BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatra barat yang lebih sering dikenal dengan sebutan Minangkabau adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir pantai barat pulau Sumatra. Kebudayaan dan suku bangsa Minangkabau dapat dikatakan sangat dominan di provinsi Sumatra Barat sehingga kebudayaan Minangkabau berkembang di wilayah Sumatra Barat. Orang Minagkabau berasal dari keturunan Iskandar Zulkarnaen yang pernah berkuasa di Sumtra Barat sampai ke India pada abad ke 3 SM. Dari sana mereka berkembang menyebar ke daerah yang sekarng dikenal dengan Tanah Datar, Agam, dan Limo Puluh Koto, kemudian keturunan mereka juga menyebar ke Sawah Lunto, Solok, Pasaman, Pesisir Selatan, Padang Pariaman, dan Sijunjung. Orang Minangkabau termasuk dalam rumput Melayu Muda yang datang ke Sumtra Barat dari Indo-Cina pada sekitar abad ke 5SM. Sumatra Barat didominasi oleh suku bangsa Melayu Kuno yang memiliki sistem persaudarran matrilineal (garis keturunna ibu) dan mempunyai nila-nilai strategi koping dalam memecahkan suatu masalah. Kasus : An A 8th suku Minangkabau beragama islam diantarkan orang tuanya kerumah sakit Harapan Kita dengan keluhan nyeri pada tulang keringnya. Bp. A mengatakan nyerinya timbul akibat An A memanjat pohon yang dikeramatkan di desanya, kemudian menurut kpercayaan orang sekitar An. A terjatuh akibat didorong oleh penunggu pohon keramat tersebut. Menurut cerita yang dikatakan Bp.A saat anaknya jatuh langsung dibawa kedukun, lalu An.A dipijit menggunakan batang serai yang dibakar dengan bacaan doa-doa, Bp.A mengatan An.A dilarang mengkonsumsi makanan seperti ikan, daging, dan telur. An.A juga tampak lemah dan lesu, pada saat diberikan Pendkes Bp.A masih terlihat kebingungan. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pelayanan kesehatan pada keluarga di Minangkabau ? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui mengetahui bagaimana pelayanan kesehatan yang tepat pada keluarga di Minangkabau
BAB II PEMBAHASAN
Pelayanan Kesehatan pada Keluarga di Minangkabau 1. Praktik kesehatan keluarga Minangkabau Praktik keperawatan keluarga minang dipengaruhi oleh niali-nilai ajaran islam. Sebagai contoh, kelahiran bayi dibantu oleh seorang dukun atau bidan dan ditunggui oleh ibu mertua. Setelah bayi lahir plasenta bayi tersebut dimasukkan ke dalam periuk tanah dan ditutup dengan kain putih. Penguburan plasenta dilakukan oleh salah seorang yang dianggap terpnadang dalam lingkungan keluarga. Menurut aturan agama islam, setiap anak harus diakhikahkan sebelum menjalang dewasa. Menurut tradisi setempat, seorang anak laki-laki yang sedang menginjak masa akil baliq harus dikhitan dan belajar mengaji. Masayarakat Minang memiliki kebiasaan untuk melaksanakan upacara dalam rangka menghantarkan anak laki-laki ke alam kedewasaan, terutama upacara khitan. Keluarga Minang percaya bahwa penyakit tidak hanya dapat disembuhkan oleh petugas kesehatan, tetapi juga oleh dukun atau sekarang ini orang lazim menyebutnya dengan pengobatan alternatif. Namun orang Minang yang berpendidikan tinggi lebih percaya kepada petugas kesehatan. 2. Implikasi keperawatn keluarga pada etnik Minangkabau Asuhan keperawatan keluarga pada etnik Minang yang dilakukan dengan pendekatan budaya (tanskultural nursing) melatihkan iklim dan situasi setempat. Misalnya, daerah bukit tinggi yang sejuk dan dingin berpengaruh terhadap waktu kunjungan rumah perawat keluarga. Pada sore hari, sekitar jam 4 atau 5 sore waktu setempat, banyak aktivitas keluarga Minang dilakukan dalam rumah sehingga kunjnungan rumah akan efektif dilakukan pada jam tersebut. Penduduk daerah sekitar danau mininjau atau singkarak memiliki kebiasaan mengkonsumsi ikan dari danau tersebut. Mereka menyebutnya ikan bili. Mereka sangat menganjurkan anak balita, ibu hamil, atau orang lansia mengonsumsi ikan bili tersebut. Pendekatan budaya dilakukan karena dipandang lebih sensitif dan sesuai dengan kebiasaan keluarga, keinginan keluarga, sumber daya keluarga, kemapuan keluarga, serta struktur dan nilainilai yang dianut keluarga. Praktik asuhan keperawatan keluarga dianjurkan mengaplikasikan hal-hal berikut ini. 3. Menghargai struktur dan sistem yang dianut keluarga. Bentuk keluarga Minang didominasi oleh keluarga besar dan keluarga inti yang berpusat pada ibu. Pada waktu melakukan asuhan kepererawatan keluarga, seharusnya melibatkan keluarga inti dan keluarga besar. Penganmbilan keputusan yang berpusat kepada pihak ibu, khususnya
paman(dari pihak ibu), mengakibatkan setiap asuhan keperawatan keluarga perlu melibatkan keluarga pihak ibu. Menerima dan menghargai struktur keluarga serta sistem nilai islam yang dianut keluarga Minang merupakan tonggak awal yang harus ditanamkan oleh perawtan keluarga agar menuai keberhasilan. Contoh-contoh implemetasi nilai-nilai islam kedalam peraturan adat, antara lain sirkumsisi dan pemilihan sumber bahan makan yang halal. Keberasilan implementasi dinilai dari tingkat kemandirian keluarga Minangkabau untuk menolong diri mereka sendiri dalam bidang kesehatan. 4. Mengevalusai pemahaman tetang batasan sehat-sakit menurut keluarga dan melibatkan jaringan keluarga besar Pengertian sehat-sakit menurut keluarga perlu dieksplorasi dan diklarifikasi oleh perawat keluarga sehingga keluarga memiliki budaya sehat yang dapat diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, keluarga minang menganggap diri mereka sehat bila masih dapat melakukan perdagangan dan memperoleh untung sehngga dianggap produktif secara ekonomi. Selain itu, mereka masih dapat mengujungi keluarga walaupun ada ditanah rantau. Keluarga besar orang Minang biasanya memberikan dukungan emosional dan bantuan yang besar, terutama pada garis keturunan Ibu dan lebih khusus lagi padda etnik-etnik tertentu sehingga sumber-sumber pendukung ini perlu dipertimbangkan untuk dilibatkan. Perawat keluarga perlu melakukan konseling atau pendidikan kesehatan yang dapat melibatkan anggota keluarga yang seluas-luasnya. Ikatan orangtua-anak biasanya lebih kuat dibandingkan suami-istri. Pada etnik tertentu di Sumatera Barat, seorang lelaki bujang yang merantau dan menikah dengan orang luar Sumatera Barat akan diberi peringatan oleh sang Ibu atau saudara dari Ibu. Anak laki-laki tesebut harus kembali menikah dengan orang Sumatera barat atau dia tidak mendapat hak waris. Ikatan orang tua anak bersifat seumur hidup menurut Islam. Namun apabila anak lelaki tersebut tidak mematuhi peraturan, hubungan antara anak laki-laki tersebut dan keluarga dapat diputus secara sepihak. 5. Aktualisasi praktik kesehatan dalam keluarga Minang Keluarga Minang pada kelas sosial yang rendah mempunyai pola mencarri bantuan pertolongan kesehatan keluarga yang sederhana, yaitu dengan pergi ke dukun. Sejalan dengan perkembangan jaman dan aktivitas ekonomi di pedesaan, banyak warung yang mejual obat sampai kepelosok. Oleh karena itu, bila merasa sakit biasanya mereka hanya berobat dengan obat warung saja. Resiko yang dapat terjadi dengan pola menari bantuan kesehatan seperti ini adalah terjadi komplikasi atau sakitnya semakin parah. Dampak yang lebih luas adalah bila datang kerumah sakit dan tidak tertolong, mereka menganggap, tenaga kesehatan dirumah sakit tidak cekatan sehingga jiwa anggota keluarga mereka tidak tertolong. Dilain pihak, bila dukun tidak berhasil menyembuhkan anggota keluarga mereka, kelaurga akan mengatakan belum berjodoh dengan pengobatan dukun.
Perawat perlu mendeteksi sejak dini pola penanganan kesehatan pada keluarga minang yang di bina. Perawat juga perlu melakukan penyuluhan atau konseling keperawatan keluarga dengan melibatkan keluarga yang lebih luas untuk mengenalkan deteksi dini gangguan kesehatan keluarga. 6. Mengurangi keterbatasan regimen terapeutik dalam keluarga Dengan meningkatnya jumlah penyakit kronis yang dialami oleh anggota keluarga, peraat keluarga perlu memberikan dukungan dan pengakuan keberhasilan keluarga dalam menolong diri mereka sendiri dalam bidang kesehatan. Selain itu, perawat juga perlu melibatkan keluarga, misalnya dalam bentuk Pengawasan Minum Obat . Perawat keluarga perlu menunjukan bukti-bukti perilaku keluarga yang mendukung upaya kesehatan. Perawat keluarga perlu mendorong keluarga mengadopsi dan mengadaptasikan konsep-konsep dan program kesehatan untuk meningkatkan status kesehatan keluarga. Perawat juga perlu memberdayakan seluruh sumber-sumber yang dimiliki keluarga, misalnya dengan mengajak keluarga mengurangi makan makanan yang mengandung lemak dan memiliki budaya mengkonsumsi makanan berserat tinggi.
BAB III PENUTUP Simpulan Aplikasi pelayanan kesehatan pada keluarga di Minangkabau, sangat belum terpenuhi karena masih percaya dengan dukun, mereka lebih memilih berobat ke dukun daripada ke petugas kesehatan. Dilain pihak, bila dukun tidak berhasil menyembuhkan anggota keluarga mereka, kelaurga akan mengatakan belum berjodoh dengan pengobatan dukun.
DAFTAR PUSTAKA
Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan Transcultural . Jakarta : EGC
APLIKASI KEPERAWATAN TRANSCULTURAL NURSING DI MINANGKABAU DALAM PELAYANAN KESEHATAN
Dosen Pembimbing Ns. Sri Hartini, M.Kep, Sp. Kep. An.
Oleh Aji Pramudia Nugroho
1.13.007
Diah Ayu Sukawati
1.13.023
Eliana Saputri
1.13.031
Lupita
1.13.053
Ovylia Kusuma
1.13.070
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO SEMARANG PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN SEMARANG 2014