BAB I PENDAHULUAN
Rasulullah SAW. diutus oleh Allah SWT. untuk menyampaikan Islam kepada seluruh ummat manusia agar dijadikan sebagai aqidah dan pedoman hidup mereka dan memusnahkan aqidah dan pedoman hidup mereka sebelumnya yang penuh khayal dan khurafat, mereka diajak untuk berfikir dan merenungi realitas kehidupan, manusia dan alam semesta serta mengkaitkan ketiganya dengan Allah al Khalik al Mudabbir Sang Pencipta dan Sang Pengatur. Merekapun mengambil Islam sebagai aqidah yang mampu memecahkan permasalahan utama ( Al-Uqdatul Al-Uqdatul Kubra ) mereka sebagai manusia, yang di atasnya dibangun pandangan hidup, juga mengambilnya sebagai peraturan yang terpancar dari aqidah Islam. Dengan izin Allah, agama yang dibadan oleh rasulullah pun diemban oleh banyak manusia sebagai qaidah fikriyah dan oleh Daulah Islamiyah sebagai qiyadah fikriyah . Sesuai dengan fitrahnya sebagai agama yang benar, tentunya agama ini terus bergerak dan diemban oleh daulah dan kaum muslimin untuk di da’danhkan kepada umat dan bangsa lain yang belum menemukan cahaya kebenaran Islam serta yang masih bergelut dengan khayalan dan khurafat dari pedoman hidup mereka terdahulu. Sunnah ini terus dilanjutkan oleh para khalifah setelah Rasulullah danfat. Namun kaum muslimin yang melakukan ekspansi da’danh dan futuhat di negeri-negeri yang belum menerima cahaya Islam, Islam, menemu menemukan kan pemiki pemikiran ran asing asing yang yang diemba diemban n oleh oleh orangorang-ora orang ng yang yang berada berada di nege negeri ri terse tersebu but, t, yang yang hal hal itu itu sang sangat at bert bertol olak ak bela belaka kang ng deng dengan an pemi pemiki kira ran n Isla Islam m dianta diantaran ranya ya India, India, Persia Persia dan Yunani Yunani.. Kaum Kaum muslim muslimin in kemudi kemudian an berupa berupaya ya untuk untuk memaham memahamii konsep konsep pemiki pemikiran ran mereka mereka yang yang berbed berbedaa tersebu tersebutt dengan dengan maksud maksud untuk untuk menjelaskan kesalahan pemikiran mereka dan kemudian mengajak mereka untuk masuk ke dalam agama Islam. Pemikiran mereka yang asing inilah yang disebut dengan filsafat, filsafat ,1 yang kemudian dipelajari oleh ulama Islam dengan maksud membekali diri dengan ilmu tersebut untuk membantah dengan ilmu tersebut. Ilmu ini disebut dengan ilmu kalam, dan ulama ulama yang yang mempel mempelajar ajariny inyaa adalah adalah disebu disebutt Mutaka Mutakalim limin. in. Lebih Lebih lanjut lanjutnya nya akan akan dijelaskan dibab berikutnya.
1 filsafat berarti 1). upaya spekulatif untuk menampilkan pandangan sistematik dan komplit tentang seluruh realitas. 2). upaya untuk mendeskripsikan hakikat realitas yang ultima dan sejati.
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Asal Mula Mula Pemikir Pemikiran an Kalam tenta tentang ng Qadha Qadha dan Qadar Qadar
Aktifitas ini (bantah-bantahan) sendiri telah dilakukan oleh rasulullah semasa hayat beliau terhadap orang-orang kafir baik dari kalangan kaum musyrikin maupun ahlul kitab, sehingga sehingga terjadi terjadi shiraul fikr , baik selama beliau berada di Madinah manupu manupun n di Makkah Makkah,, hal ini dikuat dikuatkan kan dengan dengan perint perintah ah untuk untuk berdeb berdebat at dengan dengan mereka di dalam al Qur’an: “ Dan bantahlah mereka dengan cara yang baik ” (TQS. An-Nahl [16]:125); “ Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab melainkan
dengan cara yang paling baik .” (TQS. al-Ankabut(29:46) Hal yang paling berperan dalam pemunculan ilmu kalam adalah interaksi kaum muslimin muslimin dengan dengan filsafat filsafat Yunani Yunani baik melalui penterjemaha penterjemahan n buku-buk buku-buku u filsafat filsafat Yunani maupun karena interaksi mereka dengan kaum Nasrani dan Yahudi,pemikiran filsafat ini diadopsi oleh kaum Nasrani (Nasrani sekte Nestorian atau Nasathirah. Nasathirah.2 dari Syiria, Nasrani sekte Mulkean 3 yang tersebar di Afrika, Andalusia, dan sebagian besar besar wilaya wilayah h Syam Syam dan Nasran Nasranii sekte sekte Jacobi Jacobitt dari dari Mesir) Mesir) dan Yahudi Yahudi.. Filsaf Filsafat at Yunani yang diadopsi oleh kaum Nasrani dibangun untuk menguatkan aqidah trinitas mereka, yang hal itu memang sama sekali tidak memiliki kesesuaian dengan fakta yang ada. Berbeda dengan filsafat yang dianut oleh bangsa Persia dan India, dimana filsafat yang mereka bangun tersebut inheren dengan konsep agama yang mereka anut saat itu. Kaum Nasrani Nasrani mengenal mengenal filsafat Yunani Yunani telah lebih dahulu ketimbang kaum muslimin yang kemudian digunakan untuk membangun konsep aqidah trinitas (tatslith ) mereka. mereka. Konsep Konsep ini yang kemudian kemudian mereka gunakan gunakan untuk untuk berdebat berdebat dengan kaum muslimin.Sebagian kaum muslimin dengan para ulamanya merespon kondis kondisii ini dengan dengan mempel mempelajar ajarii dan menjad menjadika ikanny nnyaa sebaga sebagaii bahan bahan diskus diskusii dan perdebatan dalam rangka membantah kaum Nasrani dan Yahudi, membela Islam dan menerangkan menerangkan pemikiran-pe pemikiran-pemikir mikiran an al-Quran. al-Quran.4 Kaum muslimin muslimin mengambil mengambil konsep konsep 2 Sekte Nasrani pengikut Nestor yang bijaksana.Tetapi dalam komentarnya, Ahmad Fahmi, editor al mihal dan al-Nihal, menyatakan bahdan ada pendapat yang menyebut tentang penisbatan nama Nestorian kepada Nestorius, pendeta di Constatinople, yang menyatakan bahdan Maryam tidak melahirkan tuhan, tetapi melahirkan manusia, hanya kehendaknya sama dengan Tuhan, sedangkan Zatnya berbeda.Sekte ini berada di Persia, Irak, Jazirah Arab, Moshul hingga sungai Furat. 3 Sekte Nasrani yang lahir di Romawi.Mereka berpendapat bahdan kalam telah menyatu dengan tubuh alMasih. Mereka berpendapat bahdan substansi tidak sama dengan oknum, yang mirip dengan sifat dengan objek yang disifati.Al-Masih adalah Tuhan dan manusia secara utuh, dimana oknum yang satu dengan lain tidak berbeda.Jadi maryam telah melahirkan Tuhan dan manusia yang keduanya adalah anak Allah, yang disalib ketika disalib adalah oknum manusianya sedangkan oknum Tuhannya tidak. 4 Diantaranya adalah usaha membantah konsep ketuhanan Nasrani yang mengatakan al-Masih adalah
2
filsafat Yunani sebagai pokok bahasan terutama dalam konsep ketuhanan (sifat-sifat Allah) dan mantiq. Salah satu perdebatan yang kemudian muncul terutama dikalangan umat islam sendiri adalah masalah takdir (Qadha dan Qadar). Iman kepada taqdir merupakan sesuatu yang danjib bagi setiap muslim, sebab hal ini memiliki sandaran nash-nah Alqur’an yang pasti (qoth’i) serta dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam sunnahnya. Berbeda dengan iman kepada ‘Qadha dan Qadar’, Ia bukan lahir dari nash-nash syara secara langsung. Istilah Qadha dan Qadar, sebagai istilah tertentu yang bermakna tertentu pula, tidak didapatkan dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah. Tiadanya istilah Qadha dan Qadar (yang digabungkan dan memiliki makna tertentu pula) tersebut karena memang masalah ini baru muncul pada masa tabiin (setelah masa sahabat) pada akhir abad pertama Hijriyah (adanl abad kedua Hijriyah). Akhir abad kedua merupakan masa suburnya penaklukan daerah lain yang dilakukan oleh Khilafah Islamiyah keseluruh penjuru dunia. Banyak hal baru yang ditemukan termasuk usahausaha usaha menerj menerjema emahka hkan n faham-f faham-faha aham m diluar diluar Islam Islam semisa semisall filsafa filsafatt (Yunan (Yunani). i). Pada Pada adanlnya hanya semacam kebutuhan untuk menjadanb dan berdebat dengan mereka setela setelah h dari dari pihak pihak Nasran Nasranii lebih lebih dahulu dahulu mempel mempelajar ajariny inyaa untuk untuk memper mempertah tahank ankan an akidah mereka. Kaum Muslimin tergerak untuk mendalami filsafat Yunani untuk membantah masalah-masalah yang dilontarkan pihak Nasrani terutama dalam bidang “kebebasan bertindak” (Free Will). Permasalahan ini terus berkembang dan akhirnya muncul muncullah lah beberp beberpaa aliran aliran dan perbed perbedaan aan pandan pandangan gan dikala dikalanga ngan n kaum kaum Muslim Muslimin in sendiri terhadap permasalahan ini. B. Pendapat Pendapat Alira Aliran n Tentang Tentang Konsep Konsep Qadha Qadha dan dan Qadar
Sebelum Sebelum Sesungguh Sesungguhnya nya apabila kita meneliti masalah masalah ‘Qadha ‘Qadha dan Qadar’ sebagai suatu istilah baru, yang memiliki makna tersendiri akan kita dapati bahdan ketelitian ketelitian pembahasan pembahasannya nya menuntut menuntut kita untuk untuk mengetahui mengetahui terlebih terlebih dahulu dahulu dasar berdirinya pembahasan ini atau dengan kata lain, apa yang menjadi dasar pembahasan dalam masalah ‘Qadha dan Qadar’ ini. Agar tidak rancu, terlebih dahulu hendaknya hendaknya didudukkan didudukkan apa yang dimaksud Qadha’ menurut para mutakallimin mutakallimin,, Qadha’ dan Qadar Qadar menurut sehing sehingga ga terma terma yang yang dipaka dipakaii dalam dalam tulisa tulisan n ini adalah adalah tema tema Qadha’ Qadha’ dan Qadar Qadar menurut para mutakallimin. tuhan, tuhan, sedangkan sedangkan dalam pandangan pandangan Islam al-Masih adalah adalah kalimatu-Llah.Dalam .Dalam hal ini Yuhana Yuhana alDimasyqi Dimasyqi berusaha berusaha membuat membuat sintesis sintesis dari pertentang pertentangan an ini untuk menjustifikasi menjustifikasi konsepsi teologisny teologisnya, a, dengan mengatakan bahdan jika al-Masih adalah kalimatu-Llah, dan kalimatu-Llah adalah qadim, maka alMasih adalah Tuhan.Dalam konteks inilah muncul bantahan dari kalangan ulama (Ja’ad bin al-Dirham, Jahm bin Safdann dan Dansil bin ‘Ata’) yang mengatakan bahdan kalam Allah adalah baru dan makhluk.
3
Berikut
ini
adalah
poin-poin
yang
akan
mendefinisikan
dan
mendiferensiasikan Qadha’ dan Qadar menurut menurut para mutakallim mutakallimin. in. Kata Qadha’ (و) (qadha dan qadar ) tidak terdapat dan Qadar dengan menggunakan danwu ‘athaf / (و dalam al-Quran. Dikarenakan, Al-Quran tidak pernah menggunakan istilah “qadha’ ” dan “qadar ” secara bersamaan (Qadha dan Qadar ), ), melainkan di dalam al-Quran hanya dikenal istilah “ qadha’ ” saja dan “qadar ” saja. a) Makna Qadha’ dan Qadar dalam dalam al-Qura al-Quran n berbed berbedaa dengan dengan makna makna
Qadha’ dan Qadar yang dimaksud oleh para ahli kalam, Qadha’ dan Qadar dalam al-Quran memiliki makna bahasa yang banyak, dan juga makn maknan anya ya terk terkai aitt deng dengan an perb perbua uata tan-p n-perb erbua uata tan n Alla Allah h SW SWT, T, bukan per perbu buat atan an-p -per erbu buat atan an
manu anusia sia
bes beserta erta
khasi hasiy yat-k at-kh hasiy asiyat at
yang ang
ditimbulkannya, lihat semisal QS. 3:47; 6:2; 17:23; 33:36; 41:12; 8:42; 33:38; 89;16; 54:12; 41:10. b) b) Dari Dari sisi sisi kemu kemunc ncul ulan an isti istila lah h dan dan makn maknan anya ya,, Qadha’ Qadha’ dan Qadar yang dip dipakai akai ahli ahli kala kalam m meng mengga gant ntik ikan an
isti istila lah h
adal adalah ah isti istila lah h “dete determ rmin inis isme me
yang ang sekad ekadar ar diad diado opsi psi
dan dan
unde undete term rmin inis isme me ”
untu ntuk atau
“Keterpakasaan dan Kebebasan Memilih” pada perbuatan manusia. c) Dari sisi sisi Topik Topik yang yang diperb diperbinc incang angkan kan,, maka terma terma “Qadha’ dan Qadar” yang dikenalkan dikenalkan ahli kalam, topiknya topiknya mengenai perbuatan perbuatan manusia manusia dan khasiyat yang lahir dari perbuatan manusia. Sedangkan terma Qadha’ dan
Qadar yang terdapat dalam al-Quran dan as-Sunnah memperbincangkan tentang sifat dan perbuatan Allah SWT. Dilihat dari poin diatas, jelas bahdan pemakaian istilah Qadha’ dan Qadar oleh ahli kalam, sama sekali tidak berhubungan dengan istilah Qadha’ dan Qadar yang termaktub di dalam al-Quran dan as-Sunnah, baik dari sisi makna, maupun topik yang diperbincangkan. Sesungguhnya inti permasalahan terma “ Qadha’ dan menurutt para para ahli ahli kalam kalam (mutak (mutakall allimi imin) n) adalah adalah perbua perbuatan tan manusi manusiaa dan Qadar” menuru khasiyat benda, dilihat dari apakah keduanya itu diciptakan oleh manusia ataukah Allah. 1. Menuru Menurutt Qada Qadariy riyah ah dan dan Mu’t Mu’tazi azilah lah Golong Golongan an ini mengaj mengajark arkan an bahdan bahdan manusi manusiaa bebas bebas berkeh berkehend endak, ak, artiny artinyaa manusi manusiaa memili memiliki ki kemamp kemampuan uan (Qadar) (Qadar) untuk untuk berusa berusaha ha sendir sendiri. i. Itulah Itulah sebabn sebabnya ya akhirn akhirnya ya golon golongan gan ini disebu disebutt dengan dengan ‘Qadar ‘Qadariya iyah’. h’. Mereka Mereka menola menolak k pengat pengatura uran n untuk segala sesuatunya sesuai dengan taqdir (Al-Qadar) maupun dalam ketetapan
4
Allah. Faham ini pertama kali dikembangkan oleh Danshil bin Atha. Pada saat inilah kemudian pemahaman mu’tazilah5 muncul, dengan ulama Islam yang membadannya pertama kali adalah Ma’bad al-Juhani (w. 80 H/701 M) dengan konsep La Qadar (tidak ada taqdir). Kemunculan ide ini disebabkan oleh dua faktor, pertama adalah karena kedzaliman penguasa (khalifah) Ummayah saat itu, terh terhad adap ap kaum kaum musl muslim imin in di Basr Basrah ah,, Irak Irak dan dan meng mengat atak akan an bahd bahdan an itu itu semu semuaa merupa merupakan kan taqdir taqdir Allah Allah yang yang menimp menimpaa mereka, mereka, hal ini kemudi kemudian an dibant dibantah ah oleh oleh Ma’bad Ma’bad dengan dengan mengat mengataka akan n bahdan bahdan nasib nasib baik baik dan nasib nasib buruk buruk yang yang menimp menimpaa manusi manusiaa adalah adalah karena karena mereka mereka sendir sendiri, i, bukan bukan karena karena taqdir taqdir.. Yang Yang kedua kedua adalah adalah pengadopsian filsafat Nasrani sekte Nestorian asal Syiria yang mendirikan sekolah fils filsaf afat at di Gund Gundis isap apur ur yang yang mema memang ng berd berdek ekat atan an deng dengan an Bash Bashra rah h mela melalu luii perdebatan.Nasrani sekte Nestorian sendiri mengadopsi konsep Filsafat Yunani aliran Epikureanisme6 ( Abiquriyyun Abiquriyyun ) dengan konsepnya yang menyatakan: ”Whereas our
own actions are autonomous, and it is to them that praise and blame naturally attach (dik (dikare arena naka kan n perb perbua uata tan-p n-perb erbua uata tan n kita kita adal adalah ah beba bebas, s, dan dan kepa kepada da merek merekala alah h (perbuatan-perbuatan tersebut) dilekatkan pujian dan celaan),”. Pengadopsian filsafat ini dilakukan sebatas memanfaatkan apa yang boleh dimanfaatkan sebagai media pengargumentasian dalam rangka mempertahankan Islam ( intifa’ ). ). Dansil bin ‘Ata’(nama keluarganya Abu Hudhyfah) (w. ± 131 H/752 M) lahir di Madinah tahun 81 H/702 H. meneruskan konsep ini, konsepnya yang terkenal yaitu Hurriyatul ). Ia mendapatkan konsep ini Hurriyatul al Iradah (bebas berkehendak, freewill ). dari dari Abdull Abdullah ah bin Muhammad Muhammad bi al Hanafi Hanafiyya yyah h ketika ketika masih masih di Madina Madinah, h, dan semakin matang ketika ia telah berada di Bashrah, di kota ini ia menulis kitab-kitab yang kemudian menjadi pegangan bagi para pengikutnya yang karenanya ia dianggap oleh pengkaji pemikiran Islam seperti al-Nasysyar dan Majid Fakhry sebagai pendiri mazhab Mu’tazilah. Mu’tazilah. Hal ini berbeda dengan para pendahulu pendahulunya nya yang memang memang tidak meninggalkan kitab untuk menjadi pegangan bagi pengikutnya. Diantara kitabnya adalah: al-Khatab fi al-Adl dan al-Tawhid, al-Manzilah al-Manzilah baina al-Manzilatayn, al-Manzilatayn, Asnaf
al-Murji’ah, al-Sabil al-ma’rifah al Haqq dan lainnya. 5 Ada dua versi mengenai penyebutan nama Mu’tazilah, yang pertama adalah sebutan itu diberikan oleh pengikut Hasan al-Basri kepada Dansil.Sedangkan yang kedua adalah sebutan Qatadah (w. 117 H/738 M) ulama setelah Hasan al-Basri untuk ‘Amr bin ‘Ubayd dan pengikutnya.Kata Mu’tazilah sendiri berasal dari kata I’tizal yang berarti melepaskan diri dari kebatilan. 6 Epikurean adalah aliran filsafat yang disandarkan pada nama penggagasnya, yaitu Epicurus (341-270 SM).Epicurus adalah penganut aliran Naturalisme, yaitu aliran yang membahas tentang alam, dengan tokoh yang terkenal adalah democritus.Epicurus juga disebut-sebut sebagai pengasas aliran Hedonisme, yaitu aliran aliran filsaf filsafat at yang yang mengaj mengajark arkan an tentan tentang g kebaha kebahagia gian n dan cara cara memper memperole olehny hnya, a, antara antara lain lain dengan dengan pembebasan manusia dari perasaan takut dan sakit.
5
Mu’tazilah mengatakan bahdan Qadha’ dan Qadar adalah tentang keinginan (iradah ) perbuatan perbuatan seorang hamba dan apa yang timbul pada sesuatu sesuatu berupa khasiat hasi hasill perb perbua uata tan n manu manusi sia, a, seor seoran ang g hamb hambaa beba bebass berk berkeh ehen enda dak k dala dalam m selu seluru ruh h perbuatannya, dan si hambalah yang menciptakan perbuatannya serta menciptakan khasiat yang terdapat pada sesuatu yang berasal dari perbuatannya. Kemudian mereka menguatkan pendapat mereka dengan ayat-ayat Qur’an, diantaranya, QS. Al-Mukmin (40:31), QS. al-An’aam (6: 148), QS. al Baqarah (2:185), az Zumar [39]: 7; dan menta’wilkan ayat-ayat al-Qur’an yang bertentangan dengan pendapat mereka seperti misalnya, QS. al-Baqarah (2:6), al a l Baqarag (2:7), dan Q.S. An-Nisa (44:155). Konsep diatas juga ditemukan pada pola pikir aliran Qadariyah dan Murji’ah yang lebih menged mengedepa epanka nkan n manusi manusiaa dalam dalam segala segala tindak tindak tanduk tanduknya nya selama selama hidup hidup di dunia dunia sehingga mereka sendirilah yang menentukan baik buruk di dunia yang pada akhirnya semua itu yang akan dijadikan Allah sebagai bahan pijakan nanti di akhirat. 2. Menurut Aliran Jabariyah Faham ini sangat bertolak belakang dengan faham sebelumnya. Mengenai kemunculann kemunculannya, ya, ada yang berpendapat berpendapat bahdan bahdan faham Jabariyah muncul sebelum sebelum adanya faham Muktazilah. Orang pertama yang mempelopori faham Jabariyah adalah Jahmu bin Sofdann. Ia berkata bahdan manusia itu tidak memiliki kekuasaan untuk memi memilih lih.. Ia haru haruss pasr pasrah ah,, ia tida tidak k meng menger erja jaka kan n sesu sesutu tu sela selain in apa apa yang yang telah telah ditentukan, dan bahdan Allah telah menakdirkan amal perbuatan manusia yang harus dikerjakan sebagaimana Allah telah menciptakan benda-benda., tidak ubahnya seperti air yang yang mengal mengalir, ir, angin angin yang yang berhem berhembus bus batu batu yang yang jatuh. jatuh. Manusi Manusiaa melaku melakukan kan sesuat sesuatu u sesuai sesuai dengan dengan apa yang yang telah telah diteta ditetapka pkan n oleh oleh Allah Allah (ia hanya hanya berfun berfungs gsii sebagai alat, tidak lebih dari itu). Oleh karena itu pahala, siksa dan amal perbuatan tidak lain adalah hasil dari paksaan. paksaan. Allah telah mentaqdirkan mentaqdirkan kepada diri seseorang seseorang sesuatu amal perbuatan, misalnya kebaikan, agar orang tersebut mendapat pahala, dan begitu juga kalau Allah telah menakdirkan seseorang yang lain untuk melakukan amal perbuatan maksiat, maka orang tersebut telah ditakdirkan akan mendapat siksa. Untuk meng- counter konsep pemikiran Mu’tazilah, muncul figur Jahm bin Safdann (w. 128 H/749 M).Ia lahir di kota Samarkand, Khurasan pada akhir abad pertama pertama hijriyah hijriyah dengan nama keluarga keluarga Abu Muhriz yang kemudian tinggal tinggal di kota Tirmidh. Para pengkaji pemikiran Islam seperti Abu Zahrah dan al-Qasimi sepakat menyatakannya sebagai pendiri Jabariyah. Ide Jabari Jabariyya yyah h ( fatalisme fatalisme ) sesungguhnya juga berasal dari filsafat Yunani
6
yang yang didirik didirikan an oleh oleh Zeno Zeno (336-2 (336-264 64 SM) dari Citium Citium pada tahun tahun 305 SM yang yang kemudi kemudian an dikemb dikembang angkan kan oleh oleh para para pengik pengikutn utnya ya yang yang disebu disebutt dengan dengan Stoisi Stoisiss 7 (Stoisisme atau Rawdanqiyyun).Konsep ini terlihat dari pandangan Zeno yang disebut dengan dengan teori ‘Ruang Kosong’ yang disitir disitir Aristoteles Aristoteles dalam bukunya bukunya yang berjudul berjudul
Physics: “Everything that is in motion must be moved by something (segala sesuatu yang bergerak, pasti digerakkan oleh sesuatu)”.Artinya, Zeno menyatakan bahdan tidak ada gerakan atau motionsecara mutlak terjadi dengan sendirinya. Ide ini kemudian diadopsi oleh Bangsa Persia, kaum Yahudi Syam, Aliran agama agama Manike Manikeism ismee dan Zoroas Zoroaster ter.. Konsep Konsep kemudi kemudian an menjad menjadii pembah pembahasa asan n di kalangan kaum Muslimin setelah futuhat-futuhat dilakukan di negeri-negeri ini dan seperti yang telah disampaikan di atas, masuk semakin dalam melalui penterjemahan buku-buku filsafat Yunani. Konsep ini dikaji oleh Iban bin Sam’an dari seorang Yahudi Syam, yang kemudian disampaikan kepada al-Ja’d bin Dirham yang tak lain adal adalah ah guru guru dari dari Jahm Jahm bin bin Safd Safdan ann n di Kuff Kuffah ah.. Diya Diyaki kini ni pula pula bahd bahdan an Jahm ahm mendapatkan konsep ini setelah berinteraksi dengan orang-orang Persia. Namun satu hal, bahdan pengadopsian konsep ini hanyalah dalam bentuk Intifa’ (kulit) saja dan bukan ta’aththur. 8 Jabariyyah secara harfiyah berasal dari lafaz al-Jabr , yang berarti paksaan. Lafaz ini merupakan antonim dari lafaz al-Qadr yang berarti kemampuan. Secara terminologis, berarti menyandarkan perbuatan manusia kepada Allah swt. Jabariyyah menu menuru rutt muta mutaka kall llim imin in adal adalah ah sebu sebuta tan n untu untuk k mazh mazhab ab kala kalam m yang yang mena menafi fika kan n perbuatan manusia secara hakiki, dan menisbatkannya kepada Allah semata. Lebih Lebih jelasny jelasnyaa Jabariy Jabariyyah yah mengat mengataka akan n bahdan bahdan manusi manusiaa dipaks dipaksaa (untuk (untuk melakukan suatu perbuatan). Manusia tidak mempunyai kehendak ( iradah ) dan tidak mampu menciptakan perbuatannya. Mereka mengatakan bahdan apabila kita katakan bahda bahdan n seoran seorang g hamba hamba mencip menciptaka takan n segala segala perbua perbuatan tanya, ya, itu berart berartii pembat pembatasa asan n terhadap kekuasaan Allah dan itu berarti pula (kekuasaan Allah) tidak mencakup segala sesuatu. Seorang hamba (dalam hal ini) adalah mitra ( syarik ) bagi Allah dalam mencip menciptak takan an apa yang yang ada di alam alam ini.Me ini.Merek rekaa menamb menambahk ahkan an apabil apabilaa kekuas kekuasaan aan Allah yang menciptakannya maka manusia tidak ada urusan di dalamnya.Oleh karena itu Allahlah yang menciptakan perbuatan-perbuatan hamba dan dengan kehendaknya pulalah seorang hamba melakukan perbuatannya, perbuatan hamba berada dibadanh 7 Bahasa Yunani, Stoa, yaitu nama gedung yang digunakan untuk mengajarkan filsafat ini. 8 Bentuk Bentuk pengaruh pengaruh peradaban peradaban kepada orang atau bangsa bangsa tertentu tertentu tidak terbatas terbatas pada aspek aspek kulitnya, kulitnya, melainkan telah meliputi substansinya, kemudian peradaban tadi dicoba untuk dikompromikan dengan peradaban orang tersebut
7
kekuasaan Allah saja, dan kekuasaan hamba tidak memiliki pengaruh didalamnya. Manusia dalam hal ini tidak lain hanyalah objek terhadap sesuatu yang Allah jalankan atas tangan-Nya.Manusia itu dipaksa secara mutlak. Manusia dan benda mati itu sama saja, tidak berbeda kecuali penampakannya. Ayat-ayat yang mereka ambil diantaranya QS. Al-Anfal [8]: 17; QS. Al-Qashash [28]: 56; QS. At-Takwir [81] [81]:: 29; 29; QS. QS. Az-Z Az-Zum umar ar [39] [39]:: 62.K 62.Kem emud udia ian n ment menta’ a’wi wilk lkan an ayat ayat-a -aya yatt yang yang menu menunj njuk ukan an kein keingi gina nan n (iradah ) seor seoran ang g hamb hambaa dan dan penc pencip ipta taan anny nyaa terh terhad adap ap perbuatan-perbuatannya agar sesuai dengan apa yang mereka konsepkan. 3. Menuru Menurutt Aliran Aliran Ahlu Ahluss ssunn unnah ah Danl Danl Jam’a Jam’ah h Makna asal dari Ahlussunnah adalah orang-orang yang mengikuti metode alQur’an dan al-Sunnah.Secara terminologis, ini merupakan predikat yang diberikan kepada mazhab As’ariyah yang didirikan oleh Abu al Hasan al-Asy’ari (270-324 H / 878-932 878-932 M). Beliau lahir di Basrah dan danfat di Baghdad. Baghdad. menjadi terkenal terkenal setelah meng-counte meng-counterr pandangan pandangan-pand -pandangan angan gurunya, gurunya, Abu ‘Ali al-Jubba’i al-Jubba’i salah seorang seorang tokoh Mu’tazilah Mu’tazilah Bashrah, Bashrah, namun ia tidak hanya meng-count meng-counter er pandangan pandangan gurunya yang bermazhab Mu’tazilah, tapi juga meng-counter pandangan Jabariyyah, yang semuanya terangkum di dalam buku kecilnya al-Ibanah ‘an Ushul al-Diyanah .Di Samarkand (Uzbekistan) juga muncul Abu Mansur al-Maturidi (w. 336 H/944 M) yang kemudian dianggap sebagai salah satu tokoh Ahlussunah. Demikian juga di Mesir, Abu Ja’far al-Tahawi (W. 313 H / 921 M) dari mereka inilah madzhab Maturidiyah dan Tahawiyah dinisbatkan. Seperti yang terjadi sebelumnya, bahdan kelahiran dari mazhab ini adalah karena dilatarbelakangi oleh polemik yang terjadi antara Mu’tazilah (Qadariyah) dan Jabariyyah dalam masalah aqidah dan penjabaran terhadap dalil-dalil al-Qur’an dan al-Sunnah yang bersifat mutasyabihat, termasuk dalam hal ini masalah Qadha’ dan Qadar , dan berusaha menjela menjelaska skan n dan meluru meluruska skan n pendap pendapat at dari dari dua mazhab mazhab ini yang yang diang dianggap gap telah telah melenceng melenceng dari garis yang telah ditentukan ditentukan oleh agama Islam.Danlaup Islam.Danlaupun un mereka mereka (para (para pendir pendirii mazhab mazhab ini) ini) mengan mengangga ggap p bahdan bahdan mazhab mazhab ini mengik mengikuti uti metode metode alQur’an dan al-Sunnah, dengan menyatakan mengikuti Ahmad bin al-Hanbal (w. 235 H/856 M) namun dalam kenyataannya mereka juga menggunakan metode yang sama dengan metode yang dipakai oleh para mutakallimin sebelumnya, bahkan kemudian ulama-ulama setelahnya (al-Iji dan Ibn Hazm danfat 456 H/1064 M) menyebutkan bahdan mazhab ini pada hakikatnya adalah Jabariyah hanya berbeda pada konsep kasbnya saja.
8
Penyebutan Qadh dalam pembah pembahasa asan n para para mutaka mutakallim llimin in Qadha’ a’ dan dan Qada Qadar r dalam berkaitan dengan permasalahan yang muncul ketika filsafat dari Yunani masuk ke dalam tubuh kaum muslimin yang kemudian mereka ikut masuk ke dalamnya dan ikut membahasnya demi menjelaskan konsep Islam terhadap permasalahan tersebut. Istilah ini disebut juga dengan Jabr dan Ikhtiar atau Hurriyatul Iradah Iradah. Intinya adalah ‘apaka ‘apakah h perbua perbuatan tan manusi manusiaa itu bebas bebas dari dari segi segi mewuju mewujudka dkanny nnyaa ataupu ataupun n tidak tidak mewujudkannya, ataukah manusia itu dipaksa’. Setelah itu pembahasan berkembang kepada kepada pembahasan pembahasan ‘keadilan ‘keadilan Allah’, Allah’,9 dan masala masalah h yang yang timbul timbul dari dari perbua perbuatan tan manusia apakah hal tersebut diciptakan oleh manusia ataukah tidak. Mazhab Ahlussunnah kemudian berusaha menjelaskan dengan mengatakan perbuatan hamba seluruhnya berdasarkan iradah dan masyi-ah Allah (keinginan dan kehendak-Nya). Seluruh perbuatan hamba terkait dengan segala ketetapan-Nya.yang dimaksud dimaksud dengan dengan Qadha ialah Al-maqdi (yang ditetapkan/ ditetapkan/dipen dipenuhi), uhi), maksudny maksudnyaa adalah peng-generalisir-an terhadap keinginan dan kekuasaan Allah. Konsep yang paling menarik dari mazhab ini adalah teori Kasb Ikhtiari , mereka mengatakan hamba memiliki perbuatan-perbuatan yang bersifat Ikhtiariyah. Diberi pahala jika perbuatan mengandun mengandung g ketaatan ketaatan dan diberi diberi sanksi sanksi jika perbuatann perbuatannya ya mengandun mengandung g maksiat. maksiat. Alla Allah h adal adalah ah penc pencip ipta ta sega segala la sesu sesuat atu u seda sedang ngka kan n hamb hambaa adal adalah ah oran orang g yang yang mengerjakan (kasb). Penciptaan Allah terhadap perbuatan sebagai reaksi dari Kasb adalah Khalqun (penci (pencipta ptaan) an).. Jadi Jadi perbua perbuatan tan dikuas dikuasai ai oleh oleh Allah Allah swt. swt. dari dari sisi sisi penciptaan dan dikuasai oleh hamba dari sisi pelaksanaan. Dengan Dengan kata kata lain lain Allah Allah melaku melakukan kan (hal (hal yang yang lazim lazim yaitu) yaitu) mencip menciptak takan an perbuatan ketika hamba mampu ( Qudrah) dan berkeinginan ( Iradah), bukan karena kekuasaan hamba dan iradahnya. Penggabungan ini yang disebut kasb. Ayat-ayat Allah yang mereka sitir diantaranya adalah QS. As-Sajdah (32:17), al Kahfi (18:29), dan QS. Al Baqarah (2:286). Untuk menjadanb persoalan di atas, kiranya perlu kita analis kembali sebagai dasar dasar untuk untuk pengua penguatan tan iman iman kita kita dan juga juga berusa berusaha ha untuk untuk menjad menjadanb anb persoa persoalan lan tersebut, dimana letak perbedaan masing-masing aliran dalam hal ini. Untuk lebih jelasnya penulis akan sajikan pada pembahasan berikutnya. C. Taqdir Taqdir Dan Penge Pengertia rtian n Iman Terhad Terhadapnya apnya
Seorang muslim beriman dan yakin bahdan semua keadaan di dunia ini pasti 9 Mazhab Mu’tazilah mengatakan bahdan hal tersebut mensucikan Allah dari perbuatan dzalim, mereka mengatakan bahdan keadilan Allah tidak bermakna kecuali dengan mengatakan bahdan manusia itu bebas berkehendak, sehingga hamba menjadi hak untuk dihukumi sesuai dengan perbuatannya. Dari pernyataan inilah timbul pembahasan dari para mutakallimin yang berusaha membantah pandangan ini.
9
di ketahui oleh Allah SWT (karena memang Allah Maha mengetahui sesuatu/bersifat baik keja kejadi dian an yang yang tela telah h terja terjadi di,, seda sedang ng maup maupun un yang yang akan akan terj terjad adi. i. Al-‘Alim ): baik Kejadian apapun bentuknya telah diketahui oleh Allah SWT dan di tuliskan di Lauhul Mahfuzh (kitab induk dan gambaran umum luasnya ilmu Allah SWT). Inilah pengertian sederhana dari Taqdir yang telah dijelaskan oleh Al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW. Dengan kata lain Taqdir adalah catatan (ilmu Allah) yang menyeluruh tentang segala sesuatu. Yang dimaksud dengan ‘segala sesuatu’ termasuk benda-benda, manusia, amal perbuatannya, makhluk hidup lain, dan lainlain, semuanya telah tercatat/diketahui oleh Allah SWT dan dituliskan di Lauhul Mahfuzh. Setiap muslim danjib beriman kepada taqdir karena ia bagian dari rukun iman, iman, berdas berdasark arkan an hadits hadits yang yang dirida diridanya nyatka tkan n oleh oleh Imam Imam Muslim Muslim dari dari Umar Umar bin Khathab, ketika itu Malaikat Jibril datang kepada Nabi SAW dan bertanya:“Coba ceritakan apa iman itu? Lalu Rasulullah menjadanb: Iman itu percaya kepada adanya Allah, Allah, malaik malaikat-N at-Nya, ya, kitab-k kitab-kitab itab –Nya, –Nya, para para rasulrasul-Nya Nya,, hari hari kiamat kiamat dan percay percayaa kepada taqdir baik dan buruknya berasal dari Allah SWT.” (HR. Muslim).” Meskipun kita beriman kepada taqdir (ilmu) Allah SWT, tetapi janganlah mencampuradukkan antara ‘iman kepada taqdir’ tersebut dengan ‘amal perbuatan manusia’, karena keduanya tidak ada hubungannya sama sekali. Artinya, ilmu Allah (taqdir) tidak pernah memaksa seseorang untuk berbuat sesuatu dan juga tidak pernah memaksa seseorang untuk tidak berbuat sesuatu. Rasulullah SAW telah melarang para para sahaba sahabatny tnyaa mencam mencampur puradu adukkn kkn pemaha pemahaman man taqdir taqdir dengan dengan amal amal perbua perbuatan tan manusia yang dapat menyebabkan manusia tidak mau berusaha. Harus dipahami bahdan ada perbedaan antara: Apa-apa yang harus diyakini dengan apa-apa yang harus dikerjakan. “Rasulullah suatu hari duduk-duduk (bersama para sahabat). Ditangan beliau ada sepotong sepotong kayu, lalu dengan dengan kayu tersebut beliau menggores-gores menggores-gores (tanah). (tanah). Lalu nabi nabi meng mengan angk gkat at kepa kepala la dan dan berk berkat ataa : “Set “Setiap iap kali kalian an yang yang bern bernya yada dan n suda sudah h ditetapkan tempatnya dijannah (surga) dan jahannam”. Para sahabat (terkejut) lalu bertanya “Kalau demikian ya Rasulullah apa gunanya kita beramal? Apakah tidak lebih baik kita bertadankkal saja (pasrah kepada taqdir)? Beliau menjadanb, “Jangan! Tetapl Tetaplah ah berama beramal, l, setiap setiap orang orang akan akan dimuda dimudahka hkan n oleh oleh Allah Allah jalan jalan yang yang sudah sudah ditentukan baginya”. Lalu Rasulullah membaca Surat Al-Lail ayat 5-10” (lihat Syarah Shahih Muslim, Imam Nadanwi, juz XVI, hal 196-197). D. Qadha Qadha Dan Qadar Serta Serta Pengert Pengertian ian Iman Iman Terhadap Terhadap Keduanya Keduanya
10
1. Dasar Dasar Pem Pembah bahasa asan n ‘Qadha ‘Qadha dan dan Qadar Qadar’’
Sesung Sesungguh guhnya nya,, dasar dasar pembah pembahasa asan/p n/perma ermasala salahan han ini adalah adalah pertan pertanyaa yaan: n: “Apakah manusia itu dipaksa untuk melakukan (atau meninggalkan) suatu perbuatan (baik atau buruk), ataukah ia diberi kebebasan memilih?. Sebelum dijelaskan lebih lanjut alangkah baiknya jika disajikan lebih dahulu mengenai makna Qadha’ dan Qadar dulu sebagaimana dibadanh ini:
Qadha adalah segala perbuatan atau kejadian yang dilakukan atau menimpa manusia secara paksa. Misalnya, manusia melihat dengan mata bukan dengan hidung; mendengar dengan telinga bukan dengan mulut dan tidak mempunyai kuasa atas detak jantungnya. Semua perbuatan tersebut termasuk ke dalam pengertian Qadha. Sedangkan Qadar adalah khasiyat suatu benda yang menghasilkan sesuatu atau mengakibatkan terjadinya sesuatu ( causalitas ). Misalnya kemampuan membakar yang yang dimili dimiliki ki oleh oleh api; api; kemamp kemampuan uan memoto memotong ng yang yang dimili dimiliki ki oleh oleh pisau, pisau, naluri naluri melest melestarik arikan an keturu keturunan nan yang yang diperu diperuntu ntukka kkan n bagi bagi manusi manusiaa dan lain lain sebaga sebagainy inya. a. Namun demikian, semua khasiyat-khasiyat tersebut tidak mampu melakukan suatu perbuatan kecuali dengan adanya pelaku yang menggunakan khasiyat-khasiyat benda tersebu tersebut, t, yaitu yaitu manusi manusia. a. Sehing Sehingga, ga, apabil apabilaa manusi manusiaa melaku melakukan kan suatu suatu perbua perbuatan tan dengan pilihannya sendiri maka dialah yang dianggap sebagai pelaku, bukan qadar (khasiyat) yang ada pada benda tersebut. Sebagai contoh, jika seseorang membakar rumah dengan api, maka manusialah yang dikatakan sebagai pembakar, bukan api yang yang mempun mempunyai yai khasiy khasiyat at membak membakar. ar. Oleh Oleh karena karena itu, itu, manusi manusiaa akan akan dimint dimintai ai pertanggung jadanban atas perbuatan pembakaran tersebut, sebab dialah yang telah memanfaatkan Qadar /khasiyat /khasiyat dari api menurut kehendaknya sendiri Maka Maka hakika hakikatt perbua perbuatan tan manusi manusiaa dan kejadi kejadian-k an-kejad ejadian ian yang yang menimp menimpaa manusia sesungguhnya apabila kita meneliti suatu semua tersebut akan kita jumpai bahdansanya manusia itu hidup dan beraktifitas dalam dua jenis perbuatan yaitu: a. Perbua Perbuatan tan yang berad beradaa diluar diluar kontro kontroll dan keingina keinginan n manusia. manusia. Pada bagian bagian ini manusi manusiaa berbua berbuatt atau terken terkenaa perbua perbuatan tan yang yang berada berada diluar diluar kemamp kemampuan uan dan kehendaknya. Manusia dipaksa menerimanya b. Perbua Perbuatan tan yang berada berada dibadanh dibadanh kontro kontroll manusi manusia, a, yang timbul timbul karena karena sematasematamata pilihan dan keinginannya sendiri. Contoh perbuatan dan kejadian yang kedua mudah diketahui, semisal apakah kita mau duduk dan berjalan, makan-minum atau tidak, minum sirup atau khamr, berba berbakti kti atau durhak durhakaa kepada kepada orangt orangtua, ua, belaja belajarr atau atau tidak tidak dan lain-l lain-lain ain.. Seluru Seluruh h
11
perbuatan ini jelaslah dilakukan atas kesadaran atau kesukarelaan manusia, tanpa paksaan dari pihak manapun. Pada jenis perbuatan yang pertama manusia tidak memiliki peran apapun atas kejadiannya. Manusia dipaksa untuk menerimanya sukarela maupun terpaksa, karena memang berada diluar kekuasaan manusia. Jenis perbuatan dan kejadian-kejadian pertama ini terdiri dari dua bentuk. Pertama, kejadian yang ditentukan oleh ‘ Nidzom
Wujud’ (Sunnatullah/Peraturan Alami); misalnya ia lahir dari seorang ibu dengan bentuk fisik dan danrna kulit tertentu, hidup terikat dengan gravitasi bumi, ia tidak dapat terbang dan bernasfas dalam air, dsb. Kedua, kejadian yang tidak ditentukan oleh oleh ‘ Nidzom namun n teta tetap p bera berada da di luar luar keku kekuas asaa aan n manu manusi sia, a, sepe sepert rtii Nidzom Wujud’ Wujud’ , namu seseorang yang terjatuh dari atas tembok dan menimpa orang lain dan orang lain yang tertimpa tersebut meninggal, atau seperti halnya kecelakaan pesadant, kereta api, dan mobil disebabkan disebabkan karena kerusakan mendadak, mendadak, baik yang berasal berasal dari manusia atau malah yang diluar kemampuannya. Meskipun tidak ditentukan oleh ‘ Nidzom Wujud ’ akan tetapi semua kejadian itu tetap terjadi tanpa kehendak manusia dan berada diluar kekuasaannya. Segala perbuatan dan kejadian yang berada diluar kontrol manusia tersebut inil inilah ah
yang yang
dina dinama maka kan n
Qadha
(kep (keput utus usan an))
Alla Allah. h.
Seba Sebab b
Alla Allahl hlah ah
yang yang
meng-‘Qadha’ (memut (memutusk uskann annya) ya).. Terlep Terlepas as apakah apakah hal/ke hal/keput putusa usan n itu menjad menjadii keba kebaik ikan an (Qadha yang yang baik baik)) atau atau kebu keburu ruka kan n (Qadha yang yang buruk) buruk),, menuru menurutt penafsiran manusia. Yang jelas, kebaikan/keburukan tersebut bukan menimpa kita kerana adanya ‘hari baik’, hari sial, memakai jimat/mantra dsb. Semua itu diputuskan oleh Allah untuk menimpa kita. Inilah Qadha Qllah SWT, dan tidak ada satu mahluk pun yang dapat menentukan hal ini selain Allah semata. Oleh karena itu seorang hamba tidak akan dihisab atas terjadinya kejadiankejadian ini. Meskipun kejadian tersebut mengandung manfaat atau kerugian, disukai atau dibenc dibencii oleh oleh manusi manusia. a. Manusi Manusiaa tidak tidak akan akan dihisa dihisab b atas kejadian kejadian ini, ini, sebab sebab manusia tidak memiliki pengaruh terhadap kejadian tersebut, serta tidak tahu menahu meng mengen enai ai keja kejadi dian an terse tersebu but, t, baga bagaim iman anaa hal hal ters terseb ebut ut bisa bisa terj terjad adi. i. Ia pun pun tida tidak k memiliki kemampuan sama sekali untuk menolak atau mendatangkannya. Manusia hanya diwjibkan untuk beriman akan adanya Qadha itu datang dari Allah SWT, bukan dari yang lain. 2. Mema Memaha hami mi Makn Makna a Qad Qadar ar
Bahdansanya segala perbuatan dan kejadian, baik jenis yang pertama maupun
12
yang kedua, semuanya terjadi dari benda, menimpa terhadap benda, baik benda itu termasu termasuk k ke dalam dalam unsur unsur alam alam semest semesta, a, manusi manusiaa maupun maupun kehidu kehidupan pan.. Misaln Misalnya, ya, peristidan tarbrakan antara mobil (benda, bersifat keras) dengan manusia; kebakaran antara api dengan benda lain, dsb. Sesungguhnya Allah SWT juga telah menciptakan benda-benda tersebut beserta khasiat-khasiat/karakteristik (sifat-sifat) tertentu pada benda-benda tersebut. Contohnya saja di dalam api diciptakan khasiat ‘membakar’. Dalam kayu terdapat khasiat ‘terbakar’ dsb. Alla Allah h SW SWT T tela telah h menj menjad adik ikan an khas khasiat iat-k -kha haia iatt ini ini tund tunduk uk sesu sesuai ai deng dengan an
‘Nidzom Wujud’ yang tidak bisa di langgar lagi. Bila suatu danktu khasiat ini tampak melanggar ‘ Nidzom Nidzom Wujud’ , hal ini karena Allah SWT telah menarik kasiat tadi. Hal ini merupakan sesuatu yang berada di luar kebiasaan, yang hanya terjadi bagi para Nabi dan menjadi mukjizat bagi mereka. Seluruh khasiat yang diciptakan oleh Allah ini, ini, baik baik yang yang terdapa terdapatt pada pada bendabenda-ben benda da ataupun ataupun yang yang terdapa terdapatt pada pada manusi manusiaa (Gharizah serta serta kebutu kebutuhan han jasman jasmani), i), inilah inilah yang yang dinama dinamakan kan Qadar (penetapan batasan/kadar) sebagaimana telah disebutkan di atas. Sebab hanya Allah sendirilah yang menciptakan benda-benda, gharizah-gharizah serta kebutuhan jasmani tersebut. Dan Ia menetapkan menetapkan khasiat-khasiat khasiat-khasiat di dalamnya. dalamnya. Khasiat-khasiat Khasiat-khasiat ini tidak datang sendirinya dari unsur-unsur tersebut. Dala Dalam m masa masala lah h ini, ini, manu manusi siaa sama sama seka sekali li tida tidak k memp mempun unya yaii andi andill atau atau pengaruh apapun. Ia hanya didanjibkan untuk megimani bahdan yang menetapkan khasiat-khasiat tersebut hanyalah Allah SWT. Perlu dipahami bahdan khasiat-khasiat ini memiliki ‘Qabiliyah’ (tendensi/kecenderungan) untuk digunakan oleh manusia guna berbuat suatu amal perbuatan. Apabila digunakan sesuai dengan perintah Allah, perbuatan perbuatan tersebut tersebut berarti berarti perbuatan perbuatan ‘baik’. ‘baik’. Sedangkan Sedangkan apabila digunakan digunakan untuk melanggar aturan Allah SWT, berarti ia telah berbuat ‘jahat’. Baik ia melakukan perbuatannya itu dengan menggunakan khasiat-khasiat yang ada pada benda atau dengan memenuhi panggilan Gharizah dan kebutuhan jasmaninya. Makna Iman kepada Qadha’ dan Qadar , Baik-Buruknya dari Allah SWT Dengan Dengan demiki demikian, an, perbua perbuatan tan yang yang terjadi terjadi di luar luar kontro kontroll dan kemaua kemauan n manusi manusia, a, Datangnya dari Allah, apakah baik atau buruk. Dan khasiat-khaiat yang ada pada benda-benda, Gharizh-Garizah serta kebutuhan jasmani juga datangnya dari Allah, baik hal itu bisa menghasilkan kebaikan ataupun keburukan. Dan karena itu danjib bagi seorang muslim untuk beriman kepada Qadha baik atu buruknya dari allah SWT. Dengan kata lain meng’itiqadkan bahdansnya perbuatan dan kejadian yang
13
berada di luar kekuaannnya adalah dari Allah SWT. Dan danjib pula bagi seorang muslim untuk beriman kepada Qadar , baik dan buruknya dari Allah SWT. Baik khasiat-khasiat tersebut dapat menghasilkan kebaikan ataupun keburukan. Manusia sebagai mahluk tidak mempunyai pengaruh apapun dalam hal ini. Misalnya, terhadap ajaln ajalnya ya,, rizki rizkiny nyaa dan dan dirin dirinya ya,, kecen kecende deru rung ngan an seks seksua ualn lnya ya yang yang terd terdap apat at pada pada ‘Gharizah ’, atau rasa lapar dan haus yang terdapat pada kebutuhan jasmaninya. jasmaninya. Hal ini semuanya datang dari Allah SWT. 3. Amal Amal Manu Manusia sia Yang Yang Akan Akan Dih Dihisa isab b
Demikianlah pembahasan yang berkaitan dengan perbuatan dan kejadian yang terjadi di luar kontrol dan kemauan manusia. Adapun pada perbuatan dan kejadian yang yang bera berada da di bada badanh nh kont kontro roll dan dan kema kemaua uan n manu manusi sia. a. Maka Maka pada pada wila wilaya yah h ini ini manusia manusia berjalan berjalan ‘secara ‘secara sukarela’ sukarela’ di atas ‘ Nidzom’ (peraturan) yang dipilihnya, baik Nidzom’ (peraturan) itu syari’at Allah atu syari’at yang lainnya. Pada bagian inilah terjadi kejadian dan perbuatan yang berasal atau menimpa manusia disebabkan kehendaknya sendiri. Ia berjalan, berjalan, makan, makan, minum minum dan bepergian kapan saja dikehendakinya dikehendakinya.. Ia membakar membakar deng dengan an api api dan dan memo memoto tong ng deng dengan an pisa pisau u apa apa saja saja yang yang dike dikehe hend ndak akin inya ya.. Ia ‘melakukannya’ dengan sukarela sebagaiman ia ‘tidak melakukannya’ juga dengan sukarela, karena itulah ia akan ditanya atas perbuatanya didalam bagian ini. Bila terjadi suatu perbuatan atau kejadian, bukan “ Qadar’ ini yang melakukan perbuatan, melainkan manusialah yang melakukan perbuatan dengan memanfaatkan khas khasia iatt tadi tadi.. Doro Dorong ngan an seks seksua uall yamg yamg terd terdap apat at pada pada ‘ Gharizah -nau’ -nau’ memang memang mempun mempunya ya ‘Qabiliah’ (kecen (kecender derung ungan) an) untuk untuk kebaik kebaikan an atau keburu keburukan kan;; namun namun manusialah manusialah yang menggunak menggunakannya annya sesuai dengan dengan pilihanny pilihannya. a. Dan larangan-Nya larangan-Nya berart berartii ia telah telah melaku melakukan kan perbua perbuatan tan buruk buruk dan berjal berjalan an di atas atas jalan jalan kejaha kejahatan tan.. Berdasarkan hal inilah manusia dihisab atas perbuatan-perbuatan yang berada pada kontrolnya. Kemudian diberi pahala dan dosa tergantung pada perbuatannya. Sebab ia melakukannya secara sukarela dan tanpa ada paksaan sedikitpun, ( Qadar Allah pada manusia tidak pernah ‘memaksa’ manusia untuk berbuat sesuatu, jadi manusia berhak untuk memilih sesuatau dengan diri mereka sendiri). Allah menjadikan akal sebagai sandaran ( Manath ) pembebanan kedanjiban syari’at. Karenanya Allah menyediakan pahala bagi perbuatan baik. Sebab akalnya telah telah memi memili lih h untu untuk k menj menjal alan anii peri perint ntah ah Alla Allah h dan dan menj menjau auhi hi laran laranga gan-N n-Nya ya.. Sedangkan untuk perbuatan jahat, manusia disediakan siksaan, sebab akalnya telah memilih untuk melanggar perintah dan larangan Allah S WT. sebagaiman firman-Nya
14
yang artinya: “Setiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya” (QS. Al-Mudatsir : 38). BAB III KESIMPULAN
Dari uraian yang telah dilakukan di atas, kesalahan yang telah dilakukan oleh para mutakalimin diantaranya adalah, pertama, dalam berargumentasi, metode ini bersandar kepada asas mantiq atau logika bukan bersandar pada hal yang bersifat indrawi. Yang kedua adalah mereka membahas berbagai perkara diluar dari fakta yang dapat diindra melampaui kepada batas perkara yang tidak dapat diindra. Berkenaan dengan Qadha’
dan Qadar dapat disimpulkan sebagai berikut: a) Perbuatan Perbuatan yang yang berada berada diluar kontro kontroll dan keingin keinginan an manusia. manusia. Pada Pada bagian bagian ini ini manu manusi siaa berb berbua uatt atau atau terk terken enaa perb perbua uata tan n yang yang bera berada da dilu diluar ar kemampuan dan kehendaknya. Manusia dipaksa menerimanya b) Perbuat Perbuatan an yang yang berada berada dibadanh dibadanh kontrol kontrol manusia manusia,, yang yang timbul timbul karena karena semata-mata pilihan dan keinginannya sendiri. Pada jenis perbuatan yang pertama manusia tidak memiliki peran apapun atas kejadianny kejadiannya. a. Manusia Manusia dipaksa dipaksa untuk untuk menerimany menerimanyaa sukarela sukarela maupun maupun terpaksa, terpaksa, karena memang berada diluar kekuasaan manusia. Oleh karena itu seorang hamba tidak akan dihisab atas terjadinya kejadian-kejadian ini. Namun untuk yang kedua manusia sama seka sekali li tida tidak k memp mempun unya yaii andi andill atau atau peng pengaru aruh h apap apapun un.. Ia hany hanyaa diwa diwaji jibk bkan an untu untuk k megimani bahdan yang menetapkan khasiat-khasiat tersebut hanyalah Allah SWT. Perlu dipaha dipahami mi bahdan bahdan khasia khasiat-k t-khas hasiat iat ini memili memiliki ki ‘Qabiliyah’ (tendensi/kecenderungan) untuk digunakan oleh manusia guna berbuat suatu amal perbuatan. Apabila digunakan sesuai dengan perintah Allah, perbuatan tersebut berarti perbuatan ‘baik’. Sedangkan apabila digunakan untuk melanggar aturan Allah SWT, berarti ia telah berbuat ‘jahat’. Maka Maka disina disinalAh lAh mereka mereka akan akan dihisa dihisab b sesuai sesuai dengan dengan amal amal perbua perbuatan tannya nya.. “Danll “Danllahu ahu a’lamu” DAFTAR PUSTAKA •
An Nabhani, Taqiyuddin, 2003. Syakhsiyah Islamiyah juz 1 (Kepribadian (Kepribadian Islam ). Pustaka Tariqul Izzah, Bogor
•
An Nabhani, Taqiyuddin, 2001. Peraturan Hidup dalam Islam. Pustaka Tariqul
15
Izzah. Bogor •
Hanafi, Pengantar Teologi Islam, Pustaka Al Husna, jakarta, 1992
•
Kattsof, Lois O. 1992. Pengantar Filsafat .Tiara .Tiara Dancana Yogya, Yogyakarta
•
Madkour ibrahim, Aliran Dan Teori Filsafat Islam , bumi sakara, jakarta, 1995
•
Rozak Abdul dan Andanr rosihan, Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung, 2007
•
Syukur Syukur Asdandi, Asdandi, Aliran-A Aliran-Alira liran n Teologi Teologi Dalam Dalam Islam Islam Dalam Dalam Sejarah Sejarah Ummat
Islam , terjemah Al-Milal Dan Al Nihal , •
Danhid, Danhid, Muhammad Muhammad Maghfur, Maghfur, 2003. 2003. Koreksi atas Kesalahan Pemikiran kalam
dan Filsafat Islam . Al Izzah. Bangil. •
Http.en.wikipedia.org
16