BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN SPIP SUB UNSUR PERWUJUDAN PERAN APIP YANG EFEKTIF (1.7)
NOMOR : PER-1326/K/LB/2009 TANGGAL : 7 DESEMBER 2009
KATA PENGANTAR Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah tanggung jawab Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), sesuai dengan pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pembinaan ini merupakan salah satu cara untuk memperkuat dan menunjang efektivitas sistem pengendalian
intern,
yang
menjadi
tanggung
jawab
menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota, sebagai penyelenggara sistem pengendalian intern di lingkungan masingmasing. Pembinaan penyelenggaraan SPIP yang menjadi tugas dan tanggung jawab BPKP tersebut meliputi: 1. penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan SPIP; 2. sosialisasi SPIP; 3. pendidikan dan pelatihan SPIP; 4. pembimbingan dan konsultasi SPIP; dan 5. peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern pemerintah. Kelima kegiatan dimaksud diarahkan dalam rangka penerapan unsur-unsur SPIP, yaitu: 1. lingkungan pengendalian; 2. penilaian risiko; 3. kegiatan pengendalian; 4. informasi dan komunikasi; dan 5. pemantauan pengendalian intern. Untuk memenuhi kebutuhan pedoman penyelenggaraan SPIP, BPKP telah menyusun Pedoman Teknis Umum Penyelenggaraan 1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
i
SPIP. Pedoman tersebut merupakan pedoman tentang hal-hal apa saja yang perlu dibangun dan dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan SPIP. Selanjutnya, pedoman tersebut dijabarkan ke dalam pedoman teknis penyelenggaraan masing-masing sub unsur pengendalian. Pedoman teknis sub unsur ini merupakan acuan
langkah-langkah
yang
perlu
dilaksanakan
dalam
penyelenggaraan sub unsur SPIP. Pedoman
Teknis
Penyelenggaraan
SPIP
Sub
Unsur
Perwujudan Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang Efektif pada unsur Lingkungan Pengendalian merupakan acuan yang memberikan arah bagi instansi pemerintah pusat dan daerah dalam menyelenggarakan sub unsur tersebut, dan hendaknya disesuaikan dengan karakteristik masing-masing instansi, yang meliputi fungsi, sifat, tujuan, dan kompleksitas instansi tersebut. Pedoman ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, masukan dan saran perbaikan dari pengguna pedoman ini, sangat diharapkan sebagai bahan penyempurnaan.
Jakarta, Desember 2009 Plt. Kepala,
Kuswono Soeseno NIP 19500910 197511 1 001
1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
ii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR .................................................................
i
DAFTAR ISI ...............................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .........................................................
1
B. Sistematika Pedoman ...............................................
4
BAB II GAMBARAN UMUM PERWUJUDAN PERAN APIP YANG EFEKTIF A. Pengertian ...............................................................
5
B. Tujuan dan Manfaat .................................................
8
C. Peraturan Perundang-undangan Terkait .................. 10 D. Parameter Penerapan ............................................... 10
BAB III LANGKAH-LANGKAH PENYELENGGARAAN PERWUJUDAN PERAN APIP YANG EFEKTIF A. Tahap Persiapan ...................................................... 13 B. Tahap Pelaksanaan .................................................. 19 C. Tahap Pelaporan ....................................................... 36
BAB IVPENUTUP
1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
iii
1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
iv
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) mencakup lima unsur, yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan
pengendalian,
informasi
dan
komunikasi,
serta
pemantauan pengendalian intern. Penerapan lima unsur SPIP tersebut dilaksanakan menyatu dan menjadi bagian integral dari kegiatan instansi pemerintah. Dalam pasal 47 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, dinyatakan bahwa menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota
bertanggung
jawab
atas
efektivitas
penyelenggaraan sistem pengendalian intern di lingkungan masing-masing. Selanjutnya, dalam ayat (2) peraturan tersebut dinyatakan bahwa untuk memperkuat dan menunjang efektivitas sistem pengendalian intern, dilakukan pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah, termasuk akuntabilitas keuangan negara, dan dilakukan pembinaan penyelenggaraan SPIP. Pengawasan intern merupakan salah satu bagian dari kegiatan
pengendalian
intern,
yang
berfungsi
melakukan
penilaian independen atas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah. Lingkup pengaturan pengawasan intern, mencakup kelembagaan, lingkup tugas, kompetensi SDM, kode etik, standar audit, pelaporan, dan telaahan sejawat (peer review).
1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
1
Pengawasan intern dilaksanakan oleh Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP), melalui kegiatan yang berkaitan langsung
dengan
penjaminan
(assurance)
dan
konsultasi
(consulting) untuk pemberian solusi. Kegiatan penjaminan dapat berupa audit, reviu, evaluasi, dan pemantauan, sedangkan konsultasi untuk pemberian solusi atas berbagai permasalahan dalam pencapaian tujuan organisasi, dilaksanakan melalui kegiatan antara lain berupa sosialisasi mengenai pengawasan, pendidikan dan pelatihan pengawasan, pembimbingan dan konsultasi, pengelolaan hasil pengawasan, serta
pemaparan
hasil pengawasan. Keseluruhan kegiatan penjaminan dan konsultasi tersebut dilaksanakan oleh APIP secara independen dan obyektif, dirancang untuk memberikan nilai tambah, dan meningkatkan operasi organisasi satuan kerja pemerintah. Pengawasan intern, juga bertujuan membantu organisasi dalam mencapai tujuan organisasi, dengan suatu pendekatan keilmuan yang sistematis, melalui evaluasi dan peningkatan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola. Pengawasan intern, dilaksanakan oleh APIP, yang terdiri atas BPKP, Inspektorat Jenderal, atau nama lain yang secara fungsional
melaksanakan
pengawasan
intern,
Inspektorat
Provinsi, dan Inspektorat Kabupaten/Kota. Mengingat tugas dan fungsi APIP yang demikian strategis, maka perwujudan peran APIP yang efektif, sangat diperlukan untuk
memperkuat
dan
menunjang
efektivitas
Sistem
Pengendalian Intern, sehingga APIP diharapkan dapat:
1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
2
1. Memberikan
jaminan
kualitas
(quality
assurance)
atas
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara kepada pimpinan pemerintahan pusat dan daerah.
Untuk itu, peran APIP
diharapkan lebih dari sekedar watchdog menjadi jasa pemberian keyakinan (assurance) dan konsultasi (consulting) di bidang manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola instansi pemerintah. 2. Berfungsi
sebagai
pendorong
(trigger)
bagi
instansi
pemerintah, dalam membangun, dan mengimplementasikan SPIP secara efektif dan efisien. 3. Memberikan klarifikasi penyeimbang (check and balance), terhadap hasil pemeriksaan
Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK),
ekstern
selaku
diharapkan
pemeriksa
dapat
berperan
pemerintah.
sebagai
APIP
pendamping
(counterpart), sekaligus koordinator di lingkungan instansi pemerintah terkait , dalam menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK. Pada dasarnya, perwujudan peran APIP yang efektif merupakan kewajiban dari pimpinan instansi pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah, sebagai bagian dari upaya menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif, untuk penerapan sistem pengendalian intern dalam lingkungan masing-masing. Sehubungan dengan upaya mewujudkan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif tersebut, diperlukan pedoman teknis
Perwujudan Peran APIP yang Efektif, yang
diharapkan dapat diimplementasikan secara nyata oleh instansi pemerintah. 1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
3
Pedoman teknis sub unsur Perwujudan Peran APIP yang Efektif ini, merupakan penjabaran lebih lanjut dari Pedoman Teknis Umum Penyelenggaraan SPIP, menjelaskan bagaimana sub
unsur
Perwujudan
Peran
APIP
yang
Efektif
diimplementasikan oleh instansi pemerintah. Ruang lingkup penggunaan pedoman ini meliputi instansi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. B. Sistematika Pedoman Sistematika penyajian Pedoman Teknis Perwujudan Peran APIP yang Efektif adalah sebagai berikut: Bab I
Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang perlunya pedoman, tujuan dan ruang lingkup, serta sistematika pedoman.
Bab II Gambaran Umum Perwujudan Peran APIP yang Efektif Bab ini menguraikan pengertian, maksud, tujuan, dan keterkaitan dengan peraturan yang berlaku, serta parameter penerapannya. Bab III
Langkah-Langkah
Penyelengaraan
Perwujudan
Peran APIP yang Efektif Bab ini menguraikan langkah-langkah yang perlu dilaksanakan dalam menyelenggarakan sub unsur Perwujudan Peran APIP yang Efektif, yang terdiri dari tahap persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan. Bab IV
Penutup Bab ini merupakan penutup, yang berisi hal-hal penting yang perlu diperhatikan kembali, dan penjelasan atas penggunaan pedoman ini.
1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
4
BAB II GAMBARAN UMUM
A. Pengertian Peran
APIP
dalam
instansi
pemerintah
adalah
melaksanakan fungsi sebagai auditor intern. Definisi audit intern yang dikembangkan oleh organisasi internal auditor internasional (IIA) adalah sebagai berikut: “Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and
improve
an
organization’s
operations.
It
helps
an
organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control and governance processes” (IIA, 1999).” Sesuai dengan definisi tersebut, untuk mewujudkan peran yang efektif, APIP dituntut untuk melakukan pendekatan dan praktik internal auditing yang modern, berorientasi ke pencapaian tujuan organisasi, melalui kegiatan: 1. Pemberian kepastian, keyakinan, dan penjaminan yang memadai (assurance) dengan melakukan kegiatan, antara lain audit, reviu, penilaian, evaluasi, verifikasi, pengujian, dan pemantauan atau monitoring, 2. Konsultasi (consulting) untuk pemberian solusi atas berbagai permasalahan dalam pencapaian tujuan organisasi, dengan melakukan kegiatan, antara lain pendampingan,
pemberian
sosialisasi, bimbingan,
saran/petunjuk
(advice)/
konsultasi, melakukan pelatihan (training), dan survei.
1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
5
Tidak ada perbedaan yang mutlak antara pekerjaan assurance dan konsultasi, namun keduanya berkaitan erat. Setidaknya,
pekerjaan
assurance
digunakan
untuk
mengidentifikasi kebutuhan pekerjaan konsultasi sebagai bagian yang
direkomendasikan,
sementara
pekerjaan
konsultasi
memberikan kontribusi atas meningkatnya kepastian - assurance. Organisasi internal auditor internasional (IIA), menegaskan bahwa dalam melaksanakan penugasan konsultasi, auditor harus mengupayakan perbaikan melalui pemberian masukan, saran, dan rekomendasi yang berkualitas (spesifik, dapat diterapkan – applicable, dengan manfaat yang lebih besar daripada biaya). Namun, hal tersebut tidak boleh memengaruhi obyektivitas dan pengambilan keputusan tetap merupakan fungsi manajemen. IIA
juga
memberikan
gambaran
perbedaan
antara
assurance dan consulting sebagai berikut: 1. Jasa assurance merupakan penilaian yang obyektif, untuk memberikan
pendapat/simpulan
yang
independen,
atas
manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola. Sifat dan lingkup kegiatan assurance ditentukan oleh internal auditor. Dalam penugasan, assurance umumnya melibatkan tiga pihak, yaitu: seorang atau sekelompok orang yang terlibat secara langsung/pelaku atas suatu proses/sistem/kejadian, seorang atau sekelompok penilaian,
internal auditor yang membuat
dan seorang atau sekelompok
pengguna jasa
penilaian auditor 2. Jasa-jasa consulting lebih bersifat pemberian saran dan pada umumnya dilakukan berdasarkan permintaan khusus klien. Sifat dan lingkup penugasan konsultasi bergantung pada 1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
6
perjanjian yang ditugaskan oleh klien, bertujuan untuk meningkatkan
nilai
tambah
dan
perbaikan
tata
kelola
organisasi, manajemen risiko, dan proses pengendalian. Umumnya, kegiatan consulting melibatkan dua pihak, yaitu internal auditor sebagai pemberi saran dan klien sebagai penerima saran. Perwujudan peran APIP yang efektif, merupakan bagian dari penyelenggaraan SPIP yang dibangun oleh manajemen instansi pemerintah sebagai unsur lingkungan pengendalian. Dari sudut
pandang
sistem
pengendalian,
APIP
membantu
manajemen untuk melaksanakan pemantauan atas sistem pengendalian intern melalui penilaian independen. Dalam siklus pengendalian intern, manajemen melakukan pemantauan atas berjalannya seluruh sistem pengendalian intern, melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak
lanjut
rekomendasi
hasil
audit.
Evaluasi
terpisah
diselenggarakan melalui penilaian sendiri, reviu, dan pengujian efektivitas sistem pengendalian intern. Kegiatan evaluasi terpisah tersebut dapat dilakukan oleh APIP atau pihak eksternal pemerintah. APIP mempunyai fungsi yang strategis dalam membantu manajemen instansi pemerintah melaksanakan fungsi penilaian yang independen, melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan pengawasan lain. Pada akhirnya, perwujudan peran APIP yang efektif merupakan kewajiban dari pimpinan instansi pemerintah, sebagai bagian dari upaya
menciptakan dan memelihara lingkungan
pengendalian, agar menimbulkan perilaku positif dan kondusif, untuk penerapan sistem pengendalian intern dalam lingkungan kerjanya. 1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
7
B. Tujuan dan Manfaat Tujuan
peran
APIP
yang
efektif
adalah
membantu
manajemen di lingkungan instansi pemerintah mencapai tujuan organisasi secara taat, hemat, efektif, dan efisien, dengan memberikan nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. APIP dengan suatu pendekatan keilmuan yang sistematis, melakukan evaluasi, dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, serta
proses tata kelola di lingkungan
instansi pemerintah. Perwujudan dengan
peran APIP yang efektif tersebut,
dilaksanakannya
pengawasan berkualitas
masukan,
dan/atau
ditandai
saran,
hasil
(spesifik, dapat diterapkan/applicable
dengan manfaat yang lebih besar daripada biaya), yang memberikan pengendalian,
peningkatan dan
proses
efektivitas tata
kelola,
manajemen sehingga
risiko, instansi
pemerintah dapat mencapai tujuan organisasi secara taat, hemat, efektif, dan efisien. Tujuan perwujudan peran APIP yang efektif tersebut memiliki pengertian yang sama dengan Internal Auditing, yaitu suatu kegiatan assurance dan consulting (konsultasi), yang dilaksanakan secara independen dan obyektif, dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Internal Auditing membantu organisasi mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan keilmuan yang sistematis, untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola.
1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
8
Tujuan audit internal tersebut
telah sesuai dengan maksud
pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008,
yang
menyatakan bahwa perwujudan peran APIP yang efektif, sekurangkurangnya: 1. memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, serta efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah; 2. memberikan
peringatan
dini
dan
meningkatkan
efektivitas
manajemen risiko, dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah; 3. memelihara
dan
meningkatkan
kualitas
tata
kelola
penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah. Manfaat yang dapat diperoleh organisasi dengan menerapkan sub unsur perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif adalah : 1. Dapat memberikan jaminan kualitas (quality assurance) atas akuntabilitas pengelolaan keuangan negara
kepada pimpinan
pemerintahan pusat dan daerah. Untuk itu, peran APIP diharapkan lebih dari sekedar watchdog menjadi jasa pemberian keyakinan (assurance) dan konsultasi (consulting) di bidang manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola atas tugas dan fungsi instansi pemerintah. 2. Berfungsi sebagai pendorong (trigger) bagi instansi pemerintah dalam membangun dan mengimplementasikan SPIP secara efektif dan efisien. 3. Memberikan klarifikasi penyeimbang (check and balance) terhadap hasil pemeriksaan
BPK, selaku pemeriksa ekstern pemerintah.
APIP diharapkan dapat berperan sebagai pendamping (counterpart) sekaligus koordinator di lingkungan instansi pemerintah terkait, dalam menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK. 1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
9
C. Peraturan Perundang-undangan Terkait Beberapa
peraturan
perundang-undangan
yang
memengaruhi terwujudnya peran APIP yang efektif, antara lain: 1. Pasal 48 sampai dengan pasal 57 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah; 3. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 220/M.PAN/7/2008 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya; 4. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 05/MPAN.03/2008 tahun 2008 tentang Standar Audit; 5. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 04/MPAN.03/2008 tahun 2008 tentang Kode Etik APIP. D. Parameter Penerapan Perwujudan peran APIP yang efektif, pada dasarnya ditandai dengan adanya pelaksanaan masukan dan/atau saran hasil
pengawasan
berkualitas
(spesifik,
dapat
diterapkan/
applicable, dengan manfaat yang lebih besar daripada biaya), yang memberikan peningkatan efektivitas manajemen risiko, pengendalian,
dan
proses
tata
kelola,
sehingga
instansi
pemerintah dapat mencapai tujuan organisasi secara efektif, efisien, taat, dan hemat. Untuk mewujudkan peran APIP yang efektif, selain mempertimbangkan daftar uji, pimpinan instansi pemerintah (pusat/daerah atau pimpinan APIP) perlu mempertimbangkan praktik pengawasan intern yang baik dan berlaku umum, serta 1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
10
penjelasan umum Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, yang menyatakan bahwa lingkup pengaturan pengawasan intern mencakup kelembagaan, lingkup tugas, kompetensi sumber daya manusia, kode etik, standar audit, pelaporan, serta telaahan sejawat, guna memelihara dan meningkatkan profesionalisme praktik pengawasan intern. Mengacu pada pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, dan daftar ujinya, beberapa parameter yang dapat dipergunakan dalam menilai keberhasilan penerapan sub unsur perwujudan peran APIP yang efektif, antara lain: 1. Di dalam instansi pemerintah, terdapat mekanisme untuk memberikan kehematan,
keyakinan efisiensi,
yang
dan
memadai
efektivitas
atas
ketaatan,
pencapaian
tujuan
penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut: a. APIP yang independen, melakukan pengawasan atas kegiatan instansi pemerintah. b. APIP
membuat
laporan
hasil
pengawasan,
setelah
melaksanakan tugas pengawasan. c. Untuk menjaga mutu hasil pemeriksaan APIP, secara berkala dilaksanakan telaahan sejawat. 2. Di dalam instansi pemerintah terdapat mekanisme peringatan dini dan peningkatan efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah. 3. Di dalam instansi pemerintah, terdapat upaya memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan (good governance) tugas dan fungsi instansi pemerintah.
1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
11
1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
12
BAB III LANGKAH-LANGKAH PENYELENGGARAAN PERWUJUDAN PERAN APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH YANG EFEKTIF Penyelenggaraan SPIP pada suatu instansi pemerintah ditempuh melalui tahapan sebagai berikut: 1. Tahap persiapan, merupakan tahap awal implementasi, yang ditujukan untuk memberikan pemahaman atau kesadaran yang lebih baik, serta pemetaan kebutuhan penerapan. 2. Tahap pelaksanaan, merupakan langkah tindak lanjut atas hasil pemetaan,
yang
meliputi
pembangunan
infrastruktur
dan
internalisasi, serta upaya pengembangan berkelanjutan 3. Tahap pelaporan, merupakan tahap pelaporan kegiatan. Dalam pelaksanaannya, tahapan berikut langkah-langkahnya dapat
dilakukan
secara
bersamaan
dengan
pelaksanaan
penyelenggaraan unsur/ sub unsur lainnya. Berikut ini merupakan langkah-langkah nyata yang perlu dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan Perwujudan Peran APIP yang Efektif di setiap tahapan. A. Tahap Persiapan 1. Penyiapan Peraturan, SDM, dan Rencana Penyelenggaraan Tahap ini dimaksudkan untuk menyiapkan peraturan pelaksanaan penyelenggaraan SPIP di setiap kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah. Berdasarkan peraturan penyelenggaraan SPIP, selanjutnya instansi pemerintah membuat
rencana penyelenggaraan,
yang antara lain
memuat: 1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
13
a. Jadwal pelaksanaan kegiatan; b. Waktu yang dibutuhkan; c. Dana yang dibutuhkan; dan d. Pihak-pihak yang terlibat. Berdasarkan peraturan tersebut, perlu dibentuk Satuan Tugas Penyelenggaraan SPIP, yang diberi tugas mengawal pelaksanaan penyelenggaraan SPIP, termasuk penerapan kebijakan dan praktik pembinaan sumber daya manusia. Satgas tersebut terlebih dahulu diberi pelatihan tentang SPIP,
khususnya
sub
unsur
terkait,
agar
dapat
menyelenggarakan sub unsur Perwujudan Peran APIP yang Efektif sebagai bagian unsur Lingkungan Pengendalian SPIP. 2. Pemahaman (Knowing) Tahapan pemahaman dan penyamaan persepsi meliputi langkah-langkah minimal sebagai berikut: a. Memberikan pemahaman untuk membangun kesadaran (awareness building) dan keyakinan terhadap arti penting mewujudkan
peran
pemahaman
yang
APIP
yang
memadai,
efektif.
Dengan
diharapkan
mampu
memperkuat komitmen dan dukungan semua lapisan pimpinan di lingkungan instansi pemerintah dan seluruh pegawai di lingkungan APIP, untuk mewujudkan peran APIP yang efektif. b. Mengomunikasikan pentingnya mewujudkan peran APIP yang efektif, sebagai bagian membangun lingkungan pengendalian, untuk memperkuat efektivitas SPIP.
1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
14
Hal ini dapat dilakukan antara lain melalui: a. Sosialisasi
kepada
seluruh
pegawai,
pejabat
di lingkungan APIP, dan pimpinan instansi pemerintah, untuk membentuk pemahaman akan perlunya peran APIP yang efektif. Sasaran yang ingin dicapai dari sosialisasi, yaitu: 1) Stakeholders (para pemangku kepentingan) benarbenar memiliki pemahaman dan turut merasakan keberadaan APIP untuk membantu mencapai tujuan organisasi yang lebih taat, hemat, efektif, dan efisien. 2) Seluruh pegawai dan pejabat di lingkungan APIP tergerak untuk mewujudkan
unit kerjanya sebagai
tempat berkonsultasi dalam meningkatkan efektivitas pengendalian dan manajemen risiko, menuju tata kelola pemerintahan yang baik. b. Kegiatan komunikasi secara berkelanjutan, penyebaran brosur, penyampaian artikel melalui media massa akan memberikan pemahaman yang utuh dan kuat, bahwa mewujudkan peran APIP yang efektif akan sangat membantu instansi pemerintah dalam mencapai tujuan organisasi secara taat, hemat, efektif, dan efisien. Pemberian pemahaman yang efektif akan mendorong persepsi yang lebih baik, sehingga pimpinan tertinggi di
lingkungan
instansi
pemerintah
akan
memberikan
dukungan sepenuhnya bagi perwujudan peran APIP yang efektif.
1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
15
Khusus untuk kegiatan pembentukan pemahaman dan kepedulian di
dalam mewujudkan peran APIP yang efektif
lingkungan
APIP,
pimpinan
instansi
pemerintah
(pusat/daerah, atau pimpinan APIP) dapat memberikan sosialisasi kepada seluruh pegawai di lingkungan APIP, misalnya melalui pertemuan intern, diskusi fokus grup, dan pembahasan intern. Sosialisasi kepada manajemen instansi pemerintah
untuk
memberikan
pemahaman
dan
memperoleh dukungan dalam mewujudkan peran APIP yang efektif, dapat dilakukan melalui: 1) Media komunikasi yang dilakukan dengan ceramah, diskusi, seminar, rapat koordinasi, dan diskusi fokus grup, 2) Penyebaran informasi melalui website, media ini memiliki cakupan yang lebih luas, dengan tujuan pemberitahuan kepada stakeholders (para pemangku kepentingan), 3) Multimedia untuk memperluas sebaran, 4) Penyampaian brosur-brosur seputar APIP. 5) Penyampaian seperti
artikel/penulisan
buletin
dan
majalah
di
berbagai
pengawasan,
media, yang
diterbitkan secara khusus untuk kalangan APIP dan instansi pemerintah. Perwujudan peran APIP yang efektif sangat bergantung pada: 1) Komitmen dari stakeholders (para pemangku kepentingan, yaitu pimpinan tertinggi di lingkungan instansi pemerintah dan manajemen instansi pemerintah yang diawasi), terutama dukungan atas akses informasi/data/sumber daya,
persamaan
fokus/bidang/sektor,
persepsi ruang
dalam
penentuan
lingkup
pengawasan,
pelaksanaan rekomendasi tindak lanjut,
dan penilaian
kinerja APIP. 1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
16
2) Pengelolaan manajerial pengawasan intern, mulai dari perencanaan
kegiatan tahunan, pelaksanaan kegiatan
sampai dengan pelaporan, dan pemantauan tindak lanjut. 3) Pengembangan
kemampuan/inovasi
dalam
kegiatan
pengawasan intern, seperti pengembangan kompetensi SDM, pengggunaan teknologi, dan pemahaman terhadap lingkungan pengawasan. Peran APIP dikatakan efektif, bila APIP memberikan masukan, saran, rekomendasi hasil pengawasan intern berkualitas (spesifik, dapat diterapkan – applicable, dengan manfaat yang lebih besar daripada biaya), dan rekomendasi tersebut dilaksanakan oleh manajemen instansi pemerintah. Dengan
peran
APIP
yang
efektif
tersebut,
instansi
pemerintah diharapkan dapat mencapai tujuan organisasi secara taat, hemat, efektif , dan efisien. Dalam mewujudkan peran APIP yang efektif tersebut, diperlukan berbagai infrastruktur, seperti yang telah diuraikan sebelumnya dalam bab II. Membangun infrastruktur guna mewujudkan peran APIP yang efektif, pimpinan instansi pemerintah
pusat/daerah,
atau
pimpinan
APIP
perlu
melakukan pemetaan. 3. Pemetaan (Mapping) Pemetaan
atau
diagnostic
assessment
dilakukan
terhadap keberadaan infrastruktur untuk mewujudkan peran APIP yang efektif. Keberadaan infrastruktur diwujudkan dalam bentuk kebijakan dan prosedur. Pemetaan juga diarahkan untuk mendapatkan gambaran bagaimana kondisi penyelenggaraan SPIP
yang sudah berjalan, kesesuaian
penyelenggaraan dengan
kebijakan, sehingga didapatkan
area of improvement (AOI). 1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
17
Kegiatan pemetaan dilakukan untuk mengetahui, antara lain: a. apakah
kementerian,
lembaga,
kabupaten/kota telah memiliki
pemerintah
provinsi/
peraturan/kebijakan yang
melandasi Perwujudan Peran APIP yang Efektif; b. peraturan/kebijakan yang ada tersebut, telah sesuai dengan ketentuan di atasnya; c. APIP
telah
memiliki
SOP
atau
pedoman
untuk
menyelenggarakan peraturan tersebut; d. SOP atau pedoman dimaksud, telah sesuai dengan peraturan yang ada dan atau yang akan dibangun; e. SOP atau pedoman tersebut telah dipraktikkan dan didokumentasikan dengan baik Dengan pemetaan tersebut, dapat diketahui sejauh mana area yang memerlukan perbaikan, sehingga dapat dirumuskan rencana tindak yang jelas. Hasil pemetaan diharapkan dapat menjadi masukan bagi pimpinan, guna mengetahui seberapa jauh peran APIP ini
perlu ditingkatkan efektivitasnya,
pencapaian
tujuan
instansi
dalam membantu
pemerintah.
Selanjutnya,
stakeholders (para pemangku kepentingan) di lingkungan instansi pemerintah, diharapkan memberikan dukungan sepenuhnya, bagi perwujudan peran APIP yang efektif. Pemetaan atas penerapan kebijakan terhadap peran APIP yang efektif, dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner, observasi, wawancara, atau diskusi kelompok.
1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
18
B. Tahap Pelaksanaan 1.
Pembangunan Infrastruktur (Norming) Pembangunan kebutuhan
yang
infrastruktur diperoleh
dilakukan dari
hasil
berdasarkan pemetaan.
Pembangunan infrastruktur dilaksanakan melalui penyusunan kebijakan
dan
prosedur
yang
terkait
dengan
upaya
perwujudan peran APIP yang efektif. Dalam membangun infrastruktur, instansi pemerintah harus memerhatikan teori, peraturan terkait yang berlaku, serta melihat indikator yang ingin
diraih,
yang
disesuaikan
dengan
kebutuhan
berdasarkan hasil pemetaan. Berikut gambaran mengenai kebijakan dan pedoman yang diperlukan untuk mewujudkan peran APIP yang efektif. a. Kebijakan mengenai aturan perilaku APIP Tugas-tugas
APIP
sangat
rentan
terhadap
konflik
kepentingan (conflict of interest). Pimpinan instansi pemerintah perlu menetapkan dan menerapkan kebijakan berkenaan
dengan aturan perilaku APIP.
Aturan
perilaku, antara lain berisi standar etika dan pedoman perilaku yang disusun secara partisipatif. Aturan perilaku APIP, menggambarkan serangkaian pernyataan nilai dan perilaku yang diharapkan dari auditor APIP, pegawai, dan entitas yang melaksanakan pengawasan intern, sebagai pondasi untuk menjaga kepercayaan bahwa APIP mengedepankan
obyektivitas dalam pemberian
jasa assurance.
1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
19
Kebijakan mengenai aturan perilaku APIP disusun dengan
mengacu kepada kode etik APIP.
Peraturan
Pemerintah
menyatakan bahwa
Nomor
60
Pasal 52
Tahun
2008,
kode etik disusun oleh organisasi
profesi auditor APIP. Selama kode etik sebagaimana disebut dalam peraturan tersebut belum ada, pimpinan instansi pemerintah (pusat/daerah atau pimpinan APIP) dapat mengacu kepada Peraturan Menteri PAN Nomor 04/MPAN. 03/2008 Tahun 2008 tentang Kode Etik APIP, dan Peraturan Menteri PAN Nomor 05/MPAN.03/2008 Tahun 2008 tentang Standar Audit APIP. b. Kebijakan terkait penetapan kedudukan organisasi APIP yang independen Struktur organisasi APIP sebaiknya independen, agar APIP dapat
mengomunikasikan hasil pengawasan
secara efektif, bebas dari organisasi
disesuaikan
segala intervensi. Besaran dengan
kebutuhan
untuk
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, dan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Kedudukan organisasi APIP yang independen tersebut, telah diadopsi oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, sebagai berikut: 1) BPKP melakukan pengawasan terhadap akuntabilitas keuangan negara, kedudukannya independen dari kementerian/lembaga, dan Kepala BPKP bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
20
2) Inspektorat
Jenderal
pengawasan
intern
atau
nama
lain
dari
unit
kementerian
dan
lembaga,
melaksanakan pengawasan di instansinya masingmasing,
dengan
kedudukan
mengacu
kepada
peraturan organisasi dan tata kerja departemen/ lembaga terkait. 3) Inspektorat provinsi/kabupaten/kota, sebagai unsur pengawas penyelenggaraan pemerintahan daerah, melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah provinsi/kabupaten/ kota,
dipimpin
oleh
inspektur,
yang
dalam
melaksanakan tugasnya bertanggung jawab langsung kepada
gubernur/bupati/walikota
(Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah). c. Pedoman kegiatan assurance dan konsultasi Pengaturan terhadap kegiatan assurance dan konsultasi, memberikan manfaat bagi APIP untuk mengefektifkan perannya, sehingga APIP dapat berperan sebagai berikut: 1) Memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas
pencapaian
tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah; 2) Menghasilkan rekomendasi, yang berdampak pada peningkatan efektivitas pengendalian, (peningkatan ketaatan,
kehematan,
1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
efisiensi,
dan
efektivitas 21
pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah), manajemen risiko, dan kualitas tata kelola dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah; 3) Rekomendasi APIP dilaksanakan
oleh manajemen
instansi pemerintah sebagai dasar perbaikan; 4) Menghasilkan efisiensi,
peningkatan
dan
penyelenggaraan
ketaatan,
efektivitas tugas
kehematan,
pencapaian dan
fungsi
tujuan instansi
pemerintah; 5) Memberikan
peringatan
dini
dan
meningkatkan
efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah; 6) Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan
tugas
dan
fungsi
instansi
pemerintah; 7) Secara keseluruhan APIP mendorong pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah. Dalam melakukan kegiatan assurance dan konsultasi, APIP sebaiknya mengacu kepada pedoman penugasan yang sesuai. Pedoman/panduan/SOP kegiatan assurance, antara lain berupa pedoman audit, reviu, evaluasi, dan pedoman pemantauan. Pedoman kegiatan konsultasi, antara lain berupa pedoman sosialisasi, bimbingan teknis, pemaparan, dan pedoman penyelenggaraan pelatihan atas efektivitas pengendalian di lingkungan instansi pemerintah. 1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
22
Pedoman/panduan/SOP seperti tersebut di atas, juga mencakup
penugasan
peringatan
dini,
dan
yang
bertujuan
penugasan
memberikan
konsultasi
atas
efektivitas manajemen risiko, termasuk tata kelola dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah. Sebagai upaya untuk meningkatkan quality assurance, early warning, dan tata kelola yang baik, APIP dapat mengacu kepada standar yang berlaku umum dalam praktik internal audit. Dalam upaya meningkatkan efektivitas manajemen risiko, yaitu semua risiko yang dihadapi instansi pemerintah, termasuk risiko terjadinya tindak kecurangan atau risiko fraud. Apabila auditor APIP memandang bahwa potensi tindak kecurangan atau risiko fraud, yang mungkin terjadi pada suatu instansi pemerintah cukup tinggi, maka APIP perlu menindaklanjuti dengan menggunakan prosedur audit investigasi, sebagai bagian dari memberikan peringatan dini. Pedoman/panduan/SOP harus jelas, ringkas, mudah dipahami, dan dapat dilaksanakan secara efektif, mulai dari persiapan sampai
dengan pelaporan, dan tindak
lanjut hasil kegiatan APIP. Pedoman/panduan/SOP tersebut membantu efektivitas APIP dalam memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan,
kehematan,
efisiensi,
dan
efektivitas
pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah.
1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
23
2.
Internalisasi (Forming) Tahap
internalisasi
adalah
suatu
proses
untuk
mewujudkan infrastruktur menjadi bagian dari kegiatan operasional sehari-hari. Perwujudannya, dapat tercermin dalam
konteks
seberapa
jauh
proses
internalisasi
memengaruhi pimpinan instansi pemerintah mengambil keputusan, dan memengaruhi perilaku para pegawai dalam melaksanakan kegiatan. Kegiatan internalisasi dalam sub unsur ini bertujuan membangun kesadaran: a. Pimpinan instansi pemerintah mewujudkan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif , dan b. Auditor APIP melaksanakan perannya secara efektif, sekurang-kurangnya sebagai berikut: 1) Memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan
tugas
dan
fungsi
instansi
pemerintah; 2) Memberikan
peringatan
dini,
dan
meningkatkan
efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah; dan 3) Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan
tugas
dan
fungsi
instansi
pemerintah. Langkah-langkah internalisasi untuk membangun kesadaran sebagai berikut:
1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
24
a. Komitmen
pada
kompetensi,
kemahiran,
dan
kebijakan
yang
kecermatan profesi Pimpinan
APIP
perlu
menyusun
menunjukkan komitmen pada kompetensi SDM. Kebijakan tersebut
diperlukan
agar
SDM
APIP
mampu
mempergunakan kemahiran dan kecermatan profesi dalam melaksanakan penugasan pengawasan intern, dan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) APIP. Secara organisasi, APIP perlu mengembangkan spesialisasi SDM sesuai dengan tupoksi organisasi instansi pemerintah sebagai berikut: 1) Individu auditor APIP harus memiliki kemampuan teknis dan analisis, terlihat dari: a) memiliki kompetensi dasar, yang ditunjukkan dengan telah mengikuti diklat jabatan, dan lulus sertifikasi jabatan auditor; b) memiliki
tambahan
kompetensi
spesialis
serta
memiliki kompetensi teknis tupoksi APIP; c) menguasai ilmu pengetahuan teknologi
informasi
untuk melaksanakan tupoksi; d) memerankan
sebagai
auditor
sesuai
dengan
kompetensi dan keahliannya; e) memiliki berbagai
sertifikasi profesi pengawasan
intern. 2) Organisasi
APIP
berkomitmen
pada
kompetensi,
terlihat dari: a) Kebijakan penerapan JFA, sebagai langkah awal untuk perolehan pembinaan yang berkelanjutan; 1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
25
b) Organisasi APIP secara kolektif memiliki kompetensi kolektif yang utuh, untuk melaksanakan tanggung jawabnya secara penuh; c) Kebijakan latar belakang pendidikan auditor APIP, yang fokus pada akuntansi, manajemen, dan disiplin ilmu lain, sesuai dengan tupoksi masing-masing APIP. 3) Program
pendidikan/pengembangan
berkelanjutan
profesi
(Continuing Professional Education/
Development, CPE/CPD).
b. Komitmen tertulis atau piagam audit - Internal Audit Charter Pimpinan
instansi
pemerintah
perlu
merumuskan
komitmen tertulis, berupa piagam audit, atau dokumen sejenis. Hal tersebut terutama untuk menjamin dukungan yang memadai, atas akses informasi/data/sumber daya, perolehan
persamaan
fokus/bidang/sektor
persepsi
ruang
dalam
lingkup
penentuan pengawasan,
pelaksanaan rekomendasi tindak lanjut, dan penilaian kinerja atas pelaksanaannya. Piagam Audit dokumen
formal,
tertulis,
berisi:
visi,
misi,
sebagai tujuan,
kewenangan, tanggung jawab dan pertanggungjawaban (responsibilitas
dan
akuntabilitas),
ruang
lingkup
pengawasan, standar pelaksanaan pekerjaan, dukungan akses yang memadai dalam pelaksanaan penugasan, dan persetujuan/pengesahan pimpinan tertinggi di lingkungan instansi pemerintah. 1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
26
Pimpinan APIP perlu membangun komunikasi dengan pimpinan instansi pemerintah (menteri/pimpinan lembaga, gubernur, bupati, dan walikota), melalui
persetujuan/
pengesahan piagam audit, sebagai sarana mewujudkan komitmen
tertulis,
sarana
menyamakan
persepsi,
sekaligus melaksanakan kebijakan dari pimpinan instansi pemerintah (menteri/pimpinan lembaga, gubernur, bupati, dan walikota). Hal-hal yang perlu diperhatikan: 1) Komitmen tertulis, berupa piagam audit atau dokumen sejenisnya,
dikomunikasikan
kepada
pemangku
kepentingan manajemen instansi pemerintah, 2) Dengan komitmen tertulis atau piagam audit akan diperoleh persepsi yang sama,
di antara seluruh
pemangku
mencapai
kepentingan
dalam
tujuan
organisasi, 3) Komitmen tertulis atau piagam audit disetujui/disahkan pimpinan
instansi
pemerintah
(menteri/pimpinan
lembaga, gubernur, bupati, dan walikota), sebagai wujud komitmen formal dan tertulis, 4) Komitmen tertulis atau piagam audit, setidaknya mencakup
maksud/tujuan,
kewenangan,
tanggung
jawab dan pertanggungjawaban, kewenangan akses dalam pelaksanaan penugasan, dan lingkup kegiatan, 5) Pimpinan APIP melakukan penilaian secara periodik, atas penerapan komitmen tertulis atau piagam audit tersebut, dalam mencapai tujuan pengawasan intern, dan mengomunikasikan hasil penilaiannya secara periodik kepada pimpinan instansi pemerintah (menteri/ pimpinan lembaga, gubernur, bupati dan walikota).
1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
27
c. Komunikasi ekstern atas infrastruktur yang sudah dibangun Komunikasi komitmen tertulis atau dokumen lain sejenis, seperti
piagam
audit,
kepada
stakeholders
(para
pemangku kepentingan) di lingkungan APIP: 1) Pimpinan
instansi
pemerintah
(pusat/daerah
atau
pimpinan APIP) melakukan komunikasi yang intensif, melalui rapat-rapat, berbagai forum kedinasan, agar dapat
meyakinkan
menteri/pimpinan
lembaga,
gubernur, bupati/walikota, bahwa APIP akan sangat membantu pimpinan dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah, sehingga pimpinan menetapkan suatu kebijakan umum yang mendukung perwujudan peran APIP yang efektif. 2) APIP mengomunikasikan komitmen tertulis
atau
dokumen lain sejenis, seperti piagam audit dan kebijakan yang terkait dengan pengawasan intern, kepada pimpinan satuan kerja di lingkungan instansi pemerintah,
melalui
berbagai
forum
rapat
dan
koordinasi. Komunikasi merupakan seni dalam menyampaikan informasi, baik secara verbal maupun nonverbal. Keduanya
harus
dimanfaatkan
untuk
tahap
pemahaman ini, agar semua stakeholders (para pemangku kepentingan) dan pegawai
menerima
informasi dengan baik.
1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
28
Komunikasi verbal dapat mengunakan media antara lain: a) Pendistribusian brosur, stiker. b) Sosialisasi, dengan media komunikasi dilakukan dengan ceramah, diskusi, seminar, atau fokus grup. c) Website, media ini memiliki cakupan yang lebih luas, dengan tujuan transparansi kepada stakeholders (para pemangku kepentingan). Contoh: Pemuatan piagam audit APIP dalam website APIP. d) Multimedia, media ini bersifat lebih interaktif yang bermanfaat memperoleh sebaran yang lebih luas. d. Melakukan komunikasi intern infrastruktur
kepada
seluruh pegawai di lingkungan APIP Pimpinan APIP mengomunikasikan komitmen tertulis atau dokumen lain sejenis. Manfaat dari komunikasi ini adalah semua pegawai memahami infrastruktur yang akan digunakan dalam bekerja. Komunikasi verbal dapat menggunakan media antara lain: 1) Sosialisasi,
dengan
media
komunikasi
dilakukan
dengan pelatihan di kantor sendiri (PKS), ceramah, diskusi, seminar, atau fokus grup. 2) Multimedia, media ini bersifat lebih interaktif, yang bermanfaat memperoleh sebaran yang lebih luas. 3) Media massa, majalah, buletin. e. Pimpinan melaksanakan kebijakan/pedoman/petunjuk/ kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan kompetensi SDM. Pimpinan
instansi
pemerintah
pimpinan
APIP)
meningkatkan
1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
(pusat/daerah kapasitas
atau SDM 29
di lingkungan APIP, melalui penyelenggaraan berbagai diklat, workshop (bengkel kerja), training (pelatihan), seminar, diskusi fokus grup (Focus Group Discussion/ FGD), dan PKS. Dengan pelatihan yang memadai, dan didukung dengan kompetensi jabatan, maka SDM APIP akan lebih siap dan mampu dalam melaksanakan/mengoperasionalkan semua infrastruktur yang sudah dibangun, berupa pedoman/ standar/panduan/SOP. Selain
melaksanakan
program
pelatihan
dan
pengembangan SDM, pimpinan instansi pemerintah juga perlu menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang memadai, sesuai dengan kebutuhan. Dengan langkah di atas, maka APIP akan memliki kompetensi dan kemampuan secara kolektif untuk melaksanakan tanggung jawabnya.
Untuk
itu,
pimpinan
instansi
pemerintah
(pusat/daerah atau pimpinan APIP) perlu melaksanakan kebijakan sebagai berikut: 1) Mendorong auditor APIP agar memiliki keahlian teknis dan analisis, dengan menyertakan individu auditor APIP dalam: a) Diklat jabatan dan sertifikasi jabatan auditor; b) Berbagai
diklat/seminar/workshop
(bengkel
kerja);FGD, PKS teknis substansi pengawasan dan diklat teknis tupoksi APIP; c) Berbagai diklat/seminar/workshop, FGD, PKS agar auditor APIP menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi informasi; 1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
30
d) Mengikutsertakan
auditor
APIP
dalam
berbagai
seminar, diklat, workshop di bidang pengendalian intern, manajemen risiko, dan tata kelola. 2) Mendorong
auditor
APIP,
agar
memiliki
berbagai
sertifikasi profesi pengawasan intern. 3) Memerankan auditor, dalam penugasan sesuai dengan kompetensi dan keahliannya. 4) Organisasi APIP menerapkan JFA, sebagai langkah awal untuk perolehan pembinaan yang berkelanjutan. 5) Organisasi APIP
mempertimbangkan latar belakang
pendidikan auditor APIP, yang fokus pada disiplin ilmu Akuntansi, Manajemen, dan disiplin ilmu lain sesuai dengan tupoksi APIP. 6) Pimpinan APIP melaksanakan program pendidikan/ pengembangan
profesi
berkelanjutan
(Continuing
Professional Education/Development CPE/CPD), agar auditor APIP mampu mempergunakan kemahiran dan kecermatan profesi dalam melaksanakan penugasan pengawasan. 7) Pimpinan APIP melaksanakan berbagai kegiatan yang telah
direncanakan,
dan
mendorong
penggunaan
infrastruktur yang sudah dibangun, dan auditor APIP menggunakan
infrastruktur
menyelesaikan
pekerjaan
tersebut, unit
APIP
dalam sehari-hari,
termasuk dalam melaksanakan penugasan pengawasan. Kepatuhan
dalam
melaksanakan
infrastruktur
memberikan manfaat sebagai berikut:
1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
31
a) Pekerjaan penugasan pengawasan selesai tepat waktu; b) Tidak ada komplain/sanggahan atas hasil pengawasan. 8) Sebagai
bentuk
komitmen
terhadap
pelaksanaan
komitmen tertulis atau dokumen lain yang sejenis, seperti
piagam
pemerintah
audit,
maka
(pusat/daerah
pimpinan
atau
instansi
pimpinan
APIP)
mengembangkan penilaian kinerja atas pelaksanaannya. Manfaatnya adalah sebagai dasar pengukuran kinerja APIP dan pengukuran kepuasan stakeholders (para pemangku kepentingan) APIP. Berikut ini, diberikan contoh praktik yang sering dilakukan oleh auditor intern, sebagai wujud internalisasi atas perannya yang efektif. Contoh kegiatan yang memberikan peringatan dini: 1) APIP memberikan konsultasi/pemberian masukan pada Badan
Pertimbangan
Jabatan
dan
Kepangkatan
(Baperjakat). 2) Membantu
organisasi
dengan
mengidentifikasi
dan
mengevaluasi eksposur risiko yang signifikan, serta memberikan
kontribusi
terhadap
peningkatan
pengelolaan risiko. 3) APIP
memerankan
dirinya
untuk
memvalidasi
pengidentifikasian risiko yang telah dilakukan oleh pihak manajemen. 4) APIP melakukan penjaminan (assurance), melalui reviu atas berjalannya proses pengadaan barang dan jasa, dari tahap perencanaan pengadaan, persiapan lelang, proses lelang, termasuk verifikasi pembayaran, sampai dengan serah terima pekerjaan. 1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
32
Contoh internalisasi kegiatan assurance dan konsultasi yang memberikan potensi perbaikan tata kelola (governance) suatu instansi, dimana APIP dengan proaktif membantu manajemen memenuhi tanggung jawabnya melalui: 1) penilaian dan promosi nilai-nilai etika yang kuat dalam organisasi. 2) penilaian dan peningkatan proses akuntabilitas yang meyakinkan. 3) penilaian kecukupan komunikasi tentang risiko dalam organisasi. 4) perbantuan
untuk
meningkatkan
interaksi
antara
manajemen, auditor intern, dan auditor ekstern. 5) pemberian
pelayanan,
sebagai
sumber
referensi
pengetahuan tentang perubahan dan trend dalam lingkungan sektor publik. Contoh internalisasi kegiatan assurance yang memberikan potensi perbaikan pengendalian intern: 1) APIP melakukan evaluasi atas efektivitas penerapan pengendalian intern di lingkungan instansi pemerintah. 2) APIP mereviu sistem yang dibangun, untuk menjamin ketaatan terhadap kebijakan, rencana, prosedur, hukum dan peraturan yang ada, yang akan berpengaruh secara signifikan
terhadap
operasi,
serta
laporan,
dan
menetapkan apakah organisasi telah mematuhinya. 3) APIP mereviu secara periodik kebenaran dan ketepatan informasi keuangan dan operasi, dengan maksud agar setiap informasi diidentifikasi, diukur, diklasifikasi, dan dilaporkan/diungkapkan. 1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
33
4) APIP melakukan evaluasi atas pengamanan aset, termasuk
inventarisasi
aset,
serta
keabsahan
kepemilikan, hingga pembuktian keberadaan aset. 5) APIP mereviu efisiensi dan kehematan penggunaan sumber daya yang ada. 3.
Pengembangan Berkelanjutan (Performing) Pimpinan instansi pemerintah melakukan pemantauan, untuk memastikan bahwa seluruh upaya yang dilakukan menuju perwujudan peran APIP yang efektif, telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, pimpinan instansi pemerintah (pusat/daerah atau pimpinan APIP), perlu mengembangkan program yang dapat memberikan keyakinan memadai, mengenai kualitas kinerja dari hasil pengawasan intern yang dilaksanakan, melalui kegiatan penilaian internal dan penilaian eksternal
(internal and
external assessment). Pemantauan yang dapat dilakukan, antara lain: a. Pemantauan perbaikan berkelanjutan, dapat dilakukan melalui: 1) Dibangunnya
mekanisme
internal
assessment
(penilaian internal) Pimpinan instansi pemerintah (pusat/daerah atau pimpinan APIP) dapat mengembangkan penilaian internal secara periodik, sebagai bagian dari program perbaikan kualitas APIP yang berkelanjutan, antara lain melalui:
1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
34
Reviu internal, penggunaan metode balanced score card, control self assessment dalam suatu diskusi fokus grup. Dengan reviu internal tersebut, dapat diketahui area mana saja yang memerlukan perbaikan. Selain itu, masukan dari berbagai forum komunikasi JFA, forum APIP,
dapat
dijadikan
bahan
masukan
untuk
perbaikan guna mewujudkan peran APIP yang efektif. 2) Dilakukannya eksternal),
external
assessment
(penilaian
yaitu penilaian oleh pihak lain di luar
APIP, termasuk telaahan sejawat (peer review). Penilaian eksternal oleh pihak di luar organisasi yang independen dan dari
external
kepada
kompeten dapat dilakukan. Hasil
assessment
pimpinan
tersebut
tertinggi,
disampaikan
menteri,
pimpinan
lembaga, gubernur, dan bupati/walikota. Kewajiban penilaian melalui
telaahan sejawat tersebut diatur
dalam pasal 55 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, yang menyatakan bahwa untuk menjaga mutu hasil audit APIP, secara berkala dilakukan telaahan sejawat, dimana pedomannya disusun oleh organisasi profesi auditor atau oleh Menpan. 3) Berbagai
kelemahan
pemantauan
yang
berkelanjutan,
dijumpai
dari
hasil
ditindaklanjuti
oleh
pimpinan instansi pemerintah, dengan melakukan berbagai upaya perbaikan.
1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
35
C. Tahap Pelaporan Setelah tahap pelaksanaan selesai, seluruh kegiatan penyelenggaraan sub unsur perwujudan peran APIP yang efektif perlu didokumentasikan. Pendokumentasian ini merupakan satu kesatuan (bagian yang tidak terpisahkan) dari kegiatan pelaporan berkala, dan tahunan penyelenggaraan SPIP. Pendokumentasian dimaksud meliputi: 1. Pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari: a. Kegiatan pemahaman, antara lain kegiatan sosialisasi (ceramah, diskusi, seminar, rapat kerja, dan fokus grup), mengenai pentingnya mewujudkan peran APIP yang efektif. b. Kegiatan
pemetaan
keberadaan
dan
penerapan
infrastruktur, antara lain: 1) pemetaan penerapan APIP yang berjalan dibandingkan dengan peran APIP yang efektif, 2) masukan atas rencana tindak yang tepat untuk menyempurnakan
kebijakan
dan
prosedur
guna
mewujudkan peran APIP yang efektif. c. Kegiatan pembangunan infrastruktur, antara lain berisi: 1) kebijakan pengelolaan APIP yang efektif, 2) penyusunan kebijakan dan pedoman praktik APIP agar efektif. d. Kegiatan internalisasi, antara lain berisi: 1) kegiatan sosialisasi kebijakan dan prosedur pengelolaan APIP yang efektif, 2) kegiatan yang memastikan seluruh pegawai telah menerima
informasi
dan
memahami
kebijakan
dan
prosedur perwujudan peran APIP yang efektif. e. Kegiatan pengembangan berkelanjutan, yang antara lain berisi: a. kegiatan
pemantauan
penerapan
kebijakan
dan
prosedur perwujudan peran APIP yang efektif; 1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
36
b. masukan bagi pimpinan instansi
pemerintah untuk
menyatakan upaya perwujudan peran APIP yang efektif telah dikelola dengan baik. 2. Hambatan kegiatan Apabila ditemukan hambatan-hambatan dalam pelaksanaan kegiatan yang menyebabkan tidak tercapainya target/tujuan kegiatan tersebut, agar dijelaskan penyebab terjadinya hambatan. 3. Saran Saran
diberikan
berkaitan
dengan
adanya
hambatan
pelaksanaan kegiatan dan dicarikan saran pemecahan masalah agar tidak berulangnya kejadian serupa, dan guna peningkatan pencapaian tujuan. Saran yang diberikan agar yang realistis dan benar-benar dapat dilaksanakan. 4. Tindak lanjut atas saran periode sebelumnya Bagian ini mengungkapkan tindak lanjut yang telah dilakukan atas saran yang telah diberikan pada kegiatan periode sebelumnya. Dokumentasi penyusunan
ini
laporan
merupakan berkala
dan
bahan
dukungan
tahunan
bagi
(penjelasan
penyusunan laporan dapat dilihat pada Pedoman Teknis Umum Penyelenggaraan SPIP). Kegiatan pendokumentasian menjadi tanggung jawab pelaksana kegiatan, yang hasilnya disampaikan kepada
pimpinan
instansi
pemerintah
sebagai
bentuk
akuntabilitas, melalui Satuan Tugas Penyelenggaraan SPIP di instansi pemerintah terkait.
1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
37
1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
38
BAB IV PENUTUP Perwujudan peran APIP yang efektif merupakan bagian dari penyelenggaraan SPIP, yang dibangun oleh manajemen instansi pemerintah sebagai unsur lingkungan pengendalian. Perwujudan
peran APIP yang efektif
diawali
dengan
pemahaman bersama, melalui sosialisasi dengan media yang ada, selanjutnya pelaksanaan bersama
dilakukan dan
instansi
pemetaan,
penerapan pemerintah,
pembangunan
infrastruktur serta
infrastruktur,
menjadi
komitmen
dilaksanakan
dengan
konsisten. Sementara, pengembangan berkelanjutan merupakan langkah agar secara kontinu perwujudan peran APIP yang efektif termonitor, sehingga setiap kelemahan dapat dirumuskan rencana tindak yang tepat. Pedoman ini disusun untuk memberikan acuan praktis bagi pimpinan APIP dalam menciptakan dan melaksanakan sistem pengendalian
intern,
khususnya
pada
unsur
Lingkungan
Pengendalian dengan sub unsur Perwujudan Peran APIP yang Efektif di lingkungan instansi yang dipimpinnya. Hal-hal yang dicakup dalam pedoman teknis ini adalah acuan mendasar yang berlaku
secara umum bagi seluruh APIP, yang
minimal perlu dipenuhi dalam mewujudkan peran APIP yang efektif, serta tidak mengatur secara spesifik bagi instansi tertentu. Instansi pemerintah hendaknya dapat mengembangkan lebih jauh langkahlangkah yang perlu diambil, sesuai dengan kebutuhan organisasi, dengan tetap mengacu dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
39
Sesuai dengan perkembangan teori dan praktik-praktik sistem pengendalian intern, pedoman ini perlu disesuaikan secara terus menerus.
1.7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
40