BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Daer Daerah ah orof orofari aring ngea eall dewa dewasa sa ini ini bany banyak ak sekal sekalii ditem ditemuk ukan an kead keadaa aan n patologis baik yang jinak maupun ganas. Didalam referat ini akan kita bahas lebih lanjut tentang jenis-jenis penyakit yang ada pada daerah orofaringeal terutama kita akan lebih membahas tentang tonsilitis.
Penyakit tonsil dan adenoid merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi terjadi dalam dalam masya masyaraka rakat. t. Nyeri Nyeri tenggo tenggorok rokan, an, infeks infeksii salura saluran n nafas nafas atas atas dan penyakit telinga yang terkait adalah keluhan yang paling sering ditemukan. Peranan tonsil dalam mekanisme pertahanan tubuh masih diragukan meskipun fungsinya memproduksi sel-sel limfosit.
Berdasarkan penelitian, ternyata tonsil memegang peranan penting dalam fasefase-fas fasee awal awal kehi kehidu dupa pan, n, terha terhada dap p infek infeksi si muko mukosa sa nasof nasofar arin ing g dari dari udar udaraa pernafasan sebelum masuk kedalam saluran s aluran nafas bagian bawah. Hasil penelitian, mengenai kadar antibodi tonsil menunjukkan bahwa parenkim tonsil memegang peranan dalam memproduksi Ig, yang menyebabkan jaringan lokal resisten terhadap organisme pathogen.
BAB II PEMBAHASAN
II.1. Anatomi Faring
!ari !aring ng
meru merupa paka kan n
bagi bagian an
tubu tubuh h
yang ang
merup erupak akan an
suat suatu u
trak traktu tuss
aerodigesti"us dengan struktur tubular iregular mulai dari dasar tengkorak sampai setin setingg ggii "ert "erteb ebra ra ser"i ser"ika kall #I, #I, berl berlan anju jutt menj menjad adii esoph esophag agus us dan dan sebel sebelah ah anteriornya laring berlanjut menjadi trakea. Batas-batas faring $ •
%uperior
$ &k &ksipital da dan sinus sphenoid
•
Inferior
$
Berhubungan
dengan
esophagus
setinggi
m.
'rikofaringeus •
nterio rior
$ 'a"um nasi, ka"um oris, dan larin ring
•
Poste osteri rio or
$ kolu kolum mna "ert "erteb ebra ra ser" ser"ik ikal al mela melalu luii jari jaring ngan an areo areola larr yang ang
longgar. !aring dibagi menjadi tiga bagian $ (. Naso Nasofa farin ring g )*p )*pifa ifari ring ng++ . &rof &rofar arin ing g )e )eso sofar farin ing+ g+ . /ari /aring ngof ofari aring ng )Hip )Hipof ofar arin ing+ g+
Nasofaring
Batas-batas nasofaring $ •
%uperior
$ Basis 0ranii
•
Infer ferior
$ Bidang datar yang ang mela elalui pala alatum molle
•
nte nteri rio or
$ Ber Berh hubun ubunga gan n den denga gan n 1a" 1a"u un nas nasii mel melal alui ui 1hoa 1hoana na
•
Posterior
$ #e #ertebra %e %er"ikalis
•
/ateral
$ &tot-otot konstriktor faring
BAB II PEMBAHASAN
II.1. Anatomi Faring
!ari !aring ng
meru merupa paka kan n
bagi bagian an
tubu tubuh h
yang ang
merup erupak akan an
suat suatu u
trak traktu tuss
aerodigesti"us dengan struktur tubular iregular mulai dari dasar tengkorak sampai setin setingg ggii "ert "erteb ebra ra ser"i ser"ika kall #I, #I, berl berlan anju jutt menj menjad adii esoph esophag agus us dan dan sebel sebelah ah anteriornya laring berlanjut menjadi trakea. Batas-batas faring $ •
%uperior
$ &k &ksipital da dan sinus sphenoid
•
Inferior
$
Berhubungan
dengan
esophagus
setinggi
m.
'rikofaringeus •
nterio rior
$ 'a"um nasi, ka"um oris, dan larin ring
•
Poste osteri rio or
$ kolu kolum mna "ert "erteb ebra ra ser" ser"ik ikal al mela melalu luii jari jaring ngan an areo areola larr yang ang
longgar. !aring dibagi menjadi tiga bagian $ (. Naso Nasofa farin ring g )*p )*pifa ifari ring ng++ . &rof &rofar arin ing g )e )eso sofar farin ing+ g+ . /ari /aring ngof ofari aring ng )Hip )Hipof ofar arin ing+ g+
Nasofaring
Batas-batas nasofaring $ •
%uperior
$ Basis 0ranii
•
Infer ferior
$ Bidang datar yang ang mela elalui pala alatum molle
•
nte nteri rio or
$ Ber Berh hubun ubunga gan n den denga gan n 1a" 1a"u un nas nasii mel melal alui ui 1hoa 1hoana na
•
Posterior
$ #e #ertebra %e %er"ikalis
•
/ateral
$ &tot-otot konstriktor faring
ukosa ukosa nasofa nasofarin ring g sama sama sepert sepertii mukos mukosaa hidung hidung dan sinus sinus parana paranasal salis is yaitu yaitu terdiri terdiri dari dari epitel epitel pernaf pernafasan asan yang yang bersili bersiliaa dan mengan mengandun dung g beberap beberapaa kelenjar mukus di bawah selaput )membrana+ mukosa terdapat jaringan fibrosa faring sebagai tempat melekatnya mukosa. 2uang nasofaring yang relatif ke1il mempunyai beberapa sturktur penting, yaitu $ o
3aringa 3aringan n adenoi adenoid, d, suatu suatu jaringa jaringan n limfoi limfoid d yang yang kadang kadang disebu disebutt tonsila tonsila faringea atau tonsil nasofaringeal, yang terletak di garis tengah dinding anterior basis sphenoid.
o
4orus tubarius atau tuba faringotimpanik, merupakan tonjolan berbentuk seperti koma di dinding lateral nasofaring, tepat di atas perlekatan palatum molle dan satu sentimeter di belakang tepi posterior konka inferior.
o
2esesus faringeus terletak posterosuperior torus tubarius, dikenal sebagai fossa 2osenmuler, merupakan tempat predileksi karsinoma faring
o
uara uara tuba tuba eusta1 eusta1hiu hiuss atau atau orifisi orifisium um tube, tube, terlet terletak ak di dindin dinding g lateral lateral nasofaring, dan inferior torus tubarius, setinggi palatum molle
o
'oana atau nares posterior
Orofaring (Mesofaring
erupakan kelanjutan dari nasofaring pada tepi bebas dari palatum molle. Batasnya $ •
%uperior
$ Palatum molle
•
Infer ferior
$ Bi Bidang da datar yang ang mel melaalui tepi at atas ep epiglotis
•
nte nteri rio or
$ Ber Berh hubun ubunga gan n den denga gan n ka" ka"um um oris ris mel melal alui ui istm istmu us
•
Posteri erior
$ #ertebra ser" ser"iikalis dan bersa rsama dengan otot-ot -otot
pre"ertebra Istmu Istmuss fau1 fau1iu iuss diba dibata tasi si oleh oleh arku arkuss fari faring ngeu euss kana kanan n dan dan kiri kiri.. rkus rkus faringeus sendiri dibentuk oleh pilar tonsilaris yang pada bagian anterior terdapat m. Palatoglosus dan bagian posterior terdapat m. Palatofaringeus. Diantara kedua
pilar tersebut terdapat fossa5ruang tonsilaris, berisi jaringan limfoid yang disebut tonsila palatina.
6ambar. Penampang !aring
Laringofaring (Hi!ofaring
4erletak di belakang dan sisi kiri dan kanan laring yang disebut sinus atau fossa piriformis. Dimulai dari segitiga "alekula yang merupakan batas orofaring dengan laringofaring, sampai setinggi tepi bawah kartilago krikoid, tempat masuknya spingter krikofaringeus. Batas-batas lainnya $ •
%uperior
$ Bidang datar melewati tepi atas epiglotis atau setinggi
"alekula •
Inferior
$ 4epi bawah kartilago krikoid
•
nterior
$ ditus /aring
•
Posetrior
$ #ertebra ser"ikalis sampai 7.
8
#alekula sendiri merupakan suatu 1ekungan yang dangkal dengan batas batas $
nterior
Posterior $ fasies epiglotis anterior
/ateral
$ plika faringoepiglotika
edial
$ plika glossoepiglotika
$ basis lidah
!ossa piriformis mempunyai batas-batas $
edial
$ Plika ariepiglotika
/ateral
$ kartilago tiroid dan membran tirohioid
II.". #aringan Limfoi$ Faring
3aringan limfoid yang berkembang pada faring dengan baik dikenal dengan nama cincin Waldeyer yang terdiri dari $ 4onsila Palatina )fau1ial+ 4onsila !aringeal )adenoid+ 4onsila /ingualis /ateral !aringeal Band Nodul-nodul soliter di belakang faring
9
6ambar. 0in1in :aldeyer
Nasofaring
denoid atau bursa faringeal5faringeal tonsil merupakan massa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. /obus atau segmen tersebut tersusun teratur seperti suatu segmen dengan selah atau kantung diantaranya. Penyakit 4hornwaldt;s merupakan infeksi dari bursa faringeal ini. denoid bertindak sebagai kelenjar limfe yang terletak di perifer, yang duktus eferennya menuju kelenjar limfe leher yang terdekat. Dilapisi epitel selapis semu bersilia yang merupakan kelanjutan epitel pernafasan dari dalam hidung dan mukosa sekitar nasofaring.
denoid mendapat suplai darah dari . 'arotis
Interna dan sebagian ke1il 1abang palatina . aksilaris. Darah "ena dialirkan sepanjang pleksus faringeus ke dalam #ena 3ugularis Interna.
7
6ambar. denoid
liran limfe melalui kelenjar interfaringeal yang kemudian masuk ke dalam kelenjar 3ugularis. Persarafan sensoris melalui N. Nasofaringeal, 1abang N I< serta N. #agus. 4ubal tonsil dibentuk terutama oleh perluasan nodulus limfatikus faringeal tonsil ke arah anterior mukosa dinding lateral nasofaring. Nodulus-nodulus tersebut terutama ditemukan pada mukosa tuba eusta1hius dan fossa 2ossenmuler. 3aringan limfoid ini disebut juga Gerlach’s Tonsil.
=
6ambar. Nasofaring dan &rofaring
Orofaring %onsila Ling&alis
erupakan kumpulan jaringan limfoid yang tidak berkapsul dan terdapat pada basis lidah diantara kedua tonsil palatina, dan meluas ke arah anteroposterior dari papila sirkum"alata ke epiglotis. Pada permukaannya terdapat kripta yang dangkal dengan jumlah yang sedikit. %el-sel limfoid ini sering mengalami degenerasi disertai deskuamasi sel-sel epitel dan bakteri, yang akhirnya membentuk detritus. 4onsila lingualis mendapat perdarahan dari . /ingualis yang merupakan 1abang dari . 'arotis *ksterna. Darah "ena dialirkan sepanjang #. /ingualis ke #ena 3ugularis Interna. liran limfe menuju ke kelenjar ser"ikalis profunda. Persarafannya melalui 1abang lingual N. I<.
%onsila Palatina Em'riologi
>
4onsil merupakan deri"at dari kedua lapisan germinal entoderm dan mesoderm, dimana entoderm akan membentuk bagian epitel sedangkan mesoderm akan tumbuh menjadi jaringan mesenkim tonsil. Pada masa perkembangan janin, faring akan tumbuh dan meluas ke arah lateral dimana kantung kedua akan tumbuh ke arah dalam dari dinding faring yang selanjutnya akan menjadi fossa tonsilar primitif yang terletak antara arkus brakialis kedua dan ketiga. !ossa tonsilaris ini akan terlihat jelas se1ara makroskopis pada minggu keenambelas.
6ambar. *mbriologi 4onsil
Pilar tonsil dibentuk oleh arkus brakialis kedua dan ketiga melalui pertumbuhan ke arah dorsal atau palatum molle. 'ripta-kripta tonsil akan tumbuh se1ara progresif saat usia janin tiga sampai enam bulan, sebgai massa yang solid yang tumbuh ke arah dalam dari permukaan epitel dan selanjutnya tumbuh ber1abang-1abang dan berongga. %edang limfosit-limfosit mun1ul dekat susunan epitel kripta pada bulan ketiga, lalu tumbuh se1ara terorganisir sebagai nodulnodul setelah janin berusia enam bulan.
Anatomi
?
Dalam bidang 4H4 dikenal tiga buah tonsil, yaitu tonsila palatina, tonsila faringeal dan tonsila lingualis. Dalam pengertian sehari-hari, yang dikenal sebagai tonsil adalah tonsila palatina, sedangkan tonsila faringeal dikenal sebagai adenoid. 4onsil terletak dalam fossa tonsilaris, berbentuk o"al dengan ukuran dewasa panjang @-9 mm, lebar (9-@ mm, tebal (9 mm dan berat sekitar (,9 gram. !ossa tonsilaris, di bagian depan dibatasi oleh pilar anterior )arkus palatina anterior+, sedangkan di bagian belakang dibatasi oleh pilar posterior )arkus palatina posterior+, yang kemudian bersatu di pole atas dan selanjutnya bersamasama dengan m. Palatina membentuk palatum molle. Permukaan lateral tonsil dilapisi oleh kapsula fibrosa yang kuat dan berhubungan dengan fas1ia
faringobasilaris
yang melapisi
m.'onstriktor
!aringeus. 'apsul tonsil tersebut masuk ke dalam jaringan tonsil , membentuk septa yang mengandung pembuluh darah dan saraf tonsil.
6ambar. 4onsila Palatina
Permukaan tonsil merupakan permukaan bebas dan mempunyai lekukan yang merupakan muara kripta tonsil. 'ripta tonsil berjumlah sekitar (@-@ buah, berbentuk 1elah ke1il yang dilapisi oleh epitel berlapis gepeng. 'ripta yang paling besar terletak di pole atas, sering menjadi tempat pertumbuhan kuman karena
(@
kelembaban dan suhunya sesuai untuk pertumbuhan kuman, dan juga karena tersedianya substansi makanan di daerah tersebut. 'utub bawah tonsil melekat pada lipatan mukosa yang disebut plika triangularis dimana pada bagian bawahnya terdapat folikel yang kadang membesar. Plika ini penting karena sikatriks yang terbentuk setelah proses tonsilektomi dapat menarik folikel tersebut ke dalam fossa tonsilaris, sehingga dapat dikelirukan sebagai sisa tonsil. Pole atas tonsil terletak pad 1ekungan yang berbentuk bulan sabit, disebut sebagai plika semilunaris. Pada plika ini terdapat massa ke1il lunak, letaknya dekat denganruang supratonsil dan disebut Aglandula sali"aris mukosa dari :eber, yang penting peranannya dalam pembentukan abses peritonsil. Pada saat tonsilektomi, jaringan areolar yang lunak, antara tonsil dangan fossa tonsilaris mudah dipisahkan. Di sekitar tonsil terdapat tiga ruang potensial yang se1ara klinik sering menjadi tempat penyebaran infeksi dari tonsil, yaitu $ 2uang peritonsil )ruang supratonsil+
Berbentuk hampir segitiga dengan batas-batas $ o
nterior
$ . Palatoglossus
o
/ateral dan Posterior
$ . Palatofaringeus
o
Dasar segitiga
$ Pole atas tonsil
Dalam ruang ini terdapat kelenjar salivari Weber , yang bila terinfeksi dapat menyebar ke ruang peritonsil, menjadi abses peritonial. 2uang retromolar
4erdapat tepat di belakang gigi molar tiga berbentuk o"al, merupakan sudut yang dibentuk oleh ramus dan korpus mandibula. Di sebelah medial terdapat m. Bu11inator, sementara pada bagian posteromedialnya terdapat m. Pterigoideus Internus dan bagian atas terdapat fasikulus longus m.temporalis. bila terjadi abses hebat pada daerah ini akan menimbulkan gejala utama trismus disertai sakit yang amat sangat, sehingga sulit dibedakan dengan abses peritonsilar.
((
2uang parafaring )ruang faringomaksilar ruang pterigomandibula+
erupakan ruang yang lebih besar dan luas serta banyak terdapat pembuluh darah besar, sehingga bila terjadi abses berbahaya sekali. dapun batas-batas ruang ini adalah $ o
%uperior
$ basis 1ranii dekat foramen jugulare
o
Inferior
$ os hyoid
o
edial
$ m. 'onstriktor faringeus superior
o
/ateral
$ ramus asendens mandibula, tempat m.Pterigoideus Interna
dan o
bagian posterior kelenjar parotis
Posterior $ otot-otot pre"ertebra.
2uang parafaring ini terbagi )tidak sama besar+ oleh prosessus styloideus dan otot-otot yang melekat pada prosessus styloideus tersebut. o
2uang pre-styloid, lebih besar, abses dapat timbul oleh karena $ radang tonsil, mastoiditis, parotitis, karies gigi atau tindakan operatif.
o
2uang post-styloid, lebih ke1il, di dalamnya terdapat $ . 'arotis Interna, #. 3ugularis, N. #agus dan saraf-saraf simpatis.
6ambar. 4onsila Palatina dan struktur sekitarnya
ask&larisasi %onsil
4onsil diperdarahi oleh beberapa 1abang pembuluh darah, yaitu $ o
.Palatina sendens, 1abang
. !asialis memperdarahi bagian postero
inferior
(
o
.4onsilaris, 1abang .!asialis memperdarahi daerah antero inferior
o
./ingualis Dorsalis, 1abang .aksilaris Interna memperdarahi daerah antero media
o
.!aringeal sendens, 1abang .'arotis *ksterna memperdarahi daerah postero superior
o
.Palatina Desendens dan 1abangnya, .Palatina
ayor dan inor
memperdarahi daerah antero superior. Darah "ena dialirkan melalui pleksus "enosus perikapsular ke #. /ingualis dan pleksus "enosus faringeal, yang kemudian bermuara ke #. 3ugularis Interna. Pembuluh "ena tonsil berjalan dari palatum, menyilang bagian lateral kapsula dan selanjutnya menembus dinding faring.
6ambar. #askularisasi 4onsil
Aliran Limfe %onsil
4onsil tidak mempunyai sistem limfatik aferen. liran limfe dari parenkim tonsil ditampung pada ujung pembuluh limfe eferen yang terletak pada trabekula, yang kemudian membentuk pleksus pada permukaan luar tonsil dan berjalan menembus m. 'onstriktor !aringeus %uperior, selanjutnya menembus fas1ia bu1ofaringeus dan akhirnya menuju kelenjar ser"ikalis profunda yang terletak sepanjang pembuluh darah besar leher, di belakang dan di bawah arkus
(
mandibula. 'emudian aliran limfe dilanjutkan ke nodulus limfatikus daerah dada untuk selanjutnya bermuara ke dalam duktus torasikus.
6ambar. liran /imfe 4onsil
Iner)asi %onsil
4erutama melalui N. Palatina ayor dan inor )1abang N #+ dan N. /ingualis )1abang N I<+. Nyeri pada tonsilitis sering menjalar ke telinga, hal ini terjadi karena N I< juga mempersarafi membran timpani dan mukosa telinga tengah melalui C3a1obson;s Ner"e.
(8
6ambar. Iner"asi 4onsil Histologi %onsil
'apsul tonsil terutama terdiri dari jaringan ikat dan serabut elastin yang meliputi dua pertiga bagian permukaan lateral tonsil. 'apsul ini pada beberapa tempat masuk menjorok ke dalam tonsil, membentuk kerangka penyokong struktur di dalam tonsil yang disebut Atrabekula;. 4rabekula merupakan tempat lewatnya pembuluh darah, pembuluh limfatik eferen, dan saraf. Di dalam kapsul dapat dijumpai serabut-serabut otot serta pulau-pulau kartilago hialin, yang merupakan sisa jaringan embrional arkus brakialis. embrana mukusa tonsil terdiri dari epitel berlapis gepeng dan pada beberapa tempat, lapisan mukosa ini akan mengadakan in"aginasi ke dalam massa tonsil, membentuk saluran buntu yang disebut kripta. 'ripta ini berbentuk tidak teratur dan ber1abang-1abang. /apisan epitel mukosa kripta lebih tipis bila dibandingkan dengan epitel mukosa tonsil, bahkan pada bebrapa tempat, kripta ini tidak dilapisi mukosa sam sekali. 'omposisi terbesar dari jaringan tonsil adalah jaringan limfoid yang pada beberapa tempat berkelompok, berbentuk bulat atau o"al yang disebut folikel, dengan diameter sekitar (- 1m. Di dalam folikel, terdapat sel-sel limfosit dalam
(9
berbagai stadium pertumbuhan, dengan pusat pertumbuhannya disebut Asentrum germinati"um;. 'adang-kadang di sepanjang epitel dapat ditemukan sel-sel limfosit yang bermigrasi atau mengadakan infiltrasi melalui mukosa yang tipis.
Lateral Faringeal Ban$ (A$enoi$
erupakan jaringan limfoid yang mempunyai beberapa kripta yang rudimenter dan terletak mulai dari sudut yang diben tuk oleh permukaan belakang pilar posterior dengan dinding faring.
No$&l*no$&l Limfatik Soliter
4ersebar pada dinding posterior faring, di bawah adenoid, melengkapi terbentuknya
A1in1in
:aldeyer;.
Nodul-nodul
ini
bila
meradang
akan
membengkak denga hebat, sementara tonsil akan tenang saja, padahal jarak keduanya hanya -8 mm.
#aringan Limfoi$ Hi!ofaring
Dari beberapa literatur menyebutkan tidak ada jaringan limfoid yang spesifik di daerah hipofaring5 laringfaring ini, seperti halnya di nasofaring dan orofaring. Hanya disebutkan bahwa jaringan limfoid tersebut banyak tersebar pada seluruh permukaan mukosa hipofaring sebagai kumpulan massa yang ke1ilke1il ) folikel limfoid +. engenai jaringan limfoid daerah laring, disebutkan memegang peranan penting di dalam klinik terutama hubungannya dengan proses keganasan. Daerah glotis terdiri dari serabut-serabut elastis sehingga tidak memiliki jaringan limfoid. Daerah Supraglotis sebaliknya memiliki jaringan limfoid yang banyak terutama pada plika fentrikularis. liran limfatiknya berawal dari insersi anterior plika ariepiglotika dan berakhir sebagai pembuluh yang lebih ke1il sebagai bundle neuro"askular laring. 3aringan limfoid ini bertanggung jawab terhadap metastase karsinoma bilateral dan kontralateral. Jaringan Infraglotis, tidak sebanyak di supraglotis, tetapi dapat terjadi in"asi karsinoma bilateral dan kontralateral melalui jaringan pre dan paratrakeal.
(7
%eluruh jaringan limfoid daerah laring bermuara ke jaringan limfoid ser"ikal superior dan inferior dalam.
II.+. Fisiologi ,ongga M&l&t $an Faring
%e1ara umum, rongga mulut dan faring mempunyai fungsi dalam $ •
Proses menelan dan pernafasan
•
Pertahanan tubuh
•
Proses fonasi !ungsi utama nasofaring adalah sebgai tbung kaku dan terbuka untuk
udara pernafasan. Pada waktu menelan, muntah, sendawa, dan ter1ekik, nasofaring akan terpisah dengan sempurna dari orofaring karena palatum molle terangkat sampai ke dinding posterior orofaring. Nasofaring juga merupakan saluran "entilasi dari telinga tengah melalui tuba eusta1hius dan sebagai saluran untuk drainase dari hidung dan tuba eusta1hius. %ebagai ruang resonansi sangat penting dalam pembentukan suara. &rofaring dan hipofaring selain berfungsi sebagai saluran pernafasan,juga berfungsi sebagai saluran drainase dari nasofaring, sebagai saluran makanandan minuman dari rongga mulut, terakhir sebagai rung resonansi dalam pembentukan suara.
F&ngsi Faring (%onsil $alam Proses Perta-anan %&'&Fisiologi %onsil
Berdasarkan penelitian, ternyata tonsil mempunyai peranan penting dalam fase-fase awal kehidupan, terhadap infeksi mukosa nasofaring dari udara pernafasan sebelum masuk ke dalam saluran nafas bagian bawah. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa parenkim tonsil mampu menghasilkan antibodi. 4onsil memegang peranan dalam menghasilkan Ig-, yang menyebabkan jaringan lokal resisten terhadap organisme patogen. %ewaktu baru lahir, tonsil se1ara histologis tidak mempunyai 1entrum germinati"um, biasanya ukurannya ke1il. %etelah antibodi dari ibu habis, barulah mulai terjadi pembesaran tonsil dan adenoid, yang pada permulaan kehidupan (=
masa anak-anak dianggap normal dan dapat dipakai sebagai indeks aktifitas sistem imun. Pada waktu pubertas atau sbelum masa pubertas, terjadi kemunduran fungsi tonsil yang disertai proses in"olusi. 4erdapat dua mekanisme pertahanan, yaitu spesifik dan non spesifik.
Mekanisme Perta-anan Non*S!esifik
ekanisme pertahanan spesifik berupa lapisan mukosa tonsil dan kemampuan limfoid untuk menghan1urkan mikroorganisme. Pada beberapa tempat lapisan mukosa ini sangat tipis, sehingga menjadi tempat yang lemah dalam pertahanan dari masuknya kuman ke dalam jaringan tonsil. 3ika kuman dapat masuk ke dalam lapisan mukosa, maka kuman ini dapat ditangkap oleh sel fagosit. %ebelumnya kuman akan mengalami opsonisasi sehingga menimbulkan kepekaan bakteri terhadap fagosit. %etelah terjadi proses opsonisasi maka sel fagosit akan bergerak mengelilingi bakteri dan memakannya dengan 1ara memasukkannya dalam suatu kantong yang disebut fagosom. Proses selanjutnya adalah digesti dan mematikan bakteri. ekanismenya belum diketahui pasti, tetapi diduga terjadi peningkatan konsumsi oksigen yang diperlukan untuk pembentukan superoksidase yang akan membentuk H&, yang bersifat bakterisidal. H& yang terbentuk akan masuk ke dalam fagosom atau berdifusi di sekitarnya, kemudian membunuh bakteri dengan proses oksidasi. Di dalam sel fagosit terdapat granula lisosom. Bila fagosit kontak dengan bakteri maka membran lisosom akan mengalami ruptur dan enEim hidrolitiknya mengalir dalam fagosom membentuk rongga digestif, yang selanjutnya akan menghan1urkan bakteri dengan proses digestif.
Mekanisme Perta-anan S!esifik
erupakan mekanisme pertahanan yang terpenting dalam pertahanan tubuh terhadap udara pernafasan sebelum masuk ke dalam saluran nafas bawah. 4onsil dapat memproduksi Ig- yang akan menyebabkan resistensi jaringan lokal terhadap organisme patogen. Disamping itu tonsil dan adenoid juga dapat
(>
menghasilkan Ig-* yang berfungsi untuk mengikat sel basofil dan sel mastosit, dimana sel-sel tersebut mengandung granula yang berisi mediator "asoaktif, yaitu histamin. Bila ada alergen maka alergen itu akan bereaksi dengan Ig-*, sehingga permukaan sel membrannya akan terangsang dan terjadilah proses degranulasi. Proses
ini
menyebabkan
keluarnya
histamin,
sehingga
timbul
reaksi
hipersensitifitas tipe I, yaitu atopi, anafilaksis, urtikaria, dan angioedema. Dengan teknik immunoperoksidase, dapat diketahui bahwa Ig-* dihasilkan dari plasma sel, terutama dari epitel yang menutupi permukaan tonsil, adenoid, dan kripta tonsil. ekanisme kerja Ig- adalah men1egah substansi masuk ke dalam proses immunologi, sehingga dalam proses netralisasi dari infeksi "irus, Ig- men1egah terjadinya penyakit autoimun. &leh karena itu Ig- merupakan barier untuk men1egah reaksi imunologi serta untuk menghambat proses bakteriolisis. Jaringan imfoid !ipofaring tersebar di seluruh permukaan mukosa hipofaring sebagai kumpulan massa yang ke1il-ke1il )folikel limfoid+, dan tidak ada jaringan limfoid spesifik pada daerah ini. Jaringan imfoid aring memegang peranan yang sangat penting dalam klinik terutama hubungannya dengan proses keganasan. •
Daerah 6lotik, terdiri dari serabut-serabut elastik, sehingga tidak memiliki jaringan limfoid
•
Daerah %upraglotik, memiliki jaringan limfoid yang banyak terutama pada plika "entrikularis. liran limfatiknya berawal dari insersi anterior plika arieloglotika dan berakhir sebagai pembuluh yang lebih ke1il sepanjang bundle neurovascular laryng. 3aringan limfoid supraglotik ini bertanggung jawab terhadap metastase karsinoma bilateral dan kontralateral.
•
3aringan limfoid Infraglotik, tidak sebanyak di supraglotik tetapi dapat terjadi in"asi karsinoma bilateral dan kontralateral melalui jaringan limfoid pre dan paratrakeal. %eluruh jaringan limfoid daerah laring seluruhnya bermuara ke jaringan
limfoid ser"ikal superior dan inferior dalam. (?
II. %ONSILI%IS
4onsilitis adalah peradangan umum dan pembengkakan dari jaringan tonsila yang biasanya disertai dengan pengumpulan leukosit, sel-sel epitel mati, dan bakteri pathogen dalam kripta.
%onsilitis Ak&t Etiologi
4onsilitis bakterial supurati"a akut paling sering disebabkan oleh Grup " Streptococcus beta hemolitikus. eskipun pneumokokus, stafilokokus dan Haemophilus influenEae juga "irus patogen dapat dilibatkan. 'adang-kadang streptokokus non hemolitikus atau streptokokus "iridans, ditemukan pada biakan, biasanya pada kasus-kasus berat.
Patofisiologi
Infeksi bakteri pada lapisan epitel jaringan
tonsil akan menimbulkan
reaksi radang berupa keluarnya lekosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Detritus ini merupakan kumpulan lekosit, bakteri yang mati, dan epitel yang terlepas. %e1ara klinis detritus ini mengisi kripta tonsil dan tampak sebagai ber1ak kuning. Perbedaan strain atau "irulensi dari penyebab tonsilitis dapat menimbulkan "ariasi dalam fase patologi sebagai berikut$ (. Peradangan biasa pada area tonsil saja . Pembentukan eksudat . %elulitis pada tonsil dan daerah sekitarnya 8. Pembentukan abses peritonsilar 9. Nekrosis jaringan Bentuk tonsillitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsillitis folikularis, bila ber1ak-ber1ak detritus ini menjadi satu, membentuk alur alur maka akan terjadi tonsillitis lakunaris. Ber1ak detritus ini dapat melebar sehingga terbentuk membrane semu )pseudomembran+ yang menutupi tonsil.
@
6ambar. 4onsilitis kut
/e0ala $an %an$a
6ejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorokan, nyeri waktu menelan dan pada kasus berat penderita menolak makan dan minum melalui mulut. Biasanya disertai demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa nyeri pada sendi-sendi, tidak nafsu makan dan nyeri pada telinga. 2asa nyeri di telinga ini karena nyeri alih melalui n 6losofaringeus. %eringkali disertai adenopati ser"ikalis disertai nyeri tekan.
Pada pemeriksaan tampak tonsil
membengkak, hiperemis dan terdapat detritus berbentuk folikel, lakuna, atau tertutup oleh membrane semu. 'elenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan.
Penatalaksanaan
Pada umumnya penderita dengan tonsillitis akut serta demam sebaiknya tirah baring, pemberian 1airan adekuat serta diet ringan. nalgetik oral efektif untuk mengurangi nyeri. sensiti"itas yang tepat.
4erapi antibiotik dikaitkan dengan biakan dan
Penisilin masih merupakan obat pilihan, ke1uali jika
terdapat resistensi atau penderita sensiti"e terhadap penisilin. Pada kasus tersebut eritromisin atau antibiotik spesifik yang efektif melawan organisme sebaiknya digunakan. Pengobatan sebaiknya diberikan selama lima sampai sepuluh hari. 3 ika hasil biakan didapatkan streptokokus beta hemolitikus terapi yang adekuat (
dipertahankan selama sepuluh hari untuk menurunkan kemungkinan komplikasi non supurati"a seperti nefritis dan jantung rematik. *fekti"itas obat kumur masih dipertanyakan, terutama apakah 1airan dapat berkontak dengan dinding faring, karena dalam beberapa hal 1airan ini tidak mengenai lebih dari tonsila palatina. kan tetapi pengalaman klinis menunjukkan bahwa dengan berkumur yang dilakukan se1ara rutin menambah rasa nyaman pada penderita dan mungkin mempengaruhi beberapa tingkat perjalanan penyakit.
%onsilitis ronis
4onsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering terjadi dari semua penyakit tenggorokan yang berulang.
!aktor predisposisi timbulnya tonsilitis
kronik adalah rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh 1ua1a, kelelahan fisk dan pengobatan tonslitis akut yang tidak adekuat. 2adang pada tonsil dapat disebabkan kuman Grup " Streptococcus beta hemolitikus# $neumococcus# Streptococcus viridans dan Streptococcus piogenes. 6ambaran klinis ber"ariasi dan diagnosa sebagian besar tergantung pada infeksi.
/am'aran linis
6ejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorok, rasa mengganjal pada tenggorokan, tenggorokan terasa kering, nyeri pada waktu menelan, bau mulut , demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di sendi-sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga ) otalgia+. 2asa nyeri di telinga ini dikarenakan nyeri alih )referred pain+ melalui n. 6lossopharingeus )n.I<+. 6ambaran klinis pada tonsilitis kronis ber"ariasi, dan diagnosis pada umunya bergantung pada inspeksi. Pada umumnya terdapat dua gambaran yang termasuk dalam kategori tonsilitis kronis, yaitu$ (. 4onsilitis kronis hipertrofikans,
yaitu ditandai pembesaran tonsil dengan hipertrofi dan pembentukan jaringan parut. 'ripta mengalami stenosis, dapat disertai dengan eksudat, seringnya purulen keluar dari kripta tersebut. . 4onsilitis kronis atrofikans, Faitu ditandai dengan tonsil yang ke1il )atrofi+, di sekelilingnya hiperemis dan pada kriptanya dapat keluar sejumlah ke1il sekret purulen yang tipis. Dari hasil biakan tonsil, pada tonsilitis kronis didapatkan bakteri dengan "irulensi rendah dan jarang ditemukan Streptococcus beta hemolitikus.
6ambar. 4onsilitis 'ronis Hipertrofikans
Penatalaksanaan
ntibotika spektrum luas, antipiretik dan obat kumur yang mengandung desinfektan. Pada keadaan dimana tonsilitis sangat sering timbul dan pasien merasa sangat terganggu, maka terapi pilihan adalah pengangkatan tonsil )tonsilektomi+.
om!likasi
2adang kronis tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya berupa 2hinitis kronis, %inusitis atau &titis media se1ara perkontinuitatum. 'omplikasi jauh terjadi se1ara hematogen atau limfogen dan dapat timbul
endokarditis, arthritis, miositis, nefritis, u"eitis, irdosiklitis, dermatitis, pruritus, urtikaria dan furunkulosis.
II. 2 PEN3AI% INFESI LAIN 3AN/ MEN/ENAI %ONSIL %onsilofaringitis Difterika
!rekuensi penyakit ini sudah menurun berkat keberhasilan imunisasi pada bayi dan anak. Penyebab tonsillitis difteri adalah %orynebacterium diphteriae, kuman yang termasuk gram positif dan hidup di saluran nafas bagian atas yaitu hidung faring dan laring. 4onsillitis difteri sering ditemukan pada anak berusia kurang dari (@ tahun dan frekuensi tertinggi pada usia -9 tahun walaupun pada orang dewasa masih mungkin menderita penyakit ini. 6ambaran klinik dibagi dalam golongan yaitu gejala umum, gejala lokal, dan gejala akibat eksotoksin. 6ejala umum seperti juga gejala infeksi lainnya$ kenaikan suhu tubuh biasanya subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat, serta keluhan nyeri menelan. 6ejala lokal yang tampak berupa tonsil membengkak ditutupi ber1ak putih kotor yang makin lama makin meluas dan bersatu membentuk membran semu ) pseudomembran+. embran ini dapat meluas ke palatum mole, u"ula, nasofaring,laring, trakea, dan bronkus yang dat menyumbat saluran nafas. embran semu ini melekat erat pada dasarnya, sehingga bila diangkat akan mudah berdarah. Pada perkembangan penyakit ini bila infeksinya berjalan terus, kelenjar limfe leher akan membengkak sedemikian besarnya sehingga leher menyerupai leher sapi )bull ne1k+ atau disebut juga Burgemeesters hals.
6ejala akibat eksotoksin yang dikeluarkan oleh kuman difteri ini akan
menimbulkan
kerusakan jaringan tubuh yaitu pada jantung dapat terjadi
miokarditis samapi de1ompensasio 1ordis, mengenai saraf kranial menyebabkan kelumpuhan otot palatum dan otot-otot pernafasan dan pada ginjal menimbulkan albuminoria. Diagnosa tonsillitis difteri ditegakakan berdasarkan gambaran klinik dan pemeriksaan preparat langsung kuman yang diambil dari permukaan
8
bawah
membrane semu dan didapatkan kuman %orynebacterium diphteriae. eskipun dengan perawatan semua gejala klinis telah hilang, tetapi kuman difteri masih dapat tinggal dalam tonsil )dan faring+ bahkan kadang-kadang didapat karier difteri yang tidak pernah mengalami gejala penyakitnya.
Pada karier yang
ditemukan sebaiknya diterapi se1epatnya, disusul tindakan tonsilektomi maupun adenoidektomi.
S4arlet Fe)er
dalah infeksi yang disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus yang gejalanya mirip tonsilitis folikularis akut. Penyakit ini disertai demam, nyeri tengorok dan ruam yang menyeluruh pada kulit di seluruh tubuh.
Pada
tonsil
yang terkena nampak edematus, hiperemis dan terdapat eksudat mukopurulen yang nampak sebagai membran tipis.
Pda mukosa mulut dan faring nampak
eritema yang hebat dan pada lidah nampak gambaran khas stra&berry tongue.
in4ent5s Angina
Disebabkan oleh basilus fusiforme, penyakit ini sering terjadi pada orangorang dengan higine mulut yang buruk.
Pada tonsil terbentuk ber1ak-ber1ak
pseudomembran nekrotik yang berwarna putih keabuan dikelilingi areola yang hiperemis dapat menutup salah satu tonsil ataupun keduanya. menyebar ke palatum molle, faring dan rongga mulut.
/esi dapat
/esi yang terjadi
disebabkan oleh bakteri yang terdapat pada membran mukosa yang menyebabkan nekrosis membran mukosa tersebut. Dapat juga terbentuk pseudomembran pada laring dan trakehea yang bila dilepas akan bedarah.
Infeksi dapat disertai
pembesaran kelenjar getah bening submaksilar atau ser"ikalis.
A'ses Peritonsilar (6&ins7
dalah pus yang tertampung antara kapsul tonsil. Dapat timbul sebagai komplikasi dari tonsilitis akut atau dapat timbul tanpa didahului oleh tonsilitis akut.
Pasien mengeluhkan adanya nyeri faring unilateral, odinofagi, disfagi,
trismus, malaise, dan demam. Dari pemeriksaan fisik didapat adanya dehidrasi,
9
trismus, de"iasi u"ula, pembengkakan tonsil dan palatum. %e1ara bakteriologis, abses peritonsilar ditandai dengan infeksi bakteri 1ampuran yang melibatkan bakteri aerob seperti Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus aureus maupun bakteri anaerob seperti 'acteroidaceae.
Bila tidak lekas ditangani abses
peritonsilar dapat menyebar menjadi abses parafaringeal yang nantinya dapat menyebar lebih jauh ke mediastinum dan menyebabkan mediastinitis.
A'ses %onsil (P-legmono&s tonsilitis
4erjadi pengumpulan pus di dalam jaringan tonsil. Dapat terjadi setelah tonsilitis akut folikularis dengan adanya obstruksi kripta atau ruptur spontan dari abses peritonsiler.
6ejala yang timbul tidak begitu berat dan setelah gejala
peradangan teratasi sebaiknya dilakukan tonsilektomi.
%onsilitis Ak&t Sifilis Parenkimatos&s
dalah suatu infeksi akut pada tonsil yang terjadi karena lesi sekunder dari penyakit sifilis, disebabkan Treponema pallidum. Biasanya terjadi 8 G 7 minggu setelah terjadinya lesi primer.
Monon&kleosis infekiosa
dalah infeksi yang disebabkan oleh "irus mononukleosis infeksiosa yang penyebarannya terjadi melalui droplet.
Dengan ditemukannya antibodi #*B
melalui tes diagnostik $aul 'unnel merupakan bukti bahwa terdapat hubungan antara "irus *pstein-Barr dengan mononukleosis infeksiosa. Pada pemeriksaan klinik didapat tonsilofaringitis membranosa dengan limfadenopati ser"ikalis, ber1ak-ber1ak
urtikaria
pada
rongga
mulut,
kadang-kadang
ditemukan
hepatomegali atau splenomegali dan setelah minggu pertama hitung jenis leukosit men1apai (@.@@@ G (9.@@@5mm dengan 9@
diantaranya adalah limfosit.
4onsilektomi dilakukan pada kasus berat dengan gejala lokal seperti obstruksi jalan nafas, disfagia dan demam yang menetap.
7
%onsilitis %&'erk&losa
4erjadi sekunder setelah penyakit tuberkulosa aktif dalam paru-paru, menyebar ke tonsil melalui$ - kontak langsung dengan sputup - inhalasi - hematogenik Pada mukosa faring dan tonsil akan terdapat ulserasi irregular yang dangkal dan mengandung jaringan granulasi yang pu1at serta mengandung B4 tuberkel. 3uga akan nampak pembesaran kelenjar getah bening.
Aktinomikosis %onsil
Disebabkan oleh jamur aktinomikosis.
4onsil yang terkena nampak
membesar pada kriptanya terdapat granula-granula sulfur disertai pembesaran kelenjar getah bening leher, yang selanjutnya dapat menembus keluar sehingga terjadi fistel disertai pengeluaran pus yang mengandung granula sulfur.
II.8 %ONSILE%OMI Definisi
4onsilektomi adalah tindakan mengangkat tonsil palatina seutuhnya bersama jaringan patologis lainnya, sehingga fossa tonsilaris bersih tanpa meninggalkan trauma yang berarti pada jaringan sekitarnya seperti u"ula dan pilar.
6ambar. 'lasifikasi ukuran tonsil
=
In$ikasi %onsilektomi
. Indikasi absolut$ (. 4imbulnya kor pulmonale karena obstruksi jalan nafas yang kronis . Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma apneu waktu tidur . Hipertofi berlebihan yang menyebabkan disfagia dengan penurunan berat badan penyerta 8. Biopsi eksisi yang di1urigai keganasan )limfoma+ 9. bses perotinsiler yang berulang atau abses yang meluas pada ruang jaringan sekitarnya 7. 4onsilitis kronis walaupun tanpa eksaserbasi akut tapi merupakan fokal infeksi =. 'arier difteri >. 4onsilitis yang menyebabkan kejang demam.
6ambar. &bstruktif 4onsillar Hiperplasia
B. Indikasi relatif$ (. %erangan tonsilitis akut berulang )yang terjadi walau telah diberi penatalaksanaan medis yang adekuat+. . 4onsilitis yang berhubungan dengan biakan streptokokus yang menetap dan patogenik )karier+. . Hiperplasia tonsil dengan obstruksi fungsional.
>
8. Hiperplasia dan obstruksi yang menetap enam bulan setelah infeksi mononukleosis. 9. 2iwayat demam rematik dengan kerusakan jantung yang berhubungan dengan tonsilitis rekurens kronis dan pengendalian antibiotika yang buruk. 7. 2adang tonsil kronis menetap yang tidak memberikan respon terhadap penatalaksanaan medis. =. Hipertrofi tonsil dan adenoid yang berhubungan dengan abnormalitas orofasial dan gigi geligi yang menyempitkan jalan nafas bagian atas. >. 4onsilitis berulang atau kronis yang berhubungan dengan adenopati ser"ikal persisten.
ontrain$ikasi
. 'ontraindikasi absolut$ a. Penyakit darah$ leukemia, anemia aplastik, hemofilia dan purpura b. Penyakit sistemik yang tidak terkontrol$ diabetes melitus, penyakit jantung dan sebagainya. B. 'ontraindikasi relatif$ a. Palatos1hiEis b. nemia )Hb (@ gr atau H04 @+ 1. Infeksi akut saluran nafas atau tonsil )tidak termasuk abses peritonsiler+ d. Poliomielitis epidemik e. Jsia di bawah tahun )sebaiknya ditunggu sampai 9 tahun+
#enis*0enis %onsilektomi
3enis-jenis tonsilektomi diantaranya$ (. 4onsilektomi metode Dissection ( Snare . 4onsilektomi metode Sluder ) 'allenger . 4onsilektomi metode 'riogenik 8. 4onsilektomi metode elektrokoagulasi 9. 4onsilektomi menggunakan sinar laser
?
6ambar. 4onsilektomi om!likasi
(. Perdarahan 'omplikasi perdarahan dapat tejadi selama operasi belangsung atau segera setelah penderita meninggalkan kamar operasi )8 jam pertama post operasi+ bahkan meskipun jarang pada hari ke 9 -= pas1a operasi dapat terjadi perdarahan disebabkan oleh terlepasnya membran jaringan granulasi yang terbentuk pada permukaan luka operasi, karena infeksi di fossa tonsilaris atau trauma makanan keras.
Jntuk mengatasi perdarahan, dapat dilakukan ligasi ulang, kompresi
dengan gas ke dalam fossa, kauterisasi atau penjahitan ke pilar dengan anastesi lokal atau umum.
. Infeksi /uka operasi pada fossa tonsilaris merupakan port d;entre bagi mikroorganisme, sehingga merupakan sumber infeksi dan dapat terjadi faringitis, ser"ikal adenitis dan trombosis "ena jugularis interna, otitis media atau se1ara sistematik dapat terjadi endokarditis, nefritis dan poliarthritis, bahkan pernah dilaporkan adanya komplikasi meningitis dan abses otak serta terjadi trombosis sinus 1a"ernosus. 'omplikasi pada paru-paru serperti pneumonia, bronkhitis dan abse paru biasanya terjadi karena aspirasi waktu operasi. bses parafaring dapat timbul sebagai akibat suntikan pada waktu anastesi lokal. Pengobatan komplikasi
@
infeksi adalah pemberian antibiotik yang sesuai dan pada abses parafaring dilakukan insisi drainase.
. Nyeri pas1a bedah Dapat terjadi nyeri tenggorok yang dapat menyebar ke telinga akibat iritasi ujung saraf sensoris dan dapat pula menyebabkan spasme faring. %ementara dapat diberikan analgetik dan selanjutnya penderita segera dibiasakan mengunyah untuk mengurangi spasme faring.
8. 4rauma jaringan sekitar tonsil anipulasi terlalu banyak saat operasi dapat menimbulkan kerusakan yang mengenai pilar tonsil, palatum molle, u"ula, lidah, saraf dan pembuluh darah. Jdem palatum molle dan u"ula adalah komplikasi yang paling sering terjadi.
9. Perubahan suara &tot palatofaringeus berinsersi pada dinding atas esofagus, tetapi bagian medial serabut otot ini berhubungan dengan ujung epligotis. 'erusakan otot ini dengan sendirinya menimbulkan gangguan fungsi laring yaitu perubahan suara yang bersifat temporer dan dapat kembali lagi dalam tempo G 8 minggu.
7. 'omplikasi lain Biasanya sebagai akibat trauma saat operasi yaitu patah atau 1opotnya gigi, luka bakar di mukosa mulut karena kateter, dan laserasi pada lidah karena mouth gag.
(
BAB III ESIMPULAN
4onsilitis adalah peradangan umum dan pembengkakan dari jaringan tonsila yang biasanya disertai dengan pengumpulan leukosit, sel-sel epitel mati, dan bakteri pathogen dalam kripta. 4onsilitis dikenal dengan dua jenis berdasarkan kurun waktu penyakit yaitu akut dan kronis. Penyakit yang dapat mengenai tonsil lainnya adalah tonsilofaringitis difterika, s1arlet fe"er, #in1ent;s ngina,
bses Peritonsilar )Kuinsy+, bses
4onsil )Phlegmonous tonsilitis+, ononukleosis infekiosa, 4onsilitis 4uberkulosa, dan ktinomikosis 4onsil. 4onsilektomi adalah tindakan mengangkat tonsil palatina seutuhnya bersama jaringan patologis lainnya, sehingga fossa tonsilaris bersih tanpa meninggalkan trauma yang berarti pada jaringan sekitarnya seperti u"ula dan pilar.