STUDI TENTANG KENYAMANAN PEJALAN KAKI TERHADAP PEMANFAATAN TROTOAR DI JALAN PROTOKOL KOTA SEMARANG (STUDI KASUS JALAN MT. HARYONO SEMARANG)
SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Teknik Bangunan pada Universitas Negeri Semarang
Oleh : Lukman Wibowo NIM. 5114990023
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2006
i
HALAMAN PENGESAHAN STUDI TENTANG KENYAMANAN PEJALAN KAKI TERHADAP PEMANFAATAN TROTOAR DI JALAN PROTOKOL KOTA SEMARANG (STUDI KASUS JALAN MT. HARYONO SEMARANG)
Nama NIM
Oleh : : Lukman Wibowo : 5114 99 00 23
Telah dipertahankan di hadapan Sidang Dewan Penguji Skripsi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang pada : Hari Tanggal
: Jum’at : 31 Maret 2006
Susunan Panitia Ujian Skripsi Ketua
Sekretaris
Drs. Lashari, MT NIP. 131471402 131471402
Drs. Supriyono NIP. 131571560
Pembimbing I
Anggota Penguji
Ir. Didik Nopianto A.N, MT NIP. 132208841 132208841
1. M. Fathoni Setiawan, ST, MT NIP. 132207768
Pembimbing II 2. Ir. Didik Nopianto A.N, MT NIP. 132208841 Ir. Eko Budi Santoso NIP. 131931832 131931832 3. Ir. Eko Budi Santoso NIP. 131931832
Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang
Prof Dr. Soesanto NIP. 130 875 753 753 ii
HALAMAN PENGESAHAN STUDI TENTANG KENYAMANAN PEJALAN KAKI TERHADAP PEMANFAATAN TROTOAR DI JALAN PROTOKOL KOTA SEMARANG (STUDI KASUS JALAN MT. HARYONO SEMARANG)
Nama NIM
Oleh : : Lukman Wibowo : 5114 99 00 23
Telah dipertahankan di hadapan Sidang Dewan Penguji Skripsi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang pada : Hari Tanggal
: Jum’at : 31 Maret 2006
Susunan Panitia Ujian Skripsi Ketua
Sekretaris
Drs. Lashari, MT NIP. 131471402 131471402
Drs. Supriyono NIP. 131571560
Pembimbing I
Anggota Penguji
Ir. Didik Nopianto A.N, MT NIP. 132208841 132208841
1. M. Fathoni Setiawan, ST, MT NIP. 132207768
Pembimbing II 2. Ir. Didik Nopianto A.N, MT NIP. 132208841 Ir. Eko Budi Santoso NIP. 131931832 131931832 3. Ir. Eko Budi Santoso NIP. 131931832
Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang
Prof Dr. Soesanto NIP. 130 875 753 753 ii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi atau tugas akhir ini benar benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 20 Maret 2006
Lukman Wibowo NIM. 5114990023 5114990023
iii
SARI Lukman Wibowo (2005). Studi tentang Kenyamanan Pejalan Kaki Terhadap Pemanfaatan Trotoar Di Jalan Protokol Kota Semarang (Studi Kasus Jalan MT. Haryono Semarang). Skripsi, Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan, Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Kata Kunci : Kenyamanan, Pejalan Kaki, Trotoar. Perkembangan suatu kota sangat berkaitan pada faktor penduduknya, bergantung dari daya dukung lahan, dan kemampuan daerah tersebut ditinjau dari segi pendanaan atau anggaran biaya. Penataan kota menyangkut penempatan sarana yang diperuntukkan bagi masyarakat, sehingga adanya spesifikasi ruang dan kegiatan kota, dengan sendirinya menuntut adanya fasilitas yang memadai. Kota sebagai pusat kehidupan sebuah negara, harus disadari bahwa diperlukan sarana dan prasarana perhubungan untuk mampu menjangkau semua tempat yang dibutuhkan (pusat kegiatan) agar aktifitas masyarakat kota dapat berjalan secara lebih akseleratif Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, tingkat aktifitas kehidupan masyarakat Kota Semarang termasuk kategori cukup tinggi. Dengan demikian salah satu dukungan prioritas yang diperlukan adalah adanya sarana dan prasarana jalan yang memadai. Di Kota Semarang, aktifitas masyarakat untuk menjangkau tempat-tempat (lokasi) pusat kegiatan, bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan memakai alat transportasi kendaraan bermotor, dan dengan berjalan kaki. Bagi para pengguna kendaraan telah disediakan jalur-jalur lalu lintas jalan yang diatur sedemikian tertib. Begitu pula bagi para pejalan kaki, telah ada jalur trotoar yang disediakan secara khusus. Akan tetapi pada kenyataannya sekarang ini trotoar sudah tidak lagi difungsikan sebagaimana idealnya. Kebanyakan trotoartrotoar di Kota Semarang telah beralih fungsi. Trotoar banyak dipenuhi oleh bangunan-bangunan kecil yang bersifat permanen dan nonpermanen, seperti kios atau gerai pedagang kaki lima, pot tanaman taman kota, penempatan poster dan papan reklame, parkir kendaraan, kotak surat, pos polisi, dan berbagai jenis bangunan lain. Berdasarkan latar belakang ini, maka penulis tertarik untuk melakukan studi penelitian mengenai kenyamanan pejalan kaki dalam pemanfaatan trotoar di jalan protokol Kota Semarang. Kenyamanan merupakan salah satu nilai vital yang selayaknya harus dinikmati oleh manusia ketika melakukan aktifitas-aktifitas di dalam suatu ruang. Kenyamanan dapat pula dikatakan sebagai kenikmatan atau kepuasan manusia dalam melaksanakan kegiatannya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan antara lain : Sirkulasi, iklim atau kekuatan alam, bising, aroma atau bau-bauan, bentuk, keamanan, kebersihan, dan keindahan. Dalam penelitian ini kenyamanan yang akan dianalisis adalah tingkat kenyamanan pejalan kaki dalam pemanfataan trotoar jalan. Penelitian ini dilaksanakan di dalam Kota Semarang, dengan mengambil lokasi penelitian di Jalan MT. Haryono Semarang sebagai bahan studi kasus dalam spesifikasi pengambilan data penelitian. Sebagai salah satu jalan protokol, Jalan MT. Haryono dianggap signifikan dan representatif untuk dijadikan pilihan
iv
lokasi sebagai bahan studi kasus dalam melakukan penelitian. Panjang perlintasan Jalan MT. Haryono kurang lebih 6 kilometer. Sampel yang diambil berasal dari populasi penelitian, yakni para pejalan kaki yang melintas atau menempuh perjalanan di sepanjang Jalan MT. Haryono. Dalam penelitian ini jumlah volume populasi pejalan kaki adalah rata-rata 1036/12 jam pejalan kaki (sebagaimana terlihat dalam Tabel 3.1 tentang perhitungan volume pejalan kaki), dan dapat diambil sampel sebagai parameter perkiraan, yaitu sebesar 10% dari jumlah populasi yang diperoleh dari hasil perhitungan peneliti. Maka besar sampel dalam penelitian ini ditetapkan berjumlah 100 orang pejalan kaki. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah melalui teknik dokumentasi, angket, dan teknik wawancara ( interview). Sedangkan untuk metode analisis data yaitu dengan menguji coba angket melalui analisis uji coba validitas instrumen, dimana harga r xy (harga koefisien korelasi skor butir dan skor total) yang diperoleh dari perhitungan dikonsultasikan dengan harga r pada tabel product moment dengan α = 5%. Item soal angket dikatakan valid apabila harga r xy > r tabel. Untuk menguji reliabilitas angket penelitian, digunakan teknik analisa alpha. Harga r 11 (harga reliabilitas instrumen) yang diperoleh dari perhitungan dikonsultasikan dengan harga r pada tabel product moment dengan α = 5%. Instrumen dikatakan reliabel jika harga r 11 > r tabel. Dari perhitungan uji coba instrumen penelitian, diperoleh harga reliabilitas butir atau r 11 = 0,844 dengan N = 20, sedangkan r tabel = 0,444 pada taraf signifikasi 5 %. Karena r 11 > r tabel (0,844 > 0,444), maka butir soal tersebut dinyatakan reliabel. Hasil yang diperoleh dari perhitungan analisis deskriptif prosentase, (dalam 4 zona pengambilan sampel populasi) mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari seluruh faktor, baik itu dari 1) beberapa faktor umum (seperti : sirkulasi, cuaca, bising, aroma, bentuk, kebersihan, dan keindahan), 2) faktor keamanan atau keselamatan, dan 3) faktor kelengkapan fasilitas penunjang, adalah diperoleh bahwa dari jumlah responden sebanyak 100 pejalan kaki, dengan total skor 4198 menghasilkan 50,204% dan tergolong dalam kriteria kurang baik, dalam pemanfaatan jalur trotoar Jalan MT. Haryono Semarang. Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang meliputi, keteraturan sirkulasi, perlindungan terhadap cuaca, peredaman kebisingan, polusi udara, bentuk lanskep yang baik, kebersihan dan keindahan yang terjaga, terjaminnya rasa keamanan, serta kelengkapan fasilitas jalan, benar benar merupakan unsur-unsur pokok yang menunjang rasa kenyamanan pejalan kaki dalam pemanfataan jalur trotoar Jalan MT. Haryono Semarang.
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto : ♣
Allah yang baik, ajari aku untuk senantiasa ikhlas menerima segala takdir-Mu.
♣
Sesuatu yang prinsip mustilah diletakkan dalam hal-hal yang besar, sementara sikap welas asih memadai untuk hal-hal yang partikelir.
Dipersembahkan kepada : ♥
Ibunda dan ayahanda beserta keluarga tercinta Senyum panjenengan adalah surga dunia ini...
♥
Kanda Handoyo
...Bang, seluruh badai telah kita lalui. Nanti akan tiba saatnya, kita berjalan di padang cahaya.
vi
KATA PENGANTAR
Keharibaan Allah Yang Maha Esa, seluruh puja dipersembahkan. Rasa takzim yang penuh serta shalawat badar semoga selalu terhaturkan kepada Kanjeng Nabi yang mulia beserta seluruh pengikutnya yang setia. Alhamdulillah penulis sanggup menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Skripsi yang berjudul Studi Tentang Kenyamanan Pejalan Kaki Terhadap Pemanfaatan Trotoar Di Jalan Protokol Kota Semarang, disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Teknik Bangunan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Berkenaan dengan telah tersusunnya skripsi ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang telah membantu maupun bekerjasama dengan penulis dalam pelaksanaan penelitian serta penyusunan laporan skripsi ini. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada yang terhormat : 1. Bapak Dr. H. AT. Soegito, S.H, M.M., selaku Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes); 2. Bapak Prof. Dr. Soesanto, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Teknik Unnes; 3. Bapak Drs. Lashari, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Unnes; 4. Bapak Ir. Didik Nopianto, M.T., selaku Dosen Pembimbing I dalam penyusunan skripsi ini; 5. Bapak Ir. Eko Budi Santoso, selaku Dosen Pembimbing II dalam penyusunan skripsi ini; 6. Bapak M. Fathoni Setiawan, S.T, M.T., selaku Dosen Penguji Utama; 7. Pak Andi, Pak Pri, Pak Sumiyadi, Pak Ispen, Pak Harry Kusharto, Pak Saratri, Ibu Endah, Pak Alfa, Pak Nur Qudus, Pak Bambang Hariyadi, Pak Bambang Dewasa, dan seluruh dosen-dosen terbaik di Jurusan Teknik Sipil Unnes; 8. Sahabat-sahabat PTB ’99 (Andri, Jaka & Eliy, Basuki, Slamet, Toni, dan semua) yang selalu memberikan semangat dan kebersamaan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini; 9. Adik-adik di HMI Cabang Semarang, rekan-rekan seperjuangan di Pengurus Besar (PB HMI), serta seluruh pengader dan kader tercinta; 10. Wawan, Alul, Niam, Nuryati, Ifah & Abas, Nuril, Widi, Alina, Erma, Khamdi, Hadi, Herman, Elly, Indah, Iqbal, Koko & Wiwi, Ali, Imam, Tono, Abdil, dan semua sahabat-sahabat “Rembug MPO”. Penyelesaian skripsi ini bukanlah “pengkhianatan idealisme” akan tetapi hanya sekadar “pilihan taktis”. 11. Kemenakan tersayang, Ira Ardhini, beserta keluarga tercinta; 12. Seluruh pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
vii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini teramat jauh dari kesempurnaan, hal itu disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat kepada kita semua. Aamiin. Semarang, 20 Maret 2006
Penulis
viii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Lebar Trotoar Menurut Kep. Menhub. No. KM. 65 Tahun 1993 .........................................................................................
22
Tabel 3.1. Volume Pejalan Kaki Di Jalan MT. Haryono ..........................
27
Tabel 3.2. Penentuan Kriteria Tingkat Kenyamanan Berdasarkan Interval Kelas Persentase .........................................................
44
Tabel 4.1. Aktifitas Di Kawasan Jalur Trotoar Jalan MT. Haryono ........
51
Tabel 4.2A Kenyamanan Ditinjau dari Beberapa Faktor (Berdasarkan 11 Item Soal tentang Kenyamanan) .........................................
56
Tabel 4.2B.Kenyamanan Ditinjau dari Beberapa Faktor (Menurut Hasil Masing-masing Zona) ....................................................
57
Tabel 4.2C.Kenyamanan Ditinjau dari Beberapa Faktor (Kalkulasi Total Di Empat Zona Pengambilan Sampel) ...........................
57
Tabel 4.3. Interval Kelas dan Kriteria Kenyamanan Ditinjau dari Beberapa Faktor ......................................................................
62
Tabel 4.4A.Kenyamanan Ditinjau dari Faktor Keamanan (Berdasarkan 5 Item Soal tentang Faktor Keamanan)....................................
64
Tabel 4.4B.Kenyamanan Ditinjau dari Faktor Keamanan (Menurut Hasil Masing-masing Zona) ....................................................
65
Tabel 4.4C. Kenyamanan Ditinjau dari Faktor Keamanan (Kalkulasi Total Di Empat Zona Pengambilan Sampel) ...........................
66
Tabel 4.5. Kelas dan Kriteria Kenyamanan Ditinjau dari Faktor Keamanan ................................................................................
70
Tabel 4.6A.Kenyamanan Pejalan Kaki Ditinjau dari Faktor Kelengkapan Fasilitas Penunjang.(Berdasarkan 4 Item Soal tentang Faktor Kelengkapan Fasilitas Penunjang Bagi Pejalan Kaki)............................................................................
72
Tabel 4.6B.Kenyamanan Pejalan Kaki Ditinjau dari Kelengkapan Fasilitas Penunjang (Menurut Hasil Masing-masing Zona) ....
73
ix
Tabel 4.6C. Kenyamanan Pejalan Kaki Ditinjau dari Kelengkapan Fasilitas Penunjang (Kalkulasi Total Di Empat Zona Pengambilan Sampel)...............................................................
74
Tabel 4.7. Penentuan Kriteria Tingkat Kenyamanan, yakni Sangat Baik (SB), Cukup Baik (CB), Kurang Baik (KB), dan Tidak Baik (TB) .......................................................................
78
Tabel 4.8. Interval Kelas dan Kriteria Kenyamanan Ditinjau dari Faktor Kelengkapan Fasilitas Penunjang . ...............................
79
Tabel 4.9 Prosentase Jawaban Total Responden .....................................
80
Tabel 4.10.Interval Kelas dan Kriteria Kenyamanan Ditinjau dari Seluruh Faktor yang Mempengaruhinya .................................
80
Tabel 4.11. Persepsi Kenyamanan Pejalan Kaki yang Ditinjau dari Seluruh Faktor yang Mempengaruhinya .................................
82
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Halaman Uji Coba Angket Penelitian ............................................... 108
Lampiran 2.
Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Item.......................
111
Lampiran 3.
Cara Mencari Validitas dan Reliabilitas Item ....................
112
Lampiran 4.
Angket (Kuesioner) Penelitian...........................................
115
Lampiran 5.
Wawancara Penelitian ........................................................
117
Lampiran 6.
Susunan Dokumentasi Penelitian .......................................
119
Lampiran 7.
Hasil Pengambilan Sampel Angket per Zona ....................
120
Lampiran 8.
Prosentase Jawaban Masing-masing Item Soal .................
124
Lampiran 9.
Prosentase Skor Jawaban Total Responden .......................
125
Lampiran 10. Prosentase Jawaban Responden Di Zona A .......................
126
Lampiran 11. Prosentase Jawaban Responden Di Zona B .......................
128
Lampiran 12. Prosentase Jawaban Responden Di Zona C .......................
130
Lampiran 13. Prosentase Jawaban Responden Di Zona D .......................
132
Lampiran 14. RDRTK Semarang .............................................................
134
Lampiran 15. Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi...
139
Lampiran 16. Surat Permohonan Izin Penelitian......................................
140
Lampiran 17. Surat Tugas Penguji Skripsi ...............................................
143
xi
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1
Peta Wilayah Kota Semarang...................................................
25
Gambar 3.1
Daerah jalur trotoar Jalan MT. Haryono Semarang .................
29
Gambar 3.2
Daerah pembagian zona jalur pengambilan sampel populasi penelitian ..................................................................................
31
Gambar 4.1
Peta jalur trotoar Jalan MT. Haryono Semarang......................
48
Gambar 4.2
Peta jalur zona A, B, C, dan D .................................................
50
Gambar 4.3
Dokumentasi foto tentang faktor sirkulasi. Di Jalan MT. Haryono, kurang adanya kejelasan sirkulasi antara lahan bagi pejalan kaki dengan lahan activity area maupun dengan transition space ........................................................................
Gambar 4.4
Dokumentasi
foto
tentang
faktor
sirkulasi
85
kendaraan
bermotor yang parkir di sepanjang pinggir jalan, dan memakan lahan jalur trotoar jalan. Keadaan seperti ini, selain menyebabkan kemacetan pada saat tertentu, juga mengurangi tingkat rasa kenyamanan bagi pejalan kaki.............................. Gambar 4.5
86
Dokumentasi foto tentang faktor kendala iklim atau cuaca. Tampak bahwa penyediaan sarana / fasilitas pelindung dari gangguan iklim, belum didapat secara optimal........................
Gambar 4.6
86
Dokumentasi foto tentang faktor kendala aroma atau bau bauan yang ditinjau dari polusi asap kendaraan dan tumpukan sampah-sampah yang terdapat di dekat jalur trotoar jalan.......
Gambar 4.7
88
Dokumentasi foto tentang faktor bentuk lantai trotoar. Hasil dokumentasi foto memperlihatkan keadaan fisik trotoar yang rusak dan kehilangan kereb pembatas jalur .............................
Gambar 4.8
Dokumentasi
foto
tentang
faktor
kebersihan.
89
Hasil
dokumentasi menunjukkan bahwa kondisi kebersihan masih dalam keadaan yang kurang baik. Sampah-sampah masih tampak berserakan sepanjang hari ...........................................
xii
90
Gambar 4.9
Dokumentasi
foto
tentang
faktor
keindahan
ruang.
Penempatan fasilitas-fasilitas umum dan reklame, diletakkan secara kurang beraturan, sehingga tidak atau kurang mencerminkan suatu penataan ruang yang indah di suatu jalan dalam kota .......................................................................
91
Gambar 4.10 Dokumentasi foto tentang faktor keamanan. Penempatan pos jaga polisi yang memakan lahan jalur trotoar jalan. Hal ini menyebabkan pejalan kaki berjalan di bahu jalan raya kendaraan. ...............................................................................
93
Gambar 4.11 Dokumentasi foto tentang faktor keamanan. Konflik sirkulasi antara pejalan kaki dengan kendaraan bermotor, dan lahan PKL, sulit untuk dihindari........................................................
95
Gambar 4.12 Dokumentasi foto tentang faktor keamanan. Penempatan tiang reklame, poster yang terlalu pendek, pohon pinggir jalan, dan bangunan fasilitas umum lain, di tengah jalur trotoar, cukup mengganggu kontrol pandangan mata pejalan kaki...........................................................................................
96
Gambar 4.13 Dokumentasi foto tentang faktor kelengkapan fasilitas penunjang. Ketersediaan marka jalan masih belum bisa dikatakan lengkap. Halte bus yang terlihat telah rusak, dan dipergunakan sebagai tempat PKL...........................................
99
Gambar 4.14 Dokumentasi foto tentang faktor kelengkapan fasilitas penunjang (seperti adanya sistem drainase yang baik). Gangguan kenyamanan juga muncul akibat genangan air hujan (banjir lokal dan becek ) di jalur trotoar atau di bahu jalan raya kendaraan.................................................................
xiii
101
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Pemilihan Judul
Dalam kehidupan sehari-hari di daerah perkotaan, seringkali muncul berbagai macam permasalahan. Permasalahan-permasalahan yang muncul berkembang tersebut disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti faktor sistem hukum, faktor kendala alam, maupun faktor perilaku manusia itu sendiri. Kota merupakan suatu wilayah yang dibangun sebagai pusat pemerintahan sebuah negara. Di samping itu umumnya kota juga didirikan sebagai pusat ekonomi dan bisnis, pusat industri, dan pusat pertahanan politik, sehingga se hingga kota relatif harus memenuhi berbagai fasilitas yang cukup modern dan infrastruktur yang lengkap. l engkap. Perkembangan kota di satu sisi sangat terkait pada faktor penduduknya, di sisi lain sangat bergantung dari daya dukung lahan, belum lagi masalah kemampuan daerah tersebut sendiri, ditinjau dari segi pendanaan atau anggaran biaya (Hakim dan Utomo, 2003 : 2). Perkembangan kota menyangkut penempatan sarana yang diperuntukkan bagi masyarakat guna memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Sehingga adanya spesifikasi ruang dan kegiatan kota, dengan sendirinya menuntut adanya fasilitas
yang
memadai.
Tata
ruang
suatu
perkotaan
seharusnya
mengikutsertakan seluruh pihak terkait, baik itu swasta, masyarakat, dan
1
2
pemerintah. Dengan demikian diharapkan tercipta suatu sistem tata ruang yang benar-benar memperhatikan seluruh aspek kehidupan masyarakat perkotaaan. Kota sebagai pusat kehidupan sebuah negara, maka harus disadari bahwa diperlukan sarana sa rana dan prasarana prasa rana perhubungan yang memadai demi menjangkau semua tempat yang dibutuhkan (pusat kegiatan) agar aktifitas masyarakat kota mampu berjalan secara lebih efektif dan efisien. Marbun dalam Prasetya (2002 : 20) menegaskan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, dan Semarang, yakni sebagai berikut : (1) belum tersedianya sarana dan prasarana kondisi jalan yang memadai, (seperti kelengkapan marka jalan, pemberhentian angkutan umum atau halte bis, jalur trotoar, dan lain sebagainya), (2) pola pemilikan kendaraan pribadi yang melebihi kapasitas, yang mengakibatkan terjadinya kemacetan lalu lintas, dan (3) jumlah panjangnya km jalan yang belum memadai. Kota Semarang merupakan salah satu kota besar di Indonesia. Berdasarkan hasil data registrasi penduduk tahun 2003 (BPS : 2003), jumlah penduduk Kota Semarang telah mencapai sebesar 1.378.193 jiwa yang tersebar di seluruh wilayah Kota Semarang. Dalam pada itu, tingkat aktifitas kehidupan masyarakat Kota Semarang termasuk kategori cukup tinggi. Dengan demikian salah satu dukungan yang paling prioritas diperlukan dalam proses penjangkauan antara satu tempat dengan tempat yang lain adalah adanya sarana dan prasarana jalan yang memadai.
3
Jalan merupakan sarana vital yang perlu mendapat perhatian serius, agar aktifitas orang-orang yang ada di dalam sebuah kota menjadi lebih akseleratif. Untuk itulah pembangunan jalan yang terkonsep dan terencana secara baik sangat diperlukan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Ian Bentley (1988 : 70) menyatakan bahwa hampir semua jalan dirancang untuk penggunaan gabungan dari kendaraan bermotor dan pejalan kaki. Jalan hendaknya dirancang terperinci sehingga kendaraan bermotor tidak akan mengalahkan pejalan kaki. Di Kota Semarang, aktifitas masyarakat untuk menjangkau tempattempat (lokasi) pusat kegiatan, bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan memakai alat transportasi kendaraan bermotor (kendaraan umum ataupun pribadi), dan berjalan kaki. Bagi para pemakai kendaraan telah disediakan jalur-jalur jalan yang diatur sedemikian tertib. Begitu pula bagi para pejalan kaki, telah ada jalur trotoar yang disediakan secara khusus. Trotoar merupakan bagian daripada rekayasa jalan raya, dengan maksud untuk membagi jalur yang tertib antara jalur kendaraan dan jalur pejalan kaki. Trotoar harus disediakan pada bagian jalan raya, dimana dengan ketentuan adanya jumlah minimal 300/12 jam pejalan kaki, dan jumlah minimal 1000/12 jam kendaraan yang melintas jalan tersebut. Mengingat fungsi trotoar adalah jalur jalan yang khusus dipergunakan untuk lalu lintas pejalan kaki (pedestrian), maka dapat diartikan bahwa trotoar merupakan hak jalur lalu lintas yang dipergunakan hanya untuk pejalan kaki.
4
Namun pada kenyataannya sekarang ini trotoar sudah tidak lagi berfungsi sebagaimana idealnya. Kebanyakan trotoar-trotoar di Kota Semarang telah beralih fungsi menjadi tempat aktifitas-aktifitas lain. Trotoar banyak dipenuhi oleh bangunan-bangunan kecil yang bersifat permanen dan nonpermanen, seperti kios atau gerai pedagang kaki lima, pot tanaman taman kota, penempatan poster dan papan reklame, parkir kendaraan, kotak surat, pos polisi, dan berbagai jenis bangunan lain. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Studi Tentang Kenyamanan Pejalan Kaki Terhadap Pemanfaatan Trotoar Di Jalan Protokol Kota Semarang (Studi Kasus Jalan MT. Haryono Semarang)”.
Penelitian ini mengambil studi kasus di Jalan MT. Haryono Semarang, yakni mulai dari bagian jalan ujung selatan (di sekitar kawasan Pasar Kambing) sampai dengan bagian ujung utara (di sekitar area Bubakan Pasar Johar), yang panjang perlintasannya kurang lebih 6 kilometer. Penentuan lokasi penelitian di jalan MT. Haryono Semarang sebagai bahan studi kasus, disebabkan karena : 1) di sepanjang jalan MT. Haryono terdapat jalur trotoar, 2) aktifitas kawasannya cukup ramai, dan 3) Jalan MT. Haryono merupakan salah satu jalan protokol yang ada di dalam Kota Semarang. Sehingga Jalan MT. Haryono dianggap sifnifikan dan representatif untuk dilakukan suatu penelitian mengenai studi kenyamanan pejalan kaki terhadap pemanfaatan fasilitas jalur trotoar yang telah tersedia.
5
Secara garis besar alasan pemilihan judul dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kenyamanan para pejalan kaki terhadap pemanfaatan jalur trotoar jalan yang telah disediakan.
2.
Bahwa kondisi serta kebutuhan pejalan kaki atas penggunaan jalur trotoar jalan, perlu untuk dianalisis tingkat kenyamanan serta keamanan dan kemudahan aksesnya.
3.
Studi tentang kenyamanan pejalan kaki terhadap pemanfaatan trotoar di jalan protokol Kota Semarang dengan mengambil studi kasus di jalan MT. Haryono Semarang, memungkinkan untuk dilakukan suatu penelitian.
B.
Permasalahan
Di dalam penelitian ini terdapat beberapa permasalahan yang akan dijadikan bahan studi. Bertolak dari latar belakang alasan pemilihan judul yang telah dikemukakan di atas, maka muncul permasalahan utama yang mendasar, yakni sebagai berikut : 1.
Bagaimana persepsi para pejalan kaki tentang kenyamanan terhadap pemanfaatan fasilitas jalur trotoar jalan di Kota Semarang, khususnya di Jalan MT. Haryono Semarang ?
2.
Bagaimana kondisi yang menunjang kenyamanan, kemudahan serta keselamatan atau keamanan para pejalan kaki atas penggunaan jalur trotoar jalan yang tersedia di Kota Semarang, khususnya di Jalan MT. Haryono Semarang ?
6
3.
Apakah jalur trotoar jalan di Kota Semarang, khususnya di Jalan MT. Haryono Semarang, benar-benar dimanfaatkan sebagaimana fungsi sebenarnya ?
C.
Penegasan Istilah
Pada penelitian ini akan diberikan penegasan terhadap istilahistilah pokok yang berkaitan dengan judul penelitian. 1.
Studi : Studi berasal dari Bahasa Inggris, yakni kata study yang artinya adalah belajar. Studi adalah proses belajar dan menyelidiki terhadap sesuatu (KBI-Besar, 1997 : 443). Dalam makna lain studi adalah penelitian ilmiah ; kajian ; atau telaah. Studi yang dimaksud dalam konteks penelitian ini adalah studi kasus, yang berarti pendekatan untuk meneliti dampak gejala sosial dengan menganalisis satu kasus secara mendalam dan utuh (KBBI Dep. P&K, 1995 : 965).
2.
Kenyamanan : Menurut Rustam Hakim dan Hardi Utomo (2003 : 185) kenyamanan adalah segala sesuatu yang memperlihatkan penggunaan ruang secara sesuai dan harmonis, baik dengan ruang itu sendiri maupun dengan berbagai bentuk, tekstur, warna, simbol mapun tanda, suara dan bunyi kesan, intensitas dan warna cahaya ataupun bau, atau lainnya. Kenyamanan dapat pula dikatakan sebagai kenikmatan atau kepuasan
7
manusia dalam melaksanakan kegiatannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan antara lain : a. Sirkulasi b. Iklim atau kekuatan alam c. Bising d. Aroma atau bau-bauan e. Bentuk f. Keamanan g. Kebersihan h. Keindahan
3.
Pejalan Kaki : Pejalan kaki adalah orang yang berjalan kaki (KBBI Dep. P&K, 1995 : 397). Dalam pengertian lain, pejalan kaki adalah orang-orang yang melakukan aktifitas perjalanan dengan berjalan kaki (Sukoco, 2002 : 20). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pejalan kaki adalah orang-orang yang melakukan aktifitas berjalan kaki di kawasan sepanjang Jalan MT. Haryono Kota Semarang.
4.
Trotoar : Trotoar dalam bahasa Inggris disebut dengan footway yang artinya bagian jalan yang dikhususkan untuk pejalan kaki (Kamus Lengkap
8
Teknik Sipil, 2001 : 300). Dalam pengertian yang lain Trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas kendaraan, yang khusus dipergunakan oleh pejalan kaki (Sutono dkk, 2003 : 15).
5.
Jalan Protokol : Jalan protokol adalah jalan utama dalam kota-kota besar sebagai jalan yang menjadi pusat keramaian lalu lintas (KBBI, Dep.P&K, 1995 : 396). Dimana pengertian jalan utama adalah jalan raya yang melayani lalu lintas yang tinggi antara kota-kota penting atau antara pusat-pusat produksi dan pusat-pusat keramaian. (Peraturan Geometrik Jalan Raya No. 13/1970, BPPU 1976 : 2). Jalan protokol yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jalan protokol Kota Semarang, dengan mengambil studi kasus di Jalan MT. Haryono Semarang.
D.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dan manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini antara lain : 1.
Untuk mengetahui bagaimana persepsi para pejalan kaki tentang kenyamanan terhadap pemanfaatan jalur trotoar yang telah tersedia di Kota Semarang, khususnya di Jalan MT. Haryono Semarang.
2.
Untuk
mengetahui
bagaimana
kondisi
yang
menunjang
rasa
kenyamanan, kemudahan serta keselamatan (keamanan) penggunaan
9
jalur trotoar oleh para pejalan kaki di dalam Kota Semarang, khususnya di Jalan MT. Haryono Semarang. 3.
Sebagai bahan masukan maupun kritik kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang maupun pihak-pihak yang terkait, mengenai kondisi serta kebutuhan pejalan kaki akan rasa kenyamanan terhadap pemanfataan fasilitas jalur trotoar jalan di Kota Semarang, khususnya di Jalan MT. Haryono Semarang.
E.
Sistematika Penyusunan Skripsi
Susunan penulisan skripsi ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian pendahuluan skripsi, bagian isi skripsi, dan bagian akhir skripsi. 1. Bagian Pendahuluan Skripsi Pada bagian pendahuluan skripsi berisi tentang halaman judul, halaman pengesahan, pernyataan, sari, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel, dan daftar lampiran. 2. Bagian Isi Skripsi Pada bagian isi skripsi terbagi dalam 5 bab yang masing-masing menguraikan tentang : Bab I : yaitu pendahuluan, pada bab ini berisi uraian tentang latar belakang, permasalahan, penegasan istilah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penyusunan skripsi. Bab II : yaitu tinjauan pustaka, pada bab ini akan dibahas mengenai uraian teoritis atau pendapat para ahli tentang masalah yang berhubungan dengan judul skripsi maupun isi skripsi.
10
Bab III : yaitu metode penelitian, pada bab ini diuraikan tentang lokasi penelitian, populasi, sampel dan teknik sampling (pembagian zona pengambilan sampel, menentukan jumlah sampel, jadwal pelaksanaan penghitungan populasi), variabel penelitian, metode pengumpulan data (dokumentasi, angket, serta wawancara), dan metode analisis data (validitas item dan reliabilitas item). Bab IV : yaitu hasil penelitian dan pembahasan, pada bab ini akan diuraikan tentang kondisi umum daerah penelitian, hasil penelitian, beserta pembahasan hasil penelitian. Bab V : yaitu kesimpulan dan saran, pada bab ini berisi tentang uraian beberapa kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran dari peneliti. 3. Bagian Akhir Skripsi Bagian akhir skripsi ini adalah berisi uraian tentang daftar pustaka dan lampiran serta dokumentasi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kenyamanan
Kenyamanan merupakan salah satu nilai vital yang selayaknya harus dinikmati oleh manusia ketika melakukan aktifitas-aktifitas di dalam suatu ruang. Menurut Rustam Hakim dan Hardi Utomo (2003 : 185) kenyamanan adalah segala sesuatu yang memperlihatkan penggunaan ruang secara sesuai dan harmonis, baik dengan ruang itu sendiri maupun dengan berbagai bentuk, tekstur, warna, simbol mapun tanda, suara dan bunyi kesan, intensitas dan warna cahaya ataupun bau, atau lainnya. Kenyamanan dapat pula dikatakan sebagai kenikmatan atau kepuasan manusia dalam melaksanakan kegiatannya. Suatu hubungan yang harmonis merupakan integralitas dalam keragaman melalui pemenuhan keinginan dan kebutuhan yang harusnya tersedia, sehingga kenyamanan merupakan suatu kepuasan psikis manusia dalam melakukan aktifitasnya. Selain itu, karena kenyamanan pada dasarnya juga sangat terkait dengan faktor yang mendukung keamanan dan keselematan diri manusia di dalam suatu ruang. Penataan sistem sirkulasi antar ruang, terutama dalam hal penempatan serta penggunaan fungsi yang tepat, sangat mempengaruhi kenyamanan pola pergerakan antar ruang itu sendiri. Hubungan sirkulasi antar ruang yang tidak komprehensif serta tanpa koordinasi yang
11
12
menyeluruh dapat mengakibatkan sirkulasi antar ruang yang kurang nyaman bagi penggunanya terutama pada pencapaian atau akses yang tidak terencana dengan baik. Pola penataan sepotong-potong dan tumpang tindihnya suatu fungsi fasilitas sosial, menyebabkan sirkulasi antar ruang menjadi kurang nyaman sehingga mengakibatkan berjalan kaki dari satu lokasi ke lokasi lain, sungguh sangat terganggu dan bahkan dapat menciptakan pola penataan yang tidak lagi memperhatikan manfaat sosial atau kepentingan masyarakat umum. Ian Bentley (1988 : 70) menyatakan bahwa hampir semua jalan dirancang untuk penggunaan gabungan dari kendaraan bermotor dan pejalan kaki. Jalan hendaknya dirancang terperinci sehingga kendaraan bermotor tidak akan mengalahkan pejalan kaki. Karena fungsi jalan cukup berpengaruh terhadap proses aktifitas pergerakan manusia, maka sarana dan prasarana jalan harus benar-benar memadai dan tersistem demi mendukung kelancaran aktifitas masyarakat pada umumnya. Aktifitas masyarakat yang berjalan akseleratif dan sinergis menuntut efektifitas serta fasilitas-fasilitas pendukung yang terkonsep dengan memperhatikan kenyamanan, sehingga para pejalan kaki bisa melakukan kerja-kerja yang lebih produktif. Hakim dan Utomo (2003 : 186) mengemukakan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi kenyamanan antara lain ;
13
a. Sirkulasi
Jalan berperan sebagai prasarana lalu lintas dan ruang transisi (transitional space), selain itu juga tidak tertutup kemungkinan sebagai ruang beraktivitas (activity area) yang merupakan sebagai ruang terbuka untuk kontak sosial, wadah kegiatan, rekreasi, dan bahkan untuk aktifitas perekonomian masyarakat. Kenyamanan suatu ruang dapat berkurang akibat sirkulasi yang tidak tertata dengan benar, misalnya kurang adanya kejelasan sirkulasi, tiadanya hierarki sirkulasi, tidak jelasnya pembagian ruang dan fungsi ruang, antara sirkulasi pejalan kaki (pedestrian) dengan sirkulasi kendaraan bermotor (Hakim dan Utomo, 2003 : 186). Untuk itu diperlukan penataan ruang yang fungsionalis demi terciptanya kelancaran masing-masing aktifitas sirkulasi, baik itu sirkulasi transitional space (untuk sirkulasi kendaraan bermotor dan pejalan kaki) maupun sirkulasi activity area (misalnya, untuk pedagang kaki lima, parkir, dan lain sebagainya).
b. Iklim atau Kekuatan Alam
Faktor iklim adalah faktor kendala yang harus mendapat perhatian serius dalam merekayasa sistem jalan yang terkonsep. Salah satu kendala iklim yang muncul adalah curah hujan, faktor ini tidak jarang menimbulkan gangguan terhadap aktifitas para pejalan kaki, terutama di
14
musim penghujan. Oleh karena itu perlu disediakan tempat berteduh apabila terjadi hujan, seperti shelter dan gazebo. Trotoar sebagai fasilitas pedestrian tidak akan bermanfaat secara optimal apabila tidak didukung fasilitas penunjang lainnya. Selain faktor keamanan bagi pejalan kaki, juga harus diperhatikan perlunya perlindungan terhadap radiasi sinar matahari. Radiasi ini mampu mengurangi rasa nyaman terutama pada daerah tropis seperti Kota Semarang, untuk itu maka diperlukan adanya sarana peneduh sebagai perlindungan dari terik sinar matahari. Karyono dalam Pamungkas (2003 : 18) menyatakan bahwa bahwa ruas-ruas jalan (yang didominasi oleh perkerasan bahan aspal dan beton) perlu dilindungi dari sengatan radiasi matahari langsung yakni dengan penanaman pohon-pohon sepanjang tepi jalan yang memungkinkan.
c. Kebisingan
Tingginya tingkat kebisingan suara kendaraan bermotor yang lalu lalang,
juga
menjadi
masalah
vital
yang
dapat
mengganggu
kenyamanan bagi lingkungan sekitar dan pengguna jalan, terutama pejalan kaki. Oleh sebab itu untuk meminimalisir tingkat kebisingan yang terjadi, dapat dipakai tanaman dengan pola dan ketebalan yang rapat serta tersusun teratur. Namun kebisingan yang muncul dari faktorfaktor lain (seperti suara musik dan transaksi perdagangan dari PKL, kebisingan parkir liar, dan sebagainya) akan sulit dihindari, kecuali adanya pengalokasian yang tepat bagi activity area yang seperti itu.
15
d. Aroma atau Bau-bauan
Aroma atau bau-bauan yang tidak sedap bisa terjadi karena beberapa sebab, seperti bau yang keluar dari asap knalpot kendaraan, atau bak-bak sampah yang kurang terurus yang tersedia di sepanjang pinggir trotoar. Selain itu, kadang terdapat areal pembuangan sampah yang tidak jauh dari daerah perlintasan jalan, maka bau yang tidak menyenangkan akan tercium oleh para pengguna jalan, baik yang berjalan kaki maupun para pemakai kendaraan bermotor. Untuk mengurangi gangguan aroma yang kurang sedap tersebut, maka trotoar bisa diberikan sekat penutup tertentu sebagai pandangan visual serta dihalangi oleh tanaman, pepohonan yang cukup tinggi, maupun dengan peninggian muka tanah.
e. Bentuk
Bentuk elemen landscape furniture harus disesuaikan dengan ukuran standar manusia agar skala yang dibentuk mempunyai rasa nyaman (Hakim dan Utomo, 2003 : 190). Sebagai contoh, misalnya permukaan lantai trotoar mempunyai fungsi yang memberi kemudahan dan sesuai dengan standar kemanfaatan. Seringkali ditemui bahwa trotoar-trotoar yang telah disediakan tidak mempunyai pembatas yang jelas ( kereb) dengan jalur kendaraan bermotor. Jalur trotoar dan jalur kendaraan memiliki ketinggian permukaan lantai (dasar) yang sama. Bentuk yang semacam itu akan mengakibatkan, jalur trotoar menjadi dimanfaatkan untuk lahan parkir parkir liar.
16
f.
Keamanan
Tanudjaja dalam Pamungkas (2003 : 19) menyatakan bahwa manusia memiliki jenjang kebutuhan, yang salah satunya adalah safety need . Safety need merupakan kebutuhan manusia yang berkaitan
dengan keselamatan atau keamanan, supaya dirinya merasa terlindungi dari setiap gangguan. Sedangkan Hakim dan Utomo (2003 : 190) mengemukakan bahwa keamanan merupakan masalah yang mendasar, karena masalah ini dapat menghambat aktivitas yang dilakukan. Pengertian dari keamanan dalam penelitian ini, bukan mencakup dari segi kriminal, tetapi tentang kejelasan fungsi sirkulasi, sehingga pejalan kaki terjamin keamanan atau keselamatannya dari bahaya terserempet maupun tertabrak kendaraan bermotor. Untermann mengemukakan bahwasanya jalan yang tidak terkonsep akan menyebabkan dominasi mobil terhadap pejalan kaki dan mampu menciptakan apa yang disebut dengan no man’s land . (Pamungkas, 2003 : 19). Keamanan (keselamatan) pejalan kaki serta kendaraan bermotor itu sendiri bisa berkurang akibat sirkulasi yang kurang baik, misal tidak adanya pembagian ruang untuk sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki serta penyalahgunaan fasilitas yang telah disediakan. Maka untuk menghindari hal tersebut hendaknya diperhatikan mengenai pembagian sirkulasi antara kendaraan dan manusia. Perencanaan keamanan antara pejalan kaki dengan kendaraan bermotor perlu diutamakan sehingga harus disediakan fasilitas bagi
17
pedestri, yakni jalur trotoar jalan. Sukiman dalam Pamungkas (2003 : 19) menyebutkan trotoar merupakan jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas yang khusus dipergunakan untuk pejalan kaki (pedestrian). Untuk keamanan pejalan kaki maka trotoar hatus dibuat terpisah dari jalur lalu lintas kendaraan, oleh struktur fisik berupa kereb. Lebar trotoar yang dibutuhkan oleh volume pejalan kaki, tingkat pelayanan pejalan kaki yang diinginkan, dan fungsi jalan, adalah dengan lebar 1,5 – 3,0 Meter merupakan ukuran yang umum dipergunakan. Ian Bentley (1988 : 69) mengemukakan bahwa jalur setapak mempunyai peran dalam menunjang penggunaan pejalan kaki terhadap dampak lalu lintas yang menghambat. Lebar zona pejalan kaki harus sesuai bagi tingkat pejalan kaki yang terlibat, di antara zona pejalan kaki dengan ruang kendaraan harus disediakan daerah untuk fasilitas pejalan kaki seperti s eperti pohon jalan, tempat duduk, shelter, telepon umum, dan fasilitas-fasilitas lainnya. Pemanfaatan trotoar sebagaimana fungsinya menjadi sangat penting bagai keamanan pejalan kaki. Banyak dari pengendara bermotor yang mengendarai dengan kecepatan tinggi atau di atas 50 km/jam. Hal ini sangat membahayakan keselamatan para pejalan kaki, jika berjalan di bahu jalan jalur kendaraan bermotor. Hal ini terjadi karena fasilitas trotoar yang sudah ada, ternyata beralih fungsi menjadi berbagai aktifitas lain (seperti transaksi pedagang kaki lima, l ima, parkir) dan
18
tempat-tempat bangunan permanen maupun non permanen (seperti kios dan gerai PKL, pos polisi, kotak atau bis surat, telepon umum, dan sejenisnya) yang sangat mengganggu lalu lintas pejalan kaki, sehingga torotoar tidak bisa di manfaatkan secara optimal, dan pejalan kaki terpaksa berjalan di bahu jalan jalur kendaraan bermotor.
g. Kebersihan
Daerah yang terjaga kebersihannya akan menambah daya tarik khusus, selain menciptakan rasa nyaman serta menyenangkan orangorang yang melalui jalur trotoar. Untuk memenuhi kebersihan suatu lingkungan perlu disediakan bak-bak sampah sebagai elemen lansekap dan sistem saluran air selokan yang terkonsep baik. Selain itu pada daerah tertentu yang menuntut terciptanya kebersihan tinggi, pemilihan jenis tanaman hias dan semak, agar memperhatikan kekuatan daya rontok daun, buah, dan bunganya.
h. Keindahan
Keindahan suatu ruang perlu diperhatikan secara serius untuk memperoleh suasana kenyamanan. Keindahan harus selalu terkontrol penataannya, meskipun dalam suatu ruang terdapat berbagai ragam aktivitas manusia yang berbeda-beda. Keindahan mencakup persoalan kepuasan bathin dan panca indera manusia. Demikian juga pada eksistensi keindahan di suatu jalur jalan raya (termasuk jalur trotoar),
19
harus selalu terhindar dari ketidakberaturan bentuk, warna, atau pula aktifitas
manusia
yang
ada
di
dalamnya.
Untuk
memperoleh
kenyamanan yang optimal maka keindahan harus dirancang dengan memerhatikan dari berbagai segi, baik itu segi bentuk, warna, komposisi susunan tanaman dan elemen perkerasan, serta diperhatikan juga faktor-faktor pendukung sirkulasi kegiatan manusia. manusia.
B.
Pejalan Kaki
Dirjen Perhubungan Darat (1999 : 205) menyatakan bahwa pejalan kaki adalah suatu bentuk transportasi yang penting di daerah perkotaan. Pejalan kaki merupakan kegiatan yang cukup esensial dari sistem angkutan dan harus mendapatkan tempat yang selayaknya. Pejalan kaki pada dasarnya lemah, mereka terdiri dari anak-anak, orang tua, dan masyarakat yang berpenghasilan rata-rata kecil. Perjalanan dengan angkutan umum selalu diawali dan diakhiri dengan berjalan kaki. Apabila fasilitas pejalan kaki tidak disediakan dengan baik, maka masyarakat akan kurang berminat menggunakan angkutan umum. Hal yang perlu diperhatikan dalam masalah fasilitas adalah kenyamanan dan keselamatan, serta harus diingat bahwa para pejalan kaki bukan warga masyarakat kelas dua. Ofyar Tamin dalam Sukoco (2002 :16) berpendapat, masalah pejalan kaki juga merupakan masalah utama dalam lalu lintas. Kemacetan dan kecelakaan bisa terjadi disebabkan oleh pejalan kaki, karena sering
20
terjadi alih fungsi salah satu fasilitas pejalan kaki menjadi tempat kegiatan lain atau fasilitas pejalan kaki yang kurang bermanfaat, seperti trotoar untuk areal perdagangan dan sejenisnya. Pejalan kaki sering dijumpai, baik hanya untuk jalan-jalan maupun untuk suatu kebutuhan dengan pertimbangan untuk menghemat biaya transportasi ataupun pertimbangan jarak yang dekat. Pejalan kaki mempunyai hak untuk mendapatkan kenyamanan menggunakan jalan, sesuai dengan PP No. 43 Tahun 1993 Bab 1 Pasal 2 Ayat 11, yang menyatakan bahwa hak utama adalah untuk didahulukan sewaktu menggunakan jalan. Oleh karena itu pemerintah membuat prasarana jalan untuk kendaraan bermotor maupun untuk pejalan kaki. Pejalan kaki yang tidak mematuhi peraturan merupakan salah satu masalah sistemik dalam sistem transportasi. Jumlah kecelakaan lau lintas yang disebabkan oleh pejalan kaki di Kota Semarang masih cukup besar. Pejalan kaki masih banyak yang menyeberang jalan tanpa mengindahkan arus lalu lintas dan tanda pengatur lalu lintas. Selain itu banyak juga kecelakaan yang terjadi akibat konflik jalur, antara pejalan kaki dengan kendaraan bermotor. Hal ini sering kali terjadi akibat fasilitas trotoar yang sudah ada, ternyata beralih fungsi menjadi berbagai aktivitas lain (seperti transaksi pedagang kaki lima, area parkir liar) dan tempat-tempat bangunan permanen maupun non permanen (seperti pos polisi, bis surat, telepon umum, boks jaringan telepon, tiang-tiang papan reklame, dan sejenisnya) yang sangat mengganggu lalu lintas pejalan kaki, sehingga trotoar tidak
21
bisa di manfaatkan secara optimal, dan pejalan kaki terpaksa berjalan di bahu jalan jalur kendaraan bermotor. Akibatnya kecelakaan tidak mudah untuk dihindari, selain menyebabkan kemacetan yang menyebabkan kejenuhan pengguna jalan di daerah perkotaan. Menurut Dirjen Perhubungan Darat (1999 : 1) pejalan kaki adalah bentuk transportasi yang penting di perkotaan. Pejalan kaki terdiri dari : a.
Mereka yang keluar dari tempat parkir mobil menuju tempat tujuan.
b.
Mereka yang menuju atau turun dari angkutan umum sebagian besar masih memerlukan kegiatan berjalan kaki.
c.
Mereka yang melakukan perjalan kurang dari 1 kilometer (km), sebagian besar dilakukan dengan berjalan kaki. Melihat pentingnya sarana untuk pejalan kaki, maka perlu
disediakan fasilitas untuk keselamatan pejalan kaki. Karena adanya hubungan yang erat ataupun konflik antara pejalan kaki dengan kendaraan bermotor, maka fasilitas yang diberikan kepada pejalan kaki terletak di pinggir jalur jalan kendaraan.
C.
Trotoar
Dr M Aslan menyatakan, bahwa trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas kendaraan, yang khusus dipergunakan oleh pejalan kaki (pedestrian). Untuk keamanan pejalan kaki maka trotoar ini harus dibuat terpisah dari jalur lalu lintas kendaraan, oleh struktur fisik berupa kereb. Perlu atau tidaknya trotoar disediakan sangat tergantung bagi
22
volume pedestrian dan volume lalu lintas pemakai jalan tersebut, lebar trotoar yang digunakan pada umumnya berkisar antara 1,5 – 3,0 Meter (Sukoco 2002 : 18). Trotoar adalah bagian dari rekayasa jalan yang disediakan bagi pejalan kaki yang biasanya sejajar dengan jalan dan dipisahkan dari jalur lalu lintas oleh kereb. Lebar trotoar menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 65 Tahun 1993, seperti terlihat pada tabel 2.1 sebagai berikut : Tabel 2.1. Lebar Trotoar Menurut Kep. Menhub. No KM. 65/1993 NO
Lokasi Pengadaan Trotoar
Lebar Trotoar Minimal
01.
Jalan di daerah perkotaan
4,00 meter
02.
Di wilayah perkantoran utama
3,00 meter
03.
Di wilayah industri
04.
a. pada jalan primer
3,00 meter
b. pada jalan akses
2,00 meter
Di wilayah pemukiman a. pada jalan primer
2,75 meter
b. pada jalan akses
2,00 meter
Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga, 1999
D.
Jalan Protokol
Menurut Peraturan Geometrik Jalan Raya No. 13/1970, jalan raya pada umumnya dapat digolongkan dalam klasifikasi menurut fungsinya, dimana peraturan ini mencakup tiga golongan penting, yakni 1) Jalan Utama, 2) Jalan Sekunder, dan 3) Jalan Penghubung. Jalan protokol adalah termasuk dalam golongan jalan utama, dalam kota-kota besar sebagai jalan yang menjadi pusat keramaian lalu lintas
23
(KBBI, Dep.P&K, 1995 : 396). Dimana pengertian jalan utama adalah jalan raya yang melayani lalu lintas yang tinggi antara kota-kota penting atau antara
pusat-pusat
produksi
dan
pusat-pusat
keramaian.
(Peraturan
Geometrik Jalan Raya No. 13/1970, BPPU 1976 : 2). Jalan protokol yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jalan protokol Kota Semarang, dengan mengambil lokasi studi kasus di Jalan MT. Haryono Semarang. Menurut BWK Semarang Tahun 1995 – 2005, Kawasan di sepanjang Jalan MT Haryono termasuk ke dalam kategori wilayah industri, yang jalur lalu lintasnya merupakan golongan jalan kolektor sekunder. Jalur trotoar Jalan MT. Haryono mempunyai lebar berkisar antara 2,00 – 3,00 meter. Artinya pengadaan lebar trotoar di Jalan MT. Haryono, telah sesuai dengan standar lebar trotoar menurut Keputusan Menteri Perhubungan No KM. 65 Tahun 1993 (Lihat t abel 2.1). Sebagai salah satu jalan protokol yang terdapat di dalam Kota Semarang, Jalan MT. Haryono dianggap cukup layak dan representatif untuk dijadikan pilihan lokasi sebagai bahan studi kasus dalam pelaksanaan penelitian ini.
E.
Kota Semarang
Kota Semarang secara astronomis terletak antara garis
6 50’ – °
7 10’ Lintang Selatan (LS) dan garis 109 35’ – 110 50’ Bujur Timur (BT). °
°
°
Secara administratif Kota Semarang memiliki perbatasan di sebelah barat dengan Kabupaten Kendal, di sebelah utara dibatasi oleh Laut Jawa, di
24
sebelah timur dengan Kabupaten Demak, dan di sebelah selatan dengan Kabupaten Semarang. Menurut Data BPS Tahun 2003, luas wilayah Kota Semarang adalah 373,70 Km-2, dan terbagi dalam 16 Kecamatan serta 177 Kelurahan. Pertumbuhan penduduk Kota Semarang sekarang ini dirasakan sangat pesat dikarenakan pengaruh tingkat urbanisasi maupun kemajuan teknologi. Pertumbuhan Kota Semarang itu sendiri pada dasarnya tumbuh secara alami, sehingga akan mempersulit pengalokasian kegiatan-kegiatan yang homogen, dikarenakan land use yang berkembang tidak beraturan. Pada umumnya pengaturan dan pemanfaatan land use masih dititikberatkan pada persoalan-persoalan fisik, sosial, politik, serta ekonomi masyarakat dan kotanya. Sehingga penyusunan penggunaan tanah seperti halnya penyediaan area pusat perdagangan yang disesuaikan dengan perkembangan aktifitas perdagangan yang disejajarkan dengan tuntutan kebutuhan dan tingkat sosial penduduk yang semakin berkembang. Perkembangan Kota Semarang pada kenyataannya cukup berkaitan erat dengan sistem jaringan prasarana jalan, sistem bangkitan/tarikan pergerakan yang sangat dipengaruhi oleh sistem tata guna lahan serta sistem sarana transportasi. Jaringan jalan dianggap urat nadi, dan dapat dikatakan juga sebagai penghubung antar lokasi atau tempat-tempat tertentu. Jika salah satu jaringan jalan terputus maka akan terganggu seluruh kegiatan pergerakan manusia. Berikut ini adalah gambar yang menyajikan peta wilayah Kota Semarang secara umum (Lihat Gambar 2.1) :
25
Gambar 2.1. Peta Wilayah Kota Semarang
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini secara umum dilaksanakan di dalam Kota Semarang, dengan mengambil lokasi penelitian di Jalan MT. Haryono Semarang sebagai bahan studi kasus dalam spesifikasi pengambilan data penelitian. Penentuan lokasi penelitian di jalan MT. Haryono Semarang sebagai bahan studi kasus, disebabkan karena : 1) di sepanjang jalan MT. Haryono terdapat jalur trotoar, 2) aktifitas kawasannya cukup ramai, dan 3) Jalan MT. Haryono merupakan salah satu jalan protokol yang ada di dalam Kota Semarang. Dengan beberapa pertimbangan tersebut, maka Jalan MT. Haryono dianggap signifikan dan representatif untuk dijadikan pilihan lokasi sebagai bahan studi kasus dalam melakukan penelitian ini. Penelitian yang dilaksanakan di Jalan MT. Haryono Semarang ini, yaitu dimulai dari bagian jalan ujung selatan yang berbatasan dengan Jalan Dr. Wahidin (di sekitar kawasan Pasar Kambing dan Metro Java Mall), sampai dengan bagian ujung utara yang berbatasan dengan Jalan Ronggowarsito (di sekitar area Bubakan Pasar Johar). Panjang perlintasan Jalan MT. Haryono kurang lebih 6 kilometer.
B.
Populasi
Menurut
Sugiyono
(1999
:
55)
populasi
adalah
wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas 26
27
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti unuk dipelajari dan kemudian diambil kesimpulan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Arikunto (2002 : 115) mengemukakan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah orang-orang (para pengguna jalur trotoar) yang melintas atau menempuh perjalanan dengan berjalan kaki di sepanjang Jalan MT. Haryono Semarang. Dari hasil perhitungan yang telah diperoleh, dalam serangkaian penelitian yang telah dilaksanakan pada tanggal 15 sampai dengan 21 Januari 2006 ini, jumlah volume pejalan kaki yang melintas di Jalan MT. Haryono, adalah rata-rata 1036/12 jam pejalan kaki. Oleh karena itu populasi dalam penelitian ini ditetapkan berjumlah 1036 orang pejalan kaki (Lihat Tabel 3.1).
Tabel 3.1. Perhitungan Rata-rata Volume Pejalan Kaki Di Jalan MT. Haryono Semarang. No
Rentang Waktu
Jumlah Rata-rata Volume Pejalan Kaki
01
Pukul 06.00 – 10.00 WIB. (Pagi).
156
02
Pukul 10.00 – 14.00 WIB. (Siang).
456
03
Pukul 14.00 – 18.00 WIB. (Sore).
424
Jumlah dalam 12 jam (Waktu Efektif)
1036
Sumber : Data hasil penelitian ( per tanggal 15 – 21 Januari 2006)
28
C.
Sampel dan Teknik Sampling
Menurut Arikunto (2002 : 109) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel bertujuan atau purposive sample dalam metode pengumpulan data melalui wawancara. Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Suharsimi Arikunto, 1991 : 127). Selain itu juga teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cara accidental sampling , yakni pengambilan sampel secara kebetulan dalam metode pengumpulan data melalui kuesioner penelitian. Menurut Hadi (1986 : 73) dalam menentukan besarnya sampel tidak ada ketentuan ataupun ketetapan yang mutlak berapa persen sampel harus diambil dari populasi. Untuk itu diperlukan sebuah prosedur tertentu yang bisa dijadikan kepastian rata-rata untuk mengambil besar sampel yang dibutuhkan bagi seorang peneliti. Arikunto (2002 : 112) berpendapat bahwa jika jumlah subjek besar dapat diambil antara 10 – 15% atau 20 – 25%, dan bila populasi kurang dari 100 dapat diambil semua. Oleh karena penentuan jumlah sampel tidak ada parameter yang pasti, maka dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah nonprobability , yaitu dengan cara accidental sampling (pengambilan sampel secara kebetulan, untuk metode kuesioner) dan purposive sampling (pengambilan sampel cara bertujuan, untuk metode wawancara penelitian).
29
a.
Pembagian Zona Pengambilan Sampel Populasi
Untuk
mempermudah
penelitian,
terutama
agar
didapat
proporsionalitas (pemerataan) pengambilan sampel dalam penarikan sampel populasi dan teknik sampling yang dilakukan, maka studi dibagi dalam empat zona jalur, yaitu : a. Zona A = Yaitu, Jalan MT. Haryono bagian utara, jalur trotoar di kawasan sekitar Java Mall, yakni mulai dari pertigaan Jalan Dr. Wahidin, kawasan Pasar Kambing sampai dengan perempatan Jalan Sompok Semarang. b. Zona B
=
Yakni, Jalur trotoar di kawasan sekitar Peterongan
Plaza, Mall Sri Ratu, Kantor BCA, Bank Mayapada, yakni mulai dari perempatan Sompok sampai dengan perempatan Bangkong (simpang antara Jalan Brigjen Katamso dan Jalan Ahmad Yani). c. Zona C
=
perempatan
Yakni, Jalur trotoar di sepanjang jalan antara Bangkong,
Kampung
Baris,
sampai
dengan
perempatan Pasar Langgar Jalan Kartini. d. Zona D
=
Yaitu, Jalur Trotoar di sepanjang jalan antara
perempatan Pasar Langgar, Yamaha Mataram Motor, Mataram Plaza, Sekolah Masehi, Pasar Jagalan, sampai dengan Bubakan Pasar Johar.
Berikut adalah peta yang menunjukkan tentang daerah jalur trotoar Jalan MT. Haryono Semarang (Gambar 3.1), dan gambar pembagian zona jalur pengambilan sampel populasi penelitian (Gambar 3.2) :
30
Gambar 3.1. Daerah Jalur Trotoar Jalan MT. Haryono Semarang
31
Gambar 3.2. Daerah Pembagian Zona Pengambilan Sampel Populasi
32
b. Menentukan Jumlah Sampel Populasi Berdasarkan Prosentase Volume Pejalan Kaki
Jika kita menelaah beberapa buku metodologi penelitian sosial, penentuan besar sampel tampaknya tidak terlalu ketat, bahkan tidak begitu banyak dikemukakan dengan formula khusus. Menentukan banyaknya jumlah sampel populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah dengan berdasarkan prosentase besar volume pejalan kaki yang diperoleh. Arikunto (2002 : 112) berpendapat bahwa jika jumlah subjek besar dapat diambil antara 10 – 15% atau 20 – 25%, dan bila populasi kurang dari 100 dapat diambil semua. Maka dalam menentukan besarnya jumlah sampel populasi, peneliti menggunakan pendapat atau rumus di atas. Dalam penelitian ini jumlah volume populasi pejalan kaki adalah rata-rata 1036/12 jam pejalan kaki (sebagaimana terlihat dalam Tabel 3.1 tentang perhitungan volume pejalan kaki), dan dapat diambil sampel sebagai parameter perkiraan, yaitu sebesar 10% dari jumlah populasi yang diperoleh dari hasil perhitungan peneliti. Artinya besar sampel adalah 10% dari populasi yang berjumlah 1036 orang. Maka besar sampel dalam penelitian ini ditetapkan sampel berjumlah 104 orang pejalan kaki. Namun untuk mempermudah perhitungan, maka jumlah sampel digenapkan menjadi 100 orang pejalan kaki.
33
c. Jadwal Pelaksanaan Penghitungan Populasi (Untuk Menghitung Besar Volume Pejalan Kaki)
1). Pagi Hari Hari yang dipilih untuk perhitungan besar volume pejalan kaki adalah hari kerja/aktif, yakni antara pukul 06.00 – 10.00 WIB. 2). Siang Hari Hari kerja/aktif, yakni antara pukul 10.00 – 14.00 WIB. 3). Sore Hari Hari kerja/aktif, yaitu antara pukul 14.00 – 18.00 WIB.
D.
Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 1998 : 97). Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
1.
Variabel yang akan diteliti melalui proses dokumentasi adalah kondisi fisik yang berhubungan dengan kenyamanan para pejalan kaki terhadap pemanfaatan fasilitas jalur trotoar yang telah ada tersedia di jalan MT. Haryono Semarang.
2.
Sedangkan variabel yang akan diteliti melalui respondensi para pejalan kaki yang menempuh perjalanan atau melintas di sepanjang perlintasan Jalan MT. Haryono Semarang (baik menggunakan teknik interview maupun secara tulisan atau kuesioner ), meliputi :
34
a. Kenyamanan pejalan kaki a)
Perlindungan
dari
gangguan
iklim
atau
kekuatan
alam
(ketersediaan pohon pelindung, shelter, gazebo, dan sejenisnya). b)
Sirkulasi (pembagian sirkulasi yang jelas, antara pejalan kaki dengan activity area , serta fasilitas umum). Serta pembagian sirkulasi antara pejalan kaki dengan kendaraan bermotor.
c)
Tingkat kebisingan yang muncul akibat polusi suara, baik itu kebisingan PKL maupun suara mesin kendaraan.
d)
Tingkat polusi udara atau bau-bauan yang terdapat di sepanjang jalur trotoar atau pinggir jalan tersebut.
e)
Keadaan bentuk lanskep jalur trotoar. Ditinjau dari beda tinggi dengan lantai jalur jalan mobil, ada/tidaknya pembatas kerb, dan kerusakan lantai trotoar yang telah terjadi.
f)
Kebersihan (tingkat kebersihan yang terjaga).
g)
Keindahan di sekitar jalur trotoar, ditinjau dari pengaturan penanaman pohon-pohon atau taman kota, serta ditinjau dari penempatan fasilitas-fasilitas umum.
b. Keselamatan atau keamanan pejalan kaki a)
Pembagian zona ruang antara pejalan kaki dengan pedagang kaki lima (PKL).
b)
Parkir pada lahan trotoar dan bahu jalan.
c)
Jalur tanaman taman kota dan fasilitas umum. Fasilitas umum ini terdiri dari prasarana jalan, reklame, dan sejenisnya.
35
d)
Penyediaan
tempat
penyeberangan
pada
tikungan
dan
persimpangan jalan. e)
Kontrol
pandangan
mata
bagi
pejalan
kaki
(perletakan
pepohonan dan tanaman kota, rambu-rambu lalu lintas, penempatan tiang reklame, pos jaga polisi, boks jaringan telepon, kotak bis surat, dapat dilihat atau menghalangi pandangan).
c. Fasilitas penunjang a)
Ketersediaan marka jalan (sebagian dari tanda-tanda jalan yang berfungsi untuk mengatur lalu lintas)
b)
Pemberhentian angkutan atau halte bus
c)
Sistem drainase (saluran air hujan) yang tidak mengganggu kenyamanan pejalan kaki
d)
Pengaturan
keluar-masuk
gedung
bagi
kendaraan
yang
memotong jalur trotoar.
E.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara yang ditempuh untuk memperoleh
data
sesuai
dengan
data
yang
dibutuhkan.
Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui teknik dokumentasi, angket atau kuesioner, dan teknik wawancara (interview ).
36
a.
Dokumentasi
Dokumentasi adalah upaya mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, agenda, foto, dan lain sebagainya (Arikunto, 2002 : 206). Data yang diambil untuk penelitian ini adalah berupa : 1) dokumentasi foto, 2) data kondisi fisik prasarana jalan, 3) kondisi jalur trotoar yang berhubungan dengan tingkat kenyamanan pejalan kaki, dan 4) data peta lokasi penelitian Jalan MT. Haryono Semarang.
b.
Angket atau Kuesioner
Suharsimi Arikunto (1991 : 124-125) menyatakan bahwa angket atau
kuesioner
merupakan
sejumlah
pertanyaan
tertulis
yang
dipergunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang diketahuinya. Lebih lanjut menurut Suharsimi Arikunto yang dimaksud dengan metode angket (kuesioner) adalah metode untuk mendapatkan data dengan daftar isian yang diberikan kepada subjek penelitian. Angket dalam penelitian ini menggunakan angket tertutup, yakni angket yang diajukan kepada responden dengan menyediakan beberapa pilihan mengenai alternatif jawaban. Angket (kuesioner) yang disusun ini adalah angket dengan tipe pilihan menggunakan empat alternatif jawaban dengan skala bertingkat. Data yang diperoleh melalui angket tertutup ini berupa skor, yang menggunakan sistem
37
rating-scale yaitu dengan membubuhkan tanda ( √) pada kolom
jawaban yang tersedia yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, yakni dari kriteria sangat baik (SB), cukup baik (CB), kurang baik (KB), sampai dengan kriteria tidak baik (TB). Penyusunan angket dalam penelitian adalah untuk mendapatkan data mengenai persepsi pejalan kaki (pengguna jalur trotoar) tentang kenyamanan, keselamatan atau keamanan dan kemudahan aksesnya terhadap permanfataan fasilitas jalur trotoar yang telah tersedia di Jalan MT. Haryono Semarang. Alternatif
jawaban
yang
ada
dalam
kuesioner
bisa
ditransformasikan ke dalam bentuk simbol kuantitatif yang akan menghasilkan data interval. Caranya dengan memberikan skor terhadap setiap alternatif jawaban berdasarkan kriteria tertentu (Nana Sudjana, 1996 : 77). Kriteria pemberian skor pada alternatif jawaban untuk setiap item angket adalah sebagai berikut :
c.
a.
Skor 4 untuk jawaban SB (Sangat Baik)
b.
Skor 3 untuk jawaban CB (Cukup Baik)
c.
Skor 2 untuk jawaban KB (Kurang Baik)
d.
Skor 1 untuk jawaban TB (Tidak Baik)
Teknik Wawancara (interview)
Wawancara atau interview adalah sebuah dialog yang dilakukan pewawancara
(interviewer )
untuk
memperoleh
informasi
dari
38
terwawancara (Arikunto 2002 : 132). Secara garis besar terdapat dua macam pedoman wawancara, yaitu pedoman wawancara terstruktur dan pedoman wawancara tidak terstruktur. Pedoman wawancara dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pedoman wawancara tidak terstruktur, artinya suatu pedoman wawancara yang disusun hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan (Arinkunto, 2002 : 202), akan tetapi tetap terperinci serta mampu dipertanggung jawabkan. Jenis penelitian ini cocok untuk penelitian kasus. Metode wawancara (interview ) ini digunakan untuk memperkuat dan menambah hasil penelitian dari metode kuesioner. Metode ini dipakai untuk memberikan pertanyaan dan juga untuk memperoleh masukan dari pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan daerah jalur studi penelitian. Adapun pihak-pihak yang memiliki hubungan langsung dan berkompeten dalam masalah studi penelitian ini, adalah Dinas Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang, pemerintah setempat, dan penduduk atau orang yang bermukim di daerah penelitian dan dianggap mengetahui serta mempunyai hubungan langsung dengan daerah studi penelitian.
F.
Metode Analisis Data
Analisis data merupakan langkah yang sangat penting dalam suatu penelitian, karena analisis data berfungsi untuk mengambil kesimpulan dari
39
sebuah penelitian. Analisis data dilakukan setelah data-data penelitian terkumpul
secara lengkap kemudian data tersebut diolah dan dianalisis
untuk menghasilkan kesimpulan yang benar sehingga dapat menjawab persoalan yang sedang diteliti serta mampu dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Tujuan
analisis
dalam
penelitian
ini
adalah
untuk
menyempitkan dan membatasi penemuan sehingga menjadi data yang tersusun lebih teratur. Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis data deskriptif persentase yang didasarkan untuk mengetahui keadaan sesuatu yang bersifat kualitatif dengan penafsiran persentase data kuantitatif melalui metode pengumpulan data yakni berupa angket (kuesioner). Untuk memperoleh angket atau kuesioner dengan hasil yang memuaskan, maka angket perlu dilakukan proses uji coba. Sampel yang diambil untuk keperluan uji coba haruslah dari populasi dimana sampel penelitian akan diambil (Arikunto, 2002). Untuk menguji coba angket maka perlu dilakukan analisis uji coba instrument, antara lain, dilakukan langkahlangkah sebagai berikut :
a. Validitas Item
Validitas
adalah
suatu
ukuran
yang
menunjukkan
tingkat
keshahihan atau kevalidan suatu instrumen, yaitu jikalau instrumen tersebut mampu mengukur apa yang diinginkan. Suatu instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data diri variabel yang diteliti secara tepat (Suharsimi Arikunto, 2002 : 145).
40
Teknik analisa yang digunakan untuk mengukur validitas item yakni dipakai rumus korelasi product moment sebagai berikut :
r xy =
∑ ∑ X )(∑ Y ) − (∑ X ) }{ N ∑ Y − (∑ Y )}
N XY − (
{ N ∑ X
2
2
2
2
Dengan keterangan : r xy
= koefisien korelasi skor butir dan skor total
N
= banyaknya responden
X
= skor butir
Y
= skor total
Harga r xy yang diperoleh dari perhitungan dikonsultasikan dengan harga r pada tabel product moment dengan α = 5%. Soal dikatakan valid apabila harga r xy > r tabel , maka item angket dianggap valid.
b.
Reliabilitas
Reliabilitas instrumen adalah menunjuk pada satu pengertian bahwa instrumen mempunyai tingkat kepercayan tinggi untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrumen dikatakan reliabel bila data yang dihasilkan stabil atau konstan (Suharsimi Arikunto, 2002 : 154).
Untuk menguji reliabelitas angket penelitian, maka peneliti menggunakan teknik analisa alpha. Untuk instrumen dapat diberi skor bukan 1 dan 0, uji coba dapat dilakukan dengan teknik ‘sekali tembak’,
41
yaitu diberi sekali saja. Untuk melakukan uji reliabilitas dipakai rumus Alpha Cronbach, yaitu : 2 ⎡ k ⎤ ⎡ ∑ σ b ⎤ r 11 = ⎢ ⎢1 − ⎥ 2 σ ⎣ k − 1⎥⎦ ⎣⎢ t ⎦⎥
Dengan keterangan : r 11
= reliabilitas instrumen
k
= banyaknya butir pertanyaan soal
∑ 2 t
σ
2 b
σ
= jumlah varians butir = varians total (Suharsimi Arikunto, 2002 : 171)
Harga r 11 yang diperoleh dari perhitungan dikonsultasikan dengan harga r pada tabel product moment dengan α = 5%. Instrumen dikatakan reliabel apabila harga r 11 > r tabel . Dari hasil perhitungan uji coba instrumen penelitian, diperoleh harga reliabilitas butir atau r 11 = 0,844 dengan N = 20, sedangkan r tabel = 0,444 pada taraf signifikasi 5 %. Karena r 11> r tabel (0,844 > 0,444), maka butir soal tersebut dinyatakan reliabel. Untuk membahas hasil penelitian dengan deskripsi persentase, terlebih dahulu mengkualitatifkan skor pada jawaban melalui angket. Supaya memudahkan dalam menganalisis data, perlu diketahui skor yang diperoleh responden dari hasil pengisian angket yang diberikan. Oleh karena itu ditentukan penetapan hasil skornya.
42
1)
Membuat tabulasi angket dari responden.
2)
Menentukan skor jawaban responden dengan ketentuan yang ditetapkan. Adapun penentuan skor angket adalah sebagai berikut : a. Masing-masing alternatif jawaban tiap item soal diberi skor sesuai dengan tingkatan alternatif jawaban item. b. Setiap kode jawaban diberi skor yang berwujud angka berskala empat, yakni : i. Bagi alternatif jawaban yang memilih sangat baik (SB), akan memperoleh skor 4. ii. Bagi alternatif jawaban yang memilih cukup baik (CB), akan memperoleh skor 3. iii. Bagi alternatif jawaban yang memilih kurang baik (KB), akan memperoleh skor 2. iv. Bagi alternatif jawaban yang memilih tidak baik (TB), akan memperoleh skor 1.
3)
Menjumlah skor yang telah diperoleh dari tiap-tiap responden.
4)
Mencari
prosentase
skor
yang
telah
diperoleh
dengan
menggunakan rumus : %=
n N
x 100%
Dengan keterangan : n = Jumlah skor responden N = Jumlah skor maksimal Hasil kuantitatif dari perhitungan rumus tersebut di atas selanjutnya diubah atau dari perhitungan dengan kalimat yang bersifat kualitatif.
43
Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk menentukan kriteria kenyamanan pejalan kaki adalah : a.
Menentukan skor maksimal yang diperoleh dari hasil perkalian antara skor tertinggi, jumlah item, jumlah responden. Skor maksimal tingkat kenyamanan pejalan kaki adalah : 4 X 20 X 100 = 8000.
b.
Menentukan skor minimal yang diperoleh dari hasil perkalian antara skor terendah, jumlah item, jumlah responden. Skor minimal tingkat kenyamanan pejalan kaki adalah : 1 X 20 X 100 = 2000.
c.
Menetapkan rentang skor, yakni antara skor maksimal dikurangi skor minimal. Rentang skor yang dimaksud adalah : 8000 – 2000 = 6000.
d.
Menetapkan interval kelas. Interval kelas diperoleh dari rentang skor dibagi jenjang kriteria. Interval kelas = Rentang skor Jenjang kriteria
= 6000 4
= 1500
e.
Menetapkan persentase maksimal, yaitu 100%
f.
Menetapkan persentase minimal. Persentase minimal diperoleh dari skor minimal dibagi skor maksimal dikalikan 100% Persentase minimal = 2000 X 100% 8000
g.
=
25%
Menetapkan rentang persentase, yaitu diperoleh dari persentase maksimal dikurangi persentase minimal. Dengan demikian maka rentang persentase adalah : Rentang persentase adalah : 100% - 25% = 75%
44
h.
Menetapkan interval kelas persentase, yaitu rentang persentase dibagi kriteria. Dengan demikian interval kelas persentase adalah : Interval kelas persentase =
i.
75% 4
x 100% = 18,75%
Menetapkan kriteria, yakni Sangat Baik (SB), Baik (B), Kurang Baik (KB), dan Tidak Baik (TB). Yakni sebagai berikut :
Tabel 3.2. Penentuan Kriteria Tingkat Kenyamanan Berdasarkan Interval Kelas Persentase Interval Kelas Persentase (%)
100%
Kriteria
> Persen > 81.25%
Sangat Baik (SB)
81.25% > Persen > 62.50%
Cukup Baik (CB)
62.50% > Persen > 43.75%
Kurang Baik (KB)
43.75% > Persen > 25% Sumber : Data hasil penelitian
Tidak Baik (TB)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Kondisi Umum
Pertumbuhan penduduk Kota Semarang sekarang ini dirasakan sangat pesat dikarenakan pengaruh tingkat urbanisasi maupun kemajuan teknologi. Pertumbuhan Kota Semarang itu sendiri pada dasarnya tumbuh secara alami, sehingga akan mempersulit pengalokasian suatu kegiatankegiatan yang homogen, dikarenakan land use yang berkembang tidak beraturan. Pada umumnya pengaturan dan pemanfaatan land use masih dititikberatkan pada persoalan-persoalan fisik, sosial, politik, serta ekonomi masyarakat dan kotanya. Sehingga penyusunan penggunaan tanah seperti halnya penyediaan area pusat perdagangan yang disesuaikan dengan perkembangan aktifitas perdagangan yang disejajarkan dengan tuntutan kebutuhan dan tingkat sosial penduduk yang semakin berkembang. Perkembangan Kota Semarang pada kenyataannya cukup berkaitan erat dengan sistem jaringan prasarana jalan, sistem bangkitan/tarikan pergerakkan ( flow) yang sangat dipengaruhi oleh sistem tata guna lahan serta sistem sarana transportasi. Jaringan jalan dianggap urat nadi, dan dapat dikatakan juga sebagai penghubung antar lokasi atau tempat-tempat tertentu. Jika salah satu jaringan jalan terputus, maka akan terganggu seluruh kegiatan pergerakkan
45
46
manusia. Pola jaringan jalan di setiap kota-kota besar selalu terdapat perbedaaan, hal ini dikarenakan pembentukan pola intensitas tata guna lahan (land use) dan kondisi geografisnya. Jalan merupakan sarana vital yang perlu mendapat perhatian serius, agar aktifitas orang-orang yang ada di dalam sebuah kota menjadi lebih akseleratif. Untuk itulah pembangunan jalan yang terkonsep dan terencana secara baik sangat diperlukan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Ian Bentley (1988 : 70) menyatakan bahwa hampir semua jalan dirancang untuk penggunaan gabungan dari kendaraan bermotor dan pejalan kaki. Jalan hendaknya dirancang terperinci sehingga kendaraan bermotor tidak akan mengalahkan pejalan kaki. Menurut Peraturan Geometrik Jalan Raya No. 13/1970, jalan raya pada umumnya dapat digolongkan dalam klasifikasi menurut fungsinya, dimana peraturan ini mencakup tiga golongan penting, yakni 1) Jalan Utama, 2) Jalan Sekunder, dan 3) Jalan Penghubung. Jalan protokol adalah termasuk dalam golongan jalan utama, dalam kota-kota besar sebagai jalan yang menjadi pusat keramaian lalu lintas (KBBI, Dep.P&K, 1995 : 396). Dimana pengertian jalan utama adalah jalan raya yang melayani lalu lintas yang tinggi antara kota-kota penting atau antara
pusat-pusat
produksi
dan
pusat-pusat
keramaian.
(Peraturan
Geometrik Jalan Raya No. 13/1970, BPPU 1976 : 2). Jalan protokol yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jalan protokol Kota Semarang, dengan mengambil lokasi studi kasus di Jalan MT. Haryono Semarang.
47
Di Kota Semarang, aktifitas masyarakat untuk menjangkau tempattempat (lokasi) pusat kegiatan, bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan memakai alat transportasi kendaraan bermotor (kendaraan umum ataupun pribadi), dan berjalan kaki. Bagi para pemakai kendaraan telah disediakan jalur-jalur jalan yang diatur sedemikian tertib. Begitu pula bagi para pejalan kaki, telah ada jalur trotoar yang disediakan secara khusus. Trotoar merupakan bagian daripada rekayasa jalan raya, dengan maksud untuk membagi jalur yang tertib antara jalur kendaraan dan jalur pejalan kaki. Mengingat fungsi trotoar adalah jalur jalan yang khusus dipergunakan untuk lalu lintas pejalan kaki (pedestrian), maka dapat diartikan bahwa trotoar merupakan hak jalur lalu lintas yang dipergunakan hanya untuk pejalan kaki. Penelitian ini secara umum dilaksanakan di dalam Kota Semarang, dengan mengambil lokasi penelitian di Jalan MT. Haryono Semarang sebagai bahan studi kasus dalam spesifikasi pengambilan data penelitian. Sebagai salah satu jalan protokol yang terdapat di dalam Kota Semarang, dengan tingkat aktifitas kawasan yang termasuk kategori cukup tinggi, Jalan MT. Haryono dianggap signifikan dan representatif untuk dijadikan pilihan lokasi sebagai bahan studi kasus dalam melakukan penelitian ini. Penelitian yang dilaksanakan di Jalan MT. Haryono Semarang ini, yaitu dimulai dari bagian jalan ujung selatan yang berbatasan dengan Jalan Dr. Wahidin (di sekitar kawasan Pasar Kambing dan Metro Java Mall), sampai dengan bagian ujung utara yang berbatasan dengan Jalan
48
Ronggowarsito (di sekitar area Bubakan Pasar Johar). Panjang perlintasan Jalan MT. Haryono kurang lebih 6 kilometer.
Gambar 4.1. Peta jalur trotoar Jalan MT. Haryono Semarang
49
a. Pembagian Zona Jalur Pengambilan Sampel Populasi
Untuk mempermudah penelitian, terutama dalam penarikan sampel populasi dan teknik sampling yang dilakukan, maka studi dibagi dalam empat zona jalur, yaitu : a.
Zona A = Yakni, jalur trotoar jalan di kawasan sekitar Java Mall dan Metro Plaza, yakni mulai dari pertigaan kawasan Pasar Kambing (berbatasan dengan Jalan Dr. Wahidin) sampai dengan perempatan Jalan Sompok.
b.
Zona B = Yaitu, jalur trotoar di kawasan sekitar Peterongan Plaza, pertigaan Sri Ratu Swalayan, yakni mulai dari perempatan Jalan Sompok sampai dengan perempatan Bangkong (simpang antara Jalan Brigjen Katamso dan Jalan Ahmad Yani).
c.
Zona C
=
Yaitu, jalur trotoar di sepanjang jalan antara
perempatan Bangkong sampai dengan perempatan Pasar Langgar Jalan Kartini. d.
Zona D
=
Yakni, jalur trotoar di sepanjang jalan antara
perempatan Pasar Langgar, Yamaha Mataram Sakti Motor, Mataram Plasa, Sekolah Kristen Masehi, sampai dengan bundaran Bubakan Pasar Johar.
Untuk mengetahui lebih jelas, di bawah ini adalah peta yang menunjukkan pembagian zona jalur pengambilan sampel populasi dari studi penelitian (Gambar 4.2) :
50
Gambar 4.2. Peta jalur zona A, B, C, dan D
51
b. Aktifitas Kawasan.
Berikut adalah tabel yang menyajikan tentang aktifitas di masingmasing kawasan zona jalur pengambilan sampel populasi penelitian : Tabel 4.1. Aktifitas Di Kawasan Jalur Trotoar Jalan MT. Haryono. Zona
A
Panjang Jalur
Kawasan
Karakteristik
Trotoar
dan Batas Areal
Lingkungan
Sekitar
±
1,00
Kilometer
Kawasan sekitar Java Mall
Perbelanjaan
dan Metro Plaza, yakni
modern ( Mall)
mulai dari pertigaan Pasar Kambing sampai dengan perempatan Jalan Sompok.
B
Sekitar
±
1,00
Kilometer
Kawasan sekitar
Perbelanjaan,
Peterongan Plaza, Kantor
intitusi
BCA, Bank Mayapada,
pendidikan,
Sekolah Islam Sultan
perkantoran
dan
Agung, yakni mulai dari perempatan Sompok sampai dengan perempatan Bangkong C
Sekitar
±
1,50
Kilometer
Mulai Perempatan Jalan
Perkantoran,
Brigjen Katamso,
institusi
Perempatan Bangkong,
pendidikan,
Pasar Kp. Yusuf sampai
Ruko dan pasar
dengan perempatan Pasar
tradisional
Langgar, Jalan Kartini D
Sekitar ± 3,00 Kilometer
Dari Perempatan Pasar
Ruko,
Langgar, Mataram Plaza,
elektronika,
sampai dengan Bubakan
pusat grosir, dan
Pasar Johar
pasar tradisional
Sumber : Data hasil penelitian
agen
52
B.
Hasil Penelitian
Setelah melakukan serangkaian penelitian studi mengenai tingkat kenyamanan para pejalan kaki terhadap pemanfaatan trotoar di Jalan MT. Haryono Semarang, maka diperoleh hasil-hasil sebagai berikut :
a. Analisis Uji Coba
Analisis uji coba instrumen kuesioner Studi Tentang Kenyamanan Pejalan Kaki Terhadap Pemanfaatan Trotoar Di Jalan Protokol Kota Semarang (Studi Kasus Jalan MT. Haryono Semarang), dilaksanakan dengan tujuan adalah untuk mengetahui sejauh mana mutu instrumen angket sebagai metode pengambilan data. Sebelum instrumen kuesioner diberikan kepada sampel, terlebih dahulu diujicobakan pada sejumlah masyarakat pejalan kaki pengguna trotoar di jalur Jalan MT. Haryono Semarang. Pejalan kaki yang dijadikan sampel uji coba sebanyak 20 orang, sedangkan instrumen kuesioner uji coba terdiri dari 22 item pertanyaan pendapat. Setelah data diperoleh dari angket uji coba selanjutnya dianalisis melalui cara sebagai berikut :
1. Validitas Item
Penentuan validitas kuesioner diperoleh dengan cara menghitung r xy tiap item. Hasil r xy lalu dikonsultasikan pada r tabel dengan N = 20, dan
α =
0,05 yang besarnya r tabel = 0,444. Item angket dianggap
53
valid jikalau r xy > r tabel. Dari hasil perhitungan diperoleh item yang memenuhi kriteria valid sejumlah 20 item, yakni nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, dan 22. Sementara item soal yang diverifikasi tidak valid adalah nomor 12 dan 19.
2. Reliabilitas Item
Reliabilitas item angket studi tentang kenyamanan pejalan kaki terhadap pemanfaatan jalur trotoar jalan, ditentukan dengan menghitung koefisien realibilitas (r 11). Hasil yang kemudian diperoleh, dikonsultasikan dengan r tabel product moment. Dari hasil perhitungan kemudian diperoleh r 11 = 0,844 dengan N = 20, sedangkan r tabel = 0,444 pada taraf signifikasi 5 %. Karena r 11> r tabel (0,844 > 0,444) maka instrumen item kuesioner dinyatakan reliabel . Hasil perhitungan selengkapnya mengenai validitas item dan reliabilitas item, dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 88.
3. Penentuan instrumen item kuesioner
Dengan memperhatikan hasil-hasil perhitungan validitas dan reliabilitas item kuesioner Studi Tentang Kenyamanan Pejalan Kaki Terhadap Pemanfaatan Trotoar Di Jalan Protokol Kota Semarang, maka terdapat 20 item yang terpakai, dan 2 item soal yang tidak dipakai sebagai instrumen, dari 22 jumlah item angket uji coba.
54
b. Kenyamanan Pejalan Kaki Ditinjau dari Beberapa Faktor
Dari hasil penelitian mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan
perjalanan
di
jalur
trotoar
Jalan
MT.
Haryono,
menunjukkan hasil kriteria yang Kurang Baik (lihat tabel 4.3). Persepsi pejalan kaki mengenai kenyamanan meliputi faktor-faktor : 1) Sirkulasi. Yakni meliputi dua pembagian sirkulasi. Pertama,
pembagian sirkulasi yang jelas antara pejalan kaki dengan activity area (misalnya PKL dan parkir) maupun fasilitas umum dan
prasarana jalan (seperti traffic light, reklame, penempatan poster, boks telepon, pot tanaman, dan sebagainya). Kedua, pembagian sirkulasi antara pejalan kaki dengan kendaraan bermotor (pembagian ini dibatasi oleh ada/tidaknya kereb pemisah jalur jalan). 2) Iklim atau kekuatan alam. Ketersediaan fasilitas pelindung dari
sengatan sinar matahari maupun curah hujan (seperti ketersediaan pohon-pohon pelindung, gang-gang beratap atau shelter, dan sejenisnya) yang dapat menjaga kenyamanan dalam menempuh perjalanan para pejalan kaki. Selain itu dibutuhkan juga adanya fasilitas peristirahatan bagi pejalan kaki, seperti, gazebo, tempattempat duduk, dan semacamnya. 3) Bising. Persepsi kenyamanan pejalan kaki selama menempuh
perjalanan, ditinjau dari tingkat kebisingan yang muncul disebabkan oleh polusi suara mesin-mesin kendaraan maupun suara ramai PKL. 4) Aroma atau bau-bauan. Ditinjau dari polusi asap kendaraan dan
tumpukan sampah-sampah yang terdapat di dekat jalur trotoar jalan,
55
sehingga
mampu
menimbulkan
gangguan
bau
yang
kurang
menyenangkan bagi pengguna jalur trotoar. 5) Bentuk. Persepsi pejalan kaki mengenai bentuk kedataran lantai
trotoar (ditinjau dari beda tinggi dengan lantai bahu jalan raya) dan kondisi lantai serta kerusakan-kerusakan jalur trotoar, yang dapat mengurangi kenyamanan perjalanan. 6) Kebersihan. Yakni, tingkat kebersihan yang terjaga, ditinjau dari
ketersediaan bak sampah, timbunan sampah, rontokan daun-daun pohon maupun tanaman hias, serta sampah rumah tangga dan PKL. 7) Keindahan. Keindahan ini meliputi pengaturan penanaman pohon pohon pelindung, pengadaan taman-taman kota, serta penempatan fasilitas-fasilitas umum dan prasarana jalan, yang disediakan di sepanjang rute perjalanan.
Persepsi kenyamanan perjalanan para pejalan kaki di jalur trotoar Jalan MT. Haryono, dapat ditunjukkan dari perhitungan analisis deskriptif prosentase (lihat tabel 4.2C) yang menunjukan bahwa dari jumlah responden sebanyak 100 orang pejalan kaki (dalam 4 zona pengambilan sampel), sebesar 2,82 % responden menyatakan persepsi yang tergolong pada kriteria Sangat Baik (SB), sebesar 23,18 % responden menyatakan persepsi dengan kriteria Cukup Baik (CB), sebesar 51,09% responden menyatakan dengan kriteria Kurang Baik (KB), dan sebesar 22,90% responden menyatakan persepsi yang tergolong pada kriteria Tidak Baik (TB) tentang kenyamanan yang
56
diperoleh saat melakukan aktifitas berjalan kaki di jalur trotoar Jalan MT. Haryono Semarang. Tabel 4.2A. Kenyamanan ditinjau dari beberapa faktor (Berdasarkan 11 Item Soal tentang Kenyamanan) No Soal
4,5
1,2
6
7
8
9
3,10,11
Jumlah 11 Item Soal
Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan ( Per jalur zona)
Sirkulasi
Iklim atau Kekuatan Cuaca Kebisingan
Zona A Zona B Zona C Zona D Zona A Zona B Zona C Zona D Zona A Zona B
Zona C Zona D Aroma (Bau- Zona A bauan) Zona B Zona C Zona D Bentuk Zona A Trotoar Zona B Zona C Zona D Kebersihan Zona A Zona B Zona C Zona D Keindahan Zona A Zona B Zona C Zona D responden 25 / zona orang pejalan kaki
Sumber : Data hasil penelitian
Kriteria SB
CB
KB
TB
4%
24%
42%
30%
0%
26%
44%
30%
0%
26%
42%
32%
0%
18%
68%
14%
10%
12%
48%
30%
2%
14%
44%
40%
12%
30%
38%
20%
0%
14%
52%
34%
0%
4%
48%
48%
0%
16%
52%
32%
0%
20%
44%
36%
0%
8%
68%
24%
0%
0%
60%
40%
0%
8%
60%
32%
0%
8%
60%
32%
0%
8%
60%
32%
4%
44%
48%
4%
0%
20%
72%
8%
0%
40%
48%
12%
0%
28%
60%
12%
4%
40%
52%
4%
0%
44%
48%
8%
4%
44%
40%
12%
0%
44%
28%
28%
6,7%
24%
58,7%
10,6%
2,7%
32%
56%
9,3%
9,3%
33,3%
50,6%
6,7%
0%
16%
49,3%
34,7%
Jumlah total responden 100 orang pejalan kaki
57
Tabel 4.2B. Kenyamanan ditinjau dari beberapa faktor (Menurut Hasil Masing-masing Zona Pengambilan Sampel) No
Berdasarkan 11 Item Soal tentang
Kriteria SB
CB
KB
TB
Kenyamanan
01
Zona A
5,09%
21,09%
51,27%
22,54%
Zona B
1,09%
24,00%
52,36%
22,55%
Zona C
5,09%
29,45%
45,82%
19,64%
Zona D
0,00%
18,18%
54,91%
26,91%
responden 25 / zona orang
Jumlah total responden 100 orang
pejalan kaki
pejalan kaki
Sumber : Data hasil penelitian
Tabel 4.2C. Kenyamanan ditinjau dari beberapa faktor (Kalkulasi Total Di Empat Zona Pengambilan Sampel) No
Kenyamanan Ditinjau dari
Kriteria SB
CB
KB
23,18%
51,09%
TB
Beberapa Aspek
01
Berdasarkan item
11
pertanyaan 2,82%
tentang kenyamanan (nomor 1 s/d 11) Jumlah responden 100 orang pejalan kaki Sumber : Data hasil penelitian
100%
22,90%
58
1. Zona A (Analisis Deskriptif Prosentase Tingkat Kenyamanan yang Ditinjau dari Beberapa Faktor)
Perhitungan hasil penelitian mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari beberapa faktor di Zona A, adalah sebagai berikut : Range
=
Skor maksimal – Skor minimal
Skor maksimal
=
4 X 11 X 25 = 1100
Skor minimal
=
1 X 11 X 25 = 275
Range
=
1100 – 275 = 825
Kelas Interval
=
Range ____ = Banyak kelas
Skor total
= Skor total di zona A
825 = 206,5 4
= 574 Skor maksimal DP
= 1100
=
Skor total____ Skor maksimal
=
52,182 %
=
574 1100
Maka hasil perhitungan mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari beberapa faktor di Zona A, menunjukkan hasil dengan kriteria yang Kurang Baik (KB), di dalam pemanfaatan jalur trotoar Zona A, Jalan MT. Haryono Semarang.
59
2. Zona B (Analisis Deskriptif Prosentase Tingkat Kenyamanan Yang Ditinjau Dari Beberapa Faktor)
Perhitungan hasil penelitian mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari beberapa faktor di Zona B, adalah sebagai berikut : Range
=
Skor maksimal – Skor minimal
Skor maksimal
=
4 X 11 X 25 = 1100
Skor minimal
=
1 X 11 X 25 = 275
Range
=
1100 – 275 = 825
Kelas Interval
=
Range ____ = Banyak kelas
Skor total
= Skor total di zona B
825 = 206,5 4
= 605 Skor maksimal DP
= 1100
=
Skor total____ Skor maksimal
=
55,00 %
=
605 1100
Maka hasil perhitungan mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari beberapa faktor di Zoan B, menunjukkan hasil dengan kriteria yang Kurang Baik (KB), di dalam pemanfaatan jalur trotoar Zona B, Jalan MT. Haryono Semarang.
60
3. Zona C (Analisis Deskriptif Prosentase Tingkat Kenyamanan Yang Ditinjau Dari Beberapa Faktor)
Perhitungan hasil penelitian mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari beberapa faktor di Zona C, adalah sebagai berikut : Range
=
Skor maksimal – Skor minimal
Skor maksimal
=
4 X 11 X 25 = 1100
Skor minimal
=
1 X 11 X 25 = 275
Range
=
1100 – 275 = 825
Kelas Interval
=
Range ____ = Banyak kelas
Skor total
= Skor total di zona C
825 = 206,5 4
= 560 Skor maksimal DP
= 1100
=
Skor total____ Skor maksimal
=
50,909 %
=
560 1100
Maka hasil perhitungan mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari beberapa faktor di Zona C, menunjukkan hasil dengan kriteria yang Kurang Baik (KB), di dalam pemanfaatan jalur trotoar Zona C, Jalan MT. Haryono Semarang.
61
4. Zona D (Analisis Deskriptif Prosentase Tingkat Kenyamanan Yang Ditinjau Dari Beberapa Faktor)
Perhitungan hasil penelitian mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari beberapa faktor di Zona D, adalah sebagai berikut : Range
=
Skor maksimal – Skor minimal
Skor maksimal
=
4 X 11 X 25 = 1100
Skor minimal
=
1 X 11 X 25 = 275
Range
=
1100 – 275 = 825
Kelas Interval
=
Range ____ = Banyak kelas
Skor total
= Skor total di zona D
825 = 206,5 4
= 555 Skor maksimal DP
= 1100
=
Skor total____ Skor maksimal
=
50,454 %
=
555 1100
Maka hasil perhitungan mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari beberapa faktor di Zona D, menunjukkan hasil dengan kriteria yang Kurang Baik (KB), di dalam pemanfaatan jalur trotoar Zona D, Jalan MT. Haryono Semarang.
62
Adapun perhitungan hasil penelitian mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari beberapa faktor di atas, adalah sebagai berikut : Range
=
Skor maksimal – Skor minimal
Skor maksimal
=
4 X 11 X 100 = 4400
Skor minimal
=
1 X 11 X 100 = 1100
Range
=
4400 – 1100 = 3300
Kelas Interval
=
Range ____ = Banyak kelas
3300 = 825 4
Tabel 4.3. Interval Kelas dan Kriteria kenyamanan ditinjau dari beberapa faktor. Interval (skor)
Interval (%)
Kriteria
4400 > skor > 3575
100%
> Persen > 81.25%
Sangat Baik
3575 > skor > 2750
81.25% > Persen > 62.50%
Cukup Baik
2750 > skor > 1925
62.50% > Persen > 43.75%
Kurang Baik
1925 > skor > 1100
43.75% > Persen > 25%
Tidak Baik
Sumber : Data hasil penelitian
Skor total
= Skor total di zona A + B + C + D = 574 + 605 + 560 + 555 = 2294
Skor maksimal DP
= 4400
=
Skor total____ Skor maksimal
=
50,201 %
=
2294 4400
63
Maka hasil perhitungan mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari beberapa faktor (baik itu di Zona A, B, C, dan D) menunjukkan hasil dengan kriteria yang Kurang Baik (KB), di dalam pemanfaatan jalur trotoar Jalan MT. Haryono Semarang.
c. Kenyamanan Pejalan Kaki Ditinjau dari Faktor Keamanan
Persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari aspek keamanan (keselamatan dari gangguan lalu lintas kendaraan) dalam pemanfaatan jalur trotoar jalan, dari hasil penelitian menunjukkan hasil kriteria yang Kurang Baik (lihat tabel 4.5). Adapun persepsi pejalan kaki mengenai aspek keamanan meliputi : a) Pembagian lahan (sirkulasi aktifitas) antara pejalan kaki dengan tempat berjualan PKL. b) Pembagian lahan antara pejalan kaki dengan tempat untuk parkir kendaraan (Misalnya, adanya kendaraan yang parkir pada jalur trotoar atau parkir di bahu jalan raya). c) Pembagian lahan antara pejalan kaki dengan penempatan tamantaman kota maupun fasilitas umum serta prasarana jalan. d) Penyediaan tempat penyeberangan bagi pejalan kaki, pada tikungan dan persimpangan jalan e) Kontrol pandangan mata bagi pejalan kaki, ditinjau dari perletakan fasilitas-fasilitas umum yang dapat menghalangi pandangan mata.
64
Tabel 4.4A. Kenyamanan ditinjau dari faktor keamanan (Berdasarkan 5 Item Soal tentang Faktor Keamanan) No Soal
12
13
14
15
16
Jumlah 5 Item Soal
Kenyamanan yang ditinjau dari aspek-aspek keamanan ( Per jalur zona)
Kriteria SB
CB
KB
TB
Pembagian Zona A lahan antara Zona B pejalan kaki dengan PKL Zona C
0%
24%
64%
12%
0%
4%
60%
36%
0%
20%
56%
24%
Zona D
0%
0%
88%
12%
Pembagian Zona A lahan antara Zona B pejalan kaki dengan parkir Zona C
0%
20%
68%
12%
0%
8%
84%
8%
8%
28%
36%
28%
Zona D
0%
0%
88%
12%
Pembagian Zona A lahan antara Zona B pejalan kaki dgn prasarana Zona C jalan, dsb Zona D
8%
32%
56%
4%
0%
28%
72%
0%
0%
56%
40%
4%
0%
16%
44%
40%
Penyediaan Zona A tempat Zona B penyeberanga n bagi pejalan Zona C kaki Zona D
4%
16%
60%
20%
4%
8%
64%
24%
12%
16%
56%
16%
0%
16%
40%
44%
Kontrol Zona A pandangan Zona B mata bagi pejalan kaki Zona C
0%
40%
48%
12%
0%
40%
56%
4%
0%
52%
36%
12%
Zona D
0%
36%
60%
4%
responden 25 / zona orang pejalan kaki
Sumber : Data hasil penelitian
Jumlah total responden 100 orang pejalan kaki
65
Dari hasil penelitian yang diperoleh mengenai persepsi pejalan kaki tentang keamanan (keselamatan dari gangguan lalu lintas kendaraan) dalam pemanfaatan jalur trotoar, dapat ditunjukkan dari hasil perhitungan analisis deskriptif prosentase (lihat tabel 4.4C). Hasilnya menunjukan bahwa dari jumlah responden sebanyak 100 orang pejalan kaki (dalam 4 zona pengambilan sampel populasi), ternyata sebesar 1,80% responden menyatakan persepsi yang tergolong pada kriteria Sangat Baik (SB), sebesar 23,00% responden menyatakan persepsi dengan
kriteria
Cukup
Baik
(CB),
sebesar
58,80%
responden
menyatakan dengan kriteria Kurang Baik (KB), dan sebesar 16,40% responden menyatakan persepsi yang tergolong pada kriteria Tidak Baik (TB) tentang persepsi pejalan kaki mengenai keamanan (keselamatan dari gangguan lalu lintas kendaraan) dalam pemanfaatan jalur trotoar Jalan MT. Haryono Semarang. Tabel 4.4B. Kenyamanan ditinjau dari faktor keamanan (Menurut Hasil Masing-masing Zona Pengambilan Sampel) No
Berdasarkan 5 Item Soal tentang
Kriteria SB
CB
KB
TB
Keamanan
02
Zona A
2,40%
26,40%
59,20%
12,00%
Zona B
0,80%
17,60%
67,20%
14,40%
Zona C
4,00%
34,40%
44,80%
16,80%
Zona D
0,00%
13,60%
64,00%
22,40%
responden 25 / zona orang pejalan kaki Sumber : Data hasil penelitian
Jumlah total responden 100 orang pejalan kaki
66
Tabel 4.4C. Kenyamanan ditinjau dari faktor keamanan (Kalkulasi Total Di Empat Zona Pengambilan Sampel) No
Kenyamanan Ditinjau dari Faktor Keamanan
02
Kriteria SB
CB
KB
TB
23,00%
58,80%
16,40%
Berdasarkan 5 item pertanyaan
tentang 1,80%
keamanan
(nomor
12 s/d 16) Jumlah responden 100 orang pejalan kaki
100%
Sumber : Data hasil penelitian
1. Zona A (Analisis Deskriptif Prosentase Tingkat Kenyamanan yang Ditinjau dari Faktor Keamanan)
Perhitungan hasil penelitian mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari faktor keamanan di Zona A, adalah sebagai berikut : Range
=
Skor maksimal – Skor minimal
Skor maksimal
=
4 X 5 X 25 = 500
Skor minimal
=
1 X 5 X 25 = 125
Range
=
500 – 125 = 375
Kelas Interval
=
Range ____ = Banyak kelas
Skor total
= Skor total di zona A = 274
Skor maksimal
= 500
375 = 93,75 4
67
DP
=
Skor total____ Skor maksimal
=
54,80 %
=
274 500
Maka hasil perhitungan mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari faktor keamanan di Zona A adalah, menunjukkan kriteria Kurang Baik (KB) di dalam pemanfaatan jalur trotoar Zona A, Jalan MT. Haryono Semarang..
2. Zona B (Analisis Deskriptif Prosentase Tingkat Kenyamanan yang Ditinjau dari Faktor Keamanan)
Perhitungan hasil penelitian mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari faktor keamanan di Zona B, adalah sebagai berikut : Range
=
Skor maksimal – Skor minimal
Skor maksimal
=
4 X 5 X 25 = 500
Skor minimal
=
1 X 5 X 25 = 125
Range
=
500 – 125 = 375
Kelas Interval
=
Range ____ = Banyak kelas
Skor total
= Skor total di zona B = 282
Skor maksimal DP
= 500
=
Skor total____ Skor maksimal
=
56,40 %
=
282 500
375 = 93,75 4
68
Maka hasil perhitungan mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari faktor keamanan di Zona B adalah, menunjukkan kriteria Kurang Baik (KB) di dalam pemanfaatan jalur trotoar Zona B, Jalan MT. Haryono Semarang.
3. Zona C (Analisis Deskriptif Prosentase Tingkat Kenyamanan yang Ditinjau dari Faktor Keamanan)
Perhitungan hasil penelitian mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari faktor keamanan di Zona C, adalah sebagai berikut : Range
=
Skor maksimal – Skor minimal
Skor maksimal
=
4 X 5 X 25 = 500
Skor minimal
=
1 X 5 X 25 = 125
Range
=
500 – 125 = 375
Kelas Interval
=
Range ____ = Banyak kelas
Skor total
= Skor total di zona C
375 = 93,75 4
= 256 Skor maksimal DP
= 500
=
Skor total____ Skor maksimal
=
51,20 %
=
256 500
Maka hasil perhitungan mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari faktor keamanan di Zona C adalah,
69
menunjukkan kriteria Kurang Baik (KB) di dalam pemanfaatan jalur trotoar Zona C, Jalan MT. Haryono Semarang.
4. Zona D (Analisis Deskriptif Prosentase Tingkat Kenyamanan yang Ditinjau dari Faktor Keamanan)
Perhitungan hasil penelitian mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari faktor keamanan di Zona D, adalah sebagai berikut : Range
=
Skor maksimal – Skor minimal
Skor maksimal
=
4 X 5 X 25 = 500
Skor minimal
=
1 X 5 X 25 = 125
Range
=
500 – 125 = 375
Kelas Interval
=
Range ____ = Banyak kelas
Skor total
= Skor total di zona D
375 = 93,75 4
= 239 Skor maksimal DP
= 500
=
Skor total____ Skor maksimal
=
47,80 %
=
239 500
Maka hasil perhitungan mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari faktor keamanan di Zona D adalah, menunjukkan kriteria Kurang Baik (KB) di dalam pemanfaatan jalur trotoar Zona D, Jalan MT. Haryono Semarang.
70
Adapun perhitungan hasil penelitian mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari faktor keamanan di atas, (baik di Zona A, B, C, dan D) adalah sebagai berikut : Range
=
Skor maksimal – Skor minimal
Skor maksimal
=
4 X 5 X 100 = 2000
Skor minimal
=
1 X 5 X 100 = 500
Range
=
2000 – 500 = 1500
Kelas Interval
=
Range ____ = Banyak kelas
=
375
1500 4
Tabel 4.5. Interval Kelas dan Kriteria kenyamanan ditinjau dari faktor keamanan Interval (skor)
Interval (%)
Kriteria
2000 > skor > 1625
100%
> Persen > 81.25%
Sangat Baik
1625 > skor > 1250
81.25% > Persen > 62.50%
Cukup Baik
1250 > skor > 875
62.50% > Persen > 43.75%
Kurang Baik
43.75% > Persen > 25%
Tidak Baik
875 > skor > 500
Sumber : Data hasil penelitian
Skor total
= Skor total di zona A + B + C + D = 274 + 282 + 256 + 239 = 1051
Skor maksimal
DP
= 2000
=
Skor total____ Skor maksimal
=
50,205 %
=
1051 2000
71
Maka hasil perhitungan mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari faktor keamanan adalah, menunjukkan kriteria Kurang Baik (KB) di dalam pemanfaatan jalur trotoar Jalan MT. Haryono Semarang.
d. Kenyamanan Pejalan Kaki Ditinjau dari Faktor Kelengkapan Fasilitas Penunjang
Dari hasil penelitian mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari aspek kelengkapan fasilitas penunjang bagi pejalan kaki dalam menempuh perjalanan di jalur trotoar Jalan MT. Haryono, kemudian menunjukkan hasil kriteria yang Kurang Baik (lihat tabel 4.8). Adapun persepsi pejalan kaki mengenai kelengkapan fasilitas penunjang meliputi : a)
Penyediaan fasilitas marka jalan.
b)
Penyediaan fasilitas pemberhentian angkutan umum atau halte bus.
c)
Sistem drainase (saluran air hujan).
d)
Pengaturan keluar masuk kendaraan ke gedung / tempat tertentu, yang memakan atau memotong lahan jalur trotoar.
72
Tabel
4.6A.
Kenyamanan
pejalan
kaki
ditinjau
dari
faktor
kelengkapan fasilitas penunjang. (Berdasarkan 4 Item Soal tentang Faktor Kelengkapan Fasilitas Penunjang Bagi Pejalan Kaki) No Soal
17
18
19
20
Jumlah 4 Item Soal
Kenyamanan yang ditinjau dari aspek-aspek kelengkapan fasilitas penunjang ( Per jalur zona) Penyediaan Zona A fasilitas marka Zona B jalan. Zona C
Penyediaan fasilitas pemberhenti an angkutan umum atau halte bus. Sistem drainase (saluran air hujan).
Pengaturan keluar masuk kendaraan ke gedung / tempat tertentu
Kriteria SB
CB
KB
TB
4%
56%
40%
0%
0%
64%
36%
0%
8%
52%
40%
0%
Zona D
0%
0%
60%
40%
Zona A
4%
12%
80%
4%
Zona B
0%
8%
64%
28%
Zona C
8%
20%
60%
12%
Zona D
0%
16%
40%
44%
Zona A
0%
20%
72%
8%
Zona B
0%
12%
44%
44%
Zona C
0%
16%
60%
24%
Zona D
0%
0%
32%
68%
Zona A
8%
12%
56%
24%
Zona B
0%
20%
64%
16%
Zona C
0%
32%
40%
28%
Zona D
8%
32%
60%
0%
responden 25 / zona orang pejalan kaki
Sumber : Data hasil penelitian
Jumlah total responden 100 orang pejalan kaki
73
Dari hasil penelitian yang diperoleh mengenai persepsi pejalan kaki tentang kelengkapan fasilitas penunjang bagi pejalan kaki dalam menggunakan jalur trotoar, dapat ditunjukkan dari hasil perhitungan analisis deskriptif prosentase (lihat tabel 4.6C). Hasilnya menunjukkan bahwa dari jumlah responden sebanyak 100 orang pejalan kaki (dalam 4 zona pengambilan sampel populasi), ternyata sebesar 2,50% responden menyatakan persepsi yang tergolong pada kriteria Sangat Baik (SB), sebesar 23,25% responden menyatakan persepsi dengan kriteria Cukup Baik (CB), sebesar 53,00% responden menyatakan dengan kriteria Kurang Baik (KB), dan sebesar 21,25% responden menyatakan persepsi yang tergolong pada kriteria Tidak Baik (TB) tentang persepsi pejalan kaki mengenai kelengkapan fasilitas penunjang bagi pejalan kaki dalam pemanfaatan jalur trotoar Jalan MT. Haryono Semarang. Tabel 4.6B. Kenyamanan pejalan kaki ditinjau dari faktor kelengkapan fasilitas penunjang. (Menurut Hasil Masing-masing Zona Pengambilan Sampel) No
Berdasarkan 4 Item Soal tentang
Kriteria SB
CB
KB
TB
Kelengkapan Fasilitas Penunjang
03
Zona A
4,00%
25,00%
62,00%
9,00%
Zona B
0,00%
26,00%
52,00%
22,00%
Zona C
4,00%
30,00%
50,00%
16,00%
Zona D
2,00%
12,00%
48,00%
38,00%
responden 25 / zona orang pejalan kaki Sumber : Data hasil penelitian
Jumlah total responden 100 orang pejalan kaki
74
Tabel 4.6C. Kenyamanan Pejalan Kaki Ditinjau dari Faktor Kelengkapan Fasilitas Penunjang (Kalkulasi Total Di Empat Zona Pengambilan Sampel) No
Kenyamanan
Kriteria
Ditinjau dari
SB
CB
KB
TB
Kelengkapan Fasilitas Penunjang
03
Berdasarkan 4 item pertanyaan tentang 2,50%
23,25%
53,00%
21,25%
kelengkapan fasilitas penunjang (nomor 17 s/d 20) Jumlah responden 100 orang pejalan kaki
100%
Sumber : Data hasil penelitian
1. Zona A (Analisis Deskriptif Prosentase Tingkat Kenyamanan yang Ditinjau dari Faktor Kelengkapan Fasilitas Penunjang)
Perhitungan hasil penelitian mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari faktor kelengkapan fasilitas penunjang di Zona A, adalah sebagai berikut : Range
=
Skor maksimal – Skor minimal
Skor maksimal
=
4 X 4 X 25
= 400
Skor minimal
=
1 X 4 X 25
= 100
Range
=
400 – 100 = 300
Kelas Interval
=
Range ____ = Banyak kelas
300 4
= 75
75
Skor total
= Skor total di zona A = 224
Skor maksimal DP
= 400
=
Skor total____ Skor maksimal
=
56,00 %
=
224 400
Maka hasil perhitungan mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari faktor kelengkapan fasilitas penunjang di Zona A adalah, menunjukkan hasil dengan kriteria Kurang Baik (KB) di dalam pemanfaatan jalur trotoar Zona A, Jalan MT. Haryono Semarang..
2. Zona B (Analisis Deskriptif Prosentase Tingkat Kenyamanan yang Ditinjau dari Faktor Kelengkapan Fasilitas Penunjang)
Perhitungan hasil penelitian mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari faktor kelengkapan fasilitas penunjang di Zona B, adalah sebagai berikut : Range
=
Skor maksimal – Skor minimal
Skor maksimal
=
4 X 4 X 25
= 400
Skor minimal
=
1 X 4 X 25
= 100
Range
=
400 – 100 = 300
Kelas Interval
=
Range ____ = Banyak kelas
Skor total
= Skor total di zona B = 222
Skor maksimal
= 400
300 4
= 75
76
DP
=
Skor total____ Skor maksimal
=
55,50 %
=
222 400
Maka hasil perhitungan mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari faktor kelengkapan fasilitas penunjang di Zona B adalah, menunjukkan hasil dengan kriteria Kurang Baik (KB) di dalam pemanfaatan jalur trotoar Zona B, Jalan MT. Haryono Semarang..
3. Zona C (Analisis Deskriptif Prosentase Tingkat Kenyamanan yang Ditinjau dari Faktor Kelengkapan Fasilitas Penunjang)
Perhitungan hasil penelitian mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari faktor kelengkapan fasilitas penunjang di Zona C, adalah sebagai berikut : Range
=
Skor maksimal – Skor minimal
Skor maksimal
=
4 X 4 X 25
= 400
Skor minimal
=
1 X 4 X 25
= 100
Range
=
400 – 100 = 300
Kelas Interval
=
Range ____ = Banyak kelas
Skor total
= Skor total di zona C
300 4
= 204 Skor maksimal DP
= 400
=
Skor total____ Skor maksimal
=
51,00 %
=
204 400
= 75
77
Maka hasil perhitungan mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari faktor kelengkapan fasilitas penunjang di Zona C adalah, menunjukkan hasil dengan kriteria Kurang Baik (KB) di dalam pemanfaatan jalur trotoar Zona C, Jalan MT. Haryono Semarang..
4. Zona D (Analisis Deskriptif Prosentase Tingkat Kenyamanan yang Ditinjau dari Faktor Kelengkapan Fasilitas Penunjang)
Perhitungan hasil penelitian mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari faktor kelengkapan fasilitas penunjang di Zona D, adalah sebagai berikut : Range
=
Skor maksimal – Skor minimal
Skor maksimal
=
4 X 4 X 25
= 400
Skor minimal
=
1 X 4 X 25
= 100
Range
=
400 – 100 = 300
Kelas Interval
=
Range ____ = Banyak kelas
Skor total
= Skor total di zona D
300 4
= 203 Skor maksimal DP
= 400
=
Skor total____ Skor maksimal
=
50,75 %
=
203 400
= 75
78
Tabel 4.7. Penentuan Kriteria Tingkat Kenyamanan, yakni Sangat Baik (SB), Cukup Baik (CB), Kurang Baik (KB), Tidak Baik (TB). Interval Kelas Persentase (%)
100%
Kriteria
> Persen > 81.25%
Sangat Baik
81.25% > Persen > 62.50%
Cukup Baik
62.50% > Persen > 43.75%
Kurang Baik
43.75% > Persen > 25%
Tidak Baik
Sumber : Data hasil penelitian
Maka hasil perhitungan mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari faktor kelengkapan fasilitas penunjang di Zona D adalah, menunjukkan hasil dengan kriteria Kurang Baik (KB) di dalam pemanfaatan jalur trotoar Jalan MT. Haryono Semarang.
Adapun perhitungan hasil penelitian mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari faktor kelengkapan fasilitas penunjang (baik di Zona A, B, C, maupun D), adalah sebagai berikut : Range
=
Skor maksimal – Skor minimal
Skor maksimal
=
4 X 4 X 100 = 1600
Skor minimal
=
1 X 4 X 100 = 400
Range
=
1600 – 400 = 1200
Kelas Interval
=
Range ____ = Banyak kelas
1200 = 300 4
79
Tabel 4.8. Interval Kelas dan Kriteria kenyamanan ditinjau dari faktor kelengkapan fasilitas penunjang. Interval (skor) 1600 > skor > 1300
Interval (%) 100% > Persen > 81.25%
Kriteria Sangat Baik
1300 > skor > 1000
81.25% > Persen > 62.50%
Cukup Baik
1000 > skor > 700
62.50% > Persen > 43.75%
Kurang Baik
43.75% > Persen > 25%
Tidak Baik
700 > skor > 400
Sumber : Data hasil penelitian
Skor total
= Skor total di zona A + B + C + D = 224 + 222 + 204 + 203 = 853
Skor maksimal DP
= 853
=
Skor total____ Skor maksimal
=
50,303 %
=
853 1600
Maka hasil perhitungan mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari faktor kelengkapan fasilitas penunjang (baik itu di Zona A, B, C, dan D) adalah, menunjukkan hasil dengan kriteria Kurang Baik (KB).
C.
Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian yang telah diperoleh, diketahui bahwa persepsi para pejalan kaki mengenai tingkat kenyamanan secara keseluruhan, dalam pemanfaatan jalur trotoar jalan MT. Haryono, menunjukkan jawaban yang termasuk kriteria kurang baik. Atau dengan kata lain, para pejalan kaki tidak memperoleh kenyamanan yang optimal, ketika memanfaatkan atau melakukan aktifitas berjalan kaki di jalur trotoar jalan MT. Haryono.
80
Tabel 4.9. Prosentase Jawaban Total Responden (Kalkulasi Total Di Empat Zona Pengambilan Sampel) Jawaban Responden
Jumlah Jawaban
Persentase
Kriteria Sangat Baik
50
2.50%
Kriteria Cukup Baik
463
23.15%
Kriteria Kurang Baik
1068
53.40%
Kriteria Tidak Baik
419
20.95%
Jumlah Responden 100 Orang
2000
100%
Sumber : Data Hasil Penelitian
Adapun perhitungan hasil penelitian mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau seluruh faktor, baik itu dari 1) beberapa faktor umum, 2) faktor keamanan atau keselamatan, dan 3) faktor kelengkapan fasilitas penunjang, adalah sebagai berikut : Range
=
Skor maksimal – Skor minimal
Skor maksimal
=
4 X 20 X 100 = 8000
Skor minimal
=
1 X 20 X 100 = 2000
Range
=
8000 – 2000 = 6000
Kelas Interval
=
Range ____ = Banyak kelas
6000 = 1500 4
Tabel 4.10. Interval Kelas dan Kriteria kenyamanan ditinjau dari seluruh faktor yang mempengaruhinya. Interval (skor)
Interval (%)
Kriteria
8000 > skor > 6500
100%
> Persen > 81.25%
Sangat Baik
6500 > skor > 5000
81.25% > Persen > 62.50%
Cukup Baik
5000 > skor > 3500
62.50% > Persen > 43.75%
Kurang Baik
3500 > skor > 2000
43.75% > Persen > 25%
Tidak Baik
Sumber : Data hasil penelitian
81
Skor total
= Penjumlahan seluruh skor = 2294 + 1051 + 853 = 4198
Skor maksimal DP
= 8000
=
Skor total____ Skor maksimal
=
50,204 %
=
4198 8000
Maka hasil perhitungan analisis deskriptif prosentase, mengenai persepsi pejalan kaki tentang kenyamanan yang ditinjau dari seluruh faktor, baik itu dari 1) beberapa faktor umum (seperti sirkulasi, cuaca, bentuk, bau bauan, kebersihan serta keindahan), 2) faktor keamanan atau keselamatan, dan 3) faktor kelengkapan fasilitas penunjang, adalah diperoleh bahwa dari jumlah responden sebanyak 100 pejalan kaki, dengan total skor 4198 menghasilkan 50,204% dan tergolong dalam kriteria Kurang Baik (lihat tabel 4.10), di dalam pemanfaatan jalur trotoar di Jalan MT. Haryono Semarang.
Berikut ini adalah data (tabel 4.11) yang menunjukkan hasil kalkulasi mengenai persepsi tentang kenyamanan pejalan kaki dalam pemanfaatan jalur trotoar jalan MT Haryono Semarang (kenyamanan ditinjau dari 1) beberapa faktor umum, 2) faktor keamanan atau keselamatan, dan 3) faktor kelengkapan fasilitas penunjang) :
82
Tabel 4.11. Persepsi kenyamanan pejalan kaki yang ditinjau dari seluruh faktor yang mempengaruhinya. No
Persepsi Pejalan
Skor Total
Prosentase
Kriteria
2294
50.201%
Kurang Baik
1051
50.205%
Kurang Baik
853
50.303%
Kurang Baik
4198
50.204%
Kurang Baik
Kaki
01
Kenyamanan ditinjau dari faktor sirkulasi, iklim, bising, kebersihan, dan lainlain 02 Kenyamanan ditinjau dari faktor keamanan (keselamatan dari bahaya kecelakaan) 03 Kenyamanan ditinjau dari aspek kelengkapan fasilitas penunjang Persepsi kenyamanan secara keseluruhan dalam pemanfaatan jalur trotoar Jumlah Responden
100 Responden pejalan kaki
Sumber : Data Hasil Penelitian
a. Pembahasan Kenyamanan Pejalan Kaki Ditinjau dari Beberapa Faktor
Dari data hasil kuesioner yang sudah diperoleh dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa persepsi kenyamanan yang ditinjau dari faktor-faktor : 1) Sirkulasi, yakni meliputi dua pembagian sirkulasi, pertama, pembagian sirkulasi yang jelas antara pejalan kaki dengan activity area maupun fasilitas umum, kedua, pembagian sirkulasi antara pejalan kaki dengan kendaraan bermotor, 2) Iklim atau kekuatan alam, yakni ketersediaan fasilitas pelindung dari sengatan sinar matahari maupun curah hujan, 3) Tingkat kebisingan atau polusi suara, 4) Aroma atau bau-bauan yang ditimbulkan,
83
5) Bentuk lanskep trotoar , 6) Tingkat kebersihan yang terjaga, dan 7) Aspek keindahan di sekitar jalur trotoar di sepanjang rute perjalanan, memberikan keterangan bahwa :
1. Zona A
Dari jumlah responden sebanyak 25 orang pejalan kaki (dalam pengambilan sampel di Zona A), sebesar 52,182 % responden menyatakan persepsi yang masuk pada kriteria Kurang Baik (KB), tentang kenyamanan yang diperoleh saat menempuh perjalanan dengan berjalan kaki di jalur trotoar Zona A, Jalan MT. Haryono.
2. Zona B
Dari jumlah responden sebanyak 25 orang pejalan kaki (dalam pengambilan sampel di Zona B), menunjukkan sebesar 55,00 % responden menyatakan persepsi yang masuk pada kriteria Kurang Baik (KB), tentang kenyamanan yang diperoleh saat melakukan aktifitas berjalan kaki di jalur trotoar untuk pengambilan sampel di Zona B, Jalan MT. Haryono Semarang.
3. Zona C
Dari jumlah responden sebanyak 25 orang pejalan kaki (dalam pengambilan sampel di Zona C), ternyata sebesar 50,909 % responden menyatakan persepsi yang masuk pada kriteria Kurang Baik (KB), tentang kenyamanan yang diperoleh saat melakukan aktifitas berjalan kaki di jalur trotoar, kawasan Zona C, Jalan MT. Haryono.
84
4. Zona D
Dari jumlah responden sebanyak 25 orang pejalan kaki (dalam pengambilan sampel di Zona D), menunjukkan sebanyak 50,454 % responden menyatakan persepsi yang masuk pada kriteria Kurang Baik (KB), tentang kenyamanan yang diperoleh saat melakukan aktifitas berjalan kaki di jalur trotoar Zona D, Jalan MT. Haryono Semarang.
Adapun hasil dari jumlah responden secara keseluruhan, sebanyak 100 orang pejalan kaki (dalam 4 zona pengambilan sampel, yakni Zona A, B, C, dan D), sebesar 50,201% responden menyatakan persepsi yang masuk pada kriteria Kurang Baik (KB), tentang kenyamanan yang diperoleh saat melakukan aktifitas berjalan kaki di jalur trotoar Jalan MT. Haryono Semarang. Peroleh data kuesioner ini kemudian diperkuat dengan hasil wawancara (interview) dalam penelitian, yang memberikan keterangan bahwa kenyamanan pejalan kaki dapat berkurang akibat sirkulasi di jalur trotoar Jalan MT. Haryono, selama ini tidak tertata dengan benar. Misalnya kurang adanya kejelasan sirkulasi antara lahan bagi pejalan kaki dengan lahan activity area (misalnya PKL dan parkir) maupun fasilitas umum (seperti penempatan poster, boks telepon, pot tanaman, dan sebagainya). Selain itu, pembagian sirkulasi antara pejalan kaki dengan kendaraan bermotor, juga tidak dibatasi secara jelas oleh adanya kereb pemisah jalur jalan. Kereb-kereb yang ada sebagian telah rusak, dan sebagian lagi telah
85
dihilangkan guna menjadi lahan parkir kendaraan oleh pembangunan rukoruko di sepanjang pinggir jalur trotoar Jalan MT. Haryono. Untuk itu diperlukan penataan ruang yang fungsionalis demi terciptanya kelancaran masing-masing aktifitas sirkulasi, baik itu sirkulasi transitional space (untuk sirkulasi kendaraan bermotor dan pejalan kaki)
maupun sirkulasi activity area (misalnya, untuk pedagang kaki lima, parkir, dan lain sebagainya).
Gambar 4.3. Dokumentasi foto tentang faktor sirkulasi. Di Jalan MT. Haryono, kurang adanya kejelasan sirkulasi antara lahan bagi pejalan kaki dengan lahan activity area maupun dengan transition space.
Dari hasil wawancara juga diperoleh bahwa penyediaan fasilitas pelindung dari gangguan iklim, belum didapat secara optimal. Pada kenyataannya di sepanjang jalur trotoar Jalan MT. Haryono, tidak banyak terdapat sarana peneduh seperti shelter dan gazebo. Sehingga pada masalah kendala sengatan sinar matahari maupun curah hujan, faktor ini tidak jarang menimbulkan gangguan terhadap aktifitas para pejalan kaki.
86
Gambar 4.4. Dokumentasi foto tentang faktor sirkulasi kendaraan bermotor yang parkir di sepanjang pinggir jalan, dan memakan lahan jalur trotoar jalan. Keadaan seperti ini, selain menyebabkan kemacetan pada saat tertentu, juga mengurangi tingkat rasa kenyamanan bagi pejalan kaki.
Gambar 4.5. Dokumentasi foto tentang faktor kendala iklim atau cuaca. Tampak bahwa penyediaan sarana / fasilitas pelindung dari gangguan iklim, belum didapat secara optimal.
87
Di samping itu jika matahari sedang bersinar sangat terik di siang hari, tentu mengakibatkan perkerasan jalan yang dilapisi aspal akan menguap. Uap aspal akan dirasakan oleh para pengguna jalan, yang kemudian menimbulkan efek ketidaknyamanan saat melakukan aktifitasaktifitas perjalanan. Untuk mengatasi masalah efek uap aspal tersebut, Karyono dalam Pamungkas (2003 : 18) menyatakan bahwa bahwa ruas-ruas jalan (yang didominasi oleh perkerasan bahan aspal dan beton) perlu dilindungi dari sengatan radiasi matahari langsung yakni dengan penanaman pohon-pohon sepanjang tepi jalan yang memungkinkan. Hasil wawancara mengenai aspek tingkat kebisingan yang muncul, diperoleh bahwa polusi suara yang besumber dari mesin-mesin kendaraan dan keramaian suara PKL, masih menjadi kendala bagi kenyamanan pengguna trotoar jalan. Menurut hasil wawancara penelitian, sampai dengan kondisi sekarang ini, belum adanya upaya yang maksimal dari pihak Dinas Pemerintah Kota ataupun masyarakat setempat, dalam meredam atau mengurangi tingkat kebisingan yang masih terjadi di kawasan Jalan MT. Haryono Semarang.. Adapun hasil wawancara tentang gangguan kenyamanan yang disebabkan faktor aroma atau bau-bauan yang ditinjau dari polusi asap kendaraan dan tumpukan sampah-sampah yang terdapat di dekat jalur trotoar jalan, menunjukkan bahwa penanganan polusi asap kendaraan, telah dilakukan penanaman pepohonan semak, namun penanamannya belum
88
menyeluruh di sepanjang pinggir jalur trotoar. Sedangkan dalam penanganan bau-bauan yang muncul dari sampah sekitar, telah dilakukan usaha-usaha yang cukup baik dari pihak dinas kebersihan, misalnya penyapuan jalan, pengangkutan sampah, dan penyediaan bak-bak sampah di sepanjang jalur trotoar. Akan tetapi usaha-usaha itu belum dilaksanakan secara intensif. Di samping itu juga karena kurangnya tingkat kesadaran masyarakat akan arti kebersihan lingkungan, hal ini kerapkali masih menjadi masalah tersendiri. Jalur trotoar masih sering terlihat adanya sampah-sampah yang bertumpuk dan menjadi busuk, sehingga mampu menimbulkan gangguan bau yang kurang menyenangkan bagi pengguna jalur trotoar Ja lan MT. Haryono.
Gambar 4.6. Dokumentasi foto tentang faktor kendala aroma atau baubauan yang ditinjau dari polusi asap kendaraan dan tumpukan sampah-sampah yang terdapat di dekat jalur trotoar jalan.
Dari hasil wawancara yang didapat dari penelitian ini diperoleh bahwa bentuk elemen lanskep trotoar jalan, sudah kurang memenuhi ukuran standar kenyamanan. Pada saat ini kondisi lantai (bentuk) trotoar yang ada
89
telah banyak mengalami kerusakan, terutama berlubang-lubang. Bentuk kedataran lantai trotoar, ditinjau dari beda tinggi dengan lantai bahu jalan raya, banyak didapati tanpa adanya kereb sebagai pembatas. Seringkali ditemui bahwa trotoar-trotoar yang telah disediakan tidak mempunyai pembatas yang jelas (kereb) dengan jalur kendaraan bermotor. Dalam pada itu, jalur trotoar dan jalur kendaraan memiliki ketinggian permukaan lantai (dasar) yang sama. Bentuk yang semacam itu akan mengakibatkan, jalur trotoar menjadi dimanfaatkan untuk lahan parkir-parkir liar. Artinya, hilangnya kereb dilakukan agar kendaraan bisa parkir dengan bebas di jalur trotoar. Umumnya parkir-parkir liar ini terjadi di depan areal pertokoan pertokoan. Kondisi jalur trotoar yang seperti ini, sangat mengganggu sirkulasi bagi pejalan kaki, dimana jalur lahan pejalan kaki dialihfungsikan sebagai lahan parkir kendaraan bermotor.
Gambar 4.7. Dokumentasi foto tentang faktor bentuk lantai trotoar. Hasil dokumentasi foto memperlihatkan keadaan fisik trotoar yang rusak dan kehilangan kereb pembatas jalur.
90
Dalam faktor kebersihan yang menunjang kenyamanan, tingkat kebersihan yang terjaga, ditinjau dari ketersediaan bak sampah, timbunan sampah, rontokan daun-daun pohon maupun tanaman hias, serta sampah rumah tangga dan PKL, dari hasil wawancara memberikan sebuah gambaran bahwa kondisinya masih dalam keadaan yang kurang baik. Sampah-sampah masih tampak berserakan sepanjang hari. Selain itu juga, terkadang didapat adanya genangan air kotor di cekungan trotoar maupun bahu jalan, akibat sisa air hujan, atau aliran air pasar, ataupun luapan saluran air selokan yang tidak
tersistem
baik.
Aspek
ini
sedikit
banyak
telah
diupayakan
penanggulangannya, akan tetapi sampai dengan saat ini belum begitu optimal, sehingga masih menjadi penyebab kurangnya rasa kenyamanan para pengguna jalur trotoar Jalan MT. Haryono Semarang.
Gambar 4.8. Dokumentasi foto tentang faktor kebersihan. Hasil dokumentasi menunjukkan bahwa kondisi kebersihan masih dalam keadaan yang kurang baik. Sampah-sampah masih tampak berserakan sepanjang hari.
91
Dari hasil wawancara juga diperoleh bahwa keindahan di sepanjang jalur trotoar, masih jauh dari idealnya. Meskipun telah ada penanaman pohon-pohon pelindung,
dan
pengadaan
taman-taman
kota,
namun
penyediaannya belum dibuat secara teratur dan menyeluruh di sepanjang rute jalur trotoar. Selain itu, penempatan fasilitas-fasilitas umum (seperti boks jaringan telepon, tiang listrik, dan bis kotak surat) maupun prasarana marka lalu lintas jalan, serta reklame atau papan iklan, diletakkan secara kurang beraturan, sehingga tidak atau kurang mencerminkan suatu penataan ruang yang indah di suatu jalan ibukota. Keindahan merupakan hal yang perlu diperhatikan, karena hal tersebut mencakup kepuasan batin dan panca indera manusia.
Gambar 4.9. Dokumentasi foto tentang faktor keindahan ruang. Penempatan fasilitas-fasilitas umum dan reklame, diletakkan secara kurang beraturan, sehingga tidak atau kurang mencerminkan suatu penataan ruang yang indah di suatu jalan dalam kota.
92
b. Pembahasan Kenyamanan Pejalan Kaki Ditinjau dari Faktor Keamanan
Dari data hasil kuesioner yang sudah diperoleh dalam penelitian ini, bahwa persepsi kenyamanan yang ditinjau faktor keamanan, menunjukkan bahwa pada : 1. Zona A
Responden yang berjumlah sebanyak 25 orang pejalan kaki (dalam pengambilan sampel di Zona A), sebesar 54,80 % responden menyatakan persepsi yang masuk pada kriteria Kurang Baik (KB), tentang kenyamanan yang ditinjau dari aspek keselamatan atau keamanan dari gangguan dan bahaya lalu lintas kendaraan, yang diperoleh saat menempuh perjalanan dengan berjalan kaki di jalur trotoar Zona A, Jalan MT. Haryono. 2. Zona B
Dari jumlah responden sebanyak 25 orang pejalan kaki (dalam pengambilan sampel angket di Zona B), menunjukkan sebesar 56,40 % responden menyatakan persepsi yang masuk pada kriteria Kurang Baik (KB), tentang kenyamanan yang diperoleh saat melakukan aktifitas berjalan kaki di jalur trotoar untuk pengambilan sampel di Zona B, Jalan MT. Haryono Semarang. 3. Zona C
Dari jumlah responden sebanyak 25 orang pejalan kaki (dalam pengambilan sampel di Zona C), ternyata sebesar 51,20 % responden menyatakan persepsi yang masuk pada kriteria Kurang Baik (KB),
93
tentang kenyamanan yang ditinjau dari aspek keselamatan atau keamanan dari gangguan dan bahaya lalu lintas kendaraan bermotor, yang diperoleh saat melakukan aktifitas berjalan kaki di jalur trotoar, kawasan Zona C, Jalan MT. Haryono. 4. Zona D
Dari sebanyak responden yang berjumlah 25 orang pejalan kaki (dalam pengambilan sampel kuesioner di Zona D), menunjukkan sebanyak 47,80 % responden menyatakan persepsi yang masuk pada kriteria Kurang Baik (KB), tentang kenyamanan yang ditinjau dari aspek keselamatan atau keamanan diri pjalan kaki dari gangguan dan bahaya lalu lintas kendaraan bermotor, yang diperoleh saat melakukan aktifitas atau menempuh perjalanan dengan berjalan kaki di jalur trotoar Zona D, Jalan MT. Haryono Semarang.
Gambar 4.10. Dokumentasi foto tentang faktor keamanan. Penempatan pos jaga polisi yang memakan lahan jalur trotoar jalan. Hal ini menyebabkan pejalan kaki berjalan di bahu jalan raya kendaraan.
94
Adapun data hasil kuesioner yang sudah diperoleh dalam penelitian ini,
bahwa
persepsi
kenyamanan
yang
ditinjau
faktor
keamanan,
menunjukkan, dari jumlah responden sebanyak 100 orang pejalan kaki (dalam 4 zona pengambilan sampel populasi, yakni di Zona A, B, C, maupun D), ternyata sebesar 50,205% responden menyatakan persepsi pada kriteria Kurang Baik (KB), tentang kenyamanan yang ditinjau dari aspek keamanan (keselamatan dari gangguan lalu lintas kendaraan) dalam pemanfaatan jalur trotoar Jalan MT. Haryono Semarang. Pengertian dari keamanan dalam penelitian ini, bukan mencakup dari segi kriminal, tetapi tentang kejelasan fungsi sirkulasi, sehingga pejalan kaki terjamin keamanan atau keselamatannya dari bahaya terserempet maupun tertabrak kendaraan bermotor. Adapun persepsi pejalan kaki mengenai faktor keamanan meliputi : 1) Pembagian lahan antara pejalan kaki dengan tempat berjualan PKL, 2) Pembagian lahan antara pejalan kaki dengan tempat untuk parkir kendaraan, 3) Pembagian lahan antara pejalan kaki dengan penempatan taman-taman kota maupun fasilitas umum, 4) Penyediaan tempat penyeberangan bagi pejalan kaki, pada tikungan dan persimpangan jalan, dan 5) Kontrol pandangan mata bagi pejalan kaki, ditinjau dari perletakan fasilitas-fasilitas umum, reklame, maupun prasarana jalan, yang dapat menghalangi pandangan mata. Peroleh data kuesioner ini kemudian diperkuat dengan hasil wawancara (interview) dalam penelitian, yang memberikan keterangan bahwa kenyamanan pejalan kaki dapat terganggu, jika ditinjau dari
95
kurangnya jaminan faktor keamanan (keselamatan dari gangguan lalu lintas kendaraan) dalam pemanfaatan jalur trotoar jalan. Menurut data hasil wawancara, pada kondisi sekarang ini, pembagian lahan antara jalur pejalan kaki dengan lahan bagi penempatan PKL, tidak tertata dengan baik. Jalur trotoar umumnya dipenuhi oleh tempat-tempat PKL, baik bangunan yang bersifat permanen maupun nonpermanen. Selain itu, fasilitas jalur trotoar yang sudah ada, ternyata beralih fungsi menjadi berbagai aktivitas lain, seperti parkir-parkir liar kendaraan roda dua dan roda empat. Dari hasil wawancara penelitian juga diperoleh, bahwa penyediaan tempat penyeberangan bagi pejalan kaki, pada tikungan dan persimpangan jalan, masih saat minim. Di beberapa tikungan dan persimpangan Jalan MT. Haryono, tidak ditemui adanya sarana-sarana penyeberangan yang memadai, seperti tersedianya zebra cross ataupun jembatan penyeberangan.
Gambar 4.11. Dokumentasi foto tentang faktor keamanan. Konflik sirkulasi antara pejalan kaki dengan kendaraan bermotor, dan lahan PKL, sulit untuk dihindari.
96
Penempatan tiang-tiang papan reklame, poster yang terlalu pendek, penanaman pohon-pohon pinggir jalan, dan berdirinya beberapa bangunan fasilitas umum lain, di tengah jalur trotoar, cukup mengganggu kontrol pandangan mata pejalan kaki. Artinya, hal ini tentu cukup mengurangi rasa aman untuk jarak pandang bagi orang yang melalui jalur trotoar. Adanya bangunan permanen maupun non permanen lainnya (seperti pos polisi, kotak atau bis surat, telepon umum, dan sejenisnya) yang berdiri memakan jalur trotoar, sangat mengganggu lalu lintas pejalan kaki, sehingga trotoar tidak bisa di manfaatkan secara optimal, dan pejalan kaki terpaksa berjalan
di bahu jalan jalur kendaraan bermotor. Hal ini sangat
membahayakan keselamatan para pejalan kaki, jika berjalan di bahu jalan jalur kendaraan bermotor.
Gambar 4.12. Dokumentasi foto tentang faktor keamanan. Penempatan tiang reklame, poster yang terlalu pendek, pohon pinggir jalan, dan bangunan fasilitas umum lain, di tengah jalur trotoar, cukup mengganggu kontrol pandangan mata pejalan kaki.
97
c. Pembahasan
Kenyamanan
Pejalan
Kaki
Ditinjau
dari
Faktor
Kelengkapan Fasilitas Penunjang
Menurut data hasil kuesioner yang sudah diperoleh dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa persepsi kenyamanan yang ditinjau faktor kelengkapan fasilitas penunjang, memberikan keterangan bahwa :
1. Zona A
Responden yang berjumlah sebanyak 25 orang pejalan kaki (dalam pengambilan sampel di Zona A), sebesar 56,00 % responden menyatakan persepsi yang masuk pada kriteria Kurang Baik (KB), tentang kenyamanan yang ditinjau dari aspek kelengkapan fasilitas penunjang, yang diperoleh saat menempuh perjalanan dengan berjalan kaki di jalur trotoar Zona A, Jalan MT. Haryono.
2. Zona B
Dari jumlah responden sebanyak 25 orang pejalan kaki (dalam pengambilan sampel angket di Zona B), menunjukkan sebesar 55,50 % responden menyatakan persepsi yang masuk pada kriteria Kurang Baik (KB), tentang kenyamanan, yang diperoleh saat melakukan aktifitas berjalan kaki di jalur trotoar untuk pengambilan sampel di Zona B, Jalan MT. Haryono Semarang.
3. Zona C
Bahwa responden yang berjumlah sebanyak 25 orang pejalan kaki (dalam pengambilan sampel di Zona C), ternyata sebesar 51,00 %
98
responden menyatakan persepsi yang masuk pada kriteria Kurang Baik (KB), tentang kenyamanan yang ditinjau dari aspek kelengkapan fasili tas penunjang bagi pejalan kaki, yang diperoleh saat melakukan aktifitas berjalan kaki di jalur trotoar, kawasan Zona C, Jalan MT. Haryono.
4. Zona D
Dari sebanyak responden yang berjumlah 25 orang pejalan kaki (dalam pengambilan sampel kuesioner di Zona D), menunjukkan sebanyak 50,75 % responden menyatakan persepsi yang masuk pada kriteria Kurang Baik (KB), tentang kenyamanan yang ditinjau dari aspek kelengkapan fasilitas penunjang, yang diperoleh saat menempuh perjalanan dengan berjalan kaki di jalur trotoar Zona D, Jalan MT. Haryono Semarang.
Adapun data hasil kuesioner yang sudah diperoleh dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa persepsi kenyamanan yang ditinjau faktor kelengkapan fasilitas penunjang, memberikan keterangan bahwa, dari jumlah responden sebanyak 100 orang pejalan kaki (dalam 4 zona pengambilan sampel populasi, yakni di Zona A, B, C, dan D), ternyata sebesar 50,303% responden menyatakan persepsi yang tergolong dalam kriteria Kurang Baik (KB), mengenai kenyamanan yang ditinjau dari aspek kelengkapan fasilitas penunjang bagi pejalan kaki dalam pemanfaatan jalur trotoar di Jalan MT. Haryono Semarang. Dalam penelitian ini, persepsi kenyamanan pejalan kaki mengenai kelengkapan fasilitas penunjang meliputi : 1) Penyediaan fasilitas marka
99
jalan, 2) Penyediaan fasilitas pemberhentian angkutan umum atau halte bus, 3) Sistem drainase (saluran air hujan), dan 4) Pengaturan keluar masuk kendaraan ke gedung / tempat tertentu, yang memakan atau memotong lahan jalur trotoar jalan. Hasil
wawancara
(interview)
dalam
penelitian
yang
telah
dilaksanakan, memberikan keterangan bahwa kenyamanan pejalan kaki dapat terganggu, akibat kurangnya kelengkapan fasilitas-fasilitas penunjang, dalam pemanfaatan jalur trotoar jalan. Perolehan data wawancara memberikan keterangan bahwa beberapa fasilitas penunjang seperti tersedianya marka jalan, adanya sarana yang memadai untuk pemberhentian angkutan umum atau halte bus, serta pengaturan sistem saluran air hujan secara baik, cukup diperlukan bagi pejalan kaki dan pengguna jalur trotoar pada umumnya.
Gambar 4.13. Foto tentang faktor kelengkapan fasilitas penunjang. Ketersediaan marka jalan masih belum bisa dikatakan lengkap. Halte bus yang terlihat telah rusak, dan dipergunakan sebagai tempat PKL.
100
Pada kondisi sekarang ini, marka jalan yang dipakai sebagai tandatanda jalan yang berfungsi untuk mengatur lalu lintas, sudah cukup tersedia dengan baik, namun masih belum bisa dikatakan sudah lengkap dan memadai. Sementara untuk sarana pemberhentian angkutan umum atau halte bus, tidak tersedia sebagaimana mestinya. Di sepanjang Jalan MT. Haryono, hanya terdapat tidak lebih dari sepuluh halte bus, dan kondisinya pun sudah tidak berfungsi dengan baik. Halte bus tersebut sebagian telah rusak, dan sebagian lainnya digunakan untuk berjualan PKL. Sedangkan, gangguan kenyamanan juga muncul akibat genangan air hujan di jalur trotoar atau di bahu jalan raya kendaraan. Selain itu, limpahan atau tetesan air hujan yang berasal dari atap bangunan, yang jatuh ke jalur trotoar, benar-benar mengganggu kenyamanan para pejalan kaki serta pengguna trotoar jalan. Selanjutnya, menurut hasil wawancara penelitian bahwa semakin lama waktu, sistem parit dan saluran air hujan, semakin kurang terkontrol. Bila dalam musim hujan, seringkali air dari parit menyebul keluar, yang kemudian menyebabkan terjadinya banjir lokal di sekitar kawasan jalan MT. Haryono. Maka kontrol yang teratur dan pengaturan sistem drainase yang lebih baik, sangat perlu dilakukan, guna menunjang rasa kenyamanan para pengguna jalur trotoar di Jalan MT. Haryono Semarang.
101
Gambar 4.14. Dokumentasi foto tentang faktor kelengkapan fasilitas penunjang (seperti adanya sistem drainase yang baik). Gangguan kenyamanan juga muncul akibat genangan air hujan (banjir lokal dan becek) di jalur trotoar atau di bahu jalan raya kendaraan.
Sedangkan pengaturan keluar masuk kendaraan ke gedung, ruko, maupun lokasi tertentu, yang memakan atau memotong lahan jalur trotoar, harus ditata sedemikian tertib. Untuk itu, perlu dikembangkan penerapan sistem pengaturan yang lebih baik, agar menunjang rasa kenyamanan para pengguna trotoar jalan. Pengaturan ini bisa meliputi beberapa hal, seperti penyediaan rambu-rambu aturan secara lengkap, tersedianya lahan parkir yang memadai, serta adanya petugas pengaturan sirkulasi kendaraan yang masuk dan keluar dari lokasi tertentu di sepanjang jalur trotoar Jalan MT. Haryono Semarang.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian studi tentang kenyamanan pejalan kaki terhadap pemanfataan jalur trotoar di Jalan MT. Haryono Semarang, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil perhitungan analisis deskriptif prosentase yang telah diperoleh, memberikan keterangan bahwa dari jumlah responden sebanyak 100 pejalan kaki (dalam 4 zona pengambilan sampel populasi, yakni Zona A, B, C, dan D) adalah tergolong dalam kriteria tingkat kenyamanan yang kurang baik. Dari keterangan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi pejalan kaki pada umumnya merasa kurang nyaman dalam pemanfataan jalur trotoar di Jalan MT. Haryono Semarang. 2. Bahwa persepsi kenyamanan yang ditinjau dari faktor-faktor : 1) Sirkulasi aktifitas manusia, 2) Iklim atau kekuatan alam, 3) Tingkat kebisingan atau polusi suara,
4) Aroma atau bau-bauan yang ditimbulkan, 5) Bentuk
lanskep trotoar , 6) Tingkat kebersihan yang terjaga, 7) Aspek keindahan di sekitar jalur trotoar di sepanjang rute perjalanan, 8) Keselamatan diri, dan 9) Kelengkapan fasilitas penunjang jalan, merupakan aspek-aspek yang dibutuhkan dalam menunjang tingkat kenyamanan pejalan kaki, saat melakukan aktifitas berjalan kaki di jalur trotoar Jalan MT. Haryono. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil perhitungan analisis deskriptif
102
103
prosentase (baik di Zona A, B, C, maupun D), yang menunjukkan bahwa responden menyatakan persepsi yang masuk pada kriteria kurang baik (KB), tentang kenyamanan yang diperoleh saat melakukan aktifitas berjalan kaki di jalur trotoar Jalan MT. Haryono Semarang. 3. Faktor-faktor yang meliputi, keteraturan sirkulasi, perlindungan terhadap cuaca, peredaman kebisingan, polusi udara, bentuk lanskep yang baik, kebersihan dan keindahan yang terjaga, terjaminnya rasa keamanan, serta kelengkapan
fasilitas
jalan,
benar-benar
merupakan
unsur
pokok
(deterministik) yang menunjang rasa kenyamanan pejalan kaki dalam pemanfataan jalur trotoar Jalan MT. Haryono Semarang.
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil-hasil yang telah diperoleh dalam penelitian ini, maka penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut : 1. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kenyamanan pejalan kaki dalam pemanfataan jalur trotoar, ternyata berada pada taraf kriteria yang kurang baik, untuk itu maka perlu dilakukan pengaturan kembali atau penataan ulang yang lebih sistematis untuk penyediaan fasilitas jalur trotoar di sepanjang Jalan MT. Haryono. Penataan kota ini, harus memperhatikan berbagai aspek kepentingan masyarakat, baik itu aspek kenyamanan pejalan kaki, aktifitas perdagangan (areal PKL dan pasar), maupun aspek sirkulasi kendaraan bermotor.
104
2. Perancangan ulang penyediaan fasilitas jalur trotoar, harus memperhatikan unsur-unsur penting yang menunjang tingkat kenyamanan pejalan kaki dalam pemanfataan trotoar jalan. Yakni antara lain, 1) Adanya kejelasan pembagian sirkulasi aktifitas manusia, 2) Tersedianya fasilitas pelindung dari gangguan iklim atau kekuatan alam, 3) Meminimalisir tingkat kebisingan atau polusi suara, suara, 4) Meredam aroma atau bau-bauan yang ditimbulkan, 5) Bentuk lanskep trotoar yang standar , 6) Terpeliharanya kebersihan, 7) Terciptanya keindahan di sekitar jalur trotoar, 8) Terjaminnya keamanan (keselamatan) pejalan kaki dari bahaya lalu lintas kendaraan, dan 9) Tersedianya fasilitas penunjang yang memadai. Trotoar harus dikembalikan ke fungsi idealnya, yakni sebagai jalur yang terletak berdampingan
dengan
jalur
lalu
lintas
dipergunakan oleh pejalan kaki (pedestrian).
kendaraan,
yang
khusus
105
DAFTAR PUSTAKA
1. Scott, John. 2001. Kamus Lengkap Teknik Sipil. Semarang : Erlangga. 2. Subdin Perencanaan Kota. 1995. Bagan Wilayah Kota I (BWK I) Kota Semarang. Semarang : Pemkot 1995-2005 .
3. Dirjen Bina Marga. 1970. Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya Nomor 113. Jakarta : Dirjen Bina Marga.
4. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi V. Jakarta : Rineka Cipta.
5. ________________. 1991. Dasar-dasar Evaluasi. Cetakan 11. Jakarta : Rineka Cipta. 6. Sukoco, Eko. 2002. Analisis Penyalahgunaan Prasarana Jalan Di Kawasan Sekitar Pasar Johar. Skripsi FT Unnes.
7. Bentley, Ian. Alan Alcock. Murrain. Mc Glynn. Graham Smith. 1988. Lingkungan yang Tanggap, Pedoman
untuk Perancangan. Terjemahan
Aris K. Bandung : Abdi Widya. 8. Hakim, Rustam. Hardi Utomo. 2003. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap. Jakarta : Bumi Aksara.
9. Dep P&K. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi II. Jakarta : Balai Pustaka. 10. Prasetya, Budi Agung. 2002. Studi Perkembangan Angkutan Kota dengan Pertumbuhan Penduduk Kota Semarang. Skripsi FT Unnes.
11. BPS Semarang. 2003. Kota Semarang Dalam Angka 2003. Semarang. 12. BPS Semarang. 2000. Peta Kota Semarang. Surabaya : PT Abadi Jaya. 13. Tim Penyusun KBI. 1997. Kamus Bahasa Indonesia – Besar. Jakarta : Amanah. 14. Dephub. 1993. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1993 Tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan. Jakarta :
Departemen Perhubungan Darat.
106
15. Pamungkas, Widi. 2003. Studi Tentang Kenyamanan Aksesibilitas Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Unnes Terhadap Gedung Perpustakaan Pusat Unnes. Skripsi FT Unnes.
16. Sudjana, Nana. 1996. Metode Statistika. Bandung : Tarsito. 17. Hadi, Sutrisno. 1986. Metode Research Jilid I. Bandung : Tarsito. 18. Sutono dkk. 2002. Rekayasa Jalan Raya. Tugas Akhir Semester, FT Unnes. 19. Sugiyono. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.
112
Lampiran 3
1. Validitas Item
Cara mencari validitas soal nomor 1. Rumus yang digunakan adalah : r xy =
∑ XY − (∑ X )(∑ Y ) − (∑ X ) }{ N ∑ Y − (∑ Y )}
N
{ N ∑ X
2
2
2
2
Kriteria : Butir dianggap valid jika harga r xy > r tabel Responden
X
Y
X²
Y²
XY
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
3 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 3 2 4 1 1 2 3 2 1
46 42 38 31 34 41 40 44 43 42 47 56 43 68 31 35 43 43 43 44
9 4 1 1 1 4 4 4 4 4 1 9 4 16 1 1 4 9 4 1
2116 1764 1444 961 1156 1681 1600 1936 1849 1764 2209 3136 1849 4624 961 1225 1849 1849 1849 1936
138 84 38 31 34 82 80 88 86 84 47 168 86 272 31 35 86 129 86 44
Jumlah
38
854
86
37.758
1729
Dari tabel diperoleh sebagai berikut : N
= 20
∑Y = 854
∑XY
= 1729
∑X² = 86
∑X
= 38
∑Y² = 37.758
113
Lampiran 3
Pada α = 5 %, dengan N = 20, diperoleh r tabel = 0,444. Perhitungan : 20(1729) − (38)(854)
r xy =
{20(86) − (38) 2 }{20(37.758) − (854) 2 } 34.580 − 32.452
r xy =
(1720 − 1444)(755.160 − 729.316) 2128
r xy =
7.132.944
= 0,797 Karena harga r xy > r tabel (0,797 > 0,444) maka item soal nomor 1 dianggap valid. 2. Reliabilitas Item 2 ⎡ k ⎤ ⎡ ∑ σ b ⎤ r 11 = ⎢ ⎢1 − ⎥ 2 σ ⎣ k − 1⎥⎦ ⎣⎢ t ⎦⎥
Perhitungan sebagai berikut : a. Varian Butir 2 σ b
=
∑ X
=
2 b1
=
σ
2 b
=
σ
=
20
= 0,460
(35)2
20 20
2 b1
σ
0,690
(36)2
20 20
69 −
=
(38)2
86 − 72,2
=
2 σ b3
N
20 20
74 − 2 σ b2
−
N
86 − 2 σ b1
(∑ X ) 2
2
+
= 0,388 2 b2
σ
+
2 b3
σ
+
2 b4
σ
+
2 b5
σ
+
2 b6
σ
+ …….+
2 b 22
σ
= 0,690 + 0,460 + 0,388 + 0,348 + 0,328 + -0,110 + …….. + 0,600 = 12,570