SQUAMOUS CELL CARCINOMA 1. Defin Definisi isi
Karsinoma Sel Skuamosa merupakan kanker yang sering terjadi pada rongga mulut yang secar se caraa kl klini iniss te terl rliha ihatt se sebag bagai ai pl plak ak ke kerat ratosi osis, s, uls ulser eras asi, i, te tepi pi le lesi si yan yang g ind indur uras asi, i, dan kemerahan.
2.
Epide dem miologi
KSS lebih sering dijumpai pada orang kulit putih dari pada kulit berwarna dan lebih banyak dijumpai pada laki-laki disbanding wanita, terutama pada usia 40-50 tahun. Insiden KSS meninggi seiring dengan bertambahnya usia.
3.
Etiologi
Karsinoma sel skuamosa adalah multifaktorial dan membutuhkan suatu proses multipel. Perubahan dan terganggunya DNA dapat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kanker. kank er. Sebu Sebuah ah pene penelit litian ian meng mengindi indikas kasikan ikan vir virus us sepe seperti rti Herpe Herpess Simp Simplex lex Virus dan Papilloma Papil loma Virus Virus berperan dalam proses tersebut. Namun penyebab pasti dari kanker masih belum jelas, tetapi faktor-f faktor-faktor aktor pendukung dapat merang merangsang sang terjadi terjadinya nya kanker. Faktorfaktor tersebut digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu faktor internal (herediter dan faktor pertumbuhan) dan faktor eksternal (bakteri, virus, jamur, bahan kimia, obat-obatan, radiasi radi asi,, tra trauma, uma, panas panas,, ding dingin, in, dan die diet). t). Fakt Faktor-f or-fakto aktorr ter tersebu sebutt dapa dapatt ber berpera peran n sec secara ara individual atau berkombinasi dengan faktor lain sehingga dapat mencetuskan kanker. Tembakau dan Alkohol : 75% dari seluruh kanker mulut dan faring di Amerika Serikat
•
berhubungan berhubung an dengan penggunaan tembakau yaitu termasuk merokok dan mengkons mengkonsumsi umsi alkohol. Penggunaan alkohol dengan rokok bersama-sama secara signifikan memiliki resiko yang lebih tinggi ting gi dar daripada ipada digunakan digunakan sec secara ara ter terpisa pisah. h. Mer Merokok okok cer cerutu utu dan mer merokok okok men menggu ggunakan nakan pipa mempunyai resiko yang lebih tinggi terhadap kanker mulut dibandingkan dengan merokok kretek. •
Bahan Kimia : Sebagia Sebagian n besar bahan-bahan kimia berhubungan dengan terjadinya kanker. Bahan-bahan yang dapat menimbulkan kanker di lingkungan antara lain, seperti cool tar, polycylicc aromatic hydrocar polycyli hydrocarbons, bons, aromatic aromatic amines, amines, nitrat, nitrat, nitrit, dan nitrosamin. nitrosamin.
•
Infeksi Infe ksi : Bebe Beberapa rapa mik mikroor roorgani ganisme sme yang ber berhubu hubungan ngan deng dengan an kanke kankerr mulu mulutt adal adalah ah candida albicans. Hubungan antara candida albicans dengan penyakit speckled leukoplakia pertama kali ditemuka ditemukan n oleh Jespen dan Winter pada tahun 1965. Bebera Beberapa pa studi
menunjukkan bahwa, sekitar 7-39% dari leukoplakia dijumpai adanya candida hyphae. Penyakit ini mempunyai kecenderungan berubah menjadi kanker. •
Nutrisi : Pola diet makanan sangat berpengaruh terhadap timbulnya kanker. Defisiensi dari beberapa mikronutriensi seperti vitamin A, C, E, dan Fe dilaporkan mempunyai hubungan dengan terjadinya kanker. Vitamin-vitamin tersebut mempunyai efek antioksidan. Defisiensi zat besi yang menyebabkan anemia. Radiasi sinar ultraviolet adalah suatu bahan yang diketahui bersifat karsinogenik . Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Takeichi dkk, (1983) terhadap efek radiasi di Hiroshima dan Nagasaki Jepang, melaporkan bahwa terjadi peningkatan insidensi kanker kelenjar ludah pada orang yang selamat setelah terkena radiasi bom atom pada periode antara 1957-1970, terjadinya kanker 2,6 kali lebih tinggi dibandingkan yang tidak terkena radiasi.
•
Faktor genetik : Seseorang yang memiliki riwayat keluarga menderita kanker memiliki risiko terkena kanker sebanyak 3 sampai 4 kali lebih besar dari yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita kanker.
•
Sistem Kekebalan Tubuh : Dilaporkan bahwa ada peningkatan insidensi kanker pada pasien yang mendapat penekanan sistem kekebalan tubuh, seperti pada penderita transplantasi, AIDS, dan defisiensi kekebalan genetik. Insidensi tumor pada pasien yang mendapat tekanan sistem kekebalan tubuh sebesar 10%. Gangguan sistem kekebalan selain disebabkan kerusakan genetik juga disebabkan oleh penuaan, obat-obatan, infeksi virus.
4. Histopatologi
Secara histopatologis KSS terdiri dari massa yang irreguler dari sel-sel epidermis yang berproliferasi dan menginvasi ke dermis. KSS yang berdiferensiasi baik menunjukkan keratinisasi yang cepat dari lapisan sel skuamosa. Sel-sel tumor tersusun secara fokal dan konsentris disertai massa keratin, sehingga terbentuklah mutiara tanduk (horn pearls) yang khas pada KSS berdiferensiasi baik. Pada KSS diferensiasi buruk menunjukkan keratinisasi yang terbatas atau kurang sel-sel atipik dengan gambaran mitosis yang abnormal. Tidak dijumpai interseluler bridge. 5.
Metastasis
Sebagian besar KSS bermetastasis melalui saluran kelenjar limfe regional. Kemampuan metastasis KSS berhubungan dengan ukuran kedalaman invasi tumor, lokasi tumor dan status immunologi penderita. 6.
Gambaran Klinis
Karsinoma sel skuamosa invasif secara klinik ditandai lesi yang u l s e r a t i f da n
in du ra si .
Se ri ng
da er ah
u l s e r a s i menunjukkan
tepi
melingkar, melipat dan mukosa yang berdekatan dapatmenunjukkan batas-batas yang tampak leukoplakia dan atau eritroplakia.Bila kelenj ar servika l yang terkena
metastasis sudah mencapai dimensi cukup besar, dapat diraba, membengkak dan melekat (berbeda dengan limpadenopati yang dapat digerakkan, lunak dan nyeri tekan bila sebagai akibat penyakit radang). 7. Penatalaksanaan
Secara umum perawatan kanker mulut biasanya dilakukan dengan pembedahan dan radioterapi. Lesi kecil seperti Karsinoma stadium I dan stadium II dapat diobati dengan pembedahan saja, pengobatan dengan radiasi ditunda bila terjadi kekambuhan. Lesi yang besar seperti lesi stadium III dan stadium IV biasanya diobati dengan pembedahan dan diikuti dengan radiasi. Diseksi pada leher yang efektif atau bersifat profilaksis yang sering dihubungkan dengan pilosofi primer bedah. Stadium II dan lesi yang lebih besar sering dilakukan diseksi pada leher. Dosis radiasi yang diperlukan untuk pengobatan karsinoma sel skuamosa yang berhasil baik metode primer atau tambahan terentang antara 4000 sampai 7000 rads. Dosis radiasi yang dapat mematikan tumor memberikan efek samping sementara termasuk ulserasi mukosa, nyeri, disgeusia, kandidiasis, dermatitis, alopesia, dan eritema kulit. Sementara efek samping yang permanen adalah xerostomia dengan karies servikal tipe radiasi, telangiektasia kulit, atrofi mukosa mulut dan kulit, alopesia permanen, dan osteoradio nekrosis.