Tawar Menawar Kolektif Tenaga Kerja Pada PT Framas Indonesia
Kepada DOSEN :
(Grace Orlyn Sitompul B.S.C., M.B.A., Ph.D.)
KELOMPOK XII
Julio Santos Siagian
Jellyra Sihotang
UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA BANDUNG
FAKULTAS EKONOMI
2016
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada kami untuk menyelesaikan penuisan dari pembahasan kami yang berjudul Tawar Menawar Kolektif Tenaga Kerja Pada PT Framas Indonesia.
Penulisan ini dapat kami susun dengan maksimal dan dengan bantuan dari berbagai pihak yang memberikan informasi, baik melalui media cetak, maupun media elektronik. Untuk itu kami juga menyampaikan rasa terima kasih kami kepada pihak-pihak yang telah membantu kami.
Tujuan Penulisan ini adalah untuk memberikan informasi dan pembelajaran kepada pembaca tentang tawar menawar kolektif dan juga mengenai serikat buruh yang terjadi dalam sebuah perusahaan. Kami tidak bermaksud untuk menjatuhkan nama baik perusahaan, tujuan penulisan kami hanyalah sebatas pembelajaran.
Terlepas dari segalanya, kami menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami memohon maaf dan kami siap menerima kritik dari pembaca.
Akhir kata, semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga pembaca lebih memahami lagi tentang serikat buruh dan tawar menawar kolektif.
Bandung, November 2016
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar 2
Daftar Isi Error! Bookmark not defined.
BAB I 4
PROFIL PERUSAHAAN 4
1.1 Sejarah Perusahaan 4
1.2 Visi dan Tujuan Perusahaan 4
1.3 Struktur Organisasi Perusahaan 5
BAB II 8
PEMBAHASAN 8
2.1. Serikat Buruh 8
2.1.1 Pengertian Serikat Buruh 8
2.1.2. Fungsi Serikat Buruh 9
2.1.3. Hak-hak dari Serikat Buruh 9
2.1.4 Awal Terbentuknya Serikat Buruh 10
2.1.5 Pemerintah dan Tawar Menawar Kolektif 11
2.2 Kasus Ketenagakerjaan pada PT Framas Indonesia 13
BAB III 15
PENUTUP 15
3.1. Kesimpulan 15
3.2. Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17
BAB I
PROFIL PERUSAHAAN
1.1 Sejarah Perusahaan
Framas adalah sebuah perusahaan keluarga yang didirikan oleh seorang pengusaha Jerman, yang bernama Franz Martz. Framas didirikan pada tahun 1948 di Jerman. Pada awalnya, Framas adalah sebuah pabrik sepatu olahraga yang kecil, yang berlokasi di kota Pirmanses, Jerman. Seiring dengan meningkatnya minat masyarakat pada olahraga, maka Framas berkembang menjadi perusahaan besar, yang berperan sebagai vendor dari sepatu olahraga "Adidas". Saat ini framas tersebar di berbagai Negara seperti Amerika Serikat, Jerman, China, Korea, Hong Kong, Vietnam, dan Indonesia.
1.2 Visi dan Tujuan Perusahaan
Tujuan dari perusahaan framas adalah untuk mencapai "kesuksesan abadi". Bisnis ini telah berkembang menjadi kelompok perusahaan global sejak berdirinya pada tahun 1948, dan dalam perencanaan masa depan, peruahaan mendasarkan upayanya pada prinsip-prinsip dari sang pendiri perusahaan, Franz Martz.
Keberlanjutan, visi jangka panjang dan saling percaya. Dengan ini mendorong perusahaan, dan akan menjadi mitra strategis yang paling penting bagi para pelanggan di masa depan, sebagai perusahaan terkemuka di dunia dari kinerja tinggi komponen fungsional.
Sebagai inovator, perusahaan melakukan yang terbaik untuk membuat produk-produk yang menginspirasi dengan fungsi yang luar biasa dan kualitas. Untuk melakukannya, perusahaan terus memperluas pengetahuan dalam teknik molding injection dan mentransfer apa yang telah dipelajari untuk sektor sepatu.
Saling menghargai dan menghormati menjadi dasar budaya perusahaan. Perusahaan mempromosikan dan mendukung keahlian dan kreativitas para staf. Vitalitas, gairah dan semangat tim membuat para pekerja inovatif, kuat dan bertanggung jawab.
Dalam semua kegiatan perusahaan, mereka fokus pada pertumbuhan organik yang bermanfaat bagi perusahaan dan masyarakat secara keseluruhan.
1.3 Struktur Organisasi Perusahaan
1. Andreas Wolf (Chief Executive Officer Framas Group)
Tanggung Jawab: Sebagai Chief Executive Officer, Andreas Wolf adalah "ujung tombak" daripada karyawan, yang berjumlah lebih dari 2.500 orang, yang merupakan kekuatan pendorong di balik kesuksesan Framas. Dia bertanggung jawab untuk orientasi strategis dan hubungan investor dari Framas Group. Pembagian Pemasaran juga di bawah kepemimpinan langsung nya.
Pengalaman Kerja:
1991 Technical Assistant yang bertanggung jawab atas wilayah Korea
1991 Asisten MD dari Framas Jerman
1994 MD Framas Korea
1997 MD Framas Jerman
1998 MD Framas Hong Kong Ltd
2006 CEO Framas Grup
2. Johann Schaufler (Chief Operating Officer Framas Group)
Tanggung Jawab: Johann Schaufler datang ke Framas sebagai Kepala Teknis Operasional, dan dari awal dia adalah seorang inovator antusias dan dorongan utama di balik jaringan berkelanjutan Pengembangan Produk dan Produksi. Sebagai Chief Operating Officer Framas Grup ia bertanggung jawab atas Teknologi, Riset dan unit Pengembangan dan Manajemen Mutu. Pengadaan juga di bidangnya tanggung jawab.
Pengalaman Kerja:
1990 Kepala Teknis Operasional Framas Jerman
1999 Direktur Teknik Framas Grup
2006 MD Framas Jerman dan COO Framas Grup
3. Andreas Grewe (Chief Financial Officer Framas Group)
Tanggung Jawab: Sebagai Chief Financial Officer Framas Group, Andreas Grewe bertanggung jawab untuk unit Finance, Controlling dan HR.
Juga dalam bidang tanggung jawabnya adalah Hukum dan IT unit.
Pengalaman Kerja:
1997 Asisten Manajemen Framas Jerman
2000 MD Framas Vietnam
2006 MD Framas Jerman, CFO Framas Group, bertanggung jawab untuk regional Asia Tenggara.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Serikat Buruh
2.1.1 Pengertian Serikat Buruh
Berdasarkan Undang-undang Tenaga Kerja (2003), serikat buruh atau serikat pekerja merupakan organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja serta meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya.
Henry Simamora (1999) menyatakan bahwa "Serikat Pekerja adalah sebuah organisasi yang berunding bagi karyawan tentang upah-upah, jam-jam kerja, dan syarat-syarat dan kondisi-kondisi pekerjaan lainnya".
Menurut Peterson dan Plowman (2000), serikat buruh adalah organisasi demokratis yang berkesinambungan dan permanen dibentuk secara sukarela dari, oleh, dan untuk pekerja.
2.1.2. Fungsi Serikat Buruh
Sesuai dengan Undang-undang Tenaga Kerja tahun 2003, dalam melaksanakan hubungan industrial, pekerja dan serikat pekerja mempunyai fungsi menjalankan pekerjaan sesuai dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokratis,
mengembangkan keterampilan, dan keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta keluarganya.
2.1.3. Hak-hak dari Serikat Buruh
Serikat pekerja atau serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja atau serikat buruh yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan berhak :
Melakukan perundingan PKB dengan pihak manajemen
Mewakili pekerja dalam menyelesaikan perselisihan industrial di dewan dan lembaga perburuhan
Membentuk lembaga atau melakukan kegiatan yang berkaitan dengan usaha peningkatan kesejahteraan pekerja/buruh.
Mengadakan kegiatan perburuhan selama tidak bertentangan dengan ketentuan hukum perundang-undangan yang berlaku.
2.1.4 Awal Terbentuknya Serikat Buruh
Beberapa abad yang lalu, tepatnya pada tahun 1881, di Amerika Serikat, menjadi saat awal dimana terbaentuknya serikat buruh. Dan pada saat tersebut juga terbentuknya American Federation of Labor (AFL). Hal ini disebabkan karena tingkat upah di seluruh dunia sangatlah rendah. Produktitivitas juga rendah sehingga bagaimanapun caranya mengatur, rata – rata pendapatan orang adalah rendah. Sebagaimana diungkapkan dalam sejarah, para pekerja merasa diperbudak oleh sistem perekonomian dimana mereka bekerja.
Secara berangsur, para pekerja itu menyadari bahwa kekuatan mereka adalah pada jumlah mereka. Seratus orang yang bertindak bersama pada umumnya memiliki kekuatan bargaining (tawar menawar) yang lebih dibanding bila mereka bertindak sendiri-sendiri. Mereka membentuk kelompok, kemudian kelompok itu berkembang menjadi serikat-serikat yang mulai mengusulkan standar tingkat upah yang harus diminta oleh pekerja.
Tentu saja para majikan melawan balik. Mereka juga menyadari adanya kekuatan yang ditimbulkan dari kerjasama formal diman mereka saling menopang menghadapi pekerja dan menolak mempekerjakan mereka yang tercatat sebagai agitaor.
2.1.5 Pemerintah dan Tawar Menawar Kolektif
Undang-undang tenaga kerja yang paling penting dari semuanya adalah National Labor Relationship atau Wagner Act pada tahun 1935. Hukum ini mengatakan bahwa: "Para pekerja maempunyai hak untuk bergabung dengan organisasi tenaga kerja, untuk tawar menawar secar kolektif dan untuk terlibat dalam aktivitas yang telah disepakati bersama.
Bila kita melihat Undang-undang tenaga kerja di Indonesia, seluruh isinya bertujuan untuk membuat para tenaga kerja sejahtera, dengan beberapa hal yang harus dicapai, yaitu:
Membebaskan manusia Indonesia dari Perbudakan Perhambaan
Pembebasan manusia Indonesia dari rodi atau kerja paksa
Pembabasan buruh/pekerja Indonesia dari poenale sanksi
Pembebasan buruh/pekerja Indonesia dari ketakutan kehilangan pekerja
Memberikan posisi yang seimbang antara buruh/pekerja dan pengusaha
2.1.6 Keinginan para buruh
Peterson dan Plowman (2000), mengatakan bahwa orang mau bekerja karena beberapa faktor, diantaranya :
a. The Desire to Live (keinginan untuk hidup)
Keinginan untuk hidup merupakan keinginan utama dari setiap orang, manusia bekerja untuk dapat makan dan makan untuk dapat melanjutkan hidup.
b. The Desire for Position (keinginan untuk suatu posisi)
Keinginan untuk suatu posisi dengan memiliki sesuatu merupakan keinginan manusia yang kedua dan ini hal ini merupakan salah satu sebab mengapa manusia mau bekerja.
c. The Desire for Power (keinginan akan kekuasaan)
Keinginan akan kekuasaan merupakan keinginan selangkah diatas keinginan untuk memiliki yang mendorong orang mau bekerja.
d. The Desire for Recognation (keinginan akan pengakuan)
Keinginan akan pengakuan, penghormatan, dan status social merupakan jenis terakhir dari kebutuhan yang mendorong manusia untuk bekerja.
2.2 Kasus Ketenagakerjaan pada PT Framas Indonesia
Salah satu kompariot dari PT Adidas, yaitu PT Framas, yang berlokasi di Bekasi, memutus hubungan 300 pekerja tanpa mengikuti aturan hukum ketenagakerjaan yang berlaku. PT Framas berdalih bahwa para pekerja telah melebihi durasi kontrak , PT Framas kemudian tidak memperpanjang kontrak kerja dan melanggar semua hak para pekerja. PT Framas melakukan 3 bulan kontrak kerja dan terus memperpanjang status mereka sebagai pekerja tidak tetap (pekerja kontrak) per 3 bulan, selama lebih dari 3 tahun. Sejak Desember 2012, kontrak mereka tidak diperpanjang dan mereka semua kehilangan pekerjaan tanpa pesangon.
Sekitar 300 pekerja menjadi korban dari kontrak kerja berkepanjangan yang tidak sesuai ketentuan hukum tanpa jaminan kesejahteraan dan keamanan kerja. Dan pada akhirnya, mereka dipecat secara tidak adil.Tidak hanya itu, para buruh juga mengeluhkan hal-hal berikut yang telah diterapkan oleh PT Framas:
- buruh perempuan tidak diberikan hak cuti haid;
- buruh di intimidasi jika tidak mau bekerja lembur;
- bangku kerja yang sudah sejak lama digunakan, tanpa pemberitahuan dan penjelasan ditarik dan buruh harus bekerja dalam kondisi berdiri seharian penuh;
- poliklinik yang buruk dan susah di jangkau oleh buruh;
- buruh yang aktif di serikat pekerja (SP) di intimidasi, dimutasi dan di PHK
Dari 300 pekerja, karena PT Framas melakukan intimidasi dan tekanan, maka hanya 40 orang pekerja memutuskan untuk memperjuangkan nasib mereka. Para pekerja ini, sebagian besar adalah para pekerja yang tidak berserikat, sebagian lagi merupakan anggota sebuah Serikat Pekerja di PT Framas namun menurut para anggotanya tidak mau memperjuangkan nasib mereka. Proses bipartite dan aksi telah dilakukan oleh para pekerja. Pihak pengusaha secara terang-terang telah mengakui bahwa mereka memang melanggar ketentuan hukum mengenai kontrak namun tidak ada upaya untuk memperbaiki. Setalah proses bipartite tidak membuahkan hasil, para pekerja menempuh proses penyelesaian perkara hubungan industrial , dengan meminta Dinas Tenaga Kerja Daerah Bekasi untuk menjadi mediator antara pekerja dan perusahaan.
Proses ini juga disertai desakan kepada brand, yaitu Adidas pada tanggal aksi di depan Kantor Adidas Indonesia, Jalan Jendral Sudirman, Jakarta Selatan pada 18 Maret, 2013 pukul 12.00 WIB.
Dalam aksi tersebut para pekerja menyampaikan tuntutan antara lain,
Adidas menekan PT Framas untuk menjamin hak-hak pekerja dan menaati hukum ketenagakerjaan yang berlaku.
Mempekerjakan kembali buruh kontrak yang dipecat sebagai pekerja tetap
Keselamatan dan kesehatan di tempat kerja harus dijamin
Menghilangkan praktek union busting yang dilakukan oleh PT Framas
Dari aksi tersebut , manager PT Adidas Indonesia berjanji untuk menjembatani permasalahan yang ada dengan PT Adidas.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Setiap manusia memiliki hak dan kewajiban yang harus mereka terima dengan seimbang. Begitu juga dengan pengusaha dan para karyawannya. Hak seorang pengusaha adalah mempekerjakan siapapun yang bersedia menjadi pekerjanya dan wajib memberikan apa yang menjadi hak mereka. Dan sebagai seorang pekerja, berhak mendapatkan gaji sesuai dengan apa yang mereka kerjakan dan wajib menjalankan tugas dan pekerjaannya dengan penuh tanggung jawab.
Jika kita hubungkan dengan Alkitab, di dalam Yakobus 5:4,8, yang berbunyi: "Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena upah yang kamu tahan dari buruh yang telah menuai hasil ladangmu, dan telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam keluhan mereka yang menyabit panenmu. Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat!" Melalui ayat ini kita bias mengetahui bahwa peristiwa ini adalah salah satu tanda dari akhir zaman, bahwa seorang atasan akan memiliki masalah dengan bawahannya.
3.2. Saran
Sebagai seorang pengusaha, kita harus memperlakuan para pekerja kita dengan sewajarnya, dan sesuai dengan hak mereka yang telah diatur dalam undang-undang. Dan sebagai seorang pekerja, kita harus bekerja dengan sepenuhnya dan sesuai dengan kewajiban seorang pekerja yang telah ditetapkan dalam undang-undang. Sebaiknya kita tidak mengambil hak orang lain dan jangan juga kita menuntut sesuatu tanpa melakukan apa yang seharusnya menjadi kewajiban kita. Dan sebagai seorang umat Tuhan, kita harus siap sedia akan menghadapi masalah seperti ini, karena hal seperti ini sudah seharusnya kita alami, karena kita hidup di akhir zaman.
DAFTAR PUSTAKA
Wage indicator. 2016. Bergabung bersama serikat buruh / serikat pekerja. http://www.gajimu.com/main/pekerjaan-yanglayak/serikat-pekerja/bergabung-bersama-serikat-buruh-serikat-pekerja.
Appshouse. 2015. Kasus: perjuangan buruh kontrak (kasus pekerja kontrak di PT Framas Indonesia). http://turc.or.id/news/kasus-perjuangan-buruh-kontrak-kasus-pekerja-kontrak-di-pt-framas-indonesia/.
Framas Kunststofftechnik GmbH. (2014). There are ways to achieve every goal. http://www.framas.com/en/company/.
Samuelson, Paul A dan Nordhaus, William D. (1991). Ekonomi edisi keduabelas-jilid 2. Penerbit Erlangga.
Samuelson dan Nordhaus .( 2001). Ilmu Miokro Ekonomi edisi tujuh belas. PT. Media Global Eukasi, Jakarta.
Husni, Lalu. (2003). Hukum ketenagakerjaan Indonesia. PT RajaGrafindo Perkasa.
Asikin, dkk. (2004). Dasar-DasarHukum Perburuhan. PT RajaGrafindo Perkasa.
Soepomo. (1996). Hukum Perburuhan Undang-Undang dan Peraturan-peraturan. Penerbit Djambatan.
Undang-undang Tenaga Kerja (2003)
Simamora, H. (1999). Pengertian Serikat Buruh .http://globallavebookx.blogspot.co.id/2015/04/pengertian-dan-tujuan-serikat-pekerja.html
Gabungan Serikat Buruh Indonesia. (2013). GSBI Dukungan Perjuangan Buruh PT Framas Plastic Technology Bekasi Lawan PHK. http://www.infogsbi.org/2010/07/gsbi-dukungan-perjuangan-buruh-pt.html
e-Richard Norman's Book. (2010). PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN. http://richardnormansilitonga.blogspot.co.id/2010/08/pengaruh-kepuasan-kerja-terhadap.html