A.W Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Pustaka Progresif, Surabaya,1997,hlm 1096.
Muhammad Ahmad, Tauhid Ilmu kalam, Pustaka Setia, bandung,1998, hlm. 136
Sayid sabiq, Aqidah islam ( ilmu Tauhid), Diponegoro, Bandung, 1989, hlm. 150.
Mubarok zaky, Aqidah Islam dan Ilmu kalam,Jogyakarta,UII Press Jogyakarta,2001.hlm.138-142.
KH. Ahmad Mudjab Mahalli dan H. Ahmad Rodli Hasbullah, Hadist-Hadist Muttafaq Alaih bagian Munakahat dan Mu'amalat,Jakarta: Prenada Media,2004. Hlm.573.
Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-Alitan Sejarah Analisis Perbandingan, Jakarta: UI Press, 1986, hlm. 102
Harun Nasution, op cit, hlm. 108
Muhammad ahmad , op,cit 137.
10
Kata Pengantar
Assalamu'alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan tepat, yang berjudul :
"TAKDIR"
Kami mengucapkan terima ksih kepada para pembimbing yang telah menyelesaikan tugas makalah ini, dan teman-teman yang telah membantu kami juga, kami ucapkan banyak teriam kasih.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga dengan makalah yang belum begitu sempurna ini bisa menambah wawasan dan ilmu kita. Aamiin ya Rabbal'Alamiin.karna sesungguhnya manusia tak luput fdari salah dan dosa.Maka, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, demi perbaikan meniju arah yang lebih baik.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan dalam makalh ini, semoga bermanfaat bagi kita semua.Aamiin ya Rabbal 'Alamiin.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb
Penyusun
I.PENDAHULUAN
Latar Belakang
Percaya kepada takdir termasuk salah satu rukun iman yang ke 6. Iman kepada takdir merupakan sesuatu kekuatan yang dapat membangkitkan kegiatan bekerja dan kegairahan berusaha, bahkan dapat merupakan dorongan yang positif untuk memperoleh kehidupan yang layak dan pantas di dunia ini, sebagaimana keimanan kepada takdir akan menghubungkan manusia dengan tuhannya, yang akhirnya seorang hamba akan menjadi seorang yang tidak enggan diperintah , tabah menghadapi kesukaran, berani membela ynag hak, dan berhati baja untuk merealisasikan hal-hal yang benar serta menetapi segala kewajiban yang dipikul padanya.
Banyak orang mengsalah artikan tentang takdir, sebagian orang menganggap bahwa dengan kita percaya pada takdir semua urusan kita kita serahkan pada Allah Swt, sedangkan kita sebagai hambanya hanya tnggal bersandar pada Allah Swt saja.
Disini kami akan memaparkan makalah yang kami buat yang bertemakan takdir
Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya para pembaca dan kami berharap agar masyarakat awam yang belum terlalu mengerti tentang takdir bisa memahami apa arti takdir yang sebenarnya agar tidak mengsalah artikan apa itu takdir yang sebenarnya.
Rumusan Masalah
Apa pengertian takdir ?
Apa empat prinsip beriman pada takdir ?
Apa macam-macam takdir ?
Bagaimana keberadaan takdir ?
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui pengertian takdir ?
Untuk mengetahui empat prinsip beriman pada takdir ?
Untuk mengetahui macam –macam takdir ?
Untuk mengetahui keberadaan takdir ?
II.PEMBAHASAN
Pengertian Takdir
Secara etimologis pengetian takdir berasal dari bahasa arab, qadara, yaqduru-qadran yang berarti kuasa mengerjakan sesuatu. Dan ketika membentuk kata takdir mempunyai makna yang ditakdirkan, ditentukan Allah. Kata tersebut juga mempunyai arti dugaan, perkiraan, hipotesis, berdasarkan atau perkiraan.
Percaya kepada takdir atau qadha dan qadar merupakan rukun iman yang ke- 6, atau terakhir. Beriman kepada takdir artinya seseorang mempercayai dan menyakini bahwa Allah telah menjadikan segala makhluk dengan kodrat dan irodat-Nya dan segala hikmah-Nya.
Dalam pengertian sehari-hari, qadha dan qadar disebut juga takdir, yang biasanya diartikan sebagai ketentuan Tuhan. Dari segi bahasa, qadha berarti kepuusan, atau ketetapan. Sedangkan qadar berarti ketentuan atau ukuran. Secara rinci pengertian qadha adalah ketentuan—ketentuan yang telah ditetapkan allah sejak zaman azali. Seperti: bulan mengitari matahari, api sifatnya membakar, nasib baik dan buruk, kamatian, jodoh, dan sebagainya. Sedangkan qadhar adalah sesuatu yang dapat diubah atau perwujudan dari ketentuan Allah yang telah ada sejak zaman azali.
Kepercayaan kepada qadha dan qadar allah secara ringkasnya adalah bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini, termasuk juga yang terjadi pada diri manusia, baik dan buruk, suka dan duka, dan segala gerak gerik hidup ini, semuanya tidaklah terlepas dari takdir atau ketentuan Illahi.
Pendek kata takddir atau qadha dan qadar Allah yang menguasai ala mini tidak terbantah adanya. Segi kehidupan di alam ini membuktikannya sendiri, karena itu orang Islam wajib mempercayainya. Allah berfirman dalam surah
Al-Hadiid: 22 .
. " Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (Tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan Telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah".
Dalam Al-Qur'an berkali-kali disebutkan masalah kadar atau takdir, seperti:
Segala sesuatu terlaksana dengan takdir Allah.
"Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang Sempurna dan yang bertambah. dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya".
Segala sesuatu dalam perbendaraaan takdir Allah.
" Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya[795]; dan kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu".
Segala sesuatu diciptakan dengan takdir.
" Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran."
Yang dapat diambil kesimpulan dari ayat-ayat yang tertera di atas itu bahwa maksud dan makna kadar atau takdir itu ialah sesuatu peraturan tertentu yang telag dibuat oleh Allah untuk segala yang ada dalam alam semesta yang maujud in
Beriman kepada takdir adalah sebagian dari kepercayaan atau akidah yang ditanamkan benar-benar dalam hati setiap muslim. Dalam hal ini takdir itu tidak ada pengertian paksaan. Hal tersebut dilandaskan oleh Imam Al-Khaththabi yang menyatakan bahwa : " Banyak orang mengira bahwa arti qadha dan qadar adalah pemaksaan yang dilaksanakan Allah kepada hamban-Nya untuk mengikuti apa saja yang telah digariskan menurut ketentuan dan keputusan-Nya. Padahal tidaklah demikian dan salah sekali apa yang mereka sangkakan itu. yang benar ialah bahwa arti takdir itu adalah sebagai nama untuk sesuatu yang telah ditakdirkan oleh pembuat Dzat yang maha menentukan.
Empat Prinsip Beriman pada Takdir
Perlu kita ketahui bahwa keimanan terhadap takdir harus mencakup empat prinsip . keempat prinsip ini harus diimani oleh setiap muslim.
Ilmu
Kita percaya bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Allah mengetahui apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi, termasuk juga proses kejadiannya. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah Swt sebagai berikut: .QS Al-Hajj (22):70.
" Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah Kitab (Lauh mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah"
Kitabah
Kita mempercayai bahwa Allah Swt telah menulis segala sesuatu di Lauh Mahfudz., dan tulisan itu akan tetap ada sampai hari kiamat. Allah telah menuliskan apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi.
dalam firman Allah QS Al-Hadiid (57):22.
. "Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (Tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan Telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah"
Masyiah
Kita percaya bahwa Allah Swt telah menentukan segala sesuatu baik di langit maupun di bumi sesuai dengan kehendaknya, sesuatu akan terjadi bila Allah menghendaki-Nya, dan pasti tidak akan terjadi jika Alllah tidak menghendaki. Hal ini dengan firman Allah QS Al-Insan (76):30.
."Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana".
Al-Khilq
Kita percaya bahwa Allah Swt telah menjadikan segala seauatu, selain Allah adalah makhluk, sedangkan Allah Swt adalah khaliq, Allah Swt Berfirman dalam QS Al-Furqan (25):2.
" Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya), dan dia Telah menciptakan segala sesuatu, dan dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya".
Keempat prinsip di atas meliputi perkataan, perbuatan, dan apa-apa yang tidak dilakukan hamba-Nya telah diketahui Allah , telah ditulis disisi-Nya, telah dikehendaki-Nya serta diciptakan-Nya.
Macam-Macam Takdir
Menurut para ulama, takdir itu ada dua macam:
Takdir Mu'allaq yaitu takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia.
Contoh: Seorang siswa yang ingin menjadi insinyur pertanian. untuk mencapai cita-cita nya itu ia belajar dengan tekun. Akhirnya apa yang dia cita-citakan menjadi kenyataan. Dalam hal ini Allah berfirman QS Ar-Ra'd ayat 11.
" Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaaan yang ada pada diri mereka sendiri.Dan Allah menghendaki adanya keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia."
Takdir Mubram, yaitu takdir yang terjadi pada diri mamnusi itu sendiri dan tidak dapat diusahakan atau tidak dapat ditawar lagi oleh manusia.
Contohnya: Orang dilahirkan dengan mata sipit. Kematian, jodoh dan jenis kelamin ketika kita lahir baik laki-laki atau perempuan kita tidak dapat memilihnya.
Keberadaan Takdir
Bukti adanya takdir Tuhan ini dapat dilihat pada diri manusia sendiri, sejak lahir sampai mati. Kapan dan dimana kita manusia lahir, ia tidak dapat memilihnya . dan ketika lahir ke dunia, manusia tidak memilih bapak atau ibi , tidak memilih bangsa dan tanah air. Bahkan juga tidak memilih jenis laki-laki atau perempuan, dan tidak memilih bentuk dan rupa tubuhnya sendiri, canttik dan buruk semua ieu telah ditentukan ( ditakdirkan) oleh Allah Swt dan manusia tinggal menerimanya saja.
Tentang Takdir manusia di dalam Rahim Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud R.A , dia telah berkata Rasulullah SAW, belaiu merupakan orang yang benar serta dipercaya brcerita kepada kmi bahwa: "Mula-mula ( sel laki-laki dan perempuan) dipertemukan dalam perut ibnunya selama empat puluh hari, selam empat puluh hari berikutnya akan menjadi "alaqah ( darah yang menggantung di dinding rahim), selama empat puluh hari, lagi akan menjadi segumpal daging. Kemudian Allah SWT mengtus malaikat untuk meniupkan roh di dalam rahim tersebut serta memerintahkannya supaya menulis empat perkara; yaitu; rizki, umur, amal perbuatan, dan kesengsaraan maupun kebahagiaannya. Maha Suci Allah SWT yang mana tiada tuhan selain Dzat-Nya, sesungguhnya, seseorang diantara kamu ada yang berperilaku sebagaimana yang dilakukan oleh penghuni surga sampai hidupnya hanya tinggal sehasta dari kematiannya tetapi disebabkan karna ketentuan takdir, niscaya dia akan merubah perilakunya dengan perbuatan yang dilakukan oleh penghuni neraka.(begitu juga), sesungguhnya, seseorang diantara kamu ada yang berperilaku sebagaimana yang dilakukan oleh penghuni neraka sampai hidupnya tinggal sehasta dari kematiannnya tetapi karna disebabkan karena ketentuan takdir, niscaya dia akan merubah perilakunya dengan perbuatan yang dilakukan oleh penghuni surga kemudian dia masuk surga.
Hadis diatas menjelaskan bahwa kejadian manusia itu melalui proses panjang. Empat puluh hari pertama merupakan pertemuan sel laki-laki dengan perempuan, empat puluh hari kedua berupa darah dan kemudian empat puluh hari kemudian tada-tanda kehidupan telah nampak. Pada saat janin mulai bergerak hidup, kemudian nasibnya ditentukan Allah SWT. Nasib tersebur meliputi rizki, umur, amal. Dan nasib baik maupun buruk.dan ketika empat puluh hari berkutnya Allah membuat untuk menciptakannya menjadi manusia, dan ketika itu janin akan diciptakan menjadi ;laki-laki atau perempuan ?, celaka atau bahagia,? Bagaimana rizkinya?, serta bagaimana pula umurnya?. Segala-galanya dicatat tatkala ia masih di dalam perut ibunya.
Jadi kesimpulannya bahwa keberadaan takdir itu sudah ada ketika seseorang belum dilahirkan dan semuanya itu adalah ketentuan dan takdir Allah Swt dan kita sebagai manusia tidak boleh menolaknya dan harus ( wajib) mempercayainya.
Hubungan Takdir Dengan Ikhtiar
Banyak pendapat berkaitan dengan keterlibatan usaha manusia dalam mewarnai takdir. Di antaranya adalah Al-jubba'I menerangkan bahwa manusialah yang menciptakan perbuatan-perbuatannya, manusia berbuat baik dan buruk, patuh dan tidak patuh kepada atas kehendak dan kemauan nya sendiri. Adapun daya untuk mewujudakan kehendak itu telah terdapat dalam diri manusia sebelum adanya perbuatan. doktrin Jabariyah berdasar atas suatu premis bahwa manusia dengan kreasinya karena Allah telah dianugerahi kapasitas atau kehendak. Oleh karena itu, istilah qadar ( kekuasaan) menghasilkan perbuatan-perbuatannya sendiri dank karena itu harus bertanggung jawab atasnya.
Menurut Doktrin Qadariyah bahwa perbuatan manusia bukanlah diciptakan Tuhan pada diri manusia, tetapi manusia sendirilah yang mewujudkan perbuatan. manusia adalah makhluk yang dapat memilih, artinya kehendak untuk berbuat adalah kehendak manusia,. Hal tersebut perlu ditegaskan bahwa untuk mewujudkan perbuatan, harus ada kemauan atau kehendak dan daya untuk melaksanakan kehendak itu dan kemudian barulah terwujud perbuatan itu.
Berbeda dengan pendapat di atas manusia tidak memiliki kemampuan untuk memilih, segala gerak dan perbuatan yang dilakukan manusia pada hakikatnya adalah dari Allah semata, manusia menurut mereka sama dengan wayang yang digerakkan oleh Ki-dalang, karena itu manusia tidak mempunyai bagian sama sekali dalam mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Pendapat inilah yang terkenal dengan Jabbariyah yang dipelopori oleh Jahm bin Shafwan
Menurut Asy'ary lebih memandang bahwa manusia adalah makhluk yang lemah, karena manusia bergantung pada kehendak dan kekuasaan Tuhan. Akan tetapi, manusia mempunyai peluang untuk memilih bergerak dan berusaha. Dengan demikian, timbul pertanyaan apa tidak berarti bahwa manusia itu serba terpaksa dalam perbuatannya sehinggan manusia tidak lagi merdeka dalm berbuat.
kebebasan manusia itu ada, akan tetapi kebebasan yang terbatas. Contohnya saja tidak jarang pula manusia gagal dalam usahanya, sekalipun dikerjakan dengan sekuat tenaga. Ini semua membuktikan bahwa manusia mempunyai kebebasan/ kemerdekaan dalam perbuatan-perbuatannya, akan tetapi kebebasan yang terbatas, jadi kebebasan manusia ialah kebebasan yang tidak mutlak,..karena itu usaha suatu usaha yang direncanakan manusia dapat berhasil, kalau hanya hal itu bersesuain dengan rencana yang lebih tinggi kedudukannya dan kekuatannya, yaitu rencana Tuhan.
Ikhtiar dan usaha manusia, tidak musti secara mutlak berhasil, Namun hal itu perlu dan wajib dilakukan. Dan sesudah ikhtiar, hendaknya orang juga berdo'a dan bertawakkal secara ikhlas kepada Allah, kalau ikhtiar kita bergasil. Allah yang punya karunia, kalau tidak berhasil Allah yang punya kuasa. Walaupun demikian, penempatan tawakkal tidak boleh keliru, Tawakkal letaknya ialah sesudah ikhtiar. Orang tidak dapat disebut tawakkal jika belum ikhtiar lebih dulu
Kepercayaan yang salah kepada Qadha dan Qadar menyebabkan terbunuhnya ikhtiar, tidak lagi orang mau bekerja, tetapi hanya berpangku tangan mengharapkan jatuhnya sesuatu dari langit. Segala sesuatu digantungkan kepada takdir, tanpa ada usaha. Akan tetapi, sebaliknya apabila ajaran qadha dan qadar dipercayai sebagaimana mestinya, tentulah ia menjadi sumber bagi bangkitnya . amal-amal ikhtiar manusia, bahkan menjadi sumber militansi untuk tidak menyerah.
Oleh karenanya ikhiar dan usaha membuat diri bertambah dekat kepada Tuhan, mengasah budi pekerti, akal, sehingga menjadi manusia yang mencapai derajat yang sempurna dengan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. Kebangkitan Islam sebagian besar adalah kepercayaan kepada takdir. Umat Islam yang telah mendapatkan siraman rohani ajaran Islam dengan sendirinya akan percaya akan adanya takdir. Percaya kepada takdir menjadikan pendorong dan semangat. Manusia ditakdirkan untuk hidup hanya satu kali, sehingga dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Oleh karenanya nasib kaum muslimin terletak dibawah kilatan pedangnya, sehingga harus berjihad, agama tanpa jihad adalah agama yang mati. Umat Islam menyerbu ke tengah-tengah musuh dengan gagah perkasa. Mereka tidak takut mati, karena mati di tangan Tuhan, kalau Tuhan menakdirkan celaka. Tidaklah ada suatu kecelakaaan menimpa diri.
Ketika kita kita sudah berusaha dan bertawakkal kepada Allah. hal tersebut bukan berarti langsung menyerahkan diri semuanya kepada Allah. karena tawakkal bukan berarti menghilangkan dan meninggalkan sarana dan usaha. Bahkan tawakkal tidak sah manakala tidak disertai dengan upaya untuk mencapai apa yang dibutuhkan manusia. Sarana-sarana yang ada dengan dengan disertai upaya merupakan perantaraan tawakkal yang sebenarnya. Ini artinya usaha dan sarana adalah modal utama, setelah hal tersebut dilakukan baru tawakkal dikerjakan.
Beriman kepada takdir bagi setiap orang islam bukan dimaksudkan untuk menjadikan manusia lemah, pasif atau manusia yang menyerah tanpa usaha. Bahkan dengan beriman kepada takdir mengharuskan manusia untuk berbangkit dan berusaha keras demi mencapai takdir yang sesuai dengan kehendak atau yang diinginkan.
Berkaitan dengan hal tersebut Allah Berfirman :
"Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri".