain melewati ujung dari putaran tali tersebut keatas dengan melingkarinya dan kembali melewati bagian
bawah dari tali itu sendiri. (e) Double sheet bend Simpul ini juga digunakan untuk menyatukan tali-tali dengan ukuran yang tidak sama, terutama jika tali-tali tersebut baru atau basah. (f) Slip knot Simpul ini adalah bentuk sederhana dari reef knot, dengan satu ujung simpul memutar ke belakang dan ditarik dengan mengencangkan tali. Simpul dapat lepas dengan menarik bagian ujung yang tetap.
(g) Fisherman’s knot
Simpul ini dibuat dengan meletakkan ujung dari dua tali saling bersebelahan dan dengan arah yang berlawanan diikat dengan simpul overhand tunggal melingkari masing-masing tali dengan ujung yang lain. Ketika gaya diberikan, dua simpul tersebut akan merapat pada masing-masing tali dan dapat lepas dengan menarik bagian-bagian ujungnya. Simpul ini dapat digunakan untuk menyatukan tali yang mempunyai diameter berbeda. (h) Bowline Simpul ini digunakan untuk membentuk putaran yang tidak akan lepas ketika tali diberi beban dan simpul juga dapat dibuka dengan mudah. (i) Running bowline Simpul ini dapat digunakan ketika hand line diikat melingkari sebuah objek, contohnya seperti pada pohon. Ini adalah simpul yang paling umum dan baik sekali untuk simpul sementara. (j) Bowline on a bight Simpul ini digunakan untuk membentuk sebuah putaran ditengah sebuah tali, karenanya tali digandakan. Simpul ini dibuat dengan cara yang sama dengan simpul bowline. Lingkaran yang terbentuk dengan simpul ini tidak akan lepas . (k) Clove hitch Metode 1
Metode 2 Jika simpul clove hitch dapat dibentuk terlebih dahulu dan dapat dilewati objek, metode no.1 sebaiknya digunakan, sedangkan jika simpul tidak dapat dibentuk terlebih dahulu, metode 2 yang dipakai. Ikatan ini digunakan untuk mengikatkan ujung tali pada objek dengan tarikan dari sebelah kanan. (l) Timber hitch Simpul ini dapat kendur dengan mudah ketika tali dikendurkan tetapi simpul tidak akan lepas dalam tarikan stabil. Namun, jika simpul mendapat h entakan atau tali mungkin terpuntir ketika
menaikkan suatu benda, sebuah simpul half hitch harus digunakan sebagai tambahan simpul timber hitch. Bila tidak, simpul timber hitch akan terlepas ketika mengalami puntiran. (m) Simpul Buntline atau becket hitch Simpul ini digunakan untuk mengikat ujung rope block ke becket. Ini adalah simpul yang sangat mudah yang tidak dapat dilepaskan seperti halnya half hitches. Ujung simpul sebaiknya diikat/dimasukkan kembali ke simpul. (n) Simpul akhir atau end splice Perawatan tali adalah hal penting, untuk mengetahui bagaimana penyelesaian yang rapih dari ujung tali, untuk menghindari tali menjadi terurai dan kemungkinan terpisah/bercerai berai. Satu Metode yang digunakan untuk menyelesaikan ujung tali adalah menggunakan simpul akhir. Prosedur untuk tali yang terdiri dari 3 anyaman an yaman adalah sebagai berikut : (i) Uraikan sekitar 3 inci tali dan masing-masing ujung tali dan putar kearah bawah untuk membentuk putaran (loop) diatas dan biarkan ujung masing-masing tali melalui putaran tali berikutnya. Tarik tali ini hingga benar-benar kencang. Bentuk-bentuk ini dikenal sebagai mahkota dan sekali lagi mesti disempurnakan, yang harus dilakukan adalah menyilangkan tiga helai anyaman dengan anyaman tali yang diam, satu anyaman kebawah dan satu anyaman lainnya keatas. Masing-masing benang ditarik dan diletakkan melalui bagian yang paling bawah, dimana masing-masing benang dapat berada diatas dan dibawah benang lainnya hingga sambungan disempurnakan. Ikatan terakhir dapat diselesaikan dengan menggulung sambungan yang telah disempurnakan. 4.4.2 Rope block Dalam PDKB, konduktor sering diangkat dengan menggunakan rope block. Dalam penggunaannya, rope block langsung digunakan p ada konduktor atau dapat dirangkai dengan hotstick. Rope block ini dapat pula digunakan secara tidak langsung dengan menggunakan strain link stick yang terhubung dengan konduktor. 4.4.2.1 Jenis Rope block Ada 4 tipe rope block yang digunakan dan digambarkan dengan jumlah tali yang terdapat dalam masing-masing kotak rope block. Sebagai contoh, sebuah rope block berukuran 3 x 2 mempunyai 3 tali pada satu kotak rope block, dan 2 tali pada kotak rope block lainnya. Daftar-daftar rope block : Tipe Rope block Jumlah Tali Keuntungan Mekanik Panjang Tali 2 x 1 3 2,27 30 m 2 x 2 4 2,86 40 m 3 x 2 5 3,33 45 m 3 x 3 6 3,70 50 m Seorang Pelaksana/pekerja PDKB dengan ukuran rata-rata dapat menarik kira-kira 380 N. Cara perhitungan beban maksimum yang dapat dipikul diperoleh dengan mengalikan 380 N dengan keuntungan mekanik tipe rope block. Sebagai contoh pelaksana yang menggunakan tipe rope block 3x3 dapat menarik beban hingga 380 N x 3,70 = 1406 N atau setara dengan beban 143,5 kg. Ketika rope block disimpan dalam kendaraan atau agar siap digunakan untuk mengirim beban diatasnya, untuk menghindari terbentuknya simpul sebaiknya mengikuti hal-hal sebagai berikut : (a) Buat sebuah simpul half hitch disekitar block, lalu buat gulungan searah jarum jam sampai
seluruh tali selesai terlingkari. (b) Membuat beberapa lilitan mengitari gulungan dengan block terdapat pada ujung gulungan. (c) Menarik ujung tali tadi melalui salah satu dari ujung gulungan dan posisikan melingkari gulungan. (d) Menyelesaikan ikatan dengan mengencangkan ikatan. 4.4.2.2 Penggunaan Rope Block Jangan memberikan beban terlalu berat kepada rope block atau menghentaknya. Jika sebuah rope block tampaknya sulit digunakan, hentikan pekerjaan dan periksa bahwa rope block atau perlengkapan lainnya yang berhubungan tidak macet atau rusak. Rope block dengan tali yang terpilin tidak akan berjalan dengan mulus. Putar block sesuai kebutuhan untuk menghilangkan pilinan. Yakinkan bahwa sudut yang terbentuk dari tali utama tidak berlebihan sehingga tali tidak rusak. Selalu periksa bahwa block dengan tali utama dari rope block adalah paling dekat dengan titik pemasangan pada tower atau struktur sehingga sudut yang baik dapat terpenuhi. 4.4.3 Peralatan Hot Line 4.4.3.1 Penjelasan Umum Penggunaan hot stick untuk pemeliharaan saluran bertegangan telah dilakukan sejak tahun 1913. Peralatan ini awalnya diproduksi secara handmade, kasar, kaku dan sulit digunakan. Sejak pertama kali dibuat, secara bertahap dikembangkan dan sekarang mencapai tahap dimana hot stick terbuat dari plastik fiber glass yang diperkuat (FRP) yang mempunyai resistansi terhadap kelembaban yang tinggi, lebih padat, dan lebih tinggi resistensinya terhadap abrasi dan bahan bahan yang mudah larut dibandingkan dari bahan ka yu seperti yang dahulu digunakan. Selain itu, stick ini relatif ringan yang merupakan salah satu faktor penting pada PDKB sehingga kelelahan dapat dijaga tetap minimum. Fitting dan peralatan yang digunakan di ujung stick isolasi terbuat dari bahan aluminium khusus yang memiliki dua keuntungan yaitu ringan dan kuat. Bila digunakan sesuai batas amannya, bertahun-tahun tidak akan rusak. Tetapi jika digunakan melebihi batas amannya, maka akan terjadi kerusakan sebagian dan sebaiknya tidak dilas atau dipatri karena hal ini akan merusak susunan material didalamnya yang mengakibatkan alat ini menjadi tidak aman. Diameter (inci) Beban kerja aman (kg) Beban kerja aman (lb) 1¼ 1½ 2 1.600 2.900 5.400 3.500 6.500 12.000 4.4.5 Universal stick Peralatan ini berfungsi sebagai alat bantu dimana pelaksana/pekerja tidak bisa menyentuh secara langsung ke daerah yang bertegangan Asesoris universal stick : (a) Ratchet Wrench Dengan penggerak ½ inci persegi, ratchet wrench digunakan untuk mengencangkan baut pada perlengkapan transmisi.
(b) Locating Pin Digunakan sebagai pin pembantu dalam meluruskan dengan lubang baut, sebagai alat bantu untuk penyisipan baut dan pin. (c) Folding Rule Bisa digunakan untuk berbagai keperluan. Alat ini kusus untuk mendapatkan pengukuran dekat dengan konduktor bertegangan.
(d) Cotter Key Pusher Untuk kopeling dengan ball dan socket isolator. Ujung yang lurus dari peralatan dapat masuk ke dalam soket yang terbuka untuk mendorong pen keluar. Ujung yang melengkung mendorong pen kembali ke posisinya. (e) Hack Saw Dapat digunakan pada berbagai sudut dimana gergaji logam diperlukan dekat dengan konduktor bertegangan. (f) Screw Driver Berfungsi seperti obeng pada umumnya. (g) Shepherd Hook Pengait yang digunakan untuk membantu mendorong, menahan, mengait dan mengangkat string isolator. Terbuat dari aluminium campuran. (h) All-Purpose Cotter Key Tool Untuk menarik dan mengganti pin. Kususnya digunakan pada pin klevis dan ball-socket isolator. Pemakaian yang mudah karena bentuk slotnya dan mata pin yang dinaikkan. (i) Hammer Digunakan untuk berbagai kebutuhan pada konduktor bertegangan, seperti menggeser suspension klem dan bagian perangkat keras lainnya yang memerlukan pukulan kuat. (j) Cotter Key Puller Digunakan untuk menarik pin yang terdapat pada socket isolator. (k) Cotter Key Holder Digunakan untuk memasang pin kedalam pen klevis. Alat ini akan memegang pin dengan kuat, tetapi mudah dilepaskan jika pin sudah terpasang. (l) Ball Socket Adjuster
Berguna dalam mengendalikan Socket clevis dan isolator bagian ball-socket.
4.4.6 Dead End Tools a) Two-pole strain carriers asesoris : i. Take-Up Trunnions Alat ini digunakan untuk mengambil alih tarikan beban konduktor dan digunakan bersamaan dengan strain jack yang dipasang pada adjustable strain pole atau clevis strain pole. Beban kerja maksimum alat ini disesuaikan dengan beban kerja k erja yoke dan strain pole. Ada 2 jenis take-up trunnions, yaitu : Take up Trunnion (kecil) Take up trunnion (besar) ii. Rachet Wrench Kunci Ratchet dapat diatur penggunaannya untuk menarik dan mengulur trunnion pada strain jack. b) Adjustable Strain pole Adjustable strain pole panjangnya dapat digunakan sesuai kebutuhan, dengan mengatur posisi pole clamp yang khusus. Dimensi adjustable strain pole Diameter (mm) Panjang (m) Panjang antara yoke (m) Total take-up maks (mm) Panjang total (M) Min Maks 50 2,44 0,965 2,565 300 2,87 50 3,05 1,575 3,175 300 3,48 50 4,58 3,100 4,700 300 5,0 c) Adjustable pole clamps Adjustable pole clamp diperlukan untuk memasang adjustable strain pole pada hot end yoke dalam pekerjaan penggantian isolator tension.
Cara pengoperasian : (i) Tentukan panjang adjustable strain pole sesuai kebutuhan. (ii) Lepas kunci pada adjustable pole clamp dan pasanglah pada adjustable strain pole. (iii) Letakkan adjustable pole clamp di antara 2 pin stainless steel sesuai panjang yang dibutuhkan. (iv) Putar kunci adjustable pole clamp. (v) Periksa adjustable pole clamp apakah telah terkunci dengan aman pada hot stick. 4.4.7 Suspension Insulator Tools (a) Boom Support Pole Boom support pada umumnya terdiri dari trolley pole atau wire tong yang dipasang sebagai s ebagai tripod untuk menopang berat cargo boom. Peralatan ini dipasang pada tower menggunakan tower
saddle dan diberi pole clamp tambahan pada tiap-tiap pole agar tidak terjadi slip akibat memikul beban yang berat. (b) Clevis-Eye Strain pole Strain pole ini dapat digunakan pada berbagai model yoke plate. Beban kerja strain pole adalah 12.000 pounds. (c) Strain link stick Pada tower dead end dan sudut, strain link stick digunakan sebagai isolasi antara rope block dan came-a long. Pada beban konduktor dengan span panjang, lebih aman wire tong digunakan bersamaan dengan strain link stick. Pemasangannya pada konduktor harus berdekatan. Strain link stick berfungsi untuk menopang beban konduktor pada tower selama penggantian isolator. Hook dan eye terbuat dari aluminium campuran dengan rasio terbaik sehingga didapatkan kekuatan tertinggi dengan berat yang ringan. Eye pada ujung stick yang digunakan untuk mengaitkan rope block atau handline ditempa dari baja berkualitas tinggi. Swivel berputar secara bebas pada bearing. Hook strain link stick berbentuk bulat untuk mencegah kerusakan pada konduktor. (d) Hot End Suspension Yoke Ada 2 macam hot end yoke, yaitu : (i) Digunakan dengan adjustable strain pole (ii) Digunakan dengan clevis strain pole. Kedua yoke ini dibuat dari plat aluminium yang berkekuatan tinggi. Dengan beban kerja aman 15.000 pound (6,8 ton). Yoke ini mempunyai dua pegas pengunci yang akan mengunci strain pole pada posisinya. Yoke ini dilengkapi dengan saddle swivel yang dapat berputar 360 0 dan dapat dipasang pada berbagai macam suspension yoke plate hingga ketebalan 1 inci. (e) Tower Yokes H-Frame Yoke Yoke ini dipasang pada crossarm c rossarm berfungsi sebagai titik tumpu konduktor ketika isolator dilepas. Alat ini dapat digunakan dengan atau tanpa kaki sesuai bentuk besi sikunya. Ketika kakinya digunakan, dapat diatur sedemikian rupa agar dapat dipasang pada berbagai macam siku. Dan apabila diperlukan bolt clevisnya diikat pada tower untuk menahan yoke pada tempatnya. 4.4.8 Insulator Craddle Ada 3 (tiga) tipe Isolator craddle yang tersedia un tuk berbagai pekerjaan penggantian pen ggantian Isolator, yaitu : (a) Transmission craddle Umumnya digunakan pada tegangan 69 kV sampai dengan 115 kV, yang ditopang oleh sepasang wire tong atau ditarik oleh strain link stick. (b) EHV through-design craddle Alat ini digunakan untuk memposisikan mempo sisikan isolator ke posisi vertikal pada penggantian konfigurasi
isolator v-string pada tegangan 345 kV dan 500 kV. (c) EHV side-opening craddle Alat ini digunakan pada tower tension untuk mengganti satu string isolator pada jenis isolator dua string atau empat string. Insulator craddle terdiri dari berbagai peralatan antara lain : (i) Blank pole (iv) Center brace pole (ii) Ridge pole (v) J-craddle (iii) Brace pole (vi) Alat pendukung yang lain. Insulator craddle digunakan untuk menyangga string isolator yang rusak atau akan diganti. Insulator craddle digantung dengan live line rope yang dipasang pada boom assembly. Untuk beban yang berat boom assembly harus diperkuat dengan skor tambahan berupa webbing sling yang dikombinasikan dengan strap hoist/chain hoist untuk mengimbangi beban dari isolator pada craddle. 4.4.9 150 kV and 500 kV assembled ladder and support (a) Ladder Assembly and Support No Nama Peralatan Ukuran 1. 2. 3. 4. 5. 6. Ladder clamp Swivel stick Spreader Bar Rope block Ladder Support Assembly
Ladder 2,5” 1,5” x 10’
14’ Peralatan ini dapat digunakan pada struktur tower dan dapat dipasang secara vertikal maupun horizontal. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan ladder assembly sebagai berikut : (i) Ketika menaikkan tangga dari posisi vertikal ke posisi horisontal selalu kurangi tekanan pada rakitan penopang tangga dengan mendorong (atau menarik) tangga keluar dari bodi tower pada awal gerakan vertikal. (ii) Pasang tali pengaman pada anak tangga ke tower untuk mengamankan tangga. (iii) Posisi pemasangan rope block pada tangga tan gga harus lebih dari ½ dari panjang tangga tan gga yang digunakan. (iv) Bila menggunakan ladder splice maka harus menggunakan dua rope block yang dipasang pada ujung dan tengah tangga.
(b) Swivel Stick Swivel stick digunakan dalam pemasangan ladder sebagai penopang berat tangga. Swivel stick mempunyai panjang yang berbeda-beda sesuai dengan penggunaannya, yaitu : No. Catalog Ukuran E402-0141 T402-0899 T402-0900 T402-0901 12,5 feet 6 feet 8 feet 10 feet (c) Adjustable Ladder Hook Peralatan ini dapat dipasang pada ladder agar dapat diposisikan sesuai kebutuhan, atau untuk digunakan sebagai pengait ladder sementara. Adjustable ladder hook dapat disesuaikan dan mudah dipasang pada satu pekerjaan dengan cepat. Ladder hook terbuat dari baja, berdiameter 25 mm, dilengkapi dengan rantai dan pengunci. Berat adjustable ladder hook 453 kg. 4.4.10 Boom Assembly (a) Swivel boom assembly Peralatan ini digunakan untuk mengangkat isolator pada craddle untuk mendapatkan posisi yang aman. Strap hoist/chain hoist disambung searah craddle berfungsi untuk men gangkat dan mengendalikan craddle. Swivel boom medium duty assembly Swivel boom heavy duty assembly Ø 7,6 cm 8 cm SWL 227 kg 454 kg Gambar Boom assembly No Nama Peralatan Ukuran 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Heavy duty swivel boom
Mast pole Trolley pole Strain link stick Chain hoist Mast yoke Pole clamps Webbing sling Boom base Tower saddle Boom clamp Snatch block 10 cm x 10 cm x 5 m 8 cm x 2,5 m 6 cm x 3,6 m 4 cm x 3 m 1 ½ Ton 6 cm 1 inci x 6 feet
10 cm x 10 cm 2500 lbs (b) Tower saddle Tower saddle digunakan untuk menopang wire tong atau mast pole pada tower. Tower saddle dipasang pada besi tower dengan 4 (empat) buah mur baut bersayap. (c) Wire tong Wire tong mempunyai banyak fungsi di antaranya untuk mengangkat, memegang, dan menjauhkan konduktor bertegangan, untuk menopang posisi mast-boom, atau untuk menahan tangga. Wire tong dibuat dari bahan Epoksiglas dan fitting logam dibuat dari bahan aluminium campuran yang dipisahkan dengan cincin perunggu. Rahang wire tong dapat dipasang rapat pada konduktor dengan memutar stick dari posisi yang aman (dalam jarak aman). Kepala yang besar tersedia dalam dua ukuran dimana konduktor yang sangat besar dapat dijepit. 4.4.11 Peralatan pendukung (a) Karabiner Pemilihan karabiner, baik kekuatan maupun ukurannya harus diperhatikan pada saat penggunaan. Karabiner umumnya mempunyai SWL 1000 kg . (b) Shackle Alat penyangga kecil yang terbuat dari baja stainless mempunyai 8000 kg UTS. Direkomendasikan bahwa alat penyangga mempunyai 2,000 kg SWL dengan faktor keselamatan 4.
(c) Snatch Block Terdapat batas kecepatan tali pada block yaitu maksimum 0,5 m/detik untuk mencegah pemanasan yang berlebihan. Diameter dasar alur block (sisi terdalam lekukan) harus lebih dari 5 kali diamater tali, sedangkan kedalaman alur block harus lebih dari 1/3 diameter tali. Sebelum digunakan, block harus diuji kekuatan mekanik. Perhitungan Ukuran Block Contoh tali 24 mm Diameter ikatan 5 x 24 = 120 mm (diukur dari dasar alur). Kedalaman alur 1/3 x 24 = 8 mm.
(d) Static Shunt Static shunt digunakan untuk menghilangkan beda potensial pada pada proses pelepasan dan pemasangan isolator baik sisi hot maupun sisi cold. Cara penggunaan static shunt : (i) Pasang static shunt pada besi siku travers (sisi cold) atau pada konduktor (sisi hot). (ii) Pasang rahang shunt pada socket isolator baik sisi cold maupun sisi hot.
Catatan : “Hanya satu buah static shunt yang boleh dipasang pada waktu yang sama”.
(e) Webbing sling Dalam pemasangan webbing sling tidak boleh melebihi sudut 450. Apabila webbing sling harus dipasang pada sudut yang lebar(>450), maka perhatikan SWL webbing sling apakah mampu memikul beban pada posisi tersebut WEBBING SLINGS RATED LIFTING CAPACITIES No. katalog Lebar (Inci) Panjang (Inci) KAPASITAS MAKSIMUM* (LBS) Tipe Basket Choker Vertikal C417-0133 2” 6’ 6500 2450 3250 Return Eye (Panjang mata, kira-kira 4”) C417-0134 1” 3’ 4400 1650 2200 Tak berujung C417-0135 1” 4’ 4400 1650 2200 Tak berujung C417-0136 1” 5’ 4400 1650 2200 Tak berujung C417-0137 1” 6’ 4400 1650 2200 Tak berujung C417-0138 1” 8’ 4400 1650 2200 Tak berujung C417-0139 1 ¾ “ 3’ 7900 2975 3950 Tak berujung C417-0140 1 ¾ “ 4’ 7900 2975 3950 Tak berujung C417-0141 1 ¾ “ 5’ 7900 2975 3950 Tak berujung C417-0142 1 ¾ “ 6’ 7900 2975 3950 Tak berujung C417-0143 1 ¾ “ 8’ 7900 2975 3950 Tak berujung 4.5 Perhitungan Beban dan Gaya Faktor keselamatan dan beban kerja aman dapat digunakan dengan dua cara, baik dengan mempertimbangkan beban yang diangkat, atau kekuatan perlengkapan untuk mengangkat. Hatihati untuk tidak menambahkan faktor keselamatan bersama dengan menggunakan beberapa
peralatan dengan faktor keselamatan berbeda. Contoh : Pertimbangkan situasi ketika orang sedang akses rope ke konduktor. Berat kira-kira 100 kg. Untuk faktor keselamatan 6 dipersyaratkan b ahwa tali mempunyai minimum 600 kg k g SWL. Karena reaksi terhadap snatch block adalah 2 kali beban, maka SWL block minimum adalah 200 kg. 4.5.1 Berat dan Gaya Adalah hal yang penting untuk menghitung berbagai berat dan gaya yang terjadi ketika pelaksanaan pekerjaan dalam keadaan bertegangan. Peralatan dalam kead aan bertegangan didesain sedemikian rupa. Sehingga SWL nya n ya terpenuhi (tidak terlampaui). Beberapa konfigurasi kawat mungkin memerlukan perhatian terhadap gaya yang dibebankan pada peralatan. Gaya ini mungkin menentukan metode aplikasi. Instruksi kerja biasanya menyebutkan secara spesifik metode yang digunakan. Semua pelaksana/pekerja PDKB harus memahami akibat dari gaya ini dan keterbatasan kemampuan peralatan. Mereka harus dapat menghitung, menentukan besar gaya yang bekerja. Kerusakan chain hoist biasanya disebabkan oleh kelemahan rantai/tali. Sebelum mengganti string isolator, perlu dihitung total beban yang akan ditopang oleh perlengkapan. Beban ini dihasilkan dari : (a) Berat konduktor (b) Efek putaran dari sudut (c) Berat pelaksana/pekerja (d) Berat peralatan (e) Beban yang timbul karena angin 4.5.2 Perhitungan berat Konduktor Berikut ini adalah petunjuk untuk menghitung gaya yang bekerja pada pada tower tension dan suspension. Secara teori, berat fisik yang ditopang isolator adalah (a) Berat konduktor (b) Beban angin yang terjadi pada konduktor (c) Efek sudut yang dihasilkan dari perubahan arah kawat. Beban ini harus digandakan jika terdapat dua konduktor yang membentuk susunan kembar. Berat total konduktor dapat dihitung dengan mengukur panjang konduktor yang ditopang tower dan mengalikan panjang ini dengan berat/meter. Panjang konduktor ini harus diukur dari titik terendah andongan pada gawang sebelumnya ketitik terendah andongan digawang berikutnya. Berikut ini merupakan contoh perhitungan satu string isolator pada kawat transmisi dimana tidak terdapat belokan sudut pada struktur. Dimana : F = Total gaya vertikal kebawah yang dinyatakan dalam newton L1 & L2 = Panjang horisontal dari span yang berdampingan yang dinyatakan dalam meter W = Massa per meter konduktor 10 = Faktor yang merupakan percepatan gravitasi pada massa konduktor Contoh : (a) Perhitungan berat satu gawang konduktor zebra ganda pada level tanah datar. Berat satu konduktor zebra = 1.621 kg/m
Rumus perhitungan berat satu gawang konduktor zebra : Berat (kg) = Jarak sb (m) x 1.621 1 .621 (kg/m) x 2 (konduktor) Dalam contoh ini, jika jarak (sb) adalah 320 m, maka : Berat = 320 x 1,621 x 2 = 1037,44 kg Dalam contoh ini, Berat gawang (gawang) adalah 1037,44 kg. (b) Perhitungan berat satu gawang konduktor gannet kembar pada daerah perbukitan Berat satu konduktor gannet = 1,365 kg/m Rumus perhitungan berat satu gawang konduktor gannet : Berat (kg) = Jarak sb (m) x 1,365 1 ,365 (kg/m) x 2 (konduktor) Dalam contoh ini, jika jarak (sb) adalah 160 m, maka Berat = 160 x 1,365 x 2 = 436,8 kg Dalam contoh ini, Berat gawang adalah 436,8 kg. Catatan keselamatan : Ketika konduktor terangkat dari struktur, andongan berkurang pada titik dimana berat secara fisik mulai bertambah. Pengangkatan yang lama harus di hitung dengan hatihati. Tabel Spesifikasi Kawat Penghantar 4.5.3 Perhitungan tarikan/sagging pada konduktor Dalam banyak kasus, akan berguna jika menghitung beban mekanik yang dibebankan pada peralatan, untuk mengetahui tarikan pada konduktor. Tarikan adalah gaya yang menarik kekuatan material. Rumus untuk menghitung tarikan pada konduktor adalah: Keterangan : Tarikan (T) = Tarikan dalam kilogram Berat (Weight/W) = Masa konduktor dalam kilogram per meter Span (S) = Panjang antar struktur dalam meter Sagging (s) = Tinggi konduktor diukur pada pertengahan gawang Contoh : Jika diketahui penghantar dengan konduktor dove, dengan panjang span 400 m dan sagging 8 m. Tentukan tarikan pada konduktor tersebut. Berat (W) = 1,137 kg/m Gawang (S) = 400 m Sagging (s) = 8 m Tarikan (T) = = = 2842,5 kg Perhitungan gaya yang bekerja pada tower dead end Untuk menghitung tarikan pada konduktor, ada dua gaya yang sangat penting dapat dihitung pada tower dead end, gaya-gaya tersebut adalah : (a) Tarikan kawat skoor (b) Gaya vertical kebawah yang bekerja menekan tower ke tanah/bumi Contoh: Sebuah konduktor dengan tarikan 300 kg dengan tinggi 12 m diatas tanah, dengan skoor sejauh 6 m dari tower. Jika tower di skoor secara horisontal, maka tarikan skoor akan sebanding dengan tarikan
konduktor. Tidak akan ada gaya kompresif kearah bawah pada tower, selain dari berat konduktor. Pada umumnya skoor ini menambah beban vertical kebawah pada tower. Perhitungan gaya ini dapat diilustrasikan dengan menggunakan pengaris millimeter pada gambar berskala. Bandingkan segitiga yang dibentuk dari garis putus-putus pada Diagram dengan segitiga yang dibentuk oleh tiang, penopang dan garis tanah. Terlihat bahwa dasar dari segitiga putus-putus sama dengan dasar segitiga garis yang solid. Kita dapat mengasumsikan bahwa 6 meter sama dengan gaya horisontal 300 kg. 300/6 = 50 KG gaya/meter Gunakan skala ini pada tower : 12 m x 50 kg/m = 600 kg gaya kompresif yang menekan kebawah pada tower. Perhitungan tarikan pada tower tension Untuk mendapatkan tarikan pada tower tension, harus diketahui panjang gawang terlebih dahulu. Dengan menghitung segitiga siku-siku.
√(122 + 62) = √(180) Pan jang skoor = √(180) = 13,4 m
Tarikan = 13,4 x 50 = 670 kg Menggunakan Skala Metode sederhana menghitung gaya mekanik adalah dengan menggambar segitiga siku-siku dengan skala untuk menggambarkan permasalahan. Penggaris dengan skala millimeter digunakan untuk melakukan perhitungan. Untuk menghitung masalah tarikan pad tower tension yang sama dengan menggunakan metode ini, gunakan segitiga ABC untuk mewakilkan AB = tarikan kawat (skoor), AC = jarak antara jangkar dengan dasar tiang. Garis BE diproyeksikan 10 mm dan mewakili gaya tarikan pada konduktor sebesar 300 kg. Sebuah garis digambarkan dari E paralel dengan AB hingga ke garis AC sehingga membentuk segitiga BDE. Segitiga BDE sebangun dengan segitiga ABC dan mempunyai rasio yang sama. Dalam Diagram, 10 mm mewakili tarikan konduktor 300 kg. Sehingga 1 mm mewakili 300/10 atau 30 kg. Dengan melakukan pengukuran, garis BD ditemukan sebesar 20 mm. Besarnya gaya kompresif yang bekerja pada tower adalah 20 x 30 kg = 600 kg. Dengan melakukan pengukuran, garis DE didapat 22,36 mm. Sehingga tarikan pada kawat tower tension adalah 22,36 x 30 = 670 kg. Perhitungan tarikan pembagi (bisect) pada konduktor Tarikan pembagi adalah gaya yang ditimbulkan oleh konduktor pada sebuah sudut dimana gaya tersebut cenderung menarik tower kearah kawat/konduktor, dengan kata lain, Tarikan pembagi (bisect) merupakan alasan digunakannya tower sudut. Pada sebuah struktur bersudut, gabungan/kombinasi berat konduktor dan tarikan pembagi menyebabkan gaya pada peralatan PDKB. Dalam hal peralatan yang cukup, Total gaya harus ditentukan Untuk menghitung tarikan pembagi pada sebuah konduktor, hitung sepanjang 15 m pada garis AB, dan beri tanda. Ukur 15 m pada garis BC dan beri tanda. Hitung jarak AC, dan buat titik tengah pada garis ini. Ukur panjang BD. Perhatikan segitiga ABD, Jarak AB 15 m mewakili m ewakili 300 kg atau satu meter mewakili me wakili 300/15 = 20
kg. Gunakan untuk mengukur BD – 6 6 m, ditemukan ini mewakili 6 x 20 = 120 kg. Jarak BD berada pada dua segitiga, sehingga hasilnya harus dikalikan dengan 2. Tarikan pembagi (bisect) didapat 120 x 2 = 240 kg. Perhitungan tower sudut Untuk menentukan sudut ketika terjadi perubahan arah pada saluran transmisi dan alat ukur tidak tersedia, prosedur ini dapat digunakan. Gunakan meteran/penggaris, ukur jarak 15 m dari B menuju E pada garis AB dan beri tanda pada E. Ukur jarak sejauh 15 m dari B menuju D pada garis BC dan beri tanda pada D. Ukur jarak ED dalam meter, hingga dua angka desimal, dan gunakan tabel dibawah ini JARAK SUDUT JARAK SUDUT 1,31 m 2,61 m 3,92 m 5,21 m 6,49 m 7,76 m 9,02 m 10,26 m 11,48 m 5o 10o 15o 20o 25o 30o 35o 40o 45o 12,92 m 13,85 m 15,00 m 16,12 m 17,21 m 18,26 m 19,28 m 20,27 m 21,21 m 50o 55o 60o 65o 70o 75o 80o 85o 90o Interpolasi diperlukan untuk sudut yang berada ditengah
Cara lain untuk menentukan besar sudut Aturan metode ibu jari untuk menentukan perubahan arah dari saluran dan cukup akurat hingga sudut 450, digambarkan dalam diagram berikut ini. Dengan menggunakan penggaris, ukur BE sepanjang 11 m pada garis BA kearah luar, dan beri tanda. Ukur BC sepanjang 11 m. Jarak ED dalam meter x 5 adalah sudut besar dalam derajat. Pada diagram diatas, jaraknya adalah 7,5 m yang berarti besar sudutnya 37,5 derajat (7,5 x 5) Penggunaan perhitungan gaya Adalah penting untuk dapat menghitung gaya yang bekerja pada tower, penopang dan konduktor pada struktur yang bersudut. Sama pentingnya untuk dapat menghubungkan gaya -gaya ini pada peralatan yang digunakan pada pekerjaan PDKB. Tabel berat konduktor dan jalinan (stranding), dan nilai beban aman pabrikan untuk hot stick dan fitting logam harus direferensikan. Penting untuk mengetahui hal-hal yang dikerjakan pada pemindahan konduktor atau konduktor pada suatu sudut, baik terjadi dibawah maupun Diatas peralatan, tetapi juga, kekuatan cukup untuk mengerjakan tugas dengan a man. Contoh berikut menunjukkan metode untuk perhitungan ini : Anggap pekerjaan adalah mengganti isolator pada tower sudut 40º, dengan gawang pada sisi 50 m atau 55 m. Anggap bahwa tanahnya datar. Konduktor 4/0 ACSR terdapat pada tower dan dipasang 12,5 m diatas tanah dan mempunyai andongan 0,76 m pada gawang 55 m. Tarikan bisect akan ditopang oleh peralatan pada sebuah sisi saluran dan rope block 25 m dari dasar tower. Masa konduktor = 0,444 kg per m. Berat konduktor = ((50+55)/2 x (0,433 x2)) = 45,5 kg Tarikan konduktor = ((0,433 x 55 x 55)/(8 x 0,760)) = 215,4 kg. Perhitungan Matematika Tarikan Bisect Gunakan meteran penanda, kita mendapatkan jarak BD = 5,16 m. Jarak AB atau BC(15m) mewakili tegangan konduktor 215,4 kg. Kemudian 1m mewakili 215/15 =14,36 kg/m. Garis BD = 5,16 x 14,36 kg =74 kg. Karena garis BD terdapat pada 2 segitiga, maka kalikan dengan 2. Tarikan bisect = 74 kg x 2 = 148 kg tenaga Tarikan pada sisi Penopang (penopang) Jarak 1m = 48 kg : 25 m = 5,92 kg per m Panjang tali Penopang = √ (252 + 12,52) = 27,95 m Tarikan tali Penopang = 27,95 x 5,92 = 165,5 kg tenaga 165,5 kg = 165,5 x 980665 = 1623 Newtons =163 kN Metode alternatif (Menggunakan diagram skala) Menggunakan penggaris skala dan Segitiga siku-siku, buat diagram dibawah dengan mengambarnya secara tepat terhadap skala untuk u ntuk mewakili dimensi struktur yang diketahui. Kemudian gambar segitiga OXY kecil yang proporsional dan gunakanlah untuk memecahkan masalah dengan cepat:
(a) Tekanan pada tali pengendali (b) Beban kompresi (vertikal) pada tower dan p ada wire tong dan tower saddle sadd le jika alat ini digunakan untuk menyokong naikknya konduktor. Penyelesaian : Pada diagram diatas, tarikan 148 kg tenaga diwakili oleh garis OX horisontal sama den gan panjang aktual 10mm. Melalui X gambar sebuah garis paralel ke garis Penopang untuk memotong sisi vertikal dari skala segitiga pada jarak 10 mm = 148 kg ga ya dan karena 1 mm = 14,8 kg gaya. Ukur OY sama dengan 5 mm dan XY sama dengan 11,2 mm. OY mewakili 5 x 14,8 =74 kg tenaga (secara vertikal); dan (a) XY mewakili tarikan pada tali Pengendali =11,2 x 14,8 =165,8 kg gaya (b) Beban kompresi pada wire tong = 74 +berat (masa) satu konduktor = 74 + 22,7 = 96,7 kg gaya
4.6 Metode Kerja Pada Saluran Bertegangan Metode pekerjaan pemeliharaan dengan cara PDKB yang meliputi : (a) Penggantian isolator pada tower Suspension (b) Penggantian isolator pada tower Tension. Metode kerja pada tower suspension I – string string 500 kV (metode barehand) (a) Metode akses ke konduktor 1. Metode menggunakan tangga isolasi. 2. Metode swing dari tower. 3. Metode akses rope dari bawah (b) Metode penggantian isolator 1. Rangkai strain pole, chain hoist dan hot yoke yang sudah terpasang suspension clamp. 2. Akses hotman ke konduktor. 3. Naikkan dan pasang strain pole yang sudah dirangkai. 4. Pasang suspension clamp pada konduktor. 5. Ambil alih beban konduktor dari isolator dengan chain hoist. 6. Pasang static shunt pada sisi hot. 7. Lepas Isolator sisi hot. 8. Lepas static shunt pada sisi hot. 9. Pasang static shunt pada sisi cold. 10. Pasang handline pada isolator sisi cold. 11. Lepas isolator sisi cold. 12. Lepas static shunt. 13. Turunkan isolator. 14. Naikkan isolator pengganti. 15. Balik urutan kerja metode penggantian isolator I – string. string. Metode kerja pada tower suspension V – string string 500 kV (metode barehand) (c) Metode akses ke konduktor 1. Metode menggunakan tangga isolasi. 2. Metode swing dari tower.
3. Metode akses rope dari bawah. (d) Metode penggantian isolator 1. Rangkai strain pole dengan chain hoist dibawah. 2. Naikkan peralatan cold. 3. Akses hotman ke konduktor. 4. Pasang hot yoke. 5. Naikkan dan pasang strain pole yang sudah dirangkai dengan chain hoist. 6. Ambil alih beban isolator dengan chain hoist. 7. Pasang static shunt pada sisi hot. 8. Pasang handline pada isolator sisi hot. 9. Lepas isolator. 10. Lepas static shunt sisi hot. 11. Posisikan isolator ke vertikal. 12. Pasang handline pada isolator sisi cold. 13. Lepas isolator sisi cold dan turunkan. 14. Naikkan dan pasang isolator pengganti. 15. Balik urutan kerja metode penggantian isolator V – string. string. Metode kerja pada tower tension 500 kV (metode barehand) (e) Metode akses ke konduktor 1. Metode menggunakan tangga isolator. 2. Metode akses rope dari tower. (f) Metode penggantian isolator 1. Rangkai J – Craddle Craddle dibawah. 2. Tempatkan adjustable strain pole pada J – Craddle. Craddle. 3. Rangkai Boom dibawah. 4. Naikkan dan pasang Boom pada posisinya. 5. Akses hotman ke konduktor. 6. Naikkan J – Craddle Craddle & adjustable strain pole. 7. Pasang cold end yoke & hot end yoke pada posisinya. 8. Pasang J – Craddle Craddle pada isolator. 9. Pasang strain pole dan ambil alih beban tarikan isolator. 10. Pasang static shunt. 11. Lepas isolator. 12. Lepas static shunt. 13. Turunkan J – Craddle Craddle beserta isolator. 14. Naikkan isolator pengganti. 15. Balik urutan kerja metode penggantian isolator tension.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Sesuai dengan peranannya dalam d alam sistem tenaga listrik, saluran transmisi merupakan alat yang vital dalam kelangsungan penyaluran energy listrik dari produsen ke konsumen, sehingga diperlukan pengamanan dengan perhatian ekstra. Namun, sering kali dalam operasinya saluran transmisi mengalami gangguan-gangguan yang dapat menghambat kinerjanya. Gangguan-gangguan yang sering terjadi pada saluran transmisi pada umumnya disebabkan karena faktor cuaca, sambaran petir, surja hubung, tegangan lebih temporer, adanya hubung singkat, faktor peralatan, dan faktor manusia. Agar saluran transmisi terhindar dari gangguan, maka diperlukan suatu pemeliharaan yang rutin yang mana berupa tindakan pencegahan maupun tindakan perbaikan. Untuk saluran transmisi 500 kV sangatlah sulit dilakukan pemadaman, oleh karena itu diperlukan suatu pemeliharaan dalam keadaan bertegangan sehingga energi listrik tetap dapat tersalurkan walaupun saluran transmisi dalam pemeliharaan maupun perbaikan.
5.2. Saran Dengan adanya pemeliharaan dalam keadaan bertegangan yang telah dilakukan di lingkungan PLN maka sangat disarankan untuk memaksimalkan kerja team pemeliharaan tersebut diseluruh lingkungan PLN di Indonesia. Dan untuk pemeliharaan di saluran tansmisi harus dilakukan secara teratur dan kontinyu agar gangguan-gangguan yang terjadi akibat faktor keteknisan. Selain itu juga agar dari pihak manajemen PLN agar memperhatikan karier dari para pekerja dalam kadaan bertegangan yang mana tulang punggung dari jaringan transmisi yang ada di PLN.
DAFTAR PUSTAKA 1. Services, Transfield. 2004. Tranmission Live Line Field and Training Manual. Blenheim. 2. Training, Omaka. 2004. Transmission Live Line Level Two. Blenheim. 3. Chance, A.B.2003. TOOL CATALOG. Missouri. 4. Tim Penyusun.2008. PANDUAN UMUM PEME LIHARAAN TRANSMISI TT/TET DENGAN METODE PDKB. Jakarta. 5. Omaka Training Centre, New Zealand. 2004. PLN PDKB Transmission Live Line Field and Training Manual. Jakarta. . Diposting oleh imanudin gombong di 05.04 1 komentar:
1. naveen chauhan 27
Agustus 2015 23.33
Naman Enterprises Established in 2002, are a renowned Manufacturers, Aluminum Conductor Supplier and Supplier and Traders of premium quality Conductors, Industrial Cables, Air Break Switch and Fuse, Power Insulators, Insulators, Electric Hardware and Accessories and Lighting Arrestors Accessories. Balas Muat yang lain... Posting Lebih Baru Beranda Langganan: Posting Komentar (Atom)