No.Dokumen:SPO/VIII/UKP/ SPO
/2016 No. Revisi
:
Tanggal Terbit:04 April 2016 Halaman
:1/4
Puskesmas II Wangon
drg.Imam Hidayat NIP.196008181989011001
1. Pengertian
Sindrom Stevens-Johnson (SSJ) merupakan sindrom yang mengenai kulit, selaput lendir di orifisium, dan mata dengan keadaan umumyang bervariasi dari ringan hingga berat. SSJ merupakan bentuk minor dari toxic epidermal necrolysis (TEN) dengan pengelupasan kulit kurang dari 10% luas permukaan tubuh. SSJ menjadi salah satu kegawatdaruratan karena dapat berpotensi fatal.
2. Tujuan 3. Kebijakan
KMK 514 2015 Kebijakan kepala puskesmas
4. Referensi 5. Prosedur
Anamnesis (Subjective)
Keluhan Keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat. Pada fase akut dapat disertai gejala prodromal berupa:demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, arthralgia. Gejala prodromal selanjutnya akan berkembang ke arah manifestasi mukokutaneus. Faktor Risiko 1.
Mengkonsumsi
obat-obatan
yang
dicurigai
dapat
mengakibatkan SSJ. Beberapa obat yang yang berisiko tinggi dapat menyebabkan terjadinya SSJ antara lain allopurinol, trimethoprim-sulfamethoxazol, antibiotik golongan sulfonamid, aminopenisillin,
sefalosporin,
kuinolon,
karbamazepin,
fenitoin, phenobarbital, antipiretik/analgetik (salisil/pirazolon, metamizol, metampiron dan parasetamol) dan NSAID. Selain itu berbagai penyebab dikemukakan di pustaka, misalnya: infeksi (bakteri, virus, jamur, parasit), neoplasma, paskavaksinasi, radiasi dan makanan. 2. Sistem imun yang lemah, misalnya pada HIV/AIDS.
3. Riwayat keluarga menderita SSJ. Hasil
Pemeriksaan
Fisik
dan
Penunjang
Sederhana
(Objective) Pemeriksaan Fisik SSJ memiliki trias kelainan berupa: 1. Kelainan kulit Dapat berupa eritema, papul, purpura, vesikel dan bula yang memecah kemudian terjadi erosi luas. Lesi yang spesifik berupa lesi target. Pada SSJ berat maka kelainannya generalisata. Ciri khas lesi di kulit adalah: a. ruam diawali dengan bentuk makula yang berubah menjadi papul, vesikel, bula, plakurtikaria atau eritema konfluens b. tanda patognomoniknya adalah lesi target
Anamnesis (Subjective)
Keluhan Keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat. Pada fase akut dapat disertai gejala prodromal berupa:demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, arthralgia. Gejala prodromal selanjutnya akan berkembang ke arah manifestasi mukokutaneus. Faktor Risiko 1.
Mengkonsumsi
obat-obatan
yang
dicurigai
dapat
mengakibatkan SSJ. Beberapa obat yang yang berisiko tinggi dapat menyebabkan terjadinya SSJ antara lain allopurinol, trimethoprim-sulfamethoxazol, antibiotik golongan sulfonamid, aminopenisillin,
sefalosporin,
kuinolon,
karbamazepin,
fenitoin, phenobarbital, antipiretik/analgetik (salisil/pirazolon, metamizol, metampiron dan parasetamol) dan NSAID. Selain itu berbagai penyebab dikemukakan di pustaka, misalnya: infeksi (bakteri, virus, jamur, parasit), neoplasma, paskavaksinasi, radiasi dan makanan. 2. Sistem imun yang lemah, misalnya pada HIV/AIDS. 3. Riwayat keluarga menderita SSJ.
Hasil
Pemeriksaan
Fisik
dan
(Objective) Pemeriksaan Fisik SSJ memiliki trias kelainan berupa: 1. Kelainan kulit
Penunjang
Sederhana
Dapat berupa eritema, papul, purpura, vesikel dan bula yang memecah kemudian terjadi erosi luas. Lesi yang spesifik berupa lesi target. Pada SSJ berat maka kelainannya generalisata. Ciri khas lesi di kulit adalah: a. ruam diawali dengan bentuk makula yang berubah menjadi papul, vesikel, bula, plakurtikaria atau eritema konfluens b. tanda patognomoniknya adalah lesi target Setelah
dilakukan
dilakukan
penegakan
penentuan
tingkat
diagnosis keparahan
perlu dan
segera
prognosis
dengan menggunakan sistem skoring SCORTEN. Pasien dengan skoring SCORTEN 3 atau lebih sebaiknya segera ditangani di unit perawatan intensif.
Tabel 11.5. SCORTEN (Skor keparahan penyakit) pada Sindrom Steven Johnson (SSJ)
Konseling dan Edukasi Pasien
dan
keluarga
diberikan
penjelasan
mengenai
penyebab SSJ sehingga faktor pencetus SSJdapat dihindari di kemudian hari.
Kriteria Rujukan Berdasarkan skoring SCORTEN pasien dengan skor 3 atau lebih harus dirujuk ke fasiltas pelayanan kesehatan sekunder untuk mendapatkan perawatan intensif
Prognosis
1. Bila penangan tepat dan segera maka prognosis cukup baik. 2. Prognosis malam bila terdapat purpura luas, leukopenia, dan bronkopneumonia.
6. Diagram Alir (bila perlu) 7. Unit terkait 8.Rekaman Historis Perubahan
SemuaRuangan No
Yang
Isi
Tanggal mulai
diubah
Perubahan
Diberlakukan