TITIK KRITIS DALAM PEMBUATAN SEDIAAN KRIM
A.
Pemilihan zat aktif untuk untuk sediaan krim harus dalam bentuk aktifnya . Apabila Apabila zat aktif yang diberikan diberikan pada soal masih dalam bentuk prodrug maka maka perlu memilih bentuk aktif yang paling stabil. Misalnya: Misalnya: pada soal yang diberikan adalah krim Prednison, Prednison, namun Prednison masi masih h prodrug , jadi jadi diambi diambill bentuk bentuk Predni Prednisol solon on yang yang sudah sudah dalam dalam bentuk bentuk aktifnya. B. Pemilihan basis krim harus disesuaikan dengan sifat atau kestabilan yang digunakan. zat aktif yang 1. Bila Bila zat aktif larut lemak , maka sebaikny sebaiknyaa tipe emulsi AM dan dan demi demik kian ian pula ula seb sebaik aiknya. nya. Nam Namun akan akan lebi lebih h baik aik jika jika meng menggu guna naka kan n tipe karena ti!a tipe emuls mulsii MA ka ti!ak k "klu "klusi siff !an !an mu!a mu!a# # !ibersi#ka !ibersi#kan n !en$an !en$an air. at aktif aktif yang yang sukar larut% s$t sukar larut% praktis t!k larut !alam air perl perlu u !itamba#kan #umektan agar dapat membuat tipe emulsi MA !. "ik "ika stabi tidak baik baik maka maka stabilit litas as zat aktif aktif ter ter#a! #a!ap ap p& tidak perlu penggunaan dapar, jika stabilitas zat aktif terhadap p# baik maka tidak perlu penggunaan dapar. dapar. K"mpatibili K"mpatibilitas tas !an ink"mpati ink"mpatibilit bilitas as zat aktif dengan $. bahan tambahan maupun basis dan bahan tambahan yang satu dengan bahan tambahan lainnya dalam sediaan harus diperhatikan. Sifat term"labil zat aktif mempen %. mempengaru garuhi hi proses proses pen&uran zat aktif ke dalam basis. 'ni menentukan pemilihan &ara pembuatan krim. In!ikasi In!ikasi farmak"l farmak"l"$i "$i zat aktif aktif perlu diperhatikan, (. diperhatikan, sehingga dapat disesuaikan disesuaikan dengan pemilihan pemilihan dosis dan kekuatan sediaan, serta pemilihan pemilihan bentuk krim. Misalnya apabila diindikasikan untuk luka terbuka yang besar atau kulit yang parah, maka krim yang dibuat harus dalam bentuk steril.
&AL'&AL (AN) (AN) &ARUS &A RUS DIPER&ATIKAN DI PER&ATIKAN
A.
Pada pe p embuatan kr krim pe perlu di ditambahkan pen$a*et, kare karena na krim krim mengandung banyak air yang merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme dan kemungkinan terjadi kontaminasi mikroorganisme yang berasal dari bahan baku, alat maupun selama penggunaan sediaan. (ontoh penga)et: klorkresol, asam benzoat, asam sorbat, metilparaben atau propilparaben, dll. B. 'nteraksi aksi antara peng enga)et dan bahan pengemu emulsi dapat me menginakti akti* *asi penga)et.
(.
.
2.
. 0.
#.
minyak, maka perlu ditambahkan antioksidan untuk men&egah terjadinya ketengikan. (ontoh antioksidan: tokoferol, alkil galat, B#A, B#+, garam Na dan dari asam sulfit, asam edetat dan asam-asam organik seperti sitrat, maleat, tartrat atau fosfat untuk khelat terhadap sesepora logam. Penggunaan emulgator harus disesuaikan dengan jenis krim yang dikehendaki dan tersatukan dengan zat aktif. alam memilih emulgator perlu diperhatikan harga &LB butu#nya . /mumnya digunakan kombinasi emulgator. (ontoh emulgator yang biasa digunakan: 1. 0olongan alam : gom arab, tragakan, P0 !. emi intetik : +2A-stearat, +2A-lauril sulfat, Na-stearat, pan3+)een !4,%4,54,64,67, ma&rogol-$44, %444, 17%4, setil alkohol, 0M, emulgid $. at terbagi halus: *eegum, bentonit Perbandingan jumlah emulgator yang digunakan dapat dihitung melalui perbandingan #8B. Misalnya 2mulgator yang diperlukan 9 gram, Aria&el 64 &umektan atau pembasa# diperlukan karena mayoritas obat di krim adalah #i!r"f"b . Pemilihan humektan didasarkan pada sifatnya untuk menahan air dan efeknya terhadap *iskositas dan konsistensi produk akhir. Bahan-bahan yang biasa digunakan sebagai humektan pada krim adalah: gliserol, propilenglikol, sorbitol, dan makrogol dengan BM rendah. Pada penimbangan p erlu d ilebihkan s ebanyak 14; a tau 7 ; untuk mengantisipasi adanya massa yang terbuang selama pembuatan krim. Pembuatan krim sebaiknya dilakukan se&ara aseptik, semua alat yang dibutuhkan harus direbus dalam air dan kemudian didinginkan dan dikeringkan ang penting dalam metode ini adalah zat aktif harus stabil terhadap perubahan suhu pada saat pemanasan. /ntuk zat aktif yang tidak stabil pada suhu, dapat menggunakan metode triturasi, dimana zat yang tidak larut didistribusikan dengan sedikit basis atau dengan salah satu zat pembantu, lalu ditambahkan sisa basis. apat juga digunakan pelarut organik untuk melarutkan terlebih dulu zat aktif kemudian di&urkan dengan basis yang akan digunakan.
'.
". . 1. !. $. %. 8. M.
N. . 1.
!.
$.
"ika krim di)adahkan dalam tube alumunium, maka ti!ak b"le# !i$unakan pen$a*et senya*a raksa "r$anik karena akan terbentuk kompleks penga)et aluminium dan untuk mengatasinya tube harus dilapisi dengan bahan yang inert. /ntuk itu, saat memasukkan krim ke dalam tube, krim dimasukkan beserta kertas perkamennya, untuk melindungi dari dinding tube, dan juga bisa ditambahkan zat pengkhelat. /ntuk tube yan$ mu!a# berkarat , maka bagian tube sebela# !alam #arus !ilapisi !en$an larutan !ammar dalam pelarut mudah menguap. Pada etiket harus tertera ?+bat Luar@, dan untuk antibiotika harus ter&antum daluarsanya. Pada etiket ter&antum: Bila perlu, bah)a krim tersebut steril. +anggal kadaluarsa, dimana krim tidak boleh digunakan lagi. ondisi penyimpanan. Pada label di&antumkan nama dan konsentrasi antimikroba sebagai penga)et yang ditambahkan. rim sebaiknya disimpan pada suhu tidak lebih dari !7 o(, ke&uali dinyatakan lain oleh produsen. rim tidak boleh didinginkan. adah tertutup rapat, sehingga men&egah penguapan dan kontaminasi dari isinya. Bahan dan konstruksinya harus tahan terhadap sorpsi atau difusi isinya. 'n Pro&ess (ontrol <'P(= yang dilakukan adalah homogenitas. Pada e*aluasi sediaan dilakukan: 2*aluasi fisik a. Penampilan
PERMASALA&AN (AN) BERUPA KERUSAKAN KRIM
A. ,ra-kin$, yaitu koalesen dari globul yang terdispersi dan pemisahan fase terdispersi membentuk lapisan yang terpisah. Penyebab &ra&king adalah penambahan emulgator dengan tipe berla)anan dan dekomposisi atau pengendapan emulgator. Penyebab lainnya adalah penambahan larutan dimana fase terdispersi dan pendispersinya dalam bentuk terlarut pada sistem satu fasa yang merusak emulsi, aksi mikroba
AP/ Nurul #. !41$. 8aporan Praktik erja Profesi Apoteker di P+.0laDo ell&ome 'ndonesia. "akarta +imur. /ni*ersitas 'ndonesia ementrian esehatan Eepublik 'ndonesia. !41%. armakope 'ndonesia 2disi C. "akarta:irektorat "endal Bina efarmasian dan Alat esehatan Badan PM E'.!41!.Petunjuk perasional Penerapan Pedoman (ara Pembuatan bat yang baik !41!. "ilid 1. BPM:"akarta