TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit Creutzfeldt-Jakob Indra Gunawan Affandi Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/ Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, Indonesia
ABSTRAK Penyakit Creutzfeldt-Jakob merupakan kelainan otak yang ditandai dengan penurunan fungsi mental yang terjadi cepat disertai kelainan motorik. Kerusakan jaringan otak disebabkan oleh suatu organisme menyerupai virus (protein yang bisa ditularkan, prion). Penyakit ini adalah penyakit prion yang paling umum pada manusia dan terjadi pada sekitar 1:1.000.000 orang. Artikel ini membahas gejala, diagnosis, pengobatan, dan prognosis penyakit Creutzfeldt-Jakob. Kata kunci: Creutzfeldt-Jakob, demensia, prion, motorik
ABSTRACT Creutzfeldt-Jakob disease (CJD) is a brain disorder characterized by progressive mental function deterioration accompanied with motor symptoms. Brain damage is caused by virus-like organism (transmissible protein, prion). This disease is the most prevalent prion disease in human and happens in 1:1.000.000 person. This article will discuss symptoms, diagnosis, treatment, and prognosis of Creutzfeldt-Jakob disease. Indra Gunawan Affandi. Creutzfeldt-Jakob Disease. Keywords: Creutzfeldt-Jakob, dementia, prion, motoric
PENDAHULUAN Penyakit Creutzfeldt-Jakob disebabkan kelainan otak yang ditandai dengan penurunan cepat fungsi mental disertai kelainan motorik. Penyakit ini terutama menyerang dewasa antara usia 40-70 tahun. Penyakit mirip Creutzfeldt-Jakob terjadi pada domba (Scrapie) dan sapi (penyakit sapi gila). Penularan antar binatang masih belum jelas dan kasus pada manusia terjadi jika memakan daging hewan yang terinfeksi. Penyakit ini pertama kali dijelaskan oleh 2 orang neurolog Jerman, Hans Gerhard Creutzfeldt dan Alfons Maria Jakob.1,2 INSIDENS DAN PREVALENSI Meski merupakan penyakit prion yang paling umum pada manusia, CreutzfeldtJakob jarang dan hanya terjadi pada sekitar 1:1.000.000 orang, biasanya antara usia 4575 tahun, kebanyakan muncul pada usia 60-65 tahun. Pengecualian adalah varian Creutzfeldt-Jakob (vCJD) yang kini diketahui terjadi pada orang berusia muda.1-4 Alamat korespondensi
494
Menurut CDC (Centers for Disease Control):4 • Creutzfeldt-Jakob di dunia terjadi pada 1:1.000.000 penduduk per tahun. • Atas dasar survei kematian antara tahun 1979-1994, insidens Creutzfeldt-Jakob
•
tahunan tetap stabil sekitar 1 kasus per juta jiwa di Amerika Serikat. Di AS, kematian akibat Creutzfeldt-Jakob pada orang di bawah 30 tahun jarang terjadi (kurang dari 5 kematian per milyar
Gambar 1. Warna hijau tua menunjukkan negara dengan kasus varian Creutzfeldt–Jakob yang terkonfirmasi, warna hijau muda adalah negara dengan kasus bovine spongiform encephalopathy.
email:
[email protected]
CDK-230/ vol. 42 no. 7, th. 2015
TINJAUAN PUSTAKA
•
•
per tahun). Penyakit ini paling banyak ditemukan pada usia 55–65 tahun, namun dapat terjadi pada usia lebih dari 90 tahun dan kurang dari 55 tahun. Pada lebih dari 85% kasus, durasi Creutzfeldt-Jakob kurang dari 1 tahun (median: 4 bulan) setelah awal gejala.
Gambar 1 menunjukkan penyebaran penyakit Creutzfeldt-Jakob di dunia.4 PENYEBAB Terjadi kerusakan jaringan otak oleh organisme menyerupai virus (protein yang bisa ditularkan, disebut prion). Risiko penyakit Creutzfeldt-Jakob rendah. Penyakit ini tidak dapat ditularkan lewat batuk, bersin, kontak fisik, atau kontak seksual. Penyebaran penyakit ini terjadi melalui beberapa cara, antara lain:3-5 • Sporadik. Kebanyakan penderita penyakit Creutzfeldt-Jakob mendapat penyakit ini secara spontan, tanpa diketahui asalnya. • Diwariskan. Di Amerika, sekitar 5-10% penderita Creutzfeldt-Jakob memiliki riwayat keluarga dengan penyakit sama atau memiliki mutasi genetik yang berkaitan dengan penyakit Creutzfeldt-Jakob. • Kontaminasi. Sejumlah kecil penderita penyakit Creutzfeldt-Jakob mendapatkan penyakit ini setelah terpapar jaringan tubuh manusia yang terinfeksi saat tindakan medis tertentu, misalnya transplantasi kulit atau kornea. Metode sterilisasi standar tidak dapat menghancurkan prion abnormal tersebut. Risiko terkena penyakit ini sedikit meningkat pada orang-orang yang menjalani pembedahan otak. Beberapa ahli patologi tertular dari kadaver. Beberapa kasus terjadi pada orang dewasa yang menerima hormon pertumbuhan berasal dari kadaver, agen penyebabnya (prion) diduga ditularkan melalui hormon pertumbuhan (yang berasal dari kelenjar hipofisis kadaver). Prion yang dipercaya menyebabkan Creutzfeldt-Jakob memperlihatkan setidaknya 2 konformasi yang stabil. Konformasi dalam keadaan asli itu larut air dan ada dalam sel sehat. Sampai tahun 2006, fungsi biologisnya tidak diketahui. Keadaan konformatif lainnya kurang larut air dan mudah membentuk agregat protein.3-5
CDK-230/ vol. 42 no. 7, th. 2015
Tabel. Perbedaan karakteristik CJD klasik dan CJD varian Karakteristik Usia kematian rata-rata Durasi sakit rata-rata
CJD Klasik
CJD Varian
68 tahun
28 tahun
4-5 bulan
13-14 bulan
Demensia; tanda neurologis awal
Gejala psikiatri/perilaku mencolok; disestesia, nyeri; defisit neurologis terlambat
Gelombang elekteroensefalogram: Tajam berkala
Sering ada
Sering tidak ada
Hiperintensitas sinyal di nukleus kaudatus dan putamen pada difusi dan FLAIR (fluid-attenuated inversion recovery) MRI
Sering ada
Sering tidak ada
Tanda dan gejala klinik
“Tanda pulvinar” di MRI
Tak dilaporkan
Ada pada >75% kasus
Analisis imunohistokimia jaringan otak
Akumulasi bervariasi
Akumulasi protein prion resisten protease yang mengancam
Keberadaan agen di jaringan getah bening
Tak mudah dideteksi
Mudah dideteksi
Tak dilaporkan
Akumulasi protein prion resisten protease yang mengancam
Bisa ada
Bisa ada
Pertambahan rasio glikoform pada analisis imunoblot protein prion resisten protease Adanya plak amiloid di jaringan otak
PENULARAN Protein cacat dapat ditularkan oleh produk hormon pertumbuhan manusia/human growth hormone (hGH), cangkokan kornea, cangkokan dura atau implan elektroda (iCJD); dapat diwarisi (fCJD); atau muncul pertama kali (sCJD). Dalam bentuk herediter, sebuah mutasi terjadi pada gen untuk PrP, PRNP (PRioN Protein). Diperkirakan manusia dapat terjangkit dengan mengonsumsi bahan dari hewan terinfeksi jenis sapi. Kanibalisme juga telah terlibat sebagai mekanisme penular prion abnormal, menyebabkan penyakit kuru, yang banyak ditemukan pada wanita dan anak-anak suku Fore di Papua Nugini.3-6 Prion, agen infeksi Creutzfeldt-Jakob, mungkin tak terinaktivasi jika menggunakan prosedur sterilisasi peralatan bedah rutin. Organisasi Kesehatan Dunia dan US
Gambar 2. Perubahan spongiform pada CJD
Centers for Disease Control and Prevention merekomendasikan dekontaminasi panas dan kimiawi digunakan kedua-duanya untuk memproses peralatan yang terkena jaringan infektif. Tembaga-hidrogen peroksida telah diusulkan sebagai alternatif sodium hidroksida atau sodium hipoklorit yang sekarang direkomendasikan. Depolimerisasi termal juga merusak prion pada bahan organik dan anorganik yang terjangkit, karena proses itu merusak protein di tingkat molekul.3-6 GEJALA Gejala pertama Creutzfeldt-Jakob adalah demensia yang berlangsung cepat, menimbulkan kehilangan ingatan, perubahan kepribadian dan halusinasi, disertai masalah fisik seperti menurunnya kecakapan berbicara, gerakan tertegun-tegun (mioklonus), disfungsi keseimbangan dan koordinasi (ataksia), perubahan gaya berjalan, postur kaku, dan serangan jantung. Durasi penyakit ini bervariasi, Creutzfeldt-Jakob sporadik bisa fatal dalam beberapa bulan bahkan minggu. Pada beberapa orang, gejala itu bisa berlanjut selama beberapa tahun. Pada sebagian besar pasien, gejala tersebut diikuti dengan gerakan spontan dan munculnya gambaran elektroensefalogram yang khas.1,2 Gejala Creutzfeldt-Jakob disebabkan oleh kematian sel saraf otak berkelanjutan, yang dikaitkan dengan bertambahnya protein prion abnormal. Di bawah mikroskop, tampak
495
TINJAUAN PUSTAKA banyak lubang kecil akibat seluruh area sel saraf mati. Kata ‘spongiform’ pada ensefalopati spongiform merujuk pada kemunculan ‘pori’ pada jaringan otak.1,2 DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan berdasarkan beberapa gejala berikut:1-3 • Kemunduran fungsi mental yang terjadi cepat • Kedutan otot dan kejang (mioklonus). Ketegangan otot meningkat atau bisa terjadi kelemahan dan penyusutan otot • Refleks abnormal atau peningkatan respons refleks normal • Terganggunya lapang pandang • Gangguan koordinasi yang berhubungan dengan perubahan persepsi visuo-spasial dan perubahan serebelum EEG menunjukkan gambaran paku trifasik yang khas, dari biopsi ditemukan gambaran otak berpori. Analisis cairan serebrospinal untuk protein 14-3-3. MRI otak sering menunjukkan intensitas sinyal tinggi di nukleus kaudatus dan
putamen bilateral pada T2-WI (T2-Weighted images). Diffusion Weighted Imaging (DWI) paling sensitif, dimana pada 24% kasus, DWI hanya menunjukkan hiperintensitas korteks; 68% abnormalitas korteks dan subkorteks; dan 5% hanya anomali subkorteks. Keterlibatan talamus dapat ditemukan pada sCJD (sporadic Creutzfeldt-Jakob), dapat lebih kuat dan konstan daripada vCJD (variant Creutzfeldt-Jakob).3 Pada sepertiga pasien sCJD, endapan protein prion (scrapie) PrpSc, dapat ditemukan di otot rangka dan/atau limpa. Diagnosis vCJD dapat didukung dengan biopsi tonsil yang mengandung PrpSc dalam jumlah besar; namun, biopsi jaringan otak lebih menentukan.3 TERAPI Sampai 2007, tidak ada pengobatan untuk Creutzfeldt-Jakob. Pengobatan eksperimental diberikan kepada pasien asal Irlandia Utara di awal Januari 2003 menggunakan pentosan polisulfat (PPS) yang biasa digunakan untuk sistitis interstisial, diinfuskan ke ventrikel lateral otak. PPS tak nampak menghentikan
penyakit, serta fungsi dan jaringan otak terus hilang. Namun, pengobatan ini diduga memperlambat penyakit dan mungkin memperpanjang kelangsungan hidup pada 7 pasien yang diamati. CJD therapy advisory group menyebutkan bahwa data itu tidak cukup mendukung klaim bahwa pentosan polisulfat efektif dan mengusulkan penelitian lanjutan.7-10 Para ilmuwan telah meneliti penggunaan interferensi RNA (ribonucleic acid) untuk memperlambat pertumbuhan scrapie pada tikus. RNA memblokir produksi protein yang mengubah proses Creutzfeldt-Jakob menjadi prion.7-12 PROGNOSIS Prognosis biasanya sangat jelek. Demensia total biasanya terjadi dalam 6 bulan, penderita menjadi benar-benar tidak mampu merawat diri. Dalam waktu singkat penyakit ini fatal, biasanya dalam 7 bulan. Kematian biasanya terjadi akibat infeksi, gagal jantung atau kegagalan pernafasan. Beberapa penderita bertahan hidup sampai 1-2 tahun setelah terdiagnosis.1-4
REFERENCES 1.
Bosque PJ. Prion diseases. In: Goldman L, Schafer AI, editors. Cecil medicine. 24th ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2011: chap. 424.
2.
DeKosky ST, Kaufer DI, Hamilton RL, Wolk DA, Lopez OL. The dementias. In: Bradley WG, Daroff RB, Fenichel GM, Jankovic J, editors. Neurology in clinical practice. 5th ed. Philadelphia, Pa:
3.
Manuelidis L, Yu ZX, Barquero N, Mullins B. Cells infected with scrapie and Creutzfeldt-Jakob disease agents produce intracellular 25-nm virus-like particles”. Proc. National Acad. Sci. 2007;
4.
Questions and answers: Creutzfeldt-Jakob disease infection-control practices. Infection control practices/CJD (Creutzfeldt-Jakob disease, classic). Centers for Disease Control and
Butterworth-Heinemann Elsevier; 2008: chap. 70.
104 (6): 1975-0. PMID 17267596.
Prevention; 2007 January 4. 5.
Young GS, Geschwind MD, Fischbein NJ, Martindale JL, Henry RG, Liu S, et al. Diffusion-weighted and fluid-attenuated inversion recovery imaging in Creutzfeldt-Jakob disease: High sensitivity and specificity for diagnosis. Amer J Neuroradiol. 2005; 26: 1551-62.
6.
Tschampa HJ, Mürtz P, Flacke S, Paus S, Schild HH, Urbach H. Thalamic involvement in sporadic Creutzfeldt-Jakob disease: A diffusion-weighted MR imaging study. Amer J Neuroradiol. 2003; 24: 908-15.
7.
Belay ED, Schonberger LB. Variant Creutzfeldt-Jakob disease and bovine spongiform encephalopathy. Clin Lab Med. 2002; 22(4): 849-62. v–vi. PMID 12489284.
8.
Diamond JM. Archaeology: Talk of cannibalism. Nature 2000; 407: 25-6.
9.
Bone I. Intraventricular pentosan polysulphate in human prion diseases: A study of experience in the United Kingdom. Medical Research Council; 2006 July 12.
10. Use of pentosan polysulphate in the treatment of, or prevention of, vCJD. Department of Health: CJD Therapy Advisory Group. 11. Rainov NG, Tsuboi Y, Krolak-Salmon P, Vighetto A, Doh-Ura K. Experimental treatments for human transmissible spongiform encephalopathies: Is there a role for pentosan polysulfate? Expert opinion on biological therapy 2007; 7(5): 713-26. doi:10.1517/14712598.7.5.713. PMID 17477808. 12. Revamp of brain could slow CJD. BBC News; 2006 December 4. 13. WHO infection control guidelines for transmissible spongiform encephalopathies; 1999 March 26.
496
CDK-230/ vol. 42 no. 7, th. 2015