Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
Penanganan Keracunan Pada Mata
Dicuci sebersih mungkin dengan banyak air
Usahakan kelopak mata terbalik, bilas dengan larutan.
Natrium Hidrogen Karbonat 2% terkena asam
Asam Asetat 1% / Asam Borat 2% terkena basa
Dibilas terus menerus 5-10 menit
Untuk pengeluaran benda padat dibutuhkan anastesi lokal
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
Penanganan Keracunan Secara Umum
Menjaga fungsi vital tubuh
Menghindari absorbsi racun lebih lanjut (Jika penyebab keracunan diketahui langsung beri antidot)
Mempercepat eliminasi racun
Menormalkan kembali fungsi tubuh
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
Penanganan Keracunan
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
Antidotum
Zat Toksik
Amonium karbonat
Formaldehida
Parrafin Liquidum
Pelarut Organik
Susu
Asam dan Basa
Na. Tiosulfat
Iodium
Kalium Permanganat
Nikotin
Etanol
Metanol
Piridoksin
Isoniazid
Penisilamin
Tembaga
Kalsium Glukonat
Asam Oksalat
Deferoksamin
Besi
Dimerkaprol
Arsen
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
BARBITURAT
Depresan SSP Sedasi ringan - Anastesi total
Indikasi lain Kejang, eklamsia, epilepsi, anti konvulsan
Efek yang luas
Short Acting
Long Acting
Intoksisitas :
Tidak sadar, napas lambat <-> Hambatan pernapasan sentral.
TD <-> Efek depresif pada peredaran darah
Fgs ginjal – gagal ginjal
Norit antidotum
Bilas lambung
Intubasi dan O2 u/ pasien hipoksemis
Infus dgn plasmaexpander -> Mempertahakan sirkulasi dan fungsi ginjal
Diuresis dgn Furosemid i.v dan infus yg mgndung NaHCO3
Penanganan
DL : 3g
Bilas lambung 30g MgSO4 dalam usus. Bila perlu 2ml niketamid
DL : 5g
Bilas lambung 30g MgSO4 dalam usus. Kopi tubruk. Diuresis paksa
Fenobarbital
Sekobarbital
Pentobarbital
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
Konsentrasi mg/ml darah
Gejala
0,1 – 0,5
Banyak bicara, peningkatan refleks
0,5 – 1,0
Berkurangnya ketajaman penglihatan dan adaptasi gelap, perpanjangan waktu reaksi, terbatasnya ketrampilan mengemudi pd sekitar 0,8 mg/ml
1,0 – 1,5
Euforial,tidak ada rasa segan, besarnya bahasa kecelakaan lalu lintas
1,5 – 2,0
Waktu reaksi amat diperpanjang, gangguan bicara, kesetimbangan dan koordinasi
2,0 – 2,5
Ketagihan hebat, gangguan keseimbangan dan koordinasi lebih menonjol
2,5 – 3,5
Gejala kelumpuhan, gangguan kesetimbangan dan gangguan koordinasi kasar, kesadaran berkurang, tidak ada kemampuan mengingat
3,5 – 4,0
Koma yang dalam dan dapat mematikan
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
ETANOL
10g/100ml = Produksi HCL
>20g/100ml = sebaliknya
>40% = gastritis
ETANOL
Oksidasi
Alkoholdehidrogenase
Monoksigenase
(dapat diinduksi)
Asetaldehide
As.Asetat
Aldehidoksidase
Pernapasan buatan
Pengontrolan cadangan alkali, keseimbangan cairan, dan regulasi panas
Dianjurkan pemberian infus levulosa (Sedative dan klometiazol tidak boleh diberikan)
Disulfiram
KI : Pasien DM serta insufisiensi jantung dan sistem sirkulasi.
Pemberian harus sepengetahuan pasien
Bumil : Memperlambat pertumbuhan janin, efek teratogen, gangguan perkembangan intelegensia.
v
v
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
METANOL
DL : 30-50ml(100ml)
Asam format sulit dieksresi Asidosis parah
ALKOHOL
v
Metanol
Oksidasi
Alkoholdehidrogenase
As.Format
Dihambat secara kompetitif oleh etanol 30-40ml/ dlm darah :1mg/ml selama 5 hari
Menurunkan konsentrasi metanol dalam darah
Dialisis peritonial dan ekstrakorporal
v
2. Menghilangkan asidosis
Infus lar. NaHCO3 / Na2HPO4
v
3. Menghambat oksidasi metanol
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
Penanganan Keracunan Saluran Napas
Menjaga pernapasan dan sirkulasi. Serta menormalkan keseimbangan elektrolit, air, asam-basa (jika perlu)
Menjaga fungsi vital tubuh
Bantuan Pernapasan (normal)
Pernapasan buatan
Pemberian oksigen : Tidak boleh lebih dari 6-8 jam
Keracunan Zat Berbahaya
1. (As.sianida, pelarut, ester asam folat) -> Menggunakan kantong napas.
2. Gas merangsang(Klor,fosgen,dll) Udem paru-paru toksik
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
Lanjutan…
Udem Paru-Paru
Gambaran sempurna tanpa keluhan :
Sianosis
Keluarnya busa coklat dari mulut dan hidung serta takhikardia.
p.s : Kematian dapat terjadi akibat tak bisa bernapas /berhentinya jantung
Letakkan tubuh bagian atas pada posisi yang lebih tinggi
Pemberian oksigen
Penyedotan sekret
Pemberian furosemid 60-200mg i.v
Digitalisasi (digoksin 0,25mg i.v)
Profilaksis infeksi dengan pemberian penisilin spektrum luas
Penanganan ringan
Pemberian glukokortikoid sebagai inhalasi. (Auxiloson—5 semprotan/10menit)
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
DAFTAR PUSTAKA
C.Lu, Frank. 2010. Toksikologi Dasar. Edisi II. Universitas Indonesia Press
Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat, Farmakologi dan Toksikologi. Edisi V. Institut Teknologi Bandung Press.
Alfian Yonreng, Andi. 2009. Dasar-Dasar Farmakologi. Edisi I. Penerbit Tunas Harapan Madani.
Gery Schmitz, dkk. Farmakologi dan Toksikologi. Edisi III. EGC. Gramedia.
Syarif Amir. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia
Amriani, Annisa S, M. Farm, Apt. Toksikologi Klinik (PPT). Slide Share. Diakses 26 Maret 20.58 WIB
Hanandita M.Farm. Klin. Apt. Toksikologi Klinik(PPT). Slide Share(26 Maret 21.12 WIB). Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Nurrochmad, Arief M.Si., M.Sc., Ph.D., Apt. 2013. Toksikologi(PPT). Slide Share (24 Maret 12.50 WIB). Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
LANJUTAN…
Zat Toksik : Air Kapur
Pengeruhan kornea atau penimbunan kalsium pada permukaan mata
Diberikan Natriumedetat (Dinatrium0EDTA 0,35% - 1,85%) Ebdapan akan terlarut
p.s : dapat pula digunakan Amonium Tartrat netral 10%
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
Penanganan Racun Oral
Segera hilangkan racun dari tubuh (bilas lambung atau muntah) sebelum absorbsi terjadi
2. Membuat racun menjadi kurang atau tidak toksik
3. Menghindari absorbsi racun dgn pemberian adsorbensia atau laksansia atau diuretik
Asidosis Metabolic : Infus lar. Natriumhidrogenkarbonat 8,5% atau lar. Trometamol 0,3 molar
Alkalosis Metabolic : Infus L-argininhidroklorida 1 molar atau L-lisinhidroklorida 1 molar
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
Penanganan Keracunan
Menghambat arbsorbsi zat
Mengurangi Penyerapan pada usus
Mengeluarkan racun dari lambung
Pemberian katartik/pencahar
Mempercepat eliminasi zat
Meningkatkan eksresi urine melalui pengasaman/pembasaan.
Hemodialisis.
Pemberian Antidotum
1
2
3
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
Penanganan Keracunan
Menghambat arbsorbsi zat
1
Pemberian arang aktif/norit
Arsorbsi racun dalam usus
Efektif diberikan ±2 jam setelah racun tertelan
Ds dws : 50g, Ds min : 30g dpt diulang 4-6 jam.
Dpt digunakan u/ salisilat, acetaminofen, karbamazepin, dapson, teofilin, obat anti depresan.
-> kombinasi dgn bilas lambung
-> Kombinasi dgn susu / sirup ipekak
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
Penanganan Keracunan
Menghambat arbsorbsi zat
1
Pengeluaran racun dari lambung
Bilas lambung : X>1-2 jam racun tertelan
Bahaya : Terjadi aspirasi isi lambung
Tdk bisa diberikan pada pasien mengantuk / koma
Sirup Ipekak : memuntahkan isi peruk (dws dan anak)
Aktivitas kurang
Indikasi : Racun yang tertelan tidak bersifat korosis dan kondisi pasien sadar sepenuhnya.
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
Penanganan Keracunan
Menghambat arbsorbsi zat
1
Pemberian katartik atau pencahar
Mempercepat pengeluaran racun, terutama racun yang sudah di usus.
Diberikan setelah arang aktif. Efek 0,5-2 jam setelah pemberian (ds oral : 15g dgn segelas air)
Sorbitol Pd pasien tanpa gangguan jantung
Mg Sulfat Pd pasien tanpa gangguan ginjal
KI : Mual, muntah, pxobstruksi usus, gang. Ginjal.
Pemberian jangka pjng pantau dehidrasi & elektrolit
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
Penanganan Keracunan
Mempercepat eliminasi zat
2
Pengasaman dan Pembasaan Urine
Pengasaman Amonium Klorida/vit C Obat basa lemah : amfetamin
Pembasaan Na.Bikarbonat obat as.lemah : aspirin, fenobarbital
Menaikkan derajat ionisasi Berkurangnya rearbsorbsi
Hemodialisis
Mempercepat eliminasi dan menyeimbangkan elektrolit
Ind : zat sdh diarbsorbsi dan sdh di cairan sistemik.
Ind : Salisilat, metanol, etilen glikol
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
Zat-Zat Toksik
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
Efek yang diinginkan dari suatu obat.
Ex : Paracetamol 500mg 3xsehari panas dan meredakan nyeri
EFEK TERAPI
Efek yang dapat menimbulkan toksik jika diberikan melampaui dosis.
Ex : Gentamisin ginjal
PCT, INH Hati
EFEK TOKSIK
Efek yang tidak diinginkan pada dosis terapi (tidak terjadi pada tiap orang).
Ex : Amplodipin Jantung berdebar dan nyeri perut
EFEK SAMPING
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
TOKSIKOLOGI KLINIK
Bidang ilmu toksikologi yang mempelajari suatu penyakit yang disebabkan suatu agen toksik
TOKSIKOLOGI
Toksikologi Umum, Pembagian Toksikologi, Toksikologi Klinis, Zat-zat Toksik, Penanganan Keracunan (Saluran Napas, Kulit, Mata, Oral, dan Anti Dotum)
Fitria Febri Evadeni
Mahasiswi Jurusan Farmasi '13
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
[email protected]
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
TOKSIKOLOGI
Ilmu yang mempelajari efek toksis berbagai bahan terhadap makhluk hidup dan sistem biologi lainnya.
EFEK TOKSIK
Efek farmakodinamik suatu zat yang berlebihan
Toxic berasal dari bahasa Yunani Tox yang berarti panah
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
Penanganan Keracunan pada Kulit
Baju yang terkena kontak dibuka
2. Kulit yang terkena kontak dicuci dengan air hangat
3. Jika kulit terluka parah, cuci dengan air(tidak terlalu hangat) dan sabun
4. Bisa dengan pembilasan dengan Polietilenglikol 400 (Lutrol®)
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
T. Obat
Toksisitas obat, Efek samping dari kombinasi obat, keracunan akut dan kronis pada penggunaan berlebih
T. Bahan Makanan
Bahan makanan yang berpotensi menganung toksikan (Zat warna, pengawet, dll)
T. Pestisida
Mempelajari efek beberapa zat pestisida yang berpotensi berbahaya jika digunakan berlebihan
T. Industri
Mempelajari jenis keracunan di Industri. Biasanya berupa penyelidikan penyakit pada kulit dan pernapasan. Ex : Silikosis, antrakosis,dll
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
T. Bahan Makanan
T. Obat
T. Pestisida
T. Industri
T. Lingkungan
T. Kecelakaan
T. Perang
T. Penyinaran
Pembagian Toksikologi berdasarkan jenis zat dan keadaan saat terjadi toksik
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
--TOKSIKOLOGI--
T. Lingkungan
Mempelajari zat-zat yang berpotensi merusak lingkungan (air, udara, tanah).
T. Kecelakaan
Mempelajari zat-zat rumah tangga (yang mudah dijangkau) yang dapat menjadi racun. Biasanya meliputi kasus bunuh diri, maupun kecerobohan.
T. Perang
Mempelajari toksikologi perang seperti Bom nuklir, senjata biologi maupun kimia (NUBIKA/ABC), gas air mata, racun massal,dkk
T. Penyinaran
Mempelajari bahaya penyinaran seperti radiasi nuklir, radioaktif, dll.
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
4/4/2015
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master subtitle style
4/4/2015
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
4/4/2015
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
4/4/2015
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
Click to edit Master text styles
4/4/2015
#
4/4/2015
#
Click to edit Master title style
4/4/2015
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
Click to edit Master text styles
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
4/4/2015
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
4/4/2015
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
4/4/2015
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
4/4/2015
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
4/4/2015
#
12
4/4/2015
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
#