BAB I PENDAHULUAN
Kanke Kankerr merupa merupakan kan salah salah satu satu penya penyakit kit tidak tidak menul menular ar yang yang menja menjadi di masal masalah ah keseh kesehata atan n masya masyarak rakat, at, baik baik di Indon Indonesi esiaa maupu maupun n di seluru seluruh h dunia. dunia. Diperki Diperkiraka rakan n 12% kematian kematian di seluruh seluruh dunia disebabk disebabkan an oleh kanker yang merupakan pembunuh nomor dua setelah penyakit kardiovaskular.1 Squamous Squamous ell arinoma arinoma !S""# merupakan merupakan kanker kulit dan mukosa terbanyak setelah basal ell arinoma. Insidensi Insidensi pasti S"" sampai saat ini belum terdokumentasi terdokumentasi oleh National oleh National Cancer Institue, tetapi diperkirakan diperkirakan terjadi pada 1 $ 1 penduduk di &merika. Di 'ropa dan &merika Selatan, insidensi S"" pada rongga mulut sekitar ()*% dari semua jenis kanker rongga mulut.2,( +rev +revale alensi nsi S"" S"" pada pada regio regio bukkal bukkal diper diperkir kiraka akan n mena menapai pai 1% dari dari seluruh kanker rongga mulut di &merika tara dan 'ropa -arat. al ini kontras dengan angka kejadian S"" bukkal yang tinggi di &sia /enggara dimana S"" bukkal merupakan kanker pada rongga mulut yang paling sering terjadi. +erbedaan +erbedaan angka kejadian ini diperkirakan karena banyaknya jumlah perokok dan pengunyah sirih yang merupakan karsinogenik yang paling sering terpapar pada bukkal. S"" pada rongga mulut lebih sering disebabkan oleh asap rokok, iritasi alkohol, kurangnya konsumsi sayur dan buah)buahan dan in0eksi human papiloma virus !+#. Selain itu S"" sering terjadi pada usia tua akibat penurunan 0ungsi imun. imun. Insid Insidens ensii terti tertingg nggii pada pada usia usia *) *) tahun. tahun. +ali +aling ng serin sering g terja terjadi di pada pada penduduk daerah tropis. -erdasarkan jenis kelamin, insidensi pada pria 2)( kali lebih banyak dibandingkan 3anita. 4odalitas terapi yang utama pada S"" adalah pembedahan.5,* Squamo Squamous us ell ell arinom arinomaa !S""# !S""# adalah adalah tumor tumor ganas ganas keratino keratinosit sit yang terbentuk dari sel)sel epitel skuamous epidermis. S"" dapat tumbuh pada setiap organ yang dilapisi oleh sel epitel skuamous seperti kulit, bibir, rongga mulut, trakt traktus us urina urinariu rius, s, prosta prostat, t, paru)p paru)paru aru,, vagin vaginaa dan servi serviks. ks. Di &meri merika ka S"" S"" merupakan bentuk kanker yang paling banyak bermetastasis. S"" pada mukosa bukkal jarang dijumpai namun merupakan bentuk kanker rongga mulut yang paling agresi0 karena besarnya tingginya angka relaps. +asien dengan S""
1
mukosa mukosa bukkal bukkal memilik memilikii angka angka survival rate rate lebih buruk daripada jenis kanker rongga mulut lainnya.6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Anatomi Ro Rongga Mu Mulut
7ongga mulut merupakan sebuah bagian tubuh yang terdiri dari $ lidah bagian oral !dua pertiga bagian anterior dari lidah#, palatum durum !palatum keras#, keras#, dasar dasar dari mulut, mulut, trigonum trigonum retromol retromolar, ar, bibir, bibir, mukosa mukosa bukal, bukal, 8alveola 8alveolar r ridge9, dan gingiva. /ulang mandibula dan maksila adalah bagian tulang yang membatasi rongga mulut. 7ongga mulut yang disebut juga rongga bukal, dibentuk sea seara ra anat anatom omis is oleh oleh pipi pipi,, pala palatu tum m kera keras, s, pala palatu tum m luna lunak, k, dan dan lida lidah. h. +ipi +ipi membentuk dinding bagian lateral masing)masing sisi dari rongga mulut. +ada bagian eksternal dari pipi, pipi dilapisi oleh kulit. Sedangkan pada bagian internalnya, pipi dilapisi oleh membran mukosa, yang terdiri dari epitel pipih berlapis yang tidak terkeratinasi. terkeratinas i. :tot)otot businator busin ator !otot yang menyusun dinding pipi# dan jaringan ikat tersusun di antara kulit dan membran mukosa dari pipi. -agian anterior dari pipi berakhir pada bagian bibir. The The Amer America ican n Join Jointt Comm Commis issio sion n on Canc Cancer er mende0inisikan mende0inisikan mukosa bukkal sebagai lapisan membran bagian dalam dari pipi yang berbatasan dengan sudut sudut bibir bibir pada bagian bagian anterior anterior sampai sampai pterygomandibular pterygomandibular raphe pada bagian posterior
2
2.2
Histologi dan isiologi Mu!osa Mulut
2.2.1 De0inisi 4embrana mukosa adalah pelapis yang basah dari traktus gastrointestinal, 0aring, saluran nasal dan rongga tubuh lainnya yang berkomunikasi dengan eksterior. Di rongga mulut lapisan tersebut disebut membrana mukosa oral atau mukosa oral. Seara struktur mukosa oral dalam beberapa hal menyerupai kulit, sedangkan sangat serupa dengan membrana mukosa eso0agus,
serviks,
dan
vagina, tetapi sangat jauh berbeda dengan mukosa gastrointestinal. 7ongga mulut dilapisi oleh suatu membrana mukosa yang terdiri dari$ a# 4ukosa yang dapat dibagi lagi menjadi epitelium dan lamina propria b# Submukosa, yang tidak selalu ada di berbagai regio rongga mulut
2.2.2 ;ungsi 4ukosa :ral 4ukosa oral mempunyai bermaam 0ungsi, yang utama dan penting adalah memproteksi jaringan yang lebih dalam dan kelenjar yang ada di rongga mulut. ;ungsi lain menakup persepsi sensori, sintesis dan sekresi yang berasal dari kelenjar yang berlokasi di mukosa dan peran estetik yang di3akili oleh pertemuan mukokutaneous. a.
+roteksi< penghambat !barier# terhadap trauma mekanik dan mikroba.
Sebagai suatu lapisan permukaan, mukosa oral memisahkan dan memproteksi jaringan yang lebih dalam di regio oral dari lingkungan rongga mulut. &ktivitas normal dari menangkap, menggigit, mengunyah makanan menghadapkan jaringan lunak mulut ke kekuatan mekanik !kompresi, meregang, memotong# dan abrasi permukaan !dari partikel keras dalam diet#. Di rongga mulut dalam keadaan normal terdapat in0eksi
populasi
mikroorganisme
yang
dapat
menyebabkan
bila mikroorganisme tersebut mempunyai akses ke jaringan. -anyak
diantaranya ada yang menimbulkan e0eks toksis ke jaringan. b.
Sensasi$ temperatur !panas dan dingin#, sentuhan, nyeri, rasa, dahaga.
;ungsi sensori mukosa oral penting karena memberikan in0ormasi kejadian di rongga mulut, sedangkan bibir dan lidah perespsi stimulai dari luar mulut. Di mulut, 0aring dan epiglotis terdapat reseptor yang bereaksi terhadap suhu, sentuhan, dan nyeri< ada pula taste bud untuk sensasi rasa baik manis, asam, pahit dsb.
3
. Sekresi$ sekresi saliva Sekresi utama berkaitan dengan mukosa oral adalah saliva yang diproduksi oleh kelenjar
saliva
yang
berkontribusi
untuk
mempertahankan
kelambaban
permukaan. Kelenjar saliva utama, terletak jauh dari mukosa namun sekresinya mele3aati mukosa melalui duktus)duktusnya, sedangkan kelenjar saliva minor langsung berhubungan dengan mukosa oral. d. 7egulasi panas !tidak pada manusia# e. 'stetika =arna sebagai
tekstur
dan
tampilan
kulit
memegang
peran
penting
petanda karakteristik perorangan seperti usia, kesehatan, etnik dsb.
4ukosa oral dalam keadaan normal tidak kelihatan, terkeuali di regio dimana terajdi pertemuan dengan kulit, yaitu tepi vermilion bibir yang memberikan komponen estetik terutama pada 3anita.
2.2.( >ambaran mum 4ukosa :ral a# Dipisah dari kulit dengan ?ona vermilion yang mempunyai 3arna lebih dalam daripada bagian mukosa lainnya. b# ;aktor yang mempengaruhi 3arna mukosa oral # Konsentrasi dan keadaan dilatasi pembuluh darah yang ada di jaringan ikat diba3ahnya d# Ketebalan epitelium e# Derajat keratinisasi 0# @umlah pigmentasi melanin
2.2.5 +erbedaan 4ukosa :ral Dengan Kulit a# =arna b# +ermukaan yang basahAlembab # /idak adanya struktur adneksa kulit seperti 0olikel rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebasea !keuali pada kondisi ;ordye#. +enyakit ;ordye$ kelenjar sebasea di rongga mulut predominan di bibir atas, mukosa bukal dan alveolar mukosa. d# &danya kelenjar saliva minor di mukosa oral. e# /ekstur permukaan< mukosa oral lebih liin dripada kulit !beberapa kekeualian seperti dorsal lidah karena ada papila< palatum durum karena ada rugae, gingiva karena ada stippling#.
4
0# Kekerasan$ mukosa oral bervariasi kekerasannya. "ontoh, mukosa bukal dan bibir yang mudah digerakan dan lentur sedangkan palatum durum dan gingiva yang kaku. 'pitelium mukosa oral adalah epitelium berlapis gepeng dengan dan tanpa keratinisasi. Struktur diantara epitelium dan jaringan ikat disebut
membrana
basalisAbasement. Struktur tersebut tidak beraturan dan komposisi serta proyeksi yang menjorok ke ba3ah disebut rete ridges atau rete pegs, sedangkan struktur jaringan ikat yang menjorok ke atas disebut papila jaringan ikat. +ertemuan antara epitelium dan lamina propria lebih jelas daripada antara lamina propria dengan submukosa. /idak ada struktur lapisan otot yang terlihat di mukosa oral. @aringan lemak yang longgar dan jaringan glandular dengan pembuluh darah dan sara0 terlihat diba3ah mukosa oral dan diba3ahnya lagi terdapat tulang atau lapisan otot, lapisan ini disebut submukosa yang memberikan 0leksibilitas. Di gingiva dan palatum durum tidak terdapat submukosa dan lamina propria langsung melekat ke periosteum dari tulang diba3ahnya yang memberikan perlekatan yang ekat dan tidak elastik disebut oral mukoperiosteum. @aringan ikat di rongga mulut terisi oleh kelanjar saliva, kelenjar sebaseous !penyakit ;ordye# dan jaringan lim0oid !jaringan tonsilar#.
2.2.* 'pitelium :ral /ersusun atas utamanya sel)sel keratinosit dan non keratonosit. Sel keratinosit terdiri atas populasi sel progenitor$ sel)sel yang membelah dan memberikan sel) sel baru !+roli0erasi# dan sel)sel yang populasinya sedang mengalami maturasi$ sedang menjalani di0erensiasi !maturasi# Diperkirakan 3aktu yang dibutuhkan untuk penggantian keseluruhan sel)sel di epitelium !turnover time#, yaitu$ • • • •
kulit $ *2 sAd * hari sus $ 5 sAd 15 hari >ingiva $ 51 sAd * hari +ipi $ 2* hari
+ada epitelium yang tidak mengalami keratinisasi pergantian selnya lebih epat daripada epitelium keratinisasi. Ketebalan epitelium sangat bervariasi. Sebagai
5
ontoh, di mukosa bukal, epitelium relati0 tebal, sedangkan di dasar mulut sangat tipis. Komponen 'pithelium :ral -
4ukosa Bining$
a. Stratum -asalis$
lapisan sel basal tersusun atas sel)sel kuboid.
Sel)sel
progenitor yang membelah dan memberikanAmenghasilkan sel)sel baru dengan pembelahan mitotik selanjutnya bermigrasi ke permukaan dan menggantikan sel) sel yang lepas b. Stratum Spinosum !atau intermedium#$ sel selnya oval dan merupakan bagian terbesar dari epitelium. . Stratum Super0isial$ sel)selnya memipih dan mengandung nukei yang keil oval, yang seara terus menerus sebagian sel permukaannnya melepas diri histolog bibir d. -agian kulit$ epithelium berlapis gepeng berkeratinisasi , dengan struktur adneksa kulit e. 4ukosa :ral$ permukaannya basahAlembab, diselimuti oleh epithelium berlapis gepeng tidak berkeratinisasi dengan kelenjar seromukous keil lonjong di lamina propria. Di submuosa serabut otot)otot orbiularis oris dapat dilihat. 0. Cona ermillion$ epitelium keratini?ed yang sangat tipis tidak ada strukur adneksal kulit !dapat dijumpai kelenjar sebaseous#. 4ukosa pipi !-ukal# 'pitel pada mukosa pipi adalah epitelium berkeratinisasi
dengan
lamina propria
berlapis
and submukosa.
gepeng
tidak
Submukosa
pipi
mengandung sel)sel lemak dengan lobul kel saliva minor dan serat otot.
2."
Anatomi K#l#n$a% ta' B#ning L#'#%
6
&liran lim0a dari mukosa bukkal akan mengalir menuju nodus lim0e 0asial dan submandibular dan dapat mengalir ke upper jugular nodes melalui nodus parotid
2.(
D#)inisi
Karsinoma sel skuamos !Squamous ell arinoma# merupakan suatu keganasan sel)sel epitel yang dapat terjadi pada beberapa organ yang seara normal dilapisi oleh sel epitel squamous termasuk diantaranya kulit, bibir, rongga mulut, bukkal, eso0agus, traktus urinarius, paru)paru, prostat, vagina dan serviks.6
>ambar 1. Squamous ell arinoma pada regio bukkal
2.(
E*id#miologi
7
Kanker mulut merupakan kanker urutan ke 6 dari seluruh kanker yang terjadi di seluruh dunia. lebih dari % kanker mulut merupakan S"". S"" dapat mengenai bagian anatomi mana pun dari rongga mulut, salah satunya pada regio bukkal. +revalensi S"" pada regio bukkal diperkirakan menapai 1% dari seluruh kanker rongga mulut di &merika tara dan 'ropa -arat. al ini kontras dengan angka kejadian S"" bukkal yang tinggi di &sia /enggara dimana S"" bukkal merupakan kanker pada rongga mulut yang paling sering terjadi. +erbedaan angka kejadian ini diperkirakan karena banyaknya jumlah perokok dan pengunyah sirih yang merupakan karsinogenik yang sering terpapar dengan bukkal. Di indonesia, belum terdapat data pasti mengenai prevalensi S"" rongga mulut, namun diperkirakan prevalensi kanker mulut, bibir dan tenggorokan sekitar*,1% dari semua jenis kanker.2,( Sinar matahari merupakan 0aktor etiologi utama yang menyebabkan S"" pada kulit, diperkirakan insidensi menapai 2)( kasus setiap 1. penduduk di &ustralia. Sedangkan S"" pada muk osa lebih sering disebabkan oleh asap rokok, iritasi alkohol dan in0eksi human papiloma virus !+#. Selain itu S"" sering terjadi pada usia tua dan orang kulit putih. Insidensi tertinggi pada usia *) tahun. +aling sering terjadi pada penduduk daerah tropis. -erdasarkan jenis kelamin, insidensi pada pria 2)( kali lebih banyak dibandingkan 3anita.5,* 2.+
Etiologi
+aparan asap rokok dan konsumsi alkohol merupakan agen utama etiologi S"" pada bukkal. Di &merika utara, % penderita S"" bukkal memiliki ri3ayat merokok. =alaupun alkohol sendiri tidak terlalu signi0ikan menyebabkan S"", namun kombinasi dari rokok dan alkohol diyakini memiliki e0ek sinergis yang menyebabkan timbulnya S"". Di &sia, penggunaan sirih merupakan penyebab utama lain selain rokok dan alkohol. Di India, * penderita dengan S"" bukkal memiliki ri3ayat kebiasaan mengunyah sirih. -eberapa penelitian menyatakan bah3a terdapat hubungan in0eksi Human Papiloma Virus !+# terhadap kejadian S"", dimana + dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan DE& dari keratinosit.
8
'tiologi lain yang dapat menyebabkan S"" antara lain buruknya oral hygine, iritasi kronis, supresi imunitas, paparan arsen, radiasi sinar)F dan kerentanan genetik.1,2 2.*.1 /embakau /embakau berisi bahan karsinogen seperti $ nitrosamine, polyyli aromati, hydrokarbon, nitrosodithanolamine, nitrosoproline, dan polonium. /embakau merupakan 0aktor etiologi tunggal yang paling penting. /embakau dapat dikunyahkunyah, atau diletakkan dalam mulut untuk diisap, pada semua keadaan tersebut tembakau mempunyai e0ek karsinogenik pada mukosa mulut. '0ek dari penggunaan tembakau yang tidak dibakar ini erat kaitannya dengan timbulnya Goral leukoplakiaH dan lesi mulut lainnya pada pipi, gingiva rahang ba3ah, mukosa alveolar, dasar mulut dan lidah. Kebiasaan mengunyah tembakau di masyarakat &sia dengan menggunakan ampuran sirih dan pinang yang sering dan dalam jangka 3aktu yang lama dapat mengakibatkan Karsinoma sel skuamosa sesuai dengan letak ampuran tembakau yang ditempatkan pada rongga mulut. 4engunyah tembakau dengan menyirih dapat meningkatkan keterpaparan arinogen tobao spei0i nitrosamine !/SE dan nitrosamine yang berasal dari alkaloid pinang. 2.*.2 4enyirih Kebiasan menyirih atau nginang merupakan salah satu kebiasaan kuno yang dimulai sejak berabad)abad tahun yang lalu. 4enyirih mulai dilakukan oleh masyarakat di "hina dan India lalu menyebar ke benua &sia termasuk Indonesia. Komposisi utama dari menyirih adalah daun sirih !+iper betel leaves#, buah pinang !&reaa nut#, kapur sirih !&ntaid#, dan gambir !naria >ambier 7oFb#. 4enurut penelitian, kegiatan menyirih dapat menimbulkan e0ek negati0 terhadap jaringan mukosa di rongga mulut yang dikaitkan dengan penyakit kanker mulut dan pembentukan karsinoma sel skuamosa yang bersi0at malignan akibat komposisi menyirih, 0rekuensi menyirih, durasi menyirih, dan penggunaan sepanjang malam. 2.*.( &lkohol -eberapa penelitian telah menunjukkan hubungan antara konsumsi alkohol yang tinggi terhadap terjadinya karsinoma sel skuamosa. 4inuman
9
alkohol mengandung bahan karsinogen seperti etanol, nitrosamine, urethane ontaminant. &lkohol dapat bekerja sebagai suatu solvent !pelarut# dan menimbulkan penetrasi karsinogen kedalam jaringan epitel. &elylaldehyd yang merupakan alkohol metabolit telah diidenti0ikasi sebagai promotor tumor. &lkohol merupakan salah satu 0aktor yang memudahkan terjadinya leukoplakia, karena pemakaian alkohol dapat menimbulkan iritasi pada mukosa. Kombinasi Kebiasaan merokok dan minum alkohol menyebabkan e0ek sinergis sehingga mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadinya kanker mulut. &sap rokok mengandung bahan karsinogen dan alkohol menyebabkan dehidrasi dan rasa panas yang mempengaruhi selaput lendir mulut. 4eningkatnya premiabilitas mukosa ini akan menimbulkan rangsangan menahun dimana timbul proses kerusakan dan pemulihan jaringan yang berulang)ulang sehingga mengganggu keseimbangan sel dan sel mengalami displasia. 2.*.5 ;aktor pendukung lain 2.*.5.1 +enyakit Kronis +enyakit kronis dapat menjadi 0aktor predisposisi bagi timbulnya keganasan. +enyakit tersebut antara lain adalah si0ilis. Si0ilis merupakan 0aktor predisposisi yang penting dari karsinoma mulut. Dengan berkurangnya si0ilis tertier dan si0ilis glositis, peranan si0ilis juga makin berkurang, oleh karena itu adanya si0ilis harus tetap diperiksa pada setiap keadaan karsinoma. 2.*.5.2 ;aktor >igi dan 4ulut Keadaan rongga mulut yang tidak terjaga ikut ambil peranan memiu timbulnya kanker rongga mulut. Iritasi kronis yang terus menerus berlanjut dan dalam jangka 3aktu lama dari restorasi yang kasar, gigi)gigi kariesAakar gigi, dan gigi palsu yang letaknya tidak pas akan dapat memiu terjadinya karsinoma. 2.*.5.( Diet dan nutrisi Diet dan nutrisi yang penting pada neoplasma mulut diindikasikan pada beberapa study populasi dimana de0isiensi dikaitkan pada resiko karsinoma sel skuamosa. -uah)buahan dan sayur)sayuran !vitamin & dan "# yang tinggi merupakan proteksi terhadap neoplasma, sedangkan daging dan abe merah po3der didiagnosa sebagai 0aktor resiko. Cat besi berperan dalam melindungi
10
pemeliharaan epitel. De0isiensi ?at besi, menyebabkan atropi epitel mulut dan +lummer inson Syndrome yang berhubungan dengan terjadinya kanker mulut. 2.*.5.5 @amur Kandidiasis dalam jaringan rongga mulut mempengaruhi patogenesis dari kanker mulut. Kandidiasis ada hubungannya dengan diskeratosis pada epitelium 3alaupun tidak jelas apakah kandida ikut berperan dalam etiologi diskeratosis. Kandidiasis
dapat
menyebabkan
proli0erasi
epitel
dan
karsinogen
dari
prokarsinogen in vitro, hronik hyperplasti andidiasis yang berupa plak mukosa nodular atau berak putih yang berpotensial untuk terjadinya lesi malignan epitel oral. 2.*.5.* irus irus diperaya dapat menyebabkan kanker dengan mengubah struktur DE& dan kromosom sel yang diin0eksinya. irus dapat ditularkan dari orang ke orang melalui kontak seksual. irus penyebab karsinoma sel skuamosa antara lain uman +apiloma irus, herpes simpleF virus tipe 1 !S)1#, human immunode0iieny irus !I#, dan 'pstein -arr irus. 5,* uman +apiloma irus positi0 dijumpai lebih tinggi pada tumor rongga mulut !*%#, 0aring !5(%#, dan laring !((%#. 2.*.5.6 ;aktor Bingkungan Sejumlah 0aktor lingkungan dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker, salah satunya adalah pemaparan yang berlebihan dari sinar ultraviolet, terutama dari sinar matahari. Selain itu, radiasi ionisasi karsinogenik yang digunakan dalam sinar F, dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga nuklir dan ledakan bom atom juga dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker.
2.,
Patog#n#sis
+atogenesis molekuler KSS menerminkan akumulasi perubahan genetik yang terjadi selama periode bertahun)tahun. +erubahan ini terjadi pada gen)gen yang mengkodekan protein yang mengendalikan siklus sel, keselamatan sel, motilitas sel dan angiogenesis. Setiap mutasi genetik memberikan keuntungan pertumbuhan yang selekti0, membiarkan perluasan klonal sel)sel mutan dengan peningkatan potensi malignansi. Karsinogenesis merupakan suatu proses genetik
11
yang menuju pada perubahan mor0ologi dan tingkah laku seluler. >en)gen utama yang terlibat pada KSS meliputi proto)onkogen dan gen supresor tumor !tumor suppresor genesA/S>s#. ;aktor lain yang memainkan peranan pada perkembangan penyakit meliputi kehilangan alel pada rasio lain kromosom, mutasi pada proto) onkogen dan /S>, atau perubahan epigenetik seperti metilasi atau histonin diasetilasi DE&. ;aktor pertumbuhan sitokin, angiogenesis, molekul adesi sel, 0ungsi imun dan regulasi homeostatik pada sel)sel normal yang mengelilingi juga memainkan peranan.1
2.,
Mani)#stasi Klinis
S"" bukkal pada a3alnya akan munul sebagai massa yang tumbuh lambat pada mukosa bukkal. Besi a3alnya keil dan asimptomatik serta biasanya dijumpai pada pemeriksaan gigi. Eyeri akan munul setelah lesi membesar dan membentuk ulkus. &supan per oral biasanya memperburukk nyeri yang menyebabkan pasien malnutrisi dan dehidrasi. >ejala lain yang munul adalah perdarahan, kelemahan otot 0asial atau perubahan kepekaan sensoris, dis0agia, odino0agia dan trismus.( +ada anamnesis perlu ditanyakan mengenai ri3ayat terapi pembedahan dan radiasi serta ri3ayat penggunaan alkohol dan rokok. 7i3ayat keganasan pada traktur aerodigesti0 juga perlu diidenti0ikasi.(
2.-
P#m#%i!saan isi!
+emeriksaan kepala dan leher yang komperhensi0 perlu dilakukan terutama pada rongga mulut. Seluruh mukosa pada rongga mulut dan oro0aring harus diperiksa seara sistematis. +alpasi pada lesi perlu dilakukan untuk menentukan luas dan kedalaman dari lesi. &danya penyebaran kanker ke mandibula dan maksila juga harus diidenti0ikasi. Baring dan 0aring juga harus diperiksa dengan menggunakan ermin atau endoskopi untuk menilai adanya tumor atau lesi pada area tersebut. /elinga juga harus diperiksa karena terdapat bukti bah3a otalgia terkadang disebabkan nyeri alih akibat malignany. ( Kelenjar getah bening leher dan parotis harus diperiksa seara hati)hati untuk menentukan adanya adenopati. Dia? et al. menemukan bah3a 2%
12
panderita S"" mengalami pembesaran kelenjar getah bening. &danya pembesaran kelenjar getah bening akan meningkatkan stadium dari penyakit tersebut. ( &dapun sign yang sering didapatkan pada pemeriksaan 0isik ialah adanya perdarahan, ulkus, massa pada leher, bengkak pada 3ajah, paresis dan parestesi pada 3ajah dan trismus.( Besi pada S"" dapat munul dengan bentuk yang variati0, yaitu leukoplakia, verukus leukoplakia, eritro)leukoplakia dan eritroplakia. Setiap bentuk tersebut dapat berkembang menjadi ulkus dengan tepi yang irreguler dan mengalami indurasi, lesi pada S"" dapat mengalami perdarahan dan in0eksi sekunder. Besi yang besar dapat menimbulkan gangguan 0ungsi berbiara, mengunyah dan menelan. Sekitar 2A( S"" pada rongga mulut yang telah membesar, seara klinis biasanya telah dijumpai metastasis ke K>- leher. K>yang membesar biasanya akan teraba keras. S"" yang telah menyebar mele3ati ekstra)kapsular, akan teraba sebagai massa yang ter0iksasi. -atas dari lesi juga harus diidenti0ikasi dengan jelas, agar tatalaksana yang dilakukan e0ekti0 dan tidak menimbulkan rekurensi.* 2.
Stadium dan Klasi)i!asi
/ingkat keparahan pada karsinoma bukkal ditentukan berdasarkan the American Joint Commission on Cancer AJCC! "taging "ystem #or the oral cavity$ 4odi0ikasi terakhir pada sistem staging ini terakhir dilakukan pada tahun 22. Stadium dapat ditentukan berdasarkan pemeriksaan 0isik dan temuan lain pada pemeriksaan penunjang.( Klasi0ikasi stadium berdasarkan /E4 merupakan deskripsi dari anatomi tumor primer !/#, pembesaran K>- !E# dan ada atau tidaknya metastasis !4#. ( /umor primer !/#
•
o
/F J /umor primer tidak dapat dinilai
o
/ J /idak ada bukti adanya tumor primer
o
/is ) "arinoma in situ
o
/1 J /umor 2 m pada dimensi terbesar
o
/2 J kuran tumor 2)5 m pada dimensi terbesar
o
/( J kuran tumor L 5 m pada dimensi terbesar
13
/5a J /erdapat invasi tumor ke struktur disekitarnya !seperti tulang
o
maksila atau mandibula, otot lidah ekstrinsik, dan kulit 3ajah /5b J /erdapat invasi tumor ke basis rania danAatau arteri karotis
o
interna. K>- regional
•
o
EM ) K>- regional tidak dapat dinilai
o
E J /idak terdapat pembesaran K>- regional
o
E1 J /erdapat pembesaran single K>- ipsilateral dengan ukuran ( m pada dimensi terbesar. E2a ) /erdapat pembesaran single K>- ipsilateral dengan ukuran
o
6 m pada dimensi terbesar. E2b ) /erdapat pembesaran multiple K>- ipsilateral dengan
o
ukuran 6 m pada dimensi terbesar. E2 ) /erdapat pembesaran multiple K>- kontralateral dengan
o
ukuran 6 m pada dimensi terbesar. E( ) /erdapat pembesaran K>- dengan ukuran L 6 m pada
o
dimensi terbesar. •
•
4etastasis
4M J 4etastasis jauh tidak dapat dinilai
4 J /idak terdapat metastasis
41 J /erdapat metastasis
&dapun stadium S"" berdasarkan kriteria /E4 adalah $ o
Stadium ) /is E 4
o
Stadium 1 ) /1 E 4
o
Stadium 2 ) /2 E 4
o
Stadium ( ) /( E 4< /1, /2, or /( E1 4
o
Stadium 5a ) /5a E 4< /5a E1 4< /1, /2, /( or /5a E2 4
o
Stadium 5b J &ny / E( 4< /5b any E 4
o
Stadium 5 ) &ny / any E 41
14
Squamous "ell "arinoma dapat tumbuh lambat merusak jaringan setempat dengan keil kemungkinan bermetastase. Eamun dapat pula tumbuh epat merusak jaringan sekitar dan bermetastasis jauh umumnya melalui saluran getah bening. Squamous "ell "arinoma dapat diklasi0ikasikan menjadi dua yaitu $ 1. S"" Insitu atau -o3en "arinoma S"" ini terbatas pada epidermis dan terjadi pada berbagai lesi kulit yang telah ada sebelumnya. Seperti solar keratosit, kronis radiasi keratosit, hidrokarbon keratosit, arsenik keratosit, kornu kutanea, penyakit bo3en dan eritroplasia queyrat. S"" insitu dapat menetap di epidermis dalam jangka 3aktu yang lama dan tidak dapat diprediksi, dapat menembus lapisan basal ingga ke dermis dan selanjutnya bermetastasis melalui kelenjar getah bening regional.
2. S"" Invasi0 S"" invasi0 dapat berkembang dari S"" insitu dan dapat juga dari kulit normal. S"" invasi0 baik yang munul dari S"" insitu, lesi premalignan atau kulit normal biasanya dapat berupa nodul keil dengan batas yang tidak jelas, se3arna dengan kulit atau sedikit eritem. +ermukaannya
pada
a3alnya
rata namun
lama
kelamaan
dapat
berkembang menjadi verukosa atau papilomatosa. lserasi biasanya munul dari bagian tengah tumor dapat terjadi epat atau lambat sering ebelum tumor berdiameter 1)2 m. +ermukaan tumor dapat granular dan mudah berdarah, sedangkan pinggir ulkus biasanya meninggi dan mengeras serta dapat dijumpai krusta. rutan keepatan invasi0 dan metastase S"" adalah sebagai berikut$2 1. /umor yang tumbuh diatas kulit normal atau denovo !(%# 2. /umor didahului kelainan prakanker seperti radiodermatitis, sikatriks, ulkus, sinus 0istula !2*%# (. +enyakit -o3en, eritroplasia queyrat !2%# 5. Keratosit solaris !2%# /umor yang terletak di daerah bibir, anus, vulva, penis lebih epat mengadakan invasi dan bermetastasis dibandingkan dengan daerah lainnya.
15
4etastasis umumnya melalui saluran getah bening dengan perkiraan sekitar ,1) * % dari semua kasus. +erbedaan metastasis bergantung pada diagnosis dini, ara pengobatan dan penga3asan seara terapi. * Seara histologis, karsinoma sel skuamosa diklasi0ikasikan oleh =: menjadi$ 1.
=ell di00erentiated !>rade I#$ yaitu proli0erasi sel)sel tumor dimana sel)sel keratin basaloid masih berdi0erensiasi dengan baik membentuk keratin.
2.
4oderate di00erentiated !>rade II#$ yaitu proli0erasi sel)sel tumor dimana sebagian sel)sel basaloid tersebut menunjukkan di0erensiasi, membentuk keratin.
(.
+oorly di00erentiated !>rade III#$ yaitu proli0erasi sel)sel tumor dimana seluruh sel)sel basaloid tidak berdi0erensiasi membentuk keratin, sehingga sulit dikenali lagi.
2./
P#m#%i!saan P#nun$ang
2..1
+emeriksaan Baboratorium +emeriksaan peri)operati0 harus dilakukan terutama pada pasien dengan
renana operasi, selain itu untuk mengetahui gambaran a3al kondisi medis pasien, pemeriksaan laboratorium yang diperiksa adalah ($ •
•
Darah rutin, elektrolit, reum dan Kreatinin !tujuannya adalah untuk skrining anemia, in0eksi gangguan elektrolit dan gangguan 0ungsi ginjal +rothrombin time !+/#, ativated partial thromboplastin time !a+//#, and international normali?ed ratio !IE7# untuk menentukan ada atau tidanya
•
•
koagulopati S>:/ dan S>+/ !untuk menilai adanya gangguan 0ungsi hati akibat alkohol danAatau metastasis ke hati#. +emeriksaan golongan darah dan
cross%match
!pemeriksaan
diindikasikan untuk pasien anemia atau pasien dengan renana operasi#. 2..2 +emeriksaan 7adiologi
16
ini
•
;oto /horaF &+ dan lateral, untuk menilai adanya metastasis ke paru dan melihat adanya penyakit paru kronis yang biasanya dijumpai pada pasien
•
kanker di rongga mulut. ( "/ san atau 47I dengan kontras, digunakan untuk mengetahui luas dan kedalaman tumor serta ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening regional, selain itu untuk menentukan sejauh mana invasi sel kanker ke
•
jaringan tulang dan sekitarnya. ( "/ san thoraF dan positronemission tomography !+'/#, biasanya perlu dilakukan jika dijumpai kelainan pada 0oto thoraF. (
2..( +emeriksaan istopatologi •
-iopsi insisi 4erupakan
gold standar
penegakan
diagnosis
S"". +ada
pemeriksaan ini akan didapatkan tipe dari sel tumor dan juga menentukan apakah sel tersebut ganas atau tidak. -iopsi biasanya juga dilakukan intraoperati0 untuk menentukan batas antara jaringan tumor dan jaringan yang sehat. ( +ada S"" akan dijumpai gambaran histopatologi berupa epitel atipikal tang mengin0iltrasi membrana basalis dan dijumpai 0ormasi keratin sesuai dengan derajat di0erensiasi.( 2.10 P#natala!sanaan
Seara
umum
penatalaksanaan
S""
bukkal
memerlukan
terapi
multidisiplin. /ujuan utama terapi S"" adalah untuk mengeradikasi kanker, menegah rekurensi dan mengembalikan 0ungsi organAbagian yang terkena. +enetuan terapi yang akan digunakan ditentukan berdasarkan spesi0ikasi kanker dan keadaan pasien. Nang diperhatikan pada spes0ikasi kanker adalah organ yang terkena, ukuran kanker, ada tidaknya invasi lokal, gambaran histopatologi, ada tidaknya pembesaran K>- regional dan metastasis jauh. &dapun jenis)jenis modalitas terapi untuk S"" pada bukkal adalah eksisiAreseksi, radioterapi, systemi ytotoFi emotherapy, dan bloking o0 epithelial gro3th 0ator reeptor !'>;)7#. /indakan pembedahan dilakukan pada S"" oral yang keil dan dapat dijangkau. +ada S"" stadium lanjut terapi yang digunakan meliputi kombinasi 17
dari pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. +ada S"" rekaren, bloking o0 epi) thelial gro3th 0ator reeptor !'>;)7# dan radio)kemoterapi merupakan tatalaksana pilihan pertama. * +ada ekisisi S"" bukkal, harus dilakukan pengangkatan jaringan tumor lebih dari * mm dari jaringan tumor. al ini dilakukan untuk menegah rekurensi. =alaupun pada penelitian didapatkan bah3a reseksi dengan batas bebas tumor L * mm juga masih menimbulkan rekurensi pada 2)(% pasien. +enjelasan logis dari keadaan ini adalah kemungkinan adanya sel kanker keratinosit yang masih terdapat pada tepi eksisi yang tidak terdeteksi dengan pemeriksaan histopatologi atau adanya sel keratinosit pre%cancer yang dapat berkembang menjadi S"" yang tidak direseksi saat pembedahan. * 7ekurensi dari S"" pada regio bukkal sangat tinggi karena si0at kanker yang agresi0 dan terapi yang tidak adekuat. Bin, "S et al. melaporkan adaya rekurensi regional pada pasien post pembedahan sebesar *%. Kesimpulan darip penelitian tersebut merekomendasikan dilakukannya tindakan radioterapi pada pasien yang telah dioperasi terutama pada pasien dengan /(dan5 atau E1.O
2.11 P%ognosis
+rognosis baik jika didapatkan ukuran tumor yang keil dan tidak terdapat pembesaran K>- regional dan metastasis jauh. ;aktanya angka)* tahun harapan hidup !&%years survival rate# pada pasien seperti ini sekitar O)% dimana pada pasien dengan stadium lanjut angka &%years survival rate berkisar 5%.* +enentuan potensi biologis dari S"" dan risiko terjadinya metastasis dapat diprediksi dari kategori indikator sebagai berikut$ a. Staging /,E,4 b. 4etastasis lokal yang menyebar melalui sirkulasi lim0e atau persara0an tidak diakup oleh sistem yang ada dan biasanya berhubungan dengan tumor rekuren atau persisten . S"" lokal yang rekuren dan atau persisten atau pengobatan yang tidak adekuat d. Bokasi anatomis terjadinya lesi primer e. ;aktor dari pasien !imunosupresi dan komorbid dari kulit yang berhubungan#
18
T "tage
& year disease #ree survival o#
/1 /2 /( /5
treated primary "CC *)% O*)6% 6)* % 5 %
/abel 2.1 +rognosis berdasarkan / Eo o0 nodes involved 1 2 L( '"' &bsent /abel 2.2 +rognosis berdasarkan E
19
* year survival rate 5% (% 1(% 2(% +resent 5%
BAB " LAPRAN KASUS ".1 Id#ntitas Pasi#n
Eama
$ 7amlah
mur
$ O5 tahun
&lamat
$ -ireun
+ekerjaan
$ I7/
Eo. 74
$ 1)*)()(
/anggal 4asuk
$ 2O &gustus 21*
/anggal +emeriksaan $ 1 September 21*
".2 Anamn#sis
Keluhan tama
$ Buka di mulut yang tidak sembuh)sembuh dan membentuk benjolan yang semakin membesar
7+S
$ +asien datang dengan keluhan timbul luka di mulut yang sejak ( tahun yang lalu. Buka tersebut semakin membesar dan membentuk benjolan serta mengeluarkan bau busuk sejak ( bulan yang lalu. &3alnya luka hanya berukuran P,* m namun sekarang sudah berukuran kurang lebih 5F6F2 m. +asien mengeluh sulit untuk makan dan berbiara karena benjolan dan banyaknya air liur. +asien tidak mengeluh sesak na0as dan sulit menelan. +asien mengaku tidak ada benjolan di tempat lain.
7+D
$ +asien pernah mengalami stroke 5 tahun yang lalu dan mengalami kelemahan pada anggota gerak sebelah kanan. /idak ada ri3ayat tumor di tempat lain.
7+:
$ -etadine gurgle dan sohobion
20
7+K
$ /idak ada keluarga pasien yang mengalami penyakit yang sama dengan pasien
7KS
$ pasien sudah jarang beraktivitas karena 0aktor usia dan lumpuh anggota gerak sebelah kanan. 7i3ayat merokok!)#, alkohol!)#, ri3ayat mengunyah daun sirih !Q#. +asien mengaku tidak pernah beraktivitas di luar rumah setelah mengalami lumpuh akibat stroke.
"." P#m#%i!saan Umum
Kesadaran
$ "ompos 4entis
/ekanan Darah
$ 12A mmg
Eadi
$ O FAi
+ernapasan
$ 2 FAiR
Suhu
$ (,1"
&nemis
$ !Q#
Sianosis
$ /idak dijumpai
Dispnoe
$ /idak dijumpai
Ikterik
$ /idak dijumpai
:edem
$ !Q# at regio maFilla sinistra
".( P#m#%i!saan isi!
Kepala
$ tampak massa seperti bunga kol pada regio bukkal sinistra. 4assa
berukuran
5F6F2
m,
berdungkul)dungkul,
konsistensi keras, ter0iksir, immobile dan mudah berdarah. /erdapat bengkak dan memar pada pipi sebelah kiri Beher
$ +embesaran K>- !Q# SAB at regio submandibular ipsilateral ; $ keras, nyeri!)#, single, ukuran 2 m
/horaks
$ +aru
Inspeks
$ simetris
+alpasi
$ Stem 0remitus kanan T Stem 0remitus kiri
+erkusi
$ SonorASonor
21
&uskultasi $ esikuler !QAQ#, rhonki !QA)#, 3hee?ing !)A)# &bdomen
$ Dalam -atas Eormal
'kstremitas
$ emiplegi tungkai sinistra, pembesaran K>- inguinal !)#
Status Bokalis 7egio bukkal sinistra $ B $ -enjolan dan memar pada regio bukkal sinistra ; $ ukuran 5F6F2 m ,konsistensi keras, permukaan tidak rata, ter0iksir, batas tegas, immobile, nyeri tekan!)#. 7egio submandibular ipsilateral$ B $ tidak terlihat benjolan ; $ teraba benjolan keras, nyeri!)#, single, ukuran 2 m
;oto Klinis
22
".+ R#sum# Klinis
Seorang perempuan berusia O5 tahun, I7/, datang dengan keluhan luka yang tidak sembuh)sembuh di bual kiri. Buka munul ( tahun yang lalu dan membentuk massa sejak ( bulan yang lalu. +asien mengeluh sulit makan dan berbiara. /idak ada keluhan sesak na0as dan sulit menelan. +asien tampak mengalami hipersalivasi. -enjolan pada regio bukkal sinistra, ukuran 5F6F2 m ,konsistensi keras, permukaan tidak rata, ter0iksir, batas tegas, immobile, nyeri tekan!)#. /eraba pembesaran K>- submandibula ipsilateral ukuran 2 m, kesan$ /(E4F
"., Di))#%#ntial Diagnosis
1. Squamous "ell "arsinoma aAr bual sinistra 2. basal ell arinoma aAr bual sinistra
".- Diagnosis Klinis
Squamous "ell "arsinoma aAr bual sinistra
". Usul P#m#%i!saan P#nun$ang -
+emeriksaan Baboratorium !D7, "/A-/, rA"r, 'ektrolit, >DS# +emeriksaan istopatologi
23
-
+emeriksaan "/ san kontras dan non)kontras +emeriksaan ;oto /horaF +emeriksaan 'K>
"./ Hasil P#m#%i!saan P#nun$ang
a. asil Baboratorium Darah @enis +emeriksaan emoglobin 'ritrosit Beukosit ematokrit /rombosit 'osA-asoAESABimA4on o "lotting /ime -leeding time >DS rAr EaAKA"l
2O AA21* 1 (,* 1, (1 2( 2AAO2A1A6 2 1(1 (A,*5
/anggal (1AOA21* 2AA21* ,( gAdB 1,2 (,( (,6
Satuan
16AA1* O, (,1
gAdB F 16 A
1(,
mm( F 16 A
26 1*
mm( % F 1( A
2AAO2A12A 2AAO5A1
AAA
mm( %
5 2
(A*A2 ) ) 2(2 2(A,(1 1(A2,
4enit 4enit grAdl grAdl 4molA
A16
B
12,O ( (1O
b. ;oto /horaF &+ !2 @uli 21*#
24
12,5 (1 255
A5 ) )
Kesimpulan
$ "ardiomegaly dengan ongestive paru
. istopatologi !1( &gustus 21*# Kesimpulan $ Invasive meoderately squamous ell arinoma d.
'hoardiography kesimpulan $ '; %
".10 Diagnosis K#%$a
Squamous "ell "arinoma aAr bual Sinistra /(E4F
".11 Planning konsul kardio dan anestesi
) konsul bedah plastik ) persiapan operasi biopsi eksisi dan rekonstruksi ) persiapan I" post operasi ) /erapi medikamentosa 1. -etadine >urgle (F1 2. Sohobion 2F1
".12 La*o%an P#m3#da'an
25
BAB ( ANALISA KASUS
Ey. 7, O5 tahun datang dengan keluhan luka pada mukosa mulut yang tidak sembuh)sembuh sejak ( tahun yang lalu. Sejak ( bulan terakhir, luka tersebut membentuk massa yang berbentuk seperti bunga kol, berukuran 5F6F2 m dan mengeluakan bau busuk. al ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bah3a pada tahap a3al S"", akan timbul lesi tumor primer berupa luka yang disertai papul atau nodul yag kemerahan dan nyeri dan biasanya nodul atau papul tersebut dilapisi oleh lapisan hyperkeratosis. Kemudian lesi akan tumbuh dalam hitungan bulan dengan intensitas nyeri yang semakin meningkat. +ada tahap selanjutnya akan timbul bentuk 0ungating, yaitu massa yang berbentuk seperti bunga kola tau ca'li#lo'er dan mudah berdarah. +ada Ey 7, lesi tumor yang terbentuk belum membentuk ulserasi dan krusta sehingga dapat diambil kesimpulan a3al bah3a tumor S"" belum masuk ke tahap yang lebih lanjut, yaitu adanya in0iltasi sel tumor ke struktur lain seperti tulang dan kartilago. Eamun hal tersebut memang harus dikon0irmasi dengan pemeriksaan lebih lanjut. +ada pemeriksaan kelenjar getah bening leher, tidak dijumpai adanya pembesaran kelenjar getah bening. al ini menunjukkan sel sel tumor kemungkinan belum bermetastasis ke organ lain, karena pada umumnya, S"" bermetastasis melalui saluran kelenjar getah bening. 4eskipun demikian, perlu dilakukan pemeriksaan lain untuk memastikan bah3a tidak terdapat metastasis jauh seperti ke hati, paru dan tulang. Eamun seara klinis, Ey. 7 tidak
26
menunjukkan adanya gejala gejala yang mengarah ke metastasis seperti batuk) batuk, ikterik dan nyeri tulangAsendi. +ada pemeriksaan 0isik didapatkan massa pada regio bual sinistra, dengan ukuran 5F6F2 m bentuk seperti bunga kol ,konsistensi keras, permukaan tidak rata, ter0iksir, batas tegas, immobile, nyeri tekan!)#. asil pemeriksaan tersebut sejalan dengan pemeriksaan patologi anatomi yang menyatakan bah3a sel)sel tumor tersebut merupakan S"". al ini menunjukkan kesesuaian antara teori dengan pemeriksaan yang didapatkan seara klinis, dimana pada tumor ganas, massa yang terbentuk biasanya tidak berbatas tegas, ter0iksir dan konsistensinya keras. &dapun bentuk bunga kol yang terbentuk, seara teori merupakan bentuk yang menjadi iri khas dari S"". +ada pemeriksaan 0oto thoraF, tidak didapatkan adanya metastasis ke paru dan seara klinis tidak dijumpai metastasis ke tempat lain. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bah3a S"" pada Ey. 7 merupakan S"" stadium 2 atau 5 dimana pada Ey 7 dijumpai tumor dengan klasi0ikasi /(E4F. Sesuai dengan teori, S"" dikatakan stadium 2 jika didapatkan /2E4 atau /(E4 dan masuk dalam riteria stadium 5 jika didapatkan metastasis ke organ lain. +ada ny. 7 belum dapat diambil kesipulan bah3a tidak ada metastasis ke organ lain Karena pemeriksaan yang belum lengkap. :leh karena itu masih terdapat dua kemungkinan yaitu stadium 2 dan stadium 5. +enentuan stadium ini digunakan untuk menetukan prognosisnya. Stadium 2 mempunyai prognosis yang lebih baik. +rognosis juga dapat ditentukan dengan ukura tumor, dimana ukuran tumor L* m dan belum ada in0iltrasi struktur lain seperti yang dialami ny 7, dikatakan dapat sembuh total dengan persentase 6) *% jika dilakukan terapi yang adekuat. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan nilai b dan t turun, hal ini dapat disebabkan karena penyakit yang diderita telah berlangsung lama !kronis#. /ingginya nilai leukosit dapat disebabkan adanya proses in0lamasi pada tungkai ba3ah pasien. +ada pasien ini belum dilakukan S> abdomen, sehingga belum diketahui ada atau tidaknya metastasis jauh ke hati. (one scanning juga dapat dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya metastasis jauh ke tulang.
27
Dari segi epidemiologis, Squamous ell arinoma merupakan bentuk kedua terbanyak pada kanker kulit setelah basal ell arinoma. ;rekuensinya meningkat pada kulit yang sering terpapar sinar matahari dan pada usia tua terutama yang berkulit terang. Insidensi tertinggi pada usia *) tahun. +aling sering terjadi pada penduduk daerah tropis. -erdasarkan jenis kelamin, insidensi pada pria 2)( kali lebih banyak dibandingkan 3anita, hal ini dikaitkan dengan aktivitas pria yang sering terpapar sinar matahari. +ada Ey. 7 didapatkan 0aktor resiko berupa usia diatas * tahun dan penduduk yang tinggal di daerah tropis, dan sering terpapar sinar matahari, 3alaupun hanya seorang ibu rumah tangga, namun dari anamnesis didapatkan bah3a Ey 7 sering melakukan aktivitas di tempat yang terkena paparan sinar matahari. 4engenai etiologi pasti dari kelainan yang timbul pada Ey. 7, tidak dapat diketahui seara pasti, namun dari data yang ada terdapat beberapa 0aktor resiko yang diketahui seperti ri3ayat menguyah sirih seara rutin, dan mungkin ada beberapa 0aktor resiko lain yang belum atau tidak pernah diketahui sebelumnya seperti adanya paparan ?at kimia seperti arsen, paparan radiasi, keadaan genetik yang rentan, konsumsi buah dan sayur yang kurang, dan adanya in0eksi virus atau jamur. -erdasarkan anamnesis, pemeriksaan 0isik, dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan os disimpulkan menderita squamous ell arinoma, tidak terdapat keterlibatan K>- regional, namun belum diketahui apakah sudah metastasis atau belum!/( E4F#. +rognosis quo ad vitam, quo ad 0untionam serta quo ad sanationam penderita ini adalah dubia ad malam, karena tumor dapat seara progresi0 membesar dan mengganggu jalan na0as, belum lagi kemungkinan adanya metastasis yang belum diketahui, selain itu os merupakan penderita dengan usia lanjut dimana terdapat penurunan 0ungsi organ dan status imunologis, belum lagi pasien menderita hemiparesis post stroke hemoragik yang tentunya dapat menurunkan kualitas hidupnya.
28
DATAR PUSTAKA
1. +asaribu. '/. 'pidemiologi dan 'tiologi Kanker. 4ajalah Kedokteran Eusantara. 26. olume 26!(#$ p266)6 2. &ustralia aner ounil. & Summary o0 4anagement in "linial +ratial -asal "ell and Squamous "ell "arsinoma. &ustralia. 212 (. "hristopher Klem, 4D. -ual "arinoma. )edscape *e##erence. 215. &ess
date$
:tober
2nd
21*
0rom$
http$AAemediine.medsape.omAartileAO**2(* 5. -ahar >, >oldstein D+, -arker '. et al. Squamous "ell "arinoma o0 the -ual 4uosa$ :utomes o0 /reatment in the 4odern 'ra. /he &merian Baryngologial, 7hinologial and :tologial Soiety, In. 212. 122$ p1**2J 1** *. ;eller B, Bemmer @. :ral Squamous "ell "arinoma$ 'pidemiology, "linial +resentation and /reatment. @ournal o0 "aner /herapy, 212. !(#. p26()26O 6. Nan =, Ignaio I, =istuba. Squamous ell arinoma J similarities and di00erenes among anatomial sites. &m @ "aner 7es 211<1!(#$2*)( . 4anuaba I-. Karsinoma Sel Skuamosa. +anduan +enatalaksaanan Kanker Solid +'7&-:I 21. @akarta$ Sagung Seto. 21 O. Bin "S,
@en N4, "heng 4;. Squamous "ell "arinoma o0 the -ual
4uosa $ an &ggressive "aner 7equiring 4ultimodality /reatment. =iley InterSiene. 26$ p1*)* . 4ehrotra 7, Nadav S, :ral Squamous "ell "arinoma. 'tiology pathogenesis and prognosti value o0 genomi alternations revie3 artile 26, ol$ 5(< 6) 66 10.Sully
". :ral and 4aFillo0aial 4ediine. 'dinburgh$ =right, 25$1(2)2*
29