KEGIATAN BELAJAR 3 PENETAPAN KADAR PARASETAMOL PARASETAMOL DALAM DAR DAR
1.
2.
LEARNING OUTCOMES
a.
Mampu menjelaskan prinsip penetapan kadar parasetamol dalam darah.
b.
Mampu menyebutkan pereaksi dan alat spesifik yang dipakai.
c.
Mampu menjelaskan cara kerja penetapan kadar.
d.
Mampu melakukan preparasi sampel dengan cara ekstraksi paraseta mol.
e.
Mampu melakukan derivatisasi parasetamol dengan pereaksi.
f.
Mampu melakukan pengukuran menggunakan spektrofotometer.
g.
Mampu melakukan pengolahan data hasil pengukuran.
h.
Mampu melakukan interpretasi dari hasil yang didapat.
i.
Mampu melaporkan hasil yang didapat.
CARA PENILAIAN PRAKTIKUM
a.
Aktivitas mahasiswa selama responsi awal
b.
Aktivitas mahasiswa selama melakukan kegiatan (praktikum).
c.
Presentasi setelah selesai praktikum.
d. Kemampuan menjawab praktikan terhadap pertanyaan praktikan lain atau instruktur.
3.
e.
Kemampuan mendapatkan hasil sesuai persyaratan
f.
Kemampuan melakukan interpretasi hasil
g.
Kemapuan melakukan pelaporan hasil
KONDISI KETIKA PRAKTIKAN DINILAI
Didalam ruang praktikum (aktivitas) dan setelah selesai praktikum (nilai laporan)
4.
AKTIVITAS PRAKTIKUM Satu minggu sebelum pelaksanaan praktikum:
a. Masing masing mahasiswa mendapat learning material tentang PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DALAM DARAH.
b.
Mahasiswa dibagi dalam kelompok @ 4-5 mahasiswa
c. Masing masing kelompok mendiskusikan isi learning material dan bila perlu menambahkan dari sumber belajar yang lain.
Pada saat praktikum
a. Sepuluh menit pertama mahasiswa mempresentasikan prinsip dan cara kerja serta cara mengolah data (perkelompok) b. Dilanjutkan praktikum selama 100 menit c. Pada akhir praktikum mahasiswa menyampaikan hasil yang didapat dan kesimpulan sementara. Setelah selesai praktikum
b.
Laporan dibuat (dilengkapi) dan dikumpulkan 1 minggu setelah selesai praktikum untuk dinilai
c.
Jika ada kekurangan dalam penulisan laporan, instruktur mendiskusikan kembali bersama seluruh anggota kelompok.
5. LANDASAN TEORI
Parasetamol (Acetaminophen; N-acetyl- p-aminophenol; C8H9 NO2; BM=151) adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot, dan nyeri lainnya serta diindikasikan juga untuk demam. Obat ini menjadi pilihan analgesik yang relatif aman bila dikonsumsi dengan benar sesuai petunjuk penggunaan.
Parasetamol boleh dikonsumsi tidak lebih dari 5 hari untuk anak anak, dan 10 hari untuk dewasa dengan dosis seperti dibawah ini: Umur
Dosis Parasetamol
3 bulan – 1 tahun
60 – 120 mg
1 – 5 tahun
120 – 250 mg
6 – 12 tahun
250 – 500 mg
Dewasa
500 mg – 1 g
Dosis ini boleh diulang tiap 4 – 6 jam bila diperlukan (maksimum sebanyak 4 dosis dalam 24 jam)
Parasetamol yang diberikan secara oral diserap sec ara cepat dan mencapai kadar serum puncak dalam waktu 30 – 120 menit. Adanya makanan dalam lambung akan se dikit memperlambat penyerapan sediaan parasetamol lepas lambat. Parasetamol terdistribusi dengan cepat pada hampir seluruh jaringan tubuh. Lebih kurang 25% parasetamol dalam darah terikat pada protein plasma. Waktu paruh parasetamol adalah antara 1,25 – 3 jam. Penderita kerusakan hati dan konsumsi parasetamol dengan dosis toksik dapat memperpanjang waktu paruh zat ini. Parasetamol diekskresikan melalui urine sebagai metabolitnya, yaitu asetaminofen glukoronid, asetaminofen sulfat, merkaptat dan bentuk yang tidak berubah. Banyak kesalahan dalam mengkonsumsi obat ini, karena obat digunakan secara terus menerus untuk menghilangkan gejala rasa sakit yang timbul. Karena parasetamol merupakan obat bebas yang digunakan secara luas oleh masyarakat, maka kemungkinan terjadinya kesalahan dalam penggunaan yang dapat menyebabkan keracunan paraset amol cukup besar. Penggunaan parasetamol tidak benar, maka berisiko menyebabkan efek yang tidak diinginkan. Parasetamol dalam jumlah 10 – 15g (20 sampai 30 tablet) dapat menyebabkan kerusakan serius pada hati dan ginjal. Kerusakan fungsi hati juga bisa terjadi pada peminum alkohol kronik yang mengkonsumsi parasetamol dengan dosis 2g/hari atau bahkan kurang dari itu. Keracunan parasetamol disebabkan karena akumulasi dari salah satu met abolitnya yaitu N-acetyl-p-benzoquinoneimine (NAPQI), yang dapat terjadi karena overdosis, pada pasien malnutrisi, atau pada peminum alkohol kronik. Nomogram Interpretasi Hasil
6.
CARA KERJA
ALAT DAN BAHAN 1.
Tabung reaksi
2.
Spektrofotometer UV-Vis
3.
Larutan asam trikloroasetan 10%
4.
Larutan NaNO2 10%
5.
Larutan amonium sulfamat
6.
Larutan NaOH 6 N
7.
Standard parasetamol 50, 100, 200, dan 400 mg/L dala m plasma blanko
CARA KERJA 1.
Dalam tabung reaksi, tambahkan 2 mL asam triklotoasetat pada 1 mL plas ma atau serum, campur dan sentrifus selama 5 menit,
2.
Lakukan hal yang sama pada plasma yang telah ditambahkan standar.
3.
Dalam labub takar 10 mL, tambahkan 1 mL HCl 6N pada 2 mL NaNO2 10% . Hati hati dapat terjadi uap coklat nitrous yang toksik
4.
Tambahkan 2,0 mL supernatan pada langkah (1) p ada campuran yang didapat dari langkah (3), diamkan selama 2-3 menit pada suhu kamar
5.
Tambahkan 2 mL larutan amonium sulfamat tetes demi tetes untuk menghilangkan kelebihan asam nitrit
6.
Tambahkan 2 mL larutan NaOH, aduk dengan pengocok ”Vortex”
7.
Tuangkan secara kuantitatif pada labu takar 10 mL tambah aquades sampai tanda batas
8.
Ukur absorbansinya pada panjang gelombang 450 nm,
7..
PERTANYAAN
1.
Jelaskan mengapa pada saat mereaksikan natrium nitrit dengan asam klorida pekat harus dilakukan di lemari asam.
2.
Tuliskan yang dimaksud dengan reaksi diazonium.
3.
Jelaskan mengapa pada kasus keracunan parasetamol perlu diketahui waktu setelah tertelan/keracunan dengan pengambilan sampel darah.
4.
Senyawa apa saja yang mempengaruhi kadar parasetamol dalam darah =====================================================