TEORI DASAR METODE STUDI ISLAM (Pembacaan atas Pemikiran Charles J. Adams dan Richard C. Martin)
R E V IS I M A KA L AH Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
" Metode dan Pendekatan Kajian Islam" Dosen Pengampu : Dr. Maftukhin, M.Ag
Disusun Oleh : AFIFUL IKHWAN 2841104002 (PI A – SMT 2) PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TULUNGAGUNG JULI 2011
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam Islam telah menjadi kajian yang menarik minat banyak kalangan kalangan . Studi keislaman keislaman pun semakin berkembang. Islam tidak lagi dipahami hanya dalam pengertian historis dan doktriner, tetapi telah menjadi fenomena yang kompleks. Islam tidak hanya terdiri dari rang rangka kaia ian n petun petunju juk k form formal al tent tentan ang g bagai bagaima mana na seor seoran ang g indi indivi vidu du haru haruss mema memakn knai ai kehidupannya. Islam telah menjadi sebuah sistem budaya, peradaban, komunitas politik, ekonomi dan bagian sah dari perkembangan dunia. Mengkaji dan mendekati Islam, tidak lagi lagi mungki mungkin n hanya hanya dari dari satu satu aspek, aspek, karena karenanya nya dibutu dibutuhka hkan n metode metode dan pendeka pendekatan tan interdisipliner. Kajian agama, termasuk Islam, seperti disebutkan di atas dilakukan oleh sarjana Barat dengan menggunakan menggunakan ilmu-ilm ilmu-ilmu u sosial sosial dan humanities, humanities, sehingga muncul sejarah sejarah agama, agama, psikol psikologi ogi agama, agama, sosiol sosiologi ogi agama, agama, antrop antropolo ologi gi agama, agama, dan lain-l lain-lain ain.. Dalam Dalam perjalanan dan pengembangannya, sarjana Barat bukan hanya menjadikan masyarakat Barat sebagai sebagai lapangan lapangan penelitian penelitiannya, nya, namun juga masyarakat di negara-negar negara-negaraa berkembang, berkembang, yang kemudian memunculkan orientalisme. Bahkan oleh Muhammad Abdul Raouf, Islamic Studies disebut dengan oriental studies. Sarjan Sarjanaa Barat Barat sebenar sebenarnya nya telah telah lebih lebih dahulu dahulu dan lebih lebih lama lama melakuk melakukan an kajian kajian terhadap fenomena Islam dari berbagai aspek: sosiologis, cultural, perilaku politik, doktrin, ekonomi, ekonomi, perkembangan perkembangan tingkat tingkat pendidikan, pendidikan, jaminan keamanan, keamanan, perawatan perawatan kesehatan, kesehatan, perkembangan minat dan kajian intelektual, dan seterusnya. Salah satu sarjana Barat yang mencur mencurahk ahkan an perhat perhatian ian intele intelektu ktualn alnya ya untuk untuk mengkaj mengkajii Islam Islam dengan dengan menggu menggunaka nakan n divers diversifi ifikas kasii metode metode dan pendeka pendekatan tan adalah adalah Charle Charless Joseph Joseph Adams. Adams. Tulisa Tulisan n ini akan akan memaparkan tawaran pemikiran Charles Adams secara detail tentang bagaimana metode dan pendekatan yang digunakan dalam mengkaji Islam.
2
B. Rumusan Masalah
1. Pendekatan Pendekatan apa saja saja yg dipakai dipakai oleh charles charles j. j. adams dalam dalam mendefinis mendefinisikan ikan Islam? Islam? 2. Bidang kajian kajian studi Islam Islam apa saja yang dikaji dikaji oleh oleh Charles Charles J.Adams? J.Adams? 3. Bagaimana Bagaimana cara cara kerja dari dari pendekatan pendekatan fenomen fenomenologi ologi kajian kajian studi studi Islam Islam dalam dalam perspektif Richard C. Martin? 4. Apakah pendekatan pendekatan fenomeno fenomenologi logi “Richard “Richard C. Marti Martin” n” dapat mendekati mendekati fenomena fenomena keagamaan?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengeta mengetahui hui pendekatan pendekatan apa apa saja yg yg dipakai dipakai oleh charle charless j. adams adams dalam mendefinisikan Islam. 2. Untuk mengetah mengetahui ui bidang kajian kajian studi studi Islam Islam apa saja yang yang dikaji dikaji oleh Charles Charles J.Adams. 3. Untuk mengetah mengetahui ui bagaimana bagaimana cara kerja kerja dari pendekat pendekatan an fenomenologi fenomenologi kajian kajian studi studi Islam dalam perspektif Richard C. Martin. 4. Untuk mengetahui mengetahui apakah pendekatan pendekatan fenomenol fenomenologi ogi Richar Richard d C. Martin Martin dapat mendekati fenomena keagamaan.
3
BAB II PEMBAHASAN TEORI DASAR METODE STUDI ISLAM (Pembacaan atas Pemikiran Charles J. Adams dan Richard C. Martin)
A. Biografi Charles J. Adams
Charl Charles es Jose Joseph ph Adam Adamss lahi lahirr pada pada tangg tanggal al 24 Apri Aprill 1924 1924 di Hous Housto ton, n, Texa Texas. s. Pendidikan dasarnya diperoleh melalui sistem sekolah umum. Pada permulaan belajar di sekolah dasar ini Adams telah menunjukkan kegemaran menulis. Setelah lulus dari Sekolah Menangah Atas John H. Reagen pada tahun 1941, dia meneruskan di Baylor University di Waco, Texas. Adams juga pernah bergabung dengan Angkatan Udara Amerika Serikat dari tahun 1942 sampai dengan 1945 sebagai operator radio dan mekanis. Setelah perang, tahun 1947 Adams memperoleh gelar Sarjana dan pada tahun yang sama memasuki Graduate School di Universitas Chicago bersama dengan Joachim Wach. Karir akademisi Adams adalah adalah profes profesor or dalam dalam bidang bidang Islam Islamic ic Studie Studiess dan pada pada tahun tahun 1963 diangka diangkatt menjad menjadii director Institute of Islamic Studies McGill University selama 20 tahun. Adams menerima Ph. D dalam History of Religion dari University of Chicago pada tahun 1955 dengan Religions”. disertasi berjudul “Nathan Soderblom as an Historian of Religions”. Adams Adams telah telah menuli menuliss banyak banyak tentan tentang g Islam, Islam, salah salah satu satu karya karya terbes terbesarn arnya ya yang yang dijadikan teks penting bagi dosen dan mahasiswa agama adalah A Reader’s Guide to the Great Religions (1977). Adams juga menjadi konstributor artikel untuk The Encyclopedia Britannica, dan the World Book Encyclopedia, dan Encyclopedia Americana. Beberapa karya karya lainny lainnyaa adalah adalah The Encycl Encycloped opedia ia of Religi Religion on (1987) (1987),, “The “The Auth Authori ority ty of the the Prophetic Hadith in the Eye of Some Modern Muslims, in Essays on Islamic civilization presented to Niyazi Berkes (1976), the Ideology of Maulana Maududi, in South Asian Politics and Religion, Ed. Donald E. Smith (1966), dan Islamic Religious Tradition, dalam Leonard Binder, The Study of the Middle East, Ed. (1976). Burning issues and questions yang mengganggu nurani akademik Adams mengenai meto metode de dan pende pendeka kata tan n studi studi Isla Islam m adala adalah h adany adanyaa kega kegagal galan an ahli ahli seja sejara rah h agam agamaa memper memperlua luass penget pengetahu ahuan an dan pemaham pemahaman an kita kita tentan tentang g Islam Islam sebaga sebagaii agama, agama, dan ahli ahli tentang tentang Islam Islam (Islamists) juga juga telah telah gagal gagal untuk untuk menjel menjelask askan an secara secara tepat tepat fenome fenomena na
4
keberag keberagama amaan an Islam Islam1. Untu Untuk k menj menjaw awab ab kege kegeli lisa saha han n akad akadem emik ik itu itu adal adalah ah deng dengan an menggunakan dua disiplin yaitu sejarah agama dan studi Islam sebagai kerangka teoritis atau kerangka fikir (conceptual tool) untuk menganalisis lebih tajam tradisi Islam dan untu untuk k memp memper erol oleh eh pema pemaha hama man n yang yang jela jelass meng mengena enaii hubun hubunga gan n antar antaraa unsu unsurr yang yang bermacam-macam termasuk hubungan struktural dengan tradisi lainnya2. Hal mendasar yang penting dipahami dalam studi Islam adalah definisi Islam dan Agama. Bagi Adams sangat sulit dicapai sebuah rumusan yang dapat diterima secara umum mengenai apakah yang disebut Islam itu? Islam harus dilihat dari perspektif sejarah sebagai sesuatu sesuatu yang selalu berubah, berkembang dan terus berkembang berkembang dari generasi ke generasi generasi dalam merespon secara mendalam realitas dan makna kehidupan ini. Islam adalah “an on going process of experience and its expression, which stands in historical continuity with the message and influence of the Prophet . Sedangkan konsep agama menurut Adams melingkupi dua aspek yaitu pengalaman-dalam dan perilaku luar manusia (man’s inward experience and of his outward behavior). behavior).3 Dalam melihat dan mendefinisikan agama Islam, Adams menggunakan kerangka teoretis dari Wilfred Cantwell Smith yang membedakan antara tradition dan faith4. Agama apapun, termasuk Islam, memiliki aspek tradition yaitu aspek eksternal keagamaan, aspek sosial sosial dan historis historis agama yang dapat diobservasi diobservasi dalam masyarakat, masyarakat, dan aspek faith yaitu aspek aspek intern internal, al, tak terkat terkataka akan, n, orient orientasi asi transe transende nden, n, dan dimens dimensii pribadi pribadi kehidu kehidupan pan beragama. Dengan pemahaman konseptual seperti ini, tujuan studi agama adalah untuk memahami dan mengerti pengalaman pribadi dan perilaku nyata seseorang. Studi agama harus harus berupa berupaya ya memili memiliki ki kemamp kemampuan uan terbai terbaik k dalam dalam melaku melakukan kan eksplo eksploras rasii baik baik aspek aspek tersembunyi maupun aspek yang nyata dari fenomena keberagamaan5. Karena dua aspek dalam keberagamaan ini (tradition and faith, inward experience and outward behavior, hidden and manifest aspect) tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. 1
2 3
4
5
Charles J. Adams, Foreword dalam Richard C Martin (ed), Approaches (ed), Approaches to Islam in Religious Studies , (USA: The Arizona Board of Regents, 1985), vii – x Richard C. Martin, (Ed). Approaches (Ed). Approaches to Islam in Religious Studies , 3 Charles J. Adams, “Islamic Religious Tradition,” dalam The Study of the Middle East: Research amd Scholarship in the Humanities and the Social Sciences, ed. Leonard Binder (New York: John Wiley & Sons, 1976), 32 – 33. Manifestasi agama menurut W.C. Smith dapat dikelompokkan menjadi ajaran, simbol, praktek, dan lembaga. WC. Smith, “Comparative Religion, Whither and Why”, dalam Mircea Eliade and Joseph M. Kitagawa (Ed), The History of Religions, (Chicago and London: University of Chicago Press, 1973), 35. Charles J. Adams, Islamic Adams, Islamic Religious Tradition, dalam Leonard Binder (Ed)., The Study of the Middle East, 33
5
Menurut Adams tidak ada metode yang canggih untuk mendekati aspek kehidupandalam individu dan masyarakat beragama, tetapi sarjana harus menggunakan tradisi atau aspek luar keberagamaan sebagai landasan dalam memahami dan melakukan studi agama. Sebagai tantangan dalam mengkaji Islam sebagai sebuah agama harus melampui dimensi tradisi atau aspek luar agar mampu menjelaskan dimensi kehidupan-dalam dari masyarakat Islam.
Untuk
menjawab
tantanga ngan
dan
tuga ugas
para ara
pen pengkaji
Islam,
Adams
merekomendas merekomendasikan ikan dua pendekatan pendekatan yang diletakkan diletakkan pada sebuah garis kontinum yaitu merentang merentang dari pendekatan pendekatan normatif normatif sampai dengan pendekatan pendekatan deskriptif deskriptif.. Pendekatan Pendekatan normatif normatif adalah adalah pendekatan pendekatan yang dijiwai dijiwai oleh motivasi dan tujuan tujuan keagamaan, keagamaan, sedangkan sedangkan pendekatan deskriptif muncul sebagai jawaban terhadap motivasi keingintahuan intelektual atau akademis. Pend Pendek ekat atan an norm normat atif if dapat dapat dila dilaku kukan kan dala dalam m bentu bentuk k misi mision onar aris is trad tradis isio iona nal, l, apologetik, maupun pendekatan irenic (simpatik). Sementara pendekatan deskriptif, Adams mengelompokkan pada pendekatan-pendekatan filologis dan sejarah, pendekatan ilmu-ilmu sosial, dan pendekatan fenomenologis. Pendekatan normatif dan deskriptif dengan berbagai varian tersebut dapat dipergunakan dalam mengkaji Islam yang memiliki 11 subject matter, yaitu: (1) pre-Islamic Arabia, (2) studies of the Prophet, (3) Qur’anic studies, (4) prophetic tradition (Hadis), (5) kalam, (6) Islamic law, (7) falsafah, (8) tasawuf, (9) the Islamic sects —shi’ah—(10) worship and devotional life, dan (11) popular religion.
Pendekatan Normatif atau Keagamaan 1. Pendekatan Misionaris Tradisional
Pendekatan ini muncul dan digunakan pada abad ke-19 pada saat semaraknya aktivitas misionaris di kalangan gereja dan sekte Kristen dalam rangka merespon perkembangan pengaruh politik, ekonomi dan militer negara Eropa di beberapa bagian Asia dan Afrika. Para Para misi mision onar aris is tert tertar arik ik meng menget etah ahui ui dan dan
meng mengka kaji ji Isla Islam m
deng dengan an tuju tujuan an untu untuk k
memper mempermud mudah ah meng-k meng-kri riste sten-k n-kan an orang orang beraga beragama ma lain lain (proselytizing). (proselytizing). Meto Metode de yang yang diguna digunakan kan adalah adalah komper komperati atiff antara antara keyaki keyakinan nan Islam Islam dengan dengan keyaki keyakinan nan Kriste Kristen n yang yang senant senantias iasaa merugi merugikan kan Islam. Islam. Harus Harus diakui diakui konstr konstribu ibusi si para para misio misionar naris is adalah adalah sebaga sebagaii konstributor awal untuk pertumbuhan ilmu Islam. 2. Pendekatan Apologetik
6
Ciri dan karakter pemikiran Muslim pada abad ke-20 adalah pendekatan apologetik. Pendekatan apologetik muncul sebagai respon umat Islam terhadap situasi modern. Di hadapka hadapkan n pada situas situasii modern modern,, Islam Islam ditamp ditampilk ilkan an sebaga sebagaii agama agama yang yang sesuai sesuai dengan dengan modernitas modernitas,, agama peradaban seperti seperti peradaban peradaban Barat. Barat. Pendekatan Pendekatan apologetik apologetik merupakan salah salah satu satu cara cara untuk untuk memper mempertem temuka ukan n kebutuh kebutuhan an masyar masyaraka akatt terhada terhadap p dunia dunia modern modern dengan menyatakan bahwa Islam mampu membawa umat Islam ke dalam abad baru yang cerah dan modern. Tema seperti ini menjadi fokus kajian para penulis buku dari kalangan Islam atau Barat seperti Sayyid Amir Ali dengan bukunya The Spirit of Islam (1922), W.C. Smith, Modern Islam in India (1946), dan Islam in Modern History (1957). Konstr Konstribu ibusi si para para pengkaj pengkajii Islam Islam dengan dengan pendekat pendekatan an apolog apologeti etik k terseb tersebut ut adalah adalah melahirkan melahirkan pemahaman tentang identitas identitas baru terhadap terhadap Islam Islam bagi generasi Islam dan terben terbentuk tuknya nya kebangg kebanggaan aan yang yang kuat kuat bagi mereka. mereka. Kajian Kajian apologet apologetik ik ini telah telah dapat dapat mene menemu muka kan n kemb kembal alii berba berbagai gai aspe aspek k seja sejara rah h dan kebe keberh rhas asil ilan an Isla Islam m yang yang semp sempat at terlupakan oleh masyarakat. Hasilnya dapat dilihat dalam banyak aktivitas penelitian dan karya tulis yang menekankan pada warisan intelektual, kultural, dan agama Islam sendiri. Seperti Seperti halnya halnya misionari misionariss yang tertarik mengkaji Islam, Islam, gerakan gerakan apologetik apologetik ini memiliki beberapa karakteristik. Oleh karena apologetik lebih concern pada bagaimana menampilkan Islam dalam performance yang baik, maka mereka sering terjebak dalam kesa kesala lahan han yang yang tidak tidak meng mengin inda dahk hkan an nila nilaii keil keilmu muan an.. Pend Pendeka ekata tan n apol apolog oget etik ik seri sering ng menghasilkan literatur yang mengandung kesalahan dalam bentuk distorsi, selektivitas dan per perny nyat ataa aan n yang yang berl berleb ebih ihan an dalam dalam meng menggu gunak nakan an bukt bukti, i, seri sering ng mena menamp mpil ilkan kan sisi sisi romant romantism ismee sejara sejarah h dan keberh keberhasi asilan lan ummat ummat Islam, Islam, dan kesala kesalahan han dalam dalam melaku melakukan kan analisis perbandingan, serta disemangati oleh sifat atau karakter tendensius. Kegagalan para apologis Muslim modern adalah melakukan kajian Islam dengan motif dan tujuan untuk mempertahankan diri dan bukan untuk tujuan ilmiah. 3. Pendekatan Irenic (Simpatik)
Sejak perang dunia II telah berkembang berkembang gerakan yang berbeda berbeda di dunia Barat yang diwakili oleh kelompok agama dan universitas. Gerakan tersebut bertujuan memberikan apresiasi yang besar terhadap keberagamaan Islam dan memelihara sikap baru terhadap Islam. Islam. Upaya tersebut dalam rangka menghilangkan menghilangkan sikap negatif negatif Kalangan Kalangan Barat Kristen seperti seperti prasangka, prasangka, perlawanan, dan merendahkan merendahkan terhadap tradisi tradisi Islam. Islam. Pada waktu yang
7
bersamaan terjadi dialog dengan orang Islam dengan harapan membangun jembatan bagi terwujudnya sikap saling simpati antara tradisi agama dan bangsa. Pendekatan ini tetap memperoleh kritikan dari kalangan intelektual, mereka menghadapi kesulitan luar biasa dalam dalam memper mempererat erat hubungan hubungan dengan dengan orang orang Islam Islam diseba disebabkan bkan kecurig kecurigaan aan di kalanga kalangan n Muslim pada masa lampau. Salah satu contoh pendekatan irenic dalam studi Islam adalah karya Kenneth Cragg. Melalui beberapa karya yang ditulis, Cragg menunjukkan kepada Kristen Barat beberapa unsur keindahan dan nilai keberagamaan yang menjiwai tradisi Islam, dan kewajiban orang Kristen adalah terbuka atau menerima hal tersebut. Cragg mampu menggambarkan bahwa Islam Islam memper memperhat hatika ikan n banyak banyak proble problem m dan isu yang yang juga juga fundam fundament ental al menuru menurutt umat umat Kristen. Inti pesan Cragg adalah makna iman Islam adalah terealisasi dalam pengalaman Kristiani. Namun, dalam analisis akhirnya, Cragg tetap terpengaruh keyakinan Kristennya, bahkan ia mengatakan bahwa orang Islam harus menjadi Kristen dan hanya dengan cara demikian, orang Islam menjadi Islam kaffah. Konstribusi karya Cragg adalah bermanfaat untuk memberantas pandangan negatif terhadap Islam yang berkembang luas di kalangan Barat. Contoh Contoh lain lain pendeka pendekatan tan irenic irenic ditera diterapkan pkan oleh oleh W.C. W.C. Smith, Smith, teruta terutama ma dalam dalam karyanya The Faith of Other Men (1962) dan artikelnya berjudul “Comparative Religion, Whither Whither and Why?”(1959) Why?”(1959).. Hal utama utama yang yang ditamp ditampilk ilkan an dalam dalam tulisa tulisan n Smith Smith adalah adalah memahami keyakinan orang lain dan bukan untuk mentransformasikan keyakinan itu, atau dengan dengan motif motif penyeb penyebara aran n agama. agama. Dengan Dengan memili memilih h Cragg Cragg dan Smith Smith sebaga sebagaii contoh contoh penggunaan pendekatan irenic dalam studi Islam, Adams tidak bermaksud mengabaikan akademisi lain yang dapat dikategorikan dengan mereka berdua seperti Montgomery Watt, dan Geoffrey Parrinder.
Pendekatan Deskriptif 1. Pendekatan Filologi 6 dan Sejarah 6
- Berasa Berasall dari dari bahasa bahasa Yunani Yunani,, philologia, gabung ngan an kata kata dari dari philos = ‘TEMAN ’ dan dan logos = philologia, gabu ‘ PEMBICARAAN ’. PEMBICARAAN ’ atau ‘ ILMU ILMU ’.
8
Pendekatan filologi dan sejarah dianggap sangat produktif dalam studi Islam. Lebih dari 100 tahun sarjana membekali diri dengan prinsip-prinsip bahasa orang Islam dan memper memperole oleh h pendid pendidika ikan n dalam dalam bidang bidang metode metode filolo filologi gi untuk untuk memaha memahami mi bahan-b bahan-bahan ahan teks tekstu tual al yang yang menj menjad adii bagi bagian an dari dari kebe kebera raga gama maan an Isla Islam. m. Kary Karyaa di bida bidang ng filo filolo logi gi sebenarnya merupakan kesinambungan dari pendekatan serupa dalam kajian perbandingan baha bahasa sa atau atau stud studii Bibel Bibel.. Hal ini ini dise diseba babk bkan an kare karena na stat status us Baha Bahasa sa Arab Arab meru merupak pakan an perkembangan lebih jauh dari rumpun bahasa Semit. Pendekatan filologi dapat digunakan hampir dalam semua aspek kehidupan umat Islam, tidak hanya untuk kepentingan orang Barat tetapi juga memainkan peran penting dalam dunia orang Islam sendiri yang berbentuk penelitian filologi dan sejarah yang banyak dilakukan oleh pembarahu, intelektual, politisi, dan lain sebagainya. Melalui pendekatan filologi filologi dan sejarah, sejarah, sarjana sarjana telah menemukan kembali masa kejayaan kejayaan budaya Islam yang terlupakan di kalangan Muslim padahal ia menjadi salah satu faktor pada masa sekarang ini untuk melakukan revitalisasi Islam. Menurut Adams, filologi memiliki peran vital dan harus tetap dipertahankan dalam studi studi Islam Islam.. Argume Argumenta ntasi si Adams Adams adalah adalah karena karena Islam Islam memili memiliki ki banyak banyak bahan bahan berupa berupa dokumen-dokumen masa lampau dalam bidang sejarah, teologi, hukum, tasawuf dan lain sebaga sebagainy inya. a. Litera Literatur tur terseb tersebut ut belum belum banyak banyak diterj diterjema emahkan hkan ke dalam dalam bahasa bahasa Eropa, Eropa, sehingga pendekatan filologi sekali lagi memainkan peran vital dalam hal ini. Metode filologi dan sejarah akan tetap relevan untuk studi Islam, baik untuk masa lalu, sekarang maupun yang akan datang. Adams lebih lanjut menjelaskan, penekanan terhadap pendekatan filologi ini bukan berarti tidak menghargai pendekatan lain untuk mengka mengkaji ji kehidupa kehidupan n umat umat Islam Islam kontem kontempor porer. er. Pendeka Pendekatan tan behavi behaviora orall kontemp kontempore orer r terhadap Islam tetap memiliki signifikansi dalam membangun pengetahuan tentang Islam sebagai sebuah living religion. Yang hendak ditegaskan Adams adalah filologi merupakan kata kunci untuk melakukan penelitian penelitian tentang realitas praktek dan kelembagaan kelembagaan Islam di
- Dalam bahasa Yunani, philologia Yunani, philologia berarti ‘SENANG ‘SENANG BERBICARA’. BERBICARA’. - Dari pengertian ini kemudian berkembang menjadi ‘ SENANG BELAJAR’, ’, BELAJAR’, ‘SENANG KEPADA ILMU ’, ‘SENANG KEPADA TULISAN-TULISAN ’, ’, dan kemudian ‘SENANG ‘SENANG KEPADA TULISAN-TULISAN YANG ‘karya-karya sastra’. BERNILAI TINGGI ’ seperti ‘karya-karya sastra’. - Konsep Konsep filolo filologi gi demiki demikian an bertuj bertujuan uan mengun mengungka gkapka pkan n hasil hasil buday budayaa masa masa lampau lampau sebaga sebagaima imana na yang yang terungkap dalam teks aslinya. Studinya menitikberatkan pada teks yang tersimpan dalam karya tulis masa lampau.
9
masa masa lalu lalu.. Meto Metode de dan pende pendeka kata tan n ilmu ilmu beha behavi vior oral al haru haruss digu digunak nakan an apabi apabila la cocok cocok digunakan tetapi tidak harus menolak tradisi penelitian filologi. Pada bagian sub pembahasan tentang pendekatan filologi dan sejarah ini, Adams berharap agar di masa mendatang para pengkaji Islam tetap membekali diri dengan metode penelitian filologi dan sejarah dan juga familier dengan metode dan pendekatan ilmu-ilmu behavi behaviora oral. l. Sampai Sampai dengan dengan sekara sekarang ng masih masih jarang jarang terjad terjadii komuni komunikas kasii antara antara ilmua ilmuan n beha behavi vior or yang yang tert tertar arik ik mengk mengkaj ajii Isla Islam m denga dengan n pengk pengkaj ajii Isla Islam m yang yang meng menggun gunak akan an pendekatan filologi, bahkan antara mereka saling tidak mempercayai. Membaca gagasan Adams mengenai pentingnya filologi agaknya bisa dilacak pada pendapat Max Muller—salah seorang dari tiga pencetus dan pendiri the study of religion 7 — yang juga sangat menekankan soal perbekalan bahasa bagi pengkaji agama. Sampai-sampai ia mengutip paradoks Goethe yang mengatakan: “He who knows one language knows none”8. Mudah dipahami bahwa menguasai bahasa dapat membantu memahami sendiri secara langsung suatu agama, dibanding jika melalui terjemahan atau tulisan hasil tangan kedua yang kemungkinan besar akan mengandung kesalahan-kesalahan dalam pemahaman. Apalagi jika penerjemah bukan pemeluk agama yang bersangkutan. Bagi Joachim Wach, penguasaan bahasa bagi para pengkaji atau studi agama akan memungkinkan untuk memperoleh the most extensive information, information, yaitu informasi yang luas luas berkai berkaitan tan dengan dengan subjec subjectt matter matter-ny -nyaa sehing sehingga ga akan akan memung memungkin kinkan kan pemaha pemahaman man terhadap fenomena agama9. Dengan penguasaan bahasa akan diperoleh kebenaran deskripsi agam agamaa seca secara ra akade akademi mik k dan dan juga juga keben kebenar aran an menu menuru rutt pers perspe pekt ktif if atau atau pand pandang angan an pemeluknya. 2. Pendekatan Ilmu-ilmu Sosial
Perkembangan Perkembangan yang sangat penting pada abad ini adalah lahirnya lahirnya ilmu sosial sosial yang mewarn mewarnai ai dan merama meramaika ikan n kehidu kehidupan pan akadem akademik ik dan intele intelektu ktual. al. Ilmuw Ilmuwan an sosial sosial telah telah tertarik terhadap Timur Tengah, terutama melakukan pengkajian tentang Islam. Di Amerika Utara, banyak karya hasil tulisan ilmuwan sosial terutama yang mengkaji aspek tradisi Islam secara kuantitatif. Kajian tersebut bukan dihasilkan oleh ilmuan berbasis humanitis 7
8 9
Dua orang lainnya adalah Cornelis P. Tiele dan Pierre D. Chantapie De la Saussaye yang dianggap sebagai three founders of the study of religion. Lihat Jacques Waardenburg (ed), Classical Approaches to the Studies of Religions, Vol. I (Paris: I (Paris: Mouton – The Haque, 1973), 13 -17 Jacques Waardenburg (ed), Classical Approaches to the Studies of Religions , 93. Joachim Wach, The Comparative Study of Religion, Religion , (New York and Columbia Univerity, 1966), 9
10
atau penulis yang mempunyai latar belakang pendidikan studi agama. Karya ilmuwan sosial tersebut dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa yang mengambil area studi Timur Tengah karena metode yang digunakan digunakan ilmuwan sosial dapat dijadikan dijadikan alat analisis analisis untuk memperluas pemahaman kita. Untuk menemukan ciri-ciri dari “pendekatan ilmu-ilmu sosial” untuk studi Islam sangatlah sulit. Hal ini disebabkan karena beragamnya pendapat di kalangan ilmuwan sosial sendiri tentang validitas kajian yang mereka lakukan. Salah satu ciri utama pendekatan ilmu-ilmu ilmu-ilmu sosial adalah pemberian pemberian definisi definisi yang tepat tentang wilayah telaah mereka. mereka. Adams berpendapat berpendapat bahwa studi sejarah sejarah bukanlah bukanlah ilmu sosial, sebagaimana sebagaimana sosiologi sosiologi.. Perbedaan Perbedaan mendasar terletak terletak bahwa sosiolog sosiolog membatasi membatasi secara pasti bagian dari aktivitas aktivitas manusia yang dijadikan fokus studi dan kemudian mencari metode khusus yang sesuai denga dengan n objek objek ters terseb ebut ut,, sedan sedangk gkan an seja sejara rahwa hwan n memi memili liki ki tuju tujuan an lebi lebih h luas luas lagi lagi dan dan menggunakan metode yang berlainan. Asumsi dalam diri ilmuwan sosial, salah satunya adalah bahwa perilaku manusia mengikuti teori kemungkinan (possibility) dan objektivitas. Bila perilaku manusia itu dapat didefn didefnis isika ikan, n, diberl diberlakuk akukan an sebagai sebagai entit entitas as objekt objektif, if, maka maka akan dapat dapat diamat diamatii dengan dengan menggunakan metode empiris dan juga dapat dikuantifikasikan. Dengan pendekatan seperti itu, ilmuwan sosial menggambarkan agama dalam kerangka objektif, sehingga agama dapat “dijelaskan” dan peran agama dalam kehidupan masyarakat dapat dimengerti. Penelitian dalam ilmu sosial bertujuan untuk menemukan aspek empiris dari keberagamaan. Kritikan dan kelemahan pendekatan ilmuwan sosial seperti ini, menurut Adams adalah hanya akan menghasilkan deksripsi yang reduksionis terhadap keberagamaan seseorang. Dengan menggunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial, maka agama akan dijelaskan dengan beberapa teori, misalnya agama merupakan perluasan dari nilai-nilai sosial, agama adalah adalah mekani mekanisme sme integr integrasi asi sosial sosial,, agama agama itu berhubu berhubungan ngan dengan dengan sesuat sesuatu u yang yang tidak tidak diketahui dan tidak terkontrol, dan masih banyak lagi teori lainnya. Sekali lagi, pendekatan ilmu-ilmu sosial menjelaskan aspek empiris orang beragama sebagai pengaruh dari norma sosial, dorongan instinktif untuk stabilitas sosial, dan sebagai bentuk ketidak berdayaan manusia dalam menghadapi ketekutan. Tampak jelas bahwa pendekatan ilmu-ilmu sosial memberikan penjelasan mengenai fenomena agama dalam kerangka seperti hukum sebabakibat, supply and demand, atau stimulus and respons.
11
Adams Adams menunj menunjukka ukkan n kelema kelemahan han lain lain dari dari pendekat pendekatan an ilmuilmu-ilm ilmu u sosial sosial adalah adalah kecende kecenderun rungan gan mengkaj mengkajii manusi manusiaa dengan dengan cara cara membag membagii aktivi aktivitas tas manusi manusiaa ke dalam dalam bagian-bagian atau variabel yang deskrit. Akibatnya, seperti yang dapat dilihat, terdapat ilmuwan sosial yang mencurahkan perhatian studinya pada perilaku politik, interaksi sosial dan organisasi sosial, perilaku ekonomi, dan lain sebagainya. Sebagai akibat lebih lanjut dari kelemahan ini, muncul dan dikembangkan dikembangkan metode masing-masing masing-masing bidang atau aspek, kemudian berdirilah fakultas dan jurusan ilmu-ilmu sosial di beberapa universitas. Fakta terseb tersebut ut membukt membuktika ikan n bahwa bahwa telah telah terjad terjadii fragme fragmenta ntasi si pendeka pendekatan tan dan terkot terkotakny aknyaa konsepsi tentang manusia. Kritikan Adams terhadap pendekatan ilmu-ilmu sosial paralel dengan pendapat W.C. Smith yang menyatakan bahwa aspek-aspek eksternal agama dapat diuji secara terpisah-pisah dan inilah kenyataannya yang berlangsung sampai beberapa waktu waktu yang yang lalu, lalu, khusus khususnya nya pada tradis tradisii Eropa. Eropa. Padaha Padahall persoa persoalan lannya nya terseb tersebut ut dalam dalam dirinya bukanlah agama10. Meskipun memberikan kritik dan menunjukkan kelemahan pendekatan ilmu-ilmu sosial, Adams mengakui tetap perlu adanya pendekatan interdisipliner dalam melakukan studi tentang budaya manusia. Konstribusi ilmuwan sosial—dengan menggunakan salah satu disiplin ilmu sosial—seperti ilmuwan politik, ilmuwan sosial, dan antropolog yang tertarik pada wilayah di Timur Tengah atau masyarakat Muslim. Mereka menulis sesuai dengan fokus keahlian mereka, mereka concern terhadap Islam yang dilihat mempengaruhi fokus yang dikajinya. Pertanyaan yang dimunculkan misalnya adalah efek Islam terhadap politik di salah satu negara atau hubungan orientasi agama dengan pembangunan ekonomi atau atau perubah perubahan an sosial sosial.. Dari Dari perspe perspekti ktiff yang yang sepert sepertii ini agama agama menemu menemukan kan maknan maknanya ya sebagai fungsi dari realitas aktivitas lainnya. Karena bidang kaji ilmuwan sosial ditentukan oleh ketertarikan terhadap fokus tertentu, mereka akan memilih salah satu aspek dari Islam sesuai atau menurut tujuan mereka. Terhadap aspek Islam yang menurutnya penting, maka ilmu sosial akan membahas dan menjadikannya bernilai. Oleh sebab itu, karena ilmuwan dalam dalam bidang bidang polit politik ik dan sosiol sosiologi ogi bukanl bukanlah ah ahli ahli sejara sejarah h agama, agama, maka maka karya karya mereka mereka tent tentan ang g agam agamaa mung mungki kin n sedi sediki kitt memb member erik ikan an kepu kepuas asan an dan dan kura kurang ng komp kompli litt jika jika dibandingkan dengan karya tulis mahasiswa perbandingan agama dalam bidang politik atau kekuatan sosial. 10
W.C. Smith, “Perkembangan dan Orientasi Ilmu Perbandingan Agama” , dalam Ahmad Norma Permata, Metodologi Studi Agama, 77
12
Menuru Menurutt Adams Adams pengecua pengecuali lian an harus harus diberi diberikan kan untuk untuk pendeka pendekatan tan antrop antropolo ologi. gi. Dala Dalam m banya banyak k hal, hal, pende pendeka kata tan n antr antrop opol olog ogii dan dan seja sejara rah h agam agamaa sanga sangatt erat erat.. Hal Hal ini ini disebabkan karena kedua disiplin ini sama-sama tertarik untuk mengkaji seluruh kehidupan masy masyar arak akat at,, antro antropo polo log g mele melebi bihi hi ilmu ilmuwan wan polit politik ik,, sosi sosiol ologi ogi atau atau ekono ekonomi mi kare karena na antropolog mengkaji seluruh aspek kehidupan masyarakat beragama yang dijadikan subjek studi. Pendekatan antropologi tertarik untuk mengkaji fenomena agama dan seluruh aspek ekspresi keberagamaan. Di antara ilmuwan sosial yang melakukan kajian Islam dengan pend pendek ekat atan an
antr antropo opolo logi gi
adal adalah ah
Clif Cliffo ford rd
Geer Geertz tz..
Pend Pendek ekat atan an
antro antropo polo logi gi
mamp mampu u
menghasilkan studi yang menjelaskan tentang ekspresi keberagamaan Islam lokal menurut tempat dan gaya hidup yang berlainan. Seorang ilmuwan sosial yang tetap mempertahankan model studi dengan memilih dan mengko mengkotak takkan kan aktivi aktivitas tas manusi manusiaa ke dalam dalam bentuk bentuk bagian bagian-bag -bagian ian,, sebaga sebagaii sudut sudut pandang secara sempit tetapi masih sangat penting adalah pendekatan yang dilakukan oleh C.A.O. van Nieuwenhuijze dalam sebuah tulisannya “The Next Phase of Islamic Studies: Sociology?”. Sociology?”. Van Nieuwenhuijze menyatakan bahwa metode sosiologi dan ilmu sosial lainnya mungkin akan menambah pemahaman baru tentang tradisi keberagamaan Islam. 3. Pendekatan Fenomenologi
Di samp sampin ing g
mela melalu luii
pend pendek ekat atan an yang yang tela telah h
dise disebu butk tkan an,,
sese seseor oran ang g
dapa dapatt
mencurahkan waktu dan energi untuk studi Islam dengan pendekatan atau dalam bentuk Religionswissenschaft. Religionswissenschaft.11 Mere Mereka ka yang yang meng menggun gunak akan an pende pendeka kata tan n ini ini seca secara ra form formal al memperoleh pendidikan tradisi Eropa dalam studi agama yang lahir dalam seperempat ahir abad ke-19, dan mereka yang berjuang keras menggunakan pendekatan ilmiah terhadap agama sebagai sebuah fenomena sejarah yang universal dan sangat penting. Di Amerika Utara pendekatan studi seperti ini dikenal dengan sebutan sejarah agama atau perbandingan agam agama. a.
Adam Adamss
dala dalam m
tuli tulisa san n
ini ini
meng mengab abai aika kan n
baga bagaim iman anaa
peru peruba baha han n
kons konsep epsi si
Religionswissenschaft seperti pada awal kemunculannya kemudian menjadi fenomenologi seba sebaga gaii sala salah h satu satu ciri ciri pende pendeka kata tan n dala dalam m studi studi agam agama. a. Diak Diakui ui Adam Adamss sanga sangatt suli sulitt mendef mendefini inisik sikan an fenome fenomenol nologi ogi agama, agama, karena karena memang memang mereka mereka sendir sendirii yang yang menyeb menyebut ut fenomenologi agama. 11
Istilah Religionswissenschaft Religionswissenschaft pertama kali digunakan pada tahun 1867 oleh Max Muller, dia menggunakan istilah ini dalam rangka mengidentifikasikan bahwa disiplin ini lepas dari filsafat agama dan teologi. Joseph M. Kitagawa, “Sejarah Agama-agama di Amerika”, dalam Ahmad Norma Permata, Metodologi Studi Agama, 126 – 127
13
Ada dua hal yang menjadi karakteristik pendekatan fenomenologi. Pertama, bisa dikatakan bahwa fenomenologi merupakan metode untuk memahami agama orang lain dalam perspektif netralitas, dan menggunakan preferensi orang yang bersangkutan untuk mencoba mencoba melakukan melakukan rekonstruks rekonstruksii dalam dan menurut menurut pengalaman pengalaman orang lain tersebut. tersebut. Dengan kata lain semacam tindakan tindakan menanggalkan menanggalkan-diri -diri sendiri (epoche), dia berusaha berusaha menghidupkan pengalaman orang lain, berdiri dan menggunakan pandangan orang lain tersebut. Aspek Aspek fenome fenomenol nologi ogi pertam pertamaa ini— ini— epoche —sangatlah —sangatlah fundamental dalam studi Islam. Ia merupakan kunci untuk menghilangkan sikap tidak simpatik, marah dan benci atau pendekatan yang penuh kepentingan (intertested approaches) dan fenomenologi telah membuka pintu penetrasi dari pengalaman keberagamaan Islam baik dalam skala yang lebih luas atau yang lebih baik. Konstribusi terbesar dari fenomenologi adalah adanya norma yang digunakan dalam studi agama adalah menurut pengalaman dari pemeluk agama itu sendir sendiri. i. Fenome Fenomenol nologi ogi bersum bersumpah pah mening meninggal galkan kan selama selama-lam -lamany anyaa semua semua bentuk bentuk penjelasan yang bersifat reduksionis mengenai agama dalam terminologi lain atau segala pemberlakuan kategori yang dilukiskan dari sumber di luar pengalaman seseorang yang akan dikaji. Hal yang terpenting dari pendekatan fenomenologi agama adalah apa yang dial dialam amii oleh oleh peme pemelu luk k agam agama, a, apa yang yang dira dirasa saka kan, n, diaka diakata taka kan n dan dan dike dikerj rjaka akan n sert sertaa bagaimana pula pengalaman tersebut bermakna baginya. Kebenaran studi fenomenologi adalah penjelasan tentang makna upacara, ritual, seremonial, doktrin, atau relasi sosial bagi dan dalam keberagamaan pelaku. Pendekatan fenomenologi juga menggunakan bantuan disiplin lain untuk menggali data, seperti sejarah, sejarah, filologi, filologi, arkeologi, arkeologi, studi sastra, psikologi, psikologi, sosiologi, sosiologi, antropologi antropologi dan sebagainya. Pengumpulan data dan deskripsi tentang fenomena agama harus dilanjutkan dengan interpretasi data dengan melakukan investigasi, dalam pengertian melihat dengan tajam tajam strukt struktur ur dan hubunga hubungan n antar antar data data sekait sekaitan an dengan dengan kesada kesadaran ran masyar masyaraka akatt atau atau individu yang menjadi objek kajian. Idealnya, bagi seorang fenomenologi agama yang mengkaji Islam harus dapat menjawab pertanyaan: apakah umat Islam dapat menerima sebaga sebagaii kebenar kebenaraan aan tentan tentang g apa yang yang digamb digambark arkan an oleh oleh fenome fenomenol nologi ogiss sebagai sebagaiman manaa mereka meyakini agamanya? Apabila pertanyaan ini tidak dapat terjawab, maka apa yang dihasilkan melalui studinya bukanlah gambaran tentang keyakinan Islam. Dalam hal ini,
14
Adams menguatkan apa yang dikatakan W.C. Smith yang menyarankan bahwa pernyataan tentang sebuah agama oleh peneliti dari luar (outsider) harus benar, jika pemeluk agama tersebut mengatakan “ya” terhadap deskripsi tersebut12. Aspek Aspek Kedua Kedua dari dari pendeka pendekatan tan fenome fenomenol nologi ogi adalah adalah mengkon mengkonstr struks uksii rancan rancangan gan taksonomi untuk mengklasifikasikan fenomena masyarakat beragama, budaya, dan bahkan epoche. epoche. Tugas Tugas fenome fenomenol nologi ogiss setela setelah h mengum mengumpul pulkan kan data data sebany sebanyak ak mungki mungkin n adalah adalah mencari kategori yang akan menampakkan kesamaan bagi kelompok tersebut. Aktivitas ini pada intinya adalah mencari struktur dalam pengalaman beragama untuk prinsip-prinsip yang yang lebi lebih h luas luas yang yang namp nampak ak dala dalam m memb memben entu tuk k kebe kebera raga gama maan an manu manusi siaa seca secara ra menyeluruh. Pendekatan fenomenologi menjadi populer di Amerika Utara dalam beberapa tahun terakhir terakhir ini karena pengaruh Mircea Eliade dan murid-muri murid-muridnya, dnya, namun hampir tidak ada upaya untuk mengaplikas mengaplikasikan ikan metode dan pendekatan pendekatan ini untuk mengkaji Islam. Menurut Adams, penerapan pendekatan fenomenologi lebih baik untuk penelitian keberagamaan masyarakat yang diekspresikan terutama dalam bentuk non-verbal dan pre-rasional, oleh sebab itu fenomenologi lebih besar memfokuskan perhatiannya pada agama primitif dan agama kuno.
B. Bidang Kajian Studi Islam
Adams membagi bidang kajian dalam studi Islam terdiri dari delapan bidang, yaitu Arab Arab pra-Is pra-Islam lam,, studi studi tentan tentang g Nabi Muhamm Muhammad, ad, studi studi al-Qur al-Quran, an, studi studi Hadis, Hadis, kalam, kalam, tasawuf, aliran Islam khususnya Syi’ah, serta popular religion. Pembagian bidang kajian yang menjadi subject matter studi Islam seperti di atas dipengaruhi oleh definisi Adams tentang Islam dan Agama. Meski pun Adams pesimistis untuk dapat menemukan kesepakatan umum tentang definisi Islam, namun dia akhirnya mengat mengatakan akan bahwa bahwa Islam Islam bukan bukan hanya hanya terdir terdirii dari dari satu satu hal (one (one thing) thing),, tetapi tetapi Islam Islam mempunyai banyak hal (many things) yang selalu berubah dan berkembang sehubungan dengan kondisi sejarah. Apapun definisi ilmuwan tentang Islam, menurut Adams, Islam dapat dijadikan objek kajian sebagai bagian dari sejarah. 1. Kajian Arab pra-Islam 12
Fazlur Rahman, “Approaches to Islam in Religious Studies, Review Essay ”, dalam Richard Martin (ed.), Approaches to Islam in Religious Studies , 190
15
Terdapat Terdapat kesepakatan kesepakatan yang mesti mesti diterima diterima sebelum membicarakan membicarakan apa yang dimaksud dimaksud Arab sebelum sebelum Islam Islam dibatasi dibatasi pada latarbelakan latarbelakang g Islam Islam saja untuk Arab praIslam. Siapapun yang membicarakan tentang hal ini, khususnya mahasiswa studi agama kuno Timur Dekat, akan menerima bahwa terdapat kesinambungan antara Islam dengan agama bangsa Semit. Oleh sebab itu latarbelakang munculnya Islam adalah sejarah agama Timur Dekat secara keseluruhan. Kita membatasi maksud Arab pra-Islam adalah Arab menjelang kemunculan Islam. Bagi Bagi Adam Adams, s, yang yang penti penting ng diga digari riss bawa bawahi hi di sini sini adal adalah ah kesin kesinam ambun bunga gan n pengalaman agama Islam dengan tradisi besar agama Timur Dekat, yang mempunyai hubungan
erat
antara
keduanya
dan
hal
ini
seringkali
dilupakan.
Pengetahuan tentang agama dan kondisi kehidupan sosial lainnya pada Arab pra-Islam dalam beberapa tahun tidak dapat diketahui disebabkan karena pemerintah Arab tidak mengizinkan dilakukankanya arkeologi dan melarang orang asing bepergian ke sana. Kajian interpretative mengenai Arab pra-Islam dilakukan oleh beberapa sarjana seperti Goldziher, Wellhausen, Margoulioth, Noldoke, Lamments, Lyall dan Nicolson, semua nama tersebut ini termasuk generasi masa lalu, yang karya mereka masih sangat penting sampai dengan sekarang. Kebanyakan dari pendahulu ini menggambarkan materi untuk karya mereka tentang Arab pra-Islam berasal dari sumber-sumber sastra: seperti Jahili, sirah, dari peninggalan ahli sejarah Arab atau berupa kompilasi seperti Kitab al-Ghani dan bahkan bersumber dari al-Quran. Mereka memberikan gambaran sikap bangsa Arab pra-I pra-Isla slam m di mana mana Muhamm Muhammad ad meuncu meuncull dan dilahi dilahirka rkan n yang yang karya karya terseb tersebut ut tidak tidak dikritisi dikritisi oleh karya-kary karya-karyaa belakangan. belakangan. Diantara Diantara yang paling paling signifikan signifikan konstribusi konstribusi dalam pencerahan pemahaman tentang Arab sebelum Islam adalah upaya Toshihiko Izutsu yang menunjukkan secara tepat unsur moral dalam pandangan bangsa Arab yang sesuai sesuai dengan dengan ajaran ajaran al-Qur al-Quran. an. Kajian Kajian Montgom Montgomery ery Watt Watt tentan tentang g latar latar belaka belakang ng ekonom ekonomii dan sosial sosial dari muncul munculnya nya Islam dan peran hubungan hubungan antar suku suku dalam dalam bukunya tentang Muhammad, dan kajian antropologis RB. Serjeant berkaitan dengan lembaga agama bangsa Arab sebelum Islam. Nama lain dapat disebut di sini adalah Thaha Husayn, AJ. Arerry, Sezgin dan Brockelmann. Salah satu cara mengkaji asal usul agama Bangsa Arab peninsula adalah melalui karya archeology tentang sejarah kuno agama. Nama yang berjasa dalam bidang ini
16
misa misaln lnya ya G. Ryck Ryckma man, n, J. Pire Pirenn nne, e, Ruth Ruth Stic Stichl hl dan dan Herm Herman ann n von von Wiss Wissma man. n. Perkem Perkembang bangan an yang yang sangat sangat besar besar dalam dalam bentuk bentuk deskri deskripsi psi sistem sistemati atiss tentan tentang g aspek aspek kehidupan beragama pada Arab pra-Islam dibukukan oleh sarjana Perancis yang terdiri dari tiga nama penting: Vishr Fares, Joseph Chelhod, d an Toufic Fahd. 2. Kajian Muhammad
Studi tentang kehidupan Muhammad menjadi semarak dalam beberapa tahun sejak sejak perang perang dunia dunia II melalui melalui beberap beberapaa karya karya pentin penting g yang yang bermun bermuncul culan. an. Adams Adams memberikan contoh beberapa penulis dan pengkaji dalam bidang ini. Satu di antaranya adalah Montgomery Watt yang menampilkan dimensi sosial dan ekonomi serta latar belakang aktivitas kenabian Muhammad. Karya Watt lebih menekankan aspek moral dari Nabi Muhammad dan belum menjelaskan bagaimana makna agama dari perspektif umat Islam pada masa Muhammad. Kajian Kajian berbed berbedaa yang yang member memberii sumbang sumbangsih sih besar besar dalam dalam karya karya tentan tentang g Nabi Nabi adalah A. Guillaume yang menerjemahkan karya Ibn Hisham, Shirat al-Nabi. Biografi dalam dalam bahasa bahasa Arab Arab ini merupa merupakan kan sumber sumber utama utama inform informasi asi tentan tentang g Muhamm Muhammad, ad, aktivitasnya, sahabatnya, dan waktunya yang digunakan untuk kita. Dalam penilaian Adams buku tersebut sangat tebal dan paling sulit digunakan, kecuali bagi mereka yang ber berpen pendi didi dika kan n Bahas Bahasaa Arab Arab dala dalam m vers versii asli asliny nya. a. Oleh Oleh seba sebab b itu, itu, terj terjem emaha ahan n A. Guillaume adalah karya berharga bagi orang Eropa di samping juga catatan kritisnya terhad terhadap ap buku terseb tersebut. ut. Karya Karya lain lain yang yang dijadi dijadikan kan sampel sampel oleh oleh Adams Adams antara antara lain lain Marsden Jones, Regis Blachere, R.B. Serjeant, dan Harris Birkeland. Satu bidang kajian yang masih perlu mendapat perhatian dan dikembangkan menurut Adams adalah eksplorasi tentang kehidupan keberagamaan Muslim pada masa Muha Muhamm mmad. ad. Menu Menuru rutt Adam Adamss kita kita bisa bisa meru meruju juk k pada pada peran peran Muha Muhamm mmad ad dalam dalam kesali kesalihan han Islam, Islam, fungsi fungsi keberag keberagama amaan an bagi bagi masyar masyarakat akat dan posisi posisi kenabia kenabian n dalam dalam pemahaman Islam. Karya terakhir dalam bidang ini barulah tulisan Tor Andrae yang berjudul Die Person Muhammads. Bagi Adams, sebenarnya posisi Muhammad dalam per persp spek ekti tiff dan dan pemi pemiki kira ran n oran orang g Isla Islam m lebi lebih h pent pentin ing g dari dari pada pada biog biogra rafi fi dan dan perkembanga perkembangan n kepribadian kepribadian Muhammad. Pusat perhatian perhatian tulisan tulisan yang dibuat contoh pad padaa para paragr grap ap di atas atas lebi lebih h kepa kepada da Muha Muhamm mmad ad seba sebaga gaii Nabi Nabi,, diba diband ndin ingk gkan an Muhammad sebagai manusia. Mestinya, kajian historis dan kritis tidak hanya berhenti
17
pada persepsi keagamaan keagamaan tentang tentang Muhammad Muhammad sebagai nabi, melainkan diarahkan pada eksplorasi empiris bagaimana orang Islam berfikir mengenai Muhammad. 3. Kajian Al-Qur’an
Studi Studi al-Qur al-Quran an yang yang dilaku dilakukan kan sarjan sarjanaa Barat Barat pada dasarn dasarnya ya terfok terfokus us pada persoalanpersoalan-perso persoalan alan kritis kritis yang mengelilin mengelilingi gi kitab suci orang Islam ini. PersoalanPersoalan persoalan tersebut seperti pembentukan teks al-Quran, kronologis turunnya al-Quran, sejarah teks, variasi bacaan, hubungan antara al-Quran dengan kitab sebelumnya, dan isu-isu lain seputar itu. Kebanyakan karya dalam problem itu dilakukan oleh sarjana abad 19, yang paling penting adalah Theodor Noldeke. Kajian kritis terhadap al-Quran adalah juga dilakukan oleh sekelompok sarjana Jerman bekerjasama dengan sarjana lain. Projek ini berhenti saat terjadi pengeboman kota Munich dalam Perang Dunia II yang menghancurkan manuskrip dan bahan-bahan lain. Terakhir adalah Arthur Jeffery yang mempublikasikan Material for the History of the Text of the Quran. Menurut Adams, sangat sulit ditemukan karya kritis terhadap teks al-Quran baik di dunia Islam sendiri maupun dunia Barat. Mungkin usaha yang sangat impresif adalah karya Toshihiko Izutsu berjudul The Structure of the Ethical Terms in the Koran, Koran, yang direvisi menjadi Ethico-Religious Qur’an, dan menjadi Ethico-Religious Concept in the Qur’an, God and Man in the Koran. Koran. Izutsu Izutsu menggun menggunakan akan metode metode analis analisis is semant semantik ik yang yang canggih yang mengembangkan makna huruf-huruf dan konsep kunci dalam teks alQuran secara mendalam, dan mendemontrasikan hubungan struktural di antara konsepkonsep tersebut dalam al-Quran sebagai satu kesatuan. Keragaman metode analisis semant semantik ik terhada terhadap p al-Qur al-Quran an juga juga telah telah dikemb dikembangk angkan an oleh oleh sekelo sekelompo mpok k sarjan sarjanaa di Universitas St. Joseph di Beirut. Teknik yang digunakan berupa sebuah indeks al-Quran dan sekumpulan kartu, yang dapat dimanfaatkan dan dihubungkan satu dengan lainnya untuk melakukan investigasi hubungan di antara ide dasar yang terdapat dalam alQuran. Perkembangan lain adalah digunakannya komputer dalam studi al-Quran. 4. Kajian Hadis
Adams menyebut empat nama orang yang dapat dijadikan ukuran dalam melihat studi hadis, yaitu Ignaz Goldziher, Joseph Schacht, Nabia Abbott, dan Fuaf Sezgin. Juga dapat ditambahkan lagi adalah Fazlur Rahman. Karya Abbott yang diterbitkan pada tahun 1967 dalam volume 2 Studies in Arabic Literary Papyrii, tidak secara
18
langsung membahas dan mempertanyakan keaslian hadis sebagaimana dipertanyakan oleh Goldzihier. Perhatian Abbott adalah pada hadis sohih seperti tulisan Schacht. Hal lain lain yang yang dibaha dibahass Abbot Abbot adalah adalah tentan tentang g keberad keberadaan aan hadis hadis dan sunnah sunnah pada abad pertama, eksistensi pengumpulan dan penulisan hadis dari masa awal dan kelangsungan periwayatan sampai dengan abad ketiga. Hal lain yang menjadi concern Abbot dalam karyan karyanya ya adalah adalah perdeb perdebata atan n keasli keaslian an hadis hadis dan studi studi tentan tentang g tadwin tadwin al-hadi al-hadiss atau atau kodifi kodifikas kasii hadis. hadis. Pada Pada tahun tahun yang yang sama sama Abbott Abbott menerb menerbit itkan kan volume volume papyri papyri yang yang mengkaji tentang tafsir al-Quran dan hadis, yang juga muncul pada volume 1 karya Sezgin Geschichle des Arabischen Schrifttums. Salah satu persoalan dasar dalam studi hadis adalah masalah keaslian hadis, disebabkan karena sedikitnya sumber data dalam bentuk tulisan dari abad pertama Islam. Di antara perkembangan paling baru dalam studi hadis adalah tentang makna hadis bagi masyarakat. Salah satu di antaranya adalah munculnya ketertarikan dalam perdebatan tentang otoritas hadis di kalangan Muslim, yang sudah mulai muncul dari waktu ke waktu dalam sejarah Islam tetapi menjadi lebih intensif pada masa sekarang. Di beberap beberapaa negara negara Islam Islam banyak banyak karya karya yang yang memper mempertan tanyak yakan an posisi posisi hadis hadis dalam dalam pemikiran keagamaan Islam yang ditandai dengan pembatasan peran hadis. Tulisa Tulisan n yang yang membaha membahass persoa persoalan lan ini adalah adalah karya karya Mahmud Mahmud Abu Rayyah Rayyah (1967)—penulis Mesir—berjudul Adwa ‘ala al-Sunnah al-Muhmmadiyah dan karya penul penulis is Pakist Pakistan: an: Ghulam Ghulam Gilani Gilani Barq, Barq, Ghulam Ghulam Ahmad Ahmad Parvis Parvis dan Abu A’la A’la alMaududi. Topik yang diangkat dalam karya-karya ini menimbulkan kontroversi antara muslim (konservatif)13 dengan muslim liberal atau modern yang banyak mempersoalkan masalah otentisitas hadis. Aspek kehidupan dan pemikiran muslim modern ini ternyata memp memper erol olea eah h perh perhat atia ian n sarj sarjan anaa Bara Barat, t, sepe sepert rtii GHA GHA Juyn Juynbo boll ll mela melalu luii publ publik ikas asii penelitia penelitian n doktornya doktornya “the “the Authent Authentici icity ty of the Tradit Tradition ion Literat Literature: ure: Discuss Discussion ionss in Modern Modern Egyp Egypt, kary karya— a—ti tida dak k dipub dipubli likas kasik ikan an—B —Bar arq q dan Parv Parvez ez dan karya karya yang yang berka berkait itan an dengan dengan Maududi Maududi dan Shibli Shibli Nu’man Nu’manii keduany keduanyaa merupa merupakan kan konstr konstribu ibutor tor penting di benua India. Bentuk lain studi hadis adalah karya William Paul McLean berjudul Jesus berjudul Jesus in the Quran and Hadis Literature (tesis MA di McGill tahun 1970). Dia 13
Islam (Muslim) konservatif, kadang diartikan sebagai suatu pangaplikasian ajaran agama (islam) terlalu "berlebihan", hingga kadang gak sesuai ama jaman. Dalam http://heavans.multiply.com http://heavans.multiply.com/journal/item/56/ /journal/item/56/konservatif_hmm konservatif_hmm... ... (diakses kamis-31 maret 201-10.37wib)
19
menyatakan bahwa Yesus digambarkan dalam hadis tidak hanya berbeda dari gambaran al-Quran, tetapi sangat radikal. 5. Kajian Kalam
Kalam atau teologi Islam merupakan salah satu bidang kajian yang sulit karena komple kompleksi ksitas tas dan luasny luasnyaa objek objek kajian kajian.. Teolog Teologii atau atau ekspre ekspresi si intele intelektu ktual al secara secara sistemati sistematiss mengenai mengenai keyakinan keyakinan beragama beragama menjadi menjadi bidang yang menarik menarik mahasiswa mahasiswa agama. Kajian kalam pada masa-masa awal Islam menjadi bagian dari studi filsafat, studi fiqh, studi tradisi dan bagian dari politik. Pada masa awal Islam teologi Islam merupakan merupakan pemikiran yang menjadi menjadi urat nadi kehidupan kehidupan masyarakat masyarakat karena persoalan persoalan teologi mempunyai relevansi dengan kehidupan sehari-hari. Kajian bidang sejarah pemikiran teologi Islam dilakukan oleh sarjana pada abad 19 samp sampai ai denga dengan n pera perang ng dunia dunia I. Kary Karyaa ters terseb ebut ut antar antaraa lain lain tuli tulisa san n Goldziher (Vorl (Vorlesu esung ngen, en, 1910) 1910),, Dunc Duncan an Black Black MacD MacDona onald ld (the (the Devel Developm opmen entt of Musl Muslim im Theology, Jurisprudence and Constitutional Theory, 1903) dan buku karangan Max Horten yang masih menjadi sumber rujukan dalam bidang ini. Karya berjudul The Muslim Creed karangan Creed karangan AJ. Wensinck lebih jauh mengeksplorasi beberapa tema dasar tentang pemikiran teologis yang dijelaskan secara detail dan menarik. Di masa sekarang kajian mendasar tentang sejarah awal adalah tulisan MM Anawati dan Louis Garde Introducti ction on a la Theolog Theologie ie Musulma Musulmane ne,, yang (1948) berjudul berjudul Introdu yang mengado mengadopsi psi model model sistematis aliran teologis di tradisi Islam yang diinformasikan oleh aliran-aliran yang menjadi latar belakang kristennya. Hampir semua karya tentang sejarah teologi Islam dari awal sampai sekarang didasarkan pada karya heresiograpis dari negara Islam awal. Yang penting adalah karya Kitab b al-Milal al-Milal wa al-Nihal, al-Nihal, al-Bagdadi, al-Farq bayn al-Fiaq al-Fiaq al-Shahrastani berjudul berjudul Kita dan al-Ashari, Maqalat al-Islamiyat . Buku-buku tersebut bertujuan mendeskripsikan ajaran yang bervariasi dan kelompok aliran yang muncul pada abad awal dan membuat klasifikasinya. Karya tersebut menjadi sumber utama bagi pengetahuan kita tentang indivi individu du dan kelomp kelompok ok yang yang tidak tidak mening meninggal galkan kan tulisa tulisan n atau atau bukti bukti lain lain mengena mengenaii pandangan mereka. Sebaga Sebagaii tambaha tambahan n terhada terhadap p karya karya dalam dalam sejara sejarah h teolog teologi, i, para para sarjan sarjanaa juga juga mengk mengkai aitk tkan an denga dengan n beber beberap apaa tokoh tokoh pent pentin ing g dari dari teol teolog ogii Isla Islam m dalam dalam bent bentuk uk
20
penjelasan yang detail. Mungkin studi yang paling mendalam dan luas adalah karya tent tentan ang g
al-G al-Gha haza zali li,,
yang yang
samp sampai ai
seka sekara rang ng
menj menjad adii
lite litera ratu ture re
yang yang
sang sangat at
dipertimb dipertimbangkan angkan dalam bentuk teks, terjemahan terjemahan,, studi monograf, monograf, dan biografi. biografi. AlGhazal Ghazalii sufi sufi atau atau filoso filosoff daripa daripada da al-Gha al-Ghazal zalii sebaga sebagaii penganu penganutt aliran aliran Ash’ar Ash’ariah iah.. Perhatian Perhatian yang detail juga diberikan diberikan kepada tokoh lain seperti Ahmad ibn Hanbal, Hanbal, Ibn Taimiyah, Ibn Hazm, al-Ashariyah, dan Ibn Aqil. Karya di bidang ini sangat bernilai dalam dalam menyed menyediak iakan an data data solid solid yang yang bisa bisa kita kita gunakan gunakan untuk untuk mengis mengisii kesenj kesenjanga angan n dalam menggambarkan sejarah secara umum. Perkem Perkemban bangan gan penting penting yang yang baru baru ketert ketertari arikan kan dalam dalam bidang bidang kajian kajian kalam kalam dilakukan dengan sejarah teologi Islam masa awal dan perkembangan terakhir aliran Sunni Sunni tradi tradisio sional nal atau atau dikena dikenall dengan dengan Ashyar Ashyariya iyah. h. Subjek Subjek studi studi yang yang dihidu dihidupka pkan n kembali dalam periode awal ini memiliki beberapa aspek. Salah satu di antaranya adalah adalah muncul munculnya nya upaya upaya untuk untuk rekons rekonstru truksi ksi dan pemaham pemahaman an mendal mendalam am tentan tentang g perkembangan pemikiran pada periode secara keseluruhan. Karya Montgomery Watt, Free Will and Predestination in Early Islam mungkin merupakan karya pertama dan yang diikuti dengan Islami dengan Islamicc Philosophy Philosophy and Theology Theology,, serta The Formative Period of Islam Islamic ic Thought Thought (1948,19 (1948,1962, 62, 1973) 1973). Karya Karya lain lain yang yang menj menjel elas aska kan n seja sejara rah h umum umum pemikiran termasuk pada periode awal adalah karya Majid Fakri berjudul A berjudul A History of Islamic Philosophy (1970). Aspek baru yang kedua dalam studi teologi masa awal dapat dilihat dalam munculnya beberapa studi teknik mengenai tokoh dan teks. Nama yang pertama dalam aspek ini adalah Joseph van Ess dari Universitas of Tubingen yang mempublikasikan seri edisi tentang aliran, terjemah dan monograp studi. Kajian Ess merentang sangat luas, dia memberikan perhatian pada subjek yang beraneka ragam seperti masalah qada dan dan qodar qodar,, dima dimana na dia dia menul menulis is beber beberap apaa arti artike kell dan dan tent tentan ang g Mu’ta Mu’tazi zila lah h yang yang menamp menampilk ilkan an bebera beberapa pa tokoh tokoh indivi individual dual sepert sepertii Hasan Hasan Basri, Basri, Dirar Dirar ibn Amr, Amr, alDaraqutni, Bashr al-Marisi dan Amr ibn Ubayd. Karya lain dalam bidang ini adlah Richard Frank yang mengangkat Abu al-Hudhayl al-Allaf. Aspek ketiga dalam studi kalam pada masa awal Islam adalah menghidupkan kembali kajian/topik Mu’tazilah. Cabang studi ini menerima stimulus khusus melalui penemuan di Yaman tahun 1951 beberapa karya besar oleh pemikir mu’tazilah, yaitu
21
Qadi Abd al-Jabbar. Buku berjudul al-Mughni merupakan kitab paling luas mengenai teologi Mu’tazilah. Kitab ini menjawab kesulitan studi peran Mu’tazilah di masa awal islam islam karena karena tidak tidak adanya adanya sumber sumber pertam pertamaa dan kebutuh kebutuhan an studi studi mengena mengenaii ajaran ajaran mu’tazilah. Menurut Adams, belum adal karya yang lengkap dalam Mu’tazilah yang telah dicapai oleh Baraty kecuali oleh Steiner. Bidang lain dalam studi awal teologi adalah sejarah pemikiran aliran Asyariyah. Dalam Dalam mayori mayoritas tas tulisa tulisan n tentan tentang g tradis tradisii Islam Islam,, aliran aliran ini diident diidentifi ifikas kasika ikan n dengan dengan muslim ortodoks. Meskipun asumsi ini sekarang bisa dipertanyakan kembali. Tulisan mengenai ini adalah karangan Joseph Scacht (1945), dan George Makdisi. Meski sudah banyak kajian tentang kalam, anjuran Adams adalah melalui pendekatan sejarah. Meski demikian, adal dua hal penting yang masih merupakan kesenjangan dalam studi kalam. Pertama, upaya untuk mengangkat tokoh tertentu. Kedua, adalah kekurangan Islamic tahought. 6. Kajian Tasawuf
Menurt Menurt Adams Adams di antara antara sekian sekian banyak banyak bidang bidang kajian kajian dalam dalam studi studi Islam, Islam, tasawu tasawuf f merupakan bidang yang menarik minat pada tahun belakangan. Studi tradisi Islam tidak dapat dilepaskan dari studi tentang mistis yang mungkin juga merupakan aspek yang muncul muncul pada masa masa awal awal Islam Islam bahkan bahkan pada masa masa kenabia kenabian. n. Adams Adams menunj menunjukka ukkan n beberapa beberapa sarjana sarjana yang tertarik mengkaji tasawuf, tasawuf, antara antara lain Annemarie Schimmel, Schimmel, dengan bukunya Mystical Dimensions of Islam (1975). Juga Louis Massignon. Hal terpenting terpenting dari pendapat pendapat Adams adalah untuk menstudi menstudi tasawuf dapat didekati didekati dengan pendekatan fenonemologi. 7. Kajian Aliran Islam (Syi’ah)
Dengan Dengan sediki sedikitt sekali sekali pengecu pengecuali alian an tradis tradisii sarjan sarjanaa Barat Barat cender cenderung ung meliha melihatt Islam Islam sebagai agama yang monolitis, mempunyai norma yang terdefinisikan secara baik untuk keimanan dan ibadah. Hal ini biasanya diidentifikasi dengan sikap di kalangan Muslim Sunni dengan alasan dia dianggap sebagai ortodoks. 8.
Kajian Populer Religion (agama rakyat)
Peribadatan, penyembahan dan agama rakyat merupakan wilayah kajian yang utama dalam studi Islam. Penekanan lebih banyak pada asal mula kesalehan dalam Islam dan kualitas pengalaman orang beriman perlu dikaji untuk menghindari kesalahan
22
dalam memandang Islam adalah agama formalitas. Telah banyak buku atau literatur terdahulu dalam populer religion dalam kehidupan orang Islam. Kebanyakan literatur jenis ini dibuat oleh pengembara dan ditulis oleh seorang sebagai pejabat kolonial atau dalam dalam artike artikell sarjan sarjana. a. Materi Materi tulisa tulisan n ini serin serin tidak tidak memili memiliki ki hubungan hubungan yang yang jelas jelas dengan tema besar tentang Islam tradisional atau klasik. Di antara karya sarjana pada generasi awal yang berkaitan dengan popular religion dan masih memiliki nilai besar adalah karya Duncan Black Macdonald berjudul The Religious Life and Attitude in Islam dan buku Max Horten berjudul Die berjudul Die religiose Gedankenwell des Volkes im heutien Islam. Islam. Karya senada juga ditampilkan oleh Rudolf Kriss dan hubert Kriss-Heinrich, E. Dermenhem dan H. Granquist. Adams Adams menyeb menyebut ut satu satu karya karya yang yang menggu menggunaka nakan n pendeka pendekatan tan antrop antropolo ologis gis mengkaji Islam aktual dalam kehidupan dan pengalaman masyarakat Islam di berbagai negara. Pendekatan seperti ini berbeda dan jauh dari kepentingan intrinsik. Salah satu karya yang dikutip Adams adalah The Religion of Java karya Clifford Geertz yang ditulis berdasarkan observasi yang hati-hati terhadap kehidupan beragama di sebuah kota kota kecil kecil di Jawa Jawa yang yang terjad terjadii perbau perbauran ran antara antara Islam Islam klasik klasik dengan dengan non-Is non-Islam lam.. Termasuk dalam kategori pendekatan ini adalah karya Geertz lainnya yang berjudul Islam Observed yang membandingkan etos atau spirit keyakinan Islam di Indonesia dan di Marocco. Buku berjudul Saint of the Atlas yang ditulis oleh Ernest Gellner juga disebut oleh Adams sebagai karya yang dihasilkan melalui pendekatan antropologi dalam bidang popular religion.
C. Konstribusi Adams terhadap Studi Islam
Memperhatikan tulisan Adams dalam bentuk artikel “Islamic Religious Tradition”, Tradition”, dapat dapat dipaha dipahami mi bahwa bahwa Adams Adams merupak merupakan an salah salah satu satu sarjan sarjanaa Barat Barat yang yang mencur mencurahka ahkan n waktu dan pikirannya terhadap pengembangan studi agama dan studi Islam. Latarbelakang His isto tory ry of Reli Religi gion on semakin pend pendid idik ikan an Magi Magist ster er dan dan Dokt Doktor orny nyaa dala dalam m bida bidang ng H meneguhkan dirinya sebagai salah seorang ahli a hli dan expert dalam studi Islam.
23
M. Amin Amin Abdul Abdulla lah h meny menyeb ebut ut Adam Adamss seba sebaga gaii sala salah h satu satu sarj sarjan anaa Bara Baratt yang yang ber berpe pend ndapa apatt bahwa bahwa meto metodo dolo logi gi ilmu ilmu-i -ilm lmu u sosi sosial al dapat dapat dite ditera rapka pkan n pada pada ilmu ilmu-i -ilm lmu u keislaman, dan merasakan pentingnya menerapkan kaidah-kaidah ilmiah, metode dan cara pandang yang biasa digunakan dalam studi agama (religionwissenchaft) pada wilayah studi keislaman14. Secara Secara konsep konseptua tual, l, pendeka pendekatan tan yang yang ditawa ditawarka rkan n oleh oleh Adams Adams dalam dalam studi studi Islam, sebenarnya merupakan penguatan terhadap pendekatan yang ditawarkan oleh Joseph M. Kitaga Kitagawa wa yang yang menyat menyataka akan n bahwa bahwa disipl disiplin in religionwisennschaft terlet terletak ak di antara antara disiplin normatif di satu sisi dan disiplin deskriptif di sisi lain. Mengkaji agama dapat dilaku dilakukan kan dengan dengan menggun menggunaka akan n disipl disiplinin-dis disipl iplin in normat normatif if maupun maupun deskri deskripti ptif. f. Aspek Aspek deskriptif studi agama harus bergantung kepada disiplin-disiplin yang berhubungan dengan perkembangan historis masing-masing agama, psikologi, sosiologi, antropologi, filsafat, filologi, dan hermeneutik.15 Konstribus Konstribusii konkrit konkrit Adams adalah ketika ketika memberikan memberikan eksplanasi dan pemetaan pemetaan yang jelas dari pendekatan normatif dan deskriptif dalam studi Islam dengan diikuti uraian yang yang detail detail untuk untuk masing masing-ma -masin sing g pendeka pendekatan tan.. Kemudi Kemudian an masing masing-ma -masin sing g pendeka pendekatan tan tersebut coba digunakan dalam mengkaji bidang telaah studi Islam yang terdiri dari sebelas bidang kajian. Bagi pengkaji Islam sekarang, pemikiran Adams yang tertuang dalam artikel tersebut, sangat membantu karena Adams begitu banyak melaporkan hasil penelusuran (prior or resea research rch and and conc concept ept on the the topi topic) c) mengenai literatur (pri mengenai pendekatan pendekatan tersebut. tersebut. Hasil bacaan yang sangat banyak tersebut tidak sekadar dilaporkan secara detail, tetapi Adams memberikan kritikan sekaligus menyuguhkan kegelisahan akademik untuk masingmasing wilayah telaah dalam studi Islam yang dapat ditindaklanjuti dengan penelitian oleh para pengkaji Islam sekarang. Tidak mengherankan kalau banyak sarjana Barat-pun yang menjadikan pemikiran Adams sebagai referensi dalam pembahasan studi agama dan Islam. Pendapat Adams tentang studi al-Quran yang bisa mempertanyakan hal-hal berikut materi-mat materi-materi eri sebagai sebagai pembentuk pembentuk teks al-Quran, al-Quran, kronologi kronologi materi-mat materi-materi eri yang tersusun tersusun dalam teks, sejarah teks, varian bacaan, hubungan al-Quran dengan literatur sebelumnya, dan isu-isu hangat lainnya yang sejenis telah diteliti sepenuhnya. Menurut Andrew Rippin
14
15
M. Amin Abdullah, Islamic Abdullah, Islamic Studies di Perguruan Tinggi Pendekatan Integratif-Interkonektif Integratif-Interkonektif ,, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hal. 33 Joseph M. Kitagawa,”Sejarah Agama-agama di Amerika”, dalam Ahmad Norma Permata, (ed) Metodologi Studi Agama, 128 -129
24
pernyataan Adams tersebut mengusik kegelisahan akademik John Wansbrough, sehingga dia tertarik melakukan analisis sastra terhadap al-Quran, tafsir dan Sirah16. Rich Richar ard d C. Mart Martin in pun mene menemp mpat atkan kan Adam Adamss seba sebagai gai ruju rujuka kan n utam utamaa untu untuk k ches to Islamic Islamic menguatkan menguatkan beberapa beberapa pendapatnya. pendapatnya. Misalnya Misalnya ketika ketika menulis menulis buku Approa buku Approaches in Religious Studies, Studies, Ricard Martin meminta Adams memberikan prakatanya17. Bahkan Ricard Martin sempat memuja Adams bahwa Adams sebagai terdidik sebagai Islamis, ia mempel mempelaja ajari ri sejara sejarah h agama agama bersam bersamaa Joachi Joachim m Wach Wach di Univer Universit sitas as Chicag Chicago. o. Adams Adams memilih mengejar dua disiplin ini dengan tujuan untuk mendapatkan alat konseptual guna memper mempertaj tajam am analis analisis is terhad terhadap ap tradis tradisii islam islam dan pemaham pemahaman an yang yang lebih lebih tepat tepat tentan tentang g hubungan hubungan antara antara unsur-unsu unsur-unsurr berbeda sekaligus hubungan struktural strukturalnya nya dengan tradisi tradisi lain18. Makalah Carl W. Ernst berjudul The Study of Religion and the Study of Islam19 banyak juga mengutip pemikiran Adams, meskipun juga memberikan kritik tajam terhadap beberapa item yang menjadi kelemahan pemikiran Adams. Di indonesia, selain M. Amin Abdullah adalah Qodri Azizi yang melihat bahwa Charles J. Adams menampilkan uraian tersendiri dalam penjelasan tentang pendekatan yang ia lakukan dalam studi Islam20. Dalam kaitannya dengan wilayah telaah dalam studi Islam, Adams memberikan rekomendasi rekomendasi 6 wilayah wilayah telaah telaah yang harus memperoleh perhatian perhatian para pengkaji Islam. Keenam wilayah telaah tersebut adalah Pertama studi al-Quran terutama berkaitan dengan ajaran, gagasan dan pandangan dunia tentang al-Quran. Kedua al-Quran. Kedua,, sejarah teologi Islam masamasa masa permul permulaan aan dengan dengan perhat perhatian ian khusus khusus pada Mu’taz Mu’tazil ilah. ah. Ketiga, Ketiga, studi sufi dengan Ke-empat studi Syiah dengan penekanan pada karya-karya individual, teks dan tarikat. tarikat. Ke-empat fokus kajian keunikan dan kekayaan konstribusinya terhadap ilmu keagamaan. Ke-lima studi agama rakyat di kalangan muslim, dan ke-enam adalah kajian tentang sejarah agama yang muncul di Eropa dan Amerika dengan menggunakan pendekatan ilmiah.
D. Pembacaan Pembacaan Kritis Kritis terhadap terhadap Pemikiran Pemikiran Charles Charles J. J. Adams 16
Andrew Rippin, “Literary Analysis of Quran, tafsir and Sira: the Methodologies of John Wansbrough” , dalam Richard Martin (ed.), Approaches (ed.), Approaches to Islam in Religious Studies , 158 17 Chares J. Adams, “Foreword”, dalam Richard C. Martin, Approaches Martin, Approaches to Islam in Religious Studies , vii – x 18 Richard C. Martin (ed), Approaches (ed), Approaches to Islam in Religious Studies , 235 19 Carl W. Ernst, The Study of Religion and the Study of Islam , Paper given at Workshop on “Integrating Islamic Studies in Liberal Art Curricula” University of Washington, Seattle WA, March 6-8, 1998 20 A. Qodri Azizi, Pengembangan Azizi, Pengembangan Ilmu-ilmu Keislaman di Perguruan Tinggi , (Jakarta: Dippertais, 2005), th.
25
Apabila dirunut ke belakang, sebenarnya pendekatan studi agama dan Islam yang ditawarkan Adams dapat diperbandingkan dengan pendapat Joseph M. Kitagawa. Menurut Jose Joseph ph M. Kita Kitagaw gawaa agama agama itu itu dapa dapatt dipe dipela lajar jarii deng dengan an tiga tiga maca macam m mode modell disi disipl plin in keilmuan, yaitu model normatif, model deskriptif, dan model religio-scientifical21. Dari tiga pendekatan pendekatan tersebut, tersebut, menurut menurut Joachim Joachim Wach pendekatan pendekatan religio-sc religio-scienti ientifical fical merupakan merupakan pendekatan sebenarnya dalam studi agama22. Pendekatan Pendekatan yang ditawarkan ditawarkan oleh Adams jika dilihat dilihat dalam perspektif perspektif kekinian kekinian menunjukkan beberapa item yang belum disentuh dari deskripsinya mengenai studi agama padahal item tersebut sangat dibutuhkan sekarang. Adams tidak menyebutkan bagaimana reaksi orang Islam kepada sarjana Eropa-Amerika, atau partisipasi mereka di dalamnya. Pembahasan mengenai Studi Islam belum mempertimbangkan pengaruh mahasiswa Islam di dalam kelas. Dia juga tidak mendiskusikan steretipe yang massif tentang hubungan Islam dengan terorisme, terorisme, kekerasan, pelecehan terhadap perempuan dan sebagainya. sebagainya. Dia juga tidak tidak menyeb menyebutk utkan an sejara sejarah h kekinia kekinian, n, teruta terutama ma koloni koloniali alisme sme Eropa, Eropa, modern modernias iasasi asi,, dan fundamentalisme. Lebih jauh lagi dia tidak merujuk pada peran media dan jurnalistik dalam ikut mempengaruhi image tentang Islam sekarang. Dan tentu saja, fenomena terkini seperti pos-stru pos-struktural kturalisme, isme, kritisis kritisisme, me, konstruktivi konstruktivisme, sme, feminisme feminisme,, gender, gender, dan diskursus diskursus poskolonial, termasuk juga kritis orientalisme send iri. Apapun kritikan terhadap Adams, pastinya bahwa sebagai objek studi, Islam harus didekati didekati dari berbagai aspeknya dengan menggunakan menggunakan multi disiplin disiplin ilmu pengetahuan pengetahuan untuk mengurai fenomena agama ini. Selama bertahun-tahun telah dikembangkan sistem pendidikan Islam yang normatif, yang bisa dijumpai di pesantren, PTAI dan lembaga pendidikan agama Islam lainnya. Pola tradisional yang dipakai dalam sistem pendidikan lama itu tidak banyak membantu ketika harus berhadapan dengan tantangan zaman yang menuntut banyak hal. Pesan dan provokasi akademik Adams tersebut mendapat penguatan dan sekaligus menjadi inspirasi bagi lahirnya pendekatan baru dalam studi Islam. Misalnya, M. Amin Amin Abdull Abdullah ah menawa menawarka rkan n paradi paradigma gma keilmu keilmuan an “inte “interko rkonek neksit sitas” as” untuk untuk studi studi keislaman kontemporer di Perguruan Tinggi. M. Amin Abdullah mengatakan, pendekatan interkoneksi interkoneksitas tas berbeda berbeda sedikit sedikit dari paradigma “integrasi “integrasi”” keilmuan keilmuan yang seolah-olah seolah-olah 21
22
Mircea Eliade dan Joseph M. Kitagawa (ed), The History of Religions, Religions , (Chicago and London: University of Chicago Press, 1973), 19 Joachim Wach , The Comparative Study of Religions , 14 dan Mircea Eliade dan Joseph M. Kitagawa (ed), The History of Religions, 21
26
berharap tidak akan ada lagi ketegangan dengan cara meleburkan dan melumatkan yang satu satu ke dalam dalam yang yang lainny lainnya, a, baik baik dengan dengan cara cara melebu meleburka rkan n sisi sisi normat normativi ivitas tas-sa -sakra kralit litas as keberag keberagama amaan an secara secara menyel menyeluru uruh h ke dalam dalam wilaya wilayah h “histo “historis risita itas-p s-prof rofani anitas tas”, ”, atau atau sebali sebalikny knya. a. Paradi Paradigma gma “inte “interko rkonek neksit sitas” as” mengas mengasums umsika ikan n bahwa bahwa untuk untuk memaha memahami mi kompleksitas fenomena kehidupan yang dihadapi dan dijalani manusia, setiap bangunan keilmuan apapun, baik keilmuan agama (termasuk agama Islam dan agama-agama yang lain), keilmuan sosial, humaniora, maupun ke-alaman tidak dapat berdiri sendiri23.
E. Telaah Pemikiran Pemikiran Richard Richard C. Martin Martin tentang tentang Islam Islam dan Studi Agama Agama 1. Pendahuluan
Sebelum Islam hadir ke dunia ini yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah, telah terdapat sejumlah agama yang dianut oleh manusia. Dalam religion), agama secara pandangan para ahli perbandingan agama (comparative study of religion), garis besar dibagi dalam dua bagian, yaitu pertama yaitu pertama,, agama yang diturunkan oleh Allah melalu melaluii wahyuwahyu-Ny Nyaa sebaga sebagaima imana na yang yang termak termaktub tub dalam dalam al Qur'an. Qur'an. Agama Agama yang yang demikian biasa disebut sebagai agama samawi agama samawi (agama langit). Yang termasuk dalam Kedua, kelomp kategor kategorii agama agama samawi samawi antara antara lain lain Yahudi Yahudi,, Nasran Nasranii dan Islam. Islam. Kedua, kelompok ok agam agamaa yang yang dida didasa sark rkan an dari dari hasi hasill renu renung ngan an seca secara ra radi radika kall dari dari toko tokoh h yang yang membawanya sebagaimana yang terdokumentasikan di dalam kitab yang disusunnya. Agama yang demikian biasa disebut sebagai agama ardli (agama bumi). Yang termasuk dalam kategori kategori ini antara lain Hindu, Budha, Majusi, Kong Hucu dan lain sebagainya. sebagainya. AgamaAgama-agam agamaa terseb tersebut ut hingga hingga saat saat ini masih dianut dianut oleh oleh manusi manusiaa di dunia, dunia, dan disampaikan secara turun temurun oleh penganutnya. Dalam Dalam mengka mengkaji ji agamaagama-aga agama, ma, kita kita sering sering dihadap dihadapkan kan dengan dengan model model atau atau karakteristik agama tersebut. Sebagian dari agama-agama tersebut ada yang bersifat inklusif-pluralis, yakni mengakui keberadaan agama-agama lainnya, menghormati dan memb membia iark rkan anny nyaa untu untuk k hidu hidup p secar secaraa berda berdamp mpin inga gan. n. Sebag Sebagia ian n yang yang lain lain bers bersif ifat at eksklu eksklusif sif atau atau tertut tertutup, up, yakni yakni tidak tidak mengaku mengakuii keberad keberadaan aan agamaagama-gam gamaa lain lain dan mengklaim agamanyalah yang paling benar dan harus diikuti.
23
M. Amin Abdullah, Islamic Abdullah, Islamic Studies di Perguruan Tinggi: Pendekatan Integratif-Interkonektif, Integratif-Interkonektif, vii – viii.
27
Pada abad pertengahan, studi Islam mulai memasuki wilayah Kristen Eropa. Kajian-kaji Kajian-kajian an yang berkembang berkembang lebih diwarnai diwarnai tujuan-tuju tujuan-tujuan an polemik polemik diskrimin diskriminatif atif yang menggambarkan wajah Islam dengan pemahaman dan pemaknaan distortif dan peyoratif. Pemahaman akan Islam yang seperti ini menimbulkan kesan bahwa Islam adalah agama yang diwarnai kekerasan, suka berperang, barbarian dan tuduhan-tuduhan lainnya. Hal ini terjadi akibat polimek Kristen dan Muslim. Walaupun demikian kontak dan ketegangan antara Islam dan Kristen lambat laun menemukan titik terang, di mana studi Islam dapat memberikan manfaat besar bagi perkembangan metodologi dan kajian Islam di Barat. Sebagaimana Sebagaimana yang dijelaskan dijelaskan oleh Charles Charles J. Adams dalam tulisanny tulisannyaa Islamic Islamic Religiuos Tradition diatas, bahwa dalam perkembangan studi ketimuran, para orientalis klas klasik ik tela telah h meng mengka kaji ji Isla Islam m denga dengan n meng menggun gunak akan an pende pendeka kata tan n norm normat atif if yang yang dituangkan ke dalam tiga bentuk, yaitu traditional missionary approach, apologetic approach, dan irenic approach. approach. Ketiga bentuk pendekatan ini ini pada intinya masih menaruh kesan ketidakrelaan akan keberadaan agama lain. Mereka masih berpandangan bahwa agamanyalah yang paling benar walaupun agama lain tetap diapresiasi (inklusif). Oleh Oleh Adam Adamss dita ditawa wark rkan anla lah h pende pendeka kata tan n desk deskri rift ftif if yang yang di dalam dalamny nyaa menc mencak akup up philological and historical approuch, social scientific approuch dan phenomenologal approuch. Akan tetapi yang menjadi kendala kemudian Adam belum bisa menjabarkan secara konkrit tentang pendekatan fenomenologi, ia hanya memberikan klasifikasi yang dapat dapat membant membantu u untuk untuk memaham memahamii pendeka pendekatan tan ini, ini, yaitu yaitu pertam pertama, a, fenome fenomenol nologi ogi diartikan sebagai suatu metode untuk memahami agama orang lain dengan berupaya masuk masuk atau atau berint berintera eraksi ksi dengan dengan agama agama yang yang dikaji dikaji dengan dengan mening meninggal galkan kan atribu atributt keagam keagamaan aan yang yang dimili dimiliki ki si penelit peneliti, i, metode metode ini disebu disebutt epoch. epoch. Keisti Keistimew mewaan aan dari dari model ini adalah kita dapat memahami secara mendalam hakikat dari suatu agama, akan tetapi tetapi juga juga memil memiliki iki kelema kelemahan han yaitu yaitu dapat dapat memunc memunculk ulkan an sinkre sinkreti tisme sme pada pada diri diri si peneliti. Kedua, Fenomenologi dipandang sebagai pendekatan yang mencoba mencari struktur dasar dari fenomena-fenomena agama. Berawal dari sinilah Richard C. Martin mencoba mengungkap kebiasaan yang dialami dialami oleh Adam terkait dengan pendekatan pendekatan fenomenolog fenomenologii agama. Hal ini sangatlah menarik untuk dijadikan bahan diskusi dengan menampilkan permasalahan bagaimana
28
cara kerja dari pendekatan fenomenologi dalam perspektif Richard C. Martin? Dan Apakah pendekatan fenomenologi ini dapat mendekati fenomena keagamaan? 2. Pembahasan 1. Studi Islam dan Sejarah Agama-agama
Ada hubungan hubungan dishar disharmon monis is antara antara sejara sejarah h agama-ag agama-agama ama dan studi studi Islam, Islam, statement inilah yang dikemukakan oleh Adams di dalam bukunya kumpulan esai-esai tentang sejarah agama. Setidaknya ada dua alasan tentang kesulitan melihat langsung historians ans of religi religions ons (para sejarawan hubunga hubungan n antara antara aktivi aktivitas tas Islami Islamiss dengan dengan histori sejarawan agama-agama), yaitu pertama yaitu pertama,, adanya fakta bahwa historians of religions berinteraksi dengan data Islam walaupun sedikit (snape shot) dan hanya relatif sedikit kontribusinya terhadap terhadap pengetahuan pengetahuan tentang tentang masyarakat masyarakat Islam dan tradisi-t tradisi-tradis radisii yang terdapat di dalamnya. Kedua dalamnya. Kedua,, Belum dielaborasinya problem yang terdapat dalam keilmuan Islam dala dalam m tema tema besa besarr yang yang mend mendom omin inas asii hori horizo zon n para para seja sejara rawa wan n agam agamaa-ag agam ama. a. Ketidaksepakatan Adams ini tentunya menimbulkan sikap tidak menyenangkan bagi studi akademik tentang Islam sebagai agama. Sikap yang cenderung antipati telah diperlihatkan oleh para sejarawan agamaagama yang dilatar belakangi oleh provinsialisme akademik dan distorsi pemahaman tentang Islam. Tidak adanya atensi akan studi Islam dipicu oleh kecenderungan pada kompartementalisasi (menggolong-golongkan) di dalam pendidikan tinggi. Para sarjana hanya mau mempelajari sebuah ilmu atau karya seseorang apabila karya itu berasal dari disiplin atau departemen yang sama. Unsur perdebabatan lain dalam usaha menyusun sebuah pendekatan terhadap studi lintas budaya (cross-cultu (cross-cultural ral studies) studies) datang dari sejumlah masalah yang terdapat di antara peneliti dan yang diteliti. Imparsialitas dan jarak sering kali kurang mendapat perhatian dalam tulisan-tulisan yang ada relevansinya dengan budaya lain. Terdapat bukti yang kuat bahwa agama bisa berubah di bawah pengaruh studi akademik. Di antara mereka yang meneorisasikan hal ini adalah para sarjana yang berpendapat bahwa muatan kepercayaan orang lain selamanya tidak akan tersingkap kecuali si peneliti simpati terhadap kepercayaan orang diteliti. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Prof. Mukti Ali, bahwa agama pada manusia adalah hal yang sangat pribadi dan mendalam, sehingga hanya dapat diamati dengan berhatihati hati.. Seor Seorang ang penel penelit itii yang yang secar secaraa tekn teknis is dan dan dikat dikatak akan an baik baik belu belum m tent tentu u dapat dapat
29
menemukan persoalan-persoalan agama pada orang yang diwawancarai atau diteliti kecuali dia sendiri beriman berefleksi, bukan saja pada situasi sementara penelitian dilakukan, tetapi juga di luar konteks penelitian, yaitu dalam hidup sehari-hari. Kalau si peneliti peneliti bukan orang beragama, akhirnya ia hanya sanggup mengkonstantir mengkonstantir ungkapanungkapan kepercayaan dan gejala-gejala keagamaan, tetapi bukan agama itu sendiri. Dalam penelitian penelitian agama refleksi perlu dijalankan. dijalankan. Penelitian Penelitian agama tidak mungkin mungkin dilakukan kalau si peneliti tidak tahu seluk-beluk persoalan pokok agama. Karena itu peneliti dan juga para pekerja lapangan dalam bidang agama itu sendiri harus beragama dan berefleksi atas agamanya. Perlu Perlu dibangu dibangun n kesadar kesadaran, an, bahwa bahwa muncul munculnya nya kesuli kesulitan tan dalam dalam pendeka pendekatan tan semacan ini dikarenakan hanya Muslimlah yang dapat mengkaji (mengajarkan) Islam dengan tingkat pemahaman yang memadai. Namun demikian ada sisi kemudahannya yang terletak terletak pada keterbukaan keterbukaan dan empati terhadap kepercayaan kepercayaan dan keimanan orang lain, dan ini merupakan prasyarat bagi tercapainya sebuah pemahaman. Persoa Persoalan lan lainny lainnyaa berkai berkaitan tan dengan dengan batasa batasan-ba n-batas tasan an yang yang ditent ditentukan ukan oleh oleh weltanschauung (pan (panda danga ngan n hidup hidup)) terk terkai aitt deng dengan an ruang ruang dan dan wakt waktu u dari dari mana mana mengawa mengawali li sebuah sebuah pengama pengamatan tan dan penilai penilaian. an. Lebih Lebih lanjut lanjut ada keyaki keyakinan nan bahwa bahwa sekaranglah saatnya untuk membatasi studi Islam pada sudut pandang yang bercorak Bara Barat, t, teta tetapi pi ilmi ilmiah ah.. Pert Pertany anyaa aan n yang yang muncu muncull kemu kemudi dian an adal adalah ah apak apakah ah hal hal ini ini mengimplikasikan bahwa hanya kategori-kategori dan istilah-istilah yang valid yang digunak digunakan an untuk untuk mengana menganali lisis sis fenome fenomena na agama agama Islam Islam itu disedi disediakan akan oleh oleh Islam Islam sendir sendiri? i? Atau Atau apakah apakah seluru seluruh h bidang bidang kajian kajian,, kataka katakanla nlah, h, dalam dalam studi studi sejara sejarah, h, ilmu ilmu bahasa, ilmu sosial dan studi agama dapat menjelaskan fenomena kegamaan sehingga menemukan menemukan koherensi koherensi diskursif, diskursif, jika dianggap tidak sebangun sebangun di kalangan kalangan sarjana sarjana Barat dan non-Barat? Inilah gambaran yang dipaparkan oleh Richard C. Martin seputar per perma masa sala laha han n studi studi Isla Islam m dan seja sejara rah h agam agamaa-ag agam amaa yang yang akan akan ia kupas kupas seca secara ra fenomenologik. Lebih lanjut akan dibahas secara elaboratif tentang studi Islam dan sejarah agama-agama secara terpisah. 2. Sejarah Agama-agama
Studi terkait dengan agama-agama agama-agama manusia yang terspesialisas terspesialisasii merupakan merupakan dinamika dinamika akademik di abad ke-19. Hal ini ditandai ditandai dengan berdirinya berdirinya sekolah-sekolah sekolah-sekolah
30
studi agama di Eropa, Inggris dan Amerika Utara. Sekolah yang didirikan tersebut diberi nama religionswissenchaft, allgemeine religionsgeschichte, perbandingan agama dan fenomenologi agama. Aktivitas akademik para sejarawan agama juga dikonversi oleh studi sejarah, antropologi, sosiologi, psikologi, oriental, al-kitab, dan teologi. Akan tetapi keduanya masih terdapat distingsi kualitas antara studi agama dengan disiplin ilmu lainnya. Hal mendesak yang perlu ditempuh adalah agama sebagai yang menyusun bidang koherens (bertalian) mudah untuk dijelaskan dan ditafsirkan. Oleh karenanya dalam buku ini Richard ingin menjelaskan dan memberikan pemahaman lebih baik data keagamaan dari tradisi Islam dalam konteks studi agama yang umumnya menghendaki survey secara singkat terhadap perkembangan dalam disiplin ilmu sejarah agama-agama masa lalu. Kesu Kesuli lita tan n menj menjad adik ikan an agam agamaa seba sebagai gai baha bahan n kaji kajian an,, meng mengut utip ip penj penjel elas asan an Waarde Waardenbur nburg g setida setidakny knyaa ada dua hal yang yang mendas mendasari ari , pertama mengkaji mengkaji berarti berarti melaku melakukan kan objekt objektiva ivasi si atau atau penjara penjarakan kan terhad terhadap ap objek objek kajian kajiannya nya.. Dalam Dalam kajian kajian terhadap agama, tidak hanya kepada ‘pihak lain’ yang diteliti, akan tetapi diri sendiri juga harus terlibat di dalamnya. Kedua dalamnya. Kedua,, secara tradisional agama dipahami sebagai sesuatu yang sacral, suci dan agung. Permasalahan yang akan muncul kemudian, ketika kita mulai bersinggungan atau ingin mengkritisi terkait dengan hal ini, maka dianggap sebaga sebagaii sebuah sebuah bentuk bentuk pelece pelecehan han atau atau bahkan bahkan diangga dianggap p merusa merusak k nilai nilai tradi tradisio sional nal agama. Menurut Richard, barangkali satu-satunya peristiwa terpenting yang membawa perub perubaha ahan n pandanga pandangan n secara secara kompre komprehen hensif sif adalah adalah perist peristiwa iwa perang perang dunia dunia I yang yang mampu mempengaruhi banyak sarjana untuk melakukan studi agama-agama. Hal ini dise diseba babk bkan an oleh oleh impl implik ikas asii
pera perang ng yang yang meni menimb mbul ulka kan n
gunc guncan anga gan n
besa besarr
dan dan
mengakibatk mengakibatkan an munculnya munculnya desakan desakan akan kebutuhan kebutuhan untuk menemukan pendekatan yang dapat membuka ekspresi otentik agama-agama lain agar dapat berbicara secara indepen independent dent,, tanpa tanpa interp interpens ensii agama agama lainny lainnya. a. Yang Yang dibutu dibutuhkan hkan kemudi kemudian an adalah adalah penilaian objektif terhadap peran agama dalam kehidupan manusia. Metode pendekatan baru ini kemudian dikenal sebagai phenomenology sebagai phenomenology of religion atau fenomenologi agama yang muncul pertama kali di negara Belanda dan Skandanavia.
31
Para sarjana akhir abad ke-19 telah berusaha memahami esensi atau hakikat agama agama menuru menurutt alur alur generi generik. k. Sebuah Sebuah metode metode altern alternati atiff dicoba dicoba oleh oleh para para filoso filosof, f, terutama Hegel. (1770-1831) secara tandas pernah mengungkapkan bahwa tujuan utama mempelajari agama-agama adalah untuk memahami adanya kesatuan (unity) di balik kesera keseragam gaman an (diver (diversit sity). y). Artiny Artinya, a, di balik balik aneka aneka ragam ragam manife manifesta stasi si (perwu (perwujud judan) an) agama-agama, terdapat kesatuan serta keutuhan esensi. Esensi yang tunggal itulah yang hendak dipelajari secara mendalam oleh para pemerhati agama. Sebelum Hegel, Kant telah memakai istilah fenomena untuk mendeskripsikan data pengalaman. Disekitar akhir abad ke-19, istilah fenomenologi mulai dipakai oleh Edmund Husserl. Pernyataannya yang penting adalah bahwa filsafat harus menjauhkan diri dari semua hal yang bersifat metafisik. Filsafat harus mempelajari apa sebenarnya yang dihadapi, tidak membiarkan faktor apa pun yang membuatnya melakukan intervensi dan menjau menjauhkan hkannya nya dari dari usaha usaha melakuk melakukan an analis analisis is langsu langsung ng terhada terhadap p esensi esensi atau atau struktur-struktur umum. Pengaruh Husserl dan pengaruh dari aliran yang didirikannya sangat besar, akan tetapi pengaruhnya terhadap fenomenologi agama tidak banyak, kecuali kecuali dalam bidang pendekatan secara umum. Hanya sedikit sedikit dari ahli sejarah agama yang mau mengikuti pemikiran Husserl, walau demikian Husserl telah mewariskan bagi para ahli fenomenologi agama tentang dua hal, yaitu epoche dan eidetic vision. vision. Jika para sarjana abad ke-19 menelurkan cara-cara bagaimana mengukur agama dan budaya dengan menghindari segala sesuatu yang supranaturalistik, fenomenologi abad ke-20 ingin mendudukkan pengalaman keagamaan manusia sebagai respon atas realitas realitas terdalam. Jadi agama tidak lagi dipandang sebagai satu tahapan tahapan dalam sejarah evolusi, tetapi lebih sebagai aspek hakiki dari kehidupan manusia. Capaian fenomenologi sangatlah penting bagi teoritisasi tentang hakekat agama, teta tetapi pi
sedi sediki kitt
bany banyak ak
memb membut utuhk uhkan an
kons konseku ekuen ensi si
meto metodol dolog ogis is..
Fenom Fenomeno enolo logi gi
melanjutkan karakter dan ensiklopedik dari allgemeine religionseschihte abad ke-19, yang yang lebih lebih mengup mengupaya ayakan kan perband perbanding ingan an sederh sederhana ana melalu melaluii sintes sintesis is makna-m makna-makna akna umum dan lintas lintas budaya. budaya. Kontribusi Kontribusi terpenting terpenting fenomenologi fenomenologi dalam tulisan-tul tulisan-tulisan isan terbaru memusatkan pada proses pemahaman yang terjadi ketika peneliti menghadapi objek (fenomena (fenomena keagamaan). keagamaan). Metode Metode historikohistoriko-filo filologis logis lama mencari mencari niat historis historis penulis teks dengan analisis tekstual, dengan kata lain mencari makna asli sehingga
32
tujuan penjelasan terhadap teks sangtalah strukturalis, bukan merupakan makna historis, diakronik sebagai makna holistik, sinkronik. Fenomenologi juga sangat membutuhkan pendekatan terbuka dan empatik untuk memahami fenomena keagamaan. Salah satu kecenderungan penting histografi abad ke-19 adalah distingsi yang dibuat oleh Wilhelm Dilthey (1833-1911) dan tokoh lainnya antara ilmu alam dengan studi budaya. Dalam studi studi budaya budaya atau atau studi studi manusi manusia, a, objekny objeknyaa adalah adalah seluru seluruh h perbua perbuatan tan dan tindak tindakan an manusia secara historis yang melibatkan bentuk-bentuk ekspresi artistik, intelektual, sosial, sosial, ekonomi, ekonomi, agama, politik. Dari studi manusia sekaligus studi fenomenolog fenomenologi, i, pemah pemahama aman n tentan tentang g budaya budaya menghe menghendak ndakii penget pengetahua ahuan n luas luas termas termasuk uk di dalamn dalamnya ya psikologi psikologi,, sejarah, sejarah, ekonomi, ekonomi, filologi, filologi, kritik kritik sastra, sastra, pendeknya pendeknya semua disiplin yang mengkaji, aktivitas intelektual dan sosialnya. Oleh Dilthey, yang merupakan komponen metodologis penting dalam histografi adalah das verstehen, suatu istilah yang berarti pemahaman tentang gagasan, intensi dan peras perasaan aan orang orang atau atau masyar masyaraka akatt melalu melaluii manife manifesta stasisi-man manife ifesta stasi si empiri empirik k dalam dalam kebudayaan. Metode verstehen mengandaikan bahwa manusia di seluruh masyarakat dan dan ling lingku kunga ngan n seja sejara rah h akan akan meng mengal alam amii kehi kehidu dupan pan yang yang berm bermak akna na dan dan mere mereka ka mengungkap makna-makna tersebut ke dalam pola-pola yang dapat dilihat, sehingga dapat dianalisis dan dipahami. Selanjutnya adalah pendekatan personalis atau dialogis yang dicetuskan oleh Wilfred Cantwell Smith yang mengambil posisi nominalis terhadap istilah dan kategori standa standarr di mana mana kompon komponen-k en-komp omponen onen agama agama secara secara tradi tradisio sional nal di uraika uraikan. n. Smith Smith mengatakan bahwa objek pemahaman ilmiah adalah keimanan yang diyakini individu Muslim (Hindu, Budha, Kristen, dll.) dalam konteks kehidupan nyata. Pemahaman akan menj menjad adii ranc rancu u jika jika penje penjela lasa san n dan inte interp rpre reta tasi si tida tidak k sesu sesuai ai deng dengan an apa apa yang yang dimaksudkan oleh Muslim itu sendiri. Pandangan Smith ini bersifat ekumene, yang mengundang semua elemen manusia untuk berdialog dalam mencapai pemahaman atas dasar kemanusiaan. Menurut Richard, yang perlu dicatat adalah revivalisasi baru dalam studi tentang agama-agama oleh antropolog budaya, sekalipun belum diakui secara eksplisit dalam karya-karya sejarawan agama-agama, bagaimanapun telah memperkuat agama sebagai salah satu bidang kajian.
33
3. Studi Islam
Akhir-akhir ini pengkajian Islam oleh orang-orang non Islam terus dilakukan bahkan semakin intensif. Pengkajian itu masih didominasi oleh para pemikir Barat. Hanya kalau dahulu para peneliti Islam disebut orientalis maka sekarang mereka tidak suka disebut orientalis. Sebutan yang mereka lebih sukai adalah Islamisis. Menurut Azyumardi Azra, kecenderungan mereka tidak ingin disebut orientalis muncul setelah kritik tajam Edward W. Said dalam bukunya Orientalisme. Dalam buku ini Said Said mengung mengungkapk kapkan an secara secara tajam tajam bias bias intele intelektu ktual al Barat Barat terhada terhadap p dunia dunia Timur Timur (orien (oriental tal)) umumny umumnya, a, dan Islam Islam serta serta dunia dunia Muslim Muslim khususn khususnya. ya. Dengan Dengan tegar tegar dia mengemukakan gugatan bahwa Barat bertanggung jawab membentuk persepsi yang keliru tentang dunia yang ingin mereka jelaskan. Dengan demikian, secara sederhana dapat ditemukan jawabannya bahwa dilihat dari segi normatif Islam lebih merupakan agama yang tidak dapat diberlakukan kepadanya paradigma ilmu pengetahuan, yaitu paradigma analitis, kritik metodologis, historis dan empiris, sedangkan jika dilihat dari segi segi histor historis is yakni yakni Islam Islam dalam dalam artian artian diakti diaktikka kkan n oleh oleh manusi manusiaa serta serta tumbuh tumbuh dan berkembang dalam sejarah kehidupan manusia, maka Islam dapat dikatakan sebagai sebuah disiplin ilmu yaitu Ilmu Keislaman atau Studi Islam. Perbedaan sudut pandang akan Islam yang demikian itu dapat menimbulkan distingsi dalam menjabarkan Islam itu itu sendir sendiri. i. Manaka Manakala la Islam Islam diliha dilihatt dari dari sudut sudut pandang pandang normat normatif, if, Islam Islam merupa merupakan kan agama yang berkaitan dengan urusan akidah dan muamalah. Sedangkan ketika Islam dilihat dari sudut pandang historis atau sebagaimana yang tampak dalam masyarakat, maka
Islam
tampil
sebagai
sebuah
disiplin
ilmu
(studi
Islam).
Implikasi dari distorsi informasi dan pemahaman akan Islam di antaranya dangkalnya pen penge geta tahu huan an akan akan Isla Islam m atau atau denga dengan n kata kata lain lain Isla Islam m tida tidak k dita ditamp mpil ilka kan n seca secara ra komprehensif serta objektif. Hal ini dapat dilihat dari komentar Bernad Lewis dalam Studies, yang mengatakan bahwa studi Timur esai berjudul The State of Middle Eastern Studies, Tengah gersang dalam perspektif dengan menelaah kembali sejarah studi tentang Islam di Barat sejak masa pertengahan. Yang memotivasi orang-orang Eropa untuk mengkaji Islam Islam adalah adalah bersum bersumber ber dari dari dua motif motif yaitu yaitu pertam pertama, a, untuk untuk belaja belajarr lebih lebih banyak banyak warisa warisam m klasik klasik yang yang masih masih terpel terpeliha ihara ra dalam dalam bentuk bentuk terjem terjemaha ahan n dan koment komentararkomentar dalam bahasa Arab. Kedua, Menyokong polemik orang Kristen terpelajar
34
melawan Islam. Ketika umat Kristen masih di bawah pengaruh (conversion) Muslim di bidang bidang ilmu ilmu pengeta pengetahua huan n dan polit politik ik yang yang berlan berlangsu gsung ng hingga hingga abad abad perten pertengah gahan, an, semakin nyata bahwa umat Muslim tidak pernah melakukan konversi dalam skala besar. Hal ini memudarkan dua hal yang dijadikan argumen di atas. Bahkan ketika masa renaisans dimulai, muncul argumen-argumen baru, pertama adanya rasa ingin tahu akan kebudayaan-kebudayaan asing (rasa ingin tahu yang dijumpai oleh Lewis yang juga ditemukan oleh G.E. von Grunebaum). Ada perdebatan menarik terkait dengan apakah studi Timur Tengah merupakan program interdisipliner atau disiplin sendiri? Problem lain dimunculkan oleh Binder yang dituangkan di dalam papernya yang berjudul Area Studies Versus The Disciplines, ia menyatakan bahwa banyak disiplin ilmu menolak paham bahwa budaya itu unik, oleh karenanya tidak dapat diperbandingkan. Yang menjadi akar permasalahan dalam hal ini adalah adalah apakah apakah materi materi studi studi kawasa kawasan n (Timur (Timur Tengah Tengah yang yang didomi didominas nasii oleh oleh Islam) Islam) pen penti ting ng dan dan memb membut utuh uhkan kan meto metode de stud studii yang yang diam diambi bill dari dari mate materi ri itu itu sendi sendiri ri (disebabkan menginginkan disiplin tersendiri, katakanlah studi Timur Tengah); atau berbagai disiplin akademik dianggap penting (ilmu bahawa, studi sejarah, ilmu politik, antropologi dan seterusnya) karenanya dapat menerapkan metode penelitian yang valid pada studi Timur Tengah. Membandingkan studi ketimuran abad ke-19 dan studi Timur Tengah abad ke-20, Studi Timur Tengah telah dilumpuhkan oleh fakultas yang tidak kompeten, kurikulum yang tidak memadai (khususnya dalam persiapan bahasa), dan standar masuk yang rendah bagi manusia. Hal ini dibuktikan oleh Leonard Binder yang telah telah melaku melakukan kan analisi analisiss kritis kritis yang yang menjum menjumpai pai banyak banyak kesala kesalahan han pada fakult fakultasasfakultas yang kurang persiapan dalam mengajarkan materi terkait. Kritik Kritik atas atas studi studi Islam Islam menuru menurutt Richar Richard d harusl haruslah ah mengam mengambil bil dimens dimensii baru baru dengan memperbaharui di mensi lama. Binder di bagian lain esainya membahas tentang orientalism Versus Area Stuidies menyatakan bahwa tradisi studi ketimuran pada abad ke-19 didasarkan pada paradigma sejarah dan filologi yang dibangun oleh studi tentang masa klasik. Orientalisme telah banykak memberikan kontribusi bagi perkembangan tentang studi agama, sejarah, dan masyarakat Islam yang belum terpikirkan dalam studi Timur Tengah dan studi Islam sekarang.
35
Kebany Kebanyaka akan n dari dari para para sarjan sarjanaa sepakat sepakat akan dua hal yang yang dilont dilontark arkan an oleh oleh Bind Binder er,, yait yaitu u adan adanya ya pras prasan angk gkaa agama agama dan dan polit politik ik dala dalam m stud studii Timu Timurr Teng Tengah. ah. Kemudian muncul pertanyaan, seberapa besar prasangka tersebut memotivasi dalam mengkaji timur Muslim dan apakah pengaruhnya tetap berlanjut pada mereka yang mengajar studi Timur Tengah sekarang? Pertanyaan ini dijawab oleh Edward W. Said dalam dalam bukunya bukunya Orient Orientali alism sm yang yang member memberika ikan n gambar gambaran an bahwa bahwa studi studi ketimu ketimuran ran sebagai sebuah disiplin keilmuwan secara material dan intelektual berkaitan dengan ambisis politik dan ekonomi Eropa, dan orientalisme telah telah menghasilkan gaya pemikiran yang dilandaskan pada distingsi teologis dan epistemologi antara Timur dan Barat dalam banyak hal. Hal ini pula yang memapankan superioritas budaya Barat terhadap atas budaya lain, ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Michael Foucoult. Richa Richard rd meru meruju juk k pada pada penda pendapa patt Said Said bahw bahwaa akan akan lebi lebih h berh berhar arga ga untuk untuk memasukkan wacana tentang Timur Tengah (dunia Islam) dalam bahasa dan metode disiplin serta mengkoordinasikannya sebagai sebuah multi disiplin (lintas petualangan). 4. Islam di dalam Disiplin Studi Agama
Berbicara tentang studi agama, ada baiknya kita mengangkat kembali pemikiran Jacob Neusner yang sempat menuliskan menuliskan di artikelnya artikelnya terkait dengan persoalan tentang disiplin studi agama di tingkat keilmuwan. Ketiga hal itu adalah: 1.
Apaka pakah h disi disipl pliin ilmu yang yang diba dibang ngun un dapa dapatt melah elahiirkan rkan kuri kuriku kulu lum m
yang yang dibangu dibangun n atas atas dasar dasar konsens konsensus us mengen mengenai ai apakah apakah kita kita memiki memikirka rkan n suatu lembaga kependidikan dan mensosialisasikannya di kalangan internal? dan apakah teks mentransmisikan tradisi belajar pada tahapan selanjutnya? 2.
Apak Apakah ah pro progr gram am pen pendi didi dika kan n ikut ikut men menen entu tuka kan n bobo bobott keil keilmu muwa wan n dari dari
disipl disiplin in studi studi agama, agama, sehing sehingga ga dapat dapat diliha dilihatt adanya adanya kemaju kemajuan an dari dari hasil hasil penyelidi penyelidikan kan yang dilakukan dilakukan terhadap terhadap permasalaha permasalahan-perm n-permasala asalahan han yang muncul dalam jangka panjang? 3.
Apaka pakah h ada ada krit kriter eriia-kr a-kriiteri eria spes pesifi ifik unt untuk meng mengak akui ui capai capaian an dan dan
menandai kesepelean serta pretensi (dalih/tuntutan) secara layak?
Jawaban yang muncul kemudian dianggap memalukan, sebagaimana yang diungkapkan oleh Neusner :
36
Even though, through philology, we understand every word of a text, through history, history, we know just what happened Indonesia Indonesia the event or time to which the text testifies, we still do not understand that text, a religious text serves not merely the purposes of philology or history. It demands its profer place as a statement of reli religi gion on,, read read as anyt anythi hing ng but but a stat statem emen entt of reli religi gion on,, it is misu misunde nders rsto tood od.. Accordi Accordingl ngly, y, despit despitee the primit primitive ive condit condition ion of religi religious ous studie studiess as presen presently tly practiced, the discipline in the making known as religious studies does promise for Jewish learning that what has not yet been attained. Inti dari ungkapan ini adalah “kita belum mampu memahami teks itu sendiri, kita kita belu belum m bisa bisa memb membah ahas asak akan an teks teks ters tersebu ebut, t, hing hingga ga dari dari agama agama lain lain pun pun dapat dapat mempelajarinya. Walaupun studi agama dianggap masih gagal dalam membakukan diri sebaga sebagaii sebuah sebuah disipl disiplin in keilmu keilmuwan wan akan akan tetapi tetapi prospe prospekny knyaa menjan menjanjik jikan, an, dengan dengan mengupayakan consensus mengenai kurikulum, pemecahan masalah dan kriteria dari tujuan yang akan dicapai.
F. Kesim esimpu pula lan n
Kegelisahan akademik yang dirasakan oleh Richard terkait dengan studi Islam dan studi agama-agama, antara lain : 1. Pama Pamaham haman an terh terhada adap p stud studii Isla Islam m dan stud studii agama agama-ag -agam amaa masi masih h berk berkut utat at pada pada pendekatan normative dan tidak menyentuh aspek deskriftifnya. 2. Titik Titik tekan pendidik pendidikan an hanya seputar seputar believer believer atau pendidi pendidikan kan iman seharusny seharusnyaa menyentuh aspek historians. 3. Di kembangkanny kembangkannyaa sikap Lidiest Lidiest subjectivi subjectivism sm (lawan (lawan dari scientifi scientificc objectivism) objectivism) 4. Kendala Kendala mencari mencari format format bagaiman bagaimanaa menghu menghubung bungkan kan antara antara studi studi Islam dengan dengan studi agama-agama.
Fenomenologi Fenomenologi mempelajari mempelajari manusia manusia yang ditinjau ditinjau dari aspek psikologi, psikologi, sejarah, ekonomi ekonomi,, filolo filologi, gi, kritik kritik sastra sastra.. Adapu Adapu cara cara kerja kerja fenome fenomenol nologi ogi yang yang ditawar ditawarkan kan oleh oleh Richard adalah sebagai berikut: 1.
Pendekatan terbuka dan empatik
2.
Epoche yaitu menghilangkan prasangka atau prejudice.
3.
Eidetic vision
37
4.
Agama merupakan aspek hakiki dari kehidupan manusia bukan berasal dari evolusi.
5.
Harus menemukan sikap universal.
Dilthey menawarkan metodologi yaitu das verstehen yang mengungkap pemahaman manusia tentang gagasan, intensi, dan perasaan orang. Terkait dengan orientalisme bahwa para sarjana agama-agama sepakat akan dua hal sebagaimana yang dilontarkan oleh Binder, yaitu adanya prasangka agama dan politik dalam studi Timur Tengah. Di antara problem yang dihadapi oleh studi Islam Islam hingga kini belum dapat disejajarkan disejajarkan dengan disiplin ilmu lainny lainnyaa antara antara lain lain Studi Studi Timur Timur Tengah Tengah telah telah dilump dilumpuhka uhkan n oleh oleh fakult fakultas as yang yang tidak tidak kompet kompeten, en, kuriku kurikulum lum yang yang tidak tidak memadai memadai (khusu (khususny snyaa dalam dalam persia persiapan pan bahasa) bahasa),, dan standar masuk yang rendah bagi manusia. Walaupun studi agama dianggap masih gagal dalam dalam membaku membakukan kan diri diri sebaga sebagaii sebuah sebuah disipl disiplin in keilmu keilmuwan wan akan tetapi tetapi prospe prospekny knyaa menjanjika menjanjikan, n, dengan mengupayakan mengupayakan consensus consensus mengenai mengenai kurikulum, kurikulum, pemecahan pemecahan masalah masalah dan kriteria dari tujuan yang akan dicapai. dicapai.24
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004. Charles J. Adam, " Islamic Religiuos Tradition", dalam Leonard Binder (ed.), The Studi of the Middle-East, (New York, Wiely & Sons, tt.). 24
http://laluemha.blogspot.com/ http://laluemha.blogspot.com/2009/01/teori-dasa 2009/01/teori-dasar-pendekatan-dalampengk r-pendekatan-dalampengkajian.html ajian.html (diakses pada 30 Maret 2011)
38
--------------------, "The History of Religions and the Study of Islam", in The History of Religi Religions ons : Essays Essays on the Probl Problem em of Unders Understan tandin ding, g, ed., ed., Joseph Joseph M. Kitaga Kitagawa, wa, Mircea Eliade dan Charles H. Long, Chicago and London : University of Chicago Press, 1967. Djam'annuri, Studi Agama-agama : Sejarah dan Pemikiran, Pustaka Rihlah, 2003. Harold H. Titus, Marilyn S. Smith dan Richard T. Nolan, Persoalan-persoalan Filsafat, Jakarta : Bulan Bintang, 1984. http://www.uika-bogor.ac.id/jur01.htm.. http://www.uika-bogor.ac.id/jur01.htm Jacque Waardenburg, “Religion between Reality and Idea”, dalam Numen xix/2-3 (19720, PP. 168FF. Mengenai Husserl lebih jauh lihat Ricoeur, Husserl : An Analysis of his Pheno-menology 1967. Majalah Islamia, Vol. II No. 3, Desember 2005. Mircea aliade dkk., Metodologi Studi Agama, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2000. Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A., Metodologi Studi Islam, Jakarta : PT. Grasindo Persada, 2002. Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim, Metodologi Penelitian Agama ; Sebuah Pengantar, Yogyakarta : Tiara Wacana, 1989. http://laluemha.blogspot.com/2009/01/teori-dasar-pendekatan-dalam-pengkajian.html
39