SOP PEMERIKSAAN FISIK SISTEM REPRODUKSI WANITA A. PENGERTIAN Pemeriksaan fisik sistem reproduksi merupakan suatu tindakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien untuk mengetahui kelainan reproduksi yang mungkin terdapat pada pasien. B. TUJUAN 1. Menentukan kelainan fisik yang berhubungan dengan kondisi pasien 2. Mengklarifikasi dan memastikan kelainan sesuai dengan keluhan dan riwayat kesehatan pasien 3. Mendapatkan data untuk menegakkan diagnosa keperawatan 4. Mendapatkan data fisik untuk menetukan status kesehatan pasien. C. PERSIAPAN ALAT 1. Lampu yang dapat diatur pencahayaannya 2. APD (Sarung tangan dan Masker) 3. Selimut 4. Bengkok 5. Baki + alas 6. Sarung tangan steril D. PROSEDUR PELAKSANAAN 1. Fase Orientasi - Pastikan kebutuhan pasien untuk pemeriksaan sistem reproduksi - Jelaskan prosedur dan tujuan pada pasien. 2. Persiapan alat-alat 3. Fase Kerja 1. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengosongkan kandung kemih sebelum memulai pemeriksaan. 2. Dekatkan alat. 3. Tutup sampiran. 4. Cuci tangan dan pakai APD. 5. Minta pasien membuka pakaian bawahnya dan bantu memperoleh posisi litotomi. Tutupi bagian tubuh yang tidak dikaji.
6. Atur pencahayaan untuk memudahkan pemeriksaan area perineal.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN
7. Amati kuantitas dan penyebaran rambut pubis, kemudian bandingkan dengan masa perkembangan pasien. 8. Kaji adanya lesi, eritema, fisura, leukoplakia, dan ekskoriasi pada area pubis.
Lesi yaitu kemerahan pada kulit, dapat berbentuk bermacam – macam mulai dari bentuk bintik, bercak hingga kemerahan yang meluas di seluruh tubuh.
Eritema yaitu kemerahan pada kulit yg disebabkan pelebaran pembuluh darah yg reversibel
Fisura ani yaitu sobekan kecil pada jaringan lembab tipis yang melapisi anus sehingga timbul rasa nyeri saat buang air besar Leukoplakia yaitu sebuah kondisi dimana munculnya penebalan, berwarna putih. Ekskoriasi yaitu kehilangan jaringan sampai dengan stratum papilare
9. Inspeksi labia mayora, pada orang dewasa terjadi penumpukan lemak karena pengaruh hormon estrogen. 10. Inspeksi labia minora menggunakan jari tangan, akan terlihat berwarna lebih gelap dibandingkan dengan labia mayora. 11. Inspeksi klitoris, mulai dari bentuk, ukuran dan letak dalam vagina. 12. Inspeksi servik dan vagina, normalnya tulang servik bulat, berwarna merah muda, ukuran 2-3cm, permukaan lembut dan utuh.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN
13. Kaji setiap pembengkakan, ulkus, rabas, dan nodul.
Ulkus yaitu kehilangan jaringan yg lebih dalam dari Ekskoriasi
Rabas vagina yaitu vagina berbau busuk
4. 5. 6. 7. 8. 9.
Nodul yaitu benjolan pada kulit atau di bawah kulit yang berukuran lebih dari 0,5 cm.
14. Palpasi perinium dan otot vagina introitus apabila ada peradangan atau pengeluaran cairan pada lubang uretra 15. Palpasi uretra untuk mengkaji adanya rabas maupun kekakuan. 16. Palpasi kelenjar Bartolini untuk mengkaji apakah ada bartholinitis atau tidak 17. Lakukan pemeriksaan otot pelvis dengan cara memasukkan jari telunjuk dan tengah kedalam vagina, anjurkan klien untuk kontraksi ureter Fase Terminasi - Tanya respon pasien setelah dilakukan pemeriksaan. Lepas sarung tangan dan masker. Rapihkan alat dan pasien. Buka sampiran. Cuci tangan. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.