BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Penyimpanan adalah proses kegiatan dalam menyimpan perbekalan farmasi, setelah penerimaan perbekalan farmasi dan sebelum pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian yaitu stabilitas, keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi dan penggolongan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai. Perbekalan farmasi yang telah diterima kemudian disimpan didalam gudang obat secara alfabetis yang tersedia di apotek dengan sebelumnya mengisi kartu stok yang berisikan tanggal pemasukan obat, nomor dokumen, jumlah barang, sisa, nomor batch, tanggal kadaluarsa, dan paraf. Contoh kartu stok obat. Penyimpanan barang di apotek dilaksanakan berdasarkan sistem FIFO (first in first out) dan out) dan FEFO (first expired first out). out). Sistem FIFO (first in first out) out) adalah penyimpanan barang dimana barang yang datang lebih dulu akan disimpan di depan sehingga akan dikeluarkan lebih dulu dari yang lainnya, sedangkan barang yang terakhir datang ditaruh dibelakang, demikian seterusnya. Sistem FEFO (first expired first out) adalah out) adalah penyimpanan barang dimana barang yang mendekati tanggal kadaluarsanya diletakkan di depan sehingga akan dikeluarkan lebih dulu dari yang lainnya, sedangkan barang yang tanggal kadaluarsanya masih m asih lama diletakkan dibelakang, demikian seterusnya. Sistem ini digunakan agar perputaran barang di apotek dapat terpantau dengan baik sehingga meminimalkan banyaknya obat-obat yang mendekati tanggal kadaluarsanya berada di apotek. (http://www.mipa-farmasi.com/2016/05/pengelolaan-obat-dan-perbekalan.html) Dalam pelaksanaannya, dibutuhkan suatu pedoman atau SOP (Standard Operating Procedure) tentang Procedure) tentang penyimpanan obat yang harus dipatuhi dan dilaksanakan sesuai aturan.
SOP PENYIMPANAN 1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk: a. Menjamin sediaan farmasi di rumah sakit dan apotek disimpan di tempat yang aman, terhindar dari kerusakan, kehilangan, dan pencurian b. Mempertahankan kualitas sediaan farmasi di rumah sakit dan apotek selama penyimpanan c. Mengatur sediaan farmasi supaya pencarian lebih mudah dan cepat d. Pengawasan stock lebih mudah
2. LINGKUP
Sediaan farmasi
3. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker
4. PROSEDUR
a. Pada faktur yang telah dicek, masukkan jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluarsa sediaan farmasi di dalam komputer b. Simpan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diterima pada lemari yang sesuai dengan suhu penyimpanan, penggolongan obat berdasarkan aspek farmakologi, bentuk sediaan dan alfabetis c. Untuk obat-obatan Askes (Asuransi Kesehatan) diletakkan pada rak tersendiri d. Untuk OWA dan OTC, berikan label harga terlebih dahulu sebelum memasukkannya ke etalase e. Setiap penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan harus mengikuti first in, penyimpanan berdasarkan prinsip FEFO (first expired, first out) dan FIFO ( first out)
f. Penyimpanan bahan baku obat dalam wadah yang sesuai, memberikan etiket yang berisi nama bahan baku, nomor batch dan batch dan tanggal kadaluarsa g. Penyimpanan bahan baku obat disendirikan antara bahan baku dalam dan bahan baku luar h. Khusus narkotika dan psikotropika, setiap karyawan hendaknya mengisi kartu stok setiap penambahan dan pengambilan obat i.
Sediakan tempat khusus untuk menyimpan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang rusak, near ED (Expired Date) maupun ED maupun ED (Expired Date). Date).
j.
Kembalikan sisa obat yang tidak jadi dipakai ketempat semula
A. Penyimpanan Bahan Baku Obat
1. Bahan baku yang diterima diinput jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluarsanya di komputer sesuai dengan faktur yang telah dicek 2. Penyimpanan bahan baku obat dalam wadah yang sesuai, memberikan etiket yang berisi nama bahan baku, nomor batch dan batch dan tanggal kadaluarsa
3. Penyimpanan bahan baku obat disendirikan antara bahan baku dalam dan luar serta bahan baku cair dan padat 4. Lemari penyimpanan bahan baku obat harus tertutup rapat
B. Penyimpanan OTC dan OWA
1. Obat OTC dan OWA yang diterima diinput jumlah, nomor batch dan batch dan tanggal kadaluarsanya di komputer sesuai dengan faktur yang telah dicek 2. Berikan label harga terlebih dahulu sebelum memasukkannya ke etalase 3. Obat disimpan di dalam rak etalase 4. Obat ditata berdasarkan: a. Kombinasi metode FIFO dan FEFO, yaitu obat yang masa kadaluarsanya paling cepat habis diletakkan di paling depan. Obat yang masa kadaluarsanya paling lama diletakkan di paling belakang b. Penyusunan nama obat berdasarkan aspek farmakologi, bentuk sediaan dan alfabetis 5. Khusus obat-obat yang memerlukan suhu rendah, disimpan di dalam kulkas di ruang penyimpanan. Di dalam kulkas harus harus terdapat termometer yang dicek secara berkala 6. Bila apotek hendak tutup, semua rak etalase harus ditutup rapat
C. Penyimpanan Obat Keras
1. Obat keras yang diterima diinput jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluarsanya di komputer sesuai dengan faktur yang telah dicek 2. Obat disimpan di dalam rak di ruang penyimpanan 3. Jumlah maksimal masing-masing merk obat yang diletakkan di rak penyimpanan adalah 3 box, box, 3 botol, atau 3 tube 3 tube,, selebihnya ditaruh di rak paling atas (gudang) 4. Obat ditata berdasarkan: a. Kombinasi metode FIFO dan FEFO, FEFO, yaitu obat yang masa kadaluarsanya paling cepat habis diletakkan di paling depan. Obat yang masa kadaluarsanya paling lama diletakkan di paling belakang b. Penyusunan nama obat berdasarkan aspek farmakologi, farmakologi, bentuk sediaan dan alfabetis c. Obat-obat Askes disimpan dalam rak tersendiri 5. Khusus obat-obat yang memerlukan suhu rendah, disimpan di dalam kulkas yang mempunyai termometer yang dicek secara berkala
6. Khusus obat-obatan los yang masuk dan keluar dicatat di kartu stok obat per botol 7. Bila apotek hendak tutup, semua rak harus ditutup rapat 8. Ruang penyimpanan obat harus dapat terkunci, kunci disimpan oleh apoteker yang diberi kewenangan
D. Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika
1. Narkotika dan psikotropika yang yang diterima diinput jumlah, nomor batch dan batch dan tanggal kadaluarsanya di komputer sesuai dengan faktur yang telah dicek 2. Kemudian obat disimpan di dalam lemari khusus narkotika dan psikotropika 3. Obat ditata berdasarkan: a. Kombinasi metode FIFO dan FEFO, yaitu obat yang masa kadaluarsanya paling cepat habis diletakkan di paling depan. Obat yang masa kadaluarsanya paling lama diletakkan di paling belakang b. Penyusunan nama obat secara alfabetis, yaitu obat dengan awalan huruf A diletakkan di sebelah paling kiri. Obat dengan awalan huruf Z diletakkan di sebelah paling kanan 4. Narkotika dan psikotropika yang masuk dan keluar dicatat di kartu stok obat 5. Kartu stok obat dimasukkan ke dalam setiap box atau box atau diikat dengan botol dan harus selalu tersimpan di dalam lemari
6. Lemari harus selalu terkunci, kunci disimpan oleh apoteker yang diberi kewenangan.
SOP PENGECEKAN SUHU 1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk menjamin obat tersimpan dengan temperatur yang sesuai, sehingga kualitas dan stabilitas sediaan farmasi tetap terjaga
2. LINGKUP
Ruang penyimpanan
3. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Pengelola Apotek
4. PROSEDUR
a. Memeriksa temperatur di apotek secara harian dan catat temperatur pada waktu yang berbeda b. Mengkalibrasi termometer yang digunakan untuk mengukur temperatur secara periodik c. Memelihara pendingin udara secara periodik d. Menjaga agar sediaan farmasi tidak terpapar dengan temperatur yang tidak sesuai dan terlindung dengan baik dari cahaya dan kelembaban
Menurut Aplikasi Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) yang dikembangkan dan dikelola oleh Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, Ditj en Binfar dan Alkes, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, tempat penyimpanan obat golongan narkotika dan psikotropika serta prekursor farmasi diatur sebagaimana pasal-pasal berikut:
Bagian Kesatu Umum
Pasal 24 Tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi di fasilitas produksi, fasilitas distribusi, dan fasilitas pelayanan kefarmasian harus mampu menjaga keamanan, khasiat, dan mutu Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi.
Pasal 25 (1) Tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dapat berupa gudang, ruangan, atau lemari khusus. (2) Tempat penyimpanan Narkotika dilarang digunakan untuk menyimpan barang selain Narkotika. (3) Tempat penyimpanan Psikotropika dilarang digunakan untuk menyimpan barang selain Psikotropika. (4) Tempat penyimpanan Prekursor Farmasi dalam bentuk bahan baku dilarang digunakan untuk menyimpan barang selain Prekursor Farmasi dalam bentuk bahan baku.
Pasal 26 (1) Gudang khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. dinding dibuat dari tembok dan hanya mempunyai pintu yang dilengkapi dengan pintu jeruji besi dengan 2 (dua) buah kunci kunci yang berbeda; b. langit-langit dapat terbuat dari tembok beton atau jeruji besi; c. jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan jeruji besi; d. gudang tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin Apoteker penanggung jawab; dan e. kunci gudang dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab dan pegawai lain yang dikuasakan. (2) Ruang khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. dinding dan langit-langit terbuat dari bahan yang kuat; b. jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan jeruji besi; c. mempunyai satu pintu dengan 2 (dua) buah kunci yang berbeda; d. kunci ruang khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/Apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan; dan e. tidak
boleh
dimasuki
oleh
orang
lain
tanpa
izin
Apoteker
penanggung
jawab/Apoteker yang ditunjuk. (3) Lemari khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. terbuat dari bahan yang kuat; b. tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda; c. harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang, untuk Instalasi Farmasi Pemerintah; d. diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum, untuk Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Instalasi Farmasi Klinik, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan ; dan e. kunci
lemari
khusus
dikuasai
oleh
Apoteker
penanggung jawab/Apoteker yang
ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.
Pasal 27 Penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi wajib memenuhi Cara Produksi Obat yang Baik (CPOB), Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB), dan/atau standar pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. perundang-undangan.
Bagian Kedua Penyimpanan Narkotika atau Psikotropika
Pasal 28 (1) Industri Farmasi yang memproduksi Narkotika harus memiliki tempat penyimpanan Narkotika berupa gudang khusus, khusus, yang terdiri atas: a. gudang khusus Narkotika dalam bentuk bahan baku; dan b. gudang khusus khusus Narkotika dalam bentuk obat jadi. (2) Gudang khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada dalam penguasaan Apoteker penanggung jawab.
Pasal 29 (1) Industri Farmasi yang memproduksi Psikotropika harus memiliki tempat penyimpanan Psikotropika berupa gudang khusus atau ruang khusus, yang terdiri atas: a. gudang khusus atau ruang khusus Psikotropika dalam bentuk bahan baku; dan b. gudang khusus khusus atau ruang khusus Psikotropika dalam bentuk bentuk obat jadi. (2) Gudang khusus atau ruang khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada dalam penguasaan Apoteker penanggung penanggung jawab.
Pasal 30 (1) PBF yang menyalurkan Narkotika harus memiliki tempat penyimpanan Narkotika berupa gudang khusus. (2) Dalam hal PBF menyalurkan Narkotika dalam bentuk bahan baku dan obat jadi, gudang khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus terdiri atas: a. gudang khusus Narkotika dalam bentuk bahan baku; dan b. gudang khusus khusus Narkotika dalam bentuk obat jadi. (3) Gudang khusus untuk tempat penyimpanan Narkotika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berada dalam penguasaan Apoteker penanggung jawab.
Pasal 31 (1) PBF yang
menyalurkan
Psikotropika
harus
memiliki tempat penyimpanan
Psikotropika berupa gudang khusus atau ruang khusus. (2) Dalam hal PBF menyalurkan Psikotropika dalam bentuk bahan baku b aku dan obat jadi, gudang khusus atau ruang khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus terdiri atas:
a. gudang khusus atau ruang khusus Psikotropika dalam bentuk bahan baku; dan b. gudang khusus khusus atau ruang khusus Psikotropika dalam bentuk bentuk obat jadi. (3) Gudang
khusus
atau
ruang
khusus untuk
tempat
penyimpanan Psikotropika
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berada dalam penguasaan Apoteker penanggung jawab.
Pasal 32 (1) Instalasi Farmasi Pemerintah yang menyimpan Narkotika atau Psikotropika harus memiliki tempat penyimpanan Narkotika atau Psikotropika berupa berupa ruang khusus atau lemari khusus. (2) Ruang khusus atau lemari khusus tempat penyimpanan Narkotika atau Psikotropika sebagaimana dimaksud pada pada ayat (1) berada dalam penguasaan Apoteker penanggung penanggung jawab jawab atau Apoteker yang ditunjuk.
Pasal 33 (1) Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Instalasi Farmasi Klinik, dan Lembaga
Ilmu
Pengetahuan
harus
memiliki tempat penyimpanan Narkotika atau
Psikotropika berupa lemari khusus. (2) Lemari Lemari khusus sebagaimana dimaksud pada ayat ayat (1) berada dalam penguasaan penguasaan Apoteker Apoteker penanggung jawab.
Pasal 34 Dokter praktik perorangan yang menggunakan Narkotika atau Psikotropika Psikotropika untuk tujuan pengobatan harus menyimpan Narkotika atau Psikotropika di tempat yang aman dan memiliki kunci yang berada di bawah penguasaan dokter.
Bagian Ketiga Penyimpanan Prekursor Farmasi
Pasal 35 (1) Industri Industri Farmasi yang menggunakan Prekursor Farmasi dalam bentuk bahan baku untuk memproduksi Prekursor Farmasi atau PBF yang menyalurkan Prekursor Farmasi dalam bentuk bahan baku harus memiliki tempat penyimpanan Prekursor Farmasi berupa gudang khusus atau ruang khusus.
(2) Gudang khusus atau ruang khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada dalam penguasaan Apoteker penanggung penanggung jawab.
Pasal 36 (1) Industri Farmasi Farmasi yang memproduksi memproduksi Prekursor Farmasi dalam bentuk obat obat jadi, PBF yang menyalurkan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat Pemerintah harus menyimpan Prekursor Farmasi
dalam
jadi,
atau Instalasi Farmasi
bentuk
obat
jadi dalam
gudang penyimpanan obat yang aman berdasarkan analisis risiko. (2) Apotek, Apotek, Puskesmas, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Instalasi Farmasi Klinik,
dan
Lembaga Ilmu Pengetahuan harus menyimpan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi di tempat penyimpanan obat yang aman berdasarkan analisis risiko.
(http://sipnap.kemkes.go.id/download/dokumen/32Bagian (http://sipnap.kemkes.go.id/download/do kumen/32Bagian Kesatu Umum)