Subdurah hematom adalah penimbunan darah diruang subdural (antara lapisan duramater denga lapisan arachnoid)
Patogénesis y fisiopatología del hematoma subdural crónico
sadadasd
Palpebra HematomaDeskripsi lengkap
Hematoma
HematomaDeskripsi lengkap
pengertian hematoma
nDeskripsi lengkap
Palpebra Hematoma
tes
SUBDURAL HEMATOM
perdarahan subduralFull description
SUBDURAL HEMATOMA (SDH)
Defenisi: Merupakan penumpukan darah antara duramater dan arakhnoid mater (Ruang
subdural)
Lebih sering terjadi dibandingkan EDH
Mortalitas 60-70%
Gambaran pada CT Scan : Crescentic shaped (hiperdens bulan sabit)
Patogenesis:
a
Memar otak, coup/contra coup → laserasi arteri dan vena cortical.
b
Robekan bridging vein yang menghubungkan permukaan korteks dengan sinus vena duralis (Pada anak dan lansia)
c
Robekan dalam sinus duralis
Klinis: o
Gangguan Kesadaran awal
o
Gejala neurologis :
Pupil dilatasi
Hemiparesis
Refleks Patologis
Diagnosis: o
Klinis , dugaan ada lesi massa
o
X-foto kepala
: shift dari glandula Pinealis
o
Arteriografi
: avascular area
o
CT scan
: hiperdens bentuk semilunar
Berdasarkan perkembangan lesi hingga timbul gejala klinis maka SDH dibagi atas: 1. SDH AKUT
< 3 hari dari trauma
Gejala klinis: a
Adanya penurunan kesadaran
b
Kadang disertai lateralisasi
c
Mual, muntah, sakit kepala
CT Scan: Gambaran hiperdens bulan sabit/lentikuler
Terapi:
o
Bedah : kraniotomi, evakuasi hematoma, dekompresi
o
Terapi lanjutan untuk edema otak/lesi otak
Prognosis:
Mortalitas > 50%, tergantung : o
Umur
o
Kesadaran saat operasi
o
Kerusakan jaringan otak
o
Cepat/lambat perkembangan hematom
2. SDH SUBAKUT
3 hari-3 minggu setelah trauma
Klinis
< 1 Minggu
Mirip
SDH akut
> 1 Minggu
Mirip
SDH kronis
CT Scan
: gambaran hiperdens bercampur dengan isodens ataupun hipodens
Terapi
:
: sama dengan SDH akut tetapi kesadaran naik turun
a
Jika gambaran hiperdens lebih dominan
→ Trepanasi
b
Jika gambaran hipodens lebih dominan
→ Burr Hola Drainage
3. SDH KRONIS
> 3 minggu setelah trauma sering terjadi pada lansia oleh karena sudah terjadi atrofi otak sehingga jarak antara permukaan korteks dan sinus jauh sehingga rentan terhadap guncangan → Robekan pada bridging vein
Patogenesis :
Hematom terbentuk membran (kapsul) o
Kapsul luar
: Minggu I
o
Kapsul dalam
: Minggu II
o
Kapsul
: Membran osmotik
o
Menarik cairan dari luar (Osmotik ↑) Hematom membesar
o
Kapsul mengandung pembuluh darah baru. Terjadi perdarahan berulang intrakapsular Hematoma membesar
Klinis:
o
Biasanya cederanya ringan/trivial (25-50% SDH kronik
Anamnesa
tanpa riwayat trauma) o
Pada orang tua (Umur ≥ 50 tahun)
o
Yang dominan kesadaran naik turun
CT-Scan
Predisposisi SDH kronis :
: gambaran hipodens yang berbentuk bulan sabit (15-20% bilateral)
Arteriografi carotis : avascular area bentuk tergantung umur hematom :
Minggu I
: Hiperdens
Minggu II
: Isodens
Minggu > III : Hipodens
Terapi 1. Bedah
Burrhole drainage 2 lubang dan irigasi dengan PZ 3 liter
Bila pada tindakan boorhole drainage keluar cairan isodens/hipodens (cloth (-)) maka dilakukan drainage. Tetapi bila muncul cairan
hiperdense (cloth (+)) maka disetting trepanasi dengan incisi linear → Kraniotomi, evakuasi hematoma dan eksisi sebagian kapsul 2. Konservatif
Bed rest
Kortikosteroid
Cairan hipertonik
Ingat :
Terapi ini perlu waktu lama
Komplikasi kortikosteroid
Komplikasi cairan hipertonik
Pada SDH lesi biasanya terdapat ipsilateral dari pupil yang mengalami dilatasi dan kontralateral dari bagian yang mengalami defisit neurologis/motorik. Tetapi pada keadaan desakan pada pedunkulus serebri kontralateral kearah tentorium maka akan mengakibatkan defisit motorik ipsilateral (Kernohan ,s syndrome)
Mekanisme trauma
: AC-DC, perbedaan densitas tulang dan otak dimana tulang >
otak mengakibatkan apabila terjadi trauma, tulang akan melakukan akselerasi bergerak lebih dahulu dibandingkan tulang. Tekanan negative yang terjadi mengakibatkan regangan dan robekan pada bridging vein sehingga terjadi perdarahan (robekan arachnoid dan vena cortical akibat laserasi cortex).
Menurunkan TIK dengan drainage LCS transventrikel dan monitoring TIK, keduanya lebih penting dari pada operasi evakuasi hematoma dan dekompresi pada SDH tipis (tebal ≤ 10 mm)
Jika pada tindakan operasi evakuasi SDH tidak yakin bersih maka dilakukan pemasangan sub dural drainage dengan tujuan untuk drainage
SDH pada direct impact mekanismenya adalah robekan pada bridging vein dan terjadinya ICH kortikal
SDH yang disertai dengan adanya lesi intrakranial lain berarti terjadi seluruh mekanisme lesi patologis
Mekanisme terjadinya SDH kronis :
SDH
Reaksi inflamasi
Terbentuk outer membrane (dari jaringan fibrin)
Terbentuk inner membrane
Kapsul
Terisi cairan hiperosmotik
Neovaskularisasi
Fragile karena vaskularisasi yang Klot dalam kapsul menarik cairan liquor
SDH ≥
terbentuk tidak merata
Pecah → Rebleeding
Penderita COB dengan komplikasi SDH akut merupakan penyebab kematian utama pada COB dengan lesi massa intrakranial dimana angka kematian mencapai 42%-90%.
Kerusakan otak yang terjadi lebih berat karena mekanisme trauma yang hebat, kerusakan parenkim otak yang luas dan edema serebral
Secara patofisiologi, pengaruh cedera otak primer yang terjadi terhadap hasil akhir lebih penting daripada efek SDH itu sendiri sehingga kemampuan untuk mengontrol TIK lebih penting daripada waktu pelaksanaan evakuasi hematom.
Indikasi operasi SDH:
1. Pasien SDH tanpa melihat GCS : a
Dengan ketebalan > 10 mm
b
Atau midline shift (MLS) > 5 mm pada CT Scan
2. Pasien SDH dengan GCS < 9 : a
Ketebalan SDH < 10 mm dan pergeseran struktur midline, jika mengalami penurunan GCS lebih dari 2 poin atau lebih antara saat kejadian dengan saat MRS
b
Dan atau jika didapatkan pupil yang dilatasi asimetri atau fixed
c
Dan/atau TIK > 20 mmHg
3. Adanya efek massa: a
Ventrikel menyempit
b
Girus melebar, sulkus menghilang
c
Cysterna basalis menyempit
Subdural Hematoma
Lama
CT Scan
1-3 hari
Hiperdensitas
3 hari – 3 minggu
Mixed densitas (Fluid level)
> 3 minggu
Hipodensitas
Akut Sub Akut Kronik
SDH kronis didrainage karena: 1. Mengeluarkan sisa 2. Neovaskularisasi bisa pecah → SDH >> 3. Inhibisi CSF, difusi osmotik → SDH >> 4. Kapsul mengeluarkan eksudat