TEKNIK HARADA MORI IDENTIFIKASI LARVA DAN TELUR CACING
A. Tujuan 1. Tujuan Umum a. Mahasiswa mampu mengetahui prosedur dan pembacaan/identifikasi telur dan larva cacing ( teknik harada-mori ) b. Mahasiswa mampu menjelaskan prosedur dan pembacaan/identifikasi telur dan larva cacing ( teknik harada-mori ) 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu mengidentifikasi / melakukan pembacaan telur dan larva cacing ( teknik harada-mori ) b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan membedakan unsure-unsur mikroskopis pada sampel ( teknik harada-mori ) B. Metode 1. Kultur ( penumbuhan dan penanaman ) 2. Dirrect preparat ( preparat langsung ) C. Prinsip Sampel ( feses atau tinja ) dioleskan pada kertas saring dimasukkan ke dalam tabung sediaan yang telah berisi aquades inkubasi ± 7-9 hari diamati D. Dasar Teori Harada Mori adalah teknik yang digunakan untuk menemukan dan mengidentifikasi larva cacing Ancylostoma duodenale, Necator americanus, Strongyloides stercoralis, dan Trichostrongylus sp. Dengan teknik ini telur cacing dapat berkembang menjadi larva infektif pada kertas saring basah. Kemudian larva akan ditemukan di dalam air yang terdapat pada ujung tempat. Larva dapat diambil dengan pipet dan kemudian dibuat preparat untuk diamati di mikroskop. Air merupakan komponen yang sangat penting dalam teknik ini. Air menentukan kelembaban yang dibutuhkan untuk telur supaya menetas, air juga membantu menurunkan suhu ketika suhu terlalu panas. Kertas saring digunakan karena memiliki kapilaritas yang tinggi dan menyebabkan air dapat masuk melalui celah-celah kecil. Teknik ini mengharapkan larva cacing yang telah menetas nanti dapat bergerak & masuk ke dalam air. Metode Harada Mori merupakan pemeriksaan secara kuantitatif.
Biasanya teknik Harada Mori ini digunakan untuk kelas Nematoda, trematoda, dan cestoda. Pengamatan telur dan larva cacing dengan teknik harada mori dapat dilakukan dengan menggunakan pembesaran 40 X. Pada mikroskop yang sebelumnya dibuat preparat.
E. Alat dan Bahan 1. Alat a. Tabung sedimen b. Rak tabung sedimen c. Gunting d. Penggaris e. Lidi f. Mikroskop g. Cover glass h. Objek glass 2. Bahan a. Sampel ( feses atau tinja ) b. Aquadest c. Kertas saring d. Lugol 1 % e. Eosin 2 % f. Tissue g. Tissue lensa F. Cara Kerja 1. APD dipakai dengan baik, benar dan lengkap. 2. Disiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan 3. Dipastikan semua alat dan bahan yang akan digunakan dalam keadaan siap dipakai 4. Dibuat kertas saring dengan ukuran 13 X 120 mm dengan ujung meruncing 5. Diisi 3 ml/3 cc aquadest ke dalam tabung reaksi 6. Dioleskan sampel/feses/tinja ke kertas saring pada 1/3 bagian 7. Dimasukkan kertas saring yang sudah diisi sampel ( feses/tinja ) ke dalam tabung sedimen yang telah diisi aquadest. 8. Diletakkan kertas saring pada dinding tabung sedimen 9. Bagian kertas saring yang sisa dilekukkan 10. Ditutup tabung menggunakan tutupnya 11. Tabung sedimen diinkubasi pada suhu ruang ditempat yang gelap selama 7-9 hari dengan dicek ± 3 hari untuk aquadest yang terdapat pada tabung sedimen. 12. Diberi label pada objek glass
13. Diteteskan larutan warna Lugol 1 % atau Eosin 2 % ke dalam objek glass menggunakan pipet tetes 14. Diteteskan sampel harada mori 15. Diamati dengan mikroskop 16. Setelah selesai mikroskop dibersihkan.
G. Hasil Pengamatan 1. Cara Pembuatan Preparat
Diteteskan larutan warna Lugol 1 % atau Eosin 2 % ke dalam objek glass menggunakan pipet tetes Pewarna ini untuk mewarnai background
Diambil sampel menggunakan pipet tetes yang kemudian di teteskan pada objek glass yang telah berisi larutan warna
Ditutup menggunakan cover glass, karena merupakan preparat basah.
2. Hasil Pengamatan di Mikroskop
Dilihat menggunaka pernesaran 40 X, dimana preparat ini merupakan preparat yang menngunakan larutan warna eosin. Yang ada di dalamnya merupakan larva Filariform.
Dilihat menggunaka pernesaran 40 X, dimana preparat ini merupakan preparat yang menngunakan larutan warna lugol. Yang ada di dalamnya merupakan larva Filariform.
Dilihat menggunaka pernesaran 40 X, dimana preparat ini merupakan preparat yang menngunakan larutan warna lugol. Yang ada di dalamnya merupakan larva Rhabditiform.
H. Pembahasan Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan feses dengan metode harada mori. Metode harada mori digunakan untuk menentukan dan mengidentifikasi larva cacing Ancylostoma duodenale, Necator americanus, Strongyloides stercolaris dan Trichostronngilus spatau yang didapatkan dari feses. Teknik ini memungkinkan telur cacing dapat berkembang menjadi larva infektif pada kertas saring basah selama kurang lebih 7 hari, kemudian larva akan ditemukan di dalam air yang terdapat pada ujung tabung sedimen yang digunakan saat praktikum. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat praktikum kultur harada mori, yaitu : a. tabung yang digunakan yaitu tabung berulir b. penutupan tabung tidak boleh terlalu rapat agar adanya oksigen
c. saat penumbuhan, bila air dalam tabung berkurang maka ditambahkan air dengan menggunakan pipet pasteur lewat dinding tabung d. bila sampel berupa suspensi dapat diteteskan saja pada kertas saring, namun apabila sampel berupa feses dapat dioleskan pada kertas saring e. kelembaban selalu dijaga Setelah inkubasi dirasa cukup, selanjutnya dilakukan pembuatan preparat dan untuk mengetahui hasilnya dapat diamati di bawah mikroskop. Pembuatan preparat dapat dilakukan dengan menggunakan pewarna eosin 2% atau lugol. Pertama-tama, pewarna dapat diteteskan pada objek glass yang telah diberi label. Kemudian sampel biakan diambil menggunakan pipet tetes, diambil pada bagian dasarnya. Pengambilan harus dengan hati-hati, tidak boleh adanya gelembung pada air agar didapat sampel yang diinginkan. Selanjutnya sampel diteteskan pada objek glass yang telah berisi pewarna dan dihomogenkan menggunakan lidi. Objek glass ditutup menggunakan cover glass dengan sangat hati-hati agar tidak terdapat gelembung pada preparat yang dibuat. Selanjutnya preparat dapat diamati di bawah mikroskop. Saat pengamatan di bawah mikroskop, pada sampel dengan pewarna eosin 2% ditemukan adanya larva filariform dan pada sampel dengan pewarna lugol ditemukan adanya larva filariform dan rhabditiform. Cacing tambang adalah binatang parasit cacing (nematoda) yang hidup dalam usus halus inang, yang dalam hal ini adalah manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, cacing tambang didefinisikan sebagai cacing parasit pengisap darah yang mempunyai pengait yang kuat pada rongga mulut/pipi untuk menyerang usus. Cacing tambang tergolong dalam kelompok Nemathelmintes (cacing gilig). Spesies cacing tambang yang biasa menyerang manusia ada dua, yaitu Ancylostoma duodenale dan Necator americanus. Telur yang dihasilkan dari cacing ini besarnya kira-kira 60x40 mikron(sangat kecil) berbentuk bujur dan terdapat dinding tipis. Setelah menetas menjadi larva rhabditiform ukurannya 25 0 mikron dan tumbuh menjadi larva filariform ukurannya 600 mikron.
Perbedaan Ancylostoma duodenale dan Necator americanus Karakteristik
Ancylostoma duodenale
Necator americanus
Bentuk badan
Menyerupai huruf “S”
Menyerupai huruf “C”
Rongga mulut
Memiliki dua pasang gigi
Memiliki benda kitin
Ukuran cacing dewasa :
jantan
0,8cm-1,1cm
0,7cm-0,9cm
betina
1,0cm-1,3cm
0,9cm-1,1cm
Umur cacing dewasa
1 th
3-5 th
Masa prepaten
53 hari
49-56 hari
Jumlah telur perhari
10000-25000
5000-10000
Rute infeksi
Oral, perkutan
Perkutan
I. Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa : a. Teknik harada mori dilakukan dengan mengkultur telur cacing tambang selama kurang lebih 7 hari. b. Pemeriksaan dengan metode harada mori bertujuan untuk menentukan dan mengidentifikasi larva infektif dari cacing tambang. c. Berdasarkan hasil pengamatan dari sampel biakan ditemukan adanya larva filariform pada preparat dengan pewarna eosin 2% dan logol, serta ditemukan larva rhabditiform pada preparat dengan pewarna lugol. J. Daftar Pustaka Brown, H.W. 1969. Dasar Parasitologi Klinis. Gramedia, Jakarta. Entjang, I . 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi Keperawatan dan Sekolah Menengah Tenaga Kesehatan yang Sederajat . Citra Aditya Bakti, Bandung Kurt. 1999. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
LEMBAR PENGESAHAN Denpasar, 18 Juli 2014 Praktikan
Mahasiswa Mengetahui, Pembimbing I
Pembimbing II
I Wayan Merta,S.KM, M.Si
I Nyoman Jirna, S.KM, M.Si Pembimbing III
Heri Setyo Bekti, S.ST