Taman Pintar Yogyakarta Alternatif Layanan Publik Pendidikan Kota Yogyakarta
16 july 2014
Diambil dari Buku Dokumentasi Best Practice Kota-Kota Jilid 8, APEKSI
Profil Kota
Luas Wilayah Administrasi: 32,5 km2 atau 1,02% dari luas wilayah Provinsi Daerah lstimewa Yogyakarta (Kota Yogyakarta dalam angka Tahun 2009). Jumlah ,- penduduk di wilayah administrasi: 444.236 (jiwa) atau 88.847 KK (data tahun 2008). Jumlah penduduk miskin: 81.334 (jiwa). Jumlah kecamatan: 14 Kecamatan. Jumlah Kelurahan: 45 kelurahan. Jumlah RW: 362 RW. Jumlah RT: 2.523 RT. Kota Yogyakarta terletak di daerah dataran lereng aliran gunung Merapi dengan kemiringan 0-2 derajat dan berada pada ketinggian rata-rata 114 meter dari permukaan laut. Penggunaan lahan paling banyak adalah untuk perumahan yakni sebesar 106,338 hektar dan bagian terkecil adalah lahan kosong dengan luas 20,041 hektar.
Sebagai ibukota Provinsi DIY, Kota Yogyakarta menjadi pusat kegiatan pelayanan dan pemerintahan di provinsi ini. Kota Yogyakarta juga memiliki atribut kota budaya, kota pendidikan, dan kota pariwisata. Sebagai kota pendidikan, aktivitas kota banyak diwarnai oleh kegiatan pendidikan untuk segala tingkatan. Untuk mendukung predikat tersebut, Kota Yogyakarta membangun sebuah "icon" yang disebut sebagai Taman Pintar. Taman Pintar merupakan sebuah wahana atau pusat pembelajaran sains dan teknologi bagi anak-anak.
Di Taman Pintar, anak-anak dan seluruh kalangan usia dapat mencintai sains dan teknologi. Pemerintah kota berharap masyarakat dapat memperbaiki kualitas hidupnya dengan memahami dan mencintai dunia sains dan teknologi.
Situasi Sebelum Inisiatif
Sebelum tahun 2004, Kota Yogyakarta yang mempunyai predikat sebagai kota pendidikan dan kota wisata ini belum memiliki "icon" yang dapat mengemban sebutan tersebut. Karena itu pemerintah kota memandang perlu adanya sebuah "tool" untuk mewujudkan fasilitas layanan publik yang dapat mencerminkan keunggulan kompetitif kota sekaligus untuk menguatkan kapasitas warganya.
Inisitiatif
Pemerintah Kota Yogyakarta pada tahun 2004 menggagas pembangunan sebuah "taman pintar" untuk mewujudkan kepedulian pemerintah kota terhadap dunia pendidikan. Inovasi yang diambil oleh pemerintah kota tidak hanya dilakukan dengan menuangkan konsep sains dan teknologi ke dalam alat peraga, tetapi juga membentuk varian baru dalam pemenuhan layanan dasar. Pelayanan pendidikan yang merupakan kebutuhan dasar dirancang menjadi sebuah pelayanan publik modern dan canggih yang mengkombinasikan antara ruang terbuka publik dengan fasilitas pembelajaran dan pengajaran untuk semua kalangan Lokasi pembangunan Taman Pintar berada di kawasan Shopping Center yang dulunya dikenal sebagai kawasan perdagangan buku murah untuk kalangan pelajar dan mahasiswa. Pembangunan Taman Pintar yang menggunakan konsep "gedung tumbuh" dimulai sejak tahun 2004 dan dilaksanakan secara bertahap, baik pada pembangunan gedung maupun fasilitas layanannya. Lokasi Taman Pintar dibuat berhubungan dengan lokasi yang sebelumnya telah memiliki nilai sejarah, yakni berdekatan dengan Taman Budaya Yogyakarta, Benteng Vredeburg, Gedung Agung, Kawasan Malioboro, Alun-alun, dan Keraton Yogyakarta.
Strategi yang Dijalankan
Pembentukan Kelembagaan dan Struktur Organisasi
Pada awal penyelenggaraan Taman Pintar, sebelum membentuk organisasi permanen, Pemerintah Kota Yogyakarta membentuk Tim Pengembang Taman Pintar. Tim Pengembang bekerja sama dengan pemangku kepentingan lain khususnya institusi-institusi pendidikan yang berada di Kota Yogyakarta antara lain, yakni UGM, STTNas, dan Akprind, untuk menyusun berbagai konsep untuk mengisi dan membangun berbagai infrastruktur untuk mendukung operasional Taman Pintar.
Pada awal pembentukannya sesuai dengan Peraturan Walikota Yogyakarta No. 22 Tahun 2007 tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Pengelola Taman Pintar, lembaga pengelola berada di bawah Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Seiring dengan perkembangannya sesuai dengan Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, dan Tugas Pokok Lembaga Teknis Daerah, pengelolaan Taman Pintar berubah menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dalam bentuk Kantor Pengelolaan Taman Pintar.
Tujuan dan Filosofi
Taman Pintar dibentuk dengan visi menjadikannya sebagai wahana ekspresi, apresiasi, dan kreasi sains terbaik se-Asia Tenggara dalam suasana yang menyenangkan. Filosofi Taman Pintar adalah niteni (memahami), niroake (menirukan), dan nambahi (mengembangkan).
Tujuan pembentukan Taman Pintar adalah:
Menyediakan sarana pembelanjaran sains bagi siswa yang mendukung kurikulum pendidikan.
Memotivasi anak dan generasi muda untuk mencintai sains.
Membantu guru dalam mengembangkan pengajaran di bidang sains.
Mengenalkan budaya lokal bagi anak dan masyarakat secara umum.
Menyebarkan informasi ilmu pengetahuan sains dan teknologi sesuai dengan perkembangan usia anak.
Memberikan alternatif wisata sains.
Sebagai sebuah pusat sains, Taman Pintar tidak hanya mengembangkan wahana dan konten yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagaimana lembaga sejenis baik di Indonesia maupun di luar negeri, tetapi juga mengembangkan wahana dan konten yang berdasar pada kearifan lokal (local wisdom), misalkan pengetahuan tentang budaya Jawa dan kesultanan.
Skema Pembiayaan Pada awal pengelolaan Taman Pintar, pendanaannya menggunakan anggaran belanja daerah. Pembangunan gedung Taman Pintar dibebankan pada Dinas Bangunan dan Aset Daerah, sedangkan pengelolaan dilakukan oleh Dinas Pendidikan, yang pada tahun 2004 masih berupa UPT. Seiring dengan perkembangan yang semakin pesat, termasuk dalam kebutuhan pemeliharaan dan operasional, maka mulai tahun 2007 UPT Taman Pintar Yogyakarta mulai menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Selanjutnya pada tahun 2009, secara kelembagaan manajemen Taman Pintar ditingkatkan statusnya menjadi Kantor Pengelolaan Taman Pintar dan Tahun 2010 sudah menerapkan pola pengelolaan keuangan daerah dengan status penuh.
Pembangunan Konten dan Wahana Pada awal penyusunan konsep pembangunan Taman Pintar, Pemerintah Kota Yogyakarta melibatkan berbagai SKPD dan para pemangku kepentingan lainnya (Dinas Pendidikan, Bagian Organisasi, Bagian Pengendali Pembangunan, Bappeda, dan akademisi) untuk memikirkan, mengawal, dan mengembangkan Taman Pintar sebagai pusat sains.
Sesuai dengan konsep awal yakni "gedung tumbuh", maka pembangunan Taman Pintar juga dilakukan secara bertahap. Berikut tahapan-tahapan pembangunan Taman Pintar sampai dilakukannya grand opening-nya:
20 Mei 2006: Pembangunan dan selanjutnya peresmian pertama (soft opening 0 zona layanan playground dan Gedung PAUD Barat dan Timur, yang dilakukan oleh Menteri Pendidikan Nasional RI (Bambang Sudibyo)
9 Juni 2007: Pembangunan dan selanjutnya peresmian soft opening it fasilitas Gedung Oval Lantai 1 & 2 serta Gedung Kotak lantai 1, yang dilakukan oleh Menteri Pendidikan Nasional (Bambang Sudibyo) dan Menteri Riset dan Teknologi (Kusmayanto Kadiman) serta dihadiri oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X.
16 Desember 2008: Grand opening dilaksanakan oleh Presiden RI (Susilo Bambang Yudhoyono), meliputi semua fasilitas layanan Taman Pintar termasuk Gedung Kotak lantai 2 dan 3, Tapak Presiden, dan Gedung Memorabilia.
Hasil yang Dicapai
Taman Pintar ini pada awalnya digagas untuk melayani keinginan warga masyarakat Kota Yogyakarta mulai dari usia pra sekolah sampai sekolah menengah untuk memperdalam pemahaman soal materi-materi pelajaran, khususnya sains, dengan cara yang menarik. Dalam perkembangannya, fungsi Taman Pintar tidak hanya melayani warga masyarakat di sekitar Yogyakarta, tetapi juga memenuhi kebutuhan pengetahuan tentang sains dan teknologi untuk para turis domestik maupun luar negeri dari berbagai kalangan dan usia.
Saat ini Taman Pintar telah memiliki berbagai fasilitas yaitu:
Zonasi Taman Pintar
Zona Playground,
merupakan ruang publik dan penyambutan bagi pengunjung Taman Pintar. Menyediakan berbagai alat peraga yang menyenangkan bagi anak dan keluarga. Karena berada di halaman Taman Pintar, maka fasilitas ini dapat diakses oleh para pengunjung secara gratis. Zona Playground menampilkan: prasasti, tapak presiden, gong perdamaian, tapak prestasi, sistem katrol, taman air menari, labirin, forum batu, pipa bercerita, spektrum warna, dinding berdendang, parabola berbisik, klimatologi mini, wahana bahari, desaku permai, rumah batik, dan rumah gerabah.
Zona PAUD Barat dan PAUD Timur,
menampilkan berbagai alat peraga dan permainan edukasi anak-anak, khususnya untuk anak usia Pra-TK sampai dengan TK. Zona PAUD Barat dan Timur menempati sebuah bangunan cagar budaya (heritage) peninggalan Belanda yang masih tetap dijaga keasliannya. Gedung PAUD terdiri dari ruang tunggu, ruang sains dan teknologi, ruang religi dan budaya, ruang susun balok, ruang petualangan, ruang profesi dan ruang pertunjukan.
Gedung Oval,
menampilkan berbagai alat peraga berbasis edukasi sains yang dikemas menyenangkan dan dapat diperagakan. Gedung ini terdiri dari: aquarium air tawar, zona kehidupan prasejarah, zona dome area, zona titian sains, zona nuklir, zona kelistrikan, zona cuaca, iklim dan gempa bumi, zona teknologi komputer, zona teknologi telekomunikasi.
Gedung Kotak,
menampilkan lorong ilusi, zona pengolahan minyak dan gas bumi, zona teknologi pengolahan susu, zona agro, zona air untuk kehidupan, zona jembatan sains, zona warisan leluhur, zona city planning, zona perpustakaan, zona teknologi informasi dan komunikasi dan zona teknologi otomotif.
Gedung Memorabilia,
menampilkan berbagai alat peraga tentang pengetahuan sejarah Indonesia, seperti sejarah Kesultanan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Pakualaman Yogyakarta, tokoh-tokoh pendidikan, dan tokoh-tokoh Presiden R.I dari awal hingga saat ini.
Planetarium,
menampilkan alat peraga berbentuk pertunjukan film pengetahuan tentang antariksa dan tata surya.
Zona Sarana Pelengkap Terdiri dari: exhibition hall, ruang audio visual, radio anak Jogja, musholla, masjid, lift, food court, souvenir counter, ATM center.
Secara sederhana, indikator keberhasilan Taman Pintar dapat dilihat dari grafik pergerakan jumlah pengunjung setiap tahunnya. Dalam satu tahun rata-rata masyarakat yang berkunjung ke Taman Pintar Yogyakarta mencapai 1 juta orang, dan tidak terbatas dari wilayah Pulau Jawa, namun juga dari seluruh wilayah di Indonesia, bahkan juga para wisatawan mancanegara. Dari sisi keuangan, target kinerja keuangan atau pendapatan Taman Pintar tidak pernah kurang dari yang telah ditentukan pada setiap tahunnya.
Hal ini dapat dilihat dari pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) yang setiap tahun dilakukan, yang menunjukkan kepuasan dengan skor di atas 75% (Iihat tabel). Sebagai lembaga layanan publik, Taman Pintar memiliki komitmen untuk menyediakan sarana pembelajaran sekaligus alternatif wisata serta layanan masyarakat yang berkualitas. Komitmen tersebut diupayakan secara terus menerus sehingga pada tahun 2010 Taman Pintar telah berhasil meraih dan menerapkan sistem manajemen mutu ISO 1900:2008, sekaligus meraih penghargaan Citra Layanan Prima Tingkat Nasional.
Keberlanjutan
Sejalan dengan dokumen perencanaan RPJMD Kota Yogyakarta, Taman Pintar dirancang untuk terus-menerus dikembangkan, dengan menyediakan wahana atau zonasi baru setiap tahun. Dengan konsep ini, maka diharapkan pengunjung yang sudah pernah datang ke Taman Pintar sebelumnya tidak akan merasa bosan ketika mereka mengunjungi tempat ini untuk kedua kalinya. Dari sisi kerangka aturan, keberadaan Taman Pintar telah sah secara legal. Dengan demikian, keberadaan organisasi ini telah secara penuh diakui dan tidak terpengaruh kepada masa kepemimpinan seseorang. Sampai dengan saat ini dalam setiap perkembangannya, kebijakan tentang Taman Pintar, baik pada pengelolaan keuangan, bentuk layanan, dan sebagainya senantiasa didasarkan pada peraturan yang dikeluarkan baik oleh Walikota Yogyakarta maupun deh Kepala Pengelolaan Taman Pintar.
Dalam pengembangannya, Taman Pintar Yogyakarta juga menjalin kerjasama dengan berbagai pihak (Microsoft Indonesia, Toyota Astra Motor, Aqua Danone, Sari Husada, BATAN, BMKG, dip, baik kerjasama dalam bidang pengembangan dan pembangunan zona atau konten maupun dalam bidang pengembangan kegiatan, promosi dan lain sebagainya. Hal ini dapat menekan anggaran yang cukup signifikan, khususnya dalam hal pengembangan maupun penyegaran (refresh) zona dan konten.
Pelajaran yang Dapat Diambil
Pemerintah Kota Yogyakarta berupaya untuk menunjukkan pemenuhan layanan dasar pendidikan bagi warga masyarakatnya dalam bentuk yang berbeda. Selama ini layanan dasar pendidikan hanya difokuskan pada layanan gratis. Pembangunan Taman Pintar diupayakan untuk memenuhi kebutuhan dunia pendidikan yang tidak hanya dapat menyentuh seluruh kalangan tetapi juga dapat memberikan multiflier effect yang lain (meningkatnya pendapatan ekonomi lokal juga pendapatan asli daerah Pemerintah Kota Yogyakarta).
Kemampuan untuk Ditransfer
Secara umum keberadaan Taman Pintar sudah dikenal dalam skala nasional, maupun internasional (Taman Pintar tergabung dalam Asia Pacific Network of Science and Technology Center (ASPAC) sejak tahun 2008). Dan sejak berdiri sampai saat ini sudah banyak lembaga pemerintah dari seluruh wilayah Indonesia yang melakukan studi banding ke Taman Pintar untuk mempelajari dan mengembangkan lembaga sejenis di daerah masing-masing, misalnya Pemerintah Provinsi Lampung, Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi DKI Jakarta, Kabupaten Belitung, Kota Bandung, Kota Bekasi, Kota Surabaya, Kementerian Pekerjaan Umum, dan museum. Replikasi juga sudah dilakukan diantaranya oleh Bali (Rumah Pintar), Bandung (Taman Pintar Olympic), dan Kalimatan Selatan.
Bagi kota atau daerah lain yang ingin mengembangkan konsep taman pintar di daerahnya, Pemerintah Kota Yogyakarta menjelaskan bahwa pada awal pembentukannya, Taman Pintar Yogyakarta mengalami keterbatasan untuk melakukan pengembangan program, kemitraan, dan promosi. Hal ini disebabkan karena Taman Pintar merupakan instansi pemerintah yang harus tunduk dan patuh pada peraturan yang berlaku, sehingga hal ini dipandang sedikit "menghambat" adanya inovasi dan kreatifitas yang ingin diterapkan. Untuk mengatasi hal ini maka Pemerintah Kota Yogyakarta sepakat untuk terus menerus melakukan konsultasi, koordinasi, dan diskusi dengan instansi terkait, baik di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta, Provinsi DIY, maupun Pemerintah Pusat.
Hal-hal pendukung lainnya yang harus diperhatikan bagi daerah/kota lainnya adalah dukungan dari Kepala Daerah, kemampuan berinovasi, kemitraan, serta menerapkan paradigma layanan pada masyarakat.