TEKNIK PENYELAMAN SCUBA
(Self Contained Breathing Apparatus)
MAKALAH
AGUS TRI ASKAR NPM 230210130040 JOANA VIVIANI NPM 230210130054
UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JATINANGOR 2014
TEKNIK PENYELAMAN SCUBA
(Self Contained Breathing Apparatus)
MAKALAH Diajukan untuk Pengganti Praktikum Widya Selam
AGUS TRI ASKAR NPM 230210130040 JOANA VIVIANI NPM 230210130054
UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JATINANGOR 2014
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, kami dapat menyelesaikan
tugas pembuatan makalah yang berjudul
“TEKNIK PENYELAMAN SCUBA ” dengan baik dan tepat waktu. Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : Syawaludin Alisyahbana Harahap, S.Pi., M.Sc sebagai dosen mata kuliah Widya Selam, kepada orang tua dan teman-teman yang telah mendukung kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan untuk itu kami menerima kritik dan saran yang bersifat membangun
demi
perbaikan
kearah
kesempurnaan.
Akhir
kata
penlis
menyampaikan terima kasih.
Jatinangor, Juni 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Buddy System 1.3 Sistem Dasar SCUBA 1.4 Peralatan SCUBA BAB II. KETERAMPILAN SCUBA 2.1 Teknik Entry 2.2 Desccent dan Anti Squeeze 2.3 Buoyancy Control 2.4 Mask Clear 2.5 Regulator Recovery 2.6 Fin Pivot dan Hovering 2.7 Ascent 2.8 Deep Water Exit 2.9 Dive Table BAB III. PROSEDUR EMERGENCY 3.1 Free Flow 3.2 Buddy Breathing 3.3 Cramp Release 3.4 Emergency Swimming Ascent (ESA) DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang berbentuk kepulauan dengan laut sebagai penghubung antar pulau-pulaunya. Luas garis pantai Indonesia adalah 81.000 kilometer. Dengan keadaan geografis yang seperti ini bukan tidak mungkin bahwa Indonesia memiliki potensi besar yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan yang berasal dari laut. Selain sebagai sumber daya baik makanan maupun mineral, daerah perairan Indonesia dapat dijadikan sebagai salah satu sistem pertahanan negara.namun untuk dapat mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang ada didalam laut maka kita harus memiliki suatu kemampuan menyelam atau diving. Menyelam merupakan kegiatan yang dilakukan didalam air dengan tujuan wisata, penelitian maupun pemeliharaan biota laut. Terdapat dua jenis penyelaman, yaitu skin diving dan SCUBA diving. Skin diving adalah penyelaman yang dilakukan tanpa alat bantu oernapasan secara khusus, dan dilakukan dipermukaan air dengan menggunakan peralatan dasar seperti snorkel, masker, dan fins. Berbeda dengan SCUBA diving. SCUBA diving memerlukan
peralatan
khusus
untuk
melakukan
penyelaman
karena
penyelaman dilakukan di kedalaman lebih dari 5 meter dibawah permukaan laut. Selain peralatan dasar yang digunakan, terdapat peralatan tambahan yang digunakan sebagai alat bantu napas saat berada didalam air seperti regulator dan tabung yang berisi udara yang dimampatkan. Untuk melakukan SCUBA diving seseorang harus mempunyai kemampuan dan harus bisa menguasai teknik SCUBA, karena menyelam merupakan kegiatan yang beresiko tinggi dan bila dilakukan sebarangan akan mengancam keselamatan. Selanjutnya akan dibahas secara lebih jelas mengenai Teknik Menyelam SCUBA.
1.2. Buddy System
Menyelam merupakan salah satu kegiatan yang mempunyai resiko yang tinggi, terlebih lagi bila dilakukan seorang diri. Bila saat penyelaman terjadi keadaan darurat atau membutuhkan pertolongan tidak ada yang mengetahui dan tidak ada yang dapat menolong secara cepat. Dengan pertimbangan tersebut maka dunia penyelaman manganut dan mempraktekan prinsip penyelaman never dive alone, maksudnya adalah ketika melakukan penyelaman kita tidak boleh melakukannya sendiri, tetapi menyelamlah dengan satu tim dengan sistem mitra atau lebih dikenal dengan buddy sistem. Dengan sistem buddy in maka kita dapat meminimalisir resiko celaka. Keadaan darurat pada penyelaman identik dengan keadaan tanpa udara atau kehabisan udara saat masih berada didalam perairan. Salah satu cara yang efektif untuk mengggulanginya adalah dengan melakukan buddy breathing. Jika keadaan memungkinkan dan dapat dikendalikan maka udara dapat dipakai secara bersama di dalam air atau ketika naik ke atas.
1.3.Sistem Dasar SCUBA 1.3.1. Sistem Sirkuit Tertutup
Suatu sistem yang menggunakan zat asam atau oksigen murni dilengkapi penyerap kimia untuk memnghalau zat arang atau karbon dioksida yang keluar dari paru-paru. Unit ini pada hakekatnya meniup kembali oksigen tanpa membuang udara ke dalam air. Unit ini digunakan terbatas hingga kedalaman 33 feet. Pengguna SCUBA jenis ini dituntut mempunyai keahlian tertentu karena sangat berbahaya.
1.3.2. Sistem Sirkuit Terbuka
Terdiri dari Demand regulator dantabung udara yang simampatkan adalah jenis SCUBA yang pada saat ini merupakan alat yang paling aman dipergunakan. Udara yang dimampatkan disalurkan melalui regulator ke penyelam dan udara yang telah dihisap dibuang langsung ke air tanpa dipergunakan lagi.
1.3.3. Sistem Sirkuit Semi Tertutup
Jenis SCUBA ini biasanya dipakai untuk operasi militer dan merupakan kombinasi sirkuit terbuka dan tertutup. Sistem ini mempunyai kantung udara, motak kimiawi, regulator dan tabungudara yang dimampatkan. Sistem ini memungkinkan penyelam militer untuk bekerja pada kedalaman dan janka waktu yang lama. Sistem ini memerlukan pemanasan khusus terlebih dahulu serta membutuhkan peralatan pendukung yang khusus pula, hingga unit ini jarang dipergunakan secara umum.
1.3.4. Sistem Sirkuit Tertutup Gas Campuran
Sistem ini sangat rumit, memerlukan pemeliharaan khusus dan cukup mahal. Unti ini mempunyai kantong pernafasan, kotak kimiawi dan suatu alat elektronis penyaring oksigen yang dapat mengontrl jumlah oksigen pada kedalaman 1.000 feet, yang memerlukan cukup udara untuk turun dan
naik
kepermukaan
untuk
pekerjaan-pekerjaan
ilmiah
dalam
penggunaannya memerlukan latihan yang khusus.
1.4. Peralatan SCUBA
Dalam penyelaman selain kemampuan selam yang diperlukan tetapi juga di perlukan alat bantu selam. Peralatan-peralatan yang digunakan adalah :
1.4.1. Mask
Gambar 1. SCUBA dive Masks ( model mask skin diving dan scuba) www.omsdive.com
Mask atau face mask merupakan peralatan selam yang menutupi sebagian wajah terutama mata dan hidung yang berfungsi : a. Menciptakan kantung udara antara mata dengan air, sehingga memungkinkan penyelam melihat benda dibawah air. b. Mask mencengah masuknya iar kedalam hidung dan mata, sekaligus mencegah terjadinya iritasi, mask haruslah nyaman bagi penggunanya, selain itu ukurannya harus pas dan kedap air.mask harus sesuai dengan bentuk wajah si pemakai. Cara menguji mask yang sesuai dengan wajah adalah dengan mengenakan mask tersebut diwajah tanpa mengenakan tali kepala, tarik napas sedikit melalui hidung dan lepaskan tangan yang memegang mask tersebut. Jika mask tidak jatuh maka mask cocok untuk anda. Ciri-ciri : Dalam pemilihan masker, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: a. Safety tempered glass, b. Frame terbuat dari bahan anti karat, c. Memilliki double seal yang lentur untuk wajah, d. Dilengkapi dengan ikat kepala yang memiliki gesper pengencang.
1.4.2. Snorkel
Gambar 2 Sport SCUBA Dive (Model snorkel) www.sportscuba.com
Snorkel merupakan alat survival penting yang digunakan seorang skin maupun scuba diver, sebab berfungsi : a. Membantu penyelam bernafas dipermukaan air tanpa mengangkat kepalanya, b. Membantu penyelam berenang menuju sasaran penyelaman tanpa menggunakan udara dalam tabung scuba, c. Memungkinkan penyelam melihat pemandangan bawah air dengan cara berenang dan mencelupkan muka dipeemukaan air. Cara memilih snorkel: a. Pas dan nyaman, b. Panjang antara 12 sampai 14 inci, c. Semi fleksibel, tidak dilengkapi alat penutup apapun pada ujung atas.
1.4.3. Fins
Gambar 3 Boss Frog’s Snorkeling Gear (Model fins) snorkel-gear.com Fin dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah “sirip selam” atau “kaki katak”yang diciptakan untuk memberi kekuatan pada kaki dan merupakan
piranti penggerak. Fins dibuat bukan
untuk menambah
kecepatan berenang namun menambah daya kayuh. Dengan bantuan fins kemampuan renang kita bertambah 10 kali lebih besar dibandingkan tanpa menggunakan fins. Ada tiga macam jenis fins : 1) Jenis Foot Pocket Fin jenis ini cocok digunakan untuk melakukan skin diving atau fins swimming, karena ini lebih fleksibel, dengan letak lempeng lebih menyudut, yang menyebabkan kaki tidak mudah lelah.
2) Jenis Open Heel Fins dengan jenis ini sangat sesuai digunakan untuk scuba diving, biasanya berlempeng lurus, semi kaku dengan lempeng lebih panjang. Jenis ini memberikan kekuatan lebih besar, namun
membutuhkan waktu untuk penyesuaian bagi otot-otot kaki. Fins jenis ini memiliki kelebihan yaitu lebih mudah dalam mengenakan dan melepaskannya.
3) Adjustable Open Heels Jenis ini juga dapat digunakan untuk scuba diving karena dibuat mempunyai kantong yang cukup besar untuk kaki yang memakai boots,
mempunyai
lempengan
yang
lebih
besar
untuk
menghasilkan tenaga yang lebih besar dan biasanya terdapat lobang-lobang alur air di bagian atas lempengan tersebut yang fungsinya untuk mengurangi kelelahan kaki yang disebabkan oleh daerah negatif pada lempeng.
4) Boots
Gambar 4 Scuba Boots (Model Boots SCUBA) www.diveremporium.com
Boots adalah sejenis kaos kaki yang digunakan untuk melindungi kaki pada saat menyelam, khususnya saat menyelam diperairan yang berkarang dan berbatu juga dapat berfungsi sebagai perlindungan kaki dari kejang yang disebabkan kedinginan dan kemungkinan kaki lecet. Boots terbuat dari bahan karet busa
dengan sol keras dibagian bawah. Hal yang perlu diperhatikan adalah pemilihan ukuran fins agar cocok dengan kaki jika menggunakan boots.
1.4.4. Wet Suit
Gambar 5 SCUBAlab (model wetsiut) www.scubadiving.com
Wet suit merupakan pakaian pelindung penyelam yang terbuat dari bahan karet. Pakaian ini tidak mudah menyerap air dan dibuat dengan berbagai ukuran ketebalan bahan. Fungsi wet suit adalah untuk melindungi penyelam dari goresan karang dan pengurangan panas badan dibawah permukaan air. Namun wet suit tidak menghangatkan
penyelam, hanya
mencegah
kedinginan, dan bukan berarti penyelam tidak basah.
penyelam dari
1.4.5. Weight Belt
Gambar 6 SCUBA Weight Belt www.scuba-snorkeling-adventures.com
Weight belt atau sabuk pemberat
diperlukan untuk mengatur daya
apung. Setiap penyelam mempunyai daya apung yang berbeda. Seorang penyelam di air laut tanpa menggunakan wet suit memerlukan berat antara 4-6 pounds untuk mengimbangi daya apung positifnya, sedangkan jika menggunakan wet suit memerlukan tambahan pemberat antara 10-12 pounds di atas daya apung normal. Weight belt harus dilengkapi dengan Quick Release Buckle yaitu suatu gesper pengancing yang dapat dilepas secara cepat. Cara pemakaian weight belt dipasang paling akhir namun dilepas paling awal dalam keadaan darurat.
1.4.6. Buoyancy Vest
Gambar 7 SCUBA diving (model Buoyency Control Demage) www.scubadiving.com
Buoyancy vest adalah perlengkapan
penting bagi seorang penyelam .
fungsinya adalalah : a. Untuk memberikan daya apung positif selama berenang di permukaan air , dengan demikian seorang penyelam dapat bergerak tanpa banyak mengeluarkan tenaga. b. Untuk memberikan daya apung agar beristirahat atau menyangga penyelam yang mengalami keadaan darurat. c. Untuk memberi daya apungnetral terkendali di dalam air.
1.4.7. Tabung Selam
Sebuah
tabung
selam
yang
bertekanan tinggi dibuat untuk menampung udara yang dimampatkan secara aman. Tabung-tabung ini dibuat dari baja atau campuran alumunium dan dapat diperoleh dalam berbagai ukuran.
Macam-macam jenis tabung : a. Tabung Baja 71,2 Cuft Standart panjang tabung baja adalah 25 inchi, mempunyai berat kirakira 30 Lbs dalam keadaan kososngdan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat melayang di air laut. Bila dimampatkan ke dalam tabung sampai tekanan maksimum sebesar 2250 Psi itu berarti kira-kira 65 Cuft udara bebas yang ditampung.
b. Tabung Alumunium 71,2 Cuft Silinder alumunium 71.2 cuft dengan panjang 28 inchi dan mempunyai berat kira-kira 27 Lbs dalam keadaan kosong. Tabung ini mempunyai ukuran 3 inchi lebih panjang dan 3 Lbs lebih ringan dibandingkan dengan jenis tabung yang sama dengan bahan yang berbeda. Tabung ini tidak melayang didalam air laut, tetapi mempunyai daya apung 5 pounds dalam keadaan penuh dan 9 pounds dalam keadaan kosong.
c. Tabung Alumunium 3000 Psi 72,0 cuft Tabung ini mempunyai panjang 26 inchi dengan berat 30 Lbs dan berbobot netral dalam air laut. Kapasitas tabung adalah 72,0 cuft pada tekanan maksimum 3000 Psi.
d. Unit Tabung Ganda Unit tabung ganda ini disiapkan untuk persediaan yang lebih lama. Ini dapat disatukan dengan katup ganda atau dua tabung tunggal yang digabungkan dengan pipa penyambung. Tipe ini snagat cocok untuk penyelaman air dalam, fotografi bawah air atau penyelaman penyelamatan yang memerlukan waktu yang lama. Unit in biasa digunakan bila menyelam dari kapal dan sangat jarang digunakan bila penyelaman dari pantai.
1.4.8. Regulator
Gambar 8 The-blues (model regulator SCUBA) the-blues.me
Ada beberapa jenis regulator, yaitu : a. Two Hose atau Pipa Ganda Regulator demand yang biasa dikenal di Amerika sejak tahun 1949 terdiri dari satu bagian yang dipasang diatas katup tabung dengan sebuah pipa penyalur udara napas, mouthpiecedan sebuah pipa buang udara. b. Two Stage Tekanan dalam tabung dibagi menjadi dua tingkatan. Dari tekanan tinggi pada tingkat pertama ke tekanan rendah kira-kira 140 Psi pada tingkat kedua. Hal ini diatur di dalam ruang kecil pada regulator. Pada saat penyelam menarik napas, ia akan menciptakan keadaan vacum dalam pipa pernapasan dan juga pada ruang regulator. Sekat karet yang terkena langsung dengan air akan menekan pengungkit tingkat kedua yang menyebabkan udara tertekan rendah mengalir ke penyelam. Apabila penyelam berhenti bernapas, aliran udara secara cepat menjadi seimbang dalam pipa dan ruang regulator, lalu sekat akan kembali ke letak dimana pengungkit tingkat kedua menutup jalannya aliran udara. Suatu demand regulator sebenarnya merupakan suatu mekanisme sederhana, dimana udara mengalir hanya bila penyelam menarik napas
dan langsung menyesuaikan secara otomatis dengan tekanan aor pada kedalaman tersebut melalui cara equalization sederhana. c. Single Hose Regulator yang paling umum digunakan pada saat ini, single hose terdiri dari : 1. First stagedengan tekanan tinggi yang dikembangkan oleh katup tabung. 2. Pipa bertekanan antara. 3. Second stage yang terdiri dari sekat karet pengungkit tingkat kedua, katup buang udara dan mouthpiece. Regulator in bekerja dengan dua tahap sama halnya dengan regulator two hose. Perbedaan utamanya adalah bahwa kedua tingkatnya terpisah. Second stage terletak dekat mulut penyelam umtuk memudahkan bernapas, oleh katena itu sekat karet berada pada permukaan yang sama dengan paru-paru dalam posisi berenang biasa. Gelembung udara yang dihembuskan malalui saluran pembuang terbuat dari karet yang letaknya dibawah second stage. Regulator two hose untuk perbandingan , membuang
udara
buangan
kembali
melalui bagian badan regulator yang terletak di belakang melalui pipa pembuang terpisah. d. Single Stage Salah satu
jenis regulator dengan pipa ganda yang menggunakan
sistem pengungkt sederhana, yang merubah tekanan langsung pada first stage.
1.4.9. Katup tabung (Valve)
Gambar 9 Paradise :peralatan selam paradiseunpad.blogspot.com
Ada dua jenis katup standart yang dpakai dalam tabung selam, yaitu: a. Tipe Non Reserve atau “K” Valve Katup K tanpa candangan adalah katup yang mudah ditutup dan dibuka. Tabung dengan menggunakan banyak
katup ini mewajibkan
peralatan tambahan untuk
udara
yang
masih ada
didalam
penyelam
memonitor seberapa tabung. Alat yang
digunakan itu adalah Submersibke Pressure Gauge (SPG). b. Tipe Constant Reserve atau “J” valve Katuo jenis ini deilengkapi dengan perle ngkapan mekanisme cadangan pada tekanan sudah mencapai
300 Psi. Apabilatekanan dalam tabung
300 Psi maka secara otomatis pegas akan
menutup katup dan menimbulkan
kontraksi dalam
pengadaan
udara untuk pernapasan dan dengan menarik kebawah batang penghubung yang tersambung pada katup cadangan disisi kiri tabung, dapat melepaskan kembali katup yang tertutup, maka mengalirlah sisa udara terakhir pada tabung. Katup cadangan menyiapkan udara yang cukup untuk naik ke permukaan.
1.4.10.
O-Ring Seal
O-ring seal merupakan cincin karet yang kecil yang terletak pada permukaan
katup membuat suatu keadaan yang kedap terhadap
tekanan tinggi antara regulator dengan katup tabung. Apabila o-ring hilang maka regulator tidak dapat dipakai.
1.4.11.
Pelat Keamanan (Savety disc)
Pelat ini terletak dibelakang katup tabung yang berfungsi untuk mencegah kerusakan pada saat pengisian udara yang berlebihan atau apabila terjadi kebakaran. Keadaan tekanan pengisian yang dapat merusak pelat keamanan : 1800 Psi akan pecah pada tekanan 2800 Psi 2250 Psi akan pecah pada tekanan 3400 Psi 3000 Psi akan pecah pada tekanan 3900 Psi Pada keadaan tertentu pelat dapat pecah
pada tekanan yang
rendah. Hal ini terjadi karena pengisisan yang telalu cepat atau pengisian panas tanpa merendam tabung dalam air.
1.4.12.
Back Pack
Peralatan yang dilengkapi dengan penyandang yang biasanya dihubungkan pada tabung dan sabuk dari logam. Penyandang ini berfungsi untuk menjaga posisi tabung agat tidak bergesar atau lepas saat dipakai menyelam. Backpack dan sabuk penyandang harus memounyai gesper luncur cepat pada ikat bahu kiri ikat pinggang. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan penyelam melepas dan memakainya kembali ta bung didalam air.
1.4.13.
Katup Pembuang
Udara dan air keduanya dapat dibuang keluar melalui katup pembuang yang terbuat dari karet, yang terletak pada bagian dalam regulator.
1.4.14.
Submersible Pressure Gauge
Alat ini merupakan alat yang penting dalam penyelaman karena fungsinya sebagai indikator isi udara yang terdapat di dalam tabung secara langsung.
1.4.15.
Adaptor
Kebanyakan first stage memiliki Low Pressure Port yang digunakan sebaga pirantiyang memakai udara bagi penyelam pekerja, atau pemasangan second stage regulator.
BAB II KETERAMPILAN SCUBA
2.1 Teknik Entry 2.1.1 Standing Front Entry
Gambar 10 Teknik SCUBA Diving (teknik entry) www.tourkarimunjawa.net
Seorang penyelam masuk ke dalam air dari geladak kapal, perahu dan dermaga dengan menggunakan posisi masuk berdiri. Cara ini merupakan cara yang paling aman untuk digunakan. Penyelam masuk dengan kaki terlebih dahulu, dengan posisi melangkahkan kaki (Giant step). Pada saat menyentuh air, kedua kaki kembali dikatupkan untuk menjaga posisi agar teteap dipermukaan. Satu tangan memegang mask dan regulator agar tidak lepas padas aat bersentuhan dengan air, sedangkan tangan yang satunya memegang bagian bawah Buoyancy Control untuk
mencegah tabung mengenai tengkuk seandainya tabung tidak terikat benar pada B.C kemudian merunduk. Jika sudah siap maka langkahkan kaki kedepan tanpa adanya gerakan tambahan melompat. Jangan miringkan badan kedepan atau kebelakang. Biarkan kaki tetap terbuka sampa menyentuh air.
2.1.2 Sitting Front Entry
Cara ini akan sangat berguna jika akan masuk air dari dermaga yang rendah ataupun plat form. Dalam posisi duduk, fins berjuntai keluar, tempatkan tangan pada kedua sisi, berputarlah dan masuk kedalam air, kedua kaki mengayuh agar tidak muncul kepermukaan.
2.1.3 Back Roll Entry
Jika akan masuk kedalam air dari kaal kecil atau perahu karet, maka back roll entry adalah cara terbaik dan termudah yang dapat dilakukan. Dengan cara duduk di pinggir perahu, posisi kaki rapat, satu lengan memegang mask dan regulator sedangkan lengan yang lain di B.C. langkah terakhir gulingkan badan ke belakang.
2.1.4 Said Roll Entry
Cara lain untuk masuk ke air adalah dengan said roll entry. Dengan cara membaringkan badan di pinggiran perahu kemudian bergulir ke air. Cara ini lazim digunakan oleh under water domolation team atau regu penghancur bawah air, yang harus masuk kedalam air sementara perahu tetap melaju. 2.1.5 Rear Step-In Methode
Modikasi dari Step-In . Bedanya penyelam menghadap kapal, dan kemudian melangkah ke belakang menjauhi kapal.
2.1.6 Water Entry Daerah Pantai
Tergantung dari kondisi gelombang dan landasan pantai. Jika ombak tenang dan landasan pantai landai, dapat berjalan di air dengan fin dilepas sampai air cukup dalam untuk berenang. Jika ombak besar dan landasan pantai curam, gunakan fin dan jalan mundur membelakangi gelombang. Setelah cukup dalam untuk berenang balikkan tubuh ke belakang dan berenang memecah gelombang.
2.2 Desccent dan Anti Squeeze
Untuk turun ke bawah penyelam dapat berenang ke dalam, menggunakan tali turun untuk menarik tubuh ke bawah, atau menelusuri lengkung landas pantai. Kecepatan turun tergantung proses equalising yang dilakukan tetapi tidak boleh lebih dari 75 feet/menit (25 m/menit 0,42 m/detik). Jika salah satu teman mengalami kesulitan equalising, maka lebih baik jangan turun ke bawah, naik sedikit sehingga lebih enak dan lakukan equalizing kembali. Jika tetap mengalami equalizing segera naik ke atas dan batalkan penyelaman. Apabila jarak penglihatan dalam air sangat kurang, rentangkan tangan untuk menghindari rintangan. Setelah mencapai kedalaman yang diinginkan maka cek dan lihat lingkungan sekitar.
2.3 Buoyancy Control
Buoyancy Control merupakan suatu pengaturan atau penyesuaian keseimbangan tubuh
agar tetap berada dipermukaan air atau dalam
keadaan mengapung dan tidak tenggelam saat sebelum melakukan penyelaman. Biasanya seseorang
yang akan menyelam di laut akan
mengapung lebih tinggi jika dibandingkan dnegan saat mengapung diooerairan air tawar.
Hal ini disebabkan paru-paru mengembang
sepenuhnya dan akan membuat penyelam mengapung di permukaan.
Kemampuan seseorang untuk bertahan dipermukaan atau biasa deikenal dengan daya apung berbeda-beda. Ada yang sangat mudah untuk mengapung dipermukaan tanpa harus mengembangkan BCD, namun ada juga yang tubuhnya cenderung tenggelam walaupun BCD sudah dikembangkan. Ini disebabkan oleh daya apung masing-masing orang. Daya apung sendiri dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : a) Daya Apung Positif Kecenderungan tubuh untuk terus berada dipermukaan. Hal ini akan menyulitkan penyelam saat turun, tetapi sangat membantu saat akan naik ke permukaan.
b) Daya Apung Negatif Keadaan dimana tubuh seseorang cenderung tenggelam saat berada di dalam air, atau bisa juga disebut kemampuan daya apungnya rendah. Keadaan ini akan memudahkan penyelam saat turun namun sedikit memberi kesulitan saat akan naik kepermukaan.
c) Daya Apung Netral Keadaan
dimana
tubuh
tidak
kencerung
mengapung
atau
tenggelam, atau tubuh dappat menyesuaikan dengan keadaan, saat akan turun tubuh dapat turun ke dalam air dengan mudah dan saat naik tubuh akan naik kepermukaan dengan mudah.
Tingkat daya apung setiap penyelam dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu berat alat yang digunakan dapat menyebabkan penyelam tenggelam. Pakaian selam yang terbuat dari bahan karet yang terisi udara didalamnya juga dapat mempengaruhi daya apung penyelam. Dalam hal ini apabila kedalamannya betrtambah maka volume udara didalam sel-sel yang
berisi
udara
akan
berkurang.
Selain
itu
faktor
yang
mempengaruhinya adalah volume paru-paru penyelam, saat penyelam menarik napas, volume di dada akan meningkat dan keadaan ini akan
menyebabkan tubuhnya cenderung mengapung. Sebalknya, apabila penyelam menghembuskan napas maka volume dadanya akan berkurang hal ini pula yang menyebabkan tubuhnya tenggelam. Keadaan seperti ini biasa dimanfaatkan oleh penyelam
pada saat akan meniggalkan
permukaan air untuk membantunya turun.
2.4 Mask Clear
Tujuan mask clearing adalah untuk menghilangkan pengembunan pada mask saat penyelaman di kedalaman. Pengembunan terjadi karena adanya perbedaan suhu dalam air dan
juga
karena
udara
yang
dihembuskan dari hidung. Cara untuk melakukan mask clearing, yaitu membuka bagian atas masker sedikit agar air dapat masuk dan menghilangkan embun. Setelah masker terisi air, buang air yang berada didalam mask dengan menghembuskan melalui hidung dengan keadaan kepala sedikit ditegakan ke atas dan membuka bagian bawah masker, maka air akan keluar sehingga pemandangan menjadi jelas kembali.
2.5 Regulator Recovery
Gambar 11 Regulator Recovery www.diveschoolcapetown.co.za
Selama menyelam bukan hal yang tidak mungkin jka regulator terlepas atau kemasukan air. Regulator recovery adalah proses yang dilakukan untuk mengambil regulator yang terlepas saat berada didalam air. Caranya dengan : 1. Mengambil naps dari regulator dan kemudian melepasnya dari mulut dengan keadaan tubuh condong kebawah, 2. Hembuskan napas sedikit-sedikit untuk menjaga agar jalan napas terbuka, 3. Ambil regulator dibelakang bahu kanan, 4.
Condongkan badan ke sisi kanan dan mengambil regulator dengan cara memutar tangan yang direntangkan ke arah depan,
5. Kososngkan air dari second stage sebelum mengambil napas dengan menekan tombol pembersih.
2.6 Fin Pivot dan Hovering
Gambar 12 About.com SCUBA diving (prses fins pivot dan hovering) http://scuba.about.com/od/certificationopenwater/ht/finpivot.html
Hovering atau melaang dapat diartikan sebagai keadaan tidak bergerak di dalam air tanpa menggunakan fin ataupun lengan untuk mempertahankan keadaan. Hal ini sama seperti melayang di luar angkasa, tanpa gravitasi dan merupakan salah satu aspek penting dalam penyelaman.
Teknik
ini
hanya
mengandalkan
BCD.
Hovering
memugkinkan penyelam untuk menghemat energi dan udara yang berada dalam tabung. Selain itu memungkinkan penyelam untuk melakukan pengamatan karang atau biota laut dari dekat tanpa membuat objek yang di amati terganggu. Fin pivot dan hovering dapat dilakukan di kedalaman 3-4 meter di bawah permukaan air. Cara melakukan fin pivot dan hovering adalah : 1. Setelah erada dikedalaman 3 atau 4 meter, penyelam mengambil posisi berlutut sambil memegang deflator BCD di atas kepala, 2. Buang udara yang berada di dalam BCD dengan cara menekan tombol abu-abu pada deflator yang dipegang, 3. Menambahkan sedikit udara dalam BCD dengan cara mengembungkan BCD atau menambah udara didalam
BCD, cara lain yang dapat dilakukan dengan menarik napas untuk menambah volume udara dalam dada. 4. Setelah keadaan stabil dan penyelam berada didasar dengan keadaan tertelungkup fin pivot dapat dilakukan. 5. ambil napas menggunakan regulator dan tubuh akan mulai naik dari bawah saat penyelam mengambil napas, dan setelah napas dibuang penyelam akan kembali tenggelam.
2.7 Ascent
Untuk menghindari cedera pada waktu muncul kepermukaan penyelam harus selalu melihat keatas, menggapai dan kemudian muncul perlahan-lahan berputar 360° sambil tetap mengawasi permukaan. Hal ini sngat penting dilakukan terutama 10 feet terakhir untuk sampai ke permukaan. Ada beberapa teknik yang digunakan untuk muncul kepermukaan, yaitu : a. Teknik muncul terkendali Penyelam harus selalu naik ke permukaan dengan lambat. Kecapatan aman untuk naik adalah 60 feet per menit. Cara mengetahui kecepatan yang paling mudah adalah melihat gelembung udara yang paling kecil dan tidak boleh mendahuluinya. b. Teknik muncul bebas Penyelam melakukan surface dive, berenang kedasar kemudian melepaskan snorkel dan naik ke permukaan secara perlahan-lahan sambil
menghembuskan
naspas
kepermukaan. Dengan posisi
terus-menerus
hingga
muncul
kepala menengadah, pandangan dan
tangan mengarah ke atas.
2.8 Deep Water Exit
Setelah selesai menyelam, penyelam akan kembali naik ke permukaan. Namun saat naik kepermukaan tidak dengan cara yang sembarangan. Cara untuk keluar dari laut dalam adalah :
1.Sebelum muncul kepermukaan, penyelam harus memastikan bahwa keadaan dipermukaan sama seperti saat penyelam turun. Terutama melihat peningkatan gelombang dan arus. Selain itu hal yang harus dieprhatikan saat naik ke permukaan keadaan dipermukaan. Kita harus sedikit menghindar jika terdapat perahu tepat diatas posisi kita saat akan naik. 2.Penyelam tidak doperbolehkan langsung menuju ke permukaan secara langsung, namun harus berhenti setiap 3 meter untuk mengembalikan tekanan dan volume paru-paru. 3.Setelah sampai dipermukaan, penyelam harus mengembangkan BCD sehingga daya apungnya bertambah. 4.Lalu melepaskan peratan selam untuk kemudian di masukan kedalam perahu, dan penyelam mempertahankan keadaannya dengan cara water trapen. 5.Setelah semua penyelam melepas peralatannya maka satu — persatu dapat naik ke kapal.
2.9 Dive Table
Gambar 13 Dive table http://www.divekid.com/images/dive_tables_PADI.jpg
Konsep Haldane
Pada tahun 1900 seorang profesor dokter Inggris yaitu Haldane yang banyak berkecimpung dalam penyelaman, menemukan bahwa zat gas yang diserap oleh tubuh penyelam dapat ditahan didalamnya bila penurunan tekanan adalah 2:1 gantinya perbandingan tekanan permukaan dengan tekanan sekeliling selisih bandingnya tidak lebih dari 2. Dengan demikian pada kedalaman 10 meter (33 feet) dalam waktu lama, seorang penyelam tidak akan mengalami dekompresi (tidak terjadi pembentukan gelombang saat muncul). Bila sudah melebihi 10 meter karena melebihi perbandingan 2:1 maka semakin dalam menyelam, makin singkat waktu dasar (BT). Untuk itu diperlukan tabel selam agar penyelaman terhindar dari penyakit decompressi.
Tabel Selam
Di dalam tabel USN 1-10 disamping terdapat empat kolom yang terdiri dari.
Depth (feet) yaitu penunjukkan kedalaman penyelaman dalam satuan feet.
Bottom time (min) yaitu waktu dasar adalah waktu penyelaman dihitung saat mulai masuk dalam air hingga pada saat akan naik ke permukaan dalam menit.
Decompression stop (min) yaitu pada kedalaman tertentu dalam waktu tertentu seorang penyelam harus berhenti dalam perjalanan naik ke permukaan dalam menit, terdiri dari kedalaman 20 feet d an 10 feet sebagai station pemberhentian.
Repetitif group yaitu abjad petunjuk tabel. Pada kolom pertama tertulis kedalaman mulai dengan 40 feet, penambahan
kedalaman sebesar 10 feet bagi seorang penyelam harus menjadi patokan untuk penentuan kedalaman selam. Bila kedalaman sebesar 62 feet maka harus dihitung menjadi 70 feet, dan bila kedalamannya 75 feet maka dihitung menjadi 80 feet dan seterusnya. Selalu harus dihitung kedalaman paling besar yang dicapai.
Misalnya bila kedalaman penyelaman 60 feet tetapi karena sesuatu hal tiba-tiba harus turun ke 80 feet untuk beberapa saat saja, maka kedalaman penyelaman harus dihitung menjadi 80 feet. Kolom kedua ditulis waktu di dasar (Bottom time) dalam menit. Bila waktu penurunan sampai kedalaman yang hendak dicapai 5 menit dan waktu yang digunakan sebelum naik adalah 20 menit, maka waktu BT adalah 25 menit. Pada kolom ini setiap kedalaman dimulai dengan angka yang menunjukkan waktu maksimal pada kedalaman tersebut yang belum memerlukan dekompresi, artinya muncul sampai di permukaan dapat dilakukan tanpa perlu berhenti untuk membiarkan kelebihan gas yang diserap oleh tubuh dapat lepas secara wajar. Laju kecepatan naik adalah 60 feet / menit atau 1 feet / detik. Waktu maksimal ini disebut "Batas Tanpa Dekompresi" atau lazim disebut "No Decompressi Limit" atau "Waktu Nol". Bila melampaui batasan tersebut maka harus dilihat BT yang bersangkutan dan perlu berhenti untuk dekompresi. Kolom ketiga adalah waktu sampai pemberhentian dekompresi pertama (dalam menit dan detik). Kecepatan naik 1 feet/detik harus diambil sebagai patokan.
BAB III PROSEDUR EMERGENCY
3.1 Free Flow
Free flow adalahan keadaan darurat ketika regulator terus mengeluarkan udara walaupun penyelam tidak menghisapnya. Hal ini berbahaya karena udara yang terdapat dalam tabung akan cepat habis dan bila terus dipaksakan akan membahayakan penyelam akibat kelebihan oksigen di dalam paru-paru. Cara untuk menanggulanginya dengan cara berenang kebawah selanjutya lepas regulator dan berenang menuju permukaan dengan terus membuang napas. Penyelam harus terus membuang napas agar tidak ada udara yang mengendap dalam darah, karena perbedaan tekanan.
3.2 Buddy Breathing
Gambar 14. Diving Emergency (proses buddy Breathing) www.pa-divingidc.com
Di lakukan dengan cara bergantian bernafas melalui satu “second stage” dari satu regulator si penolong (donor). H endaknya terus menerus dilakukan sambil naik kepermukaan secara
terkendali, karena itu Buddy Breathing sering juga disebut buddy breathing ascent (BBA). Cara yang dilakukan untuk proses ini adalah pendonor diharapkan dapat dengan tenang menghadapai masalah ini dan tidak terlihat panik. Dekati buddy selanjutnya setelah pengambilan napas, lepas regulator yang berada di mulut dan diberrikan pada buddy sambil tetap tenangkan buddy. Seletah buddy mengambil napas pakai kembali regulator dan lakukan ini secara bergantian hingga sampai dipermukaan. Disarankan jika berada dalam keadaan seperti ini penyelam harus cepat naik ke permukaan karena penggunaan udara secara bersamaan menyebabkan lebih cepat habis udara yang berada ditabung.
3.3 Cramp Release
Kram merupakan kejadian yang sering kali dirasakan, baik oleh penyelam maupun orang lain. Kram biasanya disebabkan akibat tegangnya otot sevara tiba-tiba. Dalam dunia selam penyebab tegang otot biasanya karena kurangnya pemanasan yang dilakukan sebelum menyelam. Untuk mencegah terjadinya kram, pennyelam harus melakukan peregangan otot dan penyesuaian otot terhadap lingkungan yang akan menjadi spt selam. Namun jika keadaan ini terjadi kita dapat menanganinya dengan cara meluruskan kaki dan memegang ujung jari, selanjutnya jika saitnya berkurang, berdiri dan berjalan pelan-pelan dengan bertumpu pada kaki bagian depan untuk melemaskan otot kaki.
3.4 Emergency Swimming Ascent (ESA)
Gambar 15 . Youtube (emergency Swimming Ascent) www.youtube.com
Ini adalah cara menghadapi keadaan darurat secara sendiri yang terpenting dimana si penyelam yang kehabisan udara berenang kepermukaan secara terkendali sambil terus menerus menghembuskan udara keluar, untuk menjaga agar tidak terjadi pengembangan paru-paru yang berlebihan. Prosedur
ini
dapat
dilakukan
jika
keadaan
sekitar
juga
menguntungkan bagi penyelam dan kapasitas manahan napas yang cukup hingga sampai dipermukaan. Keuntungan dengan menggunakan prosedur ini adalah, ketika diterapkan tiadak memerlukan bantuan dari luar atau peralatan tambahan. Tetapi terdapat kerugian, yaitu penyelam harus sampai di permukaan air dengan waktu yang relatif cepat dan dapat menyebabkan dekompresi.
3.5 Buoyancy Ascent (BA)
Ini adalah prosedur penyelamatan yang dilakukan sendiri tanpa bantuan orang lain atau buddy. Ini adalah pilihan terahkir yang dapat dilakukan. menggunakan
Caranya dengan
daya
apung
positif
melepas Weight belt dan yang
diperoleh
dengan