sudah menunjukkan perbaikan klinis, reakumulasi yang terjadi kembali, tidaklah perlu untuk dilakukan operasi ulang kembali . Kraniotomi dan membranektomi merupakan tindakan prosedur bedah yang invasif dengan tingkat komplikasi yang lebih tinggi. Penggunaan teknik ini sebagai penatalaksanaan penatalaksanaan awal dari perdarahan subdural kronik sudah mulai berkurang. Trepanasi/ kraniotomi adalah suatu tindakan membuka tulang kepala yang bertujuan mencapai otak untuk tindakan pembedahan definitif. Pada pasien trauma, adanya trias klinis yaitu penurunan kesadaran, pupil anisokor dengan refleks cahaya menurun dan kontralateral hemiparesis merupakan tanda adanya penekanan brainstem oleh herniasi uncal
dimana
sebagian
besar
disebabkan
oleh
adanya
massa
extra
aksial.
Indikasi Operasi: •
Penurunan kesadaran kesadaran tiba-tiba di depan mata
•
Adanya tanda herniasi/ lateralisasi
•
Adanya cedera sistemik yang memerlukan operasi emergensi, dimana CT Scan Kepala tidak bisa dilakukan.
a)
Perawatan Pascabedah Monitor kondisi umum dan neurologis pasien dilakukan seperti biasanya. Jahitan dibuka pada hari ke 5-7. Tindakan pemasangan fragmen tulang atau kranioplasti dianjurkan dilakukan setelah 6-8 minggu kemudian. Setelah operasipun kita harus tetap berhati hati, karena pada sebagian pasien dapat terjadi perdarahan lagi yang berasal dari pembuluh - pembuluh darah yang baru terbentuk, subdural empiema, irigasi yang kurang baik, pergeseran otak yang tiba-tiba, kejang, tension pneumoencephalus, kegagalan dari otak untuk mengembang kembali dan terjadinya reakumulasi dari cairan subdural.. Maka dalam hal ini hematoma harus dikeluarkan lagi dan sumber perdarahan harus ditiadakan. Serial skening tomografi pasca kraniotomi sebaiknya juga dilakukan Markam.
b)
Follow-up CT scan kontrol diperlukan apabila post operasi kesadaran tidak membaik dan untuk menilai apakah masih terjadi hematom lainnya yang timbul kemudian.
c)
Rehabilitasi • Berbaring lama dan inaktiviti bisa menimbulkan komplikasi gerakan seperti kontraktur, osteoporosis, dekubitus, edema, infeksi, trombophlebitis, infeksi saluran kencing. • Goal jangka pendek : 8
1) Meningkatkan spesifik area seperti kekuatan, koordinasi, ROM, balans, dan posture untuk mobilitas dan keamanan. 2) Pengobatan tergantung kondisi pasien kestabilan kardiopulmoner, fungsi musculoskeletal, musculoskeletal, defisit neurologi. 3) Rehabilitasi dini pada fase akut terutama untuk menghindari komplikasi seperti kontraktur dengan terapi fisik pengaturan posis, melakukan gerakan ROM (pergerakan sendi) dan mobilisasi dini. Terapi ini kemudian dilanjutkan dengan home program terapi yang melibatkan lingkungan dirumah. 4) Pada pasien tidak sadar dilakukan dengan strategi terapi coma management dan program program sensory sensory stimulation. Penanganan Penanganan dilakukan oleh tim secara secara terpadu dan terorganisis : dokter ,terapis, ahli gizi, perawat, pasien dan keluarga. Melakukan mobilisasi dini, rehabilitasi termasuk stimulasi, suport nutrisi yang adekuat, edukasi keluarga. d)
Prognosis Tindakan operasi pada hematoma subdural kronik memberikan prognosis yang baik, karena sekitar 90 % kasus pada umumnya akan sembuh total. Hematoma subdural yang disertai lesi parenkim otak menunjukkan angka mortalitas menjadi lebih tinggi dan berat dapat mencapai sekitar 50 %.
VII. Komplikasi Dan Outcome
Subdural hematom dapat memberikan komplikasi berupa : 1. Hemiparese/hemiplegia. 2. Disfasia/afasia 3. Epilepsi. 4. Hidrosepalus. 5. Subdural empiema Sedangakan Sedangakan outcome untuk subdural hematom adalah : 1. Mortalitas pada pada subdural hematom akut sekitar 75%-85% 2. Pada sub dural hematom kronis : -
Sembuh tanpa gangguan neurologi sekitar 50%-80%.
-
Sembuh dengan gangguan neurologi sekitar 20%-50%.
9
DAFTAR PUSTAKA
Hyperosmolar Therapy for Raised Intracranial Intracranial Pressure Pressure . Department Allan H. Ropper, M.D. Hyperosmolar
of Neurology, Brigham and Women’s Hospital, Boston . N Engl J Med 2012;367:74652. DOI: 10.1056/NEJMct1206321 10.1056/NEJMct1206321 Gazzeri R, Galarza M, Neroni M, Canova A, Refice GM, Esposito S. Continuous Subgaleal Suction Drainage For The Treatment Of Chronic Subdural Haematoma . Acta
Neurochir (Wien) 2007;149:973-4. Kristof R, Grimm J, Stoffel-Wagner B. Cerebrospinal Fluid Leakage Into The Subdural Space: Possible Influence On The Pathogenesis And Recurrence Frequency Of Chronic
Subdural
Haematoma
And
Subdural
Hygroma .
J
Neurosurg
2008;108(2)(Feb):275-80
10