TEORI AKUNTANSI
RANGKUMAN
BAB 10 : LABA (INCOME) DAN BAB 11 : EKUITAS
Disusun Oleh
KELOMPOK 3
Anggota:
I Made Arya Suputra (A1C014053)
Muhammamad Ichsan Yusri (A1C014069)
Muhammad Aria Ramawanda U. (A1C014078)
Nadya Hijriani (A1C014083)
Ni Made Ayu Trishna Hendrawati (A1C014087)
Ni Putu Setia Devi Astini (A1C014089)
Nurhasunah (A1C014096)
S1 AKUNTANSI REGULER PAGI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2017
BAB 10 LABA (INCOME)
Makna income dalam konteks perpajakan dapat berbeda atau bahkan berbeda dengan makna income dalam akuntansi atau pelaporan keuangan. Dalam perpajakan, income dimaknai sebagai jumlah kotor sehingga diterjemahkan sebagai penghasilan sebagaimana digunakan dalam Standar Akuntansi Keuangan.
Dalam buku-buku teks akuntansi (khususnya teori akuntansi, istilah income pada umumnya dimaknai sebagai jumlah bersih sehingga istilah laba lebih menggambarkan apa yang dimaksud income dalam buku-buku tersebut. Laba komprehensif dimaknai sebagai kenaikan aset bersih selain yang berasal dari transaksi pemilik.
Tujuan Pelaporan Laba
Laba akuntansi dengan berbagai interpretasinya diharapkan dapat digunakan antara lain sebagai:
Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi.
Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen.
Dasar penentuan besarnya penggunaan pajak.
Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara.
Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan publik.
Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang.
Dasar kompensasi dan pembagian bonus.
Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
Dasar pembagian dividen.
Dengan berbagai kebutuhan di atas, digunakan dua pendekatan dalam akuntansi laba yaitu:
Satu laba untuk berbagai tujuan.
Pendekatan ini berusaha untuk memformulasi konsep laba tunggal dan menyajikannya untuk memenuhi berbagai tujuan secara umum, maka hal ini yang ingin dicapai melalui perekayasaan pelaporan keuangan umum.
Beda tujuan beda laba.
Pendekatan ini menggunakan berbagai konsep laba dan menyajikannya secara jelas berbagai konsep laba tersebut secara khusus yang dapat dilayani dengan menyertai statemen keuangan umum dengan berbagai laporan pelengkap.
Konsep Laba Konvensional
Hendriksen dan Van Breda ( 1992 ) mengemukakan bahwa laba akuntansi yang sekarang berjalan ( konvensional ) masih problematik secara teoritis. Laba akuntansi mempunyai beberapa kelemahan berikut ( hlm. 309 ) :
Laba akuntansi belum didefinisi secara semantik dan jelas sehingga laba tersebut secara intutif dan ekonomik bermakna.
Penyajian dan pengukuran laba masih difokuskan pada pemegang saham biasa atau residual.
Prinsip akuntansi berterima umum ( PABU ) sebagai pedoman pengukuran laba masih memberi peluang untuk terjadinya ketaktaatsasan ( inkonsistensi ) antarperusahaan.
Karena didasarkan pada konsep kos historis, laba akuntansi secara umum belum memperhitungkan pengaruh perubahan daya beli dan harga.
Dalam menilai kinerja perusahaan secara keseluruhan, investor dan kreditor memandang informasi selain laba akuntansi juga bermanfaat atau bahkan lebih bermanfaat sehingga ketepatan laba akuntansi belum menjadi tuntutan yang mendesak.
Konsep Laba Dalam Tataran Semantik
Konsep laba dalam tataran semantik berkaitan dengan masalah makna apa yang harus dilekatkan oleh perekayasaan pelaporan pada simbol atau elemen laba sehingga laba bermanfaat dan bermakna sebagai informasi.
Pengukur Kinerja
Daya melaba merupakan informasi semantik yang diharpkan dibawa oleh informasi akuntansi melalui statemen keuangan yaitu objek, ukuran, dan hubungan. Jadi untuk menentukan daya melaba, tiga komponen harus diketahui yaitu laba, perioda, dan tingkat sumber daya ( investasi ). Jadi, laba dapat merepresentasi kinerja efisiensi karena laba menentukan ROI, ROA, dan ROL sebagai pengukur efisiensi.
Konfirmasi Harapan Investor
Perekayasa pelaporan juga berusaha menyediakan informasi untuk meyakinkan bahwa harapan-harapan investor atau pemakai lainnya di masa lalu tentang kinerja perusahaan memang terrealisasi. Dengan demikian, laba dapat diinterpretasi sebagai sarana untuk mengkonfirmasi harapan-harapan tersebut. Asumsinya adalah para investor telah menggunakan segala informasi yang tersedia secara publik sebagai basis keputusan investasinya melalui prediksi laba.
Estimator Laba Ekonomik
Laba akuntansi adalah laba dari kaca mata perekayasa akuntansi atau kesatuan usaha karena keperluan untuk menyajikan informasi secara objektif dan terandalkan. Oleh karena itu, laba akuntansi didasarkan pada data yang telah terjadi bukannya data hipotesis yang dapat berupa kos kesempatan.
Pengertian ekonomik dari segi akuntansi adalah kelayakan ekonomik jangka panjang dan bukan penilaian ekonomik jangka pendek. Oleh karena itu, depresiasi dalam akuntansi merupakan proses alokasi dan bukan proses penilaian.
Makna Laba
Pemaknaan laba sebagai pengukur efisiensi, konfirmasi harapan investor, dan estimator laba ekonomik merupakan gagasan-gagasan untuk menemukan definisi ( konsep atau makna ) laba yang tepat untuk tujuan akuntansi. Dari pengertian laba tersebut, dapat disimpulkan bahwa laba secara konseptual mempunyai karakteristik umum sebagai berikut :
Kenaikan kemakmuran yang dimiliki atau dikuasai suatu entitas.
Perubahan terjadi dalam suatu kurun waktu ( perioda ) sehingga harus diidentifikasi kemakmuran awal dan kemakmuran akhir.
Perubahan dapat dinikmati, didistribusi, atau ditarik oleh entitas yang menguasai kemakmuran asalkan kemakmuran awal dipertahankan.
Laba dan Kapital
Kapital dapat diasosiasi dengan sediaan atau potensi jasa. Jadi kapital dapat dipandang sebagai sediaan kemakmuran pada saat tertentu. Sementara itu, laba dapat diasosiasi dengan aliran kemakmuran. Jadi, laba adalah aliran potensial jasa yang dapat dinimati dalam kurun waktu tertentu dengan tetap mempertahankan tingkat potensi jasa mula-mula.
Konsep Pemertahanan Kapital
Konsep ini dilanadasi oleh gagasan bahwa entitas ( perusahaan atau investor ) berhak mendapatkan kembalian/imbalan atau return dan menikmatinya setelah kapital ( investasi ) dipertahankan keutuhannya atau pulih seperti sedia kala. Konsep ini mempunyai arti penting atau konsekuensi dalam beberapa hal yang saling berkaitan sebagao berikut :
Membedakan antara kembalian atas investasi dan pengembalian investasi.
Memisahkan dan membedakan transaksi operasi dalam arti luas dengan transaksi pendanaan dari pemilik.
Menjamin agar laba yang dapat didistribusikan tidak mengandung pengembalian investasi.
Memungkinkan penentuan jumlah penyesuaian kapital untuk mempertahankan kemampuan ekonomik awal perioda akibat perubahan harga dan daya beli sehingga laba ekonomik akat terukur pula.
Memungkinkan penggunaan berbagai dasar penilaian untuk menentukan tingkat kapital pada saat tertentu ( awal dan akhir ).
Memungkinkan penerapan pendekatan aset-kewajiban secara penuh dalam pemaknaan laba sehingga angka laba akuntansi akan mendekati angka laba ekonomik.
Konsep Laba Dalam Tataran Sintaktik
Salah satu bentuk penjabaran makna laba secara sintaktik adalah mendefinisi laba sebagai selisih pengukuran dan penandingan antara pendapatan dan biaya. Pengukuran dalam arti luas yang meliputi pengakuan, saat pengakuan, dan prosedur pengakuan ditambah cara mengungkapkan merupakan masalah pada tataran sintaktik. Bila laba didefinisi sebagai pendapatan dikurangi biaya, masalahnya adalah kapan laba timbul sehingga harus diukur dan diakui ?
Pendekatan Transaksi
Dengan pendekatan ini, laba diukur dan diakui pada saat terjadinya transaksi yang kemudian terakumulasi sampai sakhir periode. Oleh karena itu, pengukuran dan pengakuan laba juga akan parallel dengan kriteria pengakuan pendapatan dan biaya. Dengan demikian, pengakuan laba atas dasar pendekatan ini sama dengan pengakuan pendapatan atas dasar kriteria terealisasi dan sama dengan pengakuan biaya atas dasar kriteria konsumsi manfaat.
Karena laba melekat pada pendapatan, dengan pendekatan transaksi dapat dikatakan bahwa laba timbul dan diakui pada saat penjualan atau pertukaran terjadi. Laba akan terhitung setelah biaya yang diperkirakan mendatangkan pendapatan juga diakui. Beberapa keuntungan pendekatan transaksi bagi akuntansi :
Komponen pembentuk laba bersih dapat dirinci dengan berbagai basis
Laba yang berasal dari berbagai sumber/jenis transaksi dapat dipisahkan dan dilaporkan untuk kepentingan eksternal
Perubahan asset dan kewajiban merupakan perubahan nilai yang diakui secara objektif pada saat perubahan terjadi akibat transaksi penualan dan biaya dengan pihak eksternal
Jumah rupiah serta jenis asset dan kewajiban secara otomatis tersedia pada akhir periode.
Karena perubahan nilai asset pasar tidak diakui, artikulasi antarstatemen keuangan dapat dipertahankan. Ini berarti, pendapatan dikurangi biaya akan sama denga perubahan ekuitas pemegang saham
Pendekatan Kegiatan
Dengan pendekatan ini, laba dianggap timbul bersamaan dengan berlangsungnya kegiatan atau kejadian bukan sebagai hasil suatu transaksi pada saat tertentu. Pendekatan ini parallel dengan konsep penghimpunan atau pembentukan pendapatan sebagai basis pengakuan pendapatan. Dengan konsep ini, pendaapatan dapat dinyatakan telah terbentuk bersamaan dengan telah dilakukannya kegiatan operasi perusahaan dalam arti luas.
Pendekatan ini mempunyai keunggulan dalam membantu manajemen melakukan analisis internal. Berbagai konsep laba dapat diciptakan untuk mengukur efisiensi dan profitabilitas tiap kegiatan/bagian operasi, mengendalikan perilaku manajer divisi dengan system pengendalian manajemen, dan menentukan kompensasi. Dalam penerapannya, kedua pendekatan diatas tidak berdiri sendiri melainkan saling melengkapi.
Pendekatan Pemertahanan Kapital
Dengan konsep pemertahanan kapital, laba merupakan konsekuensi dari pengukuran kapital pada dua titik waktu yang berbeda. Dengan konsep ini, elemen statemen keuangan diukur atas dasar pendekatan asset-kewajiban. Jadi dapat dikatakan bahwa laba adalah perbedaan nilai kapital pada dua saat yang berbeda.
Pengukuran dan Penilaian Kapital
Pengukuran kapital pada dua titik waktu menimbulkan masalah konseptual karena dengan berjalannya waktu beberapa hal yang bersifat ekonomik berubah dan harus dipertimbangkan yaitu unit atau skala penguku dan dasar pengukuran. Hal lain yang menentukan cara menilai kapital adalah jenis kapital
Jenis Kapital
Kapital Finansial
Kapital Finansial adalah klaim dipandang dari jumlah rupiah atau nilai yang melekat padanya tanpa memperthatikan wujud fisis klaim tersebut. Dalam anilisis statemen keuangan tradisional, tingkat kembalian atas kapital finansial ini dinyatakan sebagai tingkat kembalian atau asset total (ROA) yang dirumuskan :
ROA= Laba Bersih+Biaya BungaAset total Rata-rata
Dari sudut pandang kreditor, kapital finansial adalah jumah pinjaman yang tertanam diperusahaan. Jumlah rupiah pinjaman ditambah bunga yang menjadi hak kreditor selama periode merupakan laba kreditor.
Kapital Fisis
Adalah sumber ekonomik yang dikuasai oleh entitas yang dipandang atau dimaknai sebagai kapasitas produksi fisis yaitu kemampuan menghasilkan barang dan jasa. Kapital fisis secara umum tidak relevan dari sudut pandang investor dan kreditor. Dengan konsep ini, laba atau kembalian atas kapital fisis akan timbul bila kapasitas produksi fisis pada akhir suatu peride melebihi kapasitas produksi fisis pada awal periode. Yang harus diperhatikan dalam menetukan laba adalah kapasitas produksi fisis. Laba akhirnya harus dinyatakan dalam jumlah rupiah. Oleh karena itu, kapasitas produksi fisis akhirnya harus dinyatakan dalam jumah rupiah.
Skala Pengukuran
Skala Nominal
Skala rupiah nominal adalah satuan rupiah sebagaimana telah terjadi tanpa memperthatikan perubahan daya beli dengan berjalannya waktu akibat perubahan kondisi ekonomik. Dengan kata lain, jumlah rupiah untuk waktu yang berbeda dianggap homogenus atau berdaya beli sama sehingga dapat saling dijumlahkan atau dikurangkan. Pengukuran dengan skala nominal lebih menitiberatkan pada jumlah unit rupiah daripada jumlah unit daya beli.
Skala Daya Beli
Skala daya beli merupakanskala untuk mengatasi kelemahan skala nominal rupiah. Dengan skala ini skala nominal rupiahdinyatakan kembali atau dihomogenuskan dalam bentuk rupiah daya beli atas dasar indeks harga tertentu. Perubahan skala pengukuran dari nominal rupiah ke daya beli secara substantive tidak berpengaruh terhadap laba sebagai perubahan nilai ekonomik kapital, yang berubah adalah skala pengukurnya sebagaimana tambahan berat seseorang dalam suatu periode tidak akan berubah karena pengukurnya di ubah dari kilogram menjadi pon.
Dasar atau Atribut Pengukuran
Kos Historis
Kos historis merupakan jumlah rupiah sepakatan atau harga pertukarann yang telah tercatat dalam system pembukuan. Masalah kos historis hendaknya dibedakan dengan skala rupiah nominal. Kos historis berkaitan dengan masalah pilihan jumlah rupiah mana yang akan dilekatkan pada elemen statemen keuangan sedangkan skala nominal berkaitan dengan pilihan unit pengukur yang akan digunakan.
Kos Sekarang
Kos sekarang menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran atau kesepakatan yang diperlukan sekarang oleh unit usaha untuk memperoleh asset yang sama jenis dan kondisinya atau penggantinya yang setara. Harga pertukaran harus ditentukan dari pasar barang yang sekarang digunakan kesatuan usaha.
Selisih anatara kos historis dengan kos sekarang harus dibedakan dengan selisisih akibat dijabarkannya rupiah nominal menjadi rupiah daya beli. Kos sekarang berbeda dengan kos historis bukan karena perubahan harga umum tetapi karena perubahan selera, tekhnologi, dan fungsi.
Pengukuran Laba dengan Mempertahankan Kapital
Berbagai pendekatan penilaian kapital dibahas dan disarankan oleh banyak penulis. Oleh karena itu terdapat juga berbagai pengukuran laba sebagai hasil penilaian kapital pada dua waktu yang berbeda. Berbagai pendekatan itu antara lain :
Kapitalisasi Aliran Kas dan Harapan
Konsep laba ini mendekati konsep laba ekonomik. Dengan konsep ini akan ditentukan nilai kapitalisasian investasi pemegang saham pada awal dan akhir periode. Nilai kapitalisasian adalah nilai diskonan atau nilai sekarang seua aliran kas ke masa dating dari investasi selama periode yang diharapkan investor. Bila tidak ada pembagian dividen, aliran kas adalah kas yang akan diterima seandainya sebagia investasi dijual secara periodic sebanyak kenaikan nilai investasi.
Walaupun konsep kapitalisasi mempunya keunggulan dalam pengukuran laba yang mendekati laba ekonomik, system pembukuan perusahaan mungkin tidak mendukung pengoprasian kosnep ini. Dengan kata lain konsep ini tidak praktis dan operasional. Beberapa keberatan yang diajukan terhadap konsep ini antara lain :
Tarif kapitalisasi yang digunakan dimata perusahaan tidak selalu sama dengan tariff menurut persepsi investor
Angka laba yang dihasilkan tidak intuitif karena komponen-komponen pembentuknya tidak tampak
Konsep ini terlalu menekankan pada nilai waktu uang dan aliran kas dan mengabaikan factor-faktor ekonomik yang lain.
Informasi tentang operasi dan efisiensi manajemen perusahaan tidak dapat terungkap melalui laporan laba rugi.
Informasi yang disajikan kurang mempunyai daya konfirmasi terhadap harapan-harapan masa yang lalu.
Karena semua informasi yang digunakan dalam menghitung laba didasarkan pada prediksi yang sering tidak konsisten dari periode ke periode, informasi laba tidak dapat diverivikasi sehingga kurang dapat diandalkan.
Penilaian Pasar atau Perusahaan
Penilaian ini memandang kapital sebagai kapital finansial. Penilaian ini merupakan alternative kapitalisasi aliran kas. Kapital diukur atas dasar berapa jumlah rupiah yang investor bersedia membayar untuk seleuruh kekayaan perusahaan dikurangi kewajiban. Walaupun demikian, subjektivitas investor tetap berperan sehingga hasil penilaian dapat berbias.
Setara Kas Sekarang
Dasar pengukurannya adalah gunggungan semua jumlah rupiah setara tunai pos asset dikurangi jumlah rupiah secara tunai semua utang. Jumlah rupiah setara tunai ini didadasarkan atas harga pasar penjualan pos asset secara individual yang dimiliki/dikuasai perusahaan. Walupun penilaian ini objektif, pasar bebas untuk tiap jenis asset tidak selalu ada sehingga harga pasar akhirnya juga tidak lebih dari sekedar taksiran karena tidak ada barang yang setara dipasar sebagai pembanding.
Harga Masukan Historis
Penilaian ini merupakan salah satu pendekatan penilaian dengan nilai masukan. Penilaian atas dasar harga masukan dilandasi gagasan bahwa kapital dapat dikatakan telah dipertahankan apabila asset pada akhir periode sama dengan aaset pada awal periode. Walaupun berbasis harga masukan, beberapa komponen asset pada akhir periode mungkin merefleksi harga keluaran.
Harga Masukan Sekarang
Penilaian ini pada dasarnya sama dengan harga masukan historis kecuali bahwa dalam pendekatan ini menilai kompone-komponen kapital awal dan akhir dengan kos masukan sekarang atau kos pengganti pada saat itu. Kos pengganti suatu asset adalah jumlah rupiah yang harus dikorbankan seandainya suatu entitas tidak menguasai asset bersangkutan. Dengan cara ini, untung atau rugi penahanan asset akan teridentifikasi dan masuk dalam perhitungan laba.
Pemertahanan Daya Beli Konstan
Secara umum dapat dikatakan bahwa penentuan laba atas dasar konsep pemertahanan kapita memerlukan penilaian atas kapital baik fisis maupun finansial pada awal dan akhir suatu periode.
Prediktor Aliran Kas ke Investor
Dalam FASB, telah dinyatakan tujuan pelaporan keuangan sebagai berikut:
"Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi untuk membantu para investor dan kreditor dan pemakai lain, baik berjalan maupun potensial, dalam menilai jumlah, saat terjadi, dan ketakpastian penerimaan kas mendatang dari dividen atau bunga dan pemerolehan kas mendatang dari penjualan, penebusan, atau jatuh temponya sekuritas atau pinjaman."
Penjelasan tersebut memberi isyarat bahwa harus ada hubungan logis antara laba dan aliran kas ke investor dan kreditor yang akan membantu dalam mengembangkan model untuk memprediksi aliran kas ke mereka guna menilai investasi atau kapitalnya.
Aliran kas yang diterima investor akan memengaruhi kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban pada saatnya, mendanai keperluan operasi, reinvestasi, membayar bunga, dan membayar dividen.
Perkontrakan Efisien
Teori perkontrakan efisien merupakan bagian atau turunan dari teori keagenan. Hubungan keagenan adalah hubungan antara prinsipal dan agen yang di dalamnya agen bertindak atas nama dan untuk kepentingan prinsipal dan atas tindakannya tersebut agen mendapatkan imbalan tertentu. Kontrak efisien adalah kontrak yang tidak banyak menimbulkan persengketaan dan yang mendorong pihak yang berkontrak melaksanakan apa yang diperjanjikan.
Pengendalian Manajemen
Laba mempunyai peran penting dalam suatu sistem pengendalian manajemen. Sistem ini dirancang untuk mengarahkan perilaku para manajer agar mereka memaksimumkan kepentingan dirinya atau divisinya tetapi pada saat yang sama kepentingan perusahaan secara keseluruhan juga tercapai. Bila hal ini tercapai, terjadilah apa yang disebut keselarasan tujuan.
Teori Pasar Efisien
Efisiensi pasar harus dikaitkan dengan sistem informasi yaitu mekanisma penyediaan informasi dengan segala regulasi yang berlaku dalam lingkup beroperasinya pasar modal. Sistem informasi menghasilkan sehimpunan informasi bagi pelaku pasar untuk menentukan harga saham. Pasar dikatakan efisien dalam kaitan dengan informasi atau signal tertentu hanya jika harga saham berperilaku seakan-akan semua pelaku pasar menangkap signal tersebut dan segera merevisi harga saham harapannya kemudian mengambil strategi investasi sehingga terjadi ekuilibrium baru.
Bentuk Efisiensi Pasar
Karena efisiensi pasar hanya dapat dikaitkan dengan informasi atau signal tertentu dalam suatu kemanisma penyediaan informasi, terdapat tiga bentuk efisiensi:
Bentuk Lemah. Pasar adalah efisien bentuk lemah jika harga sekuritas merefleksi secara penuh informasi harga dan volume sekuritas masa lalu.
Bentuk Semi-kuat. Pasar adalah efisien dalam bentuk semi-kuat jika harga sekuritas merefleksi secara penuh semua informasi yang tersedia secara publik termasuk data statemen keuangan.
Bentuk Kuat. Pasar adalah efisien dalam bentuk kuat jika harga sekuritas merefleksi secara penuh semua informasi termasuk informasi privat atau dalam yang tidak dipublikasi.
Laba Sebagai Signal
Laba akuntansi yang diumumkan via statemen keuangan merupakan salah satu signal dari himpunan informasi yang tersedia bagi pasar modal. Walaupun hipotesis pasar efisien mengisyaratkan bahwa tidak seorangpun akan memeroleh return lebih hanya atas pengetahuannya terhadap data laba, penelitian empiris menunjukkan bahwa laba per saham yang diumumkan via statemen keuangan mempunyai dampak terhadap harga saham. Oleh karena itu, data laba juga sangat diperlukan oleh investor untuk memprediksi laba dan harga masa datang.
Pengujian Kandungan Informasi Laba
Apakah laba mengandung informasi dapat ditunjukkan oleh reaksi pasar terhadap pengumuman laba sebagai suatu peristiwa. Bila angka laba mengandung informasi, diteorikan bahwa pasar akan bereaksi terhadap pengumuman laba. Pada saat diumumkan, pasar telah mempunyai harapan tentang berapa besarnya laba perusahaan atas dasar semua informasi yang tersedia secara publik.
Return atau kembalian adalah apa yang diperoleh investor dari investasinya daam suatu periode yang dalam hal saham dapat berupa dividen dan untung kapital yaitu kenaikan nilai investasi. Return umumnya dinyatakan dalam persen perubahan. Oleh karena itu, return saham suatu perusahaan dapat dinyatakan sebagai berikut.
Return=R= Dividen per saham+(Harga akhir-Harga awal)Harga awal
Laba dan Teori Entitas
Laba adalah kenaikan kemakmuran suatu entitas yang dapat dikonsumsi tanpa mempengaruhi kapital semula. Teori entitas berkaitan dengan penentuan siapa yang dianggap paling berkepentingan dengan suatu kegiatan ekonomik sehingga pihak tersebut berhak untuk menikmati laba. Karena berkaitan dengan siapa yang berhak atas laba, teori entitas sering disebut pula dengan teori ekuitas. Teori entitas atau ekuitas yang banyak dibahas dalam literatur teori akuntansi adalah.
Entitas usaha bersama
Entitas usaha atau bisnis
Entitas investor
Entitas pemilik
Entitas pemilik residual
Entitas pengendali
Entitas dana
Teori entitas selalu dikaitkan dengan partisipan dalam kegiatan ekonomik yaitu manajer, karyawan, invest, kreditor, pemerintah, dan entitas lain yang terlibat. Teori entitas juga mempunyai implikasi tentang tujuan pelaporan keuangan dan bentuk atau susunan statemen laba-rugi.
Laba dan Teori Entitas
Teori entitas atau ekuitas yang banyak dibahas dalam literatur teori akuntansi adalah:
Entitas usaha bersama
Entitas usaha atau bisnis
Entitas investor
Entitas pemilik
Entitas pemilik residual
Entitas pengendali
Entitas dana
Entitas Usaha Bersama
Yang menjadi pusat perhatian akuntansi adalah kegiatan bersama yang melibatkan berbagai pihak sebagai bagian dari kegiatan ekonomi. Semua pelaku ekonomi menanggung usaha bersama sehingga mereka disebut secara bersama sebagai pemegang pancang (stakeholders) dan perusahaan berfungsi sebagai alat pengikat, pancang, atau pusat (nexus). Sudut pandang ini dilandasi gagasan bahwa perusahaan yang besar memiliki fungsi institusi sosial yang mempengaruhi ekonomi yang luas dan kompleks sehingga darinya dituntut pertanggungjawaban sosial.
Sebagai institusi sosial, perusahaan harus menunjukkan kontribusi ekonomi terhadap masyarakat luas. Semua pelaku ekonomi memiliki peran dalam menciptakan nilai tambah (value added atau added value) akibat kegiatan usaha tersebut. Para stakeholder berhak mendapatkan bagian dari nilai tambah tersebut. Dari sudut pandang tersebut, laba diartikan sebagai seluruh jumlah nilai tambahan (kenaikan kemakmuran) yang dihasilkan oleh para pelaku ekonomi secara bersama dikurangi cost material dan mesin/peralatan (bahan baku, overhead nontenaga kerja dan depriasi). Jumlah rupiah yang dibayarkan kepada pelakuekonomi bukan merupakan biaya tetapi merupakan distribusi laba (nilai tambah) atau pembagian laba dan statemen laba-rugi harus disusun dengan pendekatan nilai-tambahan untuk mencerminkan karakteristik perusahaan sebagai institusi sosial. Untuk mengukur laba,jumlah rupiah penjualan dikurangi dengan cost bahan baku dan overhead nontenaga kerja karena keduanya merupakan nilai-tambahan yang timbul oleh institusi sosial lainnya yangditransfer ke kesatuan usaha bersama.
Makna depresiasi memunculkan masalah teoritis karena ada perbedaan mengenai perlakuan depresiasi yaitu sebagai barang transfer (mengurangi nilai-tambahan) atau sebagai reinvestasi (distribusi nilai-tambahan). Pendukung depresiasi sebagai pengurangan nilai tambahan berpendapat depresiasi harus dimasukkan dari perhitungan nilai-tambahan karena nilai-tambahan tercipta dengan kontrisbusi fasilitas fisik yang dibeli dari kesatuan lain (plant and equipment) sehingga depresiasinya harus dikurangkan terhadap penjualan untuk menunjukkan nilai-tambahan bersih oleh kesatuan usaha bersama yang bersangkutan. Pengurangan depresiasi untuk nilai-tambahan juga sesuai asas akrual dan konsep dasar perbandingan.
Sedangkan pendapat lainnya berpendapat pengurangan depresiasi untuk mendapat nilai-tambahan mengurangi makna sebenarnya dari nilai-tambahan. Selain itu nilai-tambahan juga akan kehilangan objektivitasnya karena depresiasi adalah angka taksiran. Depresiasi tidak dikurangkan karena jumlah rupiah pembelian fasilitas fisik dari kesatuan lain telah diakui sebagai nilai-tambahan oleh kesatuan lain tersebut. Oleh karena itu, depresiasi harus dianggap sebagai distribusi laba untuk mempertahankan kapasitas produktif aset yang dikuasi oleh kesatuan usaha bersama dan untuk membatasi jumlah yang dapat didistribusi kepada para stakeholder.
Entitas Usaha atau Bisnis
Pada teori entitas usaha atau bisnis perusahaan dipandang sebagai orang atau badan usaha sendiri, bertindak atas nama sendiri, serta terpisah dari investor, kreditor, dan pihak eksternal lainnya. Perusahaan menjadi pusat perhatian akuntansi dan menjadi subjek laporan. Laba dipandang sebagain kenaikan aset karena pendapatan dianggap sebagai aliran masuk (kenaikan aset) dan biaya sebagai aliran keluar aset (penurunan aset) akibat kegiatan operasi perusahaan. pemilik, kreditor, pemerintah serta pelaku lainnya diperlukan sebagai pihak luar. Oleh karenanya jumlah rupiah yang didistribusi ke mereka diperlakukan dengan biaya. Transaksi modal (dengan pemilik) tidak dipisahkan dengan transaksi operasi.
Persamaan akuntansi pada teori ini adalah Aset = Ekuitas
Karena pemegang saham memiliki kedudukan yang sama dengan kreditor, utang merupakan keharusan kesatuan usaha kepada kreditor bukan keharusan pemegang saham. Klaim dari pemegang saham diperlakukan sebagai keharusan kesatuan usaha kepada pemegang saham sehingga bunga dan dividen keduanya merupakan biaya. Statemen keuangan merupakan pertanggungjawaban entitas usaha kepada pemegang ekuitas untuk memenuhi kewajiban hukum dan menjaga hubungan baik karena gagasan bahwa kesatuan usaha bertindak dengan nama sendiri dan bukan atas pemegang saham atau kreditor. Teori ini sering disebut sudut pandang entitas baru atau kontemporer (new or contemporary view of entity).
Entitas Investor
Investor yang dimaksud pada teori entitas investor adalah penyedia dana utama perusahaan yaitu kreditor (jangka panjang) dan pemegang saham (preferensi dan biasa). Pada teori ini kedua kelompok dipandang sebagai mitra manajemen (management associates) dimana perusahaan melalui manajemen bertindak atas nama investor. Dan oleh karenany alaporan keuangan harus dilaksanakan untuk kepentingan kedua kelompok tersebut. Persamaan akuntansinya adalah sebagai berikut:
Aset – Utang jangka pendek = Ekuitas investor
Laba diartikan sebagai jumlah yang menjadi hak investor. Sebagai konsekuensi, bunga kepada kreditor jangka panjang dan dividen kepada pemegang saham bukan merupakan biaya tetapi lebih merupakan distribusi laba. Pajak berstatus sebagai biaya bagi investor. Bunga dan dividen merupakan pembagian laba bukan biaya. Teori ini disebut juga sudut pandang entitas tradisional (traditional view of entity).
Entitas Pemilik
Teori entitas ini memandang pemegang saham (biasa dan istimewa) sebagai pemilik (proprietor) dan menjadi pusat perhatian akuntansi. Kreditor dianggap sebagai pihak luar. Pemegang saham tetap menjadi mitra manajemen. Aset menjadi milik pribadi pemegang saham sehingga utang merupakan keharusan pemegang saham. Artinya, pemegang saham menanggung segala resiko yang berkaitan dengan utang. Dengan sudut pandang ini, asset bersih menjadi perhatian utama bagi pemegang saham. Teori ini dapat dinyatakan dalam persamaan akuntansi berikut ini :
Aset- Kewajiban = Ekuitas
Kreditor, pemerintah, dan pihak atau entitas lain (bahkan manajemen) dianggap sebagai pihak luar pemilik sehingga semua kos yang dikorbankan yang bersangkutan dengan pihak tersebut (misalnya gaji, bunga, dan pajak) akan dianggap sebagai biaya bukannya distribusi laba. Laba dalam teori entitas ini adalah selisih pendapatan dan biaya yang menjadi hak akhir pemilik.
Entitas Pemilik Residual
Konsep entitas ini memandang pemegang saham biasa sebagai pusat perhatian akuntansi. Dalam pendekatan ini, pemilik adalah pemegang saham biasa. Pemegang saham istimewa dianggap sebagai pihak luar sehingga dividen untuk mereka dipandang sebagai biaya. Teori ini dapat dinyatakan dalam persamaan akuntansi berikut ini :
Aset- Ekuitas spesifik = Ekuitas Residual
Dalam persamaan tersebut, ekuitas spesifik adalah utang dan ekuitas saham istimewa. Teori ini dilandasi oleh pemikiran bahwa pemegang saham biasa adalah pihak yang akhirnya menanggung resiko ketidakpastian masa datang tetapi juga menikmati segala pengembalian setelah pihak yang lain terpenuhi haknya. Laba dan laba persaham untuk pemegang saham biasa menjadi informasi penting yang harus disajikan dalam statement laba-rugi.
Entitas Pengendali
Konsep ini tidak secara langsung berkaitan dengan makna laba tetapi lebih berkaitan dengan penyajian data akuntansi secara keseluruhan. Teori ini menitiberatkan pandangannya kepada pihak yang mengendalikan sumber ekonomi perusahaan tanpa memperhatikan pemilikan seperti konsep kesatuan yang lain. Pengendalian hanya dapat dilakukan oleh manusia dan oleh karenanya siapa yang mengendalikan harus diidentifikasi dan kemudian akuntansi memusatkan perhatiaanya pada para pengendali. Implikasi konsep ini hampir sama dengan implikasi konsep kesatuan usaha. Dengan teori ini, sudut pandang akuntansi adalah manajemen puncak sebagai pengendali bukan pemilik sehingga neraca dipandang sebagai statement tentang sumber dan penggunaan dana yang menunjukan pertanggungjawaban manajemen.
Statement laba-rugi dipandang sebagai penjelasan atas kegiatan manajemen dari sudut pandang manajemen sehingga statement laba-rugi harus menunjukkan hasil (laba) untuk tiap kegiatan yang dapat berupa projek, produk, atau segmen bisnis lainnya. Meskipun demikian, manajemen juga menyiapkan statemen laba rugi untuk menunjukkan kinerja kesatuan usaha secara keseluruhan.
Entitas Dana
Dana (fund) mempunyai dua pengertian yang saling diracukan. Dana dapat diartikan sebagai kas (uang), aset likuid, atau sumber keuangan (financial resources) yang dapat digunakan untuk menandai suatu kegiatan, program, atau projek dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Dana juga dapat berarti kesatuan, wadah, atau pusat yang dapat berupa kegiatan, program, atau projek yang didanai dengan aset likuid tersebut. Teori entitas dana dapat dinyatakan dalam persamaan berikut ini :
Aset = Pembatasan penggunaan asset
Konsep ini berpaut dengan organisasi nonprofit khususnya organisasi kepemerintahan. Untuk unit organisasi kepemerintahan, interpretasi terhadap persamaan di atas bergantung apakah unit tersebut mengelola aset (keuangan negara) yang dipisahkan dari Anggaran pendapatan dana belanja negara.
Penyajian Laba
Masalah konseptual yang erat kaitannya dengan penyajian adalah pemisahan pelaporan pos-pos transaksi operasi dan pos-pos transaksi dengan pemilik (transasi modal). Pos-pos operasi dalam arti luas (termasuk nonpemilik) pada umumnya dilaporkan melalui statemen laba rugi sedangkan pos-pos yang jelas merupakan transaksi modal dilaporkan melalui statemen laba ditahan atau atau statemen perubahan ekuitas.
Bab 11
E K U I T A S
Pengertian
Dalam kerangka dasar Standart Akuntansi Keuangan (2002) misalnya Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) mandefinisi ekuitas sebagai berikut :
Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.
Komponen Ekuitas Pemegang Saham
Dari segi riwayat terjadinya dan sumbernya, ekuitas pemegang saham diklasifikasi atas dasar dua komponen penting yaitu modal setoran dn laba ditahan. Modal setoran dipecah menjadi modal saham sebagai modal yuiridis dan modal setoran tambahan dan komponen lain yang merefleksi transaksi pemilik.
Ekuitas Pemegang Saham dan Komponennya
Modal Setoran
Modal Yuridis
Penerbitan saham baru
Kapitalisasi laba ditahan
Dividen saham
Konversi obligasi atau saham istimewa terkonversi
Stock subscriptions
Modal Setoran Lain
Premium modal saham
Penjualan saham treasuri
Penyerapan deficit
Deklarasi deviden likuidasi
Restrukturisasi kapital
Revaluasi aset
Modal Bentukan atau Laba Ditahan
Laba atau rugi (dari statement laba rugi)
Dividen
Rekapitalisasi
Defisit
Koreksi
Perubahan akuntansi
Lain-lain
Komponen lain-lain terdiri atas pos-pos yang tidak tepat dimasukkan dalam komponen modal setoran lainnya atau laba ditahan tetapi sering diklasifikasikan sebagai pos ekuitas pemegang saham. Pos-pos ini misalnya adalah untung penahanan belum terrealisasi lainnya, selisih revaluasi, dan hak pemegang saham minoritas.
Tujuan Penyajian Ekuitas
Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat dipengaruhi oleh tujuan penyajian informasi tersebut kepada pemakai statement keuangan. Pada umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyediakan informasi kepada yang berkepentingan tentang efesiensi dan kepengurusan manajemen.
Untuk memenuhi tujuan tersebut, informasi yang harus disampaikan tentang ekuitas pemegang saham tersebut minimal adalah :
Sumber ekuitas pemegang saham beserta riwayatnya.
Peraturan yuridis yang membatasi pembagian dividen dan pengambilan modal setoran kepada pemegang saham.
Prioritas beberapa golongan pemegang saham atau pemegang ekuitas lainnya.
Pembedaan Modal Setoran Dan Laba Ditahan
Laba ditahan pada dasarnya terbentuk dari akumulasi laba yang dipindahkan dari akun ikhtisar laba rugi. Begitu saldo laba ditutup ke laba ditahan, sebenarnya saldo laba tersebut telah lebur menjadi elemen modal pemegang saham yang sah. Dengan demikian untuk mengukur seluiruh hak pemegang saham atas asset, laba ditahan harus digabungkan dengan modal setoran.
Pembedaan antara dua bagian elemen ekuitas pemegang sangat penting, Dari segi administrasi keuangan, laba ditahan merupakan indicator daya melaba sehingga laba ditahan harus selalu dipisahkan dengan modal setoran meskipun jumlahnya akhirnya ditotal untuk membentuk ekuitas pemegang saham. Pembedaan ini juga sangat penting secara yuridis karena modal setoran merupakan dana dasar yang harus tetap dipertahankan untuk menunjukkan perlindungan bagi pihak lain. Dana ini hanya dapat ditarik kembali dalam likuidasi atau dalam keadaan luar biasa lainnya.Sementara itu, laba ditahan adalah jumlah rupiah yang secara yuridis dapat digunakan untuk pembagian dividen.
Modal Yuridis
Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa harus ada sejumlah rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka perlindungan rehadap pihak lain. Bentuk ketentuan hukum ini adalahbahwa saham harus mempunyai nilai nominal atau nilai minimum yang dinyatakan untuk menunjukkan hak yuridis. Modal yuridis merupakan jumlah rupiah "minimal" yang harus disetor oleh investor sehingga membentuk modal yuridis.
Besarnya Modal Yuridis
Dalam hal saham bernilai nominal (par stock), modal yuridis dapat sama dengan jumlah yang dikenal dengan nama Modal Saham (kapital stock). Modal saham menunjuk jumlah rupiah perkalian antara cacah saham beredar dengan nilai nominal per saham. Jumlah ini merupakan jumlah rupiah yang secara yuridis menjadi hak pemegang saham walaupun dalam transaksi pembelian saham jumlah rupiah yang disetor/dibayarkan melebihi modal yuridis tersebut.
Modal Setoran Lain
Transfer dari modal setoran ke laba ditahan tanpa alasan yang kuat adalah penyimpangan dari penalaran yang valid. Ini berarti bahwa modal tidak dapat digunakan sebagao sumber laba ditahan. Demikian juga, tidak sebagianpun dari jumlah rupiah laba ditahan dapat dimasukkan sebagai modal setoran kecuali jumlah rupiah tersebut telah diubah menjadi modal dengan proses kapitalisasi yuridis atau telah berubah karena transaksi modal yang dibahas dibawah ini.
Perubahan Modal Setoran
Tujuan utama perekayasaan akuntansi modal setoran ini adalah untuk membedakan secara tegas antara perubahan akibat transaksi operasi dan perubahan akibat transaksi modal . dalam hal kenaikan modal setoran, pembedaan ini bermanfaat untuk mencegah memperlakukan kenaikan akibat transaksi modal sebagai laba sehingga timbul kesan adanya jumlah yang tersedia untuk pembagian dividen. Berbagai sumber yang dapat mengubah modal setoran dengan berbagai masalah teoritisnya adalah :
Pemesanan saham
Obligasi terkonversi atau berhak-tukar.
Saham istimewa terkonversi atau berhak-tukar,
Dividen saham.
Hak Beli Saham
Hak beli saham adalah hak yang diberikan bagi pemegang saham lama untuk membeli sejumlah saham (proporsional dengan pemilikan). Hal ini biasanya dimaksudkan untuk mempertahankan pemilik pemegang saham lama. Harga pasar hak beli saham adalah sebesar selisih harga pasar saham dengan harga yang harus dibayar pemegang saham yang mempunyai hak beli saham. Selisih tersebut dapat dikapitalisasi ke modal setoran lain-lain (paid-in kapital in excess of par or stated value). Namun argumen ini dibantah dengan al;asan bahwa kapitalisasi hak belisaham menjadi modal setoran adalah tidak logis karena tidak ada sumber ekonomik yang disetorkan oleh pemegang saham dan tidak ada saham baru yang diterbitkan. Lain halnya dengan kupon beli saham atau waran yang dibahas sesudah opsi saham.
Opsi Saham
Opsi merupakan instrumen yang digolongkan sebagai sekuritas turunan-saham atau derivatif-saham. Disebut turunan karena harus ada sekuritas yang melandasi atau menjadi basis. Secara umum opsi diartikan sebagai klaim untuk membeli atau menjual saham tertentu yang sengaja diciptakan oleh investor untuk dijual kepada investor lain. Terdapat dua macam opsi yaitu call dan put. Opsi call memberi hak kepada pemegang untuk membeli sejumlah saham dengan harga tertentu setiap saat sebelum hak tersebut habis pada tanggal tertentu. Opsi put memberi hak kepada pemegang untuk menjual sejumlah saham dengan harga tertentu setiap saat sebelum hak tersebut habis pada tanggal tertentu. Opsi dijual oleh penerbit dengan harga tertentu (disebut option premium atau price).
Dalam arti khusus, opsi saham adalah semacam kontrak yang memberi hak kepada karyawan perusahaan (termasuk manajer atau pemimpin) untuk membeli saham perusahaan dalam jangka waktu tertentu dengan harga yang tertentu pula. Pada umumnya harga pengambilan di bawah harga pasar saham yang bersangkutan atau harga yang ditawarkan kepada pihak lain. Kebijakan semacam ini sering disebut dengan program opsi saham karyawan. Opsi saham ini biasanya digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan loyalitas dan motivasi karyawan dengan menjadikan pemilik perusahaan dan untuk menambah penghasilan karyawan. Terdapat masalah akuntansi yang berkaitan dengan opsi saham karyawan, yaitu : (1) apakah manfaat yang didapat karyawan dari opsi saham merupakan kompensasi/imbalan tambahan; (2) kalau merupakan kompensasi tambahan, bagaimana mengukur kompensasi tersebut; dan (3) kapan atau dalam periode mana tambahan kompensasi tersebut dapat diakui sebagai biaya (gaji dan upah)
Opsi Saham Nonimbalan
Ada kalanya program opsi saham diluncurkan bukan untuk tujuan meningkatkan kompensasi karyawan tetapi untuk meningkatkan status karyawan sebagai pemilik perusahaan dan untuk membantu perusahaan menambah dana. APB Opinion No. 25 (pasal 7) menentukan bahwa opsi saham dapat dikategori sebagau nonimbalan/nonkompensasi jika keempat karakteristik program opsi saham berikut dipenuhi:
Hampir seluruh karyawan penuh yang memenuhi kualifikasi jabatan terbatas boleh berpartisipasi dalam program opsi saham
Karyawan mempunyai hak membeli saham dalam jumlah yang sama atau atas dasar persentase tertentu dari gaji atau upah
Jangka waktu opsi tidak terlalu lama
Harga saham tidak terlalu rendah dibandingkan dengan harga pasar saham atau harga yang ditawarkan kepada pihak lain.
Diasumsikan bahwa pemberian hak opsi tersebut tidak mempunyai konsekuensi bagi karyawan untuk melaksanakan kewajiban atau pekerjaan tambahan. Pada umumnya, jika opsi saham tersebut nonimbalan, harga saham atau harga pengambilan ditentukan sama dengan harga pasar saham pada saat opsi saham diberikan. Jika karyawan ternyata memperoleh manfaat karena harga saham ternyata lebih rendah daripada harga pasar pada saat opsi saham diambil, manfaat tersebut dapat dipandang sebagai untung akibat spekulasi karyawan dan bukan sebagai penghasilan tambahan untuk jasa yang diberikan oleh karyawan.
Opsi Saham Imbalan
Jika program opsi saham tidak memenuhi kriteria sebagai opsi saham nonimbalan, tentunya opsi saham tersebut merupakan opsi saham imbalan. Misalnya, opsi saham yang ditawarkan kepada para eksekutif tertentu. Jika banyaknya saham dan harga pengambilan sudah diketahui pada saat opsi ditawarkan maka kompensasi dapat diukur pada saat itu atas dasar selisih harga pasar dan harga pengambilan. Akan tetapi, jika saham cacah dan harga pengambilan tergantung pada hal-hal yang akan terjadi di masa mendatang, kompensasi yang diperhitungkan dan diakui sebagai biaya biasanya adalah selisih harga pengambilan dan harga pasar pada tanggal pengukuran. Tanggal pengukuran alternatif ini akan ditentukan berdasarkan tanggal yang informasi berikut diketahui lebih dahulu (1) banyaknya saham yang dapat dibeli oleh karyawan atau (2) harga pengambilan. Tidak berarti bahwa karyawan harus mengambil opsi pada tanggal tersebut. Alasan pengukuran biaya pada saat opsi ditawarkan atau pada tanggal alternatif di atas adalah : (a) pada tanggal tersebut kompensasi dapat diukur dengan cukup pasti baik bagi perusahaan maupun karyawan; (b) harga pada tanggal tersebut dianggap merupakan harga kesepakatan bagi kedua belah pihak sehingga jumlah rupiahnya objektif; (c) selisih harga pada tanggal tersebut dapat dianggap sebagai kos untuk mencapai tujuan penerbitan opsi; dan (d) keputusan untuk mengambil opsi saham ada ditangan karyawan sehingga perubahan harga saham bukan merupakan kos bagi perusahaan.
Waran
Waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada pemegangnya untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga dan jangka waktu tertentu (PSAK No. 41, pasal 03). Pemegang waran dapat membeli sejumlah saham dengan mengembalikan waran tersebut dan membayar sejumlah uang kas tertentu. waran berbeda dengan hak beli saham dan opsi saham dalam beberapa aspek yaitu:
Waran diterbitkan oleh perusahaan sedangkan hak beli saham (call dan put) diterbitkan oleh investor (baik individual maupun institusional)
Jangka waktu opsi waran biasanya lebih lama (dapat tahunan) daripada jangka waktu opsi hak beli saham
Waran dijual atau diterbitkan kepada umum (bukan pemegang saham atau karyawan perusahaan) dan biasanya hal ini menjadi syarat bagi pembeli
Saham dijual dengan harga tertentu/tunai
Harga pembelian saham total (harga waran plus tambahan kas) pada saat pengambilan opsi biasanya melebihi harga pasar saham pada saat waran ditawarkan
Bila hak opsi tidak diambil, kos waran tidak dapat ditarik kembali oleh pemegang waran
Waran dapat diterbitkan menyertai penerbitan surat utang (obligasi).
Karena terdapat aliran masuk dana, jumlah rupiah yang diterima dari penjualan kupon saham dapat diakui dan dikategori sebagai modal setoran baik sebagai modal saham atau modal setoran lain. PSAK No. 41 telah menetapkan perlakuan akuntansi untuk berbagai jenis waran, sebagai berikut :
Jumlah rupiah hasil penerbitan sekuritas (utang atau ekuitas) yang disertai waran lepas dialokasi ke sekuritas dan waran atas dasaar nilai wajar masing-masing komponen pada saat penerbitannya. Jumlah rupiah yang melekat pada waran dilaporkan sebagai modal setoran lainnya dan jumlah rupiah yang melekat pada sekuritas dilaporkan sebagai kewajiban atau ekuitas sesuai dengan karakteristiknya (pasal 15)
Apabila warran diambil, jumlah rupiah yang melekat pada waran dikapitalisasi ke modal saham dan agio saham (bila ada). Apabila waran tidak diambil sampai masa opsi berakhir, jumlah rupiah tercatat waran tetap diperlakukan sebagai modal setoran lain (pasal 16)
Seluruh jumlah rupiah hasil penerbitan sekuritas yang disertai waran lekat diakui seluruhnya sebagai kewajiban atau ekuitas sesuai dengan karakteristiknya (pasal 17)
Penerbitan waran bebas diperlakukan sebagai modal setoran lain sebesar jumlah rupiah hasil penerbitan tersebut. Bila waran bebas diterbitkan secara cuma-cuma, tidak diperlakukan penaksiran nilai waran untuk diakui sebagai modal setoran lain (pasal 18-19).
Penurunan Modal Setoran
Modal setoran tidak akan berkurang kecuali ada pembayaran atau pembagian dividen yang dapat dikategorikan sebagai dividen likuidasi atau penarikan kembali saham yang beredar secara permanen. Semua transaksi yang berkaitan dengan oenarikan kembali saham atau likuidasi modal tidak ada kaitannya dengan untung atau rugi. Dengan kata lain, untung atau rugi tidak timbul dari transaksi penarikan kembali saham. Perlakuan atas saham yang ditarik kembali harus sejalan dengan sifatnya sebagai ekuitas pemegang saham.
Jika saham bersangkutan dapat diterbitkan kembali, saham dengan jumlah rupiah besar yang dibayarkan untuk penarikan kembali tersebut harus diperlakukan sebagai kontrak modal setoran dan laba ditahan bukannya sebagai aset. Jika saham bersangkutan tidak dapat diterbitkan kembali (dianggap dilunasi), jumlah rupiah yang dibayarkan harus dibebankan ke modal saham sampai sejumlah yang mula-mula dikredit, sisanya kemudian dibebankan ke premium modal saham sampai sejumlah yang tidak melebihi bagian premium yang mula-mula dikredit,jika masih terdapat sisa maka kelebihan tersebut harus dibebankan ke laba ditahan. Jika terjadi untung dalam penebusan saham tersebut maka untung tersebut harus dikredit ke premium modal saham karena jumlah tersebut pada hakikatnya mempunyai karakteristik seperti kontribusi modal dalam bentuk donasi atau pembebasan utang.
Pembelian kembali saham beredar oleh perseroan sebenarnya bermakna penarikan aset yang diinvestasikan oleh pemegang saham bersangkutan. Akibatnya, struktur modal berubah sesuai dengan jumlah aset yang ditarik kembali tersebut. Akan tetapi karena perlakuan akhir terhadap saham yang ditebus kembali tersebut mungkin tidak pasti maka perlu dibuat ketentuan tentang perlakuan sementara terhadap saham yang ditarik kembali.
Saham Treasuri
Transaksi yang jelas akan mengurangi modal setoran adalah penarikan kembali saham untuk sementara menjadi saham treasuri. Beberapa alasan perusahaan melakukan penarikan kembali saham sebagai saham treasuri adalah :
Saham tersebut akan diterbitkan kemabali kepada karyawan dalam program opsi saham dan
Saham tersebut akan digunakan untuk membeli perusahaan lain dalam transksi penggabungan usaha.
Masalah teoritis yang melekat pada transaksi saham treasuri adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dianggap sebagai pengurangan modal setoran dan laba ditahan; dan pengungkapan pengaruhnya terhadap modal yuridis bila saham treasuri dijual kembali. Mengenai hal ini, ada dua pendekatan atau konsep yang dapat diterapkan yaitu konsep satu transaksi dan dua transaksi.
Konsep Satu Transaksi
Konsep ini disebut juga dengan metode kos karena jumlah rupiah total yang dibayarkan dianggap seakan-akan merupakan kos pembelian saham treasuri. Disebut satut ransaksi karena pembelian saham treasuri dan penjualannya kembali dianggap sebagai satu transaksi. Artinya, pembelian dan penjualan dianggap sebagai kesatuan transksi untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan transaksi saham treasuri tersebut.
Jika saham treasuri dijual kembali dengan harga diatas kos maka selisihnya akan menambah agio saham atau mengurangi disagio saham. Namun jika dijual di bawah kos maka terdapat tiga alternatif pengakuan, yaitu :
Memperlakukan selisih sebgai pengembalian modal setoran dan karenanya harus didebut ke premium atau diskon saham yang sekelas;
Dasar pemikiran hal ini adalah bahwa substansi lebih penting dari bentuk. Substansi transaksi saham treasuri adlaah transfer antara pemegang saham yang satu ke yang lain dengan perusahaan sebgai agen dan cacah saham yang beredar tidak berubah.
Jumlah rupiah selisih dipecah secara proporsional atas dasar modal saham dan agio saham sebelum penarikan saham treasuri;
Landasan utama perlakuan ini adalah peraturan hukum yang mengahruskan modal saham dipertahankan keutuhannya. Jumlah yang berkaitan dengan agio saham dibebankan ke agio saham tetapi yang berkaitan dengan modal saham dibebankan ke laba ditahan.
Membebankan seluruh selisih ke laba ditahan.
Alasan perlakuan ini semata-mata kepraktisan dan konservatismen. Sedangakan alasan teoritisnya adalah bahw jika pembelian dan penjualan dianggap sebagai satu transaksi maka esensi selisih tersebut adalah disrtibusi aset (semacam dividen) kepada beberapa pemegang saham secara selektif.
Konsep Dua Transaksi
Dengan konsep ini, pemerolehan kembali saham sebagai saham treasuri dianggap sebagai likuidasi ekuitas pemegang saham sedangkan penjualan kembali saham treasuri dianggap sebagai penerbitan saham baru. Konsep ini disebut dengan penedekatan nominal karena harga penarikan atau penjualan, dikompensasi ke modal setoran lain seluruhnya atau sebatas porsi modal setoran lain mula-mula dan selisihnya dikompensasi ke laba ditahan.
Perubahan Laba Ditahan
Terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi besarnya laba ditahan (jika ada pemisahan antara transaksi modal dan transaksi operasi), yaitu : laba/rugi periodik dan pembagian dividen. Laba yang dipindahkan dari akun laba-rugi adalah laba yang merupakan selisih seluruh elemen transaksi operasi dalam arti luas yang disebut laba komprehensif. Transaksi lain yang dapat mempengaruhi laba ditahan adalah transaksi yang tergolong dalam transaksi modal seperti yang diuraikan dalam pembahasan perubahan modal setoran diatas. Pengaruh beberapa transaksi di atas langsung dimasukkan dalam laba ditahan dan tidak melalui statemen laba-rugi periode terjadinya transaksi tersebut karena transaksi tersebut merupakan transaksi modal. Terdapat beberapa hal lain yang dapat menyebabkan laba ditahan dalam suatu periode berubah selain karenan transaksi modal tetapi karena transaksi khusus, yaitu :
Penyesuaian periode lalu,
Koreksi kesalahan dalam laporan keuangan sebelumnya
Pengaruh perubahan akuntansi
Kuasi-reorganisasi
Penyesuaian Periode Lalu
Peneysuaian peruiode lalu (penyesuaian susulan) adalah perlakuan terhadap suatu jumlah rupiah yang mempengaruhi operasi periode masa lalu (yang baru ditemukan atau baru dapat diakui dalam periode sekarang) bukan sebagai pengurang atau penammbah perhitungan laba tahun sekarang (masuk dalam statemen laba-rugi tahun sekarang/berjalan) tetapi sebagai penyesuaoan terhadap laba ditahan awal periode sekarang. Perlakuan ini dimaksudkan untuk menjadikan laba ditahan awal periode sekarang menunjukkan saldo yang semestinya seandainya jumlah rupiah tersebut telah diakui dalam periode yang lalu.
Suatu jumlah rupiah dapat diperlakukan sebagai penyesuaian periode lalu jika jumlah rupiah tersebut :
Dapat diidentifikasi secara tegas sebagai akibat atau dapat dikaitkan langsung dengan kegiatan-kegiatan bisnis dalam periode tertentu masa lalu
Tidak timbul akibat peristiwa ekonomik yang terjadi setelah tanggal statemen keuangan periode yang lalu. Artinya, peristiwa yang menimbulka jumlah rupiah telah terjadi di masa lalu, hanya tidak pasti jumlahnya atau waktu mengikatnya bagi perusahaan
Sangat bergantung pada ketepatan pihak lain selain manajemen. Artinya, jumlah dan kepastian mengikatnya tidak berada di bawah pengendalian atau keputusan manjamen
Tidak dapat ditaksi atau diantisipasi secara layak sebelum adanya ketepatan tersebut.
Pada umumnya, penyesuaian periode lalu berkaitan dengan masalah ketidakpastian di masa lalu tentang suatu kejadian atau jumlah dalam peristiwa yang sangat khusus. Ketidakpastian semacam ini dalam akuntansi biasanya digolongkan dalam apa yang disebut kebergantungan rugi. Rugi bergantung dapat diakui dalam periode timbulnya kemungkinan asalkan dipenuhi kedua kriteria pengakuan berikut:
Informasi yang tersedia sebelum penerbitan statemen keuangan menunjukkan dengan cukup pasti bahwa pada tanggal laporan keuangan aset perusahaan sudah terpengaruh/berkurang atau kejadian telah timbul. Secara implisit harus cukup pasti pula bahwa akan terjadi peristiwa tertentu di masa mendatang yang menegeaskan atau menguatkan adanya rugi tersebut.
Jumlah rupiah pengaruh atau rugi tersebut dapat ditaksir secara layak.
Koreksi Kesalahan
Dalam hal tertentu, kesalahan tidak segera diketahui dan baru ketahuan beberapa waktu atau bahkan beberapa perioda setelah statemen keuangan disusun dan diterbitkan.
Untuk dapat disebut kesalahan, suatu jumlah rupiah harus berasal dari kesalahan hitung, kesalahan aplikasi atau penerapan prinsip akuntansi, atau kekhilafan atau kekeliruan menggunakan fakta yang tersedia pada saat penyusunan laporan keuangan. APB membedakan antara kesalahan dengan perubahan taksiran atau perubahan akuntansi. Perubahan taksiran atau akuntansi muncul dari adanya informasi atau perkembangan baru yang berarti dari tilikan yang lebih baik atau pertimbangan yang lebih mantap. Untuk disebut kesalahan, harus ada unsur kekhilafan atau salah pakai informasi.
Koreksi Sebagai Penyesuaian Laba Ditahan
Menurut pandangan ini penyesuaian yang diperlukan terhadap laba yang pernah dilaporkan harus dilakukan langsung terhadap akun laba ditahan untuk semua kasus kecuali untuk koreksi-koreksi yang jumlahnya tidak terlalu besar (material) sehingga tidak mengganggu pelaporan laba normal. Ini berarti koreksi tidak tampak dalam statemen laba-rugi.
Pendekatan ini disarankan dalam APB No. 20 paragraf 36 yang menyatakan bahwa kesalahan dalam statemen keuangan perioda sebelumnya harus diperlakukan sebagai penyesuaian perioda lalu. Laba ditahan awal perioda berjalan disesuaikan dengan jumlah rupiah pengaruh kumulatif kesalahan terhadap perhitungan laba perioda-perioda sebelumnya dan kalau statemen komparatif disajikan, pengaruh retroaktif kesalahan harus ditunjukkan dalam statemen keuangan perioda-perioda yang terpengaruh.semacam ini sebenarnya hanya berlaku untuk kesalahan yang memenuhi ketentuan umum dalam SFAS No. 16 paragraf 1.
Koreksi Sebagai Penyesuai Modal Setoran Lain
Paton dan Littleton (1970) menegaskan bahwa koreksi yang berkaitan dengan penggunaan aset dalam perioda-perioda yang lalu dengan alasan apapun hendaknya dipisahkan dengan premium modal saham. Premium modal saham merupakan komponen modal setoran dan kalau pemisahan antara modal setoran dan modal operasi (laba) harus tetap dipertahankan maka tidaklah tepat untuk menggunakan modal setoran untuk menyerap koreksi atas laba yang pernah dilaporkan kecuali kalau:
Laba bersih tahun berjalan dan lana ditahan telah habis.
Penyesuaian yang mempengaruhi modal setoran tersebut mendapat persetujuan pemegang saham.
Laba ditahan yang diakumulasi setelah penyesuaian modal tersebut diberi tanggal. Artinya, laba ditahan yang dilaporkan kemudian diperoleh dari operasi setelah penyesuaian tersebut (perusahaan dianggap baru mulai atau (fresh start).
Koreksi Sebagai Komponen Statemen Laba-Rugi
Paton dan Littleton (1970) mendukung perlakuan ini dengan alasan bahwa statemen laba rugi kumulatif yang didasarkan atas statemen terdahulu harus menunjukkan laba (atau rugi) konprehensif sepanjang riwayat perusahaan sampai tanggal sekarang. Dengan demikian, kalau koreksi langsung dilakukan dalam akun laba ditahan tanpa ada petunjuk atau penjelasan apapun dalam statemen laba rugi, beberapa statemen laba rugi yang pernah diterbitkan tidak dapat memberikan gambaran yang menyeluruh tentang kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Perubahan Akuntansi
Ada tiga macam perubahan akuntansi yaitu:
Perubahan prinsip atau metoda akuntansi (change in accounting principle or method)
Perubahan taksiran akuntansi (change in accounting estimate)
Perubahan kesatuan pelaporan (change in the reporting entity)
Penyesuaian Retroaktif
Metoda ini mengakui pengaruh kumulatif perubahan dalam laba perioda yang lalu sebagai penyesuaian perioda lalu. Ini berarti saldo awal akun laba diatahan perioda sekarang disesuaikan dengan pengaruh kumulatif tersebut dan laporan-laporan perioda sebelumnya disusun kembali sesuai dengan perubahan tersebut.
Penyesuaian Sekarang
Metoda ini mengakui seluruh pengaruh perubahan dalam laba perioda yang lalu sebagai komponen dalam menghitung laba perioda sekarang (perioda terjadinya perubahan). Perlakuan ini di dasar beberapa gagasan. Pertama, semua pos yang yang mempengaruhi laba perusahaan harus dilaporkan melalui statemen laba rugi. Kedua, pada umumnya perubahan akuntansi cukup sering terjadi sehingga tidak praktis untuk selalu mengadakan revisi statemen keuangan perioda-perioda sebelumnya. Ketiga, pengungkapan yang jelas dalam pelaporan laba perioda sekarang sudah cukup memadai untuk mengungkapkan pengaruh perubahan tersebut sehingga kemungkinan pembaca laporan keuangan akan melewatkan informasi perubahan dapat diatasi. Keempat, penyusunan kembali statemen keuangan perioda lalu dapat menurunkan keyakinan publijk terhadap statemen keuangan dan dapat membingungkan pemakai.
Penyesuaian Sekarang dan Prospektif
Metoda ini menyebar pengaruh kumulatif perubahan dalam laba perioda yang lalu ke perioda sekarang dan beberapa perioda mendatang yang sesuai. Perlakuan ini dilandasi oleh argumen bahwa perubahan akuntansi merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dihindari dalam proses akuntansi yang bersifat memenuhi kebutuhan yang berkembahang.
Aplikasi dalam Standar
Berikut ini adalah pedoman umum yang diberikan dalam APB No. 20 untuk memperlakukan berbagai perubahan akuntansi.
Perubahan prinsip atau metoda akuntansi. Perubahan ini misalnya adalah pergantian metoda depresiasi dari persentase nilai buku ke garis lurus atau sebaliknya. Perubahan dapat disebabkan oleh terbitnya standar baru yang menetapkan penggunaan metoda tertentu atau menolak sama sekali metoda tertentu.
Dalam hal ini, APB Opinion No.20 menganut penyesuaian sekarang memperlakukan perubahan metoda akuntansi. Secara teknis, perlakukan tersebut dilaksanakan sebagai berikut:
Statemen keuangan bebrapa perioda sebelumnya perubahan disertakan dalam pelaporan seperti apa adanya untuk tujuan perbandingan.
Pengaruh kumulatif perubahan terhadap laba ditahan awal perioda sekarang dilaporkan dalam statemen laba rugi perioda sekaranng (terjadinya perubahan)
Pengaruh penggunaan metoda baru terhadap laba sebelum pos luar biasa dan terhadap laba bersih (termasuk EPS) untuk perioda pergantian metoda perlu diungkapkan.
Laba sebelum pos-pos luar biasa dan laba bersih (termasuk EPS) yang dihitung secara pro forma atas dasar metoda baru harus ditunjjukan dalam statemen laba rugi untuk perioda-perioda yang disajikan seakan-akan prinsip baru telah diterapkan untuk perioda-perioda tersebut.
Ada beberapa perubahan yang kecualikan dari ketentuan umum di atas. Beberapa hal yang dikecualikan tersebut adalah:
Perubahan dari MTKP ke metoda aliran kos yang lain.
Perubahan (misalnya dari kontreak selesai ke persentase penyelesaian sebaliknya).
Perubahan metoda akuntansi dari kos penuh ke upaya sukses yang digunakan dalam perusahaan ekstraktif.
Perubahan akuntansi investasi jangkapanjang dari metode kas ke metoda aekuitas karena perubahan pemilikan dari 20% ke bawah menjadi 20% atau lebih.
Setiap perubahan akuntansi sebelum perusahaan mempublik.
Setiap perubahan prinsip akuntansi yang dianjurkan untuk diperlukan secara retroaktif oleh standar akuntansi yang baru diterbitkan.
Perubahan taksiran akuntansi. Perubahan ini dapat terjadi sebagai akibat ditemukannya fakta baru atau informasi baru atau akibta pengalaman tambahan yang diperoleh perusahaan bersangkutan dengan taksiran tertentu.
APB Opinion No. 20 paragraf 31 menentukan bahwa perubahan estimasi diperlukan sebagai penyesuaian sekarang dan prospektif yaitu pengaruh perubahan diakui (1) pada perioda perubahan kalau perubahan hanya mempengaruhi perioda tersebut (2) pada perioda perubahan dan mendatang kalau perubahan mempengaruhi kedua perioda tersebut. Juga ditetapkan bahwa perubahan estimasi hendaknya tidak diperlakukan sebagai penyesuaian rekroaktif atau pelaporan pro forma untuk perioda lalu.
Perubahan kesatuan/subjek pelaporan. Perubahan entitas pelaporan berarti perubahan organisasi atau lingkup kesatuan usaha yang dilaporkan dalam statemen keuangan. APB membatasi perubahan entitas pelaporan pada hal-hal sebagai berikut:
Penyajian statemen keuangan konsolidasian atau gabungan sebagai ganti statemen perusahaan secara individual.
Perubahan grup perusahaan anak yang dimasukkan dalam statemen keuangan konsolidasian.
Perubahan grup perusahaan-perusahaan yang membentuk statemen keuangan gabungan.
Kuasi reorganisasi
Kuasi-reorganisasi biasanya dilakukan dalam hal terjadinya suatu defisit. PSAK No. 51 pasal 9 mendeskripsikan pengertian kuasi-reorganisasi sbb:
Kuasi-reorganisasi adalah reorganisasi, tanpa melalui reorganisasi secara hukum yang dilakukanj dengan menilai kembali akun-akun aktiva dan kewajiban pada nilai wajar dan mengeliminasi saldo defisit.
Paton dan Littleton (1970) menyebutkan bahwa kalau terjadi defisit, tia tidak perlu segera diserap oleh modal setoran. Defisit dapat dianggap sebagai kontra jumlah modal setoran dengan harapan operasi perusahaan di masa mendatang dapat menutup atau menghilangkan defisit tersebut.
Proses kuasi-reorganisasi biasanya terdiri atas langkah-langkah berikut:
Aset dan kewajiban perusahaan dinilai kembali atas dasar nilai pasar atau nilai wajar pada saat reorganisasi.
Modal setoran lain atau agio saham harus ditentukan jumlahnya sehingga cukup besar untuk menutup defisit.
Saldo debit nlaba ditahan (defisit) dieliminasi dengan cara mendebit agio/premium modal saham.
Dewan standar akuntansi menetapkan syarat-syarat perusahaan yang dapat melakukan kuasi-reorganisasi yaitu (PSAK No. 51 pasal 11):
Perusahaan mengalami defisit dalam jumlah yang material.
Perusahaan harus memiliki status kelancaran usaha dan memiliki prospek yang baik pada saat kuasi-reorganisasi dilakukan.
Perusahaan tidak sedang menghadapi permohonan kepailitan.
Tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Saldo ekuitas sesudah kuasi-reorganisasi harus positif.
Pengaruh Defisit Terhadap Kreditor
Setiap defisit akan mengurangi batas perlindungan yang sebelumnya dinikmati oleh kreditor perseroan dan tingkat pengurangan ini akan menjadi makin berpengaruh kalau defisit semakin besar. Kalau laba ditahan jumlahnya cukup untuk menyerap rugi tertentu maka tidak akan timbul defisit ditinjau dari segi neraca meskipun posisi kreditor menjadi kurang terjamin dibandingkan dengan posisi sebelumnya terjadi rugi. Kalau rugi melebihi laba ditahan jaminan kreditor mula-mula yang berupa ekuitas pemegang saham menjadi berkurang. Kalau sebagain ekuitas pemegang saham yang telah disishkan sebagi agio saham cukup untuk menyerap sisa rugi, maka jaminan panyangga bagi kreditor akan terpengaruh juga. Kalau modal sahamk yuridis harus dikurangi untuk membentuk agio yang cukup untuk menyerap defisit makan jelaslah ada pengerutan elemen jaminan penyangga total mula-mula yang menjadi dasar utama kepercayaan kreditor dalam menanamkan dananya.
Penyajian Modal Pemegang Saham
Dalam terjadi defisit urutan penyajian menggambarkan urutan penyerapan rugi sedangkan dalam kondisi likuidasi urutan penyajian menggambarkan urutan perlindungan yuridis bagi para penyedia dana dalam hal terjadi likuidasi.
Urutan Penyerapan Rugi
Urutan penyerapan biaya, rugi, dan rugi luar biasa dapat digambarkan sebagai berikut:
Pendapatan kotor. Pos ini menyerap semua biaya dan rugi dan debit/ beban yang berasal dari transaksi nonpemilik.
Laba bersih. Hal ini akan terjadi pendapatan kotor tidak cukup untuk menutup semua kos terhabiskan baik yang berasal dari konsumsi manfaat maupun hilangnya manfaat. Bila digunakan pendekatan laba komprhensif, laba bersih akan menjadi laba konprehensif.
Laba ditahan. Hal ini hanya dapat dilakukan apabila laba bersih perioda berjalan tidak cukup untuk menyerap suatu rugi tertentu atau rugi luar biasa.
Premium modal saham. Bagian modal ini baru dapat menyerap rugi kalau laba ditahan dan laba ditahan telah habis untuki menyangga suatu rugi. Dengan kata lain, modal saham harus tetap dijaga keutuhannya sampai premium modal saham benar-benar telah habis.
Modal saham. Bila keutuhan modal yuridis telah terpengaruh secara substansial. Kebijakan untuk melakukan kuasi-reorganisasi atau bahkan likuidasi perusahaan mungkin diperlukan.
Urutan Menerima Distribusi Aset
Karyawan dan pemerintah. Pihak ini dapat dipandang sebagi kreditor yang diprioritaskan yaitu karyawan dengan hak atas gaji dan pemerintah dengan hak atas pajak terhutang.
Kreditor berjaminan. Pihak ini adalah pemegang obligasi atau kreditor lain yang haknya dijamin dengan hak sita atas aset tertentu.
Kreditor takberjaminan. Pihak ini terdiri atas pada kreditor yang tidak dijamin terrefleksi dalam utang usaha atau utang wesel baik jangka panjang maupun jangka pendek.
Pemegang saham prioritas. Pihak ini dilindungi oleh laba ditahan sebagai penyangga modal saham yuridis.
Pemegang saham biasa. Pihak ini merupakan pemegang hak atas sisa kekayaan yang berarti bahwa pemegang saham biasa harus menanggung lebih dahulu rugi defisit.
Perincian Laba Ditahan
Bila komponen-komponen tertentu yang berasal dari transaksi operasi dialporkan langsung ke laba ditahan, laba ditahan dapat disajikan dan dirinci atas dasar sumber. Terdapat pula kebiasaan bahwa laba ditahan disajikan dengan merincinya atas dasar tujuan dengan cara yang disebut apropriasi dan pembatasab.
Perincian atas Dasar Sumber
Dengan dasar ini laba ditangan dapat dirinci menjadi laba ditahan yang berasal dari operasi normal attau rutin dan yang berasal dari laba luar biasa. Dapat saja pembedaan antara kedua nsumber laba ditahan tersebut dipertajam. Namum, sebenarnya tidak cukup beralasan untuk memecah kembali jumlah rupiah bersih laba periodik atas dasar klasifikasi sumber bilamana statemen laba rugi telah memuat semua faktor yang menentukan laba bersih dan laba komprehensif ini telah ditansfer ke lana ditahan menjadi bagian dari ekuitas pemegang saham. Jadi, nila perubahan akibat transaksi operasi dipisahkan secara tegas dengan transaksi modal, statemen laba rugi telah merefleksi sumber laba ditahan shingga perincian laba ditahan akan percuma.
Perincian Atas Dasar Tujuan Penggunaan
Ditunjukkan dengan adanya pos cadangan jaminan sosial, laba ditahan terbatas dan cadangan umum. Perincian semacam itu sebenarnya sama saja dengan mengaitkan laba ditahan dengan aset tertentu. Artinya, dalam aset apa saja laba ditahan terikat.
Penyertaan statemen laporan aliran kas lebih memenuhi tujuan pelaporan daripada perincian resmi dalam laba ditahan dengan sebutan misalnya "cadangan ekspansi".
Dalam rangka kebijakan deviden, perusahaan yang mempunyai rencana membagi deviden menyisihkan laba ditahan menjadi "cadangan pembagian deviden" sebelum mengumumkan deviden. Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa dividen tersebut harus dibayar dengan kas. Penyisihan tersebut sebenarnya tidak menjamin bahwa kas tersedia untuk keperluan tersebut.
Paton dan Littleton (1970) mengatakan bahwa penyisihan laba ditahan sebenarnya tidak bermakna.
Penyisihan akan bermakna bila di sisi aset benar benar sejumlah rupiah untuk tujuan penyisihan tersebut.
Bentuk lain penyisihan adalah untuk tujusn penyerapan kemungkinan rugi atau ketidakpastian lainnya.
Laba Komprehensif
Perubahan akibat transaksi operasi atau transaksi nonpemilik harus dibedakan dan dipisahkan secara tegas dengan perubahan akibat transaksi pemilik, semua perubahan akibat transaksi operasi harus dilaporkan melalui statemen laba – rugi.
Masalah teoritis dalam hal ini adalah pos pos mana saja yang disajikan melalui statement laba rugi dan pos pos mana saja yang dilaporkan melalui statemen laba ditahan. Dalam hal ini ada dua pendekatan yang dianut yaitu kinerja sekarang atau normal dan semua termasuk atau surplus bersih.
Laba Kinerja Sekarang
Laba harus mengukur efisiensi penggunaan sumber ekonomik untuk periode berjalan sehingga laba harus bebas dari hal hal yang mengaburkan efisiensi.
Laba merupakan pengukur kinerja manajemen.
Laba harus dapat digunakan untuk melakukan perbandingan antarprioda dna atar perusahaan secara bermakna.
Karena fiksasi fungsional pembaca statemen laba – rugi yang hanya melihat angka akhir, pemasukan pos pos luar biasa dalam statemen laba rugi dapat menyestkan pemakai.
Laba Semua – Termasuk
Yang diperhitungkan sebagai laba dan disajikan melalui statemen laba rugi adalah semua pos akibat transaksi nonpemilik. Pendekatan ini dilandasi oleh konsep dasar kontinuitas usaha yang memandang statemen laba – rugi merupakan penggalan aliran operasi (pendapatan dan biaya) dalam jangka panjang. Untuk dapat memprediksi kemampuan melaba jangka panjang, statemen laba – rugi tidak dapat berdiri sendiri tetapi harus disajikan sebagai rangkaian statemen laba – rugi sepanjang umur perusahaan. Dengan demikian laporan laba – rugi periodik harus memuat pos pos yang tidak normal atau liar biasa.
Alasan Mendasar
Patton dan Littleton (1970) mengajukan argumen mendasar dalam mendukung pendekatan laba semua tyermasuk yaitu konsep pemanfaatan aset. Konsep ini memandang bahwa manajemen mengelola aset sebagai satu kesatuan.
Konsep pemanfaatan aset
Pemisahan laba menjadi normal dan tidak normal dalam dua statemen akan cenderung mengalihkan pusat perhatian pemakai secara tidak semestinya ke laba normal dan dengan demikian secara tidak sadar mengurangi perhatian pembaca akan keefektifan manajemen secara keseluruhan.
Paton dan Littleton menegaskan bahwa pemecahan yang paling logis adalah membaca serangkaian statemen laba-rugi komprehensif periode – periode sebelumnya.
Konsep aset kapital
Konsep ini membedakan fungsi aset lancar dan aset tetap. Dengan demikian perubahan aset tetap karena penjualan atau penghentian berbeda dengan perubahan karena pemanfaatan aset untuk menciptakan laba (melalui depresiasi) sehingga laba atau rugi pemberhentian aset harus dilaporkan terpisah sebagai penyesuai laba ditahan.
Argumen yang diajukan oleh hendriksen dan van breda (1992) dan sumber lainnya yang mendukung pendekatan laba semua termasuk dalam menyajikan statemen laba – rugi.
Secara teknis, penggunggungan laba tahunan selama umur perusahaan harus sama dengan laba total perusahaan.
Pengeluaran pos pos nonpemilik dari perhitungan laba memberi kesempatan pada manajemen untuk melakukan manipulasi atau manajemen laba.
Tidak selalu mudah untuk menentukan apakah suatu pos bersifat operasi atau non operasi, reguler atau takreguler, normal atau taknormal.
Dengan memasukkan semua pos pos yang berasal dari transaksi nonpemilik dan dengan pengungkapan yang layak, pemakai laporan mempunyai keleluasaan untuk mereklasifikasi dan menentukan sendiri laba antara yang dianggap berpaut dan bermanfaat untuk pengambilan keputusan.
Pengertian operasi perusahaan harus diinterpretasi dalam perspektif yang luas tidak terbatas pada kegiatan produksi dan penjualan produk utama.
Penyajian Laba Komprehensif
Dengan dianutnya pendekatan laba semua-termasuk atau laba komprehensif, masalahnya adalah bagaimana menyajikan komponen-komponen pembentuk laba komprehensif dan bagaimana penyajiannya dalam statement laba-rugi.
Komponen-Komponen Pembentuk Statement Laba-rugi
Seksi operasi utama (major operating activities section):
Penjualan atau pendapatan
Kos barang terjual
Biaya penjualan
Biaya administrative atau umum
Seksi operasi tambahan (secondary or auxiliary activities section):
Pendapatan lainnya dan untung (other revenues and gains)
Biaya lainnya dan rugi (other expenses and losses)
Pajak penghasilan (income taxes)
Operasi hentian/taklanjutkanan (discontinued operations)
Pos-pos luar biasa/ekstraordiner (extraordinary items)
Pengaruh kumulatif perubahan prinsip akuntansi
Pengaruh kumulatif perubahan estimate/taksiran
Perubahan ekuitas nonpemilik lainnya. termasuk pos-pos penerobos
Komponen 6) dan 7) juga dikategori sebagai komponen perubahan ekuitas nonpemilik dan keduanya disebut pengaruh kumulatif perubahan akuntansi atau penyesuaian kumulatif akuntansi sehingga pos-pos selain yang masuk kategori ini dengan perubahan ekuitas nonpemilik lainnya. KArena komponen 1) sampai 8) semuanya masuk dalam statement laba-rugi, angka bersih yang diperoleh disebut dengan laba komprehensif. Tujuan dimasukkannya komponen 8) dalam statement laba-rugi adalah untuk mencegah penyembunyian atau penghilangan secara diskresioner pos-pos laba atau rugi tertentu dari statement laba-rugi. Dengan kata lain, tujuannya adalah mencegah penyalahgunaan (abuse).
Komponen 6) dan 7) dikeluarkan dari laba bersih dan dilaporkan sebagai perubahan ekuitas nonpemilik dan angka bersih yang diperoleh dari komponen 1) sampai 5) disebut dengan laba perioda (earnings) dan laba bersih setelah komponen 6) dan 7) disebut laba perioda bersih (net earnings). Bila terjadi rugi, laba komprehensif menjadi rugi komprehensif. Laba komprehensif dapat disebut pula perubahan ekuitas nonpemilik total.
Terdapat dua pendekatan penyusunan statement laba-rugi yaitu:
Pendekatan satu-statement (one statement approach)
untuk menyajikan komponen 1) sampai 8), menyajikan kedelapan komponen tersebut dalam satu statement yang disebut statement laba-rugi dan laba-rugi komprehensif.
Pendekatan dua-statement
memisahkan pelaporan komponen 1) sampai 7) dalam statement laba-rugi (statement of income) dan menyajikan pengaruh komponen 8 terhadap laba perioda bersih dalam statement laba-rugi komprehensif.
Dengan pendekatan semua-termasuk, FASB memperluas cakupan laba yang meliputi pula apa yang sebelumnya disebut pos-pos penerobos (bypassing items). Pos-pos penerobos adalah pos-pos yang dilaporkan langsung dalam statement laba ditahan tanpa melalui statement laba-rugi. Contoh pos-pos ini antara lain adalah laba menahan/penahan atau laba fluktuasi harga belum terealisasi dan penyesuaian penjabaran mata uang asing. Selain itu, FASB juga mengantisipasi adanya pos-pos lain yang mempresentasi perubahan ekuitas nonpemilik yang harus dilaporkan melalui statement laba-rugi.